PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014
|
|
- Handoko Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014
2 BUKTI PEMBAYARAN Bukti Pembayaran yang absah harus memuat : 1. Tanda Tangan Penerima 2. Tanda Tangan Bendaharawan 3. Tanda Tangan Ketua KNPI/OKP 4. Materai (Sesuai dengan aturan Bea Materai) 5. Surat Bukti Bernomor urut/no. Pagu 6. Stempel KNPI/Organisasi 7. Tanda Lunas 3
3 HONORARIUM Bukti Pembayaran Honorarium yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Daftar Pembayaran Honorarium Yang Telah Diotorisasi - Bukti Potong & setor PPh 21 - Khusus untuk Panitia, dilampirkan SK. Pembentukan Panitia dan hasil Pekerjaan. NB : Besarnya honorarium & lembur disesuaikan dengan SK. Ketua KNPI dengan memperhatikan standar honor Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 4
4 UPAH LEMBUR Bukti Pembayaran Upah Lembur yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Surat Perintah Lembur - Daftar Hadir Lembur - Bukti Potong & setor PPh 21 NB : Besarnya honorarium & lembur disesuaikan dengan SK. Ketua KNPI dengan memperhatikan standar harga lembur Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 5
5 BIAYA PERJALANAN DINAS DLM /LUAR DAERAH DAN LUAR NEGERI Bukti Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Undangan /Telaahan Staf - Surat Perintah Kerja/Tugas - Surat Perintah Perjalanan Dinas - Rincian Perhitungan Biaya Perjalanan Dinas - Kelengkapan SPPD ( Nama Jelas Penandatangan, Stempel instansi yang dituju) - Kwitansi,Tiket dan paspor - Laporan hasil Perjalanan Dinas Catatan : SPPD hanya dapat digunakan oleh Pengurus KNPI, dan sekretariat KNPI Provinsi Kalimantan Timur 6
6 BIAYA TUNJANGAN RAPAT/ BIAYA RAPAT (KONSUMSI RAPAT) Bukti Pembayaran Biaya Tunjangan, Biaya Konsumsi Rapat dll yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Undangan Rapat - Daftar Hadir/Absensi Rapat - Permohonan dana - Kwitansi Pengadaan barang/bahan rapat (Invoice) - Laporan Hasil Rapat - Bukti potong pajak yang terkait - SSP Pasal 21/26, Pasal 22, Pasal 23 dan PPN 7
7 PENGADAAN BARANG & JASA Bukti Pembayaran Pengadaan Barang & Jasa yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Kwitansi/Nota/Invoice - Berita Acara Pemeriksaan Barang/ Penyelesaian Pekerjaan (Jika nominal diatas Rp ,-) - Bukti Potong & setor PPh & PPN (Jika nominal diatas Rp ,-) - Surat Pemesanan Barang (Jika nominal diatas Rp ,-) - Surat Perintah Kerja (Jika nominal diatas Rp ,-) - Dokumen Lelang, Surat Penawaran dan Surat Penunjukan (Jika nominal diatas Rp ,-) NB : Prosedur Pengadaan barang dan jasa mengacu pada Keppres No.80 Tahun 2003 dan perubahannya 8
8 ADMINISTRASI BENDAHARAWAN DALAM HAL PERPAJAKAN
9 BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK Bendahara dan Pajabat yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari APBN/APBD, ditetapkan sebagai Pemungut ; Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Penghasilan Pasal 22 Pajak Penghasilan Pasal 23 dan, Pajak Penghasilan Pasal 21/26 Selain Memungut bendahara juga berkewajiban menyetor dan melaporkannya. 10
10 BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 21/26 Bendaharawan wajib memotong PPh pasal 21/26 terhadap honorarium, uang lembur, uang hadir, imbalan prestasi kerja dan imbalan lainnya. Yg diterima oleh Pejabat Negara, PNS dan anggota ABRI dan para Pensiunan, kecuali PNS golongan II-d kebawah dan Anggota ABRI berpangkat Pembantu Letnan Satu kebawah. Dipotong PPh psl 21 sebesar 15% x jumlah bruto dan bersifat final. Selain Pejabat Negara, PNS dan anggota ABRI dan para Pensiunan. Dipotong PPh psl 21 berdasarkan penerapan tarif pasal 17 x jumlah bruto. ( PP RI 45 tn 1994 ) 11
11 JENIS-JENIS PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH PASAL 21 (Lanjutan) Penghasilan Sehubungan dengan pekerjaan, jasa,atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun diantaranya : Penghasilan pegawai atau penerima pensiun secara teratur. Penghasilan Pegawai, penerima pensiun atau. mantan pegawai secara tidak teratur. Upah harian, mingguan, satuan, borongan. Uang tebusan pensiun,tabungan hari tua atau jaminan, uang pesangon. Honorarium, uang saku, hadiah, komisi, bea siswa, dan imbalan lain sehubungan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang terdiri dari tenaga ahli, pemusik, penyanyi, olahragawan,pengajar, penceramah, penyuluh, peserta sidang dsb. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain. 12
12 BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 21/26 (Lanjutan) Honorarium atau imbalan lainnya yg dibayarkan kepada tenaga ahli, dipotong sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto (50%). Kecuali jika mempekerjakan orang lain dikenakan PPh Psl 23 ( Per-DJP 15/PJ/2006 ) NB : Setiap pemotongan PPh psl 21 Bendaharawan wajib membuat bukti potong PPh psl 21 Besarnya tarif sebagaimana dimaksud diatas, dikenakan lebih tinggi 20% kepada WP yang tidak memiliki NPWP (Psl 21 (5a) UU PPh) 13
13 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK Untuk Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Sebesar Rp ,00/Tahun atau Sebesar Rp ,00/bulan. Tambahan untuk Wajib Pajak Yang Kawin Sebesar Rp ,00/Tahun atau Sebesar Rp /bulan Tambahan untuk Seorang Istri yang Penghasilannya Digabung dengan Penghasilan Suami Sebesar Rp ,00/Tahun atau Sebesar Rp ,00/bulan (pasal 8 Ayat (1)) Tambahan untuk setiap Anggota Keluarga Sedarah dan Keluarga Semenda dalam garis Keturunan lurus serta anak angkat (3 Orang) sebesar Rp ,00/Tahun atau sebesar Rp ,00/bulan Catatan : Pengurang selain PTKP adalah Biaya Jabatan sebesar 5% dari Gaji 14
14 BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 22 Bendaharawan wajib memotong PPh pasal 22 terhadap pembayaran atas pembelian barang yg didanai dari APBN/D sebesar 1,5% x nilai pembelian (tidak termasuk PPN). Pembayaran yg dikecualikan dari pemotongan PPh 22 adalah : - Pembayaran atas penyerahan barang (bukan jumlah yg dipecah-pecah) paling banyak Rp ,- - Pembayaran atas pembelian BBM, listrik, gas, air minum/pdam, benda-benda pos. - WP yg dapat menunjukkan Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh psl 22 ( 210/PMK.03/2008 ) NB : Dalam pengisian SSP untuk pemungutan PPh psl 22, NPWP yang dicantumkan adalah NPWP rekanan. Bendaharawan hanya menandatangani saja. Besarnya tarif sebagaimana dimaksud diatas, dikenakan lebih tinggi 100% kepada WP yang tidak memiliki NPWP (Psl 22 (5a) UU PPh) 15
15 BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 23 Bendaharawan wajib memotong PPh pasal 23 terhadap pembayaran : - Sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn harta, kecuali sehubungan dengan persewaan tanah dan/atau bangunan sebesar 2% dari penghasilan bruto. - Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa konstruksi, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21. Sebesar 2% dari penghasilan bruto. ( Psl 23 (1c) UU PPh ) NB : Besarnya tarif sebagaimana dimaksud diatas, dikenakan lebih tinggi 100% kepada WP yang tidak memiliki NPWP (Psl 23 (1a) UU PPh) 16
16 BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 23 (Lanjutan) Contoh : 1. Sewa Khusus Angkutan Darat dikenakan tarif = 20% x 10% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) atau 2% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) 2. Sewa Selain Angkutan Darat dikenakan tarif = 20% x 10% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) atau 2% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) 3. JasaTeknik/Manajemen/Konsultan/Akuntansi/Aktuaris/ dikenakan tarif = 20% x 10% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) atau 2% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) 4. Jasa Catering dikenakan tarif = 20% x 10% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) atau 20% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) SewaTanah dan atau Bangunan dikenakan PPh psl 4 (2) sebesar 10% dari jumlah bruto(tdk termasuk PPN) ( S-239/PJ.332/2005 ) 17
17 BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMUNGUT PPN Bendaharawan wajib memungut PPN yg terutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan/atau JKP kepada instansi pemerintah. PPN yg dipungut wajib disetorkan paling lambat 7 hari setelah bulan terjadinya pembayaran tagihan. PPN tidak dipungut jika : - Bukan merupakan BKP dan/atau JKP - Harga jual/penyerahannya tidak melebihi dari Rp ,- - PPN ditanggung pemerintah 18
18 Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertamabahan Nilai Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi ditempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau ketering Uang, emas batangan, dan surat berharga. UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 4A Ayat 2 ( 1 April 2010) 19
19 Jenis Jasa yang tidak dikenai Pajak Pertamabahan Nilai Jasa Pelayanan Kesehatan Medis. Jasa Pelayanan Sosial Jasa Pengiriman Surat dengan perangko. Jasa Keuangan Jasa Asuransi Jasa Keagamaan Jasa Pendidikan Jasa Kesenian dan hiburan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 4A Ayat 3 ( 1 April 2010) 20
20 Jenis Jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai (Lanjutan) Jasa Penyiaran yang tidak bersifat iklan. Jasa angkutan umum didarat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri. Jasa tenaga kerja. Jasa perhotelan Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum Jasa penyedia tempat parkir. Jasa telephone umum dengan menggunakan uang logam Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; Jasa Boga atau katering. UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 4A Ayat 3 ( 1 April 2010) 21
21 BEA MATERAI Dokumen yang dikenakan Bea Meterai Berdasarkan UU No 13 Thn 1985 ttg Bea Meterai adalah dokumen yang berbentuk surat yang memuat jumlah uang, yaitu: yang menyebutkan penerimaan uang; yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank; yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank; atau yang berisi pengakuan bahwa hutang yang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan. 22
22 BEA MATERAI yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp ,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp ,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp ,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp ,00 (tiga ribu rupiah); yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp ,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp ,00 (enam ribu rupiah); 23
23 24
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas : a.penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; b.impor Barang Kena Pajak;
Lebih terperinciPAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Objek Pemungutan PPN dan PPn BM 1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan 2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di
Lebih terperinciOleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali
Topik 4 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Sub Topik 1. UU PPN 2. Pengertian dalam
Lebih terperinciPEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA KPP PRATAMA TIMIKA MEI 2015 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa Latar
Lebih terperinciBuku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
139 BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PENGERTIAN Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari
Lebih terperinciPerpajakan 2 PPN & PPnBM
Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PPh Pasal 21 Menurut PER-31/PJ/2012 Pasal 1 ayat 2 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat atas penghasilan berupa gaji,
Lebih terperinciPEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH
PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SETIABUDI TIGA KEWAJIBAN WAJIB PAJAK BENDAHARA DAFTAR (NPWP) POTONG/ PUNGUT
Lebih terperinciSOSIALISASI SE-34/PJ/2017 TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PERPAJAKAN BAGI PTN-BADAN HUKUM NOPEMBER 2017
1 SOSIALISASI SE-34/PJ/2017 TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PERPAJAKAN BAGI PTN-BADAN HUKUM NOPEMBER 2017 DASAR HUKUM PTN BH DAN PERLAKUAN PERPAJAKANNYA 2 UU. No 12/2012 Pasal 89(1) tentang Pendidikan Tinggi
Lebih terperinciPPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com
PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com 1 PPh PASAL 21 Pemotongan pajak atas penghasilan yg diterima/diperoleh WP Orang Pribadi Dalam Negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan
Lebih terperinciKEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018
KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018 KEWAJIBAN PAJAK ATAS DANA HIBAH PENELITIAN Walau telah berbasis keluaran, namun kewajiban perpajakan atas
Lebih terperinciGAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK *)
GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK *) (Drs. H.S.Eko Prijono, MM MUKISI) I. PENDAHULUAN 1. UU Rumah Sakit Rumah Sakit sebagaimana tertuang dalam Pasal 20 UU Rumah
Lebih terperinciBENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II
BAB II BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II BAB II BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat
Lebih terperinciMakalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21
Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya setipa masyarakat yang hidup di suatu negara memiliki potensi untuk menjadi wajib pajak.
Lebih terperinciBENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018
KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
Lebih terperinciBAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK
BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:
Lebih terperinciModul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI
Modul ke: 02Fakultas EKONOMI NPWP dan PKP Pertemuan 2 Perpajakan I Program Studi AKUNTANSI Daftar Isi NPWP Tata Cara Pendaftaran NPWP melalui e-registration Cara Pindah KPP Penghapusan NPWP Pengusaha Kena
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak
Lebih terperinciSANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009
Disusun oleh : SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009 Oktober 2009 begawan5060@gmail.com begawan5060 1 Pasal 1 Pengertian 1 Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang
Lebih terperinciKementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Pengertian PPh PASAL 21/26 TATA CARA PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DIATUR DALAM PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR : PER-31/PJ/2012 PAJAK PENGHASILAN
Lebih terperinciPerhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter Pajak Penghasilan adalah pajak atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
Lebih terperinciPerpajakan Bendahara Pengeluaran
Perpajakan Bendahara Pengeluaran Diklat Bendahara Pengeluaran APBN Kementerian Keuangan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Pengantar Perpajakan Iuran dari rakyat
Lebih terperinciPAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB
PAJAK PAJAK . PAJAK yang dibayarkan digunakan untuk kegiatan Penyelenggaraan Negara, dan Membiayai pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung sekolah, Sarana Kesehatan (rumah sakit), sarana umum, pembangunan
Lebih terperinciBADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal
BADAN ORANG PRIBADI Syarat Objektif Syarat Subjektif Wilayah tempat kedudukan KANTOR PELAYANAN PAJAK Wilayah tempat tinggal Fungsi NPWP - Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan - Sebagai identitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan Menurut Undang-Undang no. 28 th. 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan
BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN II.1. Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Liberti Pandiangan (2010:v) adalah salah
Lebih terperinciPPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan
Maksud Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21 Bukan Pemotong PPh Pasal 21 Penerima Penghasilan PPh Pasal 21 Pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan,
Lebih terperinciSPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26
SPT Masa Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Formulir ini digunakan untuk melaporkan kewajiban Pemotongan Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 SPT rmal SPT Pembetulan Ke- - Tahun Kalender Formulir
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK
Lebih terperinciPJ.091/PPh/S/002/ KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH BOGOR, 15 MEI 2017
PJ.091/PPh/S/002/2017-00 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH BOGOR, 15 MEI 2017 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang berasal dari penghasilan masyarakat, dalam proses pemungutan perlu diatur dalam undang-undang agar dapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Pasal 22 1. Analisis Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Berdasarkan sistem self assessment
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 Menimbang : a. TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
Lebih terperinciSubject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Subject 3 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Subjects
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan bertugas memberikan layanan kesehatan kepada pasien dalam rangka membantu menyembuhkan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20 /PJ/2012 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU
Lebih terperinciMAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM
MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM Disusun oleh : 1. Nanda Rosyid F0311082 2. Nur Aini Kusumaningrum F0311087 3. Nur Chayati
Lebih terperinciBAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH
BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH 3.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) 3.1.1 Dasar
Lebih terperinciPajak Penghasilan Pasal 21/26
Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,
Lebih terperinciDASAR-DASAR PERPAJAKAN
DASAR-DASAR PERPAJAKAN A. Definisi dan Unsur Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
Lebih terperinciPEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH KPP PRATAMA JAKARTA SETIABUDI TIGA
PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH KPP PRATAMA JAKARTA SETIABUDI TIGA APBN/APBD DIKELOLA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT INSTANSI PEMERINTAH DAERAH LEMBAGA NEGARA BENDAHARA /PEMEGANG KAS WAJIB
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991) Pajak merupakan
Lebih terperinciSubject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Subject 3 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Subjects
Lebih terperinciKewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG
Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI, DAN PENSIUNANNYA
Lebih terperinciSubject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Subject 3 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Subjects
Lebih terperinciPERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH
Company LOGO PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH DIREKTORAT PELAKSANAAN ANGGARAN Company name BENDAHARA PEMERINTAH WAJIB MELAKSANAKAN KEWAJIBAN PEMOTONGAN & PEMOTONGAN PAJAK PUSAT ATAS DANA YG BERASAL DARI
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Umum Tentang Pajak II.1.1 Definisi Pajak dan Ciri Ciri Pajak Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
Lebih terperinciSubject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Subject 3 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Subjects
Lebih terperinciPeraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah
Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor, tanggal 80 Tahun 2010 20 Desember 2010 Mulai berlaku : 1 Januari
Lebih terperinciASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH
ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH kreditgogo.com I. Pendahuluan Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera, pemerintah perlu menyelenggarakan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA, DAN PARA PENSIUNAN ATAS
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1994 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA, DAN PARA PENSIUNAN ATAS
Lebih terperinciS-425/PJ.312/2006 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP
S-425/PJ.312/2006 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP Contributed by Administrator Friday, 02 June 2006 Pusat Peraturan Pajak Online PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP Sehubungan dengan surat Saudara
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,
6 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan
Lebih terperinciSPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-32/PJ/2009 Tanggal : 25 Mei 2009 Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Masa Pajak SPT Masa Pajak Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Formulir
Lebih terperinciCATATAN SPI Subtitle
CATATAN SPI Subtitle Harus mengundang di luar tim penelitian Harus ada absensi Konsumsi Temuan SPI pada penelitian 2017 Banyak konsumsi yang hanya 1 porsi dalam LPJ Tidak ada absensi Perjalanan Dinas Uang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN
I. PENDAHULUAN Mengingat pentingnya masalah Perpajakan dalam pengelolaan Dana Pensiun, maka perlu adanya pedoman mendasar tentang Perpajakan. Peraturan Perpajakan Dana Pensiun mengacu pada Undang-undang
Lebih terperinciSistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:
PERPAJAKAN ORGANISASI NIRLABA Tri Purwanto Pengantar Pajak Organisasi Nirlaba UU No 28 Th 2007 ttg KUP Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 21
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Dari analisa yang telah dilakukan, berikut adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini: 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan a. Orang pribadi yang melakukan
Lebih terperinciPerhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana Meitri Megawati 41209141 3DA03 PENDAHULUAN Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.
No.691, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciPANDUAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
PANDUAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN ATAS DANA HIBAH PENELITIAN TUJUAN MENJAMIN KETERTIBAN DAN KELANCARAN PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEUANGAN; PERLU DISUSUN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN (SPJ)
Lebih terperinciFransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak
Modul ke: Perpajakan I PPh 21 Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi S1. Akuntansi Pemotong PPh Pasal 21/26 pemberi kerja yang terdiri dari: a.orang pribadi dan
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
12 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang pelaksanaan kerja praktek Selama melaksanakan praktek kerja lapangan penulis di tempatkan di bagian pemasaran dan bagian umum. Di bagian ini pula penulis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):
digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Pajak telah banyak didefinisikan oleh beberapa pakar. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 21
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib
Lebih terperinciPengertian Pajak Penghasilan 21
Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Menurut S.I. Djajadiningrat (dalam Siti Resmi, 2011:1), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Perpajakan 1. Pengertian pajak Menurut Rochmat Soemitro seperti dikutip oleh Waluyo ( 2007 : 3 ) mengemukakan bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-545/PJ/2000 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 0 IDENTITAS PEMOTONG PAJAK NAMA NO. TELEPON - NO. FAKS - JENIS USAHA KLU NAMA PIMPINAN PERUBAHAN DATA ADA, PADA LAMPIRAN TERSENDIRI TIDAK ADA A. DALAM YANG BERSANGKUTAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.
PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ./2009) Tahun Pajak : 2009 Formulir 1770 S ini merupakan formulir SPT Tahunan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib
Lebih terperinciPER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA
PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA Contributed by Administrator Friday, 07 August 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010
Lebih terperincibadan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Nama/NPM Pembimbing : Kanip/24213760 : Widada, SE., MM.
Lebih terperinciTanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Perihal : PEDOMAN PELAKSANAAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) OLEH BENDAHARAWAN ATAU PENANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN PENGGUNAAN DANA BOS
Lebih terperinciCatatan: - Untuk Point 1, 3, 4 dan 5 dalam hal Wajib Pajak tidak mempunyai NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 20% (Dua puluh persen).
DAFTAR TARIF WAJIB POTONG PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 BAGI BENDAHARA PENGELUARAN 1 Keterangan SSP untuk Pemotong PPh Pasal 21 - Diisi Identitas dan NPWP Bendahara NO. URAIAN Golongan PPh MAP Kode
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pajak menurut Soemitro (Resmi, 2016:1) merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991;747) yaitu: Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
Lebih terperinciKEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Ketentuan Perpajakan Universitas Airlangga NPWP 00.005.564.0-606.000 APBN 73.773.758.5-619.000 Dana Masyarakat BPPTN Badan Hukum WCU Jenis dan Tarif Pajak : Dana Masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan penerimaan Negara saat ini sangat penting serta mempunyai kedudukan yang strategis karena untuk peningkatan pembangunan Nasional. Hal ini karena tidak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat
Lebih terperinciPajak Penghasilan Pasal 21/26
Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,
Lebih terperinciTata Cara Pertanggungjawaban Kegiatan Penelitian & Kerjasama LPPM - ITS
Tata Cara Pertanggungjawaban Kegiatan Penelitian & Kerjasama LPPM - ITS 1 SPJ dibuat rangkap 3 (tiga) ( tergantung keperluan ), LPPM hanya membutuhkan 1 ( satu ) lembar asli ( salinan / foto copy - bila
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. WORKSHOP PENYUSUNAN SPJ dan RAB PROGRAM PENELITIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN INOVASI
WORKSHOP PENYUSUNAN SPJ dan RAB PROGRAM PENELITIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN INOVASI UNIVERSITAS AIRLANGGA 13 APRIL 2016 PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN Universitas
Lebih terperinciPEMOTONGAN PPh PASAL 21
PEMOTONGAN PPh PASAL 21 1 Dasar Hukum 1. Pasal 21, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
Lebih terperinci