PENILAIAN KONSUMSI PANGAN METODE PENIMBANGAN MAKANAN (FOOD WEIGHING)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN KONSUMSI PANGAN METODE PENIMBANGAN MAKANAN (FOOD WEIGHING)"

Transkripsi

1 Laporan praktikum Hari/tanggal : Selasa, 23 November 21 MK Penilaian Status Gizi Tempat : Lab. Kulinari PENILAIAN KONSUMSI PANGAN METODE PENIMBANGAN MAKANAN (FOOD WEIGHING) Oleh Kelompok 8: A.Nur Rahmah K Nur Indah F Ibrahim Ai Kustian Rendra Kusuma Debby Nurfariza P Nilam Betarina Eko Gunawan I14813 I14814 I14844 I14869 I14871 I14896 I14811 Asisten: Dudung Angkasa Ghaida Yasmin Koordinator Mata Kuliah: Dr Ir Yayuk Baliwati, MS DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 21

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan ketersediaan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan yaitu kegiatan yang berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat, meliputi halhal bagaimana pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan, siapa yang memakan dan berapa banyak yang dimakan. Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zatzat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Anonim 21). Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan. Konsumsi, jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan. Konsumsi pangan keluarga merupakan kebutuhan anggota keluarga terhadap pangan yang bertujuan untuk memantapkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Ketersediaan pangan keluarga juga mempengaruhi jumlah dan banyaknya konsumsi makan anggota keluarga. Semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga, memungkinkan terpenuhnya seluruh kebutuhan gizi. Penilaian konsumsi pangan dilakukan dengan cara survei. Survei konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang, keluarga atau kelompok orang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Survei secara kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sedangkan secara kualitatif adalah untuk mengetahui frekuensi makan, kebiasaan makan (food habit), jenis pangan, dan cara memperolehnya. Salah satu metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode inventaris.

3 Metode inventaris disebut juga log book method. Prinsipnya dengan menghitung atau mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang diterima, dibeli dan produksi sendiri dicatat dan dihitung atau ditimbang setiap hari selama periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan pada orang lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan. Pencatatan dapat dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu atau telah dilatih dan tidak buta huruf (Anonim 29). Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk menghitung kecukupan pangan dalam keluarga dan mengetahui kebutuhan gizi tiaptiap anggota keluarga.

4 TINJAUAN PUSTAKA Food Weighing Status nutrisi (nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi. Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, pemeliharaan fungsi normal tubuh, dan untuk produksi energi dan intake zat gizi lainnya. Ada berbagai cara untuk mengukur status nutrisi, salah satu diantaranya yaitu food weighing (Metode penimbangan) (Anindya 21). Food weighing adalah salah satu metode penimbangan makanan. Pada metode penimbangan makanan ini responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari. Food weighing mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dibanding metodemetode lain karena banyaknya makanan yang dikonsumsi seharihari diketahui dengan cara menimbang (Mey 21). Proses food weighing ini, semua makanan yang akan dikonsumsi pada waktu makan pagi, siang, dan malam serta makanan selingan antara dua waktu makan ditimbang dalam keadaan mentah (AP). Juga ditimbang dan dicatat makanan segar yang siap santap serta makanan pemberian. Selain itu dilakukan inventory terhadap pangan yang tahan lama seperti gula, garam, merica, kopi, dan sebagainya pada waktu sebelum masak pagi dan setelah makan malam atau keesokan harinya. Setiap selesai makan ditimbang semua makanan yang tidak dimakan, yang meliputi makanan sisa dalam piring, sisa makanan yang masih dapat dilakukan untuk waktu makan selanjutnya, yang diberikan pada ternak dan yang diberikan pada orang lain. Makanan yang dibawa ke luar rumah oleh anggota keluarga misalnya untuk bekal sekolah dan yang dimakan oleh tamu juga ditimbang dan dicatat untuk menghitung konsumsi aktual (Kusharto & Sa diyah 28). Penilaian Konsumsi Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia. Rendahnya jumlah makanan dan mutu bahan makanan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan seharihari dapat menyebabkan berbagai masalah dalam kehidupan, antara lain menimbulkan gangguan pada perkembangan mental dan kecerdasan, terganggunya pertumbuhan fisik, timbulnya berbagai macam

5 penyakit, tingginya angka kematian bayi dan anak, serta menurunnya daya kerja (Suhardjo & Riyadi 199). Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Supariasa 21). Konsumsi jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Supariasa et. al. (21), faktorfaktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi, dan ketersediaan pangan, sedangkan tingkat konsumsi pangan lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Penilaian konsumsi pangan digunakan untuk menentukan jumlah dan sumber zat gizi yang dimakan serta dapat membantu menunjukkan persediaan zat gizi dalam tubuh cukup atau kurang. Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan dengan cara survei terhadap konsumsi pangan suatu individu atau suatu keluarga. Survei konsumsi pangan termasuk salah satu metode tidak langsung dalam penilaian status gizi. Survei konsumsi pangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang, keluarga atau kelompok orang, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Survei konsumsi pangan secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sedangkan survei secara kualitatif bertujuan untuk mengetahui frekuensi makan, kebiasaan makan (food habit), jenis pangan, serta cara memperolehnya. Datadata yang perlu dikumpulkan dalam melakukan survei konsumsi pangan secara kualitatif meliputi: jenis pangan yang dikonsumsi, frekuensi konsumsi masingmasing jenis pangan, tempat asal pangan, cara penyimpanan, penyiapan dan pemasakan makanan (Suhardjo & Riyadi 199). Kecukupan Gizi Kecukupan gizi adalah ratarata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu. Nilai asupan zat gizi harian yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 5% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Muchtadi 1989). Standar kecukupan gizi di Indonesia pada umumnya masih menggunakan standar makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein, sedangkan

6 standar kecukupan gizi secara mikro seperti kecukupan vitamin dan mineral belum banyak diterapkan di Indonesia. Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim, dan adaptasi. Untuk kecukupan protein dipengaruhi oleh faktorfaktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Muchtadi 1989). Angka kecukupan gizi ratarata yang dianjurkan pada masingmasing orang per hari bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut. Pada anak usia 6 bulan, kecukupan energi dan proteinnya masingmasing sebesar 55 Kalori dan 1 gram. Semakin bertambah umur, kecukupan gizi makro berupa energi dan protein serta zat gizi mikro juga bertambah. Pada anak usia 79 tahun, kecukupan energinya meningkat menjadi 18 Kalori dan kecukupan proteinnya sebesar 45 gram. Remaja dan dewasa pria memiliki angka kecukupan gizi yang lebih besar dibandingkan dengan wanita. Selain itu, keadaan fisologis juga sangat berpengaruh terhadap angka kecukupan gizi individu. Pada wanita hamil, kecukupan energinya bertambah 18 Kalori pada saat trimester 1, dan pada trimester 2 serta 3 bertambah 3 Kalori dari kecukupan energi wanita yang tidak hamil pada usia yang sama. Kecukupan protein pada wanita hamil juga mengalami kenaikan, yakni sebesar 17 gram dari kecukupan protein wanita normal (Atmarita & Tatang 24). Perencanaan pemenuhan kebutuhan dan kecukupan zat gizi perlu untuk dilakukan agar kecukupan dan kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi secara optimal. Perencanaan pemenuhan kecukupan zat gizi dapat dilakukan melalui beberapa langkah, di antaranya adalah dengan menentukan kebutuhan zatzat gizi masingmasing individu, memperhatikan zat gizi pada bahan pangan yang akan dikonsumsi, serta upaya pemenuhan menu sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (Azwar 24). Pola Konsumsi Pola konsumsi merupakan hasil dari proses pembentukan sikap dan perilaku konsumsi bahan makanan yang tersedia. Pola konsumsi dapat terlihat dari distribusi pangan yang merupakan indikator dari seberapa besar atau presentase pengeluaran keluarga dari pendapatan yang diperoleh yang digunakan untuk bahan makanan (Sumarwan 1993). Faktorfaktor yang ikut menentukan pola konsumsi keluarga

7 antara lain tingkat pendapatan keluarga, ukuran keluarga, pendidikan kepala keluarga dan status kerja wanita. Teori Engel s yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin rendah persentasi pengeluaran untuk konsumsi makanan (Sumarwan 1993). Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa dikatakan lebih sejahtera bila persentasi pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dari persentasi pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya proporsi alokasi pengeluaran untuk pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan keluarga, karena sebagian besar dari pendapatan tersebut dialokasikan pada kebutuhan non pangan. Selain jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan formal kepala keluarga juga berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga. Pendidikan dapat merubah sikap dan prilaku seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah ia dapat menerima informasi dan inovasi baru yang dapat merubah pola konsumsinya. Disamping itu makin tinggi tingkat pendidikan formal maka kemungkinannya akan mempunyai tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi (Sumarwan 1993). Perubahan Pola Konsumsi Dalam ilmu ekonomi dijelaskan bahwa ekonomi merupakan asumsi dalam teori ekonomi seseorang bertindak secara rasional dalam mencapai tujuannya dan kemudian mengambil keputusan yang konsisten dengan tujuan tersebut. Haris dan Andika (22) mengemukakan beberapa macam kebutuhan pokok manusia untuk bisa hidup secara wajar, yaitu : 1. Kebutuhan pangan atau kebutuhan akan makanan. 2. Kebutuhan sandang atau pakaian. 3. Kebutuhan papan atau tempat berteduh. 4. Kebutuhan pendidikan untuk menjadi manusia bermoral dan berbudaya. Kebutuhan tersebut di atas merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat hidup wajar. Bila kebutuhan itu kurang dapat dipenuhi secara memuaskan maka hal itu merupakan suatu indikasi bahwa kita masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kebutuhan lain seperti kebutuhan akan perabot rumah tangga, meja, kursi, lemari, alatalat dapur, radio, televisi dan aneka kebutuhan lainnya, disebut sebagai kebutuhan sekunder atau kebutuhan pelengkap yang ditambahkan sesuai dengan peningkatan pendapatan.

8 Dalam menghadapi perubahan ini maka keluarga harus mempunyai beberapa strategi untuk mengatasi kendala waktu yang dihadapinya. Dua strategi pokok yang dapat dilakukan keluarga yang bekerja agar kesejahteraan keluarga dapat tercapai adalah membeli waktu dan menghemat waktu. Membeli waktu merupakan usaha yang dilakukan keluarga untuk membeli alatalat rumah tangga, (household appliances) seperti mesin cuci, kulkas, alatalat dapur dan lain sebagainya, serta menggunakan jasajasa pelayanan. Strategi semacam ini membuat keluarga lebih mengandalkan alatalat listrik dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, keluarga dapat menggunakan jasa orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya menggunakan jasa binatu, jasa penitipan dan pengasuhan anak, membayar pembantu rumah tangga, sering makan di rumah makan atau membeli makanan yang siap dihidangkan. Strategi menghemat waktu, merupakan usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk mengalokasikan pekerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan oleh isteri/ibu kepada suami/ayah atau anakanak. Strategi menghemat waktu termasuk pula pengurangan kuantitas dan kualitas pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan, misalnya mengurangi waktu santai dan kegiatan sosial. Kendala waktu yang dihadapi keluarga masa depan dan strategi untuk mengatasinya akan mempengaruhi pola konsumsi keluarga tersebut, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Hal ini didukung oleh industri makanan yang memproduksi berbagai jenis makanan jadi, industri restoran dan fast food yang tumbuh pesat (Wilopo 1998).

9 METODE Waktu dan Tempat Praktikum penilaian konsumsi pangan metode penimbangan makanan (food weighing) dilaksanankan pada hari Selasa, 23 November 21, pada pukul 1. sampai dengan 13. WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Kulinari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beras, ayam, tahu, sosis, jagung muda, buncis, alpukat dan bumbubumbu dasar seperti bawang merah, bawang putih, santan, kunyit, lada, cabe, garam, dan minyak. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alatalat masak seperti panci, pisau, telenan, wajan, sodet, rice cooker, blander, gelas, piring, mangkuk, sendok dan garpu. Prosedur Prosedur kerja praktikum kali ini yaitu Disiapkan masingmasing bahan makanan untuk setiap menu Ditimbang semua bahan makanan Dicatat untuk mendapatkan berat kotor Dikupas bahan makanan atau dipisahkan dari bagianbagian yang tidak dapat dikonsumsi Dicatat untuk mendapatkan berat yang dapat dikonsumsi Dimasak bahan makanan sesuai prosedur yang berlaku Ditimbang berat matang Dicatat hasil penimbangan X

10 X Menu makanan dibagi per porsi makanan untuk tiap anggota keluarga Ditimbang berat per porsi Dicatat hasil penimbangan Ditimbang jika ada makanan sisa Dicatat hasil penimbangan Data diolah untuk menilai konsumsi pangan Gambar 1 Bagan prosedur kerja praktikum food weighing

11 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola konsumsi merupakan hasil dari proses pembentukan sikap dan perilaku konsumsi bahan makanan yang tersedia. Pola konsumsi dari setiap individu anggota suatu keluarga akan membentuk pola konsumsi keluarga tersebut. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola konsumsi keluarga, antara lain yaitu jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga, tingkat pendidikan formal kepala keluarga, perubahan karakteristik keluarga, dan pendapatan (Sumarwan 1993). Pola konsumsi per kapita suatu keluarga juga dapat dilihat dari distribusi pangan keluarga tersebut. Distribusi pangan tersebut merupakan indikator dari seberapa besar atau presentase pengeluaran keluarga dari pendapatan yang diperoleh yang digunakan untuk bahan makanan (Sumarwan 1993). Dengan demikian, dilakukan perhitungan tingkat konsumsi per kapita perhari dari satu kelompok praktikum yang diasumsikan sebagai satu keluarga salah satunya keluarga kelompok 8. Hasil konsumsi per kapita perhari keluarga kelompok 8 dijabarkan pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Perhitungan Tingkat Konsumsi Per kapita Perhari dari kelompok 8 dari distribusi pangan No. Jenis pangan Berat (g) Energi (g) Protein (g) Fe Vit A (RE) Ca Vit C 1 Nasi Daging ayam 318, Tahu 298, Santan 336, Minyak 8, Sosis 141, Jagung muda 96, Buncis 228, Cabe 6, Bawang merah 34, Bawang putih 8, Gula 125, Alpukat 38, Susu 11, Total Konsumsi/Kap (Total/PCCU) Kecukupan/kap [.] Tingkat kecukupan (%RDA) Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tentang tingkat konsumsi dan kecukupan beberapa zat gizi per kapita keluarga kelompok 8 dalam satu kali waktu makan. Menu yang disajikan pada praktikum kali ini yaitu nasi, opor ayam dan tahu,

12 osengoseng buncis, jagung, dan sosis, serta jus alpukat yang disajikan pada waktu makan siang. Adapun zatzat gizi yang dihitung pada praktikum kali ini antara lain energi, protein, zat besi (Fe), kalsium, (Ca), vitamin A, dan vitamin C. Selain itu, jumlah nasi yang dikonsumsi oleh keluarga kelompok 8 pada tabel di atas merupakan jumlah nasi yang masak oleh keluarga kelompok 8 ditambah nasi yang diberikan oleh keluarga tetangga (given in), yaitu sebesar 27 g. Secara umum tingkat kecukupan keenam zat gizi pada menu yang diolah tersebut pada keluarga kelompok 8 bervariasi dan terjadi ketimpangan. Tingkat kecukupan energi yang diperoleh cukup normal, yaitu 113 %, sedangkan tingkat kecukupan protein dan vitamin A itu melebihi batas normal, yaitu secara berurutan 191,3% dan 149,8%. Adapun tingkat kecukupan untuk vitamin C dan dua jenis mineral, yaitu zat besi dan kalsium ternyata kurang dari batas normal, yaitu secara berurutan 51,97%, 41,5%, dan 4,6%. Hal tersebut menggambarkan bahwa ketersediaan keenam zat gizi dalam kombinasi menu makan siang yang disajikan tersebut belum sesuai dengan kecukupan zat gizi yang dibutuhkan per kapita keluarga kelompok 8 per hari. Keadaan tersebut juga dapat dijadikan indikator bahwa pemilihan bahan pangan untuk menu yang disajikan belum memenuhi pedoman bahan makanan beragam dan berimbang. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dan diatur ketersediaan zatzat gizi tersebut dalam menu untuk waktu makan yang lain dalam satu hari yang sama sehingga keseimbangan asupannya dalam menu makan sehari tersebut dapat terpenuhi dan tercapai. Tingkat kecukupan tersebut juga dapat dilihat dari tingkat konsumsi per kapita pada menu makan siang yang disajikan. Keberagaman dan ketimpangan tingkat kecukupan zat gizi suatu keluarga tidak terlepas dari tingkat konsumsi per kapitanya. Apabila dilihat secara lebih spesifik, konsumsi zatzat gizi tersebut juga tidak sesuai dengan yang dianjurkan. Misalnya untuk konsumsi energi dari makan siang itu berkisar antara 25%3% dari kebutuhan energi sehari. Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa kebutuhan sehari per kapita keluarga kelompok 8 adalah sebesar 2213 kkal yang berarti asupan energi dari makan siang seharusnya berkisar antara 553 kkal 664 kkal. Adapun rataan konsumsi energi per kapita keluarga kelompok 8 pada tabel 1 adalah 53 dibagi 7 yaitu 715 kkal dengan asumsi bahwa asupan energi tiap anggota keluarga itu sama. Jumlah asupan energi tersebut menunjukkan

13 bahwa jumlah energi yang dikonsumsi keluarga kelompok 8 dari menu makan siang melebihi jumlah yang dianjurkan. Selain itu, ketersediaan zatzat gizi pada tiap bahan pangan yang diolah untuk menu makan siang di atas bervariasi. Secara umum asupan energi terbesar diperoleh dari beras dan daging ayam, sedangkan sosis, tahu, beras, dan nasi merupakan empat bahan pangan sumber protein terbesar pada menu makan siang tersebut. Asupan kalsium yang diperoleh berasal dari tahu, susu, dan santan, sedangkan zat besi yang diperoleh berasal dari beras. Vitamin A yang diperoleh pada menu siang tersebut berasal dari minyak, daging ayam, dan buncis, sedangkan asupan vitamin C diperoleh dari buncis dan alpukat. Namun, zatzat gizi tersebut dapat mengalami kerusakan atau penurunan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengolahan,penguapan, dan pemanasan. Tingkat konsumsi dan kecukupan zatzat gizi per kapita keluarga kelompok 8 menggambarkan distribusi pangan keluarga. Distribusi pangan tersebut merupakan indikator dari seberapa besar atau presentase pengeluaran keluarga dari pendapatan yang diperoleh yang digunakan untuk bahan makanan. Pengeluaran yang dikeluarkan keluarga itu dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk bahan makanan dan pengeluaran untuk bahan non makanan (Sumarwan 1993). Berdasarkan tingkat kecukupan dan konsumsi per kapita keluarga kelompok 8 yang diperoleh pada waktu makan siang tersebut dapat dikatakan distribusi pangan pada keluarga tersebut belum merata. Namun, untuk lebih jelas dalam memahami pola konsumsi dan distribusi pangan keluarga kelompok 8 pada menu makan siang yang disajikan diperlukan perhitungan angka kecukupan pangan setiap anggota keluarga. Kecukupan gizi adalah ratarata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu. Nilai asupan zat gizi harian yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 5% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Muchtadi 1989). Penilaian konsumsi pangan dapat membantu menunjukkan ketersediaan zat gizi dalam tubuh dengan cara membandingkannya dengan angka kecukupan zat gizi. Hasil praktikum mengenai angka kecukupan konsumsi pangan keluarga kelompok 8 ditampilkan pada tabel di bawah ini.

14 Tabel 2 Angka kecukupan konsumsi pangan dari anggota keluarga kelompok 8 Kebutuhan Anggot BB Umur Vitamin C PCCU Energi (kkal) Protein (g) Fe Vitamin A (RE) a (kg) (th) Ca * ** * ** * ** * ** * ** * ** Egun Rendra Uni Nilam Debi Ai Fitri Total Kecukupan/Kap (total/pccu) Perhitungan energi, protein, Fe, vitamin A, Vitamin C dan kalsium masingmasing individu memperhatikan berat badan aktualnya, kemudian dibagi berat badan acuan dan dikali tingkat konsumsi acuan pada Tabel Angka Kecukupan Gizi Ratarata Per Orang Per Hari (WNPG 24). Sehingga secara total di tingkat keluarga diperoleh nilai ratarata energi 2213 kal, 55,1 protein gram, 23,4 Fe mg, vitamin A 559,5 RE, vitamin C 83,9 mg dan kalsium 1116,5 mg dalam satu kali makan. Angka kecukupan gizi ratarata yang dianjurkan pada masingmasing orang per hari adalah bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut. Angka kecukupan gizi energi pria yang berusia antara tahun adalah 255 kkal sedangkan untuk perempuan dalam usia yang sama adalah 19 kkal. Anggota keluarga kelompok 8 terdapat pria dua orang yaitu Rendra dan Egun serta sisanya 5 orang wanita. Berdasarkan tabel di atas kecukupan energi ratarata di tingkat keluarga sebesar 2213 kkal dan hal ini termasuk kategori belum memenuhi tingkat kecukupan energi pria. Lain halnya dengan tingkat kecukupan energi wanita, energi sebesar 2213 kkal sudah memenuhi angka kecukupan energi dan bahkan berlebih. Kecukupan energi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim, dan adaptasi (Muchtadi 1989). Standar kecukupan gizi tidak hanya dilihat dari zat gizi energi, akan tetapi zat gizi lain juga dan salah satunya adalah protein. Angka kecukupan ratarata protein per hari untuk pria usia 1929 tahun adalah 6 g sedangkan wanita sebesar 5 g. adapun hasil yang terdapat pada tabel di atas sebesar 55,1 g. Seperti halnya energi, kecukupan protein belum memenuhi angka kecukupan protein untuk pria dan sebaliknya angka tersebut telah memenuhi angka kecukupan untuk wanita, bahkan

15 berlebih. Kecukupan protein ini berbedabeda dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Muchtadi 1989). Angka kecukupan zat gizi yang berupa Fe berdasakan Tabel Angka Kecukupan Gizi Ratarata Per Orang Per Hari (WNPG 24) untuk pria usia antara 1929 tahun adalah 13 mg dan wanita dengan usia yang sama sebesar 26 mg. adapun berdasarkan tabel hasil praktikum menunjukkan angka kecukupan ratarata Fe tingkat keluarga sebesar 23,4 mg. Hal ini menunjukkan bahwa zat gizi Fe telah memenuhi angka kecukupan untuk pria sedangkan untuk wanita belum memenuhi. Kebutuhan Fe pada wanita lebih besar karena wanita memerlukan lebih banyak zat besi untuk mengganti kehilangan akibat menstruasi. Oleh karena itu bahan pangan yang dikonsumsi harus memperbanyak lauk hewani dan sayuran hijau yang mengandung banyak Fe. Kebutuhan vitamin A antara pria dan wanita berbeda. Pria berusia antara tahun membutuhkan vitamin A sebanyak 6 RE sedangkan wanita dalam usia yang sama yaitu 5 RE. Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kecukupan vitamin A ratarata tingkat keluarga tersebut sebesar 559,5 RE. Hal ini berarti vitamin A telah memenuhi angka kecukupan baik pria maupun wanita namun vitamin A pada wanita berlebih sekitar 1/5 dari angka kecukupan. Zat gizi berupa vitamin A ini harus dipenuhi karena sangat penting untuk tubuh terutama untuk penglihatan. Angka kecukupan vitamin A keuarga sudah tercukupi karena bahan pangan yang dikonsumsi pada makan siang ini terdapat lauk hewani, minyak dan sayuran hijau yang banyak mengandung vitamin A. Zat gizi berupa vitamin C yang terdapat pada tabel 2 sebesar 83,9 mg. Angka kecukupan ratarata harian vitamin C pada pria usia 1929 tahun sebesar 9 mg dan wanita dalam usia yang sama sebesar 75 mg. Asupan vitamin C telah memenuhi angka kecukupan pada wanita sedangkan pada pria belum memenuhi angka kecukupan. Oleh karena itu konsumsi bahan pangan harus lebih bervariasi terutama buahbuahan yang mengandung vitamin C agar memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan. Vitamin C sangat penting karena dalam tubuh bertindak sebagai antioksidan dan membantu pembentukan kolagen. Angka kecukupan kalsium pria dan wanita berusia antara 1929 tahun adalah sama yaitu 8 mg. Adapun tabel hasil praktikum di atas menunjukkan Ca sebesar

16 1116,5 mg. Hal ini berarti intake Ca telah memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan bahkan berlebih. Ini terjadi karena didalam bahan pangan yang dikonsumsi terdapat penyumbang Ca terbesar yaitu lauk nabati dan susu. Zat gizi kalsium ini sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Angka kecukupan zat gizi baik zat gizi makro maupun mikro harus dipenuhi secara optimal yang dapat dilakukan dengan cara perencanaan pemenuhan kebutuhan. Perencanaan pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa langkah, di antaranya adalah dengan menentukan kebutuhan zatzat gizi masingmasing individu, memperhatikan zat gizi pada bahan pangan yang akan dikonsumsi, serta upaya pemenuhan menu sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (Azwar 24).

17 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pola konsumsi pangan dapat dilihat dari distribusi pangan melalui food weighing. Hal yang dilakukan adalah menimbang bahanbahan yang dikonsumsi dan dihitung kandungan gizinya serta tingkat kecukupan. Berdasarkan hasil pembahasan dari tingkat kecukupan keenam zat gizi yang berupa energi, protein, besi, vitamin A, vitamin C dan kalsium tingkat keluarga bervariasi dan terjadi ketimpangan. Tingkat kecukupan energi yang diperoleh itu normal tapi tingkat kecukupan protein dan vitamin A melebihi batas normal, sedangkan tingkat kecukupan vitamin C, zat besi, dan kalsium itu kurang dari batas normal. Hal tersebut menggambarkan bahwa ketersediaan zatzat gizi dalam kombinasi menu makan siang yang disajikan itu belum sesuai dengan kecukupan zat gizi yang dibutuhkan per kapita keluarga kelompok 8 per hari. Selain itu, pemilihan bahan pangan untuk menu yang diolah juga belum sesuai dengan pedoman bahan makanan beragam dan berimbang. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dan diatur ketersediaan zatzat gizi tersebut dalam menu untuk waktu makan yang lain dalam satu hari itu sehingga keseimbangan asupannya dalam menu makan sehari dapat tercapai. Angka tingkat kecukupan zat gizi menunjukkan data yang beragam menurut energi, protein, Fe, vitamin A, vitamin C, dan Ca. Data menunjukkan bahwa intake zat gizi terkadang telah memenuhi kecukupan pria tetapi tidak memenuhi angka kecukupan wanita dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena angka kecukupan zat gizi yang bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut. Sehingga perlu dilakukan perencanaan pemenuhan kebutuhan agar bahan pangan yang dikonsumsi dapat memenuhi angka kecukupan yang dianjurkan. Saran Penilaian konsumsi pangan dengan metode food weighing sangat memerlukan ketelitian dalam penimbangan makanan. Pemilihan bahan pangan untuk suatu menu sebaiknya berpedoman kepada bahan makanan beragam dan berimbang. Selain itu, metode ini cukup rumit, tidak praktis, dan membutuhkan waktu yang lama sehingga perlu kesabaran dalam proses pengambilan data.

18 DAFTAR PUSTAKA Anindya. 29. Mengukur status nutrisi dewasa. html [25 November 21]. Atmarita, Tatang SF. 24. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta 1719 Mei 24 Azwar. 24. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang ; Makalah pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 24. Haris, A dan Adika, N. 22. Dinamika Penduduk dan Pembangunan di Indonesia Peningkatan Angka Harapan Hidup di Indonesia. Populasi. Volume 9 Nomor 1. PPK UGM. Yogyakarta. [27 November 21] [27 November 21] [27 November 21] [1 November 21] Kusharto CM, Sa diyah NY. 28. Diktat Penilaian Konsumsi pangan. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Mey. 28. Antropometri. s.htm [25 November 21]. Muchtadi D Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Departemen P&K DIKTI PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Suhardjo & Hadi Riyadi Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat PAU P & G. IPB. Bogor Wilson. E. P. Fisher. K. H. & Garcia. P Sumarwan Keluarga Masa Depan dan Perubahan Pola Konsumsi. Warta dari Perspektif Makro ke realitas Mikro. Lesfi. Yokyakarta. Supariasa et.al. 21. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Wilopo, A. Siswanto Dampak Resesi Ekonomi pada Penurunan Kematian dan Demografi. Tahun ke23 No.5. LD.FEUI. Jakarta.

19 LAMPIRAN Lampiran Gambar Gambar 2 OsengOseng Gambar 3 Opor Tahu Gambar 4 Opor Ayam Gambar 5 Jus Alpukat Lampiran Tabel Tabel 3 Perhitungan Tingkat Konsumsi Per kapita Perhari dari kelompok 8 dari distribusi pangan No. Jenis pangan Berat (g) Energi (g) Protein (g) Fe Vit A (RE) Ca Vit C 1 Nasi Daging ayam 318, Tahu 298, Santan 336, Minyak 8, Sosis 141, Jagung muda 96, Buncis 228, Cabe 6, Bawang merah 34, Bawang putih 8, Gula 125, Alpukat 38, Susu 11, Total Konsumsi/Kap (Total/PCCU) Kecukupan/kap [.] Tingkat kecukupan (%RDA)

20 No. Anggota Keluarga Tabel 4 Angka kecukupan konsumsi pangan dari anggota keluarga BB (kg) Umur (th) PCCU Kebutuhan Energi Protein Fe Vitamin A Vitamin C Ca * ** * ** * ** * ** * ** * ** 1 Egun Rendra Uni Nilam Debi Ai Fitri Total Kecukupan/Kap (total/pccu) [.] Contoh Perhitungan Tabel 5 Individual Food Record Berat Berat masakan Menu Jenis Makanan Deskripsi AP (gm) EP (gm) bersih setiap penyajian (gr) Nasi Beras Putih giling Daging ayam Tahu Opor ayam Santan 617 dan tahu Minyak Bumbu 75 Osengoseng Jus alpukat Sosis Jagung muda Buncis Cabe 1 7 Bawang merah 4 35 Minyak 5 Bawang putih 8 6 Gula 5 Masako Penyedap rasa 9 Garam,5 Alpukat Susu 84 Gula Eko Gunawan Tabel 6 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang No Menu Makan siang individu (g) A Nasi 272 B Jus alpukat 325 C Opor ayam+tahu 236 (dikurangi kuah = 122) D Oseng 118

21 A. NASI I. Intake 277 g (1%) II. Intake mentah (beras) 277 x,4 = 11,8 B. JUS ALPUKAT I. Komposisi Alpukat Air Gula Susu (kental) II. % Distribusi = 272 g = 15 g = 9 g = 84 g Alpukat 272 : 1946 =,14 = 14 % Air 15:1946 =,77 = 77% Gula 9 :1946 =,5 = 5% Susu 84 :1946 =,4 = 4% + 1 % III. % Distribusi Konsumsi Alpukat :,14 x 325 = 45,5 g Air :,77 x 325 = 25,25 g Gula :,5 x 325 = 16,25 g Susu :,4 x 325 = 13 g g IV. Intake Mentah (EP) Alpukat 45,5 x 1 = 272 g Air = 25,25 g Gula = 16,25 g Susu (kental) = 13 g C. OPOR AYAM TAHU I. Komposisi ayam : 686 tahu : 555 santan cair : 617 bumbu : 75 Minyak : II. % Distribusi 686 : 1943 =,35(35%) 555 : 1943 =,29(29%) 617 : 1943 =,32(32%) 75 : 1943 =,4(4%) 1 : 1943 =,5(,5 %) + 1 (1%)

22 III. % Distribusi Konsumsi 35% x 236 =82,6 29% x 236 =68,4 32% x 236 =75,5 4% x 236 =9,4,5% x 236 =1,1 + = 236 IV. Intake mentah (EP) Ayam 82,6 x 1,6 = 132,16 g Tahu 68,4 x 1,3 = 88,92g Santan encer = 75,5 g Bumbu = 9,4 g Minyak = 1,1 D. OSENGOSENG II. III. I. Komposisi Sosis =142 g Buncis = 281 g Jagung = 121 g Cabe = 7 g B. Merah = 35 g B. Putih = 6 g Gula = 5 g Garam =,5 Masako = 9 Minyak = 5 g + 611,5 9 % Distribusi Sosis =142 g : 611,5 g =,23 = 23% Buncis = 281 g : 611,5 =,46 = 46% Jagung = 121 g : 611,5 =,19 = 19% Cabe = 1 g : 611,5 =,2 = 2% B Merah = 35 g : 611,5 =,6 = 6% B. Putih = 6 g : 611,5 =,1 = 1% Gula = 5 g : 611,5 =,1 = 1% Garam =,5 : 611,5 =,1 =,1% Minyak = 5 g : 611,5 =,1 = 1% + 99,1% % Distribusi Konsumsi Sosis =,23 x 118 g = 43,24 g Buncis =,46 x 118 g = 54,28 g Jagung =,19 x 118 g = 22,42 g Cabe =,2 x 118 g = 2,36 g B Merah =,6 x 118 g = 7,8 g B. Putih =,1 x 118 g = 1,18 g Gula =,1 x 118 g = 1,18 g

23 IV. Garam =,1 x 118 g =,12 g Minyak =,1 x 118 g = 1,18 g Intake Mentah (EP) Sosis = 43,24 x 1,8 =77,83 g Buncis = 54,28 g x,9 =48,85 g Jagung = 22,42 g x,4 =8,96 g Cabe = 2,36 g = 2,36 g B Merah = 7,8 = 7,8 g B. Putih = 1,18g =1,18 g Gula = 1,18g =1,18 g Garam =,12 g =,12 g Minyak = 1,18g =1,18 g Tabel 7 Asupan Gizi Intake eko gunawan Intake E (kkal) P (g) KH (g) Ca Fe Vit A Vit C NASI Beras JUS ALPUKAT Alpukat Air Gula Susu Kental OPOR AYAM Ayam , Tahu , Bumbu , Santan cair , Minyak 92 1,1 1 OSENG2 Sosis , Buncis

24 48, Jagung , Cabe , B Merah , B. Putih , Gula , Minyak 92 1, Rendra Kusuma Tabel 8 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang Menu Makan Siang Individu Nasi 282 Opor ayam 144 Osengoseng buncis 128 Es alpukat 325 Nasi I. Intake 282 gr (1%) II. Intake mentah (beras) 282x,417 = III. Nilai Gizi Nasi Tabel 9 Asupan gizi dari intake nasi Jenis Pangan/intake Berat (gr) Energi (gr) Protein (gr) Fe (gr) Vit.A (RE) Vit.C Ca Lemak (g) Nasi ,94 7,6,1 OPOR AYAM I. Komposisi ayam : 686 tahu : 555 santan cair : 617 bumbu : 75 Minyak : II. % Distribusi 686 : 1943 =,35(35%) 555 : 1943 =,29(29%)

25 617 : 1943 =,32(32%) 75 : 1943 =,4(4%) 1 : 1943 =,5(,5 %) + 1 (1%) III. % Distribusi Konsumsi 35% x 144 =5,4 29% x 144 =41,76 32% x 144 =46,8 4% x 144 =5,76,5% x 144 =,72 + = 144 IV. Intake mentah (EP) Ayam 5,4 x 1,6 = 8,64 g Tahu 41,76 x 1,3 = 54,29g Santan encer = 46,8 g Bumbu = 5,76 g Minyak =,72 V. Nilai gizi intake opor ayam ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 1 Asupan gizi dari intake opor ayam dan tahu No Jenis Berat Energi Protein Vit.A Vit.C Ca Lemak KH Fe (gr) Pangan (gr) (gr) (gr) (RE) (g) (g) 1 Ayam 8, ,51,7 13,2 6,55 11,69 2 Tahu 54,29 36,92 4,23 67,32 2,49,87 3 Santan encer 46,8 56,22,92,5,92 11,52 4,61 3,5 4 Minyak,72 1,1.1,1,18,72 OSENGOSENG I. Komposisi Sosis : 142 Buncis : 281 Jagung : 121 Cabe : 7 Bawang merah : 35 Bawang putih : 6 Gula : 5 Masako : 9 Minyak : 5 garam :,5 + : 611,5 II. % Distribusi 142 : 611,5=,23 (23%) 281 : 611,5=,46 (46%) 121 : 611,5=,19(19%) 7 : 611,5=,1(1%) 35 : 611,5=,6(6%) 6 : 611,5=,9(,9%) 5 : 611,5=,8(,8%)

26 9 : 611,5=,1(1%) 5 : 611,5=,8 (,8%),5 : 611,5=,8(,8%)+ = 1 (1%) III. % Distribusi Konsumsi 23% x 128 = 29,44 46% x 128 = 58,88 19% x 128 = 24,32 1% x 128 =1,28 6% x 128 =7,68,9% x 128 =1,152,8% x 128 =1,24 1% x 128 =1,28,8% x 128 =1,24,8%x 128 =,124 + =128 g IV. Intake mentah (EP) Sosis 29,44x1,8 = 52,992 Buncis 58,88x,9 = 52,992 Jagung 24,32x,4 = 9,728 Cabe = 1,28 Bawang merah = 7,68 Bawang putih =1,152 Gula =1,24 Minyak =1,28 Masako =1,24 Garam =,124 I. Nilai gizi intake osengoseng ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 11 Asupan intake dari osengoseng No Jenis Berat Energi Protein Fe Vit.A Vit.C Ca Lemak KH Pangan (gr) (gr) (gr) (gr) (RE) (g) (g) 1 sosis 52, ,68,58 14,84 22,4 1,22 2 Buncis 52, ,14,52 45,31 9,6 3,9,9 3,67 3 jagung 9,728 3,21,5 1,94,78,68,1,72 4 Cabe 1,28,8,8,77,19,31,3,9 5 b.merah 7,68 3,11,5,14 2,48,2,1 6 b.putih 1,152 1,4,8,15,42,2,23 7 gula 1,24 4,1,5,96 8 Minyak 1, ,4 1,28 JUS ALPUKAT I. Komposisi Alpukat : 272 g gula : 1 g Susu Coklat : 84 g Air :15 g g

27 II. % Distribusi 272 : 1956 =,139 (13,9%) 1 : 1956 =,51 (5,1 %) 84 : 1956 =,43 (4,3%) 15 : 1956 =,77 (77%) + = (1%) III. % Distribusi Konsumsi 13,9% x 325 =45,175 g 5,1% x 325 =16,575 g 4,3% x 325 =13,975 g 77% x 325 =25,25 g + = 325 g IV. Intake mentah (EP) Alpukat = 45,175 g Gula = 16,575 g susu coklat = 13,975 g air = 25,25 g V. Nilai gizi intake jus alpukat ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 12 Asupan intake dari jus alpukat No Jenis Berat Energi Protein Fe Vit.A Vit.C Ca Lemak KH Pangan (gr) (gr) (gr) (gr) (RE) (g) (g) 1 Alpukat 45,175 38,41,41 12,65 5,87 4,52 1,79 2,12 2 Gula 16,575 6,2,83 15,58 3 Susu coklat 13,975 9,98 399,29 1,39 7,69 3. A. Nur Rahmah Tabel 13 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang NASI Menu Nasi Opor ayam dan tahu Osengoseng Jus alpukat I. Intake 155 gram (1% distribusi) II. III. Intake mentah (beras) 155 x,4 = 62 Nilai Gizi Nasi Makan Siang Individu 155 gram Ayam = gram Tahu = 86 gram Kuah = 17 gram 43 gram gram

28 Tabel 14 Asupan gizi intake dari nasi Intake Energi Protein Lemak Vit. A Vit. C KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) (Kal) (gr) (gr) (gr) (gr) Beras OPOR AYAM DAN TAHU I. Komposisi II. III. IV. Ayam g Tahu 555 g Bumbu 75 g Minyak 1 g Santan 617 g g % Distribusi : 1257 = (%) 555 : 1257 =,44 (44%) 75 : 1257 =,6 (6%) 1 : 1257 =,1 (1%) 617 : 1257 =,49 (49%) + 1 (1%) % Distribusi Konsumsi % x g =, g 44% x 86 g = 37,8 g 6% x 86 g = 5,2 g 1% x 86 g =,9 g 49% x 86 g = 42,1 g + 86 g Intake mentah (EP) Daging ayam x 1,6 = g Tahu 37,8 x 1,3 = 49,14 g Bumbu = 5,2 g Minyak =,9 g Santan = 42,1 g V. Nilai Gizi Tabel 15 Asupan intake dari opor ayam dan tahu Intake Energi Protein Lemak Vit. A Vit. C KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) (Kal) (gr) (gr) (gr) (gr) Daging Tahu , Minyak , Santan ,

29 OSENGOSENG I. Komposisi II. III. IV. Sosis 142 g Buncis 281 g Jagung 121 g Cabe 7 g Bawang merah 35 g Bawang putih 6 g Gula 5 g Masako 9 g Minyak 5 g Garam,5 g + 611,5 g % Distribusi 142 : 611,5 =,23 (23%) 281 : 611,5 =,46 (46%) 121 : 611,5 =,2 (2%) 7 : 611,5 =,1 (1%) 35 : 611,5 =,6 (6%) 6 : 611,5 =,1 (1%) 5 : 611,5 =,1 (1%) 9 : 611,5 =,1 (1%) 5 : 611,5 =,1 (1%),5 : 611,5 = (%) + (1%) % Distribusi Konsumsi 23% x 43 g = 9,89 g 46% x 43 g = 19,78 g 2% x 43 g = 8,6 g 1% x 43 g =,43 g 6% x 43 g = 2,58 g 1% x 43 g =,43 g 1% x 43 g =,43 g 1% x 43 g =,43 g 1% x 43 g =,43 g + 43 g Intake mentah (EP) Sosis 9,89 x 1,8 Buncis 19,78 x,9 Jagung 8,6 x,4 Cabe Bawang merah Bawang putih Gula Minyak Masako = 17,8 g = 17,8 g = 3,44 g =,43 g = 2,58 g =,43 g =,43 g =,43 g =,43 g

30 V. Nilai Gizi Tabel 16 Asupan gizi intake dari Osengoseng Intake Energi Protein Lemak Vit. A Vit. C KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) (Kal) (gr) (gr) (gr) (gr) Sosis , Buncis , Jagung , Cabe , Bawang merah , Bawang putih , Gula , Minyak , Nilam Betarina Tabel 17 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang Menu Nasi Opor Ayam + Tahu Tumis Buncis, Jagung manis dan sosis Jus Alpukat NASI I. Intake Mentah (beras) 158 x,39 = 63,2 gr II. Nilai Gizi Nasi Tabel 18 Asupan intake dari nasi Intake Energi (Kal) Beras ,2 71,2 OSENGOSENG I. Komposisi Protein (gr) 2,1,84 Buncis Jagung Sosis Cabe Bawang merah Lemak (gr),1,4 281 g 121 g 142 g 7 g 35 g KH (gr) 4,6 16,24 Ca 5 2 Makan siang Individu 158 gr 135 gr 39 gr Fe,5,2 Vit A (RE) Vit. C

31 Bawang putih 6 g Masako 9 g Gula 5 g Garam,24 g Minyak 5 g + 611,24 g II. Distribusi 281 : 66,24 =,396 (46 %) 121 : 66,24 =,2 (2 %) 142 : 66,24 =,23 (23 %) 7 : 66,24 =,1 (1 %) 35 : 66,24 =,6 (6 %) 6 : 66,24 =,1 (1 %) 9 : 66,24 =,1 (1 %) 5 : 66,24 =,1 (1 %),24 : 66,24 =,4 (,4 %) 5 : 66,24 =,1 (1 %) + 1,4 (1 %) III. Distribusi Konsumsi 46% x 39 = 17,9 g 2 % x 39 = 7,8 g 23 % x 39 = 8,97 g 1 % x 39 =,39 g 6 % x 39 = 2,34 g 1 % x 39 =,39 g 1 % x 39 =,39 g 1 % x 39 =,39 g,4 % x 39 = 1,56 g 1 % x 39 =,39 g + 4,52 g IV. Intake Mentah (EP) Buncis = 17,9 x 1 = 17,9 g Jagung = 7,8 x,4= 3,12 g Sosis = 8,97x 1,8 = 16,2 g Cabe =,39 g Bawang merah = 2,34 g Bawang putih =,39 g Masako =,39 g Gula =,39 g Garam = 1,56 g Minyak =,39 g + 43,7 g

32 Tabel 19 Asupan intake dari osengoseng Intake Protein Energi Hewani Nabati (Kal) (g) (g) Buncis 35 2,4 17,9 g 5,6,4 Jagung 33 2,2 3,12 g 1,1 Sosis ,5 16,2 g 73,2 2,3 Cabe 31 1,39 g,1,3 Bawang 39 1,5 merah,8,3 2,34 g Bawang 95 4,5 putih,3,2,39 g Masako,39 g Gula 364,39 g 1,4 Garam 1,56 g Minyak 87 1,39 g 3,4,4 OPOR AYAM DAN TAHU Lemak (g),2,3,1,3 42,3 6,9,3,1,3,1,2,1 1,4 KH (g) 7,7 1,2 7,4,2 2,3,4 7,3,2,2,4 23,1,1 94,4 5,5,1 98,4 Ca 6,5 1,1 7,2 28 4,5 29,1 36,8 42,1 5, ,2 Fe 1,1,2,5,2 1,1,2,5,2,8,2 1,3,1,4 5,5,1 Vit A (RE) 95 15,3 2,6 Vit. C 19 3,1 8,3 71,2 18,1 2,4 15,1 I. Komposisi Ayam 686 g Tahu 555 g Santan 617 g Bawang merah 3 g Bawang putih 15 g Garam 5 g Kunyit 2 Ketumbar 5 g Minyak 1 g g II. Distribusi 686 : 1943 =,35 (35 %) 555 : 1943 =,29 (29 %) 617 : 1943 =,32 (32 %) 3 : 1943 =,2 (2 %) 15 : 1943 =,1 (1 %) 5 : 1943 =,3 (,3 %) 2 : 1943 =,1 (1 %) 5 : 1943 =,3 (,3 %) 1 : 1943 =,1 (,1 %) +

33 III. Distribusi Konsumsi 1,7 (1 %) 35% x 135 = 47,3 g 29 % x 135 = 39,1 g 32 % x 135 = 43,2 g 2 % x 135 = 2,7 g 1 % x 135 = 1,35 g,3 % x 135 =,4 g 1 % x 135 = 1,35 g,3 % x 135 =,4 g,1 % x 135 =,135 g + 135,9 g IV. Intake Mentah (EP) Ayam = 48,6 x 1,1 = 53,5 g Tahu = 37,8 x 1,3 = 49,1 g Santan = 43,2 g Bawang merah = 2,7 g Bawang putih = 1,35 g Garam =,4 g Kunyit = 1,35 g Ketumbar =,4 g Minyak =,135 g + 152,1 g Tabel 2 Asupan intake dari opor ayam dan tahu Intake Protein Energi Lemak KH Hewani Nabati (Kal) (g) (g) (g) (g) Ayam 32 18, ,5 g 93,7 5,6 7, ,4 Tahu 49,1 g 7,8 3,8 4,6 2,3 1,6,8 Ca 14 4, ,9 Fe 1,5,5 Vit A (RE) ,3 Vit. C Santan 43,2 g Kunyit 1,35 g Bawang merah 2,7 g Bawang putih 1,35 g Ketumbar,4 g Garam,4 g Minyak,135 g ,7 63,9 39,9 95 1,1 87 1,2 2,9 2,3 1,5,4 4,5,5 1,2 1 4,3 2,7,4,3,1,2,2 1,2 7,6 3,3 9,1,1,2,4 23,1,3 5,5,2 98,1 25 1,8 24,3 36,9 42, ,1,1,4 3,3,4,8,2 1,1 5,5,2 2,9 1,1 2,5 15,2

34 5. Nur Indah F Ibrahim Tabel 21 Makanan yang dikonsumsi pada waktu makan siang NASI Menu Nasi Opor ayam dan tahu Osengoseng Jus alpukat I. Intake 175 gram (1% distribusi) II. III. Intake mentah (beras) 175 x,4 = 7 Nilai Gizi Nasi Tabel 22 Asupan intake dari nasi Makan Siang Individu 175 gram 149 gram 35 gram 74 gram Intake Energi Protein Lemak Vit. A Vit. C KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) (Kal) (gr) (gr) (gr) (gr) Beras OPOR AYAM DAN TAHU I. Komposisi II. III. IV. Ayam 686 g Tahu 555 g Bumbu 75 g Minyak 1 g Santan 617 g g % Distribusi 686 : 1943 =,35 (35%) 555 : 1943 =,29 (29%) 75 : 1943 =,4 (4%) 1 : 1943 =,1 (1%) 617 : 1943 =,31 (31%) + 1 (1%) % Distribusi Konsumsi 35% x 149 g = 52,2 g 29% x 149 g = 43,2 g 4% x 149 g = 5,9 g 1% x 149 g = 1,5 g 31% x 149 g = 46,2 g g Intake mentah (EP) Daging ayam 52,2 x 1,6 = 83,54 g Tahu 43,2 x 1,3 = 56,16 g Bumbu = 5,9 g

35 Minyak Santan V. Nilai Gizi = 1,5 g = 46,2 g Tabel 23 Asupan intake dari opor ayam dan tahu Intake Energi Protein Lemak Vit. A Vit. C KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) (Kal) (gr) (gr) (gr) (gr) Daging , ,82 12,11 6,78,73 134,69 Tahu , ,38 2,58,89 69,63... Minyak , , Santan ,2 56,92 4,62 3,51 11,55,5.,92 OSENGOSENG I. Komposisi Sosis 142 g Buncis 281 g Jagung 121 g Cabe 7 g Bawang merah 35 g Bawang putih 6 g Gula 5 g Masako 9 g Minyak 5 g Garam,5 g + 611,5 g II. % Distribusi 142 : 611,5 =,23 (23%) 281 : 611,5 =,46 (46%) 121 : 611,5 =,2 (2%) 7 : 611,5 =,1 (1%) 35 : 611,5 =,6 (6%) 6 : 611,5 =,1 (1%) 5 : 611,5 =,1 (1%) 9 : 611,5 =,1 (1%) 5 : 611,5 =,1 (1%),5 : 611,5 = (%) + 1 (1%) III. % Distribusi Konsumsi 23% x 35 g = 8,5 g 46% x 35 g = 16,1 g 2% x 35 g = 7, g 1% x 35 g =,35 g 6% x 35 g = 2,1 g 1% x 35 g =,35 g

36 1% x 35 g =,35 g 1% x 35 g =,35 g 1% x 35 g =,35 g + 35 g IV. Intake mentah (EP) Sosis 8,5 x 1,8 Buncis 16,1 x,9 Jagung 7 x,4 Cabe Bawang merah Bawang putih Gula Minyak Masako V. Nilai Gizi = 14,49 g = 14,49 g = 2,8 g =,35 g = 2,1 g =,35 g =,35 g =,35 g =,35 g Tabel 24 Asupan gizi intake dari osengoseng Intake Energi Protein Lemak Vit. A Vit. C KH (gr) Ca (gr) Fe (gr) (Kal) (gr) (gr) (gr) (gr) Sosis , ,1 6,13,33 4,6,16.. Buncis ,49 5,31,3 1,85,14 12,38 2,48 Jagung ,8 1,6,2,21,19,14,56,22 Cabe ,35,3,1,2,9,1,21,5 Bawang merah ,1 1,3,6,4,68,2.,4 Bawang putih ,35,1,1,7,13,3.,5 Gula ,35 1..,33,2,3.. Minyak ,35 3., JUS ALPUKAT I. Komposisi Alpukat : 272 g gula : 1 g Susu Coklat : 84 g Air :15 g g II. % Distribusi 272 : 1956 =,14 (14%) 1 : 1956 =,5 (5 %) 84 : 1956 =,4 (4%)

37 15 : 1956 =,77 (77%) + = 1 (1%) III. % Distribusi Konsumsi 14% x 74 =1,36 g 5% x 74 =3,7 g 4% x 74 = 2,96 g 77% x 74 =56,98 g + = 74 g IV. Intake mentah (EP) Alpukat Gula susu coklat air = 1,36 g = 3,7 g = 2,96 g = 56,98 g V. Nilai gizi intake jus alpukat ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 25 Asupan gizi intake dari jus alpukat No Jenis Berat Energi Protein Fe Vit.A Vit.C Ca Lemak KH Pangan (gr) (gr) (gr) (gr) (RE) (g) (g) 1 Alpukat 1,36 85,9, ,5 7,7 5,6,6 1,77,82,63,41,49 2 Gula 3,7 364, ,4,19 3,47 3 Susu coklat 2, ,2, ,9 55 1,24,1 4,6,3 8,14,23 1,63 6. Ai Kustiani Tabel 26 Makanan yang dikonsumsi waktu makan siang NASI Menu Nasi Opor ayam+tahu Osengoseng Jus alpukat I. Intake 1 gram (1% distribusi) II. III. Intake mentah (beras) 1 x.417 = 41.7 gram Nilai gizi nasi Tabel 27 Asupan gizi intake dari nasi Intake Beras 41.7 E (Kal) P (gr) L (gr).1.4 KH (gr) Makan Siang Individu 1 gram 117 gram 73 gram 325 gram Ca Fe.5.2 Vit A (RE) Vit C

38 OPOR AYAM DAN TAHU I. Komposisi II. Daging ayam 686 g Tahu 555 g Minyak 1 g Santan cair 617 g Bawang merah 3 g Bawang putih 15 g Garam 5 g Kunyit 2 g Total 1943 g % Distribusi opor ayam + tahu Daging ayam 686 : 1943 =.35 x 117 = 41 g Tahu 555 : 1943 =.29 x 117 = 33.9 g Santan cair 617:1943 =.32 x 117 = 37.4 g Minyak 1:1943 =.5 x 117 =.59 g Bawang merah 3:1943 =.2x 117 = 1.8 g Bawang putih 15:1943 =.7x117 =.9 g Garam 5:1943 =.3x117 =.3 Kunyit 2:1943 =.1x117 = 1.2 III. Intake Mentah (EP) Daging ayam 41 x 2.2 = 9.2 g Tahu 33.9 x 1.3 =44.1 g Minyak.59x1 =.59 g Santan cair 37.4x1 = 37.4 g Bawang merah 1.8x.99 = 1.8 g Bawang putih.9x.99 =.9 Garam.3x1 = o.3 Kunyit 1.2x1 = 1.2 Tabel 28 Nilai gizi intake opor ayam + tahu Intake Daging ayam 9.2 g Tahu 44.1 g Santan cair 5.84 g Garam.3 g Bawang merah 1.8 g Bawang putih E (Kal) P (gr) L (gr) KH (gr) Ca Fe Vit A (RE) Vit B Vit C

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MENU MAKAN ANAK USIA DINI

PENYUSUNAN MENU MAKAN ANAK USIA DINI PENYUSUNAN MENU MAKAN ANAK USIA DINI Pengertian MENU Susunan hidangan sekali makan yang secara keseluruhan harmonis dan saling melengkapi untuk kebutuhan makan seseorang MENU SEIMBANG Menu yang mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia memerlukan makanan karena makanan merupakan sumber gizi dalam bentuk kalori,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR LAMPIRAN 59 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEBIASAAN SARAPAN, AKTIVITAS FISIK, DAN STATUS GIZI MAHASISWA MAYOR ILMU

Lebih terperinci

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 19 SERI BACAAN ORANG TUA JAGUNG Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI

LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI DISUSUN OLEH : RIRIN SURYANI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG DIPLOMA IV JURUSAN GIZI TAHUN 2013 A. GAMBARAN RESEP

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN Astini Syarkowi *) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat sehingga memiliki kecakapan memilih

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan. MODUL 5 PIZZA IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat pizza ikan yang enak, bertekstur lembut dan rasa yang lezat. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

Dari 60,7 gr protein nabati, 32,8 gr = 27,9 gr; bila protein nabati ini disumbang dari tempe 17,9 gram, dan tahu 10 gr.

Dari 60,7 gr protein nabati, 32,8 gr = 27,9 gr; bila protein nabati ini disumbang dari tempe 17,9 gram, dan tahu 10 gr. Jika 15,2 gr protein hewani diambil dari ikan segar, maka kebutuhan akan ikan segar adalah : 15,2/17 x 100 x 100/80 = 111,8 gr; yang mengandung energi: 111,8/100 x 80/100 x 113 kal =101 Kal. Dari 60,7

Lebih terperinci

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Apa itu Nutrisi???? Defenisi Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan Setiap anak mempunyai

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA Dosen pembimbing : Ir. Suyatno, M.Kes Disusun oleh : Bertin F W 25010110141094 Annisa Arum S 25010112150038 BAGIAN GIZI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

UBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

UBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 18 SERI BACAAN ORANG TUA UBI JALAR Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Makan Makanan merupakan fisiologis maupun psikologis untuk anak dan orang tua. Oleh karena itu perlu diciptakan situasi pemberian makan kepada anak yang memenuhi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Ester Ratnaningsih, SST Nor Tri Astuti, SST Staff Dosen AKBID

Lebih terperinci

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g. SOSIS IKAN Sosis adalah salah satu produk olahan dari bahan hewani. Secara umum sosis diartikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang, dihaluskan, dan diberi bumbubumbu, dimasukkan

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, 04 10.00-4. Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Mei 2017 12.00 tentang asupan nutrisi pada anak yaitu menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG NUGGET BANANA SKIN Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG 2014-2015 LEMBAR PENGESAHAN JUDUL: NUGGET BANANA SKIN Menyetujui, Pembimbing

Lebih terperinci

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

19/02/2016. Siti Sulastri, SST Siti Sulastri, SST Usia 0 12 bulan Fase atau tahap awal untuk menentukan kondisi serta perkembangan bayi untuk tahun yang akan datang/ tahun perkembangan bayi berikutnya Tumbuh dengan sangat cepat Mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Di Indonesia sayur cukup mudah diperoleh, petani pada umumnya menanam guna mencukupi kebutuhan keluarga. Pemerintah juga berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental. Untuk masyarakat yang berpendidikan dan cukup

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

4 Resep Masakan Rumahan Sehari Hari Yang Wajib Anda Coba

4 Resep Masakan Rumahan Sehari Hari Yang Wajib Anda Coba 4 Resep Masakan Rumahan Sehari Hari Yang Wajib Anda Coba recepmakanan.blogspot.co.id/2017/01/resep-masakan-sehari-hari.html resep masakan rumahan sehari hari - Ada banyak sekali resep masakan nusantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Balita 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan

Lebih terperinci

PENGATUR POLA MENU MAKANAN BALITA UNTUK MENCAPAI STATUS GIZI SEIMBANG MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO

PENGATUR POLA MENU MAKANAN BALITA UNTUK MENCAPAI STATUS GIZI SEIMBANG MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO PENGATUR POLA MENU MAKANAN BALITA UNTUK MENCAPAI STATUS GIZI SEIMBANG MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO Rosida Wachdani 1, Zainal Abidin 2, M. Ainul Yaqin 3 Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Dewasa: Karakteristik Usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci