GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI"

Transkripsi

1 1 GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI Akmaliatus Saida 1 Wahyudi Siswanto 2 Heri Suwignyo 2 misscute_71p@yahoo.com Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang ABSTRACT :The purpose of this research is to describe the usage of language style including (1) rhetorical, (2) figurative, and (3) function of these language style in story Madre by Dewi Lestari. The data is analyzed through document analysis employing the technique of descriptive qualitative. The results of the research are as follows; (1) there are eighteen types of rhetoric used in the story, (2) there are thirteen types of figurative language in story Madre, and (3) there are four functions of language style representing the writer's style. Keywords: language style, rhetorical, Language figurative, fiction appreciation. ABSTRAK :Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa (1) retoris, (2) kiasan, dan (3) fungsi kedua gaya bahasa dalam cerita Madre karya Dewi Lestari. Data dianalisis dengan kajian dokumen dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian adalah (1) digunakan delapan belas jenis gaya bahasa retoris, (2) digunakan tiga belas jenis gaya bahasa kiasan, dan (3) dari gaya bahasa yang digunakan terdapat empat fungsi gaya bahasa yang mewakili pribadi penulis. Kata Kunci: gaya bahasa, retoris, bahasa kiasan, apresiasi Prosa. Setiap sesuatu pasti diciptakan untuk suatu hal tertentu atau dengan tujuan tertentu yang bermanfaat. Begitu pula dengan karya sastra, setiap karya sastra tidak sekadar diciptakan untuk hiburan semata. Tetapi, ada maksud dan tujuan tertentu. Sastra berfungsi sebagai penghibur sekaligus mengajarkan sesuatu (Wellek dan Warren, 1990:25). Karena itu sastra sering dianggap indah dan bermanfaat. Manfaat dari karya sastra salah satunya adalah nilai kognitif dari drama dan novel adalah segi psikologisnya. Novelis dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia daripada psikolog. Jadi dalam sebuah novel diceritakan tiruan dari kehidupan yang mencerminkan kehidupan nyata yang dapat mengungkap kehidupan batin setiap tokoh, sehingga dapat ditarik nilai psikologi dari cerita yang ada sebagai pembelajaran dari kehidupan nyata para pembaca. Gaya bahasa merupakan pemanfaatan kedua aspek bahasa dan sastra. Tetapi penelitian ini lebih mengarah ke arah kajian sastra, yang ada dalam lingkup stilistika. Karena menurut Ratna (2009) dalam bukunya Stilistika: Kajian Puitika 1 Akmaliatus Saida adalah Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Artikel ini dibuat berdasarkan skripsi penulis. 2 Wahyudi Siswanto adalah dosen jurusan sastra Indonesia, sebagai pembimbing skripsi dari Akmaliatus Saida. 2 Heri Suwignyo adalah dosen jurusan sastra Indonesia, sebagai pembimbing skripsi dari Akmaliatus Saida.

2 Bahasa, Sastra dan Budaya. Menyebutkan jika stilistika merupakan penjembatan antara bahasa dan sastra untuk saling memahami antar keduanya. Stilistika hadir untuk mengupas lebih dalam keindahan yang ada di dalam bahasa sehingga makna yang disampaikan oleh penulis dapat tersalurkan. oleh karena itu, kajian stilistika digunakan untuk mengungkapkan bagaimana caranya kemungkinan itu dimanfaatkan dan bagaimana efeknya. Sehingga Stilistika berupaya menunjukkan bagaimana unsur-unsur suatu teks berkombinasi membentuk suatu pesan (Sudjiman, 1993:7). Menurut Keraf (1984) gaya bahasa ada lima bagian yaitu gaya bahasa yang dibagi menjadi segi nonbahasa dan bahasa itu sendiri, gaya bahasa berdasarkan pilihan kata yaitu mencangkup gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Gaya berdasarkan nada yang dibagi lagi menjadi gaya sederhana, gaya mulia dan bertenaga, dan gaya menengah. Berikutnya ada gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yaitu menyangkut klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis,dan repetisi dan yang terakhir gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. gaya bahasa ini di bagi menjadi dua yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Penelitian ini berfokus pada penggalian makna yang terdapat dalam gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung dalam cerita Madre. Maka penggunaan gaya bahasa Retoris dan gaya bahasa kiasan lebih tepat untuk menggaji masalah ini. Gaya retoris dan gaya bahasa kiasan merupakan alat untuk mengetahui apakah gaya bahasa yang ada dalam cerita Madre ini memiliki makna yang diungkapkan secara langsung atau melalui suatu permainan katakata yang menyebabkan makna tersebut tersembunyi dan perlu digali lebih dalam. Pengkajian karya sastra yang memusatkan pada segi gaya bahasa merupakan penelitian yang sudah tidak asing lagi. Tetapi, penelitian tentang gaya bahasa yang berfokus pada langsung tidaknya makna dalam cerita Madre ini masih jarang dilakukan. Penelitian ini bukan penelitian baru karena sudah banyak penelitianpenelitian sejenis yang telah dilakukan seperti penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo yang ditulis oleh Rafahmi (2010), Diksi dan Gaya Bahasa dalam Syair lagu campursari karya Cak Dikin yang ditulis dalam Skripsi Riyato, gaya penuturan dalam syair lagu Raihan oleh Ayu (2003), gaya bahasa dalam novel Supernova karya Dewi Lestari dan masih banyak lagi bentuk kajian gaya bahasa yang sejenis dengan penelitian ini. Dalam penelitian skripsi penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo oleh Rafahmi (2010) menemukan fungsi yang ada dalam tiap gaya bahasa 1) fungsi gaya bahasa sinekdoke yang intinya memperindah, 2) fungsi gaya bahasa metonimia yang intinya mengkongkretkan,3) fungsi gaya bahasa aliterasi yang dapat menciptakan efek dramatis, dan 4) fungsi gaya bahasa asonansi yang dapat menciptakan efek lebih. Dari temuan tersebut memang dapat dilihat jika gaya bahasa yang diteliti dalam peneliti tersebut hanya pada gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan gaya bahasa perulangan. Berbeda dengan penelitian Gaya Bahasa Dalam Cerita Madre karya Dewi Lestari, penelitian ini berfokus pada gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang bertujuan untuk (1) melihat penggunaan gaya bahasa retoris, (2) melihat penggunaan gaya bahasa retoris, dan (3) fungsi dari kedua gaya bahasa tersebut. penelitian ini dengan penelitian 2

3 3 sebelumnya juga berbeda yaitu jika Rafahmi meneliti tentang puisi sedangkan penelitian ini berupa karya fiksi yaitu cerita. METODE Penelitian di desain dengan menggunakan pendekatan stilistika. Pendekatan stilistika dalam penelitian ini adalah untuk melihat bentuk keindahan bahasa yang digunakan oleh Dewi Lestari dalam karyanya berupa cerita Madre. Keindahan bahasa tersebut berupa gaya bahasa, karena gaya bahasa membutuhkan unsur bahasa dan unsur sastra. Kedua unsur tersebut adalah suatu bentuk bahasa yang khas, bahasa yang telah dilentur-lenturkan oleh pengarang sehingga mencapai kesan keindahan dan kehalusan rasa (Semi, 1990:81). Oleh karena itu, pendekatan stilistika dalam penelitian ini mencoba melihat lebih dalam kemampuan Dewi Lestari dalam mengolah bahasa melalui gaya bahasa. Penelitian ini dilakukan pada tahun Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama yang dibantu dengan alat yang berupa tabel pengumpulan dan pengolahan data. peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Validasi penggunaan instrumen ini dengan di baca oleh seorang yang ahli yaitu dosen pembimbing. Data yang digunakan dalam penelitian berupa kutipan kata, frasa, kalimat, paragraf, yang berupa narasi tokoh, narasi latar, narasi konflik, dialog tokoh dengan tokoh lain, dialog tokoh dengan lingkungan dan monolog tokoh yang berkaintan dengan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dalam cerita Madre karya Dewi Lestari. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerita Madre karya Dewi Lestari (2011) cetakan kedua yang diterbitkan oleh penerbit Bentang di Yogyakarta. Bentuk analisis data dalam penelitian ini adalah (1) identifikasi data, yaitu menunjukkan gaya bahasa dari aspek gaya bahasa retoris dan kiasan dalam cerita Madre karya Dewi Lestari, (2) menguraikan gaya bahasa dari aspek gaya bahasa retoris dan kiasan dalam cerita Madre karya Dewi Lestari, dan (3) interpretasi, yaitu suatu kegiatan untuk memberikan pandangan kritis terhadap bahan kajian. HASIL Hasil dari penelitian adalah (1) terdapat delapan belas jenis gaya bahasa retoris dalam cerita Madre karya Dewi Lestari, (2) terdapat tiga belas jenis gaya bahasa kiasan dalam cerita Madre karya Dewi Lestari, dan (3) terdapat empat fungsi utama dari penggunaan gaya bahasa dalam cerita Madre karya Dewi Lestari. Hasil ini dapat di kelompokkan menurut masalah yang diteliti, Berikut hasil dari setiap rumusan masalah. Penggunaan Gaya Bahasa Retoris dalam Cerita Madre karya Dewi Lestari Gaya bahasa retoris adalah gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dan konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf, 1984:129). Dalam karya sastra berupa prosa baik itu novel, cerpen ataupun lainnya gaya bahasa retoris sering digunakan. Begitu pula dengan penggunaan gaya bahasa retoris dalam cerita Madre karya Dewi Lestari, gaya bahasa retoris banyak digunakan. Dalam gaya bahasa retoris ini terdapat dua puluh empat jenis gaya bahasa yang masing-masing memiliki bentuk dan nama tersendiri. Dari kedua puluh

4 empat jenis gaya bahasa tersebut diantaranya adalah aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis, apostrof, asindenton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautology, perifrasis, prolepsis, erotesis, silepsis dan zeugma, koreksio, hiperbola, paradoks, dan oksimoron. Kedua puluh empat jenis gaya bahasa retoris tidak seluruhnya digunakan dalam cerita Madre karya Dewi Lestari. Dari prosedur pengumpulan yang digunakan pada sumber data ditemukan delapan belas jenis gaya bahasa retoris yang digunakan dalam sumber data. Delapan belas gaya bahasa tersebut adalah gaya bahasa aliterasi, asonansi, anastrof/ inversi, apofasis/ preterisio, asindenton, polisindenton, kiasmus, elipsis, eufimismus, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, erotesis, silepsis, koreksio atau eparnortosi, paradoks, dan oksimoron. Penggunaan Gaya Bahasa Kiasan dalam Cerita Madre kaya Dewi Lestari Gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang merupakan bentuk penyimpangan yang lebih jauh, khususnya di bidang makna. gaya bahasa ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari gaya bahasa retoris. Gaya bahasa kiasan ini memiliki beberapa cabang yaitu gaya bahasa kiasan simile, metafora, alegori, parabel, fabel, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonmia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme dan sarkasme, satire, innuendo, antifrasis dan Pun atau paronomasia. Dari sekian banyak gaya bahasa kiasan, yang digunakan Dewi Lestari dalam cerita Madre hanyalah tiga belas jenis gaya bahasa. ketiga belas jenis gaya bahasa kiasan yang digunakan tersebut adalah gaya bahasa simile, metafora, personifikasi, alusi, epitet, sinekdoke, metonmia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme dan sarkasme, satire, innuendo, dan antifrasis. Fungsi Gaya Bahasa Retoris dan Kiasan dalam Cerita Madre karya Dewi Lestari Gaya bahasa dalam sebuah prosa dapat difungsikan untuk, 1) memaparkan gagasan secara lebih hidup dan menarik, 2) menggambarkan suasana secara lebih hidup dan menarik, 3) untuk menekankan ataupun menyanggahkan suatu gagasan, 4) untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung (Aminuddin, 2001). Inti dari peryataan Aminuddin di atas adalah untuk mendukung sagala hal yang ada dalam suatu karya prosa dengan bahasa pilihan atau penyimpangan bahasa yang diinginkan pengarang. Dari penjabaran gaya bahasa yang ada dalam gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna, baik itu gaya bahasa retoris maupun gaya bahasa kiasan. Semua fungsi gaya bahasa menurut Aminuddin (2001) seluruhnya dipakai dalam cerita Madre. Diantara keempat fungsi gaya bahasa dalam prosa atau cerita Madre yaitu (1) penggunaan gaya-gaya bahasa tertentu dalam cerita menimbulkan fungsi untuk memaparkan gagasan secara lebih hidup. Diantara gaya bahasa yang memiliki fungsi ini adalah gaya bahasa personifikasi, metonimia, metonimia dan lain-lain. (2) Fungsi yang kedua yaitu menggambarkan suasana secara lebih hidup dan menarik dapat dilihat dari pemakaian gaya bahasa apofasis, anastrof, kiasmus dan ellipsis. (3) Fungsi ketiga yaitu untuk menekankan ataupun menyangga suatu gagasan. Salah satu fungsi ketiga inilah yang banyak ada dalam gaya bahasa yang dipakai Dewi Lestari dalam cerita Madre. Diantara gaya bahasa yang menekankan makna diantaranya gaya bahasa aliterasi dan asonansi, silepsis, oksimoron, metonimia, epitet, metonimia dan hipalase. Sedangkan yang mengaburkan makna 4

5 5 diantaranya yaitu gaya bahasa antonomasia. (4) Fungsi gaya bahasa terakhir dalam cerita Madre yaitu untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung. Fungsi ini behubungan langsung dengan gaya bahasa yang sedang dibahas yaitu gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. fungsi ini dipakai oleh gaya bahasa alusi, sinekdoke,pleonasme, tautology dan perifrasis. Selain fungsi di atas, gaya bahasa dalam setiap karya sastra pasti dapat mewakili penulisnya, karena gaya bahasa dalam karya sastra tergantung pada latar belakang penulis yang dapat memberi nilai terhadap watak, pribadi, kemampuan dan lain-lain. Fungsi-fungsi di atas tidak lepas dari citra keindahan yang ditimbulkan gaya bahasa yang digunakan, sehingga menambah nilai makna yang dituliskan pengarang. Kekhasan tulisan Dewi Lestari juga tidak lepas dari efek-efek tertentu yang tercipta. Seperti, pemilihan kata yang digunakannya dalam cerita ini memberikan gambaran tentang kepribadian Dewi Lestari yang cerdas, santun serta kesederhanaan yang tergambar dalam pemilihan kata, Selain itu pengetahuannya yang sangat luas juga tergambar dalam cerita Madre. Baik secara jelas maupun tersamarkan sebuah tulisan pasti akan mencerminkan sosok yang menuliskan tulisan tersebut. Karena, sebuah tulisan merupakan hasil dari olah pikir seseorang. Karena proses dalam sebuah tulisan dibutuhkan olah otak yang tergantung pada penulis itu sendiri. Cerita Madre karya Dewi Lestari ini merupakan hasil olah pikir yang luas biasa. Cerita ini merupakan bentuk cerita yang unik dan indah untuk dinikmati, serta makna yang ingin disampaikan juga memberikan kesan yang positif dan bermanfaat. PEMBAHASAN Dari hasil temuan di atas perlu penjelasan dari bagaimana hasil tersebut tercapai. Berikut pembahasan dari tiga rumusan masalah dalam penelitian ini. Penggunaan Gaya Bahasa Retoris Dalam Cerita Madre Karya Dewi Lestari Dari paparan hasil di atas telah diketahui penggunaan gaya bahasa apa saja yang digunakan dalam sumber data. Delapan belas jenis gaya bahasa retoris tersebut yaitu gaya bahasa aliterasi. (1) Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama (Keraf,1984:130). Gaya bahasa ini membahas tentang bentuk kalimat atau frasa yang di dalamnya terdapat huruf konsonan yang diulang. Dalam cerita Madre karya Dewi Lestari, gaya bahasa aliterasi ini sebenarnya banyak ditemukan. Di antara konsonan yang paling sering digunakan antara lain B, M, P, D, S, T, K, J dan L. tetapi banyaknya penggunaan gaya bahasa aliterasi ini tidak membuat majas tersebut memiliki kualitas yang tinggi dalam hal penggulangan konsonan. Dari penggulangan konsonan di atas, pemakai bunyi cacophony dalam data tidak keseluruan digunakan pada gaya bahasa aliterasi. Karena tidak semua yang memakai gaya bahasa aliterasi atau penggulangan konsonan ini memiliki kesan kebekuan, kesepian atau kesedian atau kebekuan. (2) Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama (Tarigan, 1985:182). Keindahan bahasa yang menggunakan pemilihan kata yang cermat. Sehingga penggunaan gaya bahasa aliterasi ini banyak digunakan di dalam cerita Madre dan semua vokal yaitu a, i, u, e dan o digunakan dengan baik untuk memanfaatkan gaya bahasa ini. Kebanyakan gaya bahasa asonansi ini termasuk bentuk euphony yang

6 mengesankan kalimat yang berakhiran konsonan dikaitkan dengan suatu keriangan, vitalitas, maupun gerak yang mengarang pada kesenangan. Tetapi sebaliknya, sebagian besar data yang termasuk di dalam gaya bahasa ini mengarah pada suasana yang kurang menyenangkan. (3) Anastrof / Inversi adalah gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat (Keraf, 1984:130). pembalikan susuna kata dalam gaya bahasa anastrof, berupa pembalikan subyekpredikat yang secara umum berurutan menjadi terbalik. Penggunaan gaya bahasa anastrof / inverse dalam cerita Madre karya Dewi Lestari jarang digunakan. Penemuan data yang diperoleh dalam penelusuran pencarian dalam teks cerita Madre hanya sejumlah delapan buah kata. Sebagian gaya bahasa anastrof ini digunakan untuk identitas tokoh Pak Hadi yang memiliki ciri khas tersendiri. (4) Apofasis/ Preterisio adalah sebuah gaya penulisan untuk menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal (Keraf, 1984:130). Seperti membiarkan saja sesuatu tersebut berlalu bahkan terkesan disangkal oleh penulis, tetapi inilah gaya bahasa yang memainkan bahasa sebagai objek permainan. Gaya bahasa ini merupakan salah-satu ciri khas Dewi Lestari dalam karyanya Madre. Sering beliau seperti menyepelekan sesuatu yang jika dibaca lebih dalam lagi, ternyata itulah sesuatu yang ingin disampaikan oleh Dewi Lestari atau berupa makna yang terpendam dalam tulisannya tersebut. (5) Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mapat dalam beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk tersebut biasanya dipisahkan saja oleh tanda koma ( Tarigan, 1985:142). Penggunaan gaya bahasa asidenton dalam cerita Madre karya Dewi Lestari dalam penjaringan data banyak digunakan. Karena Dewi Lestari sering menyebutkan sesuatu yang lebih dari dua hal. Selain itu gaya bahasa asidenton tersebut juga digunakan untuk menerangkan sesuatu hal. Dan sepertinya pengarang ingin apa yang dibayangkannya sesuai dengan yang dibayangkan oleh pembaca. Sehingga Dewi Lestari tidak jarang mendeskripsikan keterangan berupa setting latar yang banyak dan lengkap sehingga gambaran yang diinginkannya jelas dan tersalurkan. (6) Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton (Keraf, 1984:131). dalam polisidenton beberapa kata, frase, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung. Penggunaan gaya bahasa polisidenton dalam cerita Madre karya Dewi Lestari kurang digunakan. Karena sebenarnya jika dalam kalimat terdapat beberapa frasa yang saling berhubungan lebih dari dua maka cukup digunakan tanda koma atau menggunakan gaya bahasa asindenton. Tetapi gaya bahasa polisidenton ini digunakan sebagai variasi gaya yang membuat pembaca tidak jenuh dengan sesuatu yang sama dan selalu diulang. (7) Kiasmus adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila di bandingkan dengan frasa dan klausa lainnya (Keraf,1984: 132). Pertentangan dalam satu kata tersebut terkadang dipakai sinonim suatu kata, untuk membandingkan sesuatu yang berbalik tetapi berimbang. Penggunaannya digunakan untuk mencapai efek tertentu yang diinginkan dalam kalimat dalam cerita Madre. 6

7 (8) Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengarnya, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku (Keraf,1984:132). Jadi jika dalam satu kalimat tersebut tidak memiliki struktur yang lengkap tetapi hanya dengan apa yang ada tersebut pembaca sudah dapat menafsirkan apa yang hilang tersebut. Karena kesederhanaan dalam penggunaan kata atau kalimat dalam karya Dewi Lestari merupakan ciri khas yang sering ditemui dalam karyanya. (9) Eufemismus adalah mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik (Keraf,1984). Gaya bahasa ini pada intinya adalah unsur kesopanan yang membuat kalimat lebih santun. Penggunaan majas ini memang salah satu gaya bahasa yang sering digunakan dalam karya Dewi Lesatari. Karena, bahasa yang digunakan dalam karyanya berupa bahasa yang santun dan terkesan indah. (10) Litotes yaitu gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecilkecilkan, dikurangi dari kenyataan sebenarnya, atau merendahkan diri ( Tarigan, 1984:58). Gaya bahasa litotes ini hanya digunakan pada seorang tokoh. Dari gaya bahasa litotes tersebut menjadikan karakter tokoh tersebut memiliki sifat yang rendah diri. (11) Histeron Proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar (Keraf, 1984:132). Gaya bahasa ini hanya digunakan pada saat-saat tokoh seperti membayangkan sesuatu yang tidak mungkin, seperti pada data yang telah disebutkan di atas, yang hanya sekadar untuk menguatkan makna pada kalimat yang menggunakan gaya bahasa ini. (12) Pleonasme adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan (Keraf, 1984:132) gaya bahasa tautologi sebernarnya sama dengan gaya bahasa pleonasme tetapi terdapat perbedaan yang mencolok dari kedua gaya bahasa ini yaitu pada gaya bahasa tautologi merupakan bentuk penggunaan kata-kata yang sebenarnya menggulang kata yang telah ada sebelumnya. Tetapi dalam penggunaannya khususnya dalam cerita Madre karya Dewi Lestari membuat kalimat terkesan lebih hidup dan dapat menyiratkan makna yang lebih terarah sesuai dengan keinginan penulis karena terjadinya pengulangan atau penambahan kata yang lebih membuat kalimat tersebut semakin jelas mengarah pada makna. (13) Perifrasis adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, perbedaannya terletak dalam hal bahwa kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja (Keraf, 1984:132). Dalam gaya bahasa ini menggunakan kata-kata yang banyak tetapi sebenarnya kata-kata tersebut hanya sekedar pemborosan kata yang dapat digantikan dengan hanya satu kalimat. Penggunaaan majas ini hanya digunakan pada saat-saat tertentu yang menurut penulis tepat menggunakan gaya bahasa ini. Sehingga dalam cerita Madre ini terkesan ringkas tetapi memiliki makna yang luas sesuai dengan yang diharapkan pengarang. (14) Erotesis atau Pertanyaan Retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki jawaban (Keraf, 1984:133). Kebanyakan gaya bahasa ini dipakai tokoh saat ia berdialog dengan diri sendiri atau yang biasa disebut monolog. Tetapi tidak 7

8 memungkinkan jika gaya bahasa ini digunakan saat berdialog antar tokoh dengan tujuan menekankan atau meyakinkan. (15) Silepsis dan Zeugma adalah gaya yang dipakai orang untuk mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menggabungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya sebuah kata yang mempunyai hubungan dengan kata pertama (Keraf, 1984:132). Secara tidak langsung gaya bahasa Zeugma ini menggunakan kata yang berlawanan, tetapi yang memiliki hubungan dengan kalimat sebelumnya hanya salah satu kata saja. Penggabungan dua kata yang bertentangan atau tidak dalam penggunaannya di dalam cerita Madre karya Dewi Lestari bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu penggunaan yang sering dilakukan oleh gaya bahasa silepsis yang merupakan kalimat yang sematiknya kurang pas. Serta penggunaan gaya bahasa zeugma yang minim sekali sehingga dalam keseluruhan teks cerita gaya bahasa ini dapat di hitung dengan jari. Karena penggunaan lawan kata atau kata yang dipertentangkan dalam satu kalimat memang sulit untuk dipadukan dalam satu kalimat. (16) Koreksio atau Eparnortosi adalah suatu gaya yang berwujud, mulamula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya (Keraf, 1984:133). Seperti yang sering terjadi dalam dialog yang penuturnya kurang yakin dalam menyatakan pendapat yang kemudian sang penutur meyakinkannya dengan mengubah opsi yang pertama atau membenarkannya. Penggunan majas koreksio dalam cerita Madre karya Dewi Lestari sangatlah terbatas dua kalimat saja. Majas ini digunakan pada saat tokoh Mei ragu-ragu dalam memastikan sesuatu. (17) Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada (Keraf, 1984:133). Dari penggunaan gaya bahasa paradoks dalam sumber data, gaya bahasa ini sering digunakan. Penggunaan majas tersebut dimanfaatkan untuk menekankan sesuatu dalam kalimat yang tentunya tidak menyampingkan makna yang ingin dicapai. (18) Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan (Keraf, 1984:134). Hampir sama dengan majas paradoks tetapi perbedaannya terdapat dalam usaha untuk menggabungkan. Kata-kata pertentangan dalam satu kalimat dirangkai dengan apik berkat keahlian menulis Dewi Lestari yang tidak dapat diragukan lagi. Penggunaan Gaya Bahasa Kiasan Dalam Cerita Madre Karya Dewi Lestari (1) Gaya bahasa persamaan atau gaya bahasa Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit (Keraf, 1985:138 ). Penggunaan gaya bahasa persamaan dalam cerita Madre sebenarnya sering dijumpai. Gaya bahasa ini dikuatkan lagi dengan penggunaan kata-kata yang memang lazim digunakan untuk menyamakan sesuatu, yaitu kata seperti, bagai atau bagaikan, kayak, seolah, dan semacam. Tetapi kata yang paling sering digunakan adalah kata seperti, karena kata ini memang tidak asing dalam hal menyamakan sesuatu. (2) Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat (Keraf, 1984:139). Penggunaan gaya bahasa metafora dalam cerita Madre karya Dewi Lestari sebenarnya hampir sama dengan penggunaan gaya bahasa simile. Kedua gaya bahasa ini digunakan beriringan agar gaya bahasa yang dipakai dalam cerita tersebut terkesan bervariasi. Persamaan-persamaan yang dipakainya pun tidak monoton yang telah sering digunakan oleh penulis lain, tetapi banyak persamaan yang terkesan baru 8

9 dan memang cocok untuk digunakan dalam persamaan pada kata yang digunakan sehingga membuat kata-kata yang ada dalam cerita Madre lebih bernyawa. (3) Personifikasi atau gaya bahasa prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang mengambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan (Keraf, 1984:140). Penggunaan gaya bahasa personifikasi pada cerita Madre banyak digunakan, dengan tujuan untuk lebih menghidupkan atau di atas disebutkan bernyawa lagi sesuatu yang disebutkan dengan menggunakan gaya bahasa ini. Gaya personifikasi ini juga banyak menggunakan gaya yang khas dan termasuk baru sehingga efek yang ditimbulkan terkadang tidak dapat ditebak oleh pembaca. (4) Gaya bahasa alusi adalah semacam acuan yang berusaha mengsugestikan kesamaan antara orang, tempat atau peristiwa (Keraf, 1984:141). Gaya bahasa alusi, pengguna dalam cerita sebenarnya sangat terbatas. pemakaian gaya bahasa ini dalam cerita tergolong dalam alusi yang baru dan efektif. (5) Gaya bahasa epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri khusus dari seseorang atau sesuatu hal (Keraf, 1984:141). Penggunaan gaya bahasa epitet dalam cerita Madre ini sering digunakan. Beberapa kata yang digunakan dalam gaya bahasa epitet antara lain awan hitam, turis domestic, air muka,hubungan langsung dan lainnya. Terkadang kata yang digunakan memiliki makna yang telah disepakati tetapi Dewi Lestari terkadang juga memasukkan unsur-unsur yang terbilang baru sehingga pembaca merasa terhibur dan tidak menjenuhkan. (6) Menurut Tarigan (1985:248) sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai penganti nama keseluruhan, atau sebaliknya. Penggunaan gaya bahasa sinekdoke, baik pras pro toto maupun totum pras parte terkadang digunakan dalam cerita Madre. Penggunaan gaya bahasa ini kebanyakan menggunakan bagian tubuh tertentu untuk yang prasprototo. Dan yang totumprasparte memberikan efek yang lebih simple dan efisien dalam penggunaan kalimat. Karena pembaca dapat menafsikan sediri apa yang dimaksudkan oleh pengarang melalui tulisan yang diberi efek dengan gaya bahasa sinekdoke. (7) Gaya bahasa metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain (Keraf, 1984:142). Penggunaan gaya bahasa metonimia ini sering digunakan, terutama penggunaan kata Madre. Katakata yang digunakan dalam gaya bahasa metonimia membuat kalimat yang digunakan lebih padat, dan juga tanpa mengulangi lagi atau menerangkan kata apa yang ditulis penulis karena pembaca sebagian besar telah memahaminya. (8) Gaya bahasa antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan bentuk khusus dari sinekdoke untuk menggantikan nama diri, gelar resmi atau jabatan (Keraf, 1984:142). Dari penjaringan data yang telah dilakukan oleh peneliti, gaya bahasa antonomasia ini sangat sulit ditemukan dari dalam sumber data. (9) Gaya bahasa hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain (Keraf, 1984:142). Penggunaan gaya bahasa ini terkadang digunakan karena ditemukan delapan belas data yang berupa kalimat, yang merupakan gaya bahasa hipalase ini. Sedikit mengulang dari pembahasa di atas penggunaan gaya bahasa ini sangat baik digunakan dalam sumber data karena kwalitas penulis yang tidak sembarangan. 9

10 (10) ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud yang berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian katakatanya (Keraf, 1984:143). Penggunaan gaya bahasa sindiran yang dimulai dari gaya bahasa ironi, sinisme dan sarkasme memang digunakan oleh Dewi Lestari dalam ceritanya yang berjudul Madre. Tetapi, gaya bahasa yang digunakan tersebut tidak tergolong sangat kasar atau keras, karena dari awal Dewi Lestari telah menciptakan kesan santun pada cerita yang ia tulis. Walau sindiran atau kata-kata kasar harus digunakan, tetapi beliau telah memilih kata secara cermat sehingga kata yang digunakan tetap santun walau efek yang digunakan semestinya harus kasar. (11) Gaya bahasa satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu (Keraf, 1984:144). Penggunaan gaya bahasa Satire ini banyak digunakan oleh Dewi Lestari. Dihasilkan dua puluh kalimat yang merupakan bantuk dari gaya bahasa satire dalam cerita Madre. Gaya bahasa Dewi Lestari memang santun, sehingga memang jarang digunakan kalimat-kalimat yang menyatakan ironi secara terang-terang. (12) Gaya bahasa inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya (Keraf, 1984:145). Penggunaan gaya bahasa inuendo dalam cerita Madre karya Dewi Lestari ini jarang digunakan. Teknik penggunaan gaya bahasa sindiran yang mengecilkan masalah ini sebenarnya dikemas indah karena kalimat yang menggunakan gaya bahasa ini terkesan enak dibaca dan mudah dipahami walau sebenarnya kalimat tersebut adalah sindiran, tetapi terkadang pembaca tidak sadar kalau kalimat tersebut adalah bentuk sindiran. (13) Gaya bahasa antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikan, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat dan sebagainya (Keraf, 1984:145). Penggunaan gaya bahasa antifrasis ini banyak digunakan oleh Dewi Lestari. Cara penghalusan kalimat atau pemutar balikkan makna kalimat yang dari kasar ia susun menjadi kalimat yang sopan merupakan keahlian Dewi Lestari yang tidak dapat diragukan lagi. Fungsi Gaya Bahasa Retoris dan Gaya Bahasa Kiasan Dalam Cerita Madre karya Dewi Lestari Fungsi gaya bahasa menurut Aminuddin (2001) yaitu penggunaan gayagaya bahasa tertentu dalam cerita menimbulkan fungsi untuk memaparkan gagasan secara lebih hidup. Diantara gaya bahasa yang memiliki fungsi ini adalah gaya bahasa personifikasi, metonimia, metonimia dan lain-lain.fungsi yang kedua yaitu menggambarkan suasana secara lebih hidup dan menarik dapat dilihat dari pemakaian gaya bahasa apofasis, anastrof, kiasmus dan ellipsis. Fungsi ketiga yaitu untuk menekankan ataupun menyangga suatu gagasan. Fungsi ketiga ini banyak dalam cerita Madre. Diantara gaya bahasa yang menekankan makna diantaranya gaya bahasa aliterasi dan asonansi, silepsis, oksimoron, metonimia, epitet, metonimia dan hipalase. Sedangkan yang mengaburkan makna diantaranya yaitu gaya bahasa antonomasia. Fungsi gaya bahasa terakhir dalam cerita Madre yaitu untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung. Fungsi ini behubungan langsung dengan gaya bahasa yang sedang dibahas yaitu gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. fungsi ini dipakai oleh gaya bahasa alusi, sinekdoke,pleonasme, tautology dan perifrasis. 10

11 11 Fungsi-fungsi di atas tidak lepas dari citra keindahan yang ditimbulkan gaya bahasa yang digunakan, sehingga menambah nilai makna yang dituliskan pengarang. Dengan gaya kepengarangan Dewi Lestari yang indah dan cantik membuat karyanya begitu banyak disukai. Kekhasan tulisan Dewi Lestari juga tidak lepas dari efek-efek tertentu yang tercipta. Karena, pemilihan kata yang digunakannya dalam cerita ini memberikan gambaran tentang kepribadian Dewi Lestari yang cerdas. Kecerdasan penulis terlihat jelas dari cerita yang dibangun. Madre merupakan sebuah bentuk cerita yang unik, tetapi memiliki banyak isi yang dapat kita galih dalamnya. Selain itu, kesantun serta kesederhanaan yang tergambar dalam pemilihan kata yang digunakan membuat pembaca merasa enak untuk membaca. Seperti pada penggunaan gaya bahasa eufimismus, litotes, dan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata ganti yang lebih halus pada gaya bahasa metonimia dan personifikasi yang banyak ditemukan dalam sumber data. Baik secara jelas maupun tersamarkan sebuah tulisan pasti akan mencerminkan sosok yang menuliskan tulisan tersebut. Karena, sebuah tulisan merupakan hasil dari olah pikir seseorang. Karena proses dalam sebuah tulisan dibutuhkan olah otak yang tergantung pada penulis itu sendiri. Cerita Madre karya Dewi Lestari ini merupakan hasil olah pikir yang luas biasa. Cerita ini merupakan bentuk cerita yang unik dan indah untuk dinikmati, serta makna yang ingin disampaikan juga memberikan kesan yang positif dan bermanfaat. PENUTUP kesimpulan Kedua puluh satu gaya bahasa dalam gaya bahasa retoris tidak seluruhnya dipakai pada cerita Madre. Penggunaan gaya bahasa retoris dalam cerita Madre hanya delapan belas jenis gaya bahasa. Kedelapan belas gaya bahasa di atas merupakan bentuk penyimpangan yang melibatkan konstruksi kata atau kalimat. Seperti pada penggulangan huruf-huruf tertentu pada aliterasi dan asonansi. Pembalikan susunan konstruksi kalimat dalam gaya bahasa anastrof. Penegasan yang menyangkal pada gaya bahasa apofasis. Penggunaan kata-kata yang banyak sehingga membutuhkan kata hubung atau tanda hubung pada gaya bahasa asindenton dan polisindenton. Bentuk pertentengan dari suatu kata pada gaya bahasa kiasmus, silepsis, paradoks dan oksimoron. Gaya bahas elipsis yang menghilangkan unsur kalimat. Memperhalus arti dalam gaya bahasa eufimismus dan litotes. Gaya bahasa pleonasme dan perifrasis yang memakai kata yang berlebihan. Serta gaya bahasa erotesis yang seperti monolog dan gaya bahasa koreksio yang membenarkan perkataan sendiri. Gaya bahasa retoris ini masih belum melibatkan makna dalam pemakaiannya, sedikit yang menggunakan makna kata tetapi, tidak sedalam pada gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa adalah bentuk penggunaan bahasa berdasarkan peyimpangan makna. Gaya bahasa ini dibagi menjadi enam belas jenis gaya bahasa. Keenam belas gaya bahasa tersebut tidak seluruhnya digunakan dalam cerita Madre. Dari keenam belas gaya bahasa kiasan, tiga belas jenis gaya bahasa yang digunakan Dewi Lestari dalam sumber data. Gaya bahasa kiasan merupakan bentuk penyimpangan bahasa yang melibatkan unsur makna. Jadi, ketiga belas jenis gaya bahasa dalam cerita Madre merupakan bentuk penyimpangan makna yang menimbulkan kesan-kesan tertentu yang mempengarui makna cerita Madre.

12 12 Dari kedua gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna di atas, didapatkan fungsi yang mempengaruhi cerita. Fungsi tersebut diantaranya memaparkan gagasan secara lebih hidup dan menarik, menggambarkan suasana secara lebih hidup dan menarik, untuk menekankan ataupun menyanggahkan suatu gagasan, dan untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung. Keempat fungsi tersebut seluruhnya ada di dalam tiga puluh satu jenis gaya bahasa baik dari gaya bahasa retoris maupun gaya bahasa kiasan. Keempat fungsi ada dalam gaya bahasa pada sumber data membuat karya sastra tersebut mencerminkan kesopanaan yang tercermin dari pemilihan kata yang digunakan pengarang, kesederhanaan yang khas dalam cerita sehingga terkesan melalui karya sastranya yaitu cerita Madre pengarang merupakan pribadi yang cerdas, sederhana, santun, serta berwawasan luas. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, muncul beberapa saran dari kesimpulan di atas. (1)Saran ditujukan kepada para peneliti bahasa agar dapat dilakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dalam bidang gaya bahasa. (2) Saran ditujukan kepada para guru dan pembelajar bahasa Indonesia. Disarankan agar menggunakan temuan penelitian ini sebagai salah-satu materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Hal ini diajukan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa dibidang sastra. (3)Saran ditujukan kepada pembaca dan masyarakat umum untuk lebih mencintai karya sastra Indonesia, terutama jenis prosa. (4)Saran ditujukan kepada para penyair untuk lebih memperhatikan penggunaan gaya bahasa, baik retoris maupun kiasan untuk dapat menimbulkan efek keindahan dan dramatisasi dalam karya sastra. Daftar Rujukan Aminuddin Kerangka Pemahaman Sastra Modern. Malang: PPS UM. Keraf, G Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Lestari, D Madre. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Rafahmi, F.N Penggunaan Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Telepon Genggam Karya JokoPinurbo. Skripsi Tidak Diterbitkan : Fakultas Sastra UM. Ratna, N. K, Stilistika,kajian puitika bahasa, sastra dan budaya.. Yogyakrta: Pustaka Pelajar. Semi, M.A Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Sudjiman, P Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Temprint Tarigan, H.G Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Wellek, R. dan Austin W Teori Kesusatraan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lokalitas dalam bahasa menunjukan identitas budaya yang dipakai dalam konteks sebuah komunitas bahasa dalam hal ini masyakat Minangkabau. Lokalitas dalam konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui dan mengerti maksud sebuah tulisan merupakan tujuan utama dalam membaca karya sastra. Karya sastra dibuat oleh pengarang karena adanya maksud atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan penelitian data dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data pada penelitian ini merupakan fenomena sosial. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah terkumpul landasan teoretis dan kerangka berpikir pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah metode. Metode digunakan untuk menyederhanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak biasa dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO Jurnal Publikasi Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota masyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan dari dalam diri manusia yang berupa,

Lebih terperinci

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK TEMA DAN GAYA BAHASA MENJEMPUT TUAH MENJUNJUNG MARWAH KARYA HAJI ABDUL MALIK ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Fatih Muftih NIM 090388201097 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 1 Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 Tisa Rahayu Vitiana 1 Sumadi 2 Dwi Sulistyorini 2 Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Jawa dan perpaduan antara Jawa dan Prancis. Perpaduan budaya tersebut berdampak memperkaya bahasa yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama, 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer Karya Pramoedya Ananta Toer sudah pernah dikaji oleh beberapa mahasiswa. Berikut ini kajian yang berkaitan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI Sri Rahayu 1, Yetty Morelent 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN Oleh Windo Dicky Irawan Farida Ariyani Email: windoirawan8@gmail.com Abstract Every language expression (form) has

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk

Lebih terperinci

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa BABII LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengam istilah style. Kata style diturunkan dari bahasa latin stylus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan. Media utama dalam karya sastra adalah bahasa, sehingga tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA) gaya bahasa (majas) - 1 - MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA) 1. Klimaks Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat. Contoh : Kesengsaraan membuahkan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk mememenuhi sebagian persyaratan memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh :

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh : 1 PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE SKRIPSI Oleh : VINA ESTI SURYANI X1206062 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di antaranya yaitu upacara perkawinan adat Jawa. Perkawinan adat Jawa memiliki berbagai bentuk upacara

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN 2.1 Gaya Bahasa 2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh

Lebih terperinci

GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO ( )

GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO ( ) 1 GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO (906212403156) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA INDONESIA JULI 2012 GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL

Lebih terperinci

GAYA BAHASA NOVEL SAAT UNTUK MENARUH DENDAM DAN SAAT UNTUK MENABURKAN CINTA KAYRA JULIUS R. SIYARANAMUAL

GAYA BAHASA NOVEL SAAT UNTUK MENARUH DENDAM DAN SAAT UNTUK MENABURKAN CINTA KAYRA JULIUS R. SIYARANAMUAL GAYA BAHASA NOVEL SAAT UNTUK MENARUH DENDAM DAN SAAT UNTUK MENABURKAN CINTA KAYRA JULIUS R. SIYARANAMUAL Irwan Syarif 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA ARTIKEL PENELITIAN Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye Oleh: ROSA MAULIDYA 0910013111201 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran I. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Novel Istilah novel sama dengan istilah roman, kata novel berasal dari bahasa Italia dan berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Roman dan novel mempunyai perbedaan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 108-116 Copyright 2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266 Tahun ke-8, No 1 ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK Fadlun Al fitri

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI Nurhasanah, Laurensius Salem, Agus Wartiningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail: ni2ng.nurhasanah@gmail.com

Lebih terperinci

INTISARI A. LATAR BELAKANG

INTISARI A. LATAR BELAKANG ANALISIS GAYA BAHASA PADA IKLAN SUSU ANAK MAJALAH AYAHBUNDA (EDISI JUNI 2010 MEI 2011) OLEH: BAHTIAR EFENDI NIM :A2A006010 Email: bahtiareffendi_19@yahoo.co.id INTISARI Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang gaya bahasa pernah dilakukan oleh Hendra Bharata. Penelitian tersebutu tentang gaya bahasa sindiran pada rubrik komik. Penelitian tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM 201210080312069 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh Era Octafiona Kahfie Nazaruddin Wini Tarmini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : eraoctafiona@yahoo.com

Lebih terperinci

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: dianti_arko@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan untuk penelitian ini sebagai berikut.

Lebih terperinci

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Oleh

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Oleh MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh Ratih Amalia Wulandari Edi Suyanto Muhammad Fuad Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: ratihamaliawulandari17@gmail.com Abstract This

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ALIMUN AKBAR SIREGAR NIM 090388201020 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI Asri Wahyuni Sari, Diyan Permata Yanda Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah, diperlukan sebuah konsep guna

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah, diperlukan sebuah konsep guna BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam menyusun sebuah karya ilmiah, diperlukan sebuah konsep guna mempermudah penelitian danmemberikan gambaran yang jelas tentang hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karya Sastra Fiksi dan Nonfiksi Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra fiksi dan karya sastra nonfiksi. Karya sastra fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan Sastra sering kali dihubungkan sebagai suatu kata atau kalimat yang mengandung berbagai makna atau banyak makna yang sangat sulit

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS. Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS. Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang email: rohmaidasilvitri@gmail.com Abstract: This research purpose

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan sastra yaitu tentang gaya bahasa pada novel. Penelitian itu yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan sastra yaitu tentang gaya bahasa pada novel. Penelitian itu yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Selama ini penelitian yang membahas tentang masalah Penggunaan Gaya Bahasa dalam Berita Infotaimen belum pernah dilakukan hanya berhubungan dengan

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) GAYA BAHASA RETORIS KIASAN NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE. Oleh

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) GAYA BAHASA RETORIS KIASAN NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE. Oleh GAYA BAHASA RETORIS KIASAN NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE Oleh Vili Yanthi Kahfie Nazaruddin Edy Suyanto Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail: kagome_zesuke@yahoo.com

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B.

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B. ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B. KUNCORO Soleh Ibrahim 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan gaya bahasa dalam kumpulan novel Mimpi Bayang Jingga

Lebih terperinci

Gaya Bahasa pada Lirik Lagu dalam Album Gajah Karya Tulus dan Implikasinya. Oleh

Gaya Bahasa pada Lirik Lagu dalam Album Gajah Karya Tulus dan Implikasinya. Oleh Gaya Bahasa pada Lirik Lagu dalam Album Gajah Karya Tulus dan Implikasinya Oleh Ridha Adilla. AR Mulyanto Widodo Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: ridhaadilla@gmail.com Abstract The purpose

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aristoteles menyatakan bahwa karya sastra itu bisa memberikan katarsis atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN

PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN Joko Widianto, Abdul Ngalim, dan Agus Budi Wahyudi Prgram Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN KACAPIRING KARYA DANARTO (SEBUAH KAJIAN STILISTIKA)

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN KACAPIRING KARYA DANARTO (SEBUAH KAJIAN STILISTIKA) GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN KACAPIRING KARYA DANARTO (SEBUAH KAJIAN STILISTIKA) Teguh Trisanto, Christanto Syam, Sesilia Seli Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dengan menggunakan kajian stilistika yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dengan menggunakan kajian stilistika yaitu: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang gaya bahasa telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain dengan objek penelitian yang berbeda. Berikut ini merupakan beberapa contoh penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Titik Wahyuni Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran Hasil penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran Hasil penelitian BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai analisis gaya bahasa, sebelumnya pernah dilakukan. Beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh Mustakim dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

TEMA DAN FAKTOR KEBAHASAAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

TEMA DAN FAKTOR KEBAHASAAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK TEMA DAN FAKTOR KEBAHASAAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA DAN BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SYIRAZY (MELALUI KAJIAN INTERTEKSTUALITAS) Amelia Dian Utami 1), Hasnul Fikri 2), Syofiani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian yang berjudul Analisis Satire dalam Penggunaan Bahasa Indonesia pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang relevan sebagai bahan pembanding.

Lebih terperinci

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV Doni Mardiansyah 1, Ermanto 2, Amril Amir 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM DEBAT CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA PERIODE

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM DEBAT CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA PERIODE Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM DEBAT CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA PERIODE 2017-2022 Baiq Desi Milandari FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA)

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) digilib.uns.ac.id ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) SKRIPSI Disusun Oleh : Dian Maya Setia Ekawati K1208013

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karya Sastra Nonfiksi dan Fiksi Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra nonfiksi dan fiksi. Karya sastra nofiksi adalah karya sastra yang ditulis berdasarkan kajian

Lebih terperinci

Oleh Meizar Fatkhul Izza NIM

Oleh Meizar Fatkhul Izza NIM PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA KUMPULAN CERPEN HUJAN KEPAGIAN KARYA NUGROHO NOTOSUSANTO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT E-JURNAL ILMIAH ASMARIDA NPM. 09080206 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya bahasa adalah gaya bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan BAB II LANDASAN TEORI Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan Alternatif Penerapannya dalam Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi di SMA Kelas X Semester I berkaitan

Lebih terperinci

MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE

MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE Anita, Ahadi Sulissusiawan, dan Amriani Amir Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, PBS, FKIP Untan Pontianak. email: nita.nit77@yahoo.com

Lebih terperinci

GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM BERITA REDAKSIANA

GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM BERITA REDAKSIANA GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM BERITA REDAKSIANA DI TRANS 7 DAN RANCANGANNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) (Skripsi) Oleh ERIKA PRATIWI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN ANALISIS PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA IKLAN PRODUK KECANTIKAN PERAWATAN KULIT WAJAH DI TELEVISI. Oleh : KUSUMAWATI K

JURNAL PENELITIAN ANALISIS PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA IKLAN PRODUK KECANTIKAN PERAWATAN KULIT WAJAH DI TELEVISI. Oleh : KUSUMAWATI K JURNAL PENELITIAN ANALISIS PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA IKLAN PRODUK KECANTIKAN PERAWATAN KULIT WAJAH DI TELEVISI Oleh : KUSUMAWATI K1202523 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

II. LANDASAN TEORI. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 10 II. LANDASAN TEORI Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai teori-teori penelitian mengenai pengertian puisi, unsur-unsur struktur puisi, pengertian gaya bahasa,

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN LINGKUNGAN HIDUP

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN LINGKUNGAN HIDUP ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN LINGKUNGAN HIDUP THE ANALYSIS OF LANGUAGE STYLES IN ENVIRONMENTAL SLOGAN Marnetti Balai Bahasa Riau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan H.R. Soebrantas Km. 12,5

Lebih terperinci

GAYA BAHASA IKLAN PRODUK KESEHATAN DAN KOSMETIK PADA HARIAN PAGI POSMETRO PADANG

GAYA BAHASA IKLAN PRODUK KESEHATAN DAN KOSMETIK PADA HARIAN PAGI POSMETRO PADANG GAYA BAHASA IKLAN PRODUK KESEHATAN DAN KOSMETIK PADA HARIAN PAGI POSMETRO PADANG Agusmanto 1, Ermanto 2, Ermawati Arief 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: agoes.embun@gmail.com

Lebih terperinci

Luthfi Muhyiddin Fakultas Tarbiyah Institut Studi Islam Darussalam Gontor Abstrak

Luthfi Muhyiddin Fakultas Tarbiyah Institut Studi Islam Darussalam Gontor   Abstrak Gaya Bahasa Khutbah Jum at (Kajian Pola Retorika) Fakultas Tarbiyah Institut Studi Islam Darussalam Gontor E-mail: lutssagis@gmail.com Abstrak Dalam kaitannya dengan komunikasi searah, bahasa sering dipergunakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style

II. LANDASAN TEORI. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style lilin. Pada perkembangan berikutnya, kata style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM 11080035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda!

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda! 1. Diskusikan bersama kelompok Anda permajasan dan penyiasatan struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda! BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sesuai dengan rumusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ada dua yaitu skripsi Muput

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL MELALUI GAYA BAHASA DALAM PROGRAM SENTILAN SENTILUN DI METRO TV DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA.

KRITIK SOSIAL MELALUI GAYA BAHASA DALAM PROGRAM SENTILAN SENTILUN DI METRO TV DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA. KRITIK SOSIAL MELALUI GAYA BAHASA DALAM PROGRAM SENTILAN SENTILUN DI METRO TV DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA (Skripsi) Oleh RESI BISMA SARI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN GAYA BAHASA)

NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN GAYA BAHASA) NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN GAYA BAHASA) SKRIPSI Oleh: Antik Setiyorina K1208068 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kata-kata indah yang menjadikan puisi memiliki daya tarik dan nilai keindahan.

BAB II LANDASAN TEORI. kata-kata indah yang menjadikan puisi memiliki daya tarik dan nilai keindahan. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakikat Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling tua menurut sejarahnya. Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan gagasan yang disusun sedemikian

Lebih terperinci

GAYA BAHASA KIASAN DALAM KUMPULAN CERPEN JURAGAN HAJI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA DI SMA. (Skripsi) Oleh

GAYA BAHASA KIASAN DALAM KUMPULAN CERPEN JURAGAN HAJI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA DI SMA. (Skripsi) Oleh GAYA BAHASA KIASAN DALAM KUMPULAN CERPEN JURAGAN HAJI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA DI SMA (Skripsi) Oleh Anteng Rairiati Lalanissa FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GAYA BAHASA TUNG DESEM WARINGIN DALAM SEMINAR FINANCIAL REVOLUTION DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA. Oleh

GAYA BAHASA TUNG DESEM WARINGIN DALAM SEMINAR FINANCIAL REVOLUTION DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA. Oleh GAYA BAHASA TUNG DESEM WARINGIN DALAM SEMINAR FINANCIAL REVOLUTION DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA Oleh Fitri Nursilawati Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail : nursila50@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3 KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: Ayukuning11@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN GAYA BAHASA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN LAMPUNG POST, 4 JANUARI 2016 BERJUDUL TERORISME BERSEMAI SKRIPSI

STRUKTUR DAN GAYA BAHASA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN LAMPUNG POST, 4 JANUARI 2016 BERJUDUL TERORISME BERSEMAI SKRIPSI STRUKTUR DAN GAYA BAHASA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN LAMPUNG POST, 4 JANUARI 2016 BERJUDUL TERORISME BERSEMAI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci