PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Transkripsi

1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512); 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah Negara dengan tujuan pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi. 2. Perdagangan Melalui Sistem Elektronik adalah

2 perdagangan yang transaksinya dilakukan melalui serangkaian perangkat dan prosedur elektronik. 3. Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik adalah Transaksi Elektronik yang ditujukan untuk melakukan Kegiatan Usaha Perdagangan Secara Elektronik. 4. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik. 5. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. 6. Kegiatan Usaha Perdagangan Secara Elektronik adalah keseluruhan jenis dan bentuk usaha Perdagangan yang dilakukan melalui Komunikasi Elektronik. 7. Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui Sistem Elektronik. 8. Komunikasi Elektronik adalah setiap komunikasi yang digunakan dalam kegiatan Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik, berupa pernyataan, deklarasi, permintaan, pemberitahuan atau permohonan, atau konfirmasi, penawaran atau penerimaan terhadap penawaran, yang memuat kesepakatan para pihak untuk pembentukan atau pelaksanaan suatu perjanjian. 9. Pelaku Usaha Perdagangan Melalui Sistem Elektronik yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan usaha di bidang Perdagangan secara elektronik. 10. Pedagang (Merchant) adalah Pelaku Usaha yang melakukan Transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik baik dengan sarana yang dibuat dan dikelola sendiri secara langsung atau melalui sarana milik pihak Penyelenggara Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. 11. Penyelenggara Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik yang selanjutnya disebut PTPMSE adalah Pelaku Usaha penyedia sarana Komunikasi Elektronik yang digunakan untuk transaksi Perdagangan. 12. Penyelenggara Sarana Perantara (intermediary services) adalah Pelaku Usaha penyedia sarana komunikasi elektronik yang hanya berfungsi sebagai perantara dalam komunikasi elektronik antara pengirim dengan penerima.

3 13. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang telah diolah, yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya, dapat disimpan, dibaca kembali atau ditampilkan. 14. Iklan Elektronik adalah informasi untuk kepentingan komersial atas barang dan/atau jasa melalui Komunikasi Elektronik yang dimuat dan disebarluaskan kepada pihak tertentu baik yang dilakukan secara berbayar maupun yang tidak berbayar. 15. Penawaran Secara Elektronik adalah tindakan penawaran melalui Komunikasi Elektronik dari Pelaku Usaha kepada pihak lain. 16. Persetujuan Secara Elektronik adalah tindakan atau pernyataan persetujuan atau penerimaan secara sadar atas syarat dan kondisi yang disampaikan dalam Penawaran Elektronik baik yang dilakukan secara terhubung dalam jaringan (online) maupun yang dilakukan secara terpisah di luar jaringan (off-line). 17. Konfirmasi Elektronik adalah proses dan pemberian kesempatan bagi pembeli atau pengguna untuk secara sadar memberikan penegasan untuk menyetujui atau tidak menyetujui suatu Kontrak Elektronik sesuai dengan mekanime teknis dikembangkan secara jujur dalam Penawaran Elektronik, sebelum suatu Kontrak dinyatakan sah terjadi. 18. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara elektronik baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk diperdagangkan lebih lanjut kepada pihak lain. 19. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha. 20. Barang Digital adalah setiap Barang yang berbentuk Informasi Elektronik atau Digital meliputi barang yang merupakan hasil konversi atau pengalihwujudan maupun barang yang secara originalnya berbentuk elektronik. 21. Jasa adalah setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk pekerjaan atau hasil kerja yang dicapai, yang diperdagangkan oleh satu pihak ke pihak lain dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha. 22. Jasa Perdagangan Secara Elektronik adalah setiap layanan pekerjaan atau prestasi yang ditawarkan secara

4 elektronik kepada pihak lain, meliputi namun tidak terbatas pada jasa penyediaan sarana periklanan, penelusuran, pencarian harga, atau penyelesaian transaksi perdagangan (portal/cyber-mall) dan hal-hal yang serupa dengan itu. 23. Sertifikat Keandalan TPMSE adalah sertifikat elektronik yang memuat informasi tentang keandalan atau akuntabilitas sistem elektronik Pelaku Usaha yang menyelenggarakan Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik yang telah diaudit atau uji kesesuaian atas pengaturan mengenai penyelenggaraan perdagangan melalui sistem elektronik dari Lembaga Sertifikasi Keandalan yang terdaftar sesuai ketentuan dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik. 24. Mediasi Secara Elektronik adalah proses penyelesaian sengketa dengan cara mediasi melalui sistem elektronik yang diselenggarakan oleh jasa profesional penunjang yang dipilih berdasarkan kesepakatan para pihak. 25. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam bidang perdagangan. BAB II LINGKUP PENGATURAN DAN PRINSIP TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 2 Lingkup pengaturan perdagangan melalui sistem elektronik meliputi: a. Prinsip-prinsip Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; b. Yurisdiksi Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; c. Lingkup Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; d. Syarat Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; e. Pelaku Usaha Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Kedudukan Hukumnya; f. Penyelenggaraan Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; g. Kewajiban Pelaku Usaha Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; h. Bukti Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; i. Iklan Elektronik; j. Penawaran Melalui Sistem Elektronik; k. Perlindungan Data Pribadi; l. Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; m. Pengiriman Barang dan Jasa Dalam Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik;

5 n. Pengenaan Pajak dan Bea Materai Dalam Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; o. Kontrak Elektronik; p. Penukaran Barang dan Pembatalan Pembelian Dalam Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; q. Penyelesaian Sengketa Dalam Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik; dan r. Pembinaan dan Pengawasan. Pasal 3 Dalam melakukan Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik, para pihak harus memperhatikan prinsip sebagai berikut: a. Itikad baik; b. Kehati-hatian; c. Transparansi; d. Keterpercayaan; e. Akuntabilitas; dan f. Keseimbangan. BAB III YURISDIKSI DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 4 Terhadap transaksi perdagangan melalui sistem elektronik di dalam negeri dan di luar negeri yang menyangkut kepentingan nasional berlaku hukum Indonesia. Pasal 5 (1) Pilihan hukum dan forum penyelesaian sengketa yang berlaku bagi transaksi perdagangan secara elektronik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan kesepakatan para pihak, sepanjang posisi tawar menawar para pihak seimbang. (2) Dalam hal para pihak tidak menentukan secara tegas dalam Kontrak Elektronik, berlaku hukum Indonesia dan menunjuk pengadilan negeri Jakarta Pusat sebagai forum penyelesaian sengketa. (3) Dalam hal terjadi sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, konsumen dapat menggugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.

6 BAB IV LINGKUP TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 6 Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik merupakan hubungan hukum privat yang dapat dilakukan antara: a. Pelaku Usaha dengan Pelaku usaha; b. Pelaku Usaha dengan Konsumen; c. Pribadi dengan Pribadi; d. Pribadi dengan Pelaku Usaha; e. Penyelenggara Negara dengan Pelaku Usaha, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 7 (1) Penawaran dalam Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dapat dilakukan secara umum atau terbatas. (2) Terhadap penawaran yang dilakukan secara umum berlaku hukum Indonesia. (3) Sepanjang tidak ditentukan lain oleh para pihak dalam transaksi antara pelaku usaha, pilihan hukum dan pilihan forum yang berlaku dalam transaksi perdagangan secara privat adalah hukum Indonesia dan pilihan hukum ditentukan berdasarkan ketentuan tentang kompetensi relatif atau pada pengadilan niaga setempat. BAB V SYARAT TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 8 (1) Para Pihak harus memiliki, mencantumkan atau menyampaikan identitas subyek hukum yang jelas. (2) Setiap transaksi perdagangan melalui sistem elektronik yang bersifat lintas negara wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan di bidang ekspor atau impor. (3) Para pihak menggunakan sistem elektronik yang akuntabel. (terdaftar) Pasal 9 (1) Setiap orang yang melakukan transaksi perdagangan melalui sistem elektronik atas barang dan/atau jasa yang berdampak terhadap kerentanan keamanan

7 nasional harus mendapatkan security clearance dari instansi yang berwenang. (2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 10 (1) Dalam hal pembeli tidak mengetahui bahwa barang dan/atau jasa yang dibeli berdampak terhadap kerentanan keamanan nasional, maka kewajiban mendapatkan security clearance menjadi beban dan tanggung jawab Pedagang. (2) Dalam hal pembeli mengetahui bahwa barang dan/atau jasa berdampak terhadap kerentanan keamanan nasional, maka kewajiban mendapatkan security clearance menjadi beban dan tanggung jawab pembeli. (3) Tata cara mendapatkan security clearance berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PELAKU USAHA TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK DAN KEDUDUKAN HUKUMNYA Pasal 11 Pelaku Usaha pada Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik meliputi: a. Pedagang; b. PTPMSE; dan c. Penyelenggara Sarana Perantara. Pasal 12 (1) Pedagang dan Penyelenggara Sarana Perantara dapat berbentuk perorangan atau badan usaha. (2) PTPMSE wajib berbentuk badan usaha yang berbadan hukum Indonesia. (3) PTPMSE yang berbentuk badan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mayoritas saham harus dimiliki oleh perorangan dan/atau badan hukum Indonesia. Pasal 13 Pedagang, PTPMSE, dan Penyelenggara Sarana Perantara berkedudukan di luar negeri yang melakukan transaksi Perdagangan melalui sistem elektronik dengan Konsumen yang berkedudukan di Indonesia dianggap melakukan kegiatan operasional di Indonesia.

8 Pasal 14 PTPMSE sebagaimana dimaksud dalam Pasal huruf b dianggap berkedudukan hukum tetap di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. BAB VII PENYELENGGARAAN TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 15 Secara umum, setiap Pelaku Usaha yang melakukan transaksi perdagangan melalui sistem elektronik wajib memenuhi persyaratan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 16 Dalam setiap transaksi perdagangan melalui sistem elektronik, Pelaku Usaha wajib: a. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang identitas subyek hukum yang didukung dengan data-data atau dokumen-dokumen yang sah; b. Menyampaikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan terhadap Barang dan/atau Jasa yang diperdagangkan termasuk akuntabilitas sistem sarana perdagangan secara elektronik yang digunakan. Pasal 17 Setiap PTPSME harus menjamin bahwa sistem elektronik yang digunakan untuk transaksi perdagangan melalui sistem elektronik memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 18 (1) Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan transaksi perdagangan melalui sistem elektronik wajib memiliki tanda daftar khusus sebagai Pelaku Usaha Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dari Menteri. (2) PTPMSE dan pedagang yang memiliki sistem TPMSE sendiri wajib memiliki izin khusus perdagangan melalui sistem elektronik dari Menteri. (3) Penyelenggara sarana perantara dikecualikan dari ketentuan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan: a. bukan merupakan pihak yang mendapatkan manfaat (beneficiary); atau b. tidak terlibat langsung dalam hubungan kontraktual para pihak yang melakukan transaksi perdagangan melalui sistem elektronik.

9 (4) Dalam hal Pedagang dan Penyelenggara Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a dan huruf b merupakan Pelaku Usaha asing melakukan kegiatan usaha di dalam wilayah hukum Indonesia wajib memiliki izin dari Menteri. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin dan tanda daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 19 (1) Bagi Pelaku Usaha yang telah terdaftar sebagai Pelaku Usaha Transaksi Perdagangan Melalui Sistem elektronik akan mendapatkan Nomor Identitas Perusahaan Secara Elektronik. (2) Nomor Identitas Perusahaan Secara Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat dicantumkan dan/atau digunakan sebagai identitas hukum Pedagang atau PTPMSE. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan penggunaan Nomor Identitas Perusahaan Secara Elektronik diatur dalam Peraturan Menteri. Pasal 20 Dalam melakukan transaksi perdagangan melalui sistem elektronik, pedagang dapat menggunakan sarana penyelenggara transaksi perdagangan melalui sistem elektronik milik sendiri atau milik pihak lain yang berkedudukan hukum di Indonesia. Pasal 21 (1) Dalam hal Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik merugikan konsumen, konsumen dapat melaporkan kerugian yang diderita kepada Menteri. (2) Pelaku Usaha yang dilaporkan oleh konsumen yang dirugikan harus menyelesaikan masalah ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pelaku Usaha yang tidak menyelesaikan masalah ganti rugi dimasukkan ke dalam Daftar Prioritas Pengawasan oleh Menteri. (4) Daftar Prioritas Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diakses oleh Publik. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Daftar Prioritas Pengawasan diatur dalam Peraturan Menteri.

10 Pasal 22 (1) Pedagang di luar negeri yang melakukan kegiatan transaksi perdagangan melalui elektronik dengan menggunakan sarana penyelenggara transaksi perdagangan melalui sistem elektronik di Indonesia wajib memenuhi syarat dan ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia. (2) Pedagang di luar negeri yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan ke dalam Daftar Prioritas Pengawasan Pelaku Usaha oleh Menteri. (3) PTPMSE yang menerima pedagang asing yang tidak memenuhi syarat dan ketentuan peraturan perundangundangan dimasukkan ke dalam Daftar Prioritas Pengawasan. Pasal 23 Pelaku Usaha yang masuk dalam Daftar Prioritas Pengawasan dapat mengupayakan pengeluaran dari Daftar Prioritas Pengawasan dengan ketentuan: a. adanya laporan kepuasan konsumen; atau b. terdapat bukti adanya penerapan perlindungan konsumen secara patut. c. telah memenuhi syarat dan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1). BAB VIII KEWAJIBAN PELAKU USAHA TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 24 Pedagang di dalam negeri maupun di luar negeri yang menggunakan sarana yang dimiliki Penyelenggara Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik wajib memenuhi syarat dan ketentuan PTPMSE sesuai standar kualitas pelayanan yang disepakati dan peraturan perundangundangan. Pasal 25 Penyelenggara Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik wajib: a. memiliki nama domain tingkat tinggi yang merupakan kode Negara (Country Code Top Level Domain) Indonesia (Dot ID); b. melakukan pendaftaran sistem elektronik kepada instansi terkait sesuai peraturan perundang-undangan; c. memenuhi ketentuan persyaratan teknis yang ditetapkan oleh instansi terkait atau memperoleh Sertifikasi Keandalan sesuai peraturan perundang-undangan; d. mematuhi ketentuan-ketentuan sektoral lain yang terkait dengan perizinan dan/atau pendaftaran kegiatan usaha

11 perdagangan secara elektronik sesuai peraturan perundang-undangan; dan e. memiliki izin penyelenggaraan transaksi perdagangan melalui sistem elektronik. Pasal 26 Penyelenggara Sarana Perantara wajib melakukan pendaftaran sebagai pelaku usaha perdagangan melalui sistem elektronik apabila sebagai pihak yang: a. mendapatkan manfaat (beneficiary); atau b. terlibat langsung dalam hubungan kontraktual para pihak yang melakukan transaksi perdagangan melalui sistem elektronik. Pasal 27 (1) Jika dalam transaksi perdagangan melalui sistem elektronik terdapat konten informasi elektronik yang ilegal sehingga mengakibatkan kerugian akibat konten informasi dimaksud, maka pihak PTPMSE bertanggung jawab atas kerugian dimaksud. (2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal: 1) Pihak Penyedia Sistem Elektronik yang hanya berfungsi sebagai perantara (intermediary) dalam suatu Komunikasi Elektronik dengan ketentuan: a. dalam konteks pekerjaannya tersebut hanya bersifat meneruskan pencarian suatu informasi (mere conduit), yaitu: 1. tidak menginisiasi suatu transmisi; 2. tidak melakukan seleksi terhadap penerimaan; 3. tidak melakukan modifikasi terhadap informasi yang ditransmisikan. b. dalam konteks pekerjaan sebagai pihak yang menyediakan ruangan untuk melakukan penempatan atau peyimpanan informasi (hosting), yaitu: 1. provider tidak memiliki pengetahuan aktual aktivitas ilegal atau informasi dan, berkenaan dengan klaim untuk kerusakan, tidak menyadari fakta atau keadaan dari mana kegiatan ilegal atau informasi yang jelas; atau 2. penyedia, setelah mendapat pengetahuan atau kesadaran, bertindak cepat untuk menghapus atau menonaktifkan akses ke informasi. c. dalam konteks pekerjaan sebagai penyedia mesin pencari dan penelusur informasi dan jaringan (searching engine);

12 d. tidak memiliki pengetahuan aktual atau informasi kegiatan yang melanggar hukum dan, bila klaim ganti rugi dibuat, tidak menyadari fakta atau keadaan dari mana itu akan menjadi jelas bagi penyedia layanan yang kegiatan atau informasi itu tidak sah. (3) Penyedia atau pengguna layanan komputer interaktif tidak bertanggungjawab atas kerugian konten informasi elektronik yang ilegal apabila: a. setiap tindakan sukarela yang diambil dengan itikad baik untuk membatasi akses atau ketersediaan materi yang menurut pengguna atau penyedia termasuk dalam konten ilegal, dengan tanpa harus melakukan pengujian apakah hal tersebut dilindungi secara konstitusional ataukah tidak; atau b. setiap tindakan yang diambil untuk membatasi akses publik, tidak mengaktifkan, atau membuat menjadi tidak tersedia untuk dapat diakses baik oleh penyedia konten informasi itu sendiri ataupun oleh orang lain. (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku apabila PTPMSE yang bersangkutan bertindak cepat untuk menghapus link elektronik setelah mendapat pengetahuan atau kesadaran. Pasal 28 Untuk menghindari dan merespon adanya konten informasi elektronik yang ilegal, PTPMSE wajib: a. menyajikan lisensi kepada penggunanya untuk melakukan pemanfaatan sesuai hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan b. menyediakan sarana kontrol teknologi dan/atau sarana penerimaan laporan atau aduan masyarakat terhadap keberadaan konten ilegal ataupun penyalahgunaan ruang pada sistem elektronik yang dikelolanya sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 29 (1) PTPMSE wajib menjaga akuntabilitas sistem elektroniknya dan membangun keterpercayaan terhadap sistem yang diselenggarakannya kepada publik. (2) Sistem pengamanan dapat mencakup pengamanan pada sisi sistem komputer penyelenggara maupun pada sisi saluran komunikasi yang digunakan dan diselenggarakan oleh pihak lain.

13 Pasal 30 (1) Pelaku Usaha Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik wajib menyimpan data dan informasi transaksi perdagangan melalui sistem elektronik yang dilakukan untuk jangka waktu paling sedikit 10 (sepuluh) tahun. (2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit mengenai: a. pelanggan; b. penerimaan penawaran; c. konfirmasi elektronik; d. konfirmasi pembayaran; e. transaksi perdagangan online; f. status pengiriman; g. pengaduan dan sengketa perdagangan; dan h. Kontrak Elektronik. Pasal 31 Pelaku Usaha wajib: a. melindungi hak-hak konsumen sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen; dan b. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang persaingan usaha. Pasal 32 (1) Pelaku Usaha Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik wajib menyediakan layanan pengaduan bagi konsumen. (2) Layanan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mencakup: a. alamat dan nomor kontak pengaduan; b. prosedur pengaduan konsumen; c. mekanisme tindak lanjut pengaduan; d. petugas yang kompeten dalam memproses layanan pengaduan; dan e. jangka waktu penyelesaian pengaduan. BAB IX BUKTI TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 33 (1) PTPMSE wajib menyediakan dan menyimpan bukti Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik yang sah.

14 (2) Bukti Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi alat bukti yang sah dan mengikat para pihak sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 34 (1) Bukti Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 33 ayat (1) dapat dijadikan sebagai alat bukti lain dalam hukum acara dan tidak dapat ditolak pengajuannya sebagai suatu alat bukti dalam persidangan hanya karena dalam bentuknya yang elektronik. (2) Bukti Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Eelektronik sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 ayat (1) dapat dijadikan bukti tulisan yang autentik jika menggunakan Tanda Tangan Elektronik yang didukung oleh suatu Sertifikat Elektronik yang terpercaya sesuai peraturan perundang-undangan. (3) Kekuatan pembuktian terhadap suatu Informasi Elektronik yang menggunakan Tanda Tangan Elektronik dengan didukung oleh suatu Sertifikasi Elektronik yang berinduk kepada Sertifikasi Elekronik Pemerintah, mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya oleh pihak yang menampiknya. Pasal 35 Pengajuan informasi elektronik sebagai alat bukti yang sah dan mengikat sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 harus mempertimbangkan prinsip kesetaraan fungsional (functional equivalent approach) sebagai berikut: a. Dalam hal terdapat ketentuan hukum dalam suatu Undang-undang yang mempersyaratkan bahwa suatu perjanjian harus dilakukan dalam bentuk yang tertulis di atas media kertas, maka persyaratan tersebut dianggap telah terpenuhi oleh keberadaan suatu Informasi Elektronik melalui Sistem Komunikasi Elektronik yang dihadirkan sebagai bukti, sepanjang informasi Elektronik tersebut dapat disimpan, diakses dan ditampilkan kembali untuk penggunaan berikutnya sehingga subtansinya secara valid menerangkan suatu keadaan atau peristiwa hukum tertentu. b. Dalam hal terdapat suatu ketentuan hukum dalam Undang-undang yang mempersyaratkan bahwa suatu perjanjian harus disimpan dalam bentuk yang original atau asli dengan berbasiskan suatu tulisan di atas media kertas, maka syarat tersebut dianggap telah terpenuhi oleh keberadaan suatu Informasi Elektronik melalui Sistem Komunikasi Elektronik yang dihadirkan sebagai bukti, apabila: 1. terdapat suatu metode atau teknis tertentu yang

15 dapat menjelaskan bahwa informasi tersebut terjamin keutuhan atau integritasnya, semenjak kali pertama informasi tersebut dibuat sampai dengan bentuk akhirnya sebagai suatu informasi elektronik, atau sebaliknya, sehingga apa yang telah tersimpan dengan apa yang ditemukan atau ditampilkan kembali dapat dijamin tidak berubah sebagaimanamestinya; atau 2. terdapat suatu permintaan atas ketersediaan informasi tersebut untuk ditampilkan kembali, maka informasi tersebut harus dapat ditampilkan kembali kepada pihak sebagaimana yang telah ditujukan sesuai kesepakatan teknis yang telah disetujui oleh para pihak. c. Dalam hal terdapat suatu ketentuan hukum dalam Undang-undang yang mempersyaratkan bahwa suatu perjanjian harus dibubuhkan suatu tandatangan dengan tinta basah secara tertulis di atas kertas, maka syarat tersebut dianggap telah terpenuhi oleh keberadaan suatu Informasi Elektronik melalui Komunikasi Elektronik yang dihadirkan sebagai bukti, apabila: 1. terdapat suatu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi identitas subyek hukum dan mengindikasikan adanya niatan suatu persetujuan dari para pihak terhadap transaksi yang dilakukannya melalui sistem Komunikasi Elektronik; 2. metode yang digunakan sebagaimana yang dimaksud pada angka (1) sedikitnya mempunyai fungsi antara lain: a) dapat dipercaya reliabilitasnya sesuai dengan kepatutan dalam konteks tujuan penggunaannya, termasuk perjanjian yang relevan dengan hal tersebut; b) terbukti secara faktual bahwa fungsi sebagaimana dimaksudkan dalam angka 2 huruf a) di atas, baik dengan keberadaan metode itu sendiri maupun dengan kesesuaian/relevansi alat bukti yang terkait lainnya. Pasal 36 (1) Nilai kekuatan hukum pembuktian suatu bukti Elektronik dianggap setara dengan akta otentik, apabila sistem elektronik yang menghasilkan informasi tersebut telah terakreditasi atau tersertifikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Bobot nilai kekuatan hukum pembuktian suatu bukti Elektronik dianggap setara dengan akta otentik, apabila informasi elektronik tersebut dibuat oleh atau dibuat dihadapan pejabat umum yang berwenang baik yang dibuat dengan kehadiran secara fisik maupun dengan kehadiran secara elektronik melalui sistem elektronik yang terakreditasi.

16 Pasal 37 Bukti transaksi elektronik dapat digunakan untuk memfasilitasi transaksi elektronik yang bersifat lintas negara sepanjang menggunakan sistem dan otoritas intansi terkait yang berkompeten sesuai peraturan perundang-undangan. BAB X IKLAN ELEKTRONIK Pasal 38 (1) Pelaku Usaha dapat membuat dan/atau melakukan pengiriman Iklan Elektronik untuk kepentingan pemasaran atau Promosi. (2) Iklan Elektronik hanya merupakan suatu informasi yang bersifat untuk menarik minat pembaca terhadap keberadaan Barang dan/atasu Jasa yang disampaikan, sepanjang dalam iklan tersebut tidak menyebutkan secara tegas syarat dan kondisi penawaran. (3) Iklan Elektronik dapat berbentuk: a. tulisan; b. suara; c. gambar; atau d. video yang dibuat dan disebarluaskan kepada publik melalui berbagai macam sarana media elektronik dan/atau saluran Komunikasi Elektronik. Pasal 39 (1) Iklan Elektronik dapat disampaikan secara langsung oleh Pedagang atau melalui sarana PTPMSE sebagai pihak ketiga yang menyelenggarakan Komunikasi Elektronik. (2) Dalam hal iklan elektronik disampaikan melalui sarana PTPMSE wajib mematuhi ketentuan hukum tentang perlindungan atas privasi dan data pribadi, perlindungan konsumen, dan tidak bertentangan dengan prinsip persaingan usaha yang sehat sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 40 (1) Substansi atau materi Iklan Elektronik dilarang bertentangan dengan hak konsumen dan/atau prinsip persaingan usaha yang sehat sesuai peraturan perundang-undangan. (2) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) wajib menghentikan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang dan/atau jasa tersebut.

17 Pasal 41 (1) Setiap pihak yang membuat, menyediakan sarana dan/atau menyebarluaskan Iklan Elektronik wajib bertanggung jawab atas substansi atau materi Iklan elektronik yang disampaikan. (2) Substansi atau materi Iklan Elektronik yang disampaikan menjadi tanggung jawab pihak yang membuat, menyediakan sarana dan/atau menyebarluaskan Iklan Elektronik dimaksud. Pasal 42 (1) Pelaku Usaha wajib memastikan substansi atau materi iklan yang disampaikan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan persaingan usaha yang dibuktikan dengan pencantuman Sertifikasi Keandalan (trustmark) TPMSE yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang sesuai karakterisitik sektor perdagangan yang bersangkutan. (2) Sertifikat Keandalan Perdagangan TPMSE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah melalui pemeriksaan terhadap paling sedikit mengenai: a. Kebenaran dan keakuratan informasi; b. Kesesuaian antara informasi iklan dan fisik barang; c. Kelayakan konsumsi barang atau jasa; d. Legalitas barang atau jasa; e. Kualitas, harga, dan aksesabilitas barang atau jasa; f. Ketentuan etika periklanan yang berlaku. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai iklan elektronik dan Sertifikat Keandalan Perdagangan diatur dalam Peraturan Menteri. BAB XI PENAWARAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 43 Pelaku Usaha dalam melakukan Penawaran Melalui Elektronik kepada pihak lain wajib didasarkan pada atas dasar itikad baik. Pasal 44 (1) Penawaran Secara Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 43 harus memuat informasi paling sedikit: a. tanggal kesepakatan; b. tanggal penyerahan; c. spesifikasi barang atau jasa;

18 d. harga barang atau jasa yang disepakati; e. persyaratan dalam kesepakatan; f. mekanisme dan sistem pembayaan serta Tenggang waktu pembayaran; g. mekanisme dan sistem pengiriman barang dan/atau jasa; h. resiko dan kondisi yang tidak diharapkan; dan i. pembatasan pertanggung jawaban sekiranya terjadi resiko yang tidak diharapkan. (2) Penawaran Secara Elektronik sah dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat apabila terdapat pernyataan niat atau kehendak yang jelas dan spesifik dalam penawaran serta syarat dan kondisi dengan cara penawaran yang jujur, adil dan berimbang (fair) dan pembatasan waktu tertentu. (3) Pihak yang melakukan penawaran secara elektronik harus menjelaskan mekanisme teknis dan substansi syarat dan kondisi pemberian Persetujuan Elektronik. Pasal 45 Penawaran Secara Elektronik dinyatakan telah diterima apabila pihak penerima telah menyampaikan persetujuannya terhadap situasi dan kondisi yang ditawarkan. Pasal 46 Suatu Penawaran Secara Elektronik tidak dapat ditarik kembali jika terhadap penawaran tersebut telah dilakukan Penerimaan Secara Elektronik oleh pihak lain, kecuali Penerimaan Secara Elektonik tersebut dibatalkan oleh pihak yang melakukan penerimaan penawaran. Pasal 47 Dalam hal penerimaan secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 tidak diketahui, tidak diterima, atau tidak sampai kepada sistem elektronik pihak yang memberikan penawaran akibat kesalahan sistem secara elektronik yang tidak dapat diduga sebelumnya, maka kontrak elektronik dianggap belum terjadi, kecuali hal tersebut telah disepakati secara lain oleh para pihak. Pasal 48 (1) Penawaran barang dan/atau jasa dalam transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. melalui surat tercatat; b. melalui ; c. melalui situs online;

19 d. melalui Media Elektronik; atau e. saluran Komunikasi Elektronik lainnya. (2) Penawaran melalui sistem Elektronik harus mencantumkan secara jelas jangka waktu berlakunya penawaran. (3) Dalam hal penawaran melalui sistem Elektronik tidak mencantumkan jangka waktu maka setiap tindakan penerimaan adalah sah dan mengikat secara hukum pada saat kapanpun. Pasal 49 Pelaku Usaha yang melakukan penawaran melalui sistem Elektronik berkewajiban menyimpan bukti penawaran secara elektronik dan/atau bukti penerimaan secara elektronik. Pasal 50 (1) Persetujuan Elektronik dianggap telah terjadi secara sah dan mengikat apabila tindakan persetujuan tersebut telah sesuai dengan mekanisme teknis dan substansi syarat dan kondisi yang ditawarkan dalam Penawaran Secara Elektronik. (2) Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara Persetujuan Secara Elektronik dengan Penawaran Secara Elektronik, maka para pihak dianggap belum mencapai kesepakatan atau belum membuat kontrak elektronik. Pasal 51 (1) Dalam memberikan jawaban atas Penawaran Elektronik, penerima penawaran harus responsif dan mengikuti tata cara penerimaan sebagai yang ditetapkan dalam kondisi syarat dan ketentuan dalam Penawaran Secara Elektronik. (2) Dalam hal Penerima Penawaran tidak responsif dan tidak mengikuti tata cara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Kontrak Elektronik dapat dianggap tidak pernah terjadi. (3) Dalam hal terjadi kelalaian responsif konsumen, maka segala bentuk kerugian akibat tidak terjadinya kontrak elektronik merupakan tanggung jawab konsumen sepenuhnya. (4) Pelaku Usaha yang melakukan Penawaran harus responsif terhadap tindakan pemberitahuan persetujuan atau penerimaan secara elektronik, dan berkewajiban memenuhi Kontrak Elektronik sebagaimana syarat dan kondisi dalam Penawaran Secara Elektronik. Pasal 52 (1) Dalam hal Penawaran Melalui Sistem Elektronik

20 diberikan kepada: a. orang pribadi, persetujuan atas penawaran tersebut melekat ke individu yang dituju atau kuasanya yang sah; b. suatu kelompok tertentu, persetujuan atas penawaran tersebut melekat ke salah satu pihak dalam kelompok yang dituju yang bertindak untuk dan atas nama kelompok tersebut secara sah. (2) Dalam hal Penawaran Melalui Sistem Elektronik secara terbatas diberikan kepada publik, maka persetujuan atas penawaran tersebut melekat pada pihak yang paling awal menyatakan persetujuan. Pasal 53 (1) Persetujuan atas Penawaran Elektronik dari konsumen wajib direspon oleh Pelaku Usaha dalam jangka waktu tertentu. (2) Respon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam bentuk Konfirmasi Elektronik yang dapat disimpan dan digunakan sebagai tanda bukti kesepakatan. (3) Konfirmasi Elektronik dapat dilakukan dengan tindakan mengidentifikasi, membetulkan atau memodifikasi isian data atau formulir perintah pembelian, atau memberikan pernyataan telah memperoleh cukup informasi dan/atau secara jelas menyampaikan niatan untuk membeli. (4) Isi Konfirmasi Elektronik harus sama dengan informasi Penawaran Secara Elektronik. Pasal 54 (1) Suatu kontrak elektronik dapat dibuat dari hasil interaksi dengan suatu perangkat transaksi otomatis yang diselenggarakan oleh Pelaku Usaha. (2) Para pihak tidak dapat menyangkal validitas kontrak elektronik yang dibuat secara otomatis, kecuali dapat dibuktikan sistem otomatis tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. (3) Dalam hal Pelaku Usaha menggunakan perangkat lunak penterjemah otomatis, segala kerugian yang timbul akibat penggunaan perangkat penerjemah otomatis tersebut merupakan tanggung jawab Pelaku Usaha penyelenggara transaksi perdagangan melalui sistem elektronik. Pasal 55 (1) PTPMSE dapat menggunakan produk persandian/kriptografi dalam Transaksi Perdagangan

21 Melalui Sistem Elektronik. (2) Penggunaan setiap produk kriptografi pada sistem pengamanan harus mengikuti ketentuan peraturan perundangan. Pasal 56 (1) PTPMSE dapat menggunakan Tanda Tangan Elektronik yang didukung oleh Sertifikat Elektronik. (2) Dalam penggunaan Tanda Tangan Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PTPMSE dapat menggunakan Sertifikat Elektronik yang berinduk kepada Sertifikat Elektronik Pemerintah. (3) Bukti Transaksi yang menggunaan Tanda Tangan Elektronik dan Sertifikat Elektronik yang tersertifikasi dan berinduk dapat dianggap sebagai bukti tertulis yang autentik. BAB XII PERLINDUNGAN TERHADAP DATA PRIBADI Pasal 57 (1) Setiap data pribadi diberlakukan sebagai hak milik pribadi dari orang atau pribadi yang bersangkutan. (2) Setiap Pelaku Usaha yang memperoleh data pribadi sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib bertindak sebagai pengemban amanat dalam menyimpan dan menguasai data pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan baik. Pasal 58 (1) PTPMSE wajib menyimpan data pribadi sesuai standar perlindungan data pribadi dan kelaziman praktek bisnis yang berkembang. (2) Standar perlindungan data pribadi atau kelaziman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi kaedah perlindungan: a. Data Pribadi harus diperoleh secara jujur dan sah dari Pemilik data pribadi yang bersangkutan disertai dengan adanya pilihan dan jaminan adanya upaya pengamanan dan pencegahan kerugian pemilik data tersebut; b. Data pribadi harus dimiliki hanya untuk satu tujuan atau lebih yang dideskripsikan secara spesifik dan sah serta tidak boleh diproses lebih lanjut dengan cara yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan tersebut; c. Data pribadi yang diperoleh harus layak, relevan, dan tidak terlalu luas dalam hubungannya dengan tujuan atau tujuan-tujuan pengolahannya sebagaimana

22 yang disampaikan kepada pemilik data sebelumnya; d. Data pribadi harus akurat dan harus selalu up-todate dengan memberikan kesempatan kepada pemilik data untuk memutakhirkan data pribadinya; e. Data pribadi harus diproses sesuai dengan tujuan perolehan dan peruntukkannya serta tidak boleh dikuasai lebih lama dari waktu yang diperlukan untuk kepentingan tujuan atau tujuan-tujuan tersebut; f. Data pribadi harus diproses sesuai dengan hak-hak dari subyek pemilik data sebagaimana yang diatur dalam undang-undang ini; g. Pihak yang menyimpan data pribadi harus mempunyai sistem pengamanan yang patut untuk mencegah kebocoran atau mencegah setiap kegiatan pemrosesan atau pemanfaatan data pribadi secara melawan hukum serta bertanggung jawab atas kerugian yang tidak terduga atau kerusakan terjadi terhadap data pribadi tersebut; h. Data pribadi tidak boleh dikirim ke negara atau wilayah lain di luar Indonesia kecuali jika negara atau wilayah tersebut oleh Menteri dinyatakan memiliki standar dan tingkat perlindungan yang sama dengan Indonesia. (3) Dalam hal Pemilik Data Pribadi menyatakan keluar, berhenti berlangganan atau berhenti menggunakan jasa dan sarana PTPMSE, maka Pemilik Data Pribadi berhak meminta PTPMSE untuk menghapus seluruh Data Pribadi yang bersangkutan. (4) Atas permintaan Pemilik Data Pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) (3) PTPMSE harus menghapus seluruh Data Pribadi yang bersangkutan pada sistem yang dikelola oleh PTPMSE tersebut. (5) PTPMSE bertanggung jawab dan memulihkan dalam hal terjadi penyalahgunaan Data Pribadi yang mengakibatkan kerugian terhadap Pemilik Data Pribadi. BAB XIII PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 59 (1) Dalam transaksi perdagangan melalui sistem elektronik, para pihak dapat melakukan pembayaran melalui sistem elektronik. (2) Pembayaran secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan menggunakan sarana sistem perbankan atau sistem pembayaran elektronik lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Setiap penyelenggaraan sistem pembayaran secara

23 elektronik harus mendapatkan izin dari instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan di bidang sistem pembayaran dan/atau perbankan. (4) Dalam pelaksanaannya PTPMSE dapat bekerjasama dengan Pelaku Usaha Penyelenggara Sistem Pembayaran berdasarkan perjanjian kerjasama. (5) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus dilaporkan kepada Menteri. Pasal 60 (1) PTPMSE yang m Penyelenggarakan sistem pembayaran wajib mematuhi standar level keamanan Sistem Elektronik sebagaimana ditentukan oleh kementerian yang membidangi komunikasi dan informasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Penetapan standar level keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, Bank Indonesia dan/atau Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 61 Pelaku Usaha yang menyelenggarakan sistem pembayaran secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang sistem pembayaran dan/atau perbankan. BAB XIV PENGIRIMAN BARANG DAN JASA DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 62 (1) Dalam hal terjadi persetujuan pembelian Barang dan/atau Jasa Melalui Sistem Elektronik telah dilakukan, Pedagang wajib melakukan pengiriman Barang kepada pembeli. (2) Pengiriman Barang dan/atau Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan menggunakan jasa kurir atau dengan menggunakan mekanisme pengiriman Barang dan/atau Jasa lainnya sesuai dengan standar pengiriman Barang dan/atau Jasa sebagaimana diatur oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal pengiriman Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil dari transaksi perdagangan lintas negara, berlaku ketentuan

24 peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan. Pasal 63 (1) Dalam hal transaksi diselesaikan oleh PTPMSE, maka pengiriman Barang dan/atau Jasa merupakan beban dan tanggung jawab dilakukan oleh PTPMSE. (2) Dalam pelaksanaannya PTPMSE dapat bekerjasama dengan Pelaku Usaha Pengiriman Barang dan/atau Jasa berdasarkan perjanjian kerjasama yang dibuat oleh PTPMSE dan Pelaku Usaha Pengiriman Barang dan/atau Jasa. (3) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilaporkan kepada Menteri. Pasal 64 (1) Dalam setiap pengiriman Barang dan/atau Jasa yang menggunakan jasa kurir atau mekanisme pengiriman lainnya, penanggung jawab jasa kurir atau mekanisme pengiriman lainnya harus memastikan keamanan, kelayakan kondisi barang, kerahasiaan, kesesuaian barang yang dikirim, serta ketepatan waktu pengiriman barang sesuai kesepakatan Transaksi Perdagangan Barang dan/atau Jasa Melalui Sistem Elektronik. (2) Dalam hal terdapat kesalahan dan/atau ketidaksesuaian antara jangka waktu aktual dan jangka waktu pengiriman barang, Barang dan/atau Jasa yang telah disepakati dalam kontrak elektronik dengan Barang dan/atau Jasa yang dikirim, sehingga menimbulkan perselisihan antara konsumen dengan Pelaku Usaha, maka Pelaku Usaha wajib menyelesaikan perselisihan tersebut. Pasal 65 (1) Dalam hal Pengiriman Barang dan/atau Jasa dilakukan oleh PTPMSE, PTPMSE wajib memberikan informasi akurat dan tepat waktu mengenai jangka waktu dan status pengiriman kepada pembeli konsumen secara berkala. (2) Dalam hal terdapat kesalahan dan/atau ketidaksesuaian antara jangka waktu aktual dan jangka waktu pengiriman barang, Barang dan/atau Jasa yang telah disepakati dalam kontrak elektronik dengan Barang dan/atau Jasa yang dikirim, sehingga menimbulkan perselisihan antara konsumen dengan Pelaku Usaha, maka PTPMSE wajib menyelesaikan perselisihan tersebut.

25 Pasal 66 Pengiriman atas Barang Digital dalam Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dianggap sah apabila Barang Digital tersebut telah diterima secara penuh dan terbukti terpasang dengan baik dan beroperasi sebagaimana mestinya. Pasal 67 (1) Pelaku Usaha yang mendistribusikan Barang Digital baik berbayar maupun gratis berkewajiban memastikan Barang Digital dimaksud dapat dioperasikan sebagaimana mestinya. (2) Dalam hal Barang Digital sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan kerugian bagi Pengguna Barang Digital, maka kerugian dimaksud menjadi tanggung jawab Pelaku Usaha. (3) Pelaku usaha harus memastikan barang digital yang ditransaksikan bukan barang yang dilarang oleh pemerintah dan peraturan perundang-undangan. BAB XV PENGENAAN PAJAK DAN BEA MATERAI DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 68 (1) Pelaku Usaha yang menawarkan secara elektronik kepada Konsumen Indonesia dianggap memenuhi kehadiran secara fisik di Indonesia dan melakukan kegiatan usaha secara tetap di Indonesia. (2) Terhadap perdagangan secara elektronik berlaku ketentuan dan mekanisme perpajakan sesuai peraturan perundang-undangan. (3) Pengenaan Bea materai terhadap dokumen bukti transaksi elektronik diberlakukan terhadap bukti transaksi yang dilakukan secara tertulis di atas kertas. BAB XVI KONTRAK ELEKTRONIK Pasal 69 Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dapat menggunakan mekanisme Kontrak Elektronik atau mekanisme kontraktual lainnya sebagai perwujudan kesepakatan para pihak.

26 Pasal 70 (1) Kontrak Elektronik dapat berupa perjanjian/perikatan Jual Beli ataupun perjanjian/perikatan Lisensi. (2) Perjanjian/perikatan Lisensi, mencakup antara lain: a. perjanjian/perikatan lisensi pengguna akhir; b. perjanjian/perikatan lisensi pengubahan, pengembangan atau modifikasi; c. perjanjian/perikatan lisensi publik; d. perjanjian/perikatan lisensi untuk berbagi (creative common license); e. perjanjian/perikatan pemberian lisensi kembali kepada pihak (relicensing). Pasal 71 Kontrak Elektronik sah dan mengikat para pihak apabila: 1. sesuai dengan syarat dan kondisi sebagaimana yang ditentukan dalam Penawaran Secara Elektronik; 2. informasi yang tercantum dalam Kontrak Elektronik sesuai dengan informasi yang tercantum dalam Penawaran Secara Elektronik; dan 3. syarat dan kondisi penawaran yang dikirimkan oleh pihak yang menyampaikan penawaran, diterima dan disetujui oleh pihak yang menerima penawaran. Pasal 72 Informasi dalam Kontrak Elektronik harus sesuai dengan penawaran dan memuat paling sedikit: a. identitas para pihak; b. spesifikasi Barang dan/atau Jasa yang disepakati; c. legalitas Barang dan/atau Jasa; d. nilai transaksi perdagangan; e. persyaratan dan jangka waktu pembayaran; f. prosedur operasional pengiriman Barang dan/atau Jasa; g. prosedur pengembalian barang dan/atau Jasa ketika terjadi ketidaksesuaian antara fisik Barang dan/atau jasa yang diterima dengan yang diperjanjikan. Pasal 73 Kontrak Elektronik dapat menggunakan Tanda Tangan Elektronik sebagai tanda persetujuan para pihak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 74 Kontrak Elektronik yang ditujukan kepada konsumen di Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia.

27 Pasal 75 Pelaku Usaha wajib menyediakan kontrak elektronik yang dapat diunduh dan/atau disimpan oleh konsumen. Pasal 76 (1) Kontrak Elektronik dianggap otomatis menjadi batal demi hukum apabila terjadi kesalahan teknis akibat tidak adanya akuntabilitas sistem. (2) Akibat kesalahan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka tidak ada kewajiban hukum untuk mengembalikan Barang dan/atau Jasa yang telah dikirimkan dan diterima oleh pihak lain, hal tersebut dianggap sebagai pemberian dengan cuma-cuma. (3) Kerugian akibat kesalahan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaku Usaha (Pedagang, Penyelenggara Transaksi Perdagangan Secara Elektronik; dan Penyelenggara Sarana Perantara). BAB XVII PENUKARAN BARANG DAN JASA DAN PEMBATALAN PEMBELIAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 77 (1) Pedagang dan PTPMSE wajib memberikan jangka waktu paling sedikit 15 (lima belas) hari kerja untuk penukaran Barang dan/atau Jasa, dan/atau pembatalan pembelian, terhitung sejak Barang dan/atau Jasa diterima oleh Konsumen. (2) Penukaran Barang dan/atau Jasa dan atau pembatalan pembelian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara lain apabila Barang yang diterima: a. tidak sesuai dengan Barang yang disepakati dalam kontrak; b. rusak; atau c. kadaluwarsa. (3) Konsumen yang melakukan penukaran Barang dan/atau Jasa sebagaimana dimaksud ayat (2) hanya dapat dibebankan ganti biaya pengiriman. Pasal 77A Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik terhadap Jasa Pelaksanaan Suatu Pekerjaan. (Services Contract) (1) Dalam hal obyek transaksi perdagangan melalui sistem elektronik merupakan jasa pelaksanaan suatu pekerjaan, pemenuhan pelaksanaan pekerjaan yang diperjanjikan dilakukan sebagaimana mestinya sesuai

28 prinsip praktek bisnis yang berkembang berdasarkan pengalaman atau kemampuan terbaik (best practices) dalam melakukan suatu tata kelola yang baik terhadap suatu pekerjaan (good governance) dan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam hal terjadi wanprestasi terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan melalui TPMSE, para pihak dapat mensepakati penggantian pekerjaan dengan pekerjaaan lain yang sebanding sebagai salah satu bentuk kompensasi atau melakukan pembatalan perjanjian sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 78 Setiap PTPMSE wajib menyediakan akun rekening sebagai jaminan (escrow) adanya kepastian pengembalian dana konsumen apabila terjadi pembatalan pembelian oleh konsumen. BAB XVIII PENYELESAIAN SENGKETA DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK Pasal 79 (1) Dalam hal terjadi sengketa dalam transaksi perdagangan melalui sistem elektronik, para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui pengadilan atau melalui mekanisme penyelesaian sengketa lainnya. (2) Penyelesaian sengketa transaksi perdagangan melalui sistem elektronik sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat diselenggarakan secara elektronik (Online Dispute Resolution) sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. BAB XIX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 80 (1) Menteri berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan transaksi perdagangan melalui sistem elektronik. (2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat berkoordinasi dengan menteri, kepala lembaga pemerintah nonkementerian, dan pemimpin/pimpinan otoritas terkait, serta pemerintah daerah. Pasal 81 Menteri melakukan pembinaan terhadap kegiatan Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dengan cara: a. meningkatkan kompetensi Pelaku Usaha Perdagangan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN Dasar Pertimbangan Pembentukan RPP untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan No.189, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Sistem. Transaksi. Elektronik. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5348) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Akhirnya Rancangan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) disetujui DPR menjadi Undang-Undang dua hari lalu. UU ini, dengan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN NAMA DOMAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN NAMA DOMAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN NAMA DOMAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ 2010. TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG LAYANAN INFORMASI PERTANAHAN SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI -1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan amanat Pasal 51 Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

15 Februari apa isi rpm konten

15 Februari apa isi rpm konten 15 Februari 2010 http://www.detikinet.com/read/2010/02/15/125757/1299704/399/seperti apa isi rpm konten MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 2

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 2 N. Tri Suswanto Saptadi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 1 Bahan Kajian UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG - UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG - UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DAN UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG - UNDANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Privacy and Security Concerns over Cloud Services in Indonesia

Privacy and Security Concerns over Cloud Services in Indonesia Privacy and Security Concerns over Cloud Services in Indonesia SSEK Legal Consultants Harry Kuswara harrykuswara@ssek.com November 16, 2017 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Lebih terperinci

Syarat Dan Ketentuan

Syarat Dan Ketentuan Syarat Dan Ketentuan I. Istilah 1. Situs Daya.id adalah website yang pengelolaan konten serta pengkiniannya dilakukan oleh divisi Daya, dan ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pengguna website dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa kemudahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1313, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Cara. Pembuatan. Pembetulan. Faktur Pajak. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Registrasi. Berbasis Elektronik. Sistem Informasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Registrasi. Berbasis Elektronik. Sistem Informasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Registrasi. Berbasis Elektronik. Sistem Informasi. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI REGISTRASI

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR ALGORITMA KRIPTOGRAFI PADA INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR ALGORITMA KRIPTOGRAFI PADA INSTANSI PEMERINTAH PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR ALGORITMA KRIPTOGRAFI PADA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

ADENDUM TERHADAP KETENTUAN PEMBELIAN DALAM BBSLA UNTUK SELURUH TOKO RIME

ADENDUM TERHADAP KETENTUAN PEMBELIAN DALAM BBSLA UNTUK SELURUH TOKO RIME ADENDUM TERHADAP KETENTUAN PEMBELIAN DALAM BBSLA UNTUK SELURUH TOKO RIME 1. RUANG LINGKUP & APLIKASI 1.1. Perjanjian Lisensi BlackBerry Solution ("BBSLA") berlaku untuk seluruh distribusi (gratis dan berbayar)

Lebih terperinci

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA Oleh : Agung Trilaksono / 2110121017 Adi Nugroho H.Q / 2110121022 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA TEKNIK INFORMATIKA 2015-2016 UU ITE di Republik Indonesia BAB

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PEMBERIAN SUMBANGAN OLEH ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM SYARAT DAN KETENTUAN DI BAWAH INI HARUS DIBACA SEBELUM MENGGUNAKAN WEBSITE INI. PENGGUNAAN WEBSITE INI MENUNJUKKAN PENERIMAAN DAN KEPATUHAN TERHADAP SYARAT DAN KETENTUAN DI BAWAH INI SYARAT DAN KETENTUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SALINAN GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013 TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.84, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Penggunaan. Sistem Elektronik. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

kami. Apabila pekerjaan cetak tidak bersponsor, maka anda harus membayar biaya cetak langsung ke toko percetakan. KETENTUAN PENGGUNAAN

kami. Apabila pekerjaan cetak tidak bersponsor, maka anda harus membayar biaya cetak langsung ke toko percetakan. KETENTUAN PENGGUNAAN KETENTUAN PENGGUNAAN Selamat Datang di REVOPRINT! Terima kasih telah menggunakan layanan yang disediakan oleh diri kami sendiri, PT Revo Kreatif Indonesia (REVOPRINT), dengan alamat terdaftar kami di Kemang

Lebih terperinci

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Departemen Keuangan RI Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Panitia Antar Departemen Penyusunan Rancangan Undang-undang Akuntan Publik Gedung A Lantai 7 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon:

Lebih terperinci

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda KEBIJAKAN PRIVASI Penidago.com dimiliki dan dioperasikan oleh Grup Perusahaan Penidago ("Penidago" atau "Kami"). Kebijakan Privasi ini menjelaskan bagaimana kami mengumpulkan, menggunakan, menyingkapkan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN INFORMASI BERKLASIFIKASI MILIK PEMERINTAH

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN INFORMASI BERKLASIFIKASI MILIK PEMERINTAH PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN INFORMASI BERKLASIFIKASI MILIK PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA MEMAHAMI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) DAN PENERAPANNYA PADA DOKUMEN ELEKTRONIK SEPERTI E-TICKETING DI INDONESIA Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM 5540180013 Dosen DR.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2017 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6016) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1255, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI INFORMASI PUBLIK. Pengelolaan. Pelayanan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN DENGAN

Lebih terperinci

NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2011 KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR 02 /M/PER/V/2011

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan

Lebih terperinci

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain No.62, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Akuntan Publik. Jasa Keuangan. Penggunaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6036) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELAPORAN ATAU PENGADUAN KONTEN INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5729); 4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahu

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5729); 4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1826, 2017 BAWASLU. Penyelesaian Sengketa Pemilu. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2016 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5896). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUANNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

SYARAT DAN KETENTUANNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT: SYARAT & KETENTUAN INFOSEKITAR (WEBSITE DAN APLIKASI) ADALAH LAYANAN ONLINE YANG DIMILIKI DAN DIOPERASIKAN OLEH GALAKSI KOMPUTER YAITU APLIKASI YANG MENYEDIAKAN INFORMASI PROMO DISKON/POTONGAN HARGA UNTUK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PERTAHANAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN

Lebih terperinci

2011, No Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t

2011, No Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.732, 2011 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Persandian Pertahanan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM Peran

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 239/PMK.03/2014, 22 Des 2014 PencarianPeraturan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-15/BC/2012 TENTANG TATA

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN BLACKBERRY ID

KETENTUAN DAN PERSYARATAN BLACKBERRY ID KETENTUAN DAN PERSYARATAN BLACKBERRY ID UNTUK MENDAPATKAN AKUN BLACKBERRY ID, SERTA DAPAT MENGAKSES LAYANAN YANG MENSYARATKAN ANDA UNTUK MEMILIKI AKUN BLACKBERRY ID, ANDA HARUS (1) MENYELESAIKAN PROSES

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci