Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan berkat dan karunia-nya Badan Narkotika Nasional (BNN) dapat menyelesaikan Laporan Kinerja BNN Tahun 2015 sesuai dengan waktu yang ditentukan. Laporan kinerja merupakan bagian dari upaya BNN dalam rangka penguatan kinerja dan pemenuhan kewajiban lembaga/badan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Di samping itu laporan ini menjadi bentuk pertanggungjawaban BNN atas pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam membantu Presiden Republik Indonesia, menyelenggarakan pemerintahan melalui pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Laporan kinerja BNN tahun 2015 merupakan laporan kinerja BNN tahun pertama dalam periode RPJMN tahun Laporan kinerja ini menyajikan tingkat pencapaian sasaran strategis BNN sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran Secara umum BNN dapat menjadi motor dalam menahan laju prevalensi 0,05% per tahun sesuai target yang telah ditetapkan dalam RPJMN yaitu dengan perolehan mampu menahan laju prevalensi sebesar 0,02% (2,18/2014 2,20%/2015). Diharapkan laporan ini dapat memberi gambaran objektif tentang kinerja yang telah dihasilkan BNN dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan penilaian keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program/kegiatan. i

20 Pada akhirnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Kinerja BNN tahun 2015, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan perlindungan kepada kita dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. ii

21 RINGKASAN LAPORAN KINERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2015 Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Badan Narkotika Nasional (BNN) telah menetapkan target dan sasaran kinerja yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Adapun realisasi target kinerja BNN Tahun 2015 yang ditetapkan melalui 7 (tujuh) Sasaran Strategis dengan 23 (dua puluh tiga) Indikator Kinerja Utama, adalah sebagai berikut: Sasaran Strategis BNN adalah: Menahan laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba setiap tahun sebesar 0,05%. Hasil penelitan BNN bekerjasama dengan Puslit Kesehatan UI Tahun 2015, diperoleh hasil prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia sebesar 0,02% (160%). Keberhasilan menahan laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba dibawah target merupakan komposit capaian Bidang Pencegahan, Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Rehabilitasi, Bidang Pemberantasan dan Bidang Hukum dan kerjasama yang didukung peran serta Kementerian/ Lembaga/Instansi dan Komponen Masyarakat lainnya sebagai implementasi Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun Gambaran capaian sasaran strategis BNN lainnya adalah: 1. Bidang Pencegahan dengan 5 Indikator Kinerja Utama, sebagai berikut: a. Persentase ibu hamil yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba target 75% tercapai sebesar 81% (108%). b. Persentase masyarakat rentan yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba target 80% tercapai sebesar 82,1% (102,6%). c. Persentase pelajar yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba target 80% tercapai sebesar 80,2% (100,2%). iii

22 d. Persentase mahasiswa yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba target 70% tercapai sebesar 81,5% (116,4%). e. Persentase pekerja yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba target 50% tercapai sebesar 85,6% (171,2%). 2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dengan 5 indikator kinerja utama, sebagai berikut: a. Jumlah pengguna narkoba yang lapor diri ke IPWL target orang tercapai sebesar orang (48,5%). b. Jumlah lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi milik masyarakat yang terbentuk target 94 lembaga tercapai sebesar 161 lembaga (171,3%). c. Jumlah informasi masyarakat tentang peredaran gelap narkoba target orang tercapai sebesar orang (77,1%). d. Jumlah penggiat (relawan) aktif yang melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkoba target penggiat tercapai sebesar penggiat (123,1%). e. Jumlah kelompok masyarakat rentan yang bersih narkoba melalui pemberdayaan alternatif target 240 Pokmas tercapai sebesar 170 Pokmas (70,83%). 3. Bidang Rehabilitasi dengan 3 indikator kinerja utama sebagai berikut: a. Jumlah pecandu narko-ba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah target orang tercapai sebesar orang (61,9%). b. Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat target orang tercapai sebesar orang (106,6%). iv

23 c. Pecandu narkoba yang telah mendapatkan rehabilitasi dan kembali produktif dalam kehidupan bermasyarakat target orang tercapai sebesar orang (49,7%). 4. Bidang Pemberantasan dengan 4 indikator kinerja utama sebagai berikut: a. Jumlah jaringan sindikat kejahatan narkoba yang terungkap target 20 jaringan tercapai sebesar 20 jaringan (100%). b. Jumlah kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terungkap dan diselesaikan (P.21) target 278 kasus tercapai sebesar 394 kasus (141,7%). c. Jumlah kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait tindak pidana peredaran gelap narkoba yang diselesaikan (P.21) target 14 kasus tercapai sebesar 7 kasus (50%). d. Nilai aset jaringan sindikat kejahatan narkoba yang disita target milyar tercapai sebesar milyar (146%). 5. Bidang Hukum dan Kerjasama dengan 3 indikator kinerja utama dengan uraian sebagai berikut: a. Jumlah produk hukum bidang P4GN yang diundangkan target 6 produk tercapai sebesar 8 produk (133,3%). b. Jumlah kasus yang memperoleh pembelaan hukum target 5 kasus tercapai sebesar 7 kasus (140%). c. Persentase efektivitas kerjasama bidang P4GN target 50% tercapai sebesar 84,7% (169,4%). 6. Sekretariat BNN terdiri 2 indikator kinerja utama dengan uraian sebagai berikut: a. Nilai Akuntabilitas Kinerja BNN target nilai B tercapai B (100%). b. Nilai kinerja anggaran BNN target 81 tercapai sebesar 84,34 (104,1%). v

24 Dari 23 Indikator Kinerja Utama (IKU) BNN Tahun 2015, 15 melebihi target, 2 sangat baik, 2 baik, 1 cukup, dan 3 kurang. Jika dibagi dari 23 IKU BNN Tahun 2015 capaian kinerja adalah rata-rata sebesar 110,95%. Pagu anggaran BNN tahun 2015 (Program Dukungan Manajemen dan Program Teknis) sebesar Rp ,- dengan realisasi penyerapan anggaran sebesar Rp ,- prosentase realisasi penyerapan anggaran sebesar 80,66%. vi

25 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. RINGKASAN SINGKAT LAPORAN KINERJABNN TAHUN DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GRAFIK i iii vii ix x BAB I PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum. 3 C. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan.. 3 D. Struktur Organisasi 6 E. Sistematika Penyajian.. 7 BAB II PERJANJIAN KINERJA... 8 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BNN. 12 A. Capaian Kinerja Organisasi B. Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP.. 78 LAMPIRAN 1. Perjanjian Kinerja BNN Tahun Lokasi dan Jumlah RespondenMonitoring Evaluasi Program dan Kegiatan BNN pada Elemen Masyarakat RentanTA Hasil Monitoring Evaluasi Program dan Kegiatan BNN pada Elemen Masyarakat Rentan TA Lokasi dan Jumlah Responden Monitoring Evaluasi Program dan Kegiatan BNN pada Elemen Pelajar TA Hasil Monitoring Evaluasi Program dan Kegiatan BNN pada Elemen Pelajar TA vii

26 6. Lokasi dan Jumlah Responden Monitoring Evaluasi Program dan Kegiatan BNN pada Elemen Mahasiswa TA Hasil Monitoring Evaluasi Program dan Kegiatan BNN pada Elemen Mahasiswa TA Lokasi dan Jumlah Responden Monitoring Monitoring Evaluasi Program dan Kegiatan BNN pada Elemen Pekerja TA Lokasi dan Jumlah Responden MonitoringLokasi dan Jumlah Responden Monitoring Evaluasi Program dan Kegiatan BNN pada Elemen Pekerja TA Data Penjangkauan BNNP Se-Indonesia Jumlah Lembaga Rehabilitasi dan Pasca Rehabilitasi Milik Masyarakat yangterbentuk Jumlah Informasi Masyarakat tentang Peredaran Gelap Narkotika Jumlah Penggiat (Relawan) Aktif yang Melaksanakan Pencegahan Penyalah Guna Narkoba Jumlah Pecandu Narkoba yang Menerima Layanan dan Selesai MengikutiProgram Rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Tahun Jumlah Pecandu Narkoba yang Menerima Layanan dan Selesai MengikutiProgram Rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat Tahun Jumlah Pecandu Narkoba yang Kembali Produktif Tahun Jumlah Jaringan Tindak Pidana Peredaran Gelap Narkoba yang Terungkap Jumlah Kasus Tindak Pidana Peredaran Gelap Narkoba yang Terungkap dan Diselesaikan (P.21) Jumlah Kasus Tindak Pidana Pencucian Uang yang Terungkap dan Diselesaikan (P.21) Jumlah Barang Bukti Kasus Tindak Pidana Pencucian Uang yang Berhasil Disita Tahun Jumlah Produk Hukum yang Diundangkan Tahun Jumlah Kerjasama yang telah Dilaksanakan Tahun Hasil Pengukuran Aspek Manfaat Melalui Monitoring Evaluasi Program dan Kegiatan BNN pada 10 Elemen Masyarakat di 10 Provinsi TA viii

27 DAFTAR TABEL Tabel 1 Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran Tabel 2 Realisasi Capaian Kinerja BNN Tahun Tabel 3 Data penyalah guna Narkoba di Indonesia Tahun 2008, 2011, 2014 dan Tabel 4 Jumlah Responden Kelompok Sasaran Ibu Hamil Tahun Tabel 5 Prosentase Hasil Pengukuran Kelompok Sasaran Ibu Hamil Tahun Tabel 6 Prosentase Hasil Pengukuran Kelompok Sasaran Ibu Hamil di Kota Batam Tahun Tabel 7 Prosentase Hasil Pengukuran Kelompok Sasaran Ibu Hamil Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun Tabel 8 Segmen Pengukuran Masyarakat Rentan yang Berperilaku Hidup Sehat dan Tidak Menyalahgunakan Narkoba Tahun Tabel 9 Segmen Pengukuran Pelajar yang Berperilaku Hidup Sehat dan Tidak Menyalahgunakan Narkoba Tahun Tabel 10 Segmen Pengukuran Mahasiswa yang Berperilaku Hidup Sehat dan Tidak Menyalahgunakan Narkoba Tahun Tabel 11 Segmen Pengukuran Pekerja yang Berperilaku Hidup Sehat dan Tidak Menyalahgunakan Narkoba Tahun Tabel 12 Capaian angka pecandu narkoba yang kembali produktif dalam kehidupan bermasyarakat Tabel 13 Perbandingan Nilai Hasil Capaian Kinerja Tahun 2015 dengan Tahun-Tahun Sebelumnya ix

28 DAFTAR GRAFIK Grafik 1 % pelajar yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Grafik 2 % mahasiswa yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Grafik 3 % pekerja yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Grafik 4 Jumlah pecandu narkoba yang menerima layanan dan selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Tahun Grafik 5 Jumlah pecandu narkoba yang menerima layanan dan selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat Tahun Grafik 6 Jumlah jaringan sindikat kejahatan narkoba yang terungkap Grafik 7 Jumlah kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terungkap dan diselesaikan (P.21) Grafik 8 Nilai aset jaringan sindikat kejahatan narkoba yang disita Grafik 9 % nilai kerja anggaran BNN Grafik 10 Realiasi Anggaran Program Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya Grafik 11 Realiasi Anggaran Program Pencegahan dan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba x

29 BAB I PENDAHULUAN

30 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang melanda dunia berimbas juga ke tanah air, perkembangannya begitu pesat sehingga sangat mengkhawatirkan. Narkoba juga sudah menyebar sampai ke pelosok pedesaan dan telah mengorbankan ribuan bahkan jutaan jiwa anak bangsa akibat terjerat narkoba. Berdasarkan data yang ada di BNN, tidak satu Kabupaten/Kota di Indonesia yang terbebas dari masalah narkoba. Narkoba dan obat-obatan psikotropika sudah merambah ke segala lapisan masyarakat Indonesia. Yang menjadi sasaran bukan hanya tempat-tempat hiburan malam, tetapi sudah merambah ke daerah pemukiman, kampus, ke sekolah-sekolah, rumah kost, dan bahkan di lingkungan rumah tangga. Korban penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin bertambah dan tidak terbatas pada kalangan kelompok masyarakat yang mampu, mengingat harga narkoba yang tinggi, tetapi juga sudah merambah kekalangan masyarakat ekonomi rendah. Hal ini dapat terjadi karena komoditi narkoba memiliki banyak jenis, dari yang harganya paling mahal hingga paling murah. Mencermati perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba akhir-akhir ini, telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan, sehingga menjadi persoalan kenegaraan yang mendesak. Karena penyalahgunaan narkoba bukan hanya orang dewasa, mahasiswa tetapi juga pelajar SMU sampai pelajar setingkat SD. Dikatakan, remaja merupakan golongan yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba karena selain memiliki sifat dinamis, energik, selalu ingin tahu. Mereka juga mudah tergoda dan putus asa sehingga mudah jatuh pada masalah penyalahgunaan narkoba. 1

31 Kondisi tersebut di atas menjadi dasar pemerintah menetapkan Indonesia darurat narkoba, dengan cara meningkatkan sosialisasi dan kampanye anti narkoba, meningkatkan penegakan hukum secara tegas dan tidak pandang bulu, sedangkan bagi yang sudah terlanjur menjadi penyalah guna narkoba, pemerintah mengalokasikan anggaran rehabilitasi kepada penyalah guna narkoba. Di samping itu seluruh elemen masyarakat Indonesia dituntut untuk semakin gigih melakukan berbagai upaya strategis untuk menangani permasalahan narkoba di Indonesia. Dampak penanganan permasalahan narkoba di Indonesia khususnya dalam Program Indonesia Bebas Narkoba 2015 menunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil menahan laju penyalahgunaan narkoba di bawah 2,8% di akhir tahun 2015 yaitu 2,2% (hasil penelitian BNN bekerja sama dengan Puslitkes-UI tahun 2015). Khusus capaian Indonesia dalam penanganan permasalahan narkoba di tahun pertama (2015) RPJMN telah menunjukkan keberhasilan menahan laju penyalahgunaan narkoba di bawah 0,05% yaitu 0,02% (2,18%/2014 2,20%/2015). Meskipun menunjukkan keberhasilan dalam menahan laju penyalahgunaan narkoba, Indonesia masih tetap harus waspada untuk melakukan P4GN yang signifikan secara komprehensif dan sinergi. Apabila hal ini tidak dilakukan maka laju penyalahgunaan narkoba akan lebih dari target yang telah ditetapkan dalam RPJMN. Dengan hasil yang telah dicapai tersebut di atas khususnya berkaitan pelaksanaan program dan kegiatan Tahun Anggaran 2015, BNN berkewajiban melaporkan Kinerja kepada Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini disusun sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 2

32 B. Dasar Hukum. 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 5. Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. 6. Peraturan Presiden RI Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). 7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. 8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16 Tahun 2014 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional. 9. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. C. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan. 1. Kedudukan. Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BNN dipimpin oleh seorang Kepala. 2. Tugas. a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. 3

33 b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. g. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkoba. h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor Narkotika. i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. Selain tugas sebagaimana dimaksud, BNN juga bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan danperedaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. 3. Fungsi. Dalam melaksanakan tugasnya, BNN menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN. b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria P4GN. c. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN. 4

34 d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang P4GN. e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, Rehabilitasi, Hukum dan Kerja Sama. f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN. g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN. h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN. i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta masyarakat. j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan peredaran gelap Narkoba. k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang Narkoba. l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahgunaan dan / atau pecandu Narkoba. m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkoba yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang teruji keberhasilannya. o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN. p. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di bidang P4GN. 5

35 q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN. r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN. s. Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode etik profesi penyidik BNN. t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN. u. Pelaksanaan pengujian Narkoba. v. Pengembangan laboratorium uji Narkoba. w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN. 4. Kewenangan. Kewenangan BNN secara umum terlihat secara implisit pada tugasnya, namun kewenangan yang dikhususkan oleh undang-undang adalah tugas dalam melaksanakan pemberantasan jaringan sindikat Narkoba, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan. D. Struktur Organisasi. Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Kepala BNN Nomor 16 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional adalah sebagai berikut: 1. Kepala BNN; 2. Sekretariat Utama; 3. Deputi Bidang Pencegahan; 4. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat; 5. Deputi Bidang Pemberantasan; 6. Deputi Bidang Rehabilitasi; 7. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama; 8. Inspektorat Utama; 9. Pusat Penelitian, Data, dan Informasi; dan 10. Instansi Vertikal. 6

36 STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL KEPALA ITTAMA SETTAMA DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN DEPUTI BIDANG DAYAMAS DEPUTI BIDANG BERANTAS DEPUTI BIDANG REHABILITASI DEPUTI BIDANG HUKUM & KERMA PUS LITDATIN BNNP BNNK/KOTA E. Sistematika. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) di bidang P4GN ini disusun dengan sistimatika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan. Bab II Perjanjian Kinerja. Bab III Akuntabilitas Kinerja. Bab IV Penutup. Lampiran 1. Perjanjian Kinerja 2. Lain-lain yang dianggap perlu 7

37 BAB II PERJANJIAN KINERJA

38 BAB II PERJANJIAN KINERJA Target penanganan permasalahan narkoba seperti yang tercantum dalam RPJMN adalah menahan laju prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 0,05% per tahun. Dari 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan pada RPJMN yang menjadi agenda nawacita, terkait dengan BNN memiliki sasaran antara lain: 1. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya (nawacita keempat). 2. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (nawacita kelima). 3. Melakukan revolusi karakter bangsa (nawacita kedelapan). Keberhasilan BNN mengungkap berbagai jaringan kasus narkoba baik nasional maupun internasional, membuktikan penegakan hukum yang dilakukan oleh BNN sebagai salah satu wujud nyata dalam memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. Keberhasilan BNN menjalankan program pencegahan dan rehabilitasi secara masif membuktikan bahwa BNN berhasil meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dan melakukan revolusi karakter bangsa dengan tidak terlibat dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Penjabaran keberhasilan tersebut di atas merupakan implementasi dari RKP 2015, Renstra , Renja 2015, dan Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran Adapun Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2015 sebagaimana tabel di bawah ini. 8

39 Tabel 1. Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2015 Kementerian/Lembaga : Badan Narkotika Nasional Tahun Anggaran : 2015 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Terkendalinya angka Laju Peningkatan Prevalensi 0,05% prevalensi penyalahgunaan Penyalahgunaan Narkoba narkoba 2. Meningkatnya masyarakat yang berperilaku hidup sehat tanpa penyalahgunaan narkoba 3. Meningkatnya kesadaran, partisipasi, dan kemandirian masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Persentase ibu hamil yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Persentase masyarakat rentan yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Persentase pelajar yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Persentase mahasiswa yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Persentase pekerja yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Jumlah pengguna narkoba yang lapor diri ke IPWL Jumlah lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi milik masyarakat yang terbentuk Jumlah informasi masyarakat tentang peredaran gelap narkoba Jumlah penggiat (relawan) aktif yang melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkoba Jumlah kelompok masyarakat rentan yang bersih narkoba melalui pemberdayaan alternatif 75% 80% 80% 70% 50% Orang 94 Lembaga Informasi Penggiat 240 Pokmas 9

40 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Meningkatnya pecandu narkoba yang direhabilitasi pada Rehabilitasi Pemerintah Komponen Lembaga Instansi maupun Masyarakat dan mantan pecandu narkoba yang menjalani pasca rehabilitasi 5. Meningkatnya pengungkapan jaringan sindikat kejahatan narkoba dan penyitaan aset jaringan sindikat kejahatan narkoba 6. Meningkatnya produk dan layanan hukum serta kerjasaman nasional dan internasional bidang P4GN Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat Angka pecandu narkoba yang telah mendapatkan rehabilitasi dan kembali produktif dalam kehidupan bermasyarakat Jumlah jaringan sindikat kejahatan narkoba yang terungkap Jumlah kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terungkap dan diselesaikan (P.21) Jumlah kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait tindak pidana peredaran gelap narkoba yang diselesaikan (P.21) Nilai aset jaringan sindikat kejahatan narkoba yang disita Jumlah produk hukum bidang P4GN yang diundangkan Jumlah kasus yang memperoleh pembelaan hukum Persentase efektivitas kerjasama bidang P4GN Orang Orang Orang 20 Jaringan 278 Kasus 14 Kasus 58,279 Milyar 6 Produk 5 Kasus 50% 10

41 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Meningkatnya tatanan kelembagaan yang bersih, transparan, dan akuntabel serta didukung profesionalisme aparatur dalam rangka mewujudkan pelayanan prima (service of excelence) bidang P4GN Nilai Akuntabilitas Kinerja BNN Nilai Kinerja Anggaran BNN 81 B (Baik) 11

42 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BNN

43 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BNN A. Capaian Kinerja Organisasi. Perjanjian Kinerja BNN tahun 2015 menetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis yang akan dicapai, dengan indikator kinerja utama sebanyak 23 (dua puluh tiga) indikator. Dari 23 (dua puluh tiga) indikator utama tersebut dapat disimpulkan 15 (lima belas) indikator utama melebihi target, 2 (dua) indikator utama sesuai target, dan 6 (enam) indikator utama tidak tercapai. Berikut ini dijelaskan realisasi pencapaian 7 (tujuh) sasaran strategis tahun 2015 dan penjelasan hasil capaian 23 (dua puluh tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 2. Realisasi Capaian Kinerja BNN Tahun 2015 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian (%) Terkendalinya angka Laju Peningkatan 0,05% 0,02% 160% prevalensi penyalahgunaan Prevalensi Penyalah- narkoba gunaan Narkoba 2. Meningkatnya masyarakat Persentase ibu hamil 75% 81% 108% yang berprilaku yang berperilaku hidup hidup sehat tanpa sehat dan tidak menyalahgunakan penyalahgunaan narkoba narkoba Persentase masyarakat 80% 82,1% 102,6% rentan yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Persentase pelajar yang berperilaku hidup sehat 80% 80,2% 100,2% dan tidak menyalahgunakan narkoba Persentase mahasiswa 70% 81,5% 116,4% yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Persentase pekerja yang berperilaku hidup sehat 50% 85,6% 171,2% dan tidak menyalahgunakan narkoba 12

44 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2015 Realisasi 2015 Capaian (%) Meningkatnya kesadaran, partisipasi, dan kemandirian masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 4. Meningkatnya pecandu narkoba yang direhabilitasi pada Lembaga Rehabilitasi Instansi maupun Masyarakat mantan narkoba menjalani rehabilitasi Pemerintah Komponen dan pecandu yang pasca Jumlah pengguna narkoba yang lapor diri ke IPWL Jumlah lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi milik masyarakat yang terbentuk Jumlah informasi masyarakat tentang peredaran gelap narkoba Jumlah penggiat (relawan) aktif yang melaksanakan penyalahgunaan narkoba Jumlah masi pencegahan kelompok masyarakat rentan yang bersih narkoba melalui pemberdayaan alternatif Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat Angka pecandu narkoba yang telah mendapatkan rehabilitasi dan kembali produktif dalam kehidupan bermasyarakat Orang 94 Lembaga Infor Penggiat 240 Pokmas Orang Orang Orang Orang 161 Lembaga Informasi Penggiat 170 Pokmas 7.477Ora ng Orang Orang 48,5% 171,3% 77,1% 123,1% 70,83% 61,9% 106,6% 49,7% 13

45 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Utama (%) Meningkatnya pengungkapan Jumlah jaringan sindikat % jaringan kejahatan narkoba yang Jaringan Jaringan sindikat kejahatan terungkap narkoba dan penyitaan aset jaringan sindikat kejahatan narkoba 6. Meningkatnya produk dan layanan hukum serta kerjasaman nasional dan internasional bidang P4GN 7. Meningkatnya tatanan kelembagaan bersih, yang transparan, dan akuntabel serta didukung profesionalisme aparatur dalam rangka pelayanan mewujudkan prima (service of excelence) bidang P4GN Jumlah kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terungkap dan diselesaikan (P.21) Jumlah kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait tindak pidana peredaran gelap narkoba yang diselesaikan (P.21) Nilai aset jaringan sindikat kejahatan narkoba yang disita Jumlah produk hukum bidang P4GN yang diundangkan Jumlah kasus yang memperoleh pembelaan hukum Persentase efektivitas kerjasama bidang P4GN Nilai Kinerja BNN Akuntabilitas Nilai Kinerja Anggaran BNN 278 Kasus 14 Kasus 58,279 Milyar 6 Produk 5 Kasus 394 Kasus 7 Kasus 85,109 Milyar 141,7% 50% 146,0% 8Produk 133,3% 7 Kasus 140% 50% 84,7% 169,4% B B 100% 81 (Baik) 84,34 (Baik) 104,1% Guna mengetahui lebih jauh tentang capaian kinerja yang telah dilakukan BNN selama kurun waktu tahun 2015, perlu dilakukan evaluasi dengan cara melakukan analisis yang berkaitan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan. Analisis dilakukan dengan menyajikan perkembangan capaian, baik dalam bentuk narasi maupun tabel atau grafik. 14

46 15

47 1. Sasaran : Terkendalinya angka prevalensi penyalahgunaan narkoba Upaya menanggulangi permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia, BNN sebagai focal point penanggulangan narkoba telah melaksanakan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba secara massive. Adapun target yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun adalah terkendalinya laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 0,05% setiap tahun. Berikut gambaran data penyalah guna Narkoba di Indonesia sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 3. Data penyalah guna Narkoba di Indonesia Tahun 2008, 2011, 2014 dan 2015 NO. JENIS PENYALAH GUNA JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % 1. Coba Pakai Teratur Pakai Penyalah guna Narkoba Non Suntik Penyalah guna Narkoba Suntik TOTAL , HASIL PENELITIAN 1,99 2,23 2,18 2,20 PROYEKSI Baseline 2,32 2,68 2,8 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan BNN bekerjasama dengan Puslitkes-UI Tahun 2015, angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba berada dikisaran 2,20% atau sekitar orang dari total populasi penduduk Indonesia (berusia tahun). Dibandingkan dengan hasil penelitian tahun 2014 mengalami peningkatan 0,02% dari 2,18% (2014) ke 2,20% (2015). 16

48 Laboratorium narkoba BNN berhasil menemukan 37 (tiga puluh tujuh) zat baru yang mengandung Narkoba dikenal dengan nama New Psychoactive Substance (NPS), dari 37 jenis zat baru dimaksud 18 (delapan belas) telah diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan, sedangkan 19 (sembilan belas) zat baru lainnya belum diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan. Untuk mencapai sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Laju peningkatan prevalensi 0,05% 0,02% 160% penyalahgunaan narkoba Definisi operasional dari laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan Narkoba adalah Perubahan rasio jumlah penyalahgunaan narkoba terhadap populasi penduduk yang berpotensi menyalahgunakan narkoba (usia tahun) pada suatu tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba merupakan indikator komposit yang dipengaruhi secara dominan oleh indikator-indikator laju angka penyalahgunaan coba pakai, indeks kemandirian partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN, jumlah mantan penyalah guna dan pecandu narkoba yang tidak kambuh kembali, dan jumlah jaringan sindikat tindak pidana narkoba yang terungkap. Adapun prosedur pengukuran dilakukan melalui survey/penelitian prevalensi penyalahgunaan Narkoba setiap tahun. Laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba diperoleh dengan membandingkan angka prevalensi pada tahun ke-n dengan tahun n-1. Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba, adalah sebagai berikut: Indikator No. Kinerja Utama 1. Laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba Formula Hasil Perhitungan Keterangan =((Tp Rp)+Tp/Tp)*100% =(( )+0.05 /0.05)*100% =(0.08/0.05)*100% =160% - Tp : Target Prevalensi - Rp : Realisasi Prevalensi 17

49 Faktor keberhasilan pencapaian sasaran tersebut diatas didukung dengan kerja keras dari seluruh Satuan Kerja BNN mendorong instansi pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk melaksanakan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional dibidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) Tahun Inpres tersebut ditindak lanjuti oleh Menteri Dalam Negeri dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013, tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika. Berdasarkan laporan dari Satker BNN dari kewilayahan pelaksanaan Inpres dan Permendagri tersebut, sudah ditindaklanjuti oleh 60 K/L, di 27 Provinsi, dan 70 Kabupaten/Kota. Selain instansi pemerintah (pusat dan daerah), Kelompok masyarakat juga terlibat aktif melaksanakan Program P4GN. Sampai berakhirnya tahun anggaran 2015, sudah terdata sebanyak 170 kelompok masyarakat yang telah aktif melaksanakan program P4GN. Meskipun menunjukkan keberhasilan dalam menahan laju penyalahgunaan narkoba, Indonesia masih tetap harus waspada untuk melakukan P4GN yang signifikan secara komprehensif dan sinergi. Apabila hal ini tidak dilakukan maka laju penyalahgunaan narkoba akan lebih dari target yang telah ditetapkan dalam RPJMN. Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah menahan laju prevalensi penyalahgunaan narkoba adalah: 1. Perlu segera diterbitkan Peraturan Presiden (Perpres) atau Instruksi Presiden pengganti Inpres No 12 Tahun 2011, untuk mendukung Kebijakan Pembangunan Nasional berwawasan anti narkoba. 2. Perlu peningkatan kerjasama antar instansi pemerintah untuk mendukung kebijakan nasional terkait dengan Pembangunan berwawasan anti narkoba. 18

50 2. Sasaran : Meningkatnya masyarakat yang berprilaku hidup sehat tanpa penyalahgunaan narkoba Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 5 (lima) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Persentase ibu hamil yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba 75% 81% 108% Ibu hamil yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba adalah sejumlah ibu hamil yang menjadi kelompok sasaran memiliki pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan perilaku hidup sehat dengan tidak menyalahgunakan narkoba setelah mendapatkan intervensi informasi bahaya penyalahgunaan narkoba baik melalui media tatap muka maupun media lainnya seperti media cetak, media elektronik, media online, dan media luar ruang. Intervensi kepada ibu hamil dimaksudkan agar ibu hamil terhindar dari masalah penyalahgunaan narkoba, yang berdampak pada lahirnya generasi muda anak bangsa yang sehat dan bebas dari penyalahgunaan narkoba. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program pencegahan yang spesifik ditujukan kepada ibu hamil dilakukan melalui monitoring langsung maupun tidak langsung. Monitoring langsung melalui pemantauan saat ibu-ibu hamil mengadakan kunjungan pemeriksaan kehamilan baik ke Puskesmas maupun ke Posyandu. Metode pengukuran ibu hamil yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba yaitu: a. Pemeriksaan test urine dari petugas Puskesmas kepada ibu-ibu hamil. b. Wawancara langsung petugas BNN kepada ibu-ibu hamil saat melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas maupun ke Posyandu. 19

51 c. Pengisian kuesioner untuk mengetahui sejauhmana kelompok sasaran ibu hamil telah memiliki perilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba. Untuk mengukur capaian kinerja terkait dengan persentase ibu hamil yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba, BNN melakukan monitoring dan evaluasi di dua Puskesmas yang ada di Jakarta sebagai Pilot Project hasil dari pelaksanaan program P4GN yang diintervensi oleh BNNP DKI Jakarta sebagai perwakilan di tingkat provinsi. Adapun alasan dilakukannya kegiatan monitoring dan evaluasi ini hanya di dua tempat di Jakarta karena masalah anggaran yang terbatas untuk melakukan ekstensifikasi evaluasi intervensi P4GN di seluruh wilayah Indonesia. Adapun Puskesmas yang menjadi lokasi pengukuran capaian kinerja sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 4. Jumlah Responden Kelompok Sasaran Ibu Hamil Tahun 2015 No. Puskesmas Jumlah Responden Ibu Hamil 1. Cawang 40 Orang 2. Kramatjati 40 Orang Total 80 Orang Hasil olah data kuisioner pada kelompok sasaran ibu hamil sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 5. Prosentase Hasil Pengukuran Kelompok Sasaran Ibu Hamil Tahun 2015 No Kriteria Prosentase Hasil Pengukuran 1. Kurang paham berperilaku hidup sehat 1,25% 2. Cukup paham berperilaku hidup sehat 36,25% 3. Paham berperilaku hidup sehat 57,5% 4. Sangat paham berperilaku hidup sehat 5% 20

52 Dari 80 orang yang melakukan pengisian kuesioner, ada sebanyak 4 (empat) orang yang memiliki pemahaman yang sangat baik dalam berperilaku hidup sehat, 46 (empat puluh enam) orang yang paham dalam berperilaku hidup sehat, 29 (dua puluh sembilan) orang yang masih cukup paham untuk berperilaku hidup sehat, dan hanya 1 (satu) orang yang kurang paham dalam berperilaku hidup sehat. Untuk mengukur capaian kinerja terkait dengan persentase ibu hamil yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba di tingkat Kabupaten/Kota, pelaksanaan evaluasi program dilakukan di wilayah kota Batam sebagai hasil intervensi informasi P4GN oleh BNN Kota Batam. Adapun hasil olah data kuisioner pada kelompok sasaran ibu hamil di kota Batam dengan jumlah responden sebanyak 605 orang sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 6. Prosentase Hasil Pengukuran Kelompok Sasaran Ibu Hamil di Kota Batam Tahun 2015 No Kriteria Prosentase Hasil Pengukuran 1. Kurang paham berperilaku hidup sehat 0,49% 2. Cukup paham berperilaku hidup sehat - 3. Paham berperilaku hidup sehat 3,31% 4. Sangat paham berperilaku hidup sehat 96,20% Dari 605 orang yang melakukan pengisian kuesioner, ada sebanyak 582 orang yang memiliki pemahaman yang sangat baik dalam berperilaku hidup sehat, 20 orang yang paham dalam berperilaku hidup sehat, dan hanya 3 orang yang kurang paham dalam berperilaku hidup sehat. Dengan dasar perhitungan atas capaian IKU Persentase ibu hamil yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba yang dilakukan melalui survey hasil intervensi informasi P4GN, diperoleh hasil sebesar 81% dari target yang ditetapkan 75% dengan perhitungan sebagaimana tabel di bawah ini. 21

53 Tabel 7. Prosentase Hasil Pengukuran Kelompok Sasaran Ibu Hamil Wilayah Provinsi dan Kabupatn/Kota Tahun 2015 No Kriteria Prosentase Hasil Pengukuran Wilayah Provinsi Prosentase Hasil Pengukuran Wilayah Kab/Kota 1. Paham berperilaku hidup sehat 57,5% 3,31% 2. Sangat paham berperilaku hidup sehat 5% 96,20% Total Responden Paham dan Sangat Paham 62,5% 99,51% Indeks Capaian Rata - Rata 81% No. Indikator Kinerja Utama 1. Persentase ibu hamil yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Formula Hasil Perhitungan Keterangan = % capaian Indikator pengukuran / n =(62.5%+99.51%)/2 =81% - % capaian Indikator pengukuran = Jumlah persentase hasil capaian - n = jumlah wilayah pengukuran Indikator keberhasilan pelaksanaan program adalah sebagai berikut: a. Semakin meningkatnya upaya penyebarluasan informasi bahaya penyalahgunaan narkoba dalam berbagai media informasi. b. Semakin meningkatnya/timbulnya paham dan sadar akan bahaya penyalahgunaan narkoba. Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena sasaran ibu hamil baru pertama kali dilakukan di Indonesia (berdasarkan standar internasional dibidang pencegahan yang ditetapkan oleh UNODC). Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah optimalisasi kinerja ke depan adalah menambah target wilayah yang akan menjadi sasaran kinerja sesuai dengan prioritas kerawanan daerah, program/kegiatan, hasil dan keluaran, serta anggaran yang tersedia. 22

54 No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 2. Persentase masyarakat rentan yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba 80% 82,1% 102,6% Masyarakat rentan yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba adalah kelompok masyarakat rentan yang paling berpotensi menjadi penyalahguna karena faktor lingkungan yang rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, faktor individu, dan faktor ketersediaan narkoba, dimana saat ini telah memiliki pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan perilaku hidup sehat dengan tidak menyalahgunakan narkoba setelah mendapatkan intervensi informasi bahaya penyalahgunaan narkoba baik melalui media tatap muka maupun media lainnya seperti media cetak, media elektronik, media online, dan media luar ruang. Untuk mengukur dan mendapatkan capaian aspek manfaat dari kebijakan P4GN dan intervensi informasi bahaya penyalahgunaan narkoba yang selama ini dilakukan oleh BNN, BNNP, dan BNN Kabupaten/Kota, pada akhir tahun 2015 BNN pusat melakukan monitoring dan evaluasi ke 10 (sepuluh) provinsi dengan jumlah responden sebanyak 505 orang melalui metode pendekatan survei menggunakan kuesioner Likert skala 5. Responden yang diundang adalah orang-orang yang dalam kurun waktu tahun 2015 mendapatkan program penyuluhan dan intervensi P4GN dari BNN. Metode survei ini dilakukan karena pengukuran perilaku bersifat abstrak sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Data kualitatif diukur dengan memperhatikan rentan waktu penerimaan program P4GN dengan waktu evaluasi, minimal 6 (enam) bulan dari penerimaan intervensi P4GN yang diperoleh oleh peserta, dengan harapan telah terjadi proses interaksi sosial dalam kurun waktu tersebut. Daftar sepuluh provinsi berserta jumlah peserta masyarakat rentan yang menjadi Pilot Project pengukuran aspek manfaat terlampir pada lampiran 2. 23

55 Hasil olah data pada sasaran masyarakat rentan (lampiran 3), ditarik beberapa nilai hasil yang menjadi metode pengukuran persentase masyarakat rentan yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba dengan kriteria yaitu: a. Responden menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN, dengan hasil 94,7% masuk dalam kriteria Sangat Baik (hasil no. 6). b. Responden jika mengetahui kegiatan peredaran gelap narkobaakan melaporkan kepada pihak yang berwajib/terkait untuk segera ditindak, dengan hasil 90,5% masuk dalam kriteria Sangat Baik (hasil no. 15). c. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media elektronik, dengan hasil 82,6% masuk dalam kriteria Baik (hasil no. 21). d. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak, dengan hasil 75,0% masuk dalam kriteria Cukup (hasil no. 22). e. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial, dengan hasil 76,2% masuk dalam kriteria Cukup (hasil no. 23). f. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang, dengan hasil 73,3% masuk dalam kriteria Cukup (hasil no.24). Dengan dasar perhitungan atas capaian IKU ini melalui hasil monev P4GN, diperoleh hasil sebesar 82,05% dari target yang ditetapkan 80% dengan perhitungan sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 8. Segmen Pengukuran Masyarakat Rentan yang Berperilaku Hidup Sehat dan Tidak Menyalahgunakan NarkobaTahun 2015 No. Segmen Pengukuran Kineja Capaian (%) 1. Responden menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN 94,7% 2. Responden jika mengetahui kegiatan peredaran gelap narkoba akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/terkait untuk 90,5% segera ditindak 3. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media elektronik 82,6% 4. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak 75,0% 5. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial 76,2% 6. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang 73,3% Indeks Akumulatif Capaian Kinerja BNN 82,05% 24

56 No. Indikator Kinerja Utama 2. Persentase masyarakat rentan yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Formula Hasil Perhitungan Keterangan = % capaian Indikator pengukuran / n =(94.7%+90.5%+82.6%+ 75.0%+76.2%+73.3%)/6 =82.1% - % capaian Indikator pengukuran = Jumlah persentase hasil capaian - n = jumlah indikator pengukuran Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah sebagai berikut: a. Semakin meningkatnya/timbulnya pemahaman dan kesadaran akan bahaya penyalahgunaan narkoba. b. Tingkat kepedulian masyarakat yang tinggi terhadap pemerintah dalam memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, hal ini dapat dilihat dari hasil olah data kuisioner nomor urut 18 pada segmen Tingkat kepercayaan masyarakat bahwa BNN bersama instansi terkait mampu mewujudkan Indonesia Bebas Penyalahgunaan Narkoba, dengan hasil 89,2% masuk dalam kriteria Baik. c. Meningkatnya pemahaman instansi/swasta dan kelompok masyarakat tentang Bahaya Penyalahgunaan Narkoba melalui kegiatan advokasi, asistensi, supervisi di lingkungan; instansi pemerintah, organisasi masyarakat, pendidikan, dan keluarga dalam rangka menggerakkan dan membangun kesadaran bersama untuk mewujudkan sikap tegas menolak segala bentuk penyalahgunaan narkoba. Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran. Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah perbaikan untuk lebih memaksimalkan capaian kinerja yang masih pada tingkat nilai cukup (60-80%), meliputi: a. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak. b. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial. c. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang. 25

57 No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 3. Persentase pelajar yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba 80% 80,2% 100,2% Pelajar yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba adalah kelompok pelajar yang telah memiliki pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan perilaku hidup sehat dengan tidak menyalahgunakan narkoba setelah mendapatkan intervensi informasi bahaya penyalahgunaan narkoba baik melalui media tatap muka maupun media lainnya seperti: media cetak, media elektronik, media online, dan media luar ruang. Metode pengukuran menggunakan cara yang sama dengan indikator sebelumnya yaitu menggunakan hasil olah data kuisioner monitoring dan evaluasi ke 10 (sepuluh) provinsi dengan jumlah responden sebanyak 505 orang melalui metode pendekatan survei menggunakan kuisioner Likert skala 5. Responden yang diundang adalah sejumlah pelajar yang dalam kurun waktu tahun 2015 mendapatkan program penyuluhan dan intervensi P4GN dari BNN. Metode survei ini dilakukan karena pengukuran perilaku bersifat abstrak sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Data kualitatif diukur dengan memperhatikan rentan waktu penerimaan program P4GN dengan waktu evaluasi, minimal 6 (enam) bulan dari penerimaan intervensi P4GN yang diperoleh oleh peserta, dengan harapan telah terjadi proses interaksi sosial dalam kurun waktu tersebut. Daftar sepuluh provinsi berserta jumlah peserta pelajar yang menjadi Pilot Project pengukuran aspek manfaatterlampir pada lampiran 4. Hasil olah data pada sasaran pelajar (lampiran 5), ditarik beberapa nilai hasil yang menjadi metode pengukuran persentase pelajar yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba dengan kriteria yaitu: a. Responden menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN, dengan hasil 96,4% masuk dalam kriteria Sangat Baik (hasil no. 6). 26

58 b. Responden jika mengetahui kegiatan peredaran gelap narkobaakan melaporkan kepada pihak yang berwajib/terkait untuk segera ditindak, dengan hasil 93,1% masuk dalam kriteria Sangat Baik (hasil no. 15). c. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media elektronik, dengan hasil 82,3% masuk dalam kriteria Baik (hasil no. 21). d. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak, dengan hasil 66,9% masuk dalam kriteria Cukup (hasil no. 22). e. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial, dengan hasil 75,4% masuk dalam kriteria Cukup (hasil no. 23). f. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang, dengan hasil 66,6% masuk dalam kriteria Cukup (hasil no. 24). Dengan dasar perhitungan atas capaian IKU ini melalui hasil monev P4GN, diperoleh hasil sebesar 80,17% dari target yang ditetapkan 80% dengan perhitungan sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 9. Segmen Pengukuran Pelajar yang Berperilaku Hidup Sehat dan Tidak Menyalahgunakan Narkoba Tahun 2015 No. Segmen Pengukuran Kineja Capaian (%) 1. Responden menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN 96,4% 2. Responden jika mengetahui kegiatan peredaran gelap narkoba akan melaporkan kepada pihak yang berwajib /terkait untuk segera ditindak 93,1% 3. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media elektronik 82,3% 4. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak 66,9% 5. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media social 75,4% 6. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang 66,6% Indeks Akumulatif Capaian Kinerja BNN 80,17% No. Indikator Kinerja Utama 3. Persentase pelaar yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Formula Hasil Perhitungan Keterangan = % capaian Indikator pengukuran / n =(96.4%+93.1%+82.3%+ 66.9%+75.4%+66.6%)/6 =80.2% - % capaian Indikator pengukuran = Jumlah persentase hasil capaian - n = jumlah indikator pengukuran 27

59 Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah sebagai berikut: a. Semakin meningkatnya/timbulnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran siswa, mahasiswa, pekerja, keluarga terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. b. Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan kelompok masyarakat dalam upaya menciptakan dan meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. c. Tingkat kepedulian pelajar yang tinggi terhadap pemerintah dalam memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, hal ini dapat dilihat dari hasil olah data kuisioner nomor urut BNN 18 pada segmen Tingkat kepercayaan masyarakat bahwa BNN bersama instansi terkait mampu mewujudkan Indonesia Bebas Penyalahgunaan Narkoba, dengan hasil 92,1% masuk dalam kriteria Sangat Baik. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014 terjadi peningkatan capaian sebesar 8,5% yaitu dari 91,7% pada tahun 2014 menjadi 100,2% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa diseminasi informasi melalui berbagai media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang, media tradisional dan kegiatan Focus Group Disscussion) terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. Grafik 1. % pelajar yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba % Peningkatan Capaian 8,5% 100,2% 91,7%

60 Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah perbaikan untuk lebih memaksimalkan capaian kinerja yang masih pada tingkat nilai cukup (60-80%), meliputi: a. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak. b. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial. c. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang. No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 4. Persentase mahasiswa yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba 70% 81,5% 116,4% Mahasiswa yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba adalah kelompok mahasiswa yang telah memiliki pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan perilaku hidup sehat dengan tidak menyalahgunakan narkoba setelah mendapatkan intervensi informasi bahaya penyalahgunaan narkoba baik melalui media tatap muka maupun media lainnya seperti media cetak, media elektronik, media online, dan media luar ruang. Metode pengukuran menggunakan cara yang sama dengan indikator sebelumnya yaitu menggunakan hasil olah data kuisioner monitoring dan evaluasi ke 10 (sepuluh) provinsi dengan jumlah responden sebanyak 505 orang melalui metode pendekatan survei menggunakan kuisioner Likert skala 5. Responden yang diundang adalah sejumlah mahasiswa yang dalam kurun waktu tahun 2015 mendapatkan program penyuluhan dan intervensi P4GN dari BNN. Metode survei ini dilakukan karena pengukuran perilaku bersifat abstrak sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Data kualitatif diukur dengan memperhatikan rentan waktu penerimaan program P4GN dengan waktu evaluasi, minimal 6 (enam) bulan dari penerimaan intervensi P4GN yang diperoleh oleh peserta, dengan harapan telah terjadi proses interaksi sosial dalam kurun waktu tersebut. Daftar sepuluh provinsi berserta jumlah peserta mahasiswa yang menjadi Pilot Project pengukuran aspek manfaat terlampir pada lampiran 6. 29

61 Hasil olah data pada sasaran mahasiswa (lampiran 7), ditarik beberapa nilai hasil yang menjadi metode pengukuran persentase mahasiswa yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba dengan kriteria yaitu: a. Responden menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN, dengan hasil 94,5% masuk dalam kriteria Sangat Baik (hasil no. 6). b. Responden jika mengetahui kegiatan peredaran gelap narkobaakan melaporkan kepada pihak yang berwajib/terkait untuk segera ditindak, dengan hasil 90,8% masuk dalam kriteria Sangat Baik (hasil no. 15). c. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media elektronik, dengan hasil 82,4% masuk dalam kriteria Baik (hasil no. 21). d. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak, dengan hasil 71,8% masuk dalam kriteria Cukup (hasil no. 22). e. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial, dengan hasil 77,3% masuk dalam kriteria Cukup (hasil no. 23). f. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang, dengan hasil 72,1% masuk dalam kriteria Cukup (hasil no.24). Dengan dasar perhitungan atas capaian IKU ini melalui hasil monev P4GN, diperoleh hasil sebesar 81,5% dari target yang ditetapkan 70% dengan perhitungan sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 10. Segmen Pengukuran Mahasiswayang Berperilaku Hidup Sehat No. dan Tidak Menyalahgunakan Narkoba Tahun 2015 Segmen Pengukuran Kineja 1. Responden menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN 2. Responden jika mengetahui kegiatan peredaran gelap narkoba akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/terkait untuk segera ditindak 3. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media elektronik 4. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak 5. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial 6. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang Capaian (%) 94,5% 90,8% 82,4% 71,8% 77,3% 72,1% Indeks Akumulatif Capaian Kinerja BNN 81,5% 30

62 No. Indikator Kinerja Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan 4. Persentase maha- = % capaian =(94.5%+90.1%+82.4%+ - % capaian Indikator siswa yang ber- Indikator 71.8%+77.3%+72.1%)/6 pengukuran = Jumlah perilaku hidup pengukuran / n =81.5% persentase hasil sehat dan tidak capaian menyalahgunakan - n = jumlah indikator narkoba pengukuran Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah sebagai berikut: a. Semakin meningkatnya/timbulnya pemahaman dan kesadaranakan bahaya penyalahgunaan narkoba. b. Tingkat kepedulian mahasiswa yang tinggi terhadap pemerintah dalam memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, hal ini dapat dilihat dari hasil olah data kuisioner nomor urut 18 pada segmen Tingkat kepercayaan masyarakat bahwa BNN bersama instansi terkait mampu mewujudkan Indonesia Bebas Penyalahgunaan Narkoba, dengan hasil 88,8% masuk dalam kriteria Baik. c. Meningkatnya pemahaman instansi/swasta dan kelompok masyarakat tentang bahaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba melalui kegiatan advokasi, asistensi, supervisi di lingkungan; instansi pemerintah, organisasi masyarakat, pendidikan, dan keluarga dalam rangka menggerakkan dan membangun kesadaran bersama untuk mewujudkan sikap tegas menolak segala bentuk penyalahgunaan Narkoba. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014 terjadi peningkatan capaian sebesar 24,7% yaitu dari 91,7% pada tahun 2014 menjadi 116,4% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa diseminasi informasi melalui berbagai media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang, media tradisional dan kegiatan Focus Group Disscussion) terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. 31

63 Grafik 2. % mahasiswa yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba % Peningkatan Capaian 24,7% 116,4% ,7% Rekomendasi/rencana aksi ke depan lebih memaksimalkan capaian kinerja yang masih pada tingkat nilai cukup (60-80%), meliputi: a. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak. b. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial. c. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang. No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 5. Persentase pekerja yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba 50% 85,6% 171,2% Pekerja yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba adalah kelompok pekerja baik di lingkungan instansi pemerintahmaupun swasta yang telahmemiliki pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan perilaku hidup sehat dengan tidak menyalahgunakan narkoba setelah mendapatkan intervensi informasi bahaya penyalahgunaan narkoba baik melalui media tatap muka maupun media lainnya seperti media cetak, media elektronik, media online, dan media luar ruang. 32

64 Metode pengukuran menggunakan cara yang sama dengan indikator sebelumnya yaitu menggunakan hasil olah data kuisioner monitoring dan evaluasi ke 10 (sepuluh) provinsi dengan jumlah responden sebanyak 505 orang melalui metode pendekatan survei menggunakan kuisioner Likert skala 5. Responden yang diundang adalah sejumlah mahasiswa yang dalam kurun waktu tahun 2015 mendapatkan program penyuluhan dan intervensi P4GN dari BNN. Metode survei ini dilakukan karena pengukuran perilaku bersifat abstrak sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Data kualitatif diukur dengan memperhatikan rentan waktu penerimaan program P4GN dengan waktu evaluasi, minimal 6 (enam) bulan dari penerimaan intervensi P4GN yang diperoleh oleh peserta, dengan harapan telah terjadi proses interaksi sosial dalam kurun waktu tersebut. Daftar sepuluh provinsi berserta jumlah peserta pekerja yang menjadi Pilot Project pengukuran aspek manfaatterlampir pada lampiran 8. Hasil olah data pada sasaran pekerja (lampiran 9), ditarik beberapa nilai hasil yang menjadi metode pengukuran persentase pekerja yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba dengan kriteria yaitu: a. Responden menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN, dengan hasil 94,7% masuk dalam kriteria Sangat Baik (hasil nomor 6). b. Responden jika mengetahui kegiatan peredaran gelap narkobaakan melaporkan kepada pihak yang berwajib/terkait untuk segera ditindak, dengan hasil 94,8% masuk dalam kriteria Sangat Baik (hasil nomor 15). c. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media elektronik, dengan hasil 87,3% masuk dalam kriteria Baik (hasil nomor 21). d. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak, dengan hasil 80,0% masuk dalam kriteria Cukup (hasil nomor 22). 33

65 e. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial, dengan hasil 78,7% masuk dalam kriteria Cukup (hasil nomor 23). f. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang, dengan hasil 78,0% masuk dalam kriteria Cukup (hasil nomor 24). Dengan dasar perhitungan atas capaian IKU ini melalui hasil monev P4GN, diperoleh hasil sebesar 85,6% dari target yang ditetapkan 50% sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 11. Segmen Pengukuran Pekerja yang Berperilaku Hidup Sehat dan Tidak Menyalahgunakan Narkoba Tahun 2015 No. Segmen Pengukuran Kineja Capaian (%) 1. Responden menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti kegiatan P4GN 94,7% 2. Responden jika mengetahui kegiatan peredaran gelap narkoba akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/ terkait untuk 94,8% segera ditindak 3. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media elektronik 87,3% 4. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak 80,0% 5. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial 78,7% 6. Responden merasakan efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang 78,0% Indeks Akumulatif Capaian Kinerja BNN 85,6% No. Indikator Kinerja Utama 5. Persentase pekerja yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba Formula Hasil Perhitungan Keterangan = % capaian Indikator pengukuran / n =(94.7%+94.8%+87.3%+ 80.0%+78.7%+78.0%)/6 =85.6% - % capaian Indikator pengukuran = Jumlah persentase hasil capaian - n = jumlah indikator pengukuran Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah sebagai berikut: a. Semakin meningkatnya/timbulnya pemahaman dan kesadaranakan bahaya penyalahgunaan narkoba. 34

66 b. Tingkat kepedulian pekerja yang tinggi terhadap pemerintah dalam memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, hal ini dapat dilihat dari hasil olah data kuesioner nomor urut 18 pada segmen Tingkat kepercayaan masyarakat bahwa BNN bersama instansi terkait mampu mewujudkan Indonesia Bebas Penyalahgunaan Narkoba, dengan hasil 94,7% masuk dalam kriteria Sangat Baik. c. Meningkatnya pemahaman instansi/swasta dan kelompok masyarakat tentang bahaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba melalui kegiatan advokasi, asistensi, supervisi di lingkungan; instansi pemerintah, organisasi masyarakat, pendidikan, dan keluarga dalam rangka menggerakkan dan membangun kesadaran bersama untuk mewujudkan sikap tegas menolak segala bentuk penyalahgunaan Narkoba. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014 terjadi peningkatan capaian sebesar 79,5% yaitu dari 91,7% pada tahun 2014 menjadi 171,2% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa diseminasi informasi melalui berbagai media baik elektronik maupun non elektronik (televisi, radio, media online, media cetak, media luar ruang, media tradisional dan kegiatan Focus Group Disscussion) terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. Grafik 3. % pekerja yang berperilaku hidup sehat dan tidak menyalahgunakan narkoba % Peningkatan Capaian 79,5% ,2% ,7%

67 Rekomendasi/rencana aksi ke depan ke depan lebih memaksimalkan capaian kinerja yang masih pada tingkat nilai cukup (60-80%), meliputi : a. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media cetak. b. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media online/media sosial. c. Efektivitas intervensi program P4GN melalui media luar ruang. 36

68 3. Sasaran : Meningkatnya kesadaran, partisipasi, dan kemandirian masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 5 (lima) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah pengguna narkoba yang lapor diri ke IPWL Orang Orang 48,5% Jumlah pengguna narkoba yang lapor diri ke IPWL adalah sejumlah pengguna yang lapor diri secara sukarela ataupun melalui penjangkauan/ pendampingan untuk menjalani assesment guna menentukan klasifikasi yang bersangkutan terkait dengan permasalahan penyalahgunaan narkoba sekaligus menentukan tindak lanjut jenis layanan apakah rehabilitasi rawat jalan atau rehabilitasi rawat inap. Metode pengukuran jumlah pengguna narkoba yang lapor diri ke IPWL dengan kriteria yaitu: a. Jumlah pengguna narkoba yang terdata di IPWL. b. Pengguna narkoba tersebut terdata dalam buku kunjungan. Dari target yang ditetapkan sebanyak orang hanya tercapai sebanyak orang (48,5%) atau kurang mencapai target sebanyak orang (51,5%). Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah pengguna narkoba yang lapor diri ke IPWL, adalah sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah pengguna narkoba yang lapor diri ke IPWL Hasil Formula Perhitungan = ( RPLD / TPLD)*100% =(39.592/81.600)* 100% =48.5% Keterangan - RPLD = Jumlah Realisasi Pengguna yang Lapor Diri - TPLD = Jumlah Target Pengguna yang Lapor Diri 37

69 Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran (tahun 2015 terdapat kebijakan Presiden dalam bentuk program rehabilitasi Pengguna Narkoba yang tahun-tahun sebelumnya tidak ada). Faktor penyebab tidak tercapainya target adalah: a. Program mendapatkan dukungan anggaran berasal dari APBNP 2015 yang secara efektif baru dapat dilaksanakan pada pertengahan tahun anggaran. b. Masih adanya keengganan masyarakat untuk melapor karena ada stigma jika melapor akan ditangkap atau dikucilkan. c. Adanya rasa malu jika melapor. d. Lokasi IPWL yang belum tersosialisasi dan letaknya sulit dijangkau. Rekomendasi/rencana aksi ke depan adalah penetapan target sasaran yang lebih realistis disesuaikan dengan kondisi fasilitas dan kapasitas lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ada disertai ketersediaan SDM yang memiliki kuantitas dan kualitas yang memadai serta pelaksanaan program sejak awal tahun. No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 2. Jumlah lembaga rehabilitasi dan ,3% pasca rehabilitasi milik masyarakat Lembaga Lembaga yang terbentuk Jumlah lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi milik masyarakat yang terbentuk adalah jumlah/banyaknya lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi yang terbentuk secara swadaya atas inisiatif masyarakat untuk mendukung program rehabilitasi penyalah guna narkoba. 38

70 Peran serta masyarakat dalam pembentukan lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program rehabilitasi bagi pecandu narkoba. Hal tersebut disebabkan pemerintah mempunyai keterbatasan untuk menyediakan dana termasuk sarana dan prasarana guna keperluan pembentukan dan pengembangan lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi. Di samping penyebaran pembentukan lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi untuk memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada orang yang membutuhkan pelayanan dan perawatan. Metode pengukuran jumlah lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi milik masyarakat yang terbentuk dengan kriteria yaitu: a. Menghitung jumlah lembaga rehabilitasi dan atau pasca rehabilitasi milik masyarakat yang terbentuk karena inisiasi masyarakat secara langsung. b. Lembaga rehabilitasi yang terbentuk termonitor oleh BNN atas laporan BNN di kewilayahan. Dari target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja sebanyak 94 lembaga dapat terealisasi sebanyak 161 lembaga atau sebesar 171,3% (lampiran 11). Faktor yang mendukung keberhasilan pencapaian target: a. Semakin tumbuhnya kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan rehabilitasi. b. Adanya dukungan pemerintah dalam pembentukan rehabilitasi dan pasca rehabilitasi. c. Adanya sinergitas antar organisasi masyarakat dalam memfasilitasi pembentukan rehabilitasi dan pasca rehabilitasi. Beberapa contoh lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi milik masyarakat yang terbentuk hasil program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh BNN antara lain: a. BNN Kabupaten Trenggalek telah berhasil mendorong dan memfasilitasi terbentuknya lembaga rehabilitasi komponen masyarakat jumlah 1 (satu) sudah ber MoU dengan BNN Pusat, Kemenkes dan Dinas Sosial. 39

71 b. BNN Kabupaten Kediri sudah membentuk mendorong dan memfasilitasi terbentuknya lembaga rehabilitasi komponen masyarakat jumlah 5 (lima) sudah ber MoU dengan BNN Pusat, Kemenkes dan Dinas Sosial. c. BNN Kota Samarinda sudah terbentuk mendorong dan memfasilitasi terbentuknya lembaga rehabilitasi komponen masyarakat jumlah 2 (dua) dan 1 (satu) sudah ber MoU dengan BNN Pusat, Kemenkes dan Dinas Sosial. d. BNN Kabupaten Bogor sudah terbentuk mendorong dan memfasilitasi terbentuknya lembaga rehabilitasi komponen masyarakat jumlah 2 (dua). Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi milik masyarakat yang terbentuk, adalah sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan 2. Jumlah lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi milik masyarakat yang terbentuk = ( RLRT / TLRT)*100% =(161/94)*100% =171.3% - RLRT = Jumlah Realisasi Lembaga Rehabilitasi yang Terbentuk - TLRT = Jumlah TargetLembaga Rehabilitasi yang Terbentuk Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran. Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah optimalisasi kinerja ke depan adalah : a. Peningkatan kemampuan pengelolaan lembaga rehabilitasi dan pasca rehabilitasi. b. Peningkatan koordinasi dengan pihak pengelola rehabilitasi dan pasca rehabilitasi. c. Adanya standarisasi pelayanan minimal rehabilitasi dan pasca rehabilitasi. 40

72 No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 3. Jumlah informasi masyarakat ,1% tentang peredaran gelap narkoba Informasi Informasi Informasi masyarakat tentang peredaran gelap narkoba merupakan masukan dari masyarakat yang disampaikan kepada BNN, BNNP, dan BNN Kabupaten/Kota melalui Call Center, SMS, media sosial dan yang direspon. Metode pengukuran jumlah informasi masyarakat tentang peredaran gelap narkobadengan kriteria yaitu: a. Jumlah informasi peredaran gelap narkoba dari masyarakat yang disampaikan kepada BNN, BNNP, dan BNN Kabupaten/Kota melalui Call Center, SMS, media sosial, , dll. b. Informasi yang direspon dan ditelusuri kebenarannya untuk ditindaklanjuti. Dari target yang ditetapkan sebanyak informasi dapat terealisasi sebanyak atau sebesar 77,1% (lampiran 12). Faktor yang mengakibatkan kegagalan pencapaian target: a. Masih ada rasa enggan / takut masyarakat untuk melaporkan kasus narkoba di lingkungannya. b. Sosialisasi peran serta masyarakat yang belum optimal terkait dengan peran serta yang dijamin oleh Undang-Undang. Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah informasi masyarakat tentang peredaran gelap narkoba, adalah sebagai berikut: Indikator No. Kinerja Utama 3. Jumlah informasi masyarakat tentang peredaran gelap narkoba Formula Hasil Perhitungan = ( RIPGN / TIPGN)*100% =(4.680/6.070) *100% =77.1% Keterangan - RIPGN = Jumlah Realisasi Informasi Peredaran Gelap Narkoba - TIPGN = Jumlah TargetInformasi Peredaran Gelap Narkoba 41

73 Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran. Hambatan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja adalah sebagai berikut: a. Nomor kontak/telepon penerima pengaduan yang belum tersosialisasi dengan baik. b. Keterbatasan sarana dan prasarana penyaluran informasi terkait dengan permasalahan narkoba. c. Masih adanya rasa takut menjadi saksi ketika melaporkan terjadinya kasus narkoba. Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah perbaikan untuk lebih memaksimalkan capaian kinerja adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan sosialisasi nomor kontak/telepon penerima pengaduan. b. Meningkatkan efektivitas pengelolaan sistem pengaduan masyarakat c. Meningkatkan sosialisasi tentang perlindungan saksi. No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 4. Jumlah penggiat (relawan) aktif ,1% yang melaksanakan pencegahan Penggiat Penggiat penyalahgunaan narkoba Penggiat (relawan) aktif yang melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkoba adalahanggota masyarakat yang berpartisipasi aktif secara kontinyu dalam upaya P4GN di wilayahnya yang didasari atas kesukarelaan dan kemandirian. Metode pengukuran jumlah penggiat (relawan) aktif yang melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkobadengan kriteria yaitu: a. Terdapat sejumlah penggiat (relawan) yang terbentuk sebagai perwujudan program pemberdayaan masyarakat. 42

74 b. Penggiat tersebut berpartisipasi aktif secara kontinyu dalam upaya P4GN di wilayahnya yang didasari atas kesukarelaan dan kemandirian. c. Aktifitas penggiat (relawan) termonitor oleh BNN, BNNP, dan BNN Kabupaten/Kota. Dari target yang ditetapkan sebanyak penggiat dapat terealisasi sebanyak penggiat atau sebesar 123,1% (lampiran 13). Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pencapaian target adalah sebagai berikut: a. Program pemberdayaan masyarakat yang lebih menekankan pada pengembangan kapasitas penggiat anti narkoba di lingkungan instansi pemerintah, lingkungan kerja swasta, lingkungan masyarakat maupun lingkungan pendidikan. b. Penggiat anti narkoba yang telah mendapatkan pengembangan kapasitas diasistensi dalam mengembangkan rencana aksi kegiatan di lingkungan masing-masing. c. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk menjadi penggiat anti narkoba sebagai akibat dari deklarasi Indonesia darurat narkoba. Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah penggiat (relawan) aktif yang melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkoba, adalah sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama 4. Jumlah penggiat (relawan) aktif yang melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkoba Formula Hasil Perhitungan Keterangan = ( RPA / TPA)*100% =(8.655/7.029)*100% =123.1% - RPA = Jumlah Realisasi Penggiat Aktif - TPA = Jumlah TargetPenggiat Aktif - 43

75 Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah optimalisasi kinerja ke depan adalah: a. Akan memberikan apresiasi kepada penggiat anti narkoba. b. Akan dilakukan pembinaan yang berkelanjutan kepada penggiat anti narkoba. c. Penataan database yang akurat tentang penggiat anti narkoba. No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 5. Jumlah kelompok masyarakat ,83% rentan yang bersih narkoba melalui Pokmas Pokmas pemberdayaan alternatif Kelompok masyarakat rentan yang bersih narkoba melalui pemberdayaan alternatif adalah suatu kelompok masyarakat yang mempunyai potensi yang dapat menjadi penyalah guna, korban penyalahgunaan dan pengedar narkoba, yang dengan kesadarannya mengikuti program pemberdayaan alternatif guna mengurangi dampak buruk terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Metode pengukuran jumlah kelompok masyarakat rentan yang bersih narkoba melalui pemberdayaan alternatif dengan kriteria yaitu: a. Kelompok masyarakat rentan yang mempunyai potensi menjadi penyalahguna, korban penyalah guna dan pengedar narkoba karena faktor lingkungan, faktor individu dan faktor ketersediaan narkoba. b. Kelompok masyarakat yang telah mendapat program pembinaan alternatif agar tidak lagi menyalahgunakan dan mengedarkan narkoba. c. Aktivitas kelompok masyarakat yang telah dibina BNN dan telah dapat menurunkan jumlah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompoknya melalui upaya membawa penyalah guna untuk melaporkan diri ke IPWL. Dari target yang ditetapkan sebanyak 240 kelompok masyarakat dapat terealisasi sebesar 170 kelompok masyarakat atau sebesar 70,83%. 44

76 Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran. Penyebab tidak tercapainya target adalah sebagai berikut: a. Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. b. Penanganan permasalahan narkoba masih mengandalkan BNN belum adanya keterlibatan secara bersama dalam penanganan narkoba baik dari pendekatan wilayah maupun sumberdaya. Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah kelompok masyarakat rentan yang bersih narkoba melalui pemberdayaan alternatif, adalah sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama 5. Jumlah kelompok masyarakat rentan yang bersih narkoba melalui pemberdayaan alternatif Formula Hasil Perhitungan =( RMRB / TMRB)*100% =(170/240)*100% =70.83% Keterangan - RMRB = Jumlah Realisasi Kelompok Masyarakat Rentan yang Bersih. - TMRB = Jumlah Target Kelompok Masyarakat Rentan yang Bersih. Hambatan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja adalah sebagai berikut: a. Jajaran bidang pemberantasan belum secara optimal turut serta dalam program pemberdayaan alternatif. b. Mindset dan culture set masyarakat yang masih permissif terhadap ancaman bahaya narkoba di lingkungannya. c. Masih adanya kelompok masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari bisnis narkoba. d. Kurangnya keterampilan dan keahlian kelompok masyarakat rentan. Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah optimalisasi kinerja ke depan adalah: 45

77 a. Meningkatkan koordinasi antar lembaga penegak hukum dalam upaya P4GN. b. Menciptakan program pelatihan perubahan mindset dan culture set. c. Membantu dan memberikan pelatihan keterampilan pada kelompok masyarakat rentan. d. Mengadakan kerjasama instansi terkait dan kalangan swasta untuk melakukan pemberdayaan masyarakat pada kelompok rentan. 46

78 4. Sasaran : Meningkatnya pecandu narkoba yang direhabilitasi pada Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah maupun Komponen Masyarakat dan mantan pecandu narkoba yang menjalani pasca rehabilitasi Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 3 (tiga) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Orang Orang 61,9% Pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah adalah jumlah pecandu, penyalah guna, dan korban penyalahgunaan narkoba yang mendapatkan layanan rehabilitasi rawat jalan maupun rawat inap secara tuntas sesuai program di lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang telah diberikan peningkatan kemampuan oleh BNN. Dengan ditingkatkannya kemampuan lembaga-lembaga instansi pemerintah, akses fasilitas dan petugas rehabilitasi telah tersedia sehingga pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika dapat memperoleh layanan rehabilitasi. Metode pengukuran untuk mendapatkan jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah dengan kriteria yaitu: a. Terdapat sejumlah pecandu, penyalah guna, dan korban penyalahgunaan narkoba yang mendapatkan layanan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi instansi pemerintah. b. Selanjutnya yang disebutkan pada point a diverifikasi telah selesai mengikuti program. c. Syarat untuk selesai rawat jalan di RSU/RSUD/Puskesmas/Klinik Pratama BNNP/K adalah dengan mengikuti program rawat jalan sebanyak 8 (delapan) kali pertemuan atau sesuai kebutuhan berdasarkan hasil asesment dan rencana terapi yang telah ditetapkan. 47

79 d. Syarat untuk selesai rawat inap di lembaga instansi pemerintah yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi (Lapas, Rindam, SPN, BNK Kampar, dan RS Suyoto) adalah dengan mengikuti program rawat inap selama 3 (tiga) bulan. e. Syarat untuk selesai rawat inap di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, dan Balai Rehabilitasi BNN Tanah Merah adalah 3-6 bulan sesuai dengan rencana terapi yang telah ditetapkan sementara syarat selesai program rehabilitasi di Loka Rehabilitasi Batam adalah 3,5 bulan. Dengan kriteria tersebut, diharapkan dari total target pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang mengikuti layanan rehabilitasi instansi pemerintah dapat menyelesaikan layanan rehabilitasi. Target ini ditetapkan mengingat lembaga yang dijadikan tempat rehabilitasi sebagian besar adalah lembaga baru yang difungsikan sebagai tempat rehabilitasi dengan kondisi sarana prasarana dan SDM yang sangat terbatas baik dalam kualitas maupun kuantitas, terutama lembaga rehabilitasi rawat jalan yang baru beroperasi dan diperkenalkan program pada tahun Grafik 4. Jumlah pecandu narkoba yang menerima layanan dan selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Tahun Menerima Layanan Target Selesai Program Realisasi 48

80 Pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang mendapatkan layanan di lembaga rehabilitasi instansi pemerintah sebanyak orang. Dari jumlah tersebut telah diverifikasi, terdapat orang yang selesai mengikuti program rehabilitasi atau sebesar 61,9% dari target yang diperjanjikan sebanyak orang (lampiran 14). Banyaknya pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang tidak selesai mengikuti program rehabilitasi rawat inap dikarenakan oleh pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang dipulangkan atas permintaan keluarga, split (melarikan diri dari program karena belum bersedia atau tidak mau untuk direhabilitasi), meninggal atau dirujuk ke rumah sakit karena penyakit penyertanya. Sedangkan narapidana yang direhabilitasi di lapas tidak selesai mengikuti program rehabilitasi dikarenakan telah mendapatkan pembebasan bersyarat atau telah selesai masa hukumannya sebelum program rehabilitasinya selesai. Untuk pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang tidak selesai mengikuti program rehabilitasi rawat jalan dikarenakan penyalah guna tersebut tidak datang kembali untuk mengikuti program rehabilitasi di pertemuan selanjutnya. Beberapa penyebabnya adalah penyalah guna tersebut merupakan kategori coba pakai dan tidak merasa membutuhkan layanan rehabilitasi, kemudian penyalah guna tersebut masih produktif (bekerja atau sekolah) sehingga tidak dapat mengikuti program rehabilitasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah, adalah sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Formula Hasil Perhitungan =( RPNS / TPNS)*100% =(7.477/12.086) *100% =61.9% Keterangan - RPNS = Jumlah Realisasi Pecandu Narkoba Selesai Program. - TPNS = Jumlah Target Pecandu Narkoba Selesai Program. 49

81 Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran (tahun 2015 terdapat kebijakan Presiden dalam bentuk program rehabilitasi Penyalah Guna Narkoba yang tahun-tahun sebelumnya tidak ada). Rekomendasi/rencana aksi ke depan adalah penetapan target sasaran yang lebih realistis disesuaikan dengan kondisi fasilitas dan kapasitas lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ada disertai ketersediaan SDM yang memiliki kuantitas dan kualitas yang memadai. No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 2. Jumlah pecandu narkoba yang ,6% selesai mengikuti program Orang Orang rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat Pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat adalah jumlah pecandu, penyalah guna dan korban penyalahgunaan narkoba yang mendapatkan layanan rehabilitasi rawat jalan maupun rawat inap secara tuntas di lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang diberi peningkatan kemampuan oleh BNN. Metode pengukuran untuk mendapatkan jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat dibedakan dalam 2 kriteria sesuai dengan model layanan yang diselenggarakan terdiri dari: a. Rehabilitasi Medis. 1) Jumlah pecandu, penyalah guna, dan korban penyalahgunaan narkoba yang mendapatkan layanan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi medis komponen masyarakat. 2) Selanjutnya yang disebutkan pada point a diverifikasi telah selesai mengikuti program secara tuntas. 50

82 3) Syarat untuk selesai rawat jalan dan inap medis adalah dengan mengikuti program selama 1 s.d 3 minggu (Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Pedoman Rehabilitasi Komprehensif Berbasis Rumah Sakit) b. Rehabilitasi Sosial. 1) Jumlah pecandu, penyalah guna, dan korban penyalahgunaan narkoba yang mendapatkan layanan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi sosial komponen masyarakat. 2) Selanjutnya yang disebutkan pada point a diverifikasi telah selesai mengikuti program secara tuntas. 3) Syarat untuk selesai rawat jalan sosial adalah dengan mengikuti program rawat jalan sebanyak 8 (delapan) kali (Modul Asesmen dan Rencana Terapi Gangguan Penggunaan Narkotika edisi 2014 Kementrian Kesehatan RI). 4) Syarat untuk selesai rawat inap sosial adalah dengan mengikuti program rawat inap selama 3 (tiga) bulan. Dengan kriteria tersebut, diharapkan 60% pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang mengikuti layanan rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat dapat menyelesaikan layanan rehabilitasi. Dari target yang ditetapkan sebanyak orang pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat, dapat terealisasi sebanyak orang atau sebesar 106,6%. Adapun rician pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang mengikuti layanan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi komponen masyarakat (lampiran 15). Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat, adalah sebagai berikut: 51

83 No. Indikator Kinerja Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan 2. Jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat =( RPNS / TPNS)*100% =(9.594/9.000) *100% =106.6% - RPNS = Jumlah Realisasi Pecandu Narkoba Selesai Program. - TPNS = Jumlah Target Pecandu Narkoba Selesai Program. Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran (tahun 2015 terdapat kebijakan Presiden dalam bentuk program rehabilitasi Penyalah Guna Narkoba yang tahun-tahun sebelumnya tidak ada). Grafik 5. Jumlah pecandu narkoba yang menerima layanan dan selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat Tahun Menerima Layanan Selesai Program Target Realisasi 52

84 Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah optimalisasi kinerja dengan meningkatkan jumlah pecandu narkoba yang selesai mengikuti program rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat dari orang menjadi Orang. No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 3. Angka pecandu narkoba yang telah ,7% mendapatkan rehabilitasi dan Orang Orang kembali produktif dalam kehidupan bermasyarakat Pecandu narkoba yang telah mendapatkan rehabilitasi dan kembali produktif dalam kehidupan bermasyarakat artinya mantan pecandu, penyalah guna dan korban penyalahgunaan setelah mendapatkan rehabilitasi dapat mempertahankan pemulihannya dengan melanjutkan layanan pascarehabilitasi sehingga mampu berfungsi sosial di keluarga dan masyarakat. Metode pengukuran untuk mendapatkan angka pecandu narkoba yang telah mendapatkan rehabilitasi dan kembali produktif dalam kehidupan bermasyarakat dengan kriteria yaitu: a. Mantan pecandu, penyalah guna dan korban penyalahgunaan narkoba yang telah selesai menjalani program rehabilitasi dan mengikuti layanan pascarehabilitasi. b. Mengumpulkan data jumlah klien yang mendapatkan layanan pascarehabilitasi. c. Menvalidasi data jumlah klien yang selesai mengikuti layanan Pascarehabilitasi dan mampu berfungsi sosial di keluarga dan masyarakat. Dari target yang ditetapkan sebanyak orang dapat terealisasi sebanyak orang atau sebesar 49,73%, dengan rincian sebagaimana tabel di bawah ini. Sedangkan rincian pecandu narkoba di Rumah Dampingan, BNNP dan Bapas dapat dilihat pada lampiran

85 Tabel 12. Capaian angka pecandu narkoba yang kembali produktif dalam No. kehidupan bermasyarakat Lembaga Pascarehabilitasi Jumlah (Orang) Rawat Jalan Rawat Inap Total 1. Rumah Damping Layanan di BNNP Layanan di Bapas Total Penyebab kegagalan pencapaian target kinerja disebabkan penetapan target yang terlalu tinggi kurang memperhitungkan waktu pelaksanaan dan evaluasi hasil. Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Angka pecandu narkoba yang telah mendapatkan rehabilitasi dan kembali produktif dalam kehidupan bermasyarakat, adalah sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama 3. Angka pecandu narkoba yang telah mendapatkan rehabilitasi dan kembali produktif dalam kehidupan bermasyarakat Formula Hasil Perhitungan =( RPNSP / TPNSP)*100% =(4.973/10.000) *100% =49.7% Keterangan - RPNSP = Jumlah Realisasi Pecandu Narkoba Selesai Program dan kembali Produktif. TPNSP = Jumlah Target Pecandu Narkoba Selesai Program dan kembali Produktif. Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran (tahun 2015 terdapat kebijakan Presiden dalam bentuk program rehabilitasi Penyalah Guna Narkoba yang tahun-tahun sebelumnya tidak ada). Rekomendasi/rencana aksi ke depan adalah meningkatkan target dan mutu pelayanan disamping tetap memperhatikan ketersediaan sumber daya. 54

86 55

87 5. Sasaran : Meningkatnya pengungkapan jaringan sindikat kejahatan narkoba dan penyitaan aset jaringan sindikat kejahatan narkoba Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 4 (empat) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 1. Jumlah jaringan sindikat kejahatan % narkoba yang terungkap Jaringan Jaringan Jumlah jaringan sindikat kejahatan narkoba yang terungkap adalah kelompok pelaku tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terorganisir/ terstruktur dengan peran antara lain penyandang dana, pemilik narkoba, produsen, pengendali, bandar besar, bandar, penjual/pengedar dan kurir yang berhasil diungkap. Metode pengukuran jaringan sindikat kejahatan narkoba yang terungkap dengan kriteria yaitu: a. Jumlah tersangka dalam satu jaringan sindikat yang terungkap. b. Peran dari masing-masing tersangka yang tertangkap dalam satu jaringan sindikat. c. Modus operandi yang digunakan oleh jaringan. d. Alur transaksi keuangan hasil tindak pidana narkoba. e. Jenis narkoba yang berhasil disita. Dari target yang ditetapkan sebanyak 20 jaringan dapat terealisasi sebanyak 20 jaringan atau mencapai 100% dari target yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja (lampiran 17). Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah jaringan sindikat kejahatan narkoba yang terungkap, adalah sebagai berikut: 56

88 No. Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah jaringan sindikat kejahatan narkoba yang terungkap Formula Hasil Perhitungan =( RJSKN / TJSKN)*100% =(20/20)*100% =100% Keterangan - RJSKN = Jumlah Realisasi Jaringan Sindikat Kejahatan Narkoba - TJSKN = Jumlah Target Jaringan Sindikat Kejahatan Narkoba Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah sebagai berikut: a. Adanya dukungan IT yang telah dimiliki oleh BNN. b. Terjalinnya kerjasama kuat antar penegak hukum baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014 terjadi sedikit penurunanpada prosentase pencapaian target sebesar 3,7% yaitu dari 103,7% pada tahun 2014 menjadi 100% pada tahun Perbandingan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. Grafik 6. Jumlah jaringan sindikat kejahatan narkoba yang terungkap % Penurunan Capaian 3,7% ,7% 100%

89 Rekomendasi/rencana aksi ke depan semakin memanfaatkan IT yang ada dan mengupgrade peralatan sesuai dengan perkembangan teknologi dan semakin menjalin kerjasama dengan para penegak hukum termasuk sharing informasi. No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 2. Jumlah kasus tindak pidana ,7% peredaran gelap narkoba yang Kasus Kasus terungkap dan diselesaikan (P.21) Kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terungkap dan diselesaikan (P.21) adalah kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terungkap dan dilakukan penyidikan, setelah dinyatakan lengkap kemudian dilimpahkan ke Kejaksaan. Dari target yang ditetapkan sebanyak 278 kasus dapat terealisasi sebanyak 394 kasus atau tercapai sebesar 141,7% (lampiran 18). Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terungkap dan diselesaikan (P.21), adalah sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama 2. Jumlah kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terungkap dan diselesaikan (P.21) Formula Hasil Perhitungan =( RP21 / TP21)*100% =(394/278)*100% =141,7% Keterangan - RP21 = Jumlah Realisasi Tindak Pidana Narkoba yang telah P21 - RP21 = Jumlah Realisasi Tindak Pidana Narkoba yang telah P21 Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah semakin menguatnya koordinasi antar penegak hukum khususnya dengan Kejaksaan. Beberapa kasus besar yang berhasil diungkap oleh BNN pada tahun 2015 antara lain: a. Kasus 862 kg sabu jaringan sindikat internasional Tiongkok Wong Chi Ping CS. 58

90 b. Kasus 270 kg sabu jaringan sindikat internasional (Tiongkok Malaysia Indonesia) di sebuah area pergudangan di Kota Medan. c. Kasus 161 dari tangan seorang kurir bernama Tommy Liem als Rendi als Ocha (pria, 35 Th) yang membawa sabu seberat ,2 gram di daerah Karawang. d. Kasus 49,35 kg sabu jaringan sindikat internasional yang melibatkan WNI dan WNA Hongkong dengan tersangka utama Lauw Peg Goan alias Andi. e. Kasus 57,7 kg sabu, BNN Bekerja sama dengan Bea dan Cukai Bandar Lampungberhasil mengamankan barang bukti tersebut yang disembunyikan dalam tiga buah kontainer di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014 secara jumlah kasus P.21 menunjukkan terjadi sedikit penurunan jumlah kasus yang diselesaikan sebanyak 4 (empat) kasus, yaitu dari 398 kasus pada tahun 2014 menjadi 394 kasus pada tahun Perbandingan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. Grafik 7. Jumlah kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang terungkap dan diselesaikan (P.21) Terpaut 4 kasus P.21 dari tahun sebelumnya Rekomendasi/rencana aksi ke depan meningkatkan koordinasi antara penyelidik dan penyidik dan antar aparat penegak hukum lainnya di luar BNN. 59

91 No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 3. Jumlah kasus Tindak Pidana % Pencucian Uang (TPPU) terkait Kasus Kasus tindak pidana peredaran gelap narkoba yang diselesaikan (P.21) Kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait tindak pidana peredaran gelap narkoba yang diselesaikan (P.21) adalah kasus tindak pidana pencucian uang yang terkait tindak pidana asal (narkoba) yang terungkap dan dilakukan penyidikan, setelah dinyatakan lengkap kemudian dilimpahkan ke Kejaksaan. Metode pengukuran Jumlah kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait tindak pidana peredaran gelap narkoba yang diselesaikan (P.21) dengan kriteria yaitu: - Jumlah kasus TPPU yang dinyatakan P.21. Dari target yang ditetapkan sebanyak 14 kasus dapat terealisasi sebanyak 7 kasus atau sebesar 50%. Hasil capaian tahun 2015 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2014 karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian kinerja dan kelompok sasaran (lampiran 19). Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Jumlah kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait tindak pidana peredaran gelap narkoba yang diselesaikan (P.21), adalah sebagai berikut: No. Indikator Kinerja Utama 3. Jumlah kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait tindak pidana peredaran gelap narkoba yang diselesaikan (P.21) Formula Hasil Perhitungan = ( RTPPUP21 / TPPUP21)*100% =(7/14)*100% =50% Keterangan - RTPPUP21 = Jumlah Realisasi TPPU Tindak Pidana Narkoba yang telah P21 - TTPPUP21 = Jumlah Target TPPU Tindak Pidana Narkoba yang telah P21 60

92 Penyebab tidak tercapainya target pengungkapan kasus TPPU adalah sebagai berikut: a. Kewenangan penyidikan TPPU yang belum diberikan secara penuh ke BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota tentang pemblokiran rekening dan permintaan data keadaan keuangan tersangka/mutasi rekening tersangka. b. Kemampuan menganalisis alur transaksi keuangan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan penyidik. c. Belum terlaksananya pelatihan penyeledikan dan penyidikan di bidang TPPU. d. Kurangnya sumberdaya manusia dalam penanganan kasus TPPU. Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah perbaikan untuk lebih memaksimalkan capaian kinerja adalahmeningkatkan kuantitas dan kualitas serta penyebaran tenaga penyidik TPPU ke BNN Provinsi yang mempunyai kasus-kasus yang berpotensi TPPU. No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % 4. Nilai aset jaringan sindikat 58,279 85, % kejahatan narkoba yang disita Milyar Milyar Nilai aset jaringan sindikat kejahatan narkoba yang disita adalah jumlah nilai barang bukti non narkoba yang berhasil disita, baik berupa aset bergerak dan tidak bergerak yang bernilai ekonomis. Metode pengukuran nilai aset jaringan sindikat kejahatan narkoba yang disitadengan kriteria yaitu: - Nilai aset yang berhasil disita terkait dengan pelaku tindak pidana narkoba. Dari target yang ditetapkan senilai Rp. 58,279 Milyar dapat terealisasi senilai Rp. 85,109 Milyar atau sebesar 146% (lampiran 20). Formula yang digunakan untuk mengukur prosentase capaian kinerja pada indikator kinerja utama Nilai aset jaringan sindikat kejahatan narkoba yang disita, adalah sebagai berikut: 61

93 No. Indikator Kinerja Utama 4. Nilai aset jaringan sindikat kejahatan narkoba yang disita Formula Hasil Perhitungan = RAKNS / TAKNS)*100% =(85.109/58.279) *100% =146% Keterangan - RAKNS = Jumlah Realisasi Aset Kejahatan Narkoba yang Disita - TAKNS = Jumlah Target Aset Kejahatan Narkoba yang Disita Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah sebagai berikut : a. Kemampuan menganalisis dan membuktikan alur transasksi keuangan terkait dengan tindak pidana narkoba. b. Terjalinnya koordinasi yang kuat antara BNN dengan PPATK dan lembaga keuangan lainnya terutama dalam penyelusuran aset. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014 terjadi penurunan capaian sebesar 70,66% yaitu dari 216,7% pada tahun 2014 menjadi 146,04% pada tahun Penurunan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini. Grafik 8. Nilai aset jaringan sindikat kejahatan narkoba yang disita % Penurunan Capaian 70,66% ,7% ,04% Rekomendasi/rencana aksi ke depan semakin memperkuat hubungan dengan PPATK maupun lembaga keuangan lainnya termasuk pajak. 62

KATA PENGANTAR Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara Laporan Kinerja BNN Tahun 2014

KATA PENGANTAR Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara Laporan Kinerja BNN Tahun 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat rahmat dan hidayah-nya, penyusunan Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2014 ini, dapat diselesaikan sesuai dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya, sehingga penyusunan Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2016 ini, dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL r PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67 ayat (3) Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.493, 2015 BNN. Provinsi. Kabupaten/Kota. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Saat ini, BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 Provinsi, sedangkan di tingkat

Lebih terperinci

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional BEBAN KINERJA POK AHLI memberikan saran dan masukan kepada Ka BNN. ITTAMA melaksanakan pengawasan BNN. intern KEPALA a. memimpin BNN dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara LAKIP BNN Tahun 2013

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara LAKIP BNN Tahun 2013 1 KATA PENGANTAR tas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2013. Azas akuntabilitas seperti yang tertuang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL 2 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Instansi

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR PER / 4 / V / 2010 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017 JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017 STRUKTUR ORGANISASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPUTI BIDANG HUKUM DAN KERJA SAMA DEPUTI BIDANG HUKUM DAN KERJA SAMA MEMPUNYAI TUGAS MELAKSANAKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, BNN DAN PPATK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

CHECKLIST REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA No Pernyataan Y/T Keterangan

CHECKLIST REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA No Pernyataan Y/T Keterangan CHECKLIST REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN NARKOTIKA NASIONAL TA. 2017 No Pernyataan Y/T Keterangan I Format 1. Laporan Kinerja (LKj) telah menampilkan data penting IP Uraian singkat organisasi

Lebih terperinci

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN 2011-2015 Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Implementasi Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 Jakarta, 8 Mei

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 29 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 29 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega No.303, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pelayanan. Lembaga Rehabilitasi Narkoba. Komponen Masyarakat. Pelaksanaan. Penelitian. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG PROPINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG TUGAS DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PELAYANAN LEMBAGA REHABILITASI NARKOTIKA KOMPONEN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA Jakarta, 22 Desember 2016 Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang mengancam dunia

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... - 1 - Menimbang PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx Nama Lembaga : (1) Unit Kerja : (2) Program : (3) Sasaran Program (Outcome) : (4) Kegiatan : (5) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik No.1904, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Kerjasama. Pencabutan. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke No.912, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Instansi Vertikal. Pembentukan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bahwa visi atau tujuan Nasional Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia saat ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dan telah sampai ke semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN LEMBAGA REHABILITASI SOSIAL BAGI PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG TAHUN 2016 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2016 Jalan Sukabumi No. 17 Bandung Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.1438, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian. No.371, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. No.135, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LOKA REHABILITASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.219, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap

Lebih terperinci

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT) FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT) Nama Lembaga : (1) Unit Kerja : (2) Program : (3) Sasaran Program (Outcome) : (4) Kegiatan : (5) Indikator Kinerja Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA TAHUN 2011-2015 PRESIDEN, Untuk lebih

Lebih terperinci

BNNP DIY LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014

BNNP DIY LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 BNNP DIY LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG TAHUN 2014 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2014 JALAN SUKABUMI NO 17 BANDUNG Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan nasional yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia tidak kunjung tuntas dan semakin memprihatinkan bahkan sampai mengancam

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T No. 339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pencucian Uang. Asal Narkotika. Prekursor Narkotika. Penyelidikan. Penyidikan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELIDIKAN

Lebih terperinci

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73 C. Pengelolaan Keuangan... 67 BAB IV PENUTUP... 73 Kesimpulan... 73 LAMPIRAN : - Pernyataan Telah Direviu - Formulir Checklist Reviu - Reviu Matrik Rencana Strategis Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2010-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di Indonesia memerlukan pemecahan bersama, melibatkan seluruh pemangku kebijakan dan seluruh komponen masyarakat.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN Pada bagian awal dari bab in akan dibahas tentang permasalahan narkoba dan mengenai ditetapkannya Strategi Nasional Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan peredaran Gelap Narkotika,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

A IO N BNN BADAN NARKOTIKA NASIONAL. RENSTRA BNN [reviu]

A IO N BNN BADAN NARKOTIKA NASIONAL. RENSTRA BNN [reviu] RKOTIKA NA S AL BAD A IO N N NA BNN BADAN NARKOTIKA NASIONAL RENSTRA BNN 2015-2019 [reviu] RENCANA STRATEGIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2015-2019 (midterm reviu) 1 2 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI.. ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang. 1 B. Tugas dan Fungsi Bappeda Kota Samarinda. 2 C. Struktur Organisasi Bappeda Kota Samarinda.. 3 BAB II RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa dan raga. Masalah yang

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, profesional dan bertanggungjawab

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014 TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan

Lebih terperinci

User [Pick the date]

User [Pick the date] RENCANA KERJA KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG TAHUN 2016 User [Pick the date] KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG Jl babakan sari no.177 Bandung telepon (022) 7271101 2015 Rencana Kerja Kecamatan Kiaracondong

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kecamatan Ujungberung Kota Bandung Tahun 2016,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Disampaikan pada acara Pembahasan Indikator KLA, 18 April 2015 INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau adalah lembaga pemerintah non kementrian yang professional yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Wewenang dan Kewenangan. Pengertian Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam lapangan hukum publik. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci