PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT"

Transkripsi

1 PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah Yang bekerja di BPKP Perwakilan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) PROVITA WIJAYANTI Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang ABSTRACT This study examines the influence of personal auditor characteristics on acceptance of dysfunctional audit behavior. The model is designed to enable an assessment of the direct and undirect influence of personal auditor characteristics which consist of : locus of control, employee performance, organizational commitment, and turnover intention on acceptance of dysfunctional audit behavior that comprise of prematur sign off, underreporting of time, and altering replacing audit procedure. This research uses the empirical with convenience sampling technique in the data collection. Data were collected using a survey on 140 government auditors who work at BPKP Central java and DI Yogyakarta, Indonesia. Data were analyzed by using Structural Equation Model (SEM) with the program Visual-PLS (Partial Least Square). The result of hypothesis examination indicate thats there positive influence of locus of control on acceptance of dysfunctional audit behavior, there is positive influence of turnover intention on acceptance of dysfunctional audit behavior with locus of control, employee performance and organizational commitment as antecedent. Negative influence of employee performance on acceptance of dysfunctional audit behavior with locus of control and organizational commitment as antecedent and negative influence of organizational commitment on acceptance of dysfunctional audit behavior with locus of control as antecedent is rejected. Keywords: Locus of Control, Employee Performance, Organizational Commitment, Turnover Intention, Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior, Structural Equation Model (SEM), Visual Partial Least Square (Visual-PLS). PENDAHULUAN Latar Belakang Peringkat korupsi negara Indonesia sebagai negara terkorup kedua di Asia menimbulkan pertanyaan besar mengenai pengawasan dan pertanggungjawaban di lembaga pemerintahan (Sindo, 17 Maret 2007). Predikat tersebut mengindikasikan kurang berfungsinya akuntan dan penegak hukum yang merupakan tenaga profesional teknis yang secara sistematis bekerjasama untuk mencegah dan mengungkapkan kasus korupsi di Indonesia secara tuntas (Arif, 2002). Penyebab utama yang mungkin adalah karena kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia. Mardiasmo (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia. Kelemahan tersebut antara lain: pertama tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah. Hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Kedua, berkaitan dengan masalah struktur lembaga audit terhadap pemerintahan pusat dan daerah di Indonesia. Permasalahanya adalah banyaknya lembaga pemeriksa fungsional yang overlapping satu dengan yang lainnya yang menyebabkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan pelaksanaan pengauditan. Di Indonesia yang melaksanakan fungsi pemeriksaan secara garis besar dipisahkan menjadi dua yaitu auditor eksternal dan auditor internal. Auditor eksternal pemerintah diimplementasikan oleh Badan Pengaruh Karakteristik. (Provita Wijayanti) 251

2 Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dibentuk sebagai perwujudan pasal 23E UUD Auditor internal pemerintah diimplemantasikan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) dan badan pengawas internal di setiap departemen yaitu Inspektorat Jendral (IRJEN). BPKP merupakan salah satu lembaga audit internal pemerintah yang melaksanakan fungsi pemeriksaan. Berdasarkan tujuan pembentukannya, BPKP berperan untuk menciptakan pemerintahan yang good governance yaitu menciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Berdasarkan fungsinya tersebut BPKP harus melaksanakan audit secara umum atau audit laporan keuangan dan audit khusus atau audit forensik (Arif, 2002). Salah satu hasil audit dari BPKP adalah sebuah kesimpulan mengenai ada tidaknya indikasi tindak pidana ataupun perdata yang menyebabkan kerugian keuangan dan kekayaan negara. Oleh karena itu audit yang dilakukan oleh BPKP harus berkualitas. Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor untuk menemukan dan melaporkan pelanggaran sistem kliennya. (Dangelo, 1981 dalam Samsul Ulum, 2005). Penemuan-penemuan terhadap pelanggaran harus didukung oleh bukti kompeten yang cukup agar laporan yang disampaikan atau opini audit dapat dipertanggungjawabkan.untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup maka auditor harus melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dengan benar atau tidak melakukan perilaku disfungsioanal audit.(herningsih, 2001 dalam Maryanti, 2005). Perilaku disfungsional audit dan berhentinya auditor (turnover) dari pekerjaannya berhubungan dengan penurunan kualitas audit (Public Oversight Board, 2000 dalam Donelly et al. 2003). Perilaku ini bisa mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kualitas audit. Perilaku yang mempunyai pengaruh langsung termasuk premature sign-off, pemerolehan bukti yang kurang (Otley & Pierce, 1995; Donelly et al. 2003), pemrosesan yang kurang akurat (Mc Danield, 1990) dan kesalahan dari tahapan audit (Margheim & Pany, 1986), altering/replacing of audit procedure (Donelly, et al. 2003) dan perilaku audit yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kualitas audit adalah under reporting of time (Donelly et al. 2003) Literatur terdahulu sudah mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan (seperti tekanan waktu, model atau gaya pengawasan) dan faktor personal auditor secara signifikan mempengaruhi perilaku disfungsional (Kelly & Margheim, 1990; Otley & Pierce,1996). Tingkat perilaku disfungsional (Disfungsional Behavior) yang sangat mengganggu berhubungan dengan profesi auditing (Otley & Pierce, 1995). Menurut Jansen & Glinow (1985) dalam Malone & Roberts (1996), perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan faktor situasional yang terjadi saat itu akan mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional audit dapat disebabkan oleh faktor karakteristik personal dari auditor (faktor internal) serta faktor situasional saat melakukan audit (faktor eksternal). Penelitian ini penting dilakukan karena Indonesia masih menempati peringkat kedua sebagai negara terkorup di Asia (Sindo, 17 Maret 2007). Hal tersebut menunjukkan kurang berfungsinya badan pengawas yaitu BPKP sebagai auditor internal pemerintah yang mempunyai logo atau semboyan menciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme ( Kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah perlu dipulihkan dan hal itu tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para auditor pemerintah terutama yang bertugas sebagai pengawas. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter. Karakter menunjukkan personality (kepribadian) seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etis (Mar ie, 2002 dalam Crismastuti & Vena, 2006). Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh karakteristik personal yang terdiri dari locus of control, komitmen organisasi, turnover intention, kinerja karyawan (Employee Performance) auditor pemerintah yang bekerja di BPKP terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. 252 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 :

3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini audit adalah menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh karakteristik personal auditor yang terdiri dari locus of control, komitmen organisasi, turnover intention, kinerja karyawan (Employee Performance) terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Pengembangan teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu, terutama dalam bidang akuntansi keperilakuan dan auditing mengenai variabel-variabel yang signifikan menjelaskan penerimaan perilaku disfungsional audit dan juga diharapkan dapat dipakai sebagai acuan untuk riset-riset mendatang. 2. Pengembangan praktik Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi praktis, yaitu bagi Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan profesi untuk merencanakan program profesional dan praktek manajemen untuk mendorong pekerjaan audit yang berkualitas dalam menciptakan pemerintahan yang Good Governance. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Motivasi Menurut Gibson (1994) motivasi merupakan konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang akan memulai atau mengarahkan perilakunya. Secara lebih khusus Hellriegel et al. (2001) dalam (Ghozali & Ivan, 2006) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan-dorongan individu untuk bertindak yang menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada tujuan. Prinsip dasar motivasi tersebut dinyatakan tingkat kemampuan individu (ability) dan motivasi individu. Berdasarkan prinsip tersebut tidak ada tugas yang dapat dilaksanakan dengan baik tanpa didukung oleh kemampuan untuk melaksanakannya. Kemampuan merupakan bakat individu untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan tujuan, namun kemampuan tidak mencukupi untuk menjamin tercapainya performance (kinerja) terbaik. Individu harus memiliki motivasi untuk mencapai kinerja terbaik (Helriegel et al dalam Ghozali & Setiawan, 2006). Pada umumnya para ahli psikologi membagi teori motivasi atas dua kelompok yaitu content theory dan process theory. Content theory memfokuskan pada faktorfaktor spesifik yang mendorong, mengarahkan dan menghalangi perilaku individu. Teori need hierarky Maslow, ERG Adelfer, Achievement Mclelland dan motivator-hiegene Hertzberg tergolong dalam content theory. Sedangkan process theory digunakan untuk menguraikan dan menganalisis mengenai bagaimana faktorfaktor personal (internal individu) berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain untuk menyebabkan beberapa perilaku (Ghozali & Setiawan, 2006). Hubungan Locus Of Control dengan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Locus of control adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Rotter (1966) dalam Donelly et al. (2003) dan sudah digunakan secara meluas dalam berbagai riset mengenai perilaku disfungsional dalam sebuah lingkungan auditing dengan latar belakang perusahaan. Rotter (1966) dalam Donelly et al. (2003) menjelaskan bahwa Individuindividu mengembangkan harapan-harapan mereka yang digeneralisasikan dengan memperhatikan apakah sukses atau keberhasilan dalam suatu situasi yang tersedia atau situasi yang ada tergantung kepada perilaku personil mereka sendiri atau dikontrol oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Individu yang memiliki locus of control internal cenderung menghubungkan hasil atau outcome dengan usaha-usaha mereka atau mereka percaya bahwa kejadian-kejadian adalah dibawah pengendalian atau kontrol mereka dan mereka memiliki komitmen terhadap tujuan organisasi yang lebih besar dibanding individu yang memiliki locus of control eksternal. Sedangkan individu yang memiliki locus of control eksternal adalah individu yang percaya bahwa mereka tidak dapat mengontrol kejadian-kejadian dan hasil atau outcome (Spector, 1982 dalam Donelly et al. 2003). Jadi, individu yang memiliki locus of control internal dengan eksternal akan memiliki pengaruh kuat dan tindakan yang berbeda dalam kehidupan mereka ketika menghadapi situasi-situasi yang identik. Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan suatu hubungan yang kuat dan Pengaruh Karakteristik. (Provita Wijayanti) 253

4 positif diantara eksternal locus of control individual dengan suatu keinginan-keinginan atau maksud-maksud untuk menggunakan penipuan atau manipulasi untuk memperoleh tujuan-tujuan personil (Gable & Dangelo, 1994; Comer, 1985; Solar & Bruehl, 1971 dalam Donelly et al. 2003). Mudrack (1989) dalam Donelly et al. (2003) menyimpulkan bahwa penggunaan manipulasi, penipuan atau taktik menjilat atau mengambil muka dapat menggambarkan suatu usaha dari locus of control eksternal untuk mempertahankan pengaruh mereka terhadap lingkungan yang kurang ramah dan memberikan kepada mereka sebuah pendekatan berorientasi internal seperti kerja keras. Dalam situasi-situasi dimana pihak eksternal tidak dapat memperoleh penguatan atau dukungan-dukungan yang diperlukan untuk berkembang atau survive, mereka memandang bahwa manipulasi terhadap yang lain adalah suatu pertahanan yang perlu dan penting (Solar dan Bruehl, 1971 dalam Donelly et al. 2003). Perilaku ini sangat mungkin mewujudkannya dalam bentuk perilaku disfungsional. Perilaku-perilaku ini adalah alat bagi auditor untuk memanipulasi proses audit dengan maksud untuk memperoleh tujuantujuan kinerja individu. Lebih lanjut perilaku ini akan lebih terjadi pada pegawai yang mempersepsikan struktur pengendalian dan pengawasan yang ketat (Gable & Dangello, 1994). Dalam konsteks auditing tindakan manipulasi atau penipuan akan terwujud dalam bentuk perilaku disfungsional. Perilaku ini memiliki arti bahwa auditor akan memanipulasi proses auditing untuk mencapai tujuan kinerja individu. Pengurangan kualitas auditing bisa dihasilkan sebagai pengorbanan yang harus dilakukan auditor untuk bertahan di lingkungan audit. Perilaku ini akan terjadi pada individu yang memiliki locus of control eksternal. Sehingga hipotesis yang diuji adalah : H1: Locus of control berhubungan positif dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Locus Of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dengan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Locus of control memainkan peranan penting dalam kinerja dalam akuntansi seperti pada anggaran partisipatif (Brownel, 1981; Frucot & Shearon, 1991) dan konflik audit (Tsui & Gul, 1996 dalam Maryanti, 2005). Locus of control juga mempengaruhi perilaku disfungsional audit, kepuasan kerja, komitmen organisasi dan turnover intention (Reed et al;1994 dalam Puji,2005; Donelly et al. 2003) Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa locus of control berhubungan signifikan dengan kinerja. Individu yang memiliki locus of control internal cenderung menggunakan tekanan atau mendesak usaha yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang memiliki locus of control eksternal ketika diyakini bahwa usaha nampak atau mengarah kepada reward (Spector, 1982 dalam Hyatt & Prawitt, 2001; Rotter, 1990 dalam Hyatt & Prawitt, 2001; Phares, 1968 dalam Donelly et al. 2003). Internal menunjukkan sikap pembelajaran yang lebih baik, keahliankeahlian memecahkan permasalahan dan penggunaan informasi (Phares, 1976; Wolk dan Ducette, 1974; dalam Donelly et al. 2003). Investigasi tentang peranan locus of control dalam literatur akuntansi sedikit agak terbatas. Locus of control dijelaskan sebagai suatu moderator dalam partisipasi/ hubungan kinerja didalam beberapa penelitian anggaran partisipatif (Frucot dan Shearon, 1991). Hyatt dan Prawitt (2001) telah memberikan beberapa bukti bahwa internal locus of control berhubungan dengan kinerja yang ditingkatkan atau yang ditinggikan. Disebabkan oleh sifat-sifat teknis dan sifat profesi dari lingkungan kerja audit dan konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya maka locus of control internal seharusnya memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding locus of control eksternal dalam sebuah lingkungan audit. Fakta mengenai hubungan yang terjadi antara kinerja dan perilaku disfungsional dengan locus of control sebagai variabel anteseden secara umum belum terdapat bukti yang konklusif. Diperkirakan bahwa tujuan dari perilaku disfungsional adalah untuk memanipulasi pengukuran kinerja dan untuk mempersulit memperoleh indikator kinerja sesungguhnya. Namun, terdapat bukti teoretis yang mendukung bahwa perilaku disfungsional akan lebih sering terjadi dalam situasi dimana persepsi seseorang terhadap sebuah kinerja bernilai rendah (Donelly.et al. 2003). Sedangkan seseorang yang memiliki persepsi kinerja bernilai rendah dipengaruhi oleh karakteristik individu yaitu locus of control eksternal (Hyatt & Prawitt, 2001). 254 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 :

5 Hubungan antara kinerja pegawai yang bernilai rendah dengan penerimaan perilaku disfungsional dianggap akan lebih kuat dalam sebuah lingkungan yang dipersepsikan oleh pegawai memiliki struktur pengendalian dan pengawasan yang tinggi. Penggunaan program audit, anggaran waktu, dan pengawasan dari dekat dapat menyebabkan proses audit dipersepsikan sebagai sebuah lingkungan dengan struktur bertingkat tinggi (Gable & Dangello, 1994). Seorang auditor akan memiliki persepsi yang lebih rendah terhadap kinerjanya sendiri dan kinerja yang bernilai rendah dipengaruhi oleh locus of control eksternal yang dimiliki auditor, sehingga seorang auditor yang memiliki locus of control eksternal akan mempunyai kinerja pribadi yang rendah dan diperkirakan akan lebih menerima perilaku disfungsional yang makin besar. Sehingga hipotesa yang diuji adalah : H2: Locus of control berhubungan negatif dengan kinerja pegawai yang menyebabkan terjadinya hubungan positif dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Komitmen Organisasi Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dengan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Sejumlah penelitian telah memandang bahwa komitmen organisasional adalah sebagai anteseden terhadap kinerja (Randhall, 1990). Mowday et al. (1974) dalam (Donelly et al. 2003) menyatakan, bahwa membentuk karyawan-karyawan dengan komitmen yang tinggi lebih baik daripada karyawan-karyawan yang kurang kommit. Ferris (1981) dalam Ghozali & Setiawan (2006) telah menemukan, bahwa kinerja yang ditampilkan oleh para akuntan professional tingkat junior sebagian dipengaruhi oleh tingkat komitmen organisasi mereka. Dalam suatu penelitian terhadap determinan-determinan kinerja auditor, Ferris dan Laccker (1983) dalam Donelly et al. (2003) menjelaskan bahwa kinerja auditor sebagian merupakan suatu fungsi dari komitmen organisasi. Nouri dan Parker (1998) telah menemukan bahwa komitmen organisasional mempengaruhi kinerja secara positif. Hasil-hasil analisis yang telah dilakukan oleh Randall (1990) menunjukkan bahwa komitmen organisasional memiliki hubungan yang positif dengan kinerja karyawan; tetapi hubungan ini adalah kecil. Dalam penelitian yang sedang dilakukan, karyawan-karyawan dengan komitmen organisasional yang lebih besar atau lebih tinggi diharapkan menunjukkan kinerja yang lebih baik. Fakta mengenai hubungan yang terjadi antara kinerja dan penerimaan perilaku disfungsional dengan komitmen organisasi sebagai variabel anteseden secara umum belum terdapat bukti yang konklusif. Diperkirakan bahwa tujuan dari perilaku disfungsional adalah untuk memanipulasi pengukuran kinerja dan untuk mempersulit memperoleh indikator kinerja sesungguhnya. Namun, terdapat bukti teoretis yang mendukung bahwa perilaku disfungsional akan lebih sering terjadi dalam situasi dimana persepsi seseorang terhadap sebuah kinerja bernilai rendah. (Donelly et al. 2003). Sehingga hipotesa yang diuji adalah : H3: Komitmen organisasi berhubungan positif dengan kinerja pegawai yang menyebabkan terjadinya hubungan negatif dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Locus of control Sebagai Anteseden Hubungan Turnover Intention dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Fakta mengenai hubungan yang terjadi antara turnover intention dan penerimaan perilaku disfungsional dengan locus of control sebagai variabel anteseden secara umum belum terdapat bukti yang konklusif. Beberapa penelitian telah menemukan suatu hubungan yang signifikan antara internal locus of control dan masa jabatan pekerjaan yang menunjukkan bahwa internal kurang cenderung untuk mengundurkan diri daripada eksternal (Andrisani & Nestle, 1976; dalam Donelly et al. 2003). Malone & Roberts (1996) menyatakan bahwa para auditor yang dengan tujuan atau bermaksud untuk meninggalkan perusahaan bisa jadi lebih mau untuk ikut turut serta dalam perilaku disfungsional audit dengan tujuan menurunkan atau mengurangi kekhawatiran atau rasa takut akan kemungkinan penghentian atau pemecatan jika perilaku mereka tersebut dideteksi. Individu-individu yang sedang bermaksud meninggalkan perusahaan, sedikit disangkal berhubungan dengan penerimaan perilakuperilaku dysfunctional yang lebih besar. Untuk penilaian kinerja dan promosi dan individu yang bermaksud meninggalkan perusahaan Pengaruh Karakteristik. (Provita Wijayanti) 255

6 biasanya memiliki lokus kendali eksternal. Sehingga hipotesis yang diuji adalah : H4: Locus of control berhubungan positif dengan Turnover intention yang menyebabkan terjadinya hubungan positif dengan penerimaan perilaku disfungsional audit Kinerja pegawai Sebagai Anteseden Hubungan Turnover Intention dengan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Kinerja karyawan sebagai anteseden terhadap turnover, telah menjadi suatu perhatian yang dapat dipertimbangkan. Meskipun hal itu pernah diperdebatkan, bahwa pelaku-pelaku senior atau atasan memiliki kesempatan atau opportunity yang lebih besar sehingga lebih mungkin untuk mengundurkan diri (Price, 1977 dalam Donelly et al. 2003). Penelitian baru-baru ini memberi kesan bahwa hal tersebut tidak menjadi permasalahan. Dalam kenyataannya, para pelaku atasan atau senior pernah ditemukan lebih cenderung atau lebih mungkin dipromosikan dan tinggal menetap dengan organisasi mereka masingmasing daripada para pelaku rendahan atau bawahan (Vicchio & Norris, 1996; Wells & Muchinsky, 1985; Dreher, 1982; dalam Donelly et al. 2003). Hasil-hasil dari beberapa studi yang telah dibentuk dan telah dilakukan oleh McEvoy & Cascio (1987) dalam Donelly et al. (2003), menemukan bahwa Turnover sangat rendah diantara para pelaku yang berkinerja sangat baik. Adanya promosi dan masa jabatan akuntan publik, seseorang akan mengharapkan tipe hubungan ini ada dan tetap hidup. Para auditor yang menunjukkan tingkat kinerja yang tinggi dipromosikan, sementara yang tidak mampu mencapai standar kinerja minimum akhirnya terpaksa keluar ataupun dipecat dari organisasi. Berdasarkan temuan-temuan ini, diharapkan bahwa kinerja akan berhubungan secara terbalik dengan turnover intention. Hal ini menjelaskan bahwa kinerja yang rendah mengakibatkan turnover yang tinggi; tetapi di pihak lain harus dimaklumi bahwa kinerja yang tinggi juga kemungkinan atau cenderung mengundurkan diri jika tidak memperoleh reward seperti promosi atau tidak memperoleh kepuasan kerja. McEvoy & Cascio (1987) dalam Donelly et al. (2003) menemukan bahwa Turnover sangat rendah diantara para pelaku yang berkinerja sangat baik. Malone & Roberts (1996) menyatakan bahwa para auditor yang dengan tujuan atau bermaksud untuk meninggalkan perusahaan bisa jadi lebih mau untuk ikut turut serta dalam perilaku disfungsional audit dengan tujuan menurunkan atau mengurangi kekhawatiran atau rasa takut akan kemungkinan penghentian atau pemecatan jika perilaku mereka tersebut dideteksi. Sedangkan faktor yang menyebabkan individu-individu yang sedang bermaksud meninggalkan perusahaan, dihubungkan dengan lebih besar untuk menerima perilaku-perilaku dysfunctional. Sehingga hipotesis yang diuji adalah : H5: Kinerja pegawai berhubungan negatif terhadap turnover intention yang menyebabkan terjadinya hubungan positif dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Komitmen Organisasi sebagai Anteseden Hubungan Turnover Intention dengan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Komitmen organisasional sering dan selalu digunakan sebagai anteseden dalam penelitian-penelitian yang memprediksi perilaku-perilaku pengunduran diri atau penarikan diri. Mowday et al. (1982) dalam (Donelly et al. 2003) telah memprediksi dan telah menemukan bahwa yang terkuat dan yang sangat dapat diprediksi tentang konsekwensi perilaku komitmen organisasional adalah dasar-dasar turnover yang lebih rendah. Hasil analisis dari Mathieu dan Zajac (1990) dalam Donelly et al. (2003) bahwa komitmen organisasional berhubungan positif dengan kehadiran dan berhubungan negatif dengan keadaan yang sudah lewat dan turnover. Komitmen organisasional menunjukkan hubungan yang lebih luas dengan keinginan-keinginan yang dihubungkan dengan turnover, yaitu keinginan atau maksud untuk meninggalkan pekerjaan. Fakta mengenai hubungan yang terjadi antara turnover intention dan penerimaan perilaku disfungsional dengan komitmen organisasi sebagai variabel anteseden. Mowday et al. (1982) dalam (Donelly et al. 2003) telah memprediksi dan telah menemukan bahwa yang terkuat dan yang sangat dapat diprediksi tentang konsekuensi perilaku komitmen organisasional adalah dasar-dasar turnover yang lebih rendah. Hasil analisis dari Mathieu dan Zajac (1990) dalam Donelly et al. (2003) menyatakan bahwa komitmen organisasional 256 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 :

7 berhubungan positif dengan kehadiran dan berhubungan negatif dengan keadaan yang sudah lewat dan turnover. Malone & Roberts (1996) menyatakan bahwa para auditor dengan tujuan atau bermaksud untuk meninggalkan perusahaan bisa jadi lebih mau untuk ikut turut serta dalam perilaku disfungsional audit dengan tujuan menurunkan atau mengurangi kekhawatiran atau rasa takut akan kemungkinan penghentian atau pemecatan jika perilaku mereka tersebut dideteksi. Individu-individu yang sedang bermaksud meninggalkan perusahaan, dihubungkan dengan lebih besar untuk menerima perilaku-perilaku dysfunctional untuk penilaian kinerja dan promosi. Sehingga hipotesis yang diuji adalah : H6 = Komitmen organisasi berhubungan negatif dengan turnover intention sehingga menyebabkan terjadinya hubungan positif dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Locus of Control sebagai Anteseden Hubungan Komitmen Organisasi dengan Penerimaan Perilaku Disfungsional. Locus of control telah ditemukan menjadi anteseden terhadap komitmen organisasional (Luthan et al. 1987; Kinicki & Vecchio, 1994; dalam Donelly et al. 2003). Didalam beberapa teori menjelaskan bahwa karyawan yang komit bekerja lebih keras, tinggal bersama dengan organisasi dan memberi kontribusi lebih efektif terhadap organisasi tersebut (Mowday et al dalam Donelly et al. 2003). Para individu yang memiliki lokus kendali internal merasa atau mempersepsikan bahwa mereka memiliki kesempatan atau opportunity yang lebih besar daripada individu yang memiliki lokus kendali eksternal (Spector, 1982 dalam Donelly et al. 2003). Oleh sebab itu, ketika internal bergabung dengan perusahaan, mereka cenderung memiliki komitmen yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan eksternal (Luthans et al dalam Hyatt & Prawitt, 2001). Selama masa jabatan mereka dengan suatu organisasi, internal akan merasa atau mempersepsikan ada alternatif yang sama dalam pasar kerja dan oleh karena sisa-sisa kebaikan mereka dengan suatu organisasi akan mengembangkan komitmen organisasi yang lebih besar (Spector, 1987 dalam Donelly et al. 2003). Kontrasnya, eksternal merasa atau mempersepsikan bahwa pilihan-pilihan lebih sedikit dan kurang mungkin untuk bertindak pada pilihan-pilihan itu, maka eksternal dapat merasa bahwa mereka tidak memiliki pilihan walaupun mereka tinggal bersama dengan organisasi yang sedang berjalan. sementara internal membuat suatu pilihan aktif untuk tetap dan komitmen mereka terhadap organisasi kemudian meningkat atau naik setelah pilihan itu. Komitmen organisasional menurut Luthans (1987) dalam (Donelly et al. 2003) ditentukan oleh nilai pribadi (usia, lama kerja, perangai atau sifat seperti pengaruh positif atau negatif, sifat pengendalian locus of control eksternal atau internal) dan organisasional (desain pekerjaan, gaya kepemimpinan seorang pengawas). Komitmen organisasional juga dihubungkan dengan perilaku disfungsional seperti tidak mau berubah yang disebabkan karena kurangnya kemampuan (Aranya & Ferris 1984, dalam Otley & Pierce, 1996). Jadi hipotesis yang diharapkan adalah : H7: Locus of control berhubungan negatif dengan komitmen organisasi sehingga menyebabkan terjadinya hubungan negatif dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. MODEL PENELITIAN Berdasarkan penelitian diatas maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Pengaruh Karakteristik. (Provita Wijayanti) 257

8 Kinerja pegawai H 2 _ H 2 _ H 5 _ H 3 + H 3 _ Locus of control H 4 + Turnover intention H 4 + H 6 + H 5 + Penerimaan dysfunctional audit behavior H 7 H 6 _ H 7 _ Komitmen organisasion al H 1 + Gambar 1 : Model Penelitian PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT METODE PENELITIAN Disain Penelitian Pada dasarnya jenis penelitian ini berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti adalah explanatory causal-comparative research yaitu penelitian untuk menguji hipotesis yang menjelaskan hubunganhubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen (Bambang Supomo & Nur Indriantoro, 2002). Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah auditor pemerintah yang yang bekerja pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Jawa Tengah dan DIY. Sedangkan alasan pemilihan lembaga audit pemerintah BPKP di Jawa Tengah dan DIY adalah: 1. Kemudahan bagi peneliti untuk mengakses informasi 2. Untuk memfokuskan penelitian pada wilayah kerja dengan indeks persepsi korupsi tertinggi dibawah Jakarta.(icw@antikorupsi.org) Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan metode penentuan sampel convenience sampling. Pendistribusian kuisioner ini dilakukan secara langsung dalam lokasi penelitian. Definisi Operasional Variabel Locus of Control Locus of control diukur dengan menggunakan jumlah skala dari total 16 item yang berasal dari studi milik Spector (1988) dalam Donelly et al. (2003). Skore yang lebih tinggi nilainya dari nilai median skore locus of control memberikan indikasi bahwa kepribadian eksternal makin besar sedangkan 258 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 :

9 skore yang lebih rendah dari nilai median skore locus of control berhubungan dengan perilaku atau sikap internal (Hyatt & Prawitt, 2001). Variabel Kinerja pegawai Variabel kinerja pegawai diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mahoney et al. (1963,1965) dalam Donelly et al. (2003). Setiap responden diminta untuk mengevaluasi kinerja mereka yang terbagi dalam enam dimensi kinerja; perencanaan; koordinasi; supervisi; representasi; dan pengaturan staff. Responden diminta untuk memberikan peringkat efektivitas yang ada secara keseluruhan dalam pertanyaan terakhir. Skore 1 menunjukkan kinerja yang jauh dibawah rata-rata atau kinerja rendah. Sedangkan skore 7 menunjukkan kinerja diatas rata-rata atau kinerja tinggi. Komitmen Organisasi Variabel komitmen organisasi diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mowday (1979) dalam Donelly et al. (2003) dengan menggunakan sembilam item pertanyaan yang diambil dari Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) dengan menggunakan skala Likert 7 poin, Responden dengan nilai 7 (sangat setuju), menunjukkan komitmen karyawan tersebut sangat tinggi. Responden yang menjawab dengan nilai 1 (sangat tidak setuju), menunjukkan komitmen karyawan tersebut sangat rendah. Keinginan Karyawan Untuk Berpindah (Turnover Intention) Variabel ini diukur dengan tiga skala tentang keinginan pegawai untuk berhenti dari pekerjaannya dinilai berdasarkan keinginan yang timbul segera yaitu timbul dalam jangka waktu 2 tahun, dan pada periode menengah yaitu lima tahun dan pada periode jangka panjang (hingga pensiun). Pendekatan multi item ini didukung oleh literatur sebelumnya (Scandura dan Viator, 1994; Rasch dan Harrell, 1990; Aranya dan Ferris, 1984 dalam Donelly et al. 2003). Item-item tersebut ditulis dalam format skala Likert tujuh poin dengan nilai 1 berarti sangat tidak setuju dan nilai 7 berarti sangat setuju, item ini memilki nilai berbalik sehingga semakin rendah nilainya mengindikasikan keinginan pegawai untuk berhenti dari pekerjaannya tinggi. Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit Variabel ini diukur dengan menggunakan 12 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Donelly, et al.(2003). Tiga bagian instrumen tentang perilaku disfungsional dibentuk untuk menangkap informasi mengenai perilaku disfungsional yang diperlukan dalam sebuah lingkungan auditing. Empat item yang behubungan dengan masing-masing jenis perilaku disfungsional disertakan. Item dalam instrumen penelitian ini dibentuk untuk mengukur bagaimana seorang auditor menerima beragam bentuk perilaku disfungsional. Item ini dibentuk dengan berdasarkan skala Likert tujuh poin yaitu nilai 1 = sangat tidak setuju dan 7 = sangat setuju. Pertanyaan akan ditulis sehingga responden dengan nilai 7 memberikan indikasi diterimanya perilaku disfungsional oleh responden dengan tingkatan yang tinggi. TEKNIK ANALISIS Uji Statistik Deskriptif Stratistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi empiris suatu data mengenai demografi responden yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum. Gambaran tersebut meliputi jenis kelamin, pendidikan, jabatan dan masa kerja.(ghozali, 2005). Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan struktural (Structural Equation Model) dengan pertimbangan bahwa SEM memiliki kemampuan untuk menggabungkan measurement model dengan structural model secara simultan dan efisien bila dibandingkan dengan teknik multivariat lainnya Hair et al. (1998). Penggunaan model persamaan tersebut dengan menggunakan pendekatan partial least square (PLS) dengan menggunakan software VisualPLS. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian Data penelitian dikumpulkan dengan membagikan sebanyak 397 kuisioner kepada responden yaitu 250 kepada auditor BPKP dikantor perwakilan Jawa Tengah dan 147 kepada auditor BPKP dikantor perwakilan DIY. Jumlah kuisioner yang kembali sebanyak 150 ekslempar. Dari jumlah tersebut yang diisi lengkap dan dapat digunakan untuk olah data Pengaruh Karakteristik. (Provita Wijayanti) 259

10 sebanyak 140 dan yang tidak dapat digunakan 10 karena tidak diisi dengan lengkap sehingga tidak dapat diolah. Dengan demikian tingkat pengembalian (respon rate) dari kuisioner yang disebarkan sebesar 37,78%. Ringkasan jumlah pengiriman dan pengembalian kuisioner dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 : Ringkasan Pengiriman dan Pengembalian Kuisioner NO Uraian Jumlah Prosentase 1 Kuisioner yang dikirim % 2 Kuisioner yang dikirim di perwakilan Jawa Tengah % 3 Kuisioner yang dikirim di perwakilan DIY % 4 Kuisioner yang tidak kembali ,2% 5 Kuisioner yang kembali ,78% 6 Kuisioner yang tidak dapat dianalisis 10 2,52% 7 Kuisioner yang dapat dianalisis ,26% Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007 Demografi Responden Jumlah responden yang dipakai untuk pengolahan data dalam penelitian ini sebanyak 140 orang. Gambaran umum mengenai profil responden dapat dilihat pada tabel 2. TABEL 2 : PROFIL RESPONDEN(N=140) No Keterangan Jumlah Prosentase 1 Gender Wanita 32 22,85% Pria ,14% Jumlah % 2 Pendidikan SMA 1 0,7% D ,71% SI 94 71,43% S2 12 7,86% Jumlah % 3 Lama bekerja Antara 1 s/d 5 tahun 1 0,7% Antara 6 s/d 10 tahun 25 17,85% Antara 11 s/d 15 tahun 28 20% Diatas 15 tahun 86 61,43% Jumlah % 4 Jabatan Auditor ahli madya 23 16,43% Auditor ahli muda 13 9,3% Auditor ahli pratama 24 17,14% Auditor penyelia 29 20,71% Auditor pelaksana lanjutan 50 35,71% Auditor pelaksana 1 0,7% Jumlah : Auditor BPKP Jateng Auditor BPKP DIY Total responden Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, ,14% 57,86% 100% 260 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 :

11 Statistik Deskriptif TABEL 3 : STATISTIK DESKRIPTIF Variabel Teoritis Sesungguhnya Standar Kisaran Median Kisaran Mean deviasi LC 16 s/d s/d 75 41,93 10,063 KO 9 s/d s/d 62 48,70 5,507 TI 3 s/d s/d 14 7,24 1,705 K 7 s/d s/d 46 36,97 3,397 PDA 12 s/d s/d 54 32,31 7,480 Sumber: Data primer Hasil Penelitian, 2007 Berdasarkan tabel 3 Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan konstruk locus of control dibawah nilai median kisaran teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum karakteristik personal responden memiliki internal locus of control. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan konstruk komitmen organisasional diatas nilai median kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik personal responden secara umum memiliki komitmen organisasional yang tinggi. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan konstruk turnover intention dibawah nilai median kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik personal responden secara umum memiliki turnover intention yang rendah. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan konstruk kinerja pegawai diatas nilai median kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik personal responden secara umum memiliki kinerja yang tinggi. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan konstruk penerimaan perilaku disfungsional audit dibawah nilai median kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa responden secara umum memiliki toleransi yang rendah terhadap perilaku disfungsional audit. TEKNIK ANALISIS Menilai Outer Model dengan Convergent Validity a.outer Model atau Measurement Model Locus of Control Variabel locus of control dijelaskan oleh 16 indikator yang terdiri dari LC 1 sampai dengan LC 16. Variabel Indikator TABEL 4 : VARIABEL LOCUS OF CONTROL Entire Sample Estimate Mean Of Subsample Standar Deviation T-Statistic LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC Pengaruh Karakteristik. (Provita Wijayanti) 261

12 Berdasarkan tabel 4 outer loading indikator LC 1, LC 2, LC 4, LC 5, LC 8, LC 12, dan LC 16 harus dikeluarkan dari model karena memiliki loading kurang dari 0,5. Selanjutnya model kita re-estimasi kembali dengan membuang indikator yang loadingnya kurang dari 0,5. Tabel 5 adalah hasil re-estimasi kembali. Berdasarkan tabel 4.5 indikator LC 3 harus dikeluarkan dari model karena memiliki loading kurang dari 0,5. Selanjutnya model kita re-estimasi kembali dan indikator loadingnya sudah lebih dari 0,5. Tabel 6. TABEL 5 : VARIABEL LOCUS OF CONTROL Variabel Indikator Entire Sample Estimate Mean Of Subsample Standar Deviation T-Statistic Lc LC LC LC LC LC LC LC LC LC TABEL 6 : VARIABEL LOCUS OF CONTROL Variabel Indikator Entire Sample Mean Of Standar Estimate Subsample Deviation T-Statistic LC LC LC LC LC LC LC LC LC b.outer Model atau Measurement Model Komitmen Organisasional Variabel komitmen organisasional memiliki 9 indikator yang terdiri dari KO 1 sampai dengan KO 9. Hasil lengkap pengolahan data dapat dilihat pada lampiran, tabel 7. Indikator KO 1 harus dikeluarkan dari model karena memiliki loading kurang dari 0,5. Selanjutnya model kita re-estimasi kembali dengan membuang indikator yang loadingnya kurang dari 0,5. Tabel JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 :

13 TABEL 7 : VARIABEL KOMITMEN ORGANISASIONAL Variabel Indikator Entire Sample Estimate Mean Of Subsample Standar Deviation T-Statistic KO KO KO KO KO KO KO KO KO KO TABEL 8 : VARIABEL KOMITMEN ORGANISASIONAL Variabel Indikator Entire Sample Estimate Mean Of Subsample Standar Deviation T-Statistic Ko KO KO KO KO KO KO KO KO c.outer Model atau Measurement Model Kinerja Pegawai Variabel kinerja pegawai memiliki 7 indikator yang terdiri dari K 1 sampai dengan K 7. Hasil lengkap pengolahan data menggunakan Visual PLS dapat dilihat pada lampiran dan tabel 9. indikator K 1 harus dikeluarkan dari model karena memiliki loading kurang dari 0,5. Selanjutnya model kita re-estimasi kembali dengan membuang indikator yang loadingnya kurang dari 0,5. Tabel 10. TABEL 9 : VARIABEL KINERJA PEGAWAI Entire Sample Mean Of Standar Indikator Estimate Subsample Deviation T- Statistic Variabel Kinerja K K K K K K K Pengaruh Karakteristik. (Provita Wijayanti) 263

14 Variabel Indikator TABEL 10 : VARIABEL KINERJA PEGAWAI Entire Sample Estimate Mean Of Subsample Standar Deviation T-Statistic Kinerja K K K K K K d.outer Model atau Measurement Model Turnover Intention Variabel turnover intention memiliki 3 indikator yang terdiri dari TI 1 sampai dengan TI 3. Hasil lengkap pengolahan data menggunakan Visual PLS dapat dilihat pada lampiran dan tabel ( Lampiran ). Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa semaua nilai outer model atau korelasi antara indikator dengan konstruk atau variabel yaitu entire sample estimate atau loading factor semuanya diatas 0,5 oleh karena itu variabel turnover intention sudah memenuhi syarat dari kecukupan model atau Convergent Validity yang baik dan dapat dilanjutkan kedalam pengolahan data. Variabel Indikator TABEL 11 : VARIABEL TURNOVER INTENTION Entire Sample Estimate Mean Of Subsample Standar Deviation T-Statistic TI TI TI TI e.outer Model atau Measurement Model Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Variabel Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit memiliki 12 indikator yang terdiri dari PDA 1 sampai dengan PDA 12. Hasil lengkap pengolahan data menggunakan Visual PLS dapat dilihat pada lampiran dan tabel 12, tabel 13 dan tabel 14. Variabel TABEL 12 : VARIABEL PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT Indikator Entire Sample Estimate Mean Of Subsample Standar Deviation T-Statistic PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 :

15 TABEL 13 : VARIABEL PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT Variabel Indikator Entire Sample Mean Of Standar Estimate Subsample Deviation T-Statistic PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA TABEL 14 : VARIABEL PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT Variabel Indikator Entire Sample Mean Of Standar T- Estimate Subsample Deviation Statistic PDA PDA PDA PDA PDA PDA PDA Menilai Outer Model dengan Composite Reliability Outer model juga dilihat dari composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk atau variabel. dapat dilihat tabel 15. Dari tabel diatas dapat dilihat nilai composite reliability untuk masing-masing konstruk sebelum eliminasi yaitu Kinerja (K) 0,901, Locus of Control (LC) 0,825, Komitmen organisasi (KO) 0,899, Turnover Intention (TI) 0,774, dan Penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) 0,819. Sedangkan sesudah eliminasi diperoleh hasil composite reliability yaitu : variabel kinerja (K) 0,918, Locus of Control (LC) 0,857, Komitmen organisasi (KO) 0,916, Turnover Intention (TI) 0,775, dan Penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) 0,863. Dari hasil diatas menunjukkan nilai composite reliability untuk masing-masing konstruk sebelum dan sesudah eliminasi diatas 0,6, dan setelah adanya eliminasi nilai composite reliability untuk masing-masing konstruk mengalami kenaikan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel atau konstruk lebih reliabel setelah dilakukan eliminasi terhadap indikator yang outer loading < 0,5. TABEL 15 : NILAI COMPOSITE RELIABILITY Variabel Composite Reliability Belum Eliminasi Sesudah Eliminasi Kriteria Kinerja 0, Baik LC 0, Baik KO Baik PDA Baik TI Baik Pengaruh Karakteristik. (Provita Wijayanti) 265

16 3. Pengujian Model Struktural (Inner Model) Pada tabel 16 menunjukkan R-Square konstruk KO sebesar 0,218, Kinerja sebesar 0,238, TI sebesar 0,600, PDA sebesar 0,532. Semakin tinggi R-Square maka semakin besar variabel independen tersebut menjelaskan variabel dependen sehingga semakin baik persamaan struktural. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dapat dilihat nilai t-statistik. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah apabila nilai t berada pada rentang nilai -1,96 s/d 1,96 maka hipotesis akan ditolak atau menerima hipotesis nol (H0). Hasil estimasi ststistik dapat dilihat pada tabel 17. TABEL 16 : NILAI R-Square Variabel R-Square LC - KO 0,218 K 0,238 TI 0,600 PDA 0,532 Variabel TABEL 17 : ESTIMASI PARAMETER DAN UJI SIGNIFIKANSI PATH Entire Sample Estimat e Mean of Subsampl es Standar d Error T- Statist ic Hipotesi s Terima / Tolak Lc->Kinerja H 2 Terima Kinerja->TI H 5 Terima Ti->Pda H 4, H 5 Terima Lc->Ko H 7 Terima Ko->Pda H 7 Tolak Kinerja->PDA H 2, H 3 Tolak Lc->Ti H 4 Terima Ko->Ti H 6 Terima Lc->Pda ,0329 H 1 Terima Ko->Kinerja H 3 Terima Hipotesis kesatu (H 1 ) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara locus of control terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit menunjukkan ada pengaruh positif sebesar 14% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate LC PDA dengan nilai 0,14) dan signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t-statistik 2,0329 nilai t-statistik diatas 1,96, sehingga penelitian ini menerima hipotesis alternatif pertama pada signifikansi ( =0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa auditor yang bekerja di BPKP wialayah Jawa Tengah dan DIY memiliki kecenderungan locus of control internal dan memberikan toleransi yang rendah terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Secara konsep teori auditor BPKP sudah memenuhi kriteria ideal yaitu lokus kendali internal harus dimiliki pada tenaga ahli yang bekerja pada sebuah lingkungan audit. (Hyatt & Prawitt, 2001). Hipotesis kedua (H 2 ) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara locus of control terhadap kinerja pegawai menunjukkan ada pengaruh negatif sebesar 31,3% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate LC K dengan nilai -0,313) dan signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t- statistik -3,983. Nilai t-statistik diatas -1,96. Sedangkan pengaruh kinerja terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) adalah negatif sebesar 11% (yaitu 266 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 :

17 berdasarkan nilai entire sample estimate K PDA dengan nilai -0,11) tetapi tidak siginfikan pada ( =0,05) yaitu (-1,6743 < - 1,96). Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa penalitian ini tidak menerima hipotesis alternatif kedua (H 2 ). Hasil ini mengindikasikan auditor dengan kecenderungan LC internal memilki kinerja yang tinggi, tetapi tingkatan kinerja pada auditor BPKP tidak menjadi faktor penerimaan perilaku disfungsioanal audit. Kondisi tersebut umum karena dilembaga sektor publik evaluasi kinerja dengan sistem rewards tidak dilakukan dengan optimal, Sehingga tingkatan kinerja tidak dapat menjadi indikator tinggi rendahnya penerimaan perilaku disfungsional audit. Hipotesis ketiga (H 3 ) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara komitmen organisasional terhadap kinerja pegawai menunjukkan ada pengaruh positif sebesar 25,6% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate KO K dengan nilai 0,256) dan signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t- statistik 2,2104. Nilai t-statistik diatas 1,96. Sedangkan pengaruh kinerja terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) adalah negatif sebesar 11% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate K PDA dengan nilai -0,11) tetapi tidak siginfikan pada ( =0,05) dengan nilai t- statistik sebesar 1,6743 Nilai t-statistik dibawah -1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak menerima hipotesis alternatif ketiga (H 3 ) pada signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan komitmen tinggi berdampak pada kinerja yang tinggi, tetapi tinggi rendahnya kinerja tidak berdampak pada tinggi rendahnya penerimaan perilaku disfungsioanal audit. Hipotesis keempat (H 4 ) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara locus of control terhadap turnover intention menunjukkan ada pengaruh positif sebesar 50,1% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate LC TI dengan nilai 0,501) dan signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t- statistik 8,983. Nilai t-statistik diatas 1,96. Sedangkan pengaruh turnover intention terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) adalah positif sebesar 47,6% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate TI PDA dengan nilai 0,476) dan siginfikan pada ( =0,05) dengan nilai t-statistik sebesar 5,894. Nilai t-statistik diatas 1,96. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif keempat (H 4 ) diterima pada signifikansi ( =0,05). Hasil ini sejalan dengan penelitian Malone & Robert (1996) yaitu auditor dengan LC internal memliki turnover intention yang rendah dan cenderung memberikan toleransi yang rendah terhadap perilaku disfungsioanal audit. Hipotesis kelima (H 5 ) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara kinerja pegawai terhadap turnover intention menunjukkan ada pengaruh negatif sebesar 17,6 % (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate K TI dengan nilai -0,176) dan signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t- statistik sebesar -3,3717. Nilai t-statistik diatas -1,96. Sedangkan pengaruh turnover intention terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) adalah positif sebesar 47,6% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate TI PDA dengan nilai 0,476) dan signfikan pada ( =0,05) dengan nilai t-statistik sebesar 5,894. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif kelima (H 5 ) diterima pada signifikansi ( =0,05). Hasil ini menunjukkan auditor dengan kinerja rendah akan melakukan penerimaan perilaku disfungsional audit ketika ada keinginan untuk keluar dari instansi tempat auditor bekerja. Hipotesis keenam (H 6 ) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara komitmen organisasional terhadap turnover intention menunjukkan ada pengaruh negatif sebesar 27,3% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate KO TI dengan nilai -0,273) dan signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t- statistik Nilai t-statistik diatas -1,96. Sedangkan pengaruh turnover intention terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) adalah positif sebesar 47,6% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate TI PDA dengan nilai 0,476) dan siginfikan pada ( =0,05) dengan nilai t-statistik sebesar 5,894. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif keenam (H 6 ) diterima pada signifikansi ( =0,05). Hasil ini menunjukkan tingginya komitmen organisasional akan meminimalkan keinginan untuk pindah kerja yang akan berdampak pada rendahnya penerimaan perilaku disfungsioanal audit. Hipotesis ketujuh (H 7 ) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara locus of control terhadap komitmen organisasional menunjukkan ada pengaruh Pengaruh Karakteristik. (Provita Wijayanti) 267

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajad S-2 Magister Sains Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Provita Wijayanti NIM : C4C005146

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajad S-2 Magister Sains Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Provita Wijayanti NIM : C4C005146 PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah Yang bekerja di BPKP Di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta) TESIS Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi auditor mengalami banyak kemajuan dan mulai banyak dibutuhkan baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan dikeluarkannya PP 60 Tahun 2008 mengakibatkan tuntutan dan tantangan berat bagi auditor pemerintah untuk menghasilkan audit yang berkualitas, mewujudkan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang mengandung sejumlah data yang dapat dikaji sebagai bahan penelitian (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI. Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Auditing Dalam melakukan tugasnya, auditor harus mengikuti aturan yang berlaku yaitu Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia. Standar auditing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia bisnis, kebutuhan akan penggunaan jasa akuntan publik dewasa ini semakin meningkat, terutama kebutuhan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan pentingnya pemahaman faktor internal individu terhadap penerimaan perilaku audit disfungsional, motivasi penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi penggunanya terutama investor, kreditor, dan pemerintah sehingga permintaan akan laporan hasil audit sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (KAP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang telah terdaftar

BAB III METODE PENELITIAN. (KAP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang telah terdaftar BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang telah terdaftar dalam

Lebih terperinci

LOCUS OF CONTROL SEBAGAI ANTESEDEN HUBUNGAN KINERJA PEGAWAI DAN PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

LOCUS OF CONTROL SEBAGAI ANTESEDEN HUBUNGAN KINERJA PEGAWAI DAN PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT LOCUS OF CONTROL SEBAGAI ANTESEDEN HUBUNGAN KINERJA PEGAWAI DAN PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi pada auditor pemerintah yang bekerja pada BPKP di Jawa Tengah dan DIY) DRA.INDRI KARTIKA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes (2012:4) Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah Profesi akuntan di Indonesia sangat terkenal sebagai jasa atas pengauditan laporan keuangan perusahaan oleh auditor dan jasa ini disediakan oleh Kantor Akuntan Publik

Lebih terperinci

ANALISIS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR: SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

ANALISIS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR: SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR JDA Vol. 3, No. 2, September 2011, pp. 67-76 ISSN 2085-4277 http://journal.unnes.ac.id/index.php/jda ANALISIS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR: SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR Agus Wahyudin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada OJK. Sampel dari penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

Keyword : dysfunctional audit behavior, locus of control, organizational commitment, performance, turnover intention

Keyword : dysfunctional audit behavior, locus of control, organizational commitment, performance, turnover intention 1 PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jawa Tengah) Oleh : Agusta Eka Baskara 1 Ardiani Ika S 2 Fakultas Ekonomi Universitas Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntan memiliki peran yang sangat penting dalam penyajian informasi keuangan yang disajikan secara relevan dan andal oleh sebuah instansi atau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Pengertian Audit Komite konsep audit dasar (committee on auditing concepts) telah merumuskan definisi umum dari audit: Audit

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan atas hasil

Lebih terperinci

Accounting Analysis Journal

Accounting Analysis Journal AAJ 3 (1) (2014) Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT: PENERIMAAN AUDITOR BPK RI JATENG Ramadhani Nurul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya

Lebih terperinci

Kata kunci: tekanan anggaran waktu, locus of control, sifat Machiavellian, pelatihan auditor, perilaku disfungsional auditor

Kata kunci: tekanan anggaran waktu, locus of control, sifat Machiavellian, pelatihan auditor, perilaku disfungsional auditor Judul : Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control, Sifat Machiavellian dan Pelatihan Auditor sebagai Anteseden Perilaku Disfungsional Auditor (Studi Kasus pada BPKP RI Perwakilan Provinsi Bali) Nama : Ni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi, akan tetapi tidak serta merta laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan membutuhkan jasa audit akuntan publik, hal ini disebabkan karena perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya kepada pihak luar yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas di Indonesia. Syakhroza (2003) dalam Wulandari (2009) mendefinisikan GCG sebagai suatu mekanisme

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Atribusi Teori atribusi memberikan penjelasan proses bagaimana kita menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR Dwi Harini 1 Agus Wahyudin 2 Indah Anisykurlillah 3 ABSTRACT This research is aimed at finding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang memiliki kompeten, tidak memihak, dan objektif, yang disebut akuntan publik atau lebih dikenal

Lebih terperinci

Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional...

Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional... Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Empiris Pada Auditor Pemerintah yang Bekerja di BPK Perwakilan Sumatera Bagian Selatan) Jenis Sesi Paper:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel. Hal ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Data Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel. Hal ini dilakukan karena penelitian tidak mungkin dilakukan terhadap seluruh anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit dalam sektor publik merupakan landasan untuk dapat dilakukannya tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif mengenai apakah

Lebih terperinci

LOCUS OF CONTROL, TIME BUDGET PRESSURE DAN PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT. Nadirsyah. Intan Maulida Zuhra ABSTRACT

LOCUS OF CONTROL, TIME BUDGET PRESSURE DAN PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT. Nadirsyah. Intan Maulida Zuhra ABSTRACT JURNAL TELAAH & RISET AKUNTANSI Vol. 2. No. 2 Juli 2009 Hal. 104-116 LOCUS OF CONTROL, TIME BUDGET PRESSURE DAN PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT Nadirsyah Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Intan

Lebih terperinci

PENGARUH LOCUS OF CONTROL

PENGARUH LOCUS OF CONTROL 1 PENGARUH LOCUS OF CONTROL, RELATIVISM, KOMITMEN ORGANISASI, KINERJA DAN TURNOVER INTENTION TERHADAP DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jawa Tengah) Oleh : Novida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan Indonesia mengalami tantangan yang semakin berat di masa mendatang. Seiring dengan semakin mengglobalnya keadaan ekonomi, akan mudah terjadi perpindahan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, maka dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terletak di Jakarta. Responden yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB V KESIMPULAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009. 158 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor personal auditor internal pemerintah yang terdiri dari kompetensi auditor, independensi auditor, akuntabilitas auditor,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terlebih dahulu menghubungi bagian HRD melalui telepon untuk menanyakan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terlebih dahulu menghubungi bagian HRD melalui telepon untuk menanyakan BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Deskripsi Data 4.1.1 Deskripsi Lokasi Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP berafiliasi. Peneliti terlebih dahulu menghubungi bagian HRD melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan dunia usaha telah semakin berkembang. Semua bidang usaha berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik sehingga diperlukan pula usaha dari setiap bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk

Lebih terperinci

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman...

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman... DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman... http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERIMAAN AUDITOR ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (Weningtyas dkk, 2006). a. Mengurangi jumlah sampel dalam audit. b. Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (Weningtyas dkk, 2006). a. Mengurangi jumlah sampel dalam audit. b. Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Prodi

Lebih terperinci

TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL: MENGUJI KEEFEKTIVAN PENERIMAAN SISTEM INFORMASI TERPADU (SISTER) DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS JEMBER

TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL: MENGUJI KEEFEKTIVAN PENERIMAAN SISTEM INFORMASI TERPADU (SISTER) DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS JEMBER TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL: MENGUJI KEEFEKTIVAN PENERIMAAN SISTEM INFORMASI TERPADU (SISTER) DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS JEMBER Peneliti : Kartika 1 Mahasiswa Terlibat : - Sumber Dana : DIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan cara untuk menggambarkan dan menyajikan informasi dari sejumlah data. Dengan statistik deskriptif data mentah diubah menjadi

Lebih terperinci

FAJAR DWI NUGROHO B

FAJAR DWI NUGROHO B PENGARUH TIME PRESSURE, RISIKO AUDIT, LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN PROFESI TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (Survey pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku profesional akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior). Perilaku

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif

BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit. Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat dianjurkan dalam penggunaannya. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/ Subyek Penelitian Populasi yang dijadikan obyek penelitian ini adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Yogyakarta, Surakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 POPULASI DAN SAMPEL 3.1.1 Populasi Populasi adalah sebuah kumpulan dari semua kemungkinan orangorang, benda-benda dan ukuran lain dari objek yang menjadi perhatian (Suharyadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk menguji dan membuktikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa perusahaan dagang dan jasa di Jakarta yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi auditor mengalami banayak kemajuan dan mulai banyak dibutuhkan baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat.

Lebih terperinci

Lampiran 2 (Lanjutan) 79. Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Lampiran 2 (Lanjutan) 79. Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya Lampiran 2 (Lanjutan) 79 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No Peneliti/Judul Variabel Uji Sampel Model Analisis Hasil Penelitian 1 Kelley dan Seiler Deskriptif 1) Tekanan anggaran (1982)/Auditor Stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suatu teori dalam penelitian memegang peranan penting yang berfungsi untuk merumuskan hipotesis dan menjelaskan suatu fenomena. Oleh sebab itu, teori yang digunakan harus mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan permasalahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang

Lebih terperinci

By: Meilda Wiguna Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia

By: Meilda Wiguna Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL, AFFECTIVE PROFESSIONAL COMMITMENT, CONTINUANCE PROFESSIONAL COMMITMENT AND NORMATIVE PROFESSIONAL COMMITMENT TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR (Empirical Study on Representation

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Hasil Penelitian Responden dalam penelitian ini yaitu mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara. Penyebaran kuesioner dilakukan menggunakan penyebaran secara

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. banyaknya lembaga pengawasan yang berbanding terbalik dengan masih

Bab I. Pendahuluan. banyaknya lembaga pengawasan yang berbanding terbalik dengan masih 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Selama ini masyarakat selalu memandang bahwa peran auditor pemerintah tidak berjalan sesuai fungsinya. Hal tersebut didasarkan pada kontradiksi antara banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen.

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen. BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Alamat: Jalan Lingkar Selatan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL DAN SUBYEK PENILAI KINERJA AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL DAN SUBYEK PENILAI KINERJA AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL DAN SUBYEK PENILAI KINERJA AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR 1. PENDAHULUAN Munculnya kasus fraud pada perusahaan, seperti kasus Enron (2001) diketahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitiannya adalah Semarang. B. Populasi dan

Lebih terperinci

Accounting Analysis Journal

Accounting Analysis Journal AAJ 3 (3) (2014) Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj DETERMINAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN LAYANAN UMUM DI JAWA TENGAH DAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk menentukan

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta) PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory research).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory research). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory research). Menurut Singarimbun dan Effendi (1995: 5) dalam Liyana (2015: 48), penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disimak karena perubahan yang ada sangat mempengaruhi roda usaha dan juga

BAB I PENDAHULUAN. disimak karena perubahan yang ada sangat mempengaruhi roda usaha dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tidak dapat dipungkiri bahwa 69 tahun bangsa ini merdeka telah membawa perubahan pada perekonomian Indonesia. Hal ini sangatlah menarik untuk perlu terus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 1.1.1 Teori U Terbalik (Inverted U Theory) Teori kurva U terbalik adalah model yang paling banyak digunakan untuk menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik merupakan suatu entitas yang menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan pemeriksaan laporan keuangan. Perusahaan yang membutuhkan jasa akuntan

Lebih terperinci

(Empirical Study on Representation of Auditor at Pekanbaru and Padang) By: Meilda Wiguna

(Empirical Study on Representation of Auditor at Pekanbaru and Padang) By: Meilda Wiguna INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL, AFFECTIVE PROFESSIONAL COMMITMENT, CONTINUANCE PROFESSIONAL COMMITMENT AND NORMATIVE PROFESSIONAL COMMITMENT TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR (Empirical Study on Representation

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak.

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak. BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai pengaruh perilaku oportunistik, etika dan komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran. Berdasarkan teori yang dipaparkan,

Lebih terperinci

Rizqa Anita, Rita Anugerah & Zulbahridar

Rizqa Anita, Rita Anugerah & Zulbahridar ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI WILAYAH SUMATERA) Rizqa Anita, Rita Anugerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah metode purposive sampling dimana sampel dipilih sesuai

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah metode purposive sampling dimana sampel dipilih sesuai 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data primer. Data primer diperoleh dari kuisioner yang disebarkan berupa pernyataanpernyataan

Lebih terperinci

PERSEPSI AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DYSFUNCTIONAL AUDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT

PERSEPSI AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DYSFUNCTIONAL AUDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT PERSEPSI AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DYSFUNCTIONAL AUDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT Reni Ratnawati Fakultas Ekonomi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta Email:reni_ratnwati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi lingkungan yang cepat berubah, suatu perusahaan dituntut untuk meningkatkan efektifitas sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis hubungan antara variabel bebas dan terikat, konsep penelitian, dan hipotesis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009. 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Yogyakarta yaitu sebanyak 48 SKPD. Dari populasi ditarik sejumlah sampel,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang hasil pengukuran sampelnya akan mengeneralisasikan populasi dari obyek

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang hasil pengukuran sampelnya akan mengeneralisasikan populasi dari obyek BAB 3 METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain survey. Survey adalah penelitian yang hasil pengukuran sampelnya akan mengeneralisasikan populasi dari obyek yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dalam mencapai maksudnya. Dalam penelitian ini, metode menjadi alat bantu

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dalam mencapai maksudnya. Dalam penelitian ini, metode menjadi alat bantu BAB III METODA PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metodologi merupakan pengetahuan atau uraian mengenai metode. Metode itu sendiri merupakan cara kerja yang sistematis untuk mempermudah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian mulai dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi akan memberikan penjelasan mengenai bagaimana cara menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang.

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Pelayanan Cabang Terhadap Kinerja Operasional Karyawan pada PT. Taspen (Persero) Cabang Palembang

Analisis Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Pelayanan Cabang Terhadap Kinerja Operasional Karyawan pada PT. Taspen (Persero) Cabang Palembang 18 ISSN: 2407-1102 Analisis Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Pelayanan Cabang Terhadap Kinerja Operasional Karyawan pada PT. Taspen (Persero) Cabang Palembang Rachman Saputra* 1, Sang Aji 2, Ervi Cofriyanti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Direktorat Jendral Pajak (DJP) merupakan Direktorat Jendral di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

Lebih terperinci

PENERIMAAN AUDITOR TERHADAP PERILAKU AUDIT DISFUNGSIONAL: SUATU MODEL PENJELASAN DENGAN MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

PENERIMAAN AUDITOR TERHADAP PERILAKU AUDIT DISFUNGSIONAL: SUATU MODEL PENJELASAN DENGAN MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR PENERIMAAN AUDITOR TERHADAP PERILAKU AUDIT DISFUNGSIONAL: SUATU MODEL PENJELASAN DENGAN MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR (Studi Empiris pada Auditor Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta) TESIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program S1 Akuntansi di Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program S1 Akuntansi di Kota 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program S1 Akuntansi di Kota Bandarlampung. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada universitas yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. mencapai tujuan penelitian. Pembahasan diawali dengan menjelaskan rancangan

BAB IV METODE PENELITIAN. mencapai tujuan penelitian. Pembahasan diawali dengan menjelaskan rancangan BAB IV METODE PENELITIAN Bab IV menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Pembahasan diawali dengan menjelaskan rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi peningkatan kegiatan usaha perusahaan. Peningkatan kegiatan usaha tersebut disertai dengan semakin kompleksnya

Lebih terperinci