PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU (PERJANJIAN KERJA KONTRAK) PERLU DITERTIBKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU (PERJANJIAN KERJA KONTRAK) PERLU DITERTIBKAN"

Transkripsi

1 Rusli :Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU (PERJANJIAN KERJA KONTRAK) PERLU DITERTIBKAN HARDIJAN RUSLI (Dosen Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan) ABSTRACT The Indonesian employment law for limited period does not provide a probationary period for new employees. This means that under employment contract for limited period may not be a probationary period clause but the employment contract for an unlimited periode may have the clause. This probationary period allows time for adjustment on the job and an opportunity for the employee and employer to determine whether the employment relationship should continue. At any point during the probationary period an employer may dismiss employee from employment without cause and the employer too, can be dimissed by the employee. Probationary period will last for three months. After probationary period the employee should be contracted for an unlimited period not a limited period. But many employers put probationary period under employment contract for limited period. This act actually is illegal, ignorant and also arrogant. Keywords: Employment; Employment Law Contract; Probationary Period; Limited Period; Unlimited Period; Emploment Relationship; The Clause; Illegal. Pendahuluan Penjelasan umum dari Undang-Undang No. 25/Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa "Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materil maupun spiritual." Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November

2 Rusli.Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu. Perlu ditegaskan bahwa pembangunan ketenagakerjaan adalah untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja Masalahnya sekarang apakah pelaksanaan Undang-Undang No. 25/Tahun 1997 benar meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja? Sebagai pokok pembahasan tulisan ini, masalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau disebut juga sebagai perjanjian kerja kontrak apakah dilaksanakan untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja? Masyarakat umum telah mengetahui bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau perjanjian kontrak itu sering digunakan untuk melecehkan bukan untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja. Masyarakat juga telah mengetahui bahwa posisi tenaga kerja Indonesia sangat lemah dan kalau ada wakil-wakil tenaga kerja yang akan membela kepentingan mereka pada umumnya hanya sekedar sebagai alat untuk kepentingan pribadi para wakilwakil tenaga kerja itu sendiri. Masalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau perjanjian kontrak misalnya adalah dalam hubungan kerja yang bagaimana boleh dibuat perjanjian kerja kontrak? Pasal 16 Undang-Undang No. 25/ Tahun 1997 bagian ke 1 menyatakan bahwa perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu, bagi hubungan kerja yang dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu. Apa yang dimaksud dengan hubungan kerja yang dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu itu? Hal ini tidak dijelaskan dalam penjelasan pasal 16 tersebut, karena pasal 16 hanya menjelaskan sebagai berikut: "Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu biasa disebut dengan perjanjian kerja kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap. Status pekerja dalam perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu adalah pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak". Hubungan kerja yang dibatasi oleh jangka waktu berlakunya 24 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002

3 Rusli.-Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu tidak dijelaskan dalam penjelasan itu. Apakah hubungan kerja yang dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian boleh diterapkan untuk pekerjaan tetap atau untuk waktu tidak tertentu? Dalam Bab II pasal 4 bagian ke 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER-02/MEN/1993 tentang Kesepakatan Kerja Untuk Waktu Tertentu menyatakan bahwa Kesepakatan Kerja Untuk Waktu Tertentu hanya diadakan untuk pekerjaan tertentu yang menurut sifat, jenis atau kegiatannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu pekerjaan: a. yang sekali selesai atau sementara sifatnya; b. yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; c. yang bersifat musimam atau yang berulang kembali; d. yang bukan merupakan kegiatan yang bersifat tetap dan tidak terputus-putus; e. yang berhubungan dengan produk baru atau kegiatan baru tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Apakah ketentuan Peraturan Menteri Tenga Kerja No.: PER- 02/MEN/1993 ini tidak bertentangan dengan Undang- Undang No. 25/Tahun 1997? Undang-Undang No. 25/Tahun 1997 menyatakan bahwa Perjanjian Kontrak adalah bagi hubungan kerja yang dibatasi oleh: 1. jangka waktu berlakunya perjanjian, atau 2. selesainya pekerjaan tertentu. Undang-Undang No. 25/Tahun 1997 menetapkandasarpembuatan perjanjian kerja kontrak, yaitu pembatasan jangka waktu perjanjian dan jangka waktu pekerjaan dalam satu pasal yaitu pasal 16 sedangkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja menetapkannya dalam dua pasal yaitu : 1. pasal 4 bagian 3, memperbolehkan pembifatan perjanjian kerja kontrak hanya berdasarkan adanya pekerjaan yang jangka waktu selesainya terbatas atau pekerjaan yang selesai dalam waktu tertentu (lihat pula pasal 8 bagian 4); 2. pasal 8 bagian 1, yang memperbolehkan Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu berdasarkan atas jangka waktu tertentu. Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November

4 Rusli.-Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu Dalam pasal 16 Undang- Undang No. 25Aahun 1997 jelas memperbolehkan pembuatan perjanjian kerja kontrak boleh untuk pekerjaan tetap yang masih dalam masa penjajakan tetapi tanpa menetapkan batas jangka waktunya. Baru pada pasal 19 Undang-Undang No. 25/Tahun 1997 menyatakan "Jenis/sifat pekerjaan, jangka waktu berlakunya, syarat perpanjangan, dan syarat pembaharuan perjanjian kerja untuk waktu tertentu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah." Sedangkan dalam pasal 8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja jelas mencantumkan bagi perjanjian kerja waktu tertentu yang berdasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan paling lama dua tahun dan hanya bolah diperpanjang satu kali untuk paling lama waktu sama dengan ketentuan jumlah seluruhnya waktu Kesepakatan Kerja itu tidak boleh lebih dari 3 tahun. Bila peraturan pelaksanaan pasal 19 UU No. 25/1997 belum ada, seharusnya ketentuan yang ada dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dapat diberlakukan agar tujuan untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja dapat terwujud. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (KONTRAK) Perjanjian Kerja Kontrak atau Perjanjian Kerja Tidak Tetap menurut Undang-Undang No. 25/ Tahun 1997 adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Pasal 197 Undang-Undang No. 25/ Tahun 1997 menyatakan bahwa semua peraturan perundangundangan yang mengatur ketenagakerjaan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/ atau belum diganti dengan peraturan yang baru. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-02/MEN/1993 ten tang Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu tidak dinyatakan diganti oleh Undang-Undang No. 25/ Tahun 1997 karena itu Peraturan Menteri Tenaga Kerja tersebut masih tetap berlaku sepanjang ketentuan - ketentuan yang tidak bertentangan dengan Undang- Undang No. 25/Tahun 1997 itu. Perjanjian Kerja adalah sumber dari perikatan atau hubungan kerja dan perjanjian kerja ini terbagi dalam: 26 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002

5 Rusli.-Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu 1. Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak); 2. Perjanjian Kerja untuk waktu tidak tertentu (Perjanjian Kerja Tetap). Perjanjianlcerja dibuat secara lisan dan/atau tertulis, tetapi perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis (pasal 17 UU No. 25/1997). Pasal 12 UU no. 25/1997 menentukan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar: a. Kemauan bebas kedua belah pihak, yaitu tidak adanya unsur paksaaan dan tekanan dari pihak manapun; b. Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak, yaitu para pihak mampu atau cakap menurut hukum untuk membuat perjanjian. Bagi tenaga kerja orang muda, untuk dapat membuat perjanjian kerjaharus disertai surat pernyataan dari orang tua atau walinyabahwa yang bersangkutan dapat membuat dan/atau menanda tangani perjanjian kerja. Dalam hal anak karena alasan tertentu terpaksa bekerja perjanjian kerja ditanda tangani oleh orang tua atau wali dari anak yang terpaksa bekerja tersebut; c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan, yaitu pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa yang produksinya tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan persyaratan a dan b di atas, adalah dapat dibatalkan. Dapat dibatalkan bila salah satu pihak menyatakan keberatan dan bila diperlukan dapat dimintakan pembatalan perjanjian kerja tersebut melalui pengadilan yang berwenang. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak, yang bertentangan dengan ketentuan persyaratan c dan d di atas, adalah batal demi hukum. Batal demi hukum adalah batalnya perjanjian kerja dengan sendirinya sehingga para pihak tidak mempunyai kewajiban untuk melanjutkan Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November

6 Rusli.Perjanjian Kerja Untuk Waktu perjanjian kerja tersebut. Segala hal dan / atau biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian kerja dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab pengusaha. Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat keterangan: 1. nama, alamat perusahaan dan jenis usaha; 2. nama dan alamat pekerja; 3. jabatan atau jenis pekerjaan; 4. syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja; 5. besarnya upah dan cara pembayaran; 6. tempat pekerjaan; 7. mulai berlakunya perjanjian kerja; 8. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; 9. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. Perjanjian kerja tertulis dibuat sekurang-kurangnya rangkap dua yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, pekerja dan pengusaha masing-masing mendapat satu perjanjian kerja. Ketentuan dalam perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengaa Peraturan Perusahaan, atau Kesepakatan (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu Kerja Bersama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bila di suatu perusahaan telah ada Peraturan Perusahaan atau Kesepakatan Kerja Bersama, maka isi perjanjian kerja baik kualitas maupun kuantitasnya tidak boleh lebih rendah dari Peraturan Perusahaan atau Kesepakatan Kerja Bersama di perusahaan yang bersangkutan. Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah kecuali atas persetujuan kedua belah pihak. Masa percobaan Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan sedangkan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan kerja selama-lamanya 3 (tiga) bulan. Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu maka masa percobaan yang disyaratkan batal demi hukum. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu harus 28 Law Review, Fakultas Hukum Unive Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002

7 Rusli.Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu mencantumkan adanya masa percobaan dan bila perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu itu dibuat secara lisan maka adanya masa percobaan kerja harus diberitahukan kepada pekerja yang bersangkutan dan dicantumkan dalam surat pengangkatan. Bila tidak dicantumkan dalam perjanjian kerja atau surat pengangkatan maka masa percobaan kerja dianggap tidak sah. Selama masa percobaan kerja pengusaha dilarang membayar upah pekerjanya di bawah upah minimum yang ditetapkan. Berakhirnya Perjanjian Kerja Perjanjian kerja berakhir bila: a. Pekerja meninggal dunia; b. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja; c. Adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; d. Adanya keadaan atau kej adi an tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja; e. Keadaan memaksa (force majeure). Berakhirnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebelum habis masa berlakunya. Bila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. Ketentuan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER- 02/MEN/1993. Ketentuan-ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja yang akan diuraikan adalah ketentuanketentuan yang berbeda atau yang tidak tercantum pada UU No. 25/ Pasal 4 bagian 3 menetapkan bahwa Kesepakatan Kerja Untuk Waktu Tertentu hanya diadakan untuk pekerjaan tertentu yang menurut sifat, jenis atau kegiatannya akan selesai dalam waktu tertentu. Pekerjaan yang dimaksud adalah: 1. yang sekali selesai atau sementara sifatnya; 2. yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu Law Review, Fakultas Hukum Universitas P Harapan, Vol. II, No.2, November

8 Rusli.-Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tert tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun; 3. yang bersifat musiman atau yang berulang kembali; 4. yang bukan merupakan kegiatan yang bersifat tetap dan tidak terputus-putus; 5. yang berhubungan dengan produk baru atau kegiatan baru tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Sedangkan Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan paling lama dua tahun dan hanya boleh diperpanjang satu kali untuk paling lama waktu sama dengan ketentuan jumlah seluruh waktu Kesepakatan Kerja itu tidak boleh lebih dari 3 tahun (Pasal 8 bagian 1 dan 2). SedangV^ Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu yang didasarkan atas pekerjaan tertentu tidak boleh berlangsung lebih dari tiga tahun. Jangka waktu berlakunya Kesepakatan Kerja Waktu tertentu ini masih bisa diperpanjang tetapi hanya bila ada izin Menteri. Pembaharuan Kesepakatan Kerja hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali paling lama untuk jangka waktu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu yang sama tidak melebihi dari 2 tahun. Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu yang telah diperbaharui tidak dapat diperpanjang lagi. Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu yang ternyata bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan ini akan menjadi Kesepakatan Kerja Waktu Tidak Tertentu. Pendaftaran pada Kantor Departemen Tenaga Kerja. Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu dibuat rangkap 3 (tiga) masing-masing untuk pekerja, pengusaha dan Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat untuk didaftar. Berakhirnya Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu. Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu berakhir demi hukum karena: 1. berakhirnya waktu yang ditentukan dalam Kesepakatan Kerja atau dengan selesainya pekerjaan yang disepakati; 2. meninggalnya pekerja yang bersangkutan; Pengusaha dapat mengakhiri Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu 30 Law Review, Fakultas Hukum Unive s Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002

9 Rusli.-Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu dengan meminta izin kepada Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan bila pekerja melakukan kesalahan berat sebagai berikut: 1. memberikan keterangan palsu atau dipalsukan pada saat membuat kesepakatan Kerja; 2. mabuk, madat, memakai obat bius atau narkotika di tempat kerja; 3. mencuri, menggelapkan, menipu atau melakukan kejahatan lainnya; 4. menganiaya, menhina secara kasar, atau mengancam pengusaha, keluarga pengusaha atau teman sekerja; 5. melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan atau kesusilaan di tempat kerja; 6. dengan sengaja atau karena kecerobohannya merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya milik perusahaan; 7. dengan sengaja walaupun sudah diperingatkan membiarkan dirinya atau teman sekerjanya dalam keadaan bahaya; 8. membongkar rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan. Pekerja dapat mengakhiri Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu karena kesalahan berat yang dilakukan pengusaha sebagai berikut: 1. menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja, keluarga atau anggota rumah tangga pekerja atau membiarkan hal itu dilakukan oleh keluarga, anggota rumah tangga atau bawahan pengusaha; 2. membujuk pekerja keluarga atau teman serumah pekerja, melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum atau dengan kesusilaan atau hal itu dilakukan bawahan pengusaha; 3. 2 (dua) kali tidak membyar upah pekerja pada waktunya; 4. tidak memenuhi syarat-syarat atau tidak melakukan kewajiban yang ditetapkan dalam Kesepakatan Kerja; 5. tidak memberikan pekerjaan yang cukup kepada pekerja, yang penghasilannya didasarkan atas hasil pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan yang dijanjikan; 6. tidak atau tidak cukup menyediakan fasilitas kerja yang disyaratkan kepada pekerja, yang penghasilannya didasarkan atas hasil pekerjaan yang dilakukan; Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November

10 Rusli.-Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu 7. apabila dilanjutkan hubungan kerja dapat menimbulkan bahaya bagi keselamatan jiwa atau kesehatan pekerja hal mana tidak diketahui oleh pekerja sewaktu Kesepakatan Kerja dibuat; 8. memerintahkan pekerja untuk mengerjakan yang tidak layak dan tidak ada hubungannya dengan Kesepakatan Kerja; 9. memerintahkan pekerja walaupun ditolak oleh pekerja untuk melakukansesuatu pekerjaan pada perusahaan lain yang tidak sesuai dengan Kesepakatan Kerja. Pengusaha atau pekerja dapat mengajukan pengakhiran Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu dan meminta izin Pemutusan Hubungan kerja kepada Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan karena adanya alasan memaksa atau force majeur. Penyimpangan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dalam Praktek. Penyimpangan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dalam praktek yang sering dikeluhkan oleh pekerja adalah: 1. adanya masa percobaan pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu; 2. jangka waktu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang melebihi tiga tahun. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja tetapi dalam praktek banyak perusahaan yang mensyaratkan adanya masa percobaan. Perusahaan seharusnya mengetahui bahwa syarat masa percobaan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah batal demi hukum. Pencantuman masa percobaan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu jelas merupakan perbuatan yang melecehkan tenaga kerja. Bahkan satu perusahaan besar pernah ada yang mencantumkan masa percobaan Iebih dari tiga bulan yaitu selama 6 (enam) bulan. Pencantuman masa percobaan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dilakukan dengan cara yang menurut perusahaan sangat pintar yaitu dengan memisahkan masa percobaan dari perjanjiannya, yaitu membuat 32 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002

11 Rusli.Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu masa percobaan itu terpisah dari Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Bila diterapkan sanksi bahwa masa percobaan itu demi hukum tidak berlaku maka yang direndahkan adalah harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja, karena dalam masa percobaan itu perusahaan dapat memberhentikan tenaga kerja setiap saat tanpa ada kewajiban untuk memberikan kerugian kepada tenaga kerja yang bersangkutan seperti halnya kalau tenaga kerja itu telah membuat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Setelah habis masa percobaannya seharusnya menurut hukum tenaga kerja itu merupakan tenaga kerja tetap pada perusahaan itu karena telah lulus masa percobaan, tetapi dengan polosnya ada perusahaan yang melanjutkan masa percobaan dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Departemen Tenaga Kerja seharusnya menerapkan sanksi bagi tenaga kerja yang telah lulus masa percobaannya maka tenaga kerja itu merupakan tenaga kerja tetap bukan lagi tenaga kerja kontrakan, sanksinya bukan hanya menyatakan demi hukum masa percobaan itu tidak ada. Karena ini melecehkan tenaga kerja. Kenapa perusahaan cenderung menerima karyawan dengan status kontrak? Perusahaan beranggapan bahwa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu itu menguntungkan perusahaai apakah hal ini benar? Bila dikaji, sebenarnya suatu perusahaan yang membutuhkan karyawan tetap (bukan karyawan kontrak) maka Perjanjian Kerja Waktu Tertentu itu lebih merugikan pengusaha. Mengapa? 1. Kewajiban memberikan ganti rugi kepada karyawan menjadi lebih besar bila pada awal-awalnya karyawan ingin dikeluarkan. Pembahasan ini dalam dua masa, yakni: A. Dalam masa percobaan atau belum lewat tiga bulan. Misalkan satu perusahaan menerima karyawan dengan Perjanjian Kerja Kontrak (Waktu Tertentu) untuk waktu satu tahun. Sebelum tiga bulan karyawan itu diketahui tidak baik, karena itu perusahaan ingin mengakhiri hubungan kerja tersebut. Dalam keadaan ini maka perusahaan wajib memberikan kerugian sebesar Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November

12 Rusli.Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu sisa waktu kerja yang ditetapkan dalam perjanjian, yaitu 12 bulan dikurangi masa kerja 2 bulan adalah sebesar sepuluh bulan. Lalu misalkan perusahaan menerima karyawan itu sebagai karyawan tetap maka bila belum habis masa percobaan (yaitu tiga bulan) maka perusahaan tidak wajib memberikan ganti rugi apapun. B. Setelah masa percobaan. Seandainya setelah masa percobaan atau setelah lewat tiga bulan perusahaan ingin mengakhiri hubungan kerjanya dengan karyawan yang bersangkutan maka : Bagi karyawan tetap, perusahaan mempunyai kewajiban memberikan pesangon hanya satu bulan gaji karena masa kerja karyawan belum satu tahun. (pasal 22 Keputusan Menteri Tenaga'Kerja No: KEP-150/ MEN/2000). Bagi karyawan kontrak seandainya ia telah bekerja 10 bulan maka karyawan itu tetap wajib mendapat kerugian sebesar dua bulan (12 bulan - 2 bulan). Penghitungan ini memang tidak mencakup susah atau mudahnya melakukan Pemutusan Hubungan Kerja menurut peraturan hukum. Misalnya harus meminta izin ke Panitia Daerah dan sebagainya. Tetapi prakteknya mudah. 2. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya dapat diperpanjang satu kali dengan batasan waktu paling lama 3 tahun. Bila perusahaan memang membutuhkan karyawan sebagai karyawan tetap (jangka panjang) mengapa harus diterima sebagai karyawan kontrak. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya dapat diperpanjang satu kali dan inijugadibatasi jangka waktu hanya untuk paling lama tiga tahun. Jadi bagi karyawan yang telah diperpanjang kontrak kerjanya satu kali maka sebenarnya karyawan itu telah menjadi karyawan tetap bila ingin dikerjakan kembali dan ini bukankah merepotkan bagian 34 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 11, No.2, November 2002

13 Rusli :Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu'. personalia. Bila memang membutuhkan karyawan tetap mengapa tidak saja langsung diterima sebagai karyawan tetap setelah lulus masa percobaan. 3. Penerimaan karyawan dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu meresahkan karyawan. Karyawan yang diterima sebagai karyawan kontrak pasti merasa ketidak pastian statusnya sebagai karyawan pada perusahaan itu, karena itu pasti juga karyawan bekerja dalam keadaan 'resah'. Kemungkinan karyawan akan melirik kesempatan d: perusahaan lain yang dapat lebih memberikan kepastian sehingga perusahaan itu hanya dijadikan batu loncatan saja. Bahkan calon karyawan mungkin akan mempertimbangkan hal ini dengan serius sebelum masuk ke perusahaan itu. 4. Penerimaan karyawan tetap (jangka panjang) dengan cara menerimanya sebagai karyawan kontrak merupakan pelecehan kepada karyawan. Bagi perusahaan yang' telah memperpanjang masa kontrak karyawan kontraknya satu kali dan setelah itu tetap melanjutkan hubungan kerja tersebut tidak sebagai karyawan tetap melainka^ tetap berstatus kontrak seb'enarm perusahaan itu melecehkaxi karyawannya. Begitu pula bila dalam perjanjian kontrak ada masa percobaan. 5. Membuka peluang bagi para atasan untuk bertindak sewenang-wenang (diktator). Bagi para karyawan kontrak setiap kali habis masa berlaku kontraknya maka statusnya sebagai karyawan tergantung pada atasannya karena bila atasannya tidak menyenangi bawahannya itu cukup menyatakan tidak ingin memperpanjang kontraknya lagi maka habislah karyawan tersebut. Hal ini cenderung melemahkan posisi bawahan yang berstatus kontrak karena harus bisa menyenangkan hati atasannya itu. Saran Pemerintah atau dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja harus menertibkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang ada di Indonesia ini agar tujuan meningkatkan harkat, martabat Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November

14 Rusli:Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu dan harga diri dari karyawan dapat terlaksana. Penertiban dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan hukum kepada perusahaanperusahaan, baik secara langsung ke perusahaan maupun melalui media massa. Pemerintah juga harus tegas dalam pengenaan sanksi dan sanksi ini harus cenderung menguntungkan karyawan karena memang posisi karyawan yang lebih lemah dan juga karena itikad buruk perusahaan dengan membuat perjanjian kontrak yang. menyimpang dari peraturan hukum. Bagi perusahaan yang mencantumkan masa percobaan terpisah dari Perjanjian Kerja Waktu Tertentu maka bukan masa percobaannya yang batal demi hukum tetapi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu itu harus dianggap batal dan menjadi Perjanjian Kerja Tetap. Bagi karyawan yang melewati masa percobaan harus dianggap telah diterima sebagai karyawan tetap, tidak dapat lagi dianggap sebagai karyawan kontrak. Bagi perusahaan yang mencantumkan masa percobaan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu maka perusahaan kiranya perlu dikenakan sanksi sebagai berikut: 1. masa percobaannya batal demi hukum karena itu bagi karyawan tersebut bila diputus hubungan kerjanya dalam masa percobaan maupun setelah masa percobaan dan perusahaan tetap diwajibkari memberikan ganti kerugian sebesar masa kontrak yang belum dijalani atau yang tersisa. Misalkan karyawan baru bekerja dua bulan (belum habis masa percobaan) lalu diputus hubungan kerjanya maka perusahaan tetap harus memberikan ganti kerugian sebesar 12 bulan - 2 bulan adalah 10 bulan gaji bagi yang kontraknya satu tahun. 2. bagi karyawan kontrak yang telah menjalani masa percobaan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu bila ingin diperpanjang kontraknya maka perjanjian kerjanya tidak dapat lagi sebagai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tetapi harus Perjanjian Kerja Tetap karena karyawan tersebut dianggap telah menjalani masa percobaan walaupun 36 Law Review, Fakultas. Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. II, No.2, November 2002

15 Rusli:Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Perjanjian Kerja Kontrak) Perlu. perjanjian kerjanya belum melewati tiga tahun atau baru satu kali kontrak. Karyawan yang telah dikontrak sebanyak dua kali masa kontrak maka kontrak yang ketiga adalah bukan lagi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tetapi otomatis menjadi Perjanjian Kerja Tetap. MEN/2000 Tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan, Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan. Begitu pula karyawan yang telah dikontrak lebih dari tiga tahun pada saat memasuki tahun ke empat maka karyawan tersebut resmi secara hukum merupakan karyawan tetap walaupun perjanjiannya adalah perjanjian kerja kontrak. Begitu pula Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang melebihi tiga tahun akan menyebabkan karyawan yang dikontrak itu setelah melewati tiga tahun harus secara otomatis dianggap sebagai karyawan tetap. DAFTAR PUSTAKA 1. UU No. 25/Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan. 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI. NO. PER-02/MEN/ 1993 tentang Kesepakatan Kerja Untuk Waktu Tertentu. 3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. NO. KEP-150/ Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelila Harapan, Vol. II, No.2, November

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB IX HUBUNGAN KERJA Pasal 50 Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Pasal 51 1. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis

Lebih terperinci

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Hubungan Kerja Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG JASA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN SWASTA Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor: PER-03/MEN/1996

Lebih terperinci

Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008

Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008 Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008 Yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing : I. PT. SURVINDO DWI PUTRA diwakili oleh : Nama : Ricky Wibowo Tjahjadi Jabatan : Direktur Utama Alamat : Wima

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :...

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :... PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :... Yang bertanda tangan dibawah ini : N a m a :... J a b a t a n :... A l a m a t :............ Dalam Perjanjian kerja ini bertindak untuk dan atas nama perusahaan...,

Lebih terperinci

PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA Hardijan Rusli ABSTRACT Internal Enterprise Regulations are outlined in the Minister of Manpower, Transmigration and Cooperatives Regulation No. Per.02/Men./1978

Lebih terperinci

Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan Hubungan Kerja Suatu langkah pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha karena suatu hal tertentu. Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan: Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XIII) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) copyright by Elok Hikmawati 1 Pemutusan Hubungan Kerja Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJA

SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA No. 168/SPK-01/AMARYAI/I/2017 Pada hari... tanggal... bulan... tahun... telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara : Nama : PT.... Alamat : Jln.... Kemudian dalam hal ini

Lebih terperinci

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN) PASAL 159 PASAL 162 2 PENGERTIAN PEMBERHENTIAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN, PENEMPATAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI GIANYAR

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

Lebih terperinci

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 PENDAHULUAN Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan

Lebih terperinci

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan

Lebih terperinci

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDUSTRIAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PEMBAHASAN. Pemutusan Hubungan Kerja

HUBUNGAN INDUSTRIAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PEMBAHASAN. Pemutusan Hubungan Kerja HUBUNGAN INDUSTRIAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PEMBAHASAN Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PNS PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) RUMAH SAKIT UMUM Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO

Lebih terperinci

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia +622183782121 info@tiket.com http://www.tiket.com SURAT PERJANJIAN KERJA NO. 069/GTN/SPK-III/2013 Surat

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 78/MEN/2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS BEBERAPA PASAL KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/2000

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA 31 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi

Lebih terperinci

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Taufiq Yulianto Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang ABSTRACT: A work agreement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan ekonomi yang sesuai dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pembangunan ekonomi yang berhasil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 2.1 Perjanjian secara Umum Pada umumnya, suatu hubungan hukum terjadi karena suatu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XI HUBUNGAN INDUSTRIAL Bagian Kesatu Umum Pasal 102 1. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Kesepakatan/Perjanjian Kerja

Kesepakatan/Perjanjian Kerja Kesepakatan/Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan, pekerja dan majikan didefinisikan sbb : Pekerja/buruh : setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja HAK TENAGA KERJA ATAS JAMSOSTEK YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1 Oleh: Marlina T. Sangkoy 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah Hak Tenaga Kerja atas Jamsostek yang mengalami

Lebih terperinci

BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR: 2>2> TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR: 2>2> TAHUN 2008 TENTANG BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR: 2>2> TAHUN 2008 TENTANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, PEMBERHENTIAN DAN PENGADAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL (NON PNS) BLUD RSUD SEKAYU KABUPATEN

Lebih terperinci

Pada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan MAKNA PHK BAGI PEKERJA

Pada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan MAKNA PHK BAGI PEKERJA Bab I MAKNA PHK BAGI PEKERJA Pada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan adalah untuk melindungi pekerja dari segala macam eksploitasi. Hal ini didasarkan pada tinjauan filosofis, bahwa dalam sistem

Lebih terperinci

Tata Tertib setiap pekerja ISH yang berada di layanan mengacu kepada Standard Operationg Procedure (SOP) yang dibuat oleh Div. Operation & ER ISH.

Tata Tertib setiap pekerja ISH yang berada di layanan mengacu kepada Standard Operationg Procedure (SOP) yang dibuat oleh Div. Operation & ER ISH. A. Rujukan 1. Klausul 4.2.3 ISO 9001:2008 Pengendalian Dokumen 2. Klausul 4.2.4 ISO 9001:2008 Pengendalian Rekaman 3. Klausul 6.1 ISO 9001:2008 Pengelolaan Sumber Daya 4. Klausul 6.2 ISO 9001:2008 Sumber

Lebih terperinci

MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT

MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XI) MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT copyright by Elok Hikmawati 1 Definisi Mogok kerja adalah tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang sangat sering dihadapi oleh negara-negara seperti halnya Indonesia. Persoalan yang paling mendasar

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT SIKLUS MSDM Planning Siklus pengelolaan SDM pada umumnya merupakan tahapan dari: Attaining Developing Maintaining You can take

Lebih terperinci

PEDOMAN ETIKA KARYAWAN ( CODE OF CONDUCT )

PEDOMAN ETIKA KARYAWAN ( CODE OF CONDUCT ) APPENDIX A Kelompok Usaha Perkapalan PT. SENTRA BARUNA HIJAU ( SBH ) PEDOMAN ETIKA KARYAWAN ( CODE OF CONDUCT ) Disampaikan kepada : 1. PT. BARUNA RAYA LOGISTICS 2. PT. KARANA LINE 3. PT. WASESA LINE 4.

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS GROUP) DENGAN PT. SUKSESINDO Nomer: 638 / I / HRD.DX /L SS / IX / 2009

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS GROUP) DENGAN PT. SUKSESINDO Nomer: 638 / I / HRD.DX /L SS / IX / 2009 Yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing : I Nama : H. Faris Ardiansyah Jabatan : General Manager Alamat: Jl. Semarang 116 D-E Surabaya SURAT PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. HOKLOKSIU SANJOYO (AJBS

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Hubungan Kerja Hubungan antara buruh dengan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I KETENTUAN U M U M UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG K E T E N A G A K E R J A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan

Lebih terperinci

Hubungan Industrial. Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

Hubungan Industrial. Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi Modul ke: Hubungan Industrial Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Daftar Pustaka

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 17/I3/KP/2011 Tentang PENGELOLAAN PEGAWAI BERSTATUS BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 17/I3/KP/2011 Tentang PENGELOLAAN PEGAWAI BERSTATUS BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 17/I3/KP/2011 Tentang PENGELOLAAN PEGAWAI BERSTATUS BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS SURAT PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS Nomer: Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi ( nama perusahaan

Lebih terperinci

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR 3.1. Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja oleh majikan adalah jenis PHK yang sering terjadi,

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MARWAN ARHAS. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MARWAN ARHAS. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MARWAN ARHAS Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara A. Pengertian. Hubungan kerja, hubungan antara buruh dan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi. Proses manajemen terdiri

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG MENTERI KETENAGAKERJAAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PUBLIKDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ii. KATA PENGANTAR.i

DAFTAR ISI ii. KATA PENGANTAR.i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.i DAFTAR ISI ii A. Pengertian...1 B. Bentuk Perjanjian Kerja...2 C. Perjanjian Perburuhan.4 D. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 6 a. Pemutusan Hubungan Kelja Oleh Majikan...6

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2 TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 1 Oleh : Ruben L. Situmorang 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 19

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 19 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 111 TAHUN 2016 TENT ANG

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 111 TAHUN 2016 TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 111 TAHUN 2016 TENT ANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI BLUD NON PNS PADA PPK-BLUD PUSKESMAS DI LINGKUNGAN KOTA MOJOKERTO

Lebih terperinci

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 25/1997, KETENAGAKERJAAN *10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS A. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja Dengan telah disahkannya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK), maka keberadaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pengaturan perjanjian bisa kita temukan didalam buku III bab II pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi Perjanjian adalah suatu perbuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja 2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Tujuan Mahasiswa mampu mendefinisikan PHK Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenisjenis PHK Mahasiswa mampu menganalisis hak-hak pekerja yang di PHK Pengertian PHK adalah pengakhiran

Lebih terperinci

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN)

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) PERJANJIAN KERJA KARYAWAN KONTRAK Pada hari ini, tanggal bulan tahun Telah diadakan perjanjian kerja antara: 1. Nama : Alamat : Jabatan : Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) 2.

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh: TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN Oleh: Ayu Puspasari, S.H., M.H Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Email: ABSTRAK Penyerahan sebagian

Lebih terperinci

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA Oleh : I Made Hendra Gunawan I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari Bagian Hukum Perdata

Lebih terperinci

(KepMen ini pada 25 Maret 2003 telah dinyatakan tidak berlaku per UU No. 13/2003. Pencantumn dalam pustronik ini untuk maksud studi)

(KepMen ini pada 25 Maret 2003 telah dinyatakan tidak berlaku per UU No. 13/2003. Pencantumn dalam pustronik ini untuk maksud studi) (KepMen ini pada 25 Maret 2003 telah dinyatakan tidak berlaku per UU No. 13/2003. Pencantumn dalam pustronik ini untuk maksud studi) KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-150/MEN/2000

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

Lebih terperinci

H U B U N G A N K E R J A

H U B U N G A N K E R J A IX H U B U N G A N K E R J A HUBUNGAN KERJA TERJADI KARENA ADANYA PERJANJIAN KERJA Pengusaha Pekerja/buruh Secara tertulis / lisan ps 51 (1) Untuk waktu tertentu ps 56 (1) Untuk waktu tidak tertentu Perjanjian

Lebih terperinci

Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJA ANTARA PIHAK PENGUSAHA DENGAN PIHAK PEKERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA Bahan Panja Hasil Timus RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERLINDUNGAN BURUH/PEKERJA INFORMAL DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PERUSAHAAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH. PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PUDUARTA INSANI

PERATURAN PERUSAHAAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH. PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PUDUARTA INSANI PERATURAN PERUSAHAAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PUDUARTA INSANI Kantor Pusat: Jl. Pekan Raya No. 13 A Tembung Telp. 061-7385848 - 7384689 Fax. 061-7385849 Kantor Cabang: Kampus

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI Disampaikan dalam kegiatan Peningkatan Wawasan Sistem Manajemen Mutu Konsruksi (Angkatan 2) Hotel Yasmin - Karawaci Tangerang 25 27 April 2016 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pekerja/buruh dan Pengusaha Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pekerja/buruh adalah Setiap orang yang bekerja

Lebih terperinci

Freight Forwader, Shipping Line, Stevedoring, Offshore Marine Service, Shipping Consultant PERNYATAAN KETERBUKAAN INFORMASI

Freight Forwader, Shipping Line, Stevedoring, Offshore Marine Service, Shipping Consultant PERNYATAAN KETERBUKAAN INFORMASI APPENDIX A PERNYATAAN KETERBUKAAN INFORMASI NAMA : NIK : / JABATAN : DIVISI/DEPARTEMEN : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah membaca, mengerti sepenuhnya dan mematuhi Pedoman Etika Karyawan Perseroan

Lebih terperinci

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm Page 1 of 16 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2099, 2014 KEMENAKER. Peraturan Perusahaan. Pembuatan dan Pendaftaran. Perjanjian Kerja Sama. Pembuatan dan Pengesahan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985

PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985 PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK 2 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK Nomer: -------------------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK Nomer: Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi ( nama perusahaan )

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN SERTA PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN SERTA PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 7. Keputusan Menteri

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN I. PENJELASAN UMUM Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan Daerah

Lebih terperinci

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN 1 HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN Saya akan mengawali bab pertama buku ini dengan mengetengahkan hak pekerja yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak-anak dalam dunia ketenagakerjaan. Sebagaimana

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Oleh : SURADI. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNSA ABSTRAK

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Oleh : SURADI. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNSA ABSTRAK PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Oleh : SURADI Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNSA ABSTRAK Dalam suatu kasus diberbagai negara banyak terjadi pemutusan hubungan kerja tergadap karyawan atau pegawai. Pemberhentian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU SANKSI TINDAKAN INDISIPLINER

PROSEDUR MUTU SANKSI TINDAKAN INDISIPLINER PROSEDUR MUTU PROSEDUR 12 SANKSI TINDAKAN INDISIPLINER Revisi Tgl. Berlaku Kode Dokumen 01 15 Juli 2015 SCU/PM.12 1. TUJUAN Memastikan Sanksi tindakan indisipliner dapat diterapkan bagi karyawan perusahaan

Lebih terperinci

MENTERIKETENAGAKERJAAN PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAANPEMAGANGAN01 DALAM NEGERI

MENTERIKETENAGAKERJAAN PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAANPEMAGANGAN01 DALAM NEGERI MENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA I SALINAN I PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAANPEMAGANGAN01 DALAM NEGERI DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH NON PNS.

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH NON PNS. - 2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA. Hubungan kerja adalah hubungan antara seseorang buruh dengan seorang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA. Hubungan kerja adalah hubungan antara seseorang buruh dengan seorang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA A. Pengertian Perjanjian Kerja Hubungan kerja adalah hubungan antara seseorang buruh dengan seorang majikan. Hubungan kerja menunjukkan kedudukan kedua belah

Lebih terperinci