EVALUASI KOMPONEN BIOAKTIF TANAMAN UNTUK KESEHATAN (EVALUATION OF BIOACTIVE COMPOUNDS OF PLANTS FOR HEALTH)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KOMPONEN BIOAKTIF TANAMAN UNTUK KESEHATAN (EVALUATION OF BIOACTIVE COMPOUNDS OF PLANTS FOR HEALTH)"

Transkripsi

1 MODUL EVALUASI KOMPONEN BIOAKTIF TANAMAN UNTUK KESEHATAN (EVALUATION OF BIOACTIVE COMPOUNDS OF PLANTS FOR HEALTH) Oleh: Nurheni Sri Palupi Southeast Asian Food And Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center Research and Community Service Institution BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY

2 DISCLAIMER This publication is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of Texas A&M University and Bogor Agricultural University as the USAID Tropical Plant Curriculum Project partners and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.

3 MODUL Evaluasi Komponen Bioaktif Tanaman untuk Kesehatan (Evaluation of Bioactive Compounds of Plants for Health) Nurheni Sri Palupi Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, dan berkembangnya pemikiran back to nature maka penggunakan produk-produk alami untuk mendukung kesehatan seseorang semakin meningkat. Penggunaan bahan-bahan sintetis untuk pengobatan atau pencegahan terhadap suatu penyakit selain menyebabkan ketergantungan, juga harganya relatif mahal dan kemungkinan menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Keadaan tersebut mendorong dilakukannya eksplorasi berbagai komponen bioaktif asal tanaman. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir sekitar 80 persen penduduk dunia menggantungkan pengobatan secara tradisional menggunakan ekstrak utuh atau komponen bioaktifnya untuk pertolongan pertama terhadap gangguan kesehatan. Komponen bioaktif merupakan senyawa di luar zat gizi yang biasanya berada dalam jumlah kecil di dalam suatu bahan pangan. Senyawa tersebut banyak dipelajari secara intensif untuk menguji khasiatnya terhadap kesehatan. Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa mengonsumsi bahan pangan berbahan baku tanaman dapat memberikan efek pertahanan terhadap penyakit jantung koroner (cardiovascular disease/cvd) dan kanker. Hingga saat ini telah banyak ditemukan senyawa bioaktif, yang dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimia dan fungsinya. Senyawa fenolik yang merupakan kelompok flavonoid, banyak dijumpai hampir pada semua tanaman dan yang telah dipelajari secara ekstensif adalah yang terkandung dalam serealia, polong-polongan, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, teh, dan sebagainya. Banyak senyawa fenolik menunjukkan aktivitasnya sebagai antioksidan, dan beberapa studi telah menunjukkan manfaatnya terhadap penyakit trombosis dan tumorogenesis. Meskipun beberapa studi epidemiologi telah melaporkan manfaat perlindungan dari senyawa flavonoid atau fenolat lain terhadap cardiovascular deaseas (CVD) dan kanker, namun hasil penelitian lain tidak menemukan manfaat tersebut. Berbagai fitoestrogen yang terdapat dalam kedelai, biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran juga memiliki sifat antioksidan. Beberapa studi baik menggunakan model hewan percobaan maupun kultur sel kanker, menunjukkan efek menguntungkan terhadap faktor-faktor risiko CVD lainnya. Namun, karena fitoestrogen bertindak baik sebagai agonis estrogen secara parsial maupun antagonis, efeknya terhadap kanker cenderung kompleks. Hidroksitirosol (hydroxytyrosol) yang merupakan salah satu senyawa fenolat dalam minyak zaitun merupakan antioksidan kuat. Senyawa resveratrol yang ditemukan dalam kacangkacangan dan anggur merah, menunjukkan aktivitas antioksidan, antitrombotik, antiinflamasi, dan menghambat karsinogenesis. Likopen yang merupakan antioksidan karotenoid kuat yang terkandung dalam tomat dan buah-buahan lainnya, diperkirakan Nurheni Sri Palupi 1

4 dapat melindungi terhadap penyakit kanker prostat dan kanker lainnya, serta menghambat pertumbuhan sel tumor pada hewan. Organosulfur senyawa dalam bawang putih dan bawang, isotiosianat dalam sayuran, serta monoterpen dalam buah jeruk, ceri, dan rempah-rempah memiliki aktivitas sebagai antikanker serta kardioprotektif. Singkat kata, senyawa bioaktif banyak memiliki kontribusi yang baik terhadap kesehatan. Banyak penelitian ilmiah perlu dilakukan sebelum kita dapat memberikan rekomendasi diet yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Namun demikian, mengonsumsi bahan pangan yang banyak mengandung senyawa bioaktif terbukti dapat direkomendasikan. Dengan kata lain dapat dianjurkan untuk mengonsumsi diet yang kaya komponen bioaktif dalam berbagai buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, minyak, dan kacang-kacangan. Komponen bioaktif yang juga dikenal sebagai komponen pangan non gizi merupakan senyawa xenobiotik yang terdapat secara alamiah dalam bahan pangan. Selain seperti yang telah disebutkan sebelumnya, khlorofil pada daun-daunan, karotenoid yang berwarna kuning jingga pada sayuran dan buah-buahan, antosianin yang berwarna ungu, komponen fenolik juga merupakan senyawa bioaktif. Senyawa alamiah ini, meskipun merupakan senyawa xenobiotik, dalam proses ekskresinya dari tubuh tidak menghasilkan senyawa metabolit reaktif dan sering menstimulir aktivitas enzim fase 2 yang bersifat melarutkan dan antikarsinogen. Komponen bioaktif dalam proses pencernaan akan terlepas dari matriks pangan dan dapat terserap kedalam darah, dibawa menuju hati. Setelah sampai di hati sebagian akan mengalami metabolisme sebagian akan terdistribusi ke sel-sel lain dalam tubuh dan menjadi tersedia (bioavailable) untuk metabolisme di tingkat seluler. Salah satu keuntungan dari senyawa-senyawa ini adalah sifatnya sebagai antioksidan yang dapat menangkal senyawa radikal sehingga mencegah kerusakan sel. Secara umum, bahan pangan baik olahan maupun segar dapat merupakan sumber komponen bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh. Pada dasarnya aktivitas senyawa bioaktif yang secara fisologis mendukung kesehatan dihubungkan dengan tiga sistem regulasi di dalam tubuh, yaitu sistem imun, sistem hormon (endokrin) dan sistem saraf. Manfaat komponen bioaktif terhadap kesehatan dapat dievaluasi atau ditentukan dengan melakukan pengujian-pengujian, baik secara kimia, biokimia maupun biologi. Sebagian besar pengujian komponen bioaktif dikaitkan dengan kemampuannya sebagai antioksidan, antikanker, antihiper-kolesterolemia, antidiabetik, antitrombosis maupun sebagai imunomodulator. Berbagai teknik pengujian terkait dengan kemampuan komponen bioaktif dalam mendukung kesehatan tersebut akan dibahas selanjutnya. A. Pengujian Komponen Bioaktif Sebagai Antioksidan 1. Pengujian Aktivitas Antioksidan, metode ransimat (Metrohm, 1999) Metode rancimat banyak digunakan dalam industri pangan terutama untuk mendeteksi adanya kerusakan oksidatif. Beberapa komponen bahan pangan sensitif Nurheni Sri Palupi 2

5 terhadap oksidasi, misalnya vitamin, asam amino dan asam lemak tak jenuh. Selain itu, aktivitas senyawa fenol sebagai antioksidan yang terkandung banyak dalam tanaman, juga dapat diuji menggunakan metode ini. Pada prinsipnya metode rancimat menggunakan aliran udara yang dihembuskan melalui sampel pada suhu antara oC, sehingga akan mengoksidasi asam lemak dalam beberapa tahap. Oksidasi akan berlangsung berdasarkan reaksi radikal berantai, yang pada akhirnya akan terbentuk produk-produk oksidasi yang bersifat mudah menguap, terutama asam formiat. Senyawa tersebut akan ditransfer oleh aliran udara ke dalam tabung yang mengandung air deionisasi, dan konduktivitas akan terukur. Plotting konduktivitas terhadap waktu menghasilkan kurva oksidasi, dan titik belok dikenal sebagai periode induksi. Sebanyak satu ml sampel ditambahkan ke dalam 10 ml minyak kedelai murni dan 3 ml tween 80 ditambahkan ke dalam campuran tersebut. Setelah campuran dikocok, lalu ditimbang 3 g dan dimasukkan ke dalam tabung ransimat untuk dianalisis menggunakan alat ransimat pada 100 o C. Metode ini menggunakan kontrol negatif minyak kedelai murni dan kontrol positif campuran 200 ppm BHT dalam minyak kedelai murni. Alat ransimat akan memberikan data berupa periode induksi (PI). Aktivitas antioksidan ditentukan dengan rumus : 2. Analisis Kadar Total Fenol Metode Folin-Ciocalteu (Nantitanon et al yang dimodifikasi) Pada prinsipnya total fenol dapat diukur berdasarkan kemampuan reagen Folin- Ciocalteu (campuran fosfomolibdat dan fosfotungstat) dalam mereduksi gugus hidroksi dari fenol. Inti aromatis pada senyawa fenol, yang berupa gugus hidroksi fenolik, dapat mereduksi fosfomolibdat dan fosfotungstat menjadi molibdenum yang berwarna biru. Kandungan fenolik total dalam tumbuhan dinyatakan dalam GAE (Gallic Acid Equivalent) yaitu jumlah kesetaraan miligram asam galat dalam 1 gram sampel. Ekstrak pekat sampel dilarutkan dalam etanol absolut hingga diperoleh konsentrasi akhir 0.2 mg/ml. Sebanyak 20 µl larutan ekstrak dalam etanol dicampurkan dengan 45 µl reagen Folin-Ciocalteu dan didiamkan 3 menit. Sebanyak 135 µl Na 2 CO 3 2 g/100 ml ditambahkan ke dalam campuran, divorteks dan disimpan di tempat gelap pada suhu ruang, 2 jam dan divorteks. Absorbansinya dibaca dengan spektrofotometer pada 750 nm. Asam galat digunakan sebagai standar sehingga satuannya dinyatakan dalam mg GAE/100 mg ekstrak. Kurva standar dibuat menggunakan asam galat (0-130 µg/ml). Selain itu kurva standar juga bisa dipersiapkan dengan menggunakan asam tanat dalam etanol 95% dengan konsentrasi 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm. Kadar total polifenol dihitung berdasarkan persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar. Absorbansi yang diperoleh diplotkan pada kurva standar. Kadar total polifenol dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: Nurheni Sri Palupi 3

6 Keterangan: A = absorbansi sampel pada panjang gelombang 750 nm S = slope kemiringan pada kurva standar Fp = faktor pengenceran W = berat sampel (mg) 3. Aktivitas Antioksidan, Metode DPPH (Kubo et al yang dimodifikasi) Pada prinsipnya pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan radikal bebas DPPH, buffer asetat dan etanol dalam methanol sehingga terbentuk warna ungu. DPPH merupakan radikal bebas yang stabil. Tingginya aktivitas antioksidan pada sampel akan ditunjukkan oleh banyaknya DPPH yang direduksi yang terlihat dengan semakin pudarnya warna ungu. Warna yang terbentuk dibaca dengan spektrofotometer pada 517 nm. Trolox digunakan sebagai standar yang merupakan analog vitamin E yang larut dalam air. Aktivitas antioksidan dinyatakan dalam satuan TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Capacity). Analisis dilakukan dengan memasukkan 1 ml buffer asetat 100 mm (ph 5.5), 1.87 ml etanol dan 0.1 ml radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) 3 mm dalam metanol ke dalam tabung reaksi. Kemudian sebanyak 0.03 ml larutan sampel ditambahkan ke dalam tabung tersebut, divorteks dan diinkubasi pada 25oC, selama 20 menit. Sebagai kontrol digunakan 0.03 ml aquades sebagai pengganti sampel. Kemudian absorbansinya diukur pada 517 nm. Standar digunakan adalah Trolox (6-Hydroxy-2, 5, 7, 8-tetramethylchroman-2-carboxylic acid) 0; 1.25; 2.5 dan 5 mm sehingga satuannya dinyatakan dalam TEAC. Penurunan absorbansi menunjukkan adanya aktivitas scavenging atau aktivitas antioksidan. B. Pengujian Komponen Bioaktif sebagai Antikanker 1. Pengujian secara in vitro a. Persiapan media kultur dan pereaksi Pembuatan Larutan RPMI Media yang digunakan untuk kultur sel adalah RPMI Komposisinya dapat dilihat pada Lampiran 2. Bubuk RPMI sebanyak g dilarutkan dalam 1 liter aquabidest, kemudian ditambahkan 2 g NaHCO3 dan 1% penisilinstreptomisin. Untuk kultur 90 ml RPMI-1640 ditambahkan 10 ml Fetal Bovine Serum (FBS). Larutan tersebut disterilisasi dengan membran sterilisasi 0.20 μm. Pembuatan MTT 0.5%. Bubuk MTT sebanyak 0.25 g dilarutkan dalam 50 ml PBS dan diaduk hingga homogen. Larutan disterilisasi dengan membran sterilisasi 0.20 μm. Pembuatan Larutan HCl-isopropanol 0.04 N. Dipipet sebanyak 23.4 μl HCl 37% (pekat) dan ditambahkan ml isopropanol p.a, kemudian diaduk sampai homogen sehingga Nurheni Sri Palupi 4

7 didapatkan larutan HCl-isopropanol 0.04 N. Larutan ini harus dibuat segar setiap kali hendak digunakan. Pembuatan larutan Concanavalin-A. Sebanyak 1 mg Con-A dilarutkan dengan sedikit larutan RPMI-1640, diaduk hingga rata, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 5 ml dan ditambahkan larutan RPMI-1640 hingga tanda tera. Larutan stok tersebut divorteks hingga homogen. Larutan tersebut disterilisasi dengan menggunakan membran steril 0.20 μm. Larutan stok tersebut disimpan direfrigerator. Pada saat persiapan kultur, diambil sebanyak 0.2 mg larutan Con-A, selanjutnya dilarutkan dalam 0.8 ml larutan RPMI Pembuatan larutan lipopolisakarida (LPS). Sebanyak 1 mg lipopolisakarida dilarutkan dengan sedikit larutan RPMI-1640 dan diaduk hingga rata. Selanjutnya larutan tersebut dimasukkan dalam labu ukur 5 ml dan ditambahkan larutan RPMI-1640 hingga tanda tera. Larutan stok tersebut divorteks hingga homogen. Larutan LPS disterilisasi dengan menggunakan membran steril 0.20 μm. Larutan stok tersebut disimpan di refrigerator. Pada saat persiapan kultur, diambil sebanyak 0.2 mg larutan LPS tersebut dilarutkan dalam 0.8 ml larutan RPMI b. Pengenceran larutan stok dan pemeliharaan kultur sel kanker Banyak alur sel kanker yang dapat digunakan untuk pengujian, namun pada modul ini hanya akan dijelaskan untuk sel kanker K-562, sedangkan penggunaakn sel yang lain pada prinsipnya sama, yang perlu mendapatkan perhatian adalah penggunaan media pertumbuhan yang tepat. Perlu diketahui bahwa setiap jenis sel memerlukan media pertumbuhan optimum yang berbeda-beda. Misalnya sel kanker K-562 dan hibridoma MARK-3 baik tumbuh pada media RPMI, sedangkan sel HeLa lebih cocok tumbuh pada medium DMEM. Untuk itu maka media yang digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel K-562 adalah media RPMI 1640 yang disuplementasi dengan 10% serum anak sapi (newborn bovine serum-nbs), serum janin sapi (fetal calf serum-fcs) atau serum janin sapi (fetal bobine serum-fbs), serta gentamycin untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Palupi et al. 2000). Sel K-562 dalam keadaan beku diencerkan (thawing) dengan meletakkan ampul berisi sel beku di dalam penangas air (waterbath) pada suhu 37 o C. Setelah mencair, dengan segera sel dipindahkan ke dalam tabung sentrifus steril kemudian ditambahkan 5 ml media pencuci (PBS), selanjutnya disentrifus pada kecepatan 1000 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang dan ke dalam tabung sentrifus yang berisi endapan sel ditambahkan 5 ml media pertumbuhan. Suspensi sel dipindahkan ke dalam tabung kultur berukuran 10 cm 2 dengan penambahan media pertumbuhan sebanyak 10 ml. Suspensi sel diinkubasi dalam inkubator CO2 5% pada suhu 37oC. Pemeliharaan sel kanker dilakukan dengan mengganti media pertumbuhan, apabila telah terjadi perubahan warna media (sebagai indikator terjadinya perubahan ph), dan apabila pertumbuhan selnya sudah rapat (pengamatan menggunakan mikroskop). Nurheni Sri Palupi 5

8 Penggantian media kultur dilakukan dengan memindahkan suspensi sel ke dalam tabung sentrifus steril, kemudian disentrifus pada kecepatan 1000 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang dan endapan sel ditambah dengan media pencuci lalu disentrifus kembali pada kecepatan dan waktu yang sama. Supernatan dibuang dan endapan sel ditambah 5 ml media kultur baru lalu diaduk perlahan. Suspensi sel dimasukkan ke dalam tabung kultur dan ditambah 10 ml media pertumbuhan kemudian diinkubasi. Pemeliharaan sel dilakukan hingga diperoleh jumlah sel yang mencukupi untuk pengujian antiproliferasi sel kanker. Penghitungan sel kanker dilakukan dengan metode trifan biru. c. Kultur sel Sebanyak 850 µl media RPMI yang telah mengandung FBS 10% dimasukkan ke dalam tiap sumur pada lempeng dengan 24 sumur. Kemudian sebanyak 50 µl suspensi sel dimasukkan ke dalam tiap sumur, selanjutnya sebanyak 100 µl sampel dan kontrol dimasukkan ke dalam sumur sehingga setiap sumur berisi 1000 µl. Sebagai kontrol positif antikanker digunakan senyawa doxorubicin sebanyak 6 µl dan 94uL media standar, sedangkan kontrol negatif digunakan media standar. Inkubasi kultur dilakukan selama tiga hari (3x24 jam). d. Pemanenan dan penghitungan sel dengan metode trifan biru (trypan blue) Setelah diinkubasi selama tiga hari, suspensi sel dalam tiap sumur diaduk perlahanlahan dengan mikropipet hingga homogen. Kemudian sebanyak 90 L suspensi tersebut dipipet ke dalam salah satu sumur pada lempeng 96 sumur dan ditambahkan dengan 10 L larutan trifan biru 0,4%. Lalu campuran suspensi sel dan trifan biru tersebut dikocok hingga homogen. Larutan suspensi sel dan trifan biru tersebut kemudian diteteskan di atas hemasitometer dan ditutup secara perlahan-lahan dengan gelas penutup hingga semua bagian di bawah gelas penutup dipenuhi larutan tersebut. Penghitungan sel dilakukan dengan bantuan mikroskop cahaya menggunakan perbesaran 40X. Sel yang dihitung adalah sel berbentuk bulat yang berada dalam 25 kotak pada bagian tengah hemasitometer. Jumlah total sel adalah jumlah seluruh sel yang hidup dan mati. Sel yang hidup tidak akan berwarna, sedangkan sel yang mati akan berwarna biru. Jumlah sel per ml, persen proliferasi dan antiproliferasi dihitung dengan rumus : Nurheni Sri Palupi 6

9 e. Pengujian aktivitas antiproliferasi, metode MTT (Kubota et al. 2003) Pada pengujian ini menggunakan lempeng kultur dengan 96 sumur. Jumlah sel kanker yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1.5 x 10 5 sel/ml dalam media RPMI steril. Sebanyak 100µL larutan sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam sumur pada lempeng kultur, sebanyak 50 µl suspensi sel ditambahkan ke dalam sumur dan selanjutnya diinkubasi selama dua hari. Pada 6 jam sebelum masa inkubasi berakhir, ditambahkan 100µl larutan MTT 0.5% (dalam PBS) ke dalam suspensi sel pada setiap sumur lempeng mikrokultur. Pada akhir masa inkubasi, sebanyak 100µl HCl-isopropanol 0.04N ditambahkan ke dalam setiap sumur, selanjutnya absorbansi diukur menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 570 nm. Jumlah sel hidup akan proposional dengan nilai OD hasil pembacaan. Indeks penghambatan proliferasi sel kanker K-562 dinyatakan sebagai berikut : 2. Pengujian secara in vivo a. Persiapan hewan percobaan Pengujian aktivitas komponen bioaktif terhadap proliferasi limfosit secara in vivo dilakukan menggunakan mencit sebagai hewan percobaan. Mencit yang digunakan adalah mencit berumur 30 hari dengan jumlah 5-7 ekor untuk masing-masing perlakuan. Mencit diadaptasikan selama dua minggu. Selama masa adaptasi mencit diberi ransum dan minuman secara ad libitum. Formulasi makanan mencit yang diberikan menurut American Institute of Nutrition (2003). Mencit yang digunakan menpunyai berat antara 23 gram hingga 28 gram Masing-masing dikelompokkan berdasarkan perlakuannya. Setiap hari mencit diberi makanan, minuman standar dan dicekok ekstrak sampel dengan dosis yang diujikan. Kelompok kontrol dicekok air minum. Setiap minggu dilakukan pembedahan terhadap masing-masing kelompok dengan masing-masing perlakuan. Pembedahan berfungsi untuk mengambil organ limfa dan selanjutnya dihitung jumlah sel limfositnya. b. Persiapan media dan pereaksi Pembuatan larutan NH4Cl 0.85%. Bubuk NH4Cl sebanyak 0.85 g dilarutkan dalam 100 ml aquabidest dan diaduk hingga homogen. Larutan tersebut selanjutnya disterilisasi dengan membran sterilisasi 0.20 μm. Pembuatan Indikator Tryphane Blue 0.20%. Sebanyak 0.05 g bubuk trifan biru dilarutkan dalam 20 ml PBS dan diaduk hingga homogen. Pembuatan Larutan RPMI Media yang digunakan untuk kultur sel adalah RPMI Komposisinya dapat dilihat pada Lampiran 2. Bubuk RPMI sebanyak g Nurheni Sri Palupi 7

10 dilarutkan dalam 1 liter aquabidest, kemudian ditambahkan 2 g NaHCO3 dan 1% penisilinstreptomisin. Larutan tersebut disterilisasi dengan membran sterilisasi 0.20 μm. Pembuatan Phosphate Buffer Saline (PBS). Komposisi PBS yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3. Semua bahan tersebut dicampur dan dilarutkan dalam 500 ml aquabidest dan diatur hingga mencapai ph 7.2. Kemudian larutan tersebut disterilisasi dengan membran sterilisasi 0.20 μm. c. Pembedahan dan isolasi dan penghitungan sel limfosit Mencit diterminasi dengan cara dislokasi cervicalis dan dibedah untuk diambil limfanya secara steril (Gambar 1). Limfa dicuci dalam RPMI-1640 steril, selanjutnya limfa dipindahkan ke dalam cawan petri lain yang berisi 3 ml RPMI-1640 steril. Limfa tersebut digerus sehingga didapatkan sel limfosit. Gerusan tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifus steril 15 ml, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang, pelet sel diberi 2 ml NH4Cl 0.85% steril untuk melisis sel-sel darah merah selama 2 menit dan segera ditambahkan 3 ml RPMI Suspensi sel kembali di sentrifus 3000 rpm selama 10 menit. Gambar 1. Pengambilan organ limfa serta hati Endapan mengandung sel limfosit, sedangkan supernatan yang berisi sel darah merah yang telah lisis. Selanjutnya supernatan dibuang dengan menggunakan pipet pasteur. Endapan sel limfosit dicuci kembali dengan RPMI Endapan yang sudah dicuci, diencerkan dengan 2 ml media RPMI-1640 dan selanjutnya dihitung jumlah sel yang hidup dengan bantuan pewarna tryphan blue serta hemasitometer. Jika 95% sel limfositnya hidup, maka suspensi sel limfosit dapat diencerkan dengan RPMI-1640 agar diperoleh jumlah sel (sel/ml) yang sesuai dengan yang diperlukan. Nurheni Sri Palupi 8

11 Suspensi sel dalam media standar dihitung dengan bantuan hemasitometer. Suspensi sel dicampur dengan tryphan blue dengan perbandingan 1: 1. Sebanyak 50 μl campuran ditempatkan dalam hemasitometer. Penghitungan dilakukan dengan pada perbesaran mikroskop 45 kali, sel yang hidup akan tidak berwarna sedangkan sel yang mati terlihat biru seluruhnya. Jumlah sel yang hidup dihitung pada area 2 kotak besar (@ 16 kotak kecil) lalu dihitung per ml suspensi dengan rumus: Jumlah sel/ml = jumlah sel x fp x 104, dimana fp = 2 Sel yang terhitung merupakan proliferasi limfosit mencit secara in vivo. Sel limfosit yang diperoleh digunakan sebagai kultur sel. Jumlah sel minimum dalam suspensi yang digunakan untuk kultur limfosit minimal adalah 1x10 5 sel dengan 95% limfositnya hidup (Tejasari et al. 2000). C. Pengujian Senyawa Bioaktif sebagai Antihiperkolesterolemia Pengujian senyawa bioaktif sebagai antihiperkolesterolemia dapat dilakukan dengan mengukur total kolesterol, high density lipoprotein (HDL), trigliserida, low density lipoprotein (LDL), penetapan indeks aterogenik, dan malonaldehida (MDA) dalam serum darah sebagai parameternya. 1. Analisis Total Kolesterol (Metode CHOD-PAP) Prinsip pengujian ini adalah mengoksidasi kolesterol hasil hidrolisis secara enzimatis. Hasil oksidasi tersebut menghasilkan senyawa kuinin (quinine) yang berwarna merah, sehingga dapat dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm. Prosedur analisis disajikan pada Gambar 2. Komposisi reagen kolesterol terdapat di Tabel 1. Nilai kadar kolesterol didapat dari persamaan berikut : Kadar kolesterol (mg/dl) = (A sampel : A standar) x 200 mg/dl 0,01 ml serum/standar ditambah 1 ml reagen kolesterol Dicampur Diinkubasi pada suhu 37 o C, 5 menit Dibaca absorbansi (A) pada λ 500 nm Gambar 2. Prosedur Analisis Total Kolesterol. Nurheni Sri Palupi 9

12 Tabel 1. Komposisi Reagen Kolesterol Komposisi Good s buffer ph 6.7 Phenol 4-aminoantipyrine Kolesterol esterase Kolesterol oksidase Poroksidase Standar Jumlah 50 mmol/l 5 mmol/l 0.3 mmol/l >_ 200 U/I >_50 U/I >_ 3 ku/i 200 mg/dl (5.2 mmol/l) 2. Analisis High Density Lipoprotein (HDL) (Metode CHOD-PAP) Prinsip analisis HDL adalah dengan cara mengendapkan kilomikron, VLDL, dan LDL dengan menambahkan asam fosfotungstat dan ion Mg. Proses sentrifugasi akan memisahkan HDL dalam supernatan, yang kemudian ditentukan secara enzimatis menggunakan pereaksi DSI-cholesterol-FS. Prosedur analisis disajikan pada Gambar 3. Komposisi reagen presepitasi terdapat di Tabel 2. Nilai kadar HDL didapat dari persamaan berikut : Kadar HDL (mg/dl) = (A sampel : A standar) x 200 mg/dl Tabel 2. Komposisi Reagen Presepitasi Komposisi Jumlah Asam fosfotungstat 1.4 mmol/l Magnesium klorida 8.6 mmol/l Standar kolesterol 0.3 mmol/l Standar kolesterol 200 mg/dl (5.2 mmol/l) 3. Analisis Trigliserida (Metode GPO-PAP) Tahapan pengujian kandungan trigliserida dapat dilihat pada Gambar 3. Komposisi reagen trigliserida yang digunakan tertera pada Tabel 3. Kadar trigliserida didapat dari hasil perhitungan berikut : Kadar TG (mg/dl) = (A sampel : A standar) x 200 mg/dl 4. Analisis Low Density Lipoprotein (LDL) (Friedward et al. 1972) Setelah mendapatkan kadar total kolesterol, HDL dan TG, maka kadar LDL dapat dihitung secara langsung menggunakan rumus : Kadar LDL = total kolesterol (HDL + TG/5); dengan asumsi TG/5 merupakan VLDL. Nurheni Sri Palupi 10

13 200 µl serum ditambah 500 µl reagen presipitasi Dicampur Diinkubasi pada suhu kamar selama 10 menit Disentrifuse 4000 rpm, 10 menit Supernatan siap dianalisis 100 µl supernatan/standar ditambahkan 1 ml pereaksi kolesterol Dicampur Diinkubasi pada suhu 37 o C, 5 menit Dibaca absorbansi (A) pada λ 500 nm Gambar 3. Prosedur Analisis Total HDL. 0,01 ml Serum/standar trigliserida ditambah 1 ml reagen trigliserida Dicampur Diinkubasi pada suhu 37 o C, 5 menit Dibaca absorbansi (A) pada λ 500 nm Gambar 4. Prosedur Analisis Total Trigliserida Standar. 5. Indeks Aterogenik (Balsinska 1998) Indeks Aterogenik (IA) dihitung dengan rumus sebagai berikut : IA = (total kolesterol HDL)/ HDL Nurheni Sri Palupi 11

14 Tabel 3. Komposisi Reagen Trigliserida Komposisi Good s buffer ph klorofenol ATP Mg 2+ glycerokinase peroksidase Lipoprotein lipase 4-Aminoantipyrine Glycerol-3-phosphate-oxidase Standar Jumlah 50 mmol/l 4 mmol/l 2 mmol/l 15 mmol/l >_ 0.4 ku/i >_2 ku/i >_2 ku/i 0.5 mmol/l >_ 0.5 ku/i 200 mg/dl (2.3 mmol/l) 6. Analisis Malonaldehida (MDA) (Conti et al. 1999) Analisis MDA ini dilakukan pada sampel organ hati dan limpa tikus. Prinsip analisis MDA yaitu bahwa pemanasan akan menghidrolisis peroksida lipid sehingga MDA yang terikat akan dibebaskan dan akan bereaksi dengan TBA dalam suasana asam membentuk kompleks MDA-TBA yang berwarna merah. Intensitas warna merah tersebut dapat diukur pada panjang gelombang 532 nm. Prosedur analisis MDA pada hati dan limpa dapat dilihat pada Gambar 5. Sebagai standar MDA digunakan 1,1,3,3 tetraetoksipropana (TEP). Pada suasana asam, TEP terhidrolisis dan menghasilkan hemiasetal dan etanol. Hemiasetal yang terbentuk kemudian terdekomposisi menjadi etanol dan malonaldehida. Penentuan kurva standar dilakukan sama dengan penentuan sampel. Perhitungan kadar MDA sampel berdasarkan hasil ploting nilai absorbansi pada kurva standar. Konsentrasi TEP yang digunakan yaitu 0,0; 1,2; 2,4; 3,6; 4,8; 6,0; 7,2; 15,0; dan 24,0 x10-3 pmol/ml. D. Pengujian Senyawa Bioaktif sebagai Antidiabetes Indeks glikemik adalah angka yang menunjukkan kemampuan suatu bahan pangan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kata lain merupakan tingkatan suatu bahan pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah. Dalam memilih makanan, penderita diabetes harus memilih jenis bahan pangan sumber karbohidrat yang tidak mudah meningkatkan kadar gula darah. Terdapat jenis karbohidrat yang cepat diserap tubuh sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah secara cepat, namun akan segera merasa lapar lagi. Ada pula jenis karbohidrat yang lambat diserap, sehingga kadar glukosa darah lebih stabil dan merasa kenyang lebih lama. Pengujian indeks glikemik dilakukan untuk mengukur efek suatu bahan pangan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar gula darah setelah dimakan, dibandingkan dengan glukosa murni atau roti putih. Sebagai ilustrasi, bahan pangan dengan indeks glikemik tinggi adalah bahan pangan yang cepat dicerna dan diserap sehingga dapat segera Nurheni Sri Palupi 12

15 meningkatkan kadar gula darah secara signifikan. Sebaliknya, bahan pangan dengan indeks glikemik yang rendah akan lambat dicerna dan diserap, sehingga peningkatan kadar glukosa dalam darah akan terjadi secara perlahan-lahan. Organ hati ditimbang sebanyak 1 g Organ limpa ditimbang dan dicatat beratnya Ditambah larutan PBS dingin sebanyak 9 ml Dihancurkan dengan cara digerus Disentrifuse pada 3000 rpm selama 15 menit Diambil supernatan 4 ml Ditambah 1 ml larutan TCA 15% Ditambah 1 ml TBA 0.37% dalam HCL 0.25 N Dipanaskan di dalam water bath pada suhu 80 o C selama 15 menit Didinginkan arutan sampai TCA 15% suhu ruang Disentrifuse pada 3000 rpm selama 15 menit Diukur absorbansi supernatan pada λ 532 nm Gambar 5. Prosedur Analisis MDA pada Organ Hati dan Limpa. Namun demikian, bahan pangan yang mempunyai indeks glikemik tinggi belum tentu akan meningkatkan kadar gula darah secara signifikan jika dikonsumsi dalam jumlah sedikit. Untuk itu maka jumlah konsumsi karbohidrat dalam bahan pangan harus diperhitungkan karena sangat berkonstribusi menyebabkan terjadinya perubahan kadar gula darah. Perkiraan banyaknya suatu jenis bahan pangan dalam meningkatkan kadar glukosa darah seseorang setelah dimakan disebut sebagai beban glikemik (glycemic load). Untuk itu maka beban glikemik atau bobot glikemik atau glycemic load (GL) adalah perkiraan jumlah suatu jenis bahan pangan dalam meningkatkan kadar glukosa darah Nurheni Sri Palupi 13

16 seseorang setelah makan makanan tersebut. Satu satuan beban glikemik kira-kira setara dengan efek mengkonsumsi satu gram glukosa. Beban glikemik didasarkan pada indeks glikemik (IG), untuk itu maka beban glikemik adalah jumlah gram karbohidrat yang terdapat dalam bahan pangan dikalikan dengan indeks glikemik dibagi 100. Misalnya, pepaya memiliki indeks glikemik tinggi, tetapi umumnya satu takaran saji pepaya adalah satu potong sehingga tidak banyak mengandung karbohidrat, sehingga efek glikemik makan pepaya rendah.engan kata lain maka pepaya mempunyai beban glikemik rendah. Dengan demikian kalau indeks glikemik didefinisikan untuk tiap jenis makanan, maka biasanya beban glikemik didefinisikan per takaran saji, atau per hari konsumsi. Dengan konsep beban glikemik maka mudah dipahami bahwa mengonsumsi 25 gram makanan yang memiliki IG 75 memiliki efek glikemik yang sama dengan mengkonsumsi 75 gram makanan yang memilki IG 25. Pada umumnya pengujian indeks glikemik suatu bahan pangan dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu: seleksi subjek, pengujian IG produk dan perhitungan BG produk. 1. Seleksi Subjek Sukarelawan yang digunakan sebagai subjek pada pengujian IG harus memenuhi kriteria wanita dan laki-laki sehat berumur tahun, tidak menderita penyakit penyerta, yaitu penyakit metabolisme yang berkaitan dengan kelainan kadar glukosa darah, seperti diabetes mellitus, hipoglisemia dan hiperglisemia; memiliki indeks massa tubuh (IMT) kg/m2 (WHO 2006); tidak hamil dan menyusui; memiliki kadar glukosa darah normal (kadar glukosa darah puasa kurang dari 110 mg/dl dan glukosa darah 2 jam post prandial kurang dari 140 mg/dl (Mayfield 1998); memiliki pola respon kadar glukosa darah selama 2 jam pengujian yang normal yaitu naik dan kemudian turun; tidak merokok serta bersedia menjadi subjek. Sukarelawan harus mendapatkan penjelasan sesuai naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan subjek dan mengisi formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) untuk menjadi peserta pengujian IG. Seleksi dilakukan dengan cara wawancara, penimbangan berat dan tinggi badan subjek serta pengujian IG glukosa murni untuk melihat respon glukosa darah subjek. Seleksi ini dilakukan sampai diperoleh 12 subjek yang memenuhi kriteria tersebut. Tahap seleksi subjek dan pengujian IG dilakukan di bawah pengawasan dokter dan pengambilan darah dilakukan oleh tenaga analis kesehatan. 2. Pengujian Indeks Glikemik (IG) Setiap sukarelawan diberikan sampel (produk pangan) yang jumlahnya setara dengan 50 gram karbohidrat total. Kadar karbohidrat sampel diperoleh melalui analisis proksimat (by difference). Apabila sampel yang diuji lebih dari satu, maka pengukuran sampel diberi selang waktu setiap 2 hari untuk menstabilkan kondisi pencernaan tubuh. Nurheni Sri Palupi 14

17 Sebagai standar dapat digunakan 50 gram glukosa bubuk yang telah dilarutkan dalam 150 ml air. Pengukuran kadar gula darah dilakukan setelah periode puasa selama 12 jam. Selama dua jam pasca konsumsi bahan pangan yang diuji, diambil sampel darah sukarelawan sebanyak 0.2 µl (finger-prick capillary blood samples method) diambil setiap selang 30 menit sekali yaitu 0 menit (kadar gula darah puasa), 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Selang dua hari, hal yang sama dilakukan dengan memberikan 50 g glukosa murni (sebagai pangan acuan) kepada sukarelawan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi efek keragaman glukosa darah dari hari ke hari. Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan menggunakan glukometer merk one touch ultra. Pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh kapiler yang terdapat di jari tangan. Pembuluh darah kapiler dipilih karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ragnhild et al. (2004), menunjukkan bahwa darah yang diambil dari pembuluh darah kapiler memiliki variasi kadar glukosa darah pada panelis yang lebih kecil dibandingkan darah yang diambil dari pembuluh vena. Glukosa darah akan bereaksi dengan enzim glucose oxydase (GOD) dan potasium ferosianida yang terdapat pada test strip, dan dihasilkan potasium ferosianida. Jumlah potasium ferosianida yang dihasilkan setara dengan jumlah glukosa yang terkandung pada sampel (Arkray 2001). Nilai kadar gula darah ini kemudian diplotkan menjadi sebuah grafik dengan sumbu X sebagai waktu pengukuran dan sumbu Y sebagai kadar gula darah. Indeks glisemik dihitung sebagai perbandingan antara luas kurva kenaikan kadar gula darah setelah mengkonsumsi sampel dan glukosa sebagai standar dikalikan 100 (Haliza et al, 2006). Nilai indeks glisemik akhir adalah nilai rata-rata dari 8 orang sukarelawan tersebut. 3. Perhitungan Beban Glisemik (BG) Produk Beban glisemik (BG) dihitung dengan mengalikan IG produk dengan kandungan karbohidrat tersedia atau tercerna (available carbohydrate), atau kandungan pati dalam satu takaran saji (serving size) pangan tersebut, dibagi 100 (Foster-Powell et al. 2002). Perhitungan BG dilakukan untuk takaran saji kue basah dan cookies sebanyak 100 g. Hal ini dilakukan karena kue basah dan cookies yang dijual dipasaran umumnya dikemas untuk takaran saji dengan berat kurang lebih 100 g. E. Pengujian Senyawa Bioaktif sebagai Antitrombosis Trombosis merupakan proses koagulasi dalam pembuluh darah yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya penghambatan aliran darah, atau bahkan dapat Nurheni Sri Palupi 15

18 menghentikannya. Trombosis dapat terjadi di mana saja dalam sirkulasi darah manusia sehingga dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan. Pengujian senyawa bioaktif sebagai antitrombosis dilakukan dengan penentuan kandungan trombosit darah secara in vivo. Trombosit berfungsi dalam sistem pembekuan darah, dari trombosis jaringan yang rusak akan dikeluarkan tromboplastin yang bereaksi dengan protrombin dan kalsium membentuk trombin. Trombin akan bereaksi dengan fibrinogen membentuk fibrin yang akan menutupi jaringan yang terluka. Keadaan ini sering terjadi pada penderita demam berdarah dengue (DBD). 1. Persiapan sampel darah Pada pengujian ini digunakan hewan percobaan, yaitu rattus norvegicus dari galur Sparague Dawley berumur tiga bulan dan berjenis kelamin jantan. Tikus yang digunakan terdiri dari tiga kelompok perlakuan, dimana masing-masing kelompok terdiri dari enam ekor tikus. Kelompok pertama hanya diberi ransum standar tanpa pemberian sari buah jambu biji dan berfungsi sebagai kelompok kontrol. Kelompok kedua diberi ransum standar dan sari buah jambu biji yang tidak dipasteurisasi, sedangkan kelompok ketiga diberi ransum standar dan sari buah jambu yang sudah dipasteurisasi. Sari buah diberikan pada tikus dengan cara pencekokan sebanyak 3 ml untuk masing-masing tikus. Pemberian dilakukan satu kali sehari, selama 28 hari. Proses pencekokan tikus dilakukan perlahanlahan untuk mencegah agar tikus tidak terluka. Sebelum dicekok, tikus diadaptasikan terhadap kandang dan ransum yang digunakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Ransum yang digunakan adalah ransum standar dengan komposisi sebagai berikut (AOAC, 1995) : Nurheni Sri Palupi 16

19 Pada awal pengujian, diambil satu ekor tikus dari masing-masing kelompok untuk mengetahui jumlah trombosit awal tikus. Penghitungan jumlah trombosit dilakukan di laboratorium klinis dengan sampel darah tikus yang diambil dari bagian jantung. Kemudian tikus yang lain diberi perlakuan selama 28 hari. Setelah 28 hari, dilakukan pengujian jumlah trombosit darah tikus-tikus tersebut dengan sampel darah yang diambil dari bagian jantung. Darah yang diambil harus segera dimasukkan ke dalam tabung vacutainer yang berisi antikoagulan EDTA dan disimpan dalam wadah kedap yang diberi pendingin untuk mencegah kerusakan darah. 2. Penghitungan jumlah trombosit (Metode QBC, Becton Dickinson, 1989) Penghitungan kadar trombosit sampel darah dilakukan dengan metode semi otomatis QBC (Quantitative Buffy Coat). Sampel darah ditempatkan pada tabung kapiler yang berisi acridine orange, kalsium oksalat, agglutinating agent, dan penstabil. Tabung ini kemudian disentrifus dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit. Komponenkomponen pada sampel akan terpisah berdasarkan berat jenisnya. Sel darah merah merupakan komponen terbesar, sekitar 35-50% dari total volume sampel. Bagian lain sel darah, yaitu sel darah putih dan platelet atau trombosit akan membentuk lapisan kekuningan yang disebut buffy coat dan berada diantara lapisan sel darah merah dan plasma. Tabung kapiler yang digunakan pada analisa ini adalah pipa kaca yang berisi pelampung berbentuk bola yang terbuat dari plastic. Berat jenis pelampung ini sedemikian rupa sehingga dapat mengapung diantara lapisan sel darah merah dan lapisan plasma. Adanya pelampung ini membuat ruang antara dinding tabung kapiler dengan dinding pelampung. Buffy coat yang terbentuk selama sentrifugasi akan terkumpul pada ruang tersebut, sehingga panjang lapisannya menjadi 10 kali lebih panjang dari semula. Perpanjangan ukuran lapisan ini dimaksudkan agar buffy coat lebih mudah untuk dianalisa dan diukur. Pereaksi yang ada di dalam tabung akan menyebabkan tiap lapisan menampilkan warna yang berbeda pada saat dianalisa dengan QBC Autoread. Acridine orange akan diserap oleh nukleoprotein, sehingga akan menimbulkan warna pada saat terkena cahaya ultraviolet. QBC Autoreader akan menguji intensitas warna yang dihasilkan oleh DNA dan RNA atau lipoprotein. Perbedaan intensitas warna digunakan untuk mendeteksi perbedaan antar sel pada buffy coat. Berdasarkan persamaan intensitas warna tersebut, jumlah sel tiap komponen lapisan buffy coat dapat dihitung. Platelet atau trombosit mempunyai intensitas warna yang lebih rendah dibandingkan dengan komponen sel darah lain pada lapisan buffy. Jumlah trombosit dinyatakan dalam jumlah sel/μl darah (Becton Dickinson, 1989). Perbedaan lapisan pada tabung kapiler setelah disentrifuse dapat dilihat pada Gambar 6. Nurheni Sri Palupi 17

20 F. Pengujian Senyawa Bioaktif sebagai Imunomodulator Imunomodulator adalah kemampuan untuk meningkatkan sistem imun. Beberapa senyawa yang dapat berperan sebagai imunomodulator antara lain karbohidrat, terpenoid, steroid, flavonoid, glikoprotein, alkaloid dan beberapa senyawa organik lain yang mengandung nitrogen. Pengujian senyawa bioaktif sebagai imunomodulator dapat dilakukan melalui mekanisme peningkatan proliferasi sel-sel dalam sistem imun, khususnya sel limfosit pada manusia. Adapun tahapan pengujiannya meliputi: (1) persiapan media kultur sel; (2) isolasi sel limfosit; (3) penghitungan jumlah sel limfosit; dan (3) pengujian proliferasi sel limfosit. Sel darah merah Sel darah merah sekitar float Granulosit Limfosit dan monosit Trombosit Plasma Gambar 6. Fraksi darah dalam tabung kapiler setelah sentrifugasi (Becton Dickinson, 1989). 1. Persiapan media kultur sel Bahan yang digunakan sebagai media kultur sel berupa RPMI-1640 yang telah diperkaya dengan glutamin 10mM. Larutan RPMI standar dibuat dengan melarutkan RPMI dalam bentuk bubuk sebanyak 16.2g ke dalam 1L akuabides. Selanjutnya ditambahkan 2 g HaHCO3 sebagai bufer dan 10 ml penisilin-streptomisin (1%) sebagai antibiotik untuk mencega terjadinya kontaminasi. Apabila media standar tersebut akan digunakan sebagai media perttumbuhan sel diperlukan penambahan 10% serum yang dapatberupa serum darah AB manusia atau fetal calf serum (FCS), atau fetal bovine serum (FBS). Akhirnya larutan tersebut disterilkan menggunakan membran steril 0.22um. Serum darah AB dapat diperoleh dari seorang donor darah sehat yang mempunyai golongan darah AB. Pengambilan darah dilakukan oleh tenaga medis dengan Nurheni Sri Palupi 18

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN D. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan adalah rendang iradiasi yang memiliki waktu penyinaran yang berbeda-beda (11 November 2006, DIPA 14 Juni 2007, dan no label 14 Juni

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor selama 3 bulan, terhitung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan Ekstrak Bligo (mengacu Sugito 2010)

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan Ekstrak Bligo (mengacu Sugito 2010) III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari 2010 sampai April 2010, bertempat Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen ITP dan SEAFAST CENTER IPB, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan penyusun ransum tikus yang terdiri atas tepung maizena, kasein, minyak jagung, CMC, mineral

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba 13 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008 di Laboratorium Hewan SEAFAST IPB dan Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe 4.1. Hasil Kerja Ekstraksi Jahe BAB 4 PEMBAHASAN Bahan jahe merupakan jenis varietas putih besar yang diapat dari pasar bahan organik Bogor. Prinsip kerja ekstraksi ini adalah dengan melarutkan senyawa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, neraca analitik, pembakar Bunsen, rangkaian alat distilasi uap, kolom kromatografi, pipa kapiler, GC-MS, alat bedah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry 8 serta doxorubicin 1 µm. Penentuan nilai konsentrasi pada flow cytometry berdasarkan daya penghambatan yang dimungkinkan pada uji sel hidup dan rataan tengah dari range konsentrasi perlakuan. Uji Sitotoksik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA)

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Imunologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pemeliharaan dan intervensi hewan coba

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur penentuan lipid serum 1) Prosedur analisis kolesterol total

Lampiran 1 Prosedur penentuan lipid serum 1) Prosedur analisis kolesterol total 86 Lampiran Prosedur penentuan lipid serum ) Prosedur analisis kolesterol total Kolesterol total ditentukan dengan metode enzim cholesterol oxidasepaminophenozone (CHODPAP). Prinsip uji Kolesterol dan

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. pembuatan pakan. Analisis kadar malondialdehida serum dilakukan di

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. pembuatan pakan. Analisis kadar malondialdehida serum dilakukan di BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini selesai dikerjakan dalam waktu 7 bulan (Mei-Desember 2011). Lokasi penelitian dilakukan di 3 desa di wilayah Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, karena terdapat manipulasi pada objek penelitian dan terdapat kelompok kontrol (Nazir, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3%. Sampel kemudian

Lebih terperinci

HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur

HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur Praktikan : 1. Yeni Vera 2. Leo Pardon Sipayung 3. Taya Elsa Savista Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH Oleh: Martina Hutahaean Ningrum Wahyuni Sukaisi Kamis, 15 Desember 2011 Dasar Teori TRIGLISERIDA Gliserida

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Ekstraksi Tomat Bahan tomat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tomat dari varietas tomat apel (Lycopersicum esculentum var. pyriforme) yang diperoleh dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, Viabilitas, dan Abnormalitas Kultur Primer Sel Paru-Paru Fetus Hamster Yang Dipapar Etanol

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Alur Penelitian Kultur Sel dari Penyimpanan Nitrogen Cair Inkubasi selama 48 jam dalam inkubator dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 2. Gambar daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) a Keterangan: a. Gambar daun poguntano b. Gambar simplisia daun poguntano

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Umbi bawang dayak segar, simplisia, keripik, metanol, etanol, etilasetat, heksan, air destilata, toluen, H 2 SO 4 pekat, H 2 BO 3 3%, NaOH-5%, Na 2 S 2

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama berupa daging sapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam penelitian ini diadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif 75 Lampiran 1. Metode Kerja L.1.1 Bagan kerja Air Panas - Isolasi dan Seleksi Bakteri Pemurnian Bakteri Isolat Murni Bakteri Uji Bakteri Penghasil Selulase Secara Kualitatif Isolat Bakteri Selulolitik

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014. BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian post test only controlled group design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa serta Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium 22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Lampung. Analisis senyawa menggunakan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre test & post test control group design

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi 3 2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong dan Badan Tenaga Atom

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. WaktudanTempat Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di LaboratoriumBiokimiaFakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitas Lampung. B. AlatdanBahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah 19 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan prepost test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah hewan coba

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA Ratih Hardisari 1, Binti Koiriyah 2* 1,2 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jln. Ngadinegaran MJ III/62

Lebih terperinci

6) Analisis Serapan N pada Anak Ayam 7) Analisis Kadar Lemak pada Bubuk Teripang

6) Analisis Serapan N pada Anak Ayam 7) Analisis Kadar Lemak pada Bubuk Teripang Setelah itu labu destruksi didinginkan dan larutan dimasukkan ke dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 ml air. Selanjutnya ditambah beberapa butir batu didih dan larutan dijadikan basa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental yaitu penelitian yang didalamnya terdapat perlakuan untuk memanipulasi

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi

Lebih terperinci