INVERTER DENGAN PENGONTROL BEBAN OTOMATIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INVERTER DENGAN PENGONTROL BEBAN OTOMATIS"

Transkripsi

1 INVERTER DENGAN PENGONTROL BEBAN OTOMATIS Mujiman Jurusan Teknik Elektro, FTI, IST AKPRIND Yogyakarta - ABSTRACT Along with increasingly fast of technological development lately, hence expansions in area technology always emboldened, not aside from completion of electronics area technology and electricity. Side that, the happening of crisis energy and bounces up it the price of oil a world of induction at the increasing of operating expenses to operate power station managed by electrical company of state (PLN) this which between her using oil fuel as turbine activator. Recently electric current from PLN often is broken by a trouble or caused by division of tension from generating which caused by the many customers, while available power is falling short. To close over financial loss effect the increasing of operating expenses and addition of electrical generating of alternative to can fulfill electrical requirement of customer increasing hence PLN to take policy to increase electrics base tariff which will be charged upon customer. Power feeder inverter is a network which can be application for house to remain, so that if happened extinction or trouble from PLN like the one often we are natural lately, we are not necessarily be busy looks for candle and admits of continues activity as usual during supply of electric current from accumulator still available to providing tension to electrical main is house. Keywords: inverter, electronics area technology, electricity technology INTISARI Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi belakangan ini, maka pengembangan teknologi terus digalakkan, tidak terkecuali penyempurnaan teknologi bidang elektronika dan kelistrikan. Disamping itu, terjadinya krisis energi dan melambungnya harga minyak dunia yang berimbas pada meningkatnya biaya operasional untuk mengoperasikan pembangkit listrik yang dikelola oleh perusahaan listrik negara (PLN) ini yang diantaranya yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai penggerak turbin. Akhir-akhir ini aliran listrik dari PLN seringkali terputus karena suatu gangguan atau karena adanya pembagian suplay tegangan dari pembangkit yang disebabkan oleh banyaknya pelanggan, sedangkan daya yang tersedia tidak mencukupi. Untuk menutupi rugi finansial akibat dari meningkatnya biaya operasional dan penambahan pembangkit-pembangkit listrik alternatif agar dapat memenuhi kebutuhan listrik pelanggan yang meningkat maka PLN mengambil kebijakan untuk meningkatkan tarif dasar listrik yang akan dibebankan kepada pelanggan. Inverter penyedia daya adalah sebuah rangkaian yang dapat diaplikasikan untuk rumah tinggal, sehingga bila terjadi pemadaman atau gangguan dari PLN seperti yang sering kita alami belakangan ini, kita tidak perlu repot-repot mencari lilin dan masih dapat meneruskan aktifitas seperti biasa selama persediaan arus listrik dari akumulator masih tersedia untuk menyediakan tegangan ke jala-jala listrik di rumah. Kata kunci: inverter, teknologi bidang elektronika, teknologi kelistrikan PENDAHULUAN Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi belakangan ini, maka pengembangan-pengembangan dibidang teknologi terus digalakkan, tidak terkecuali penyempurnaan teknologi bidang elektronika dan kelistrikan. Disamping itu, terjadinya kerisis energi dan melambungnya harga minyak dunia yang berimbas pada meningkatnya biaya operasional untuk mengoperasikan pembangkit listrik. Inverter penyedia daya adalah sebuah rangkaian yang dapat diaplikasikan untuk rumah tinggal, sehingga bila terjadi pemadaman atau gangguan dari PLN seperti yang sering kita alami belakangan ini, kita tidak perlu repot-repot mencari lilin dan masih dapat meneruskan aktifitas seperti biasa selama persediaan arus listrik dari akumulator masih tersedia untuk menyediakan tegangan ke jala-jala listrik dirumah, Saat ini rangkaian inverter dengan mudah kita jumpai dipasaran dan memiliki keluaran daya yang beraneka ragam, dan belum memiliki indikator tegangan masukkan pada sumber tegangan. Dengan mengetahui sumber tegangan masukkan maka dapat mengontrol beban keluaran secara otomatis. 240

2 Metode Penelitian Sistem inverter dirancang untuk berbagai kebutuhan dimulai dari yang sederhana yaitu penerangan darurat hingga yang lebih rumit yaitu pembangkit listrik alternatif seperti pembangkit listrik tenaga surya dan mikrohidro. Prinsip dasar dari sistem inverter adalah mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik, di dalam inverter terbagi dalam beberapa bagian yaitu multivibrator yang berfungsi sebagai pembangkit frekuensi, penguat awal dan penguat akhir. Multivibrator Multivibrator adalah suatu rangkaian regeneratif dengan dua buah piranti aktif yang dirancang khusus sehingga salah satu piranti menghantar pada saat piranti yang lainnya terpancung. Ketiga jenis dasar multivibrator adalah bistabil, astabil dan monostabil. Multivibrator dapat menyimpan bilangan biner, mencacah pulsa, menyerampakkan operasi aritmatika, serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi yang lain dalam sistem digital. 1. Multivibrator astabil Multivibrator astabil adalah suatu tipe osilator elektronik yang menghasilkan tegangan output yang secara terus-menerus dan otomatis di switch dari kondisi tinggi ke kondisi rendah kemudian dari kondisi rendah ke kondisi tinggi dan seterusnya sehingga rangkaian mempunyai dua keadaan, namun tidak stabil pada salah satu diantaranya atau multivibrator akan berada pada salah satu keadaannya selama sesaat kemudian berpindah ke keadan yang lain. Perpindahan ini akan menghasilkan suatu gelombang persegi (gelombang kotak) yang sangat cepat, karena tidak dibutuhkan sinyal masukan untuk memperoleh suatu keluaran. Disini multivibrator menetap untuk sesaat sebelum berpindah kembali ke keadaan semula. Perpindahan pulang pergi yang bersinambungan ini menghasilkan suatu gelombang segiempat dengan waktu bangkit yang sangat cepat. Karena tidak dibutuhkan sinyal masukan untuk memperoleh suatu keluaran, multivibrator astabil kadang disebut multivibrator bekerjabebas. Gambar 1 memperlihatkan sebuah multivibrator astabil transistor. Pada umumnya, salah satu transistor jenuh pada saat lainnya terpancung. Untuk memastikan hal ini, perancang membuat RB/RE lebih kecil daripada βde atau Hfe transistor. Bila syarat ini dipenuhi, salah satu transistor akan jenuh, dan akan mengakibatkan transistor lainnya terpancung (pada gambar 2.1, βde harus lebih besar dari 50). +Vcc V CC R C R B R B R C 0 C 1 C 2 Q 1 Q 2 Gambar 1: Multivibrator astabil transitor Ada kalanya dibutuhkan daur tugas yang bukan 50 persen dan ini dapat diperoleh dengan menggukanan dua buah tahanan basis yang berlainan atau dua buah kapasitor yang berlainan. Jika frekuensi kerja ( f ), konstanta waktu (Tc), resistor eksternal (Rx), kapasitor eksternal (Cx), maka: 1 f = Tc Tc = 4,40. Rx. cx 2. Multivibrator monostabil Multivibrator monostabil adalah suatu rangkaian yang setiap disulut akan memberikan tegangan output tinggi untuk suatu waktu yang belum ditentukan sebelumnya, kemudian setelah selang waktu tegangan output rangkaian akan kembali ke kondisi normal yaitu tegangan rendah, sehingga dapat 241

3 dikatakan rangkaian ini akan stabil pada salah satu keadaan lainnya. Multivibrator ini sangat berguna untuk membangkitkan sinyal-sinyal pengendali gerbang, memberikan waktu tunda dan membentuk kembali pulsa-pulsa yang cacat. Multivibrator ini stabil pada salah satu keadaan namun tidak stabil pada keadaan lainnya. Bila dipicu, rangkaian berpindah dari kedaan stabil ke keadaan tak stabil. Rangkaian menetap pada keadaan tidak stabil ini selama sesaat dan selanjutnya kembali ke keadaan stabilnya. Gambar 2. memperlihatkan salah satu cara untuk menyusun sebuah multivibartor monostabil. Keadaan stabil adalah Q1 mati dan Q2 hidup, yang berkaitan dengan keluaran rendah. Pada suatu saat pinggiran pulsa lonceng positif tiba, pinggiran ini dideferensiasi oleh kapasitor masukan guna mendapatkan suatu impuls positif yang sempit pada basis Q1. Impuls ini menghidupkan Q1, menurunkan tegangan kolektor Q1. Penurunan ini dihubungkan ke basis Q2, sehingga mematikan transistor ini. Namun kondisi Q1 hidup Q2 mati hanya berlaku sementara, ketika dengan berubahnya muatan kapasitor, prategangan muncul pada bais Q2 akan hilang. Setelah selang waktu tertentu yang ditentukan oleh tetapan waktu RC pada rangkaian basis Q2, Q2 kembali hidup dan Q1 mati. +Vcc R 1 R L1 R R L2 C C Q 1 Q 2 y A B A B R 2 R E Gambar 2: Multivibrator monostabil transistor Pada saat pulsa positif tiba di basis Q1, tegangan keluaran Y berpindah dari rendah ke tinggi selama sesaat dan selanjutnya kembali ke keadaan rendah. Terdapat sebuah pulsa segiempat bagi setiap pinggiran pulsa positif. Itulah sebabnya multivibrator monostabil kadang disebut multivibrator satu-bidik atau one shot. Multivibrator satu bidik sangat berguna untuk membentuk kembali pulsa-pulsa yang cacat, membangkitkan sinyal-sinyal pengendali gerbang, memberikan tunda waktu, dan sebagainya. Penguat transistor Ada tiga rangkaian dasar penguat transistor. Pada setiap rangkaian, salah satu dari ketiga kaki transistor merupakan acuan terhadap ground dari rangkaian, atau titik bersama. Rangkaian dasar penguat transistor ada tiga, yaitu: 1. Rangkaian emitor bersama. Rangkain emitor bersama paling banyak dan luas penggunaannya. Dalam ragkaian tersebut emitor merupakan elemen bersama, seperti nama yang diberikan. Emitor digunakan bersama sebagai jalur sinyal masukan maupun jalur sinyal keluaran. Sinyal masukan diumpankan ke dalam rangkaian melalui basis dan emitor, sementara sinyal keluaran dilakukan melalui kolektor dan emitor. Rangkaian emitor bersama yang sederhana ditunjukkan dalam gambar 3 242

4 E1 E2 R B R C Keluaran Masukan R E Gambar 3: Rangkaian tipikal emitor bersama Beberapa faktor yang menetukan besarnya arus basis (Ib) meliputi tegangan sumber basis (E1), resistansi basis (Rb), resistansi emitor (Re), dan penurunan tegangan pada sambungan emitor-basis. Penurunan tegangan ini pada umumnya sekitar 0,7 volt untuk transistor silikon. Transistor germanium mempunyai penurunan tegangan yang lebih kecil pada sambungan (umumnya 0,21 sampai 0,3 Volt). 2. Rangkaian basis bersama. Gambar 4 menunjukkan sebuah rangkaian basis bersama. Dalam rangkaian basis bersama, elemen bersama yang digunakan untuk masukan dan keluaran adalah basis. Sinyal masukan diumpankan pada emitor dan basis, dan sinyal keluaran dilakukan pada kolektor dan basis. E R C Keluaran Masukan R E Gambar 4: Rangkaian basis bersama Di dalam konfigurasi ini, penguatan sinyal ditentukan oleh perbandingan antara arus kolektor (Ic) dan arus emitor (Ie): Ic Gain = Ie Penguatan rangkaian basis bersama adalah sama dengan alfa. Penguatan dari sebuah penguat basis bersama selalu kurang dari satu satuan. Berarti, sinyal keluarannya mempunyai amplitudo yang lebih kecil daripada sinyal masukannya. Alfa hanya menyatakan penguatan arus dari sebuah penguat basis bersama. Penguatan tegangan, sebaliknya dapat lebih besar daripada satu satuan. Penguatan daya (arus kali tegangan) dari sebuah penguat basis bersama sedikit lebih besar daripada penguat daya sebuah emitor bersama yang sebanding. Sinyal keluaran dari rangkaian basis bersama adalah sefase dengan sinyal masukannya. Hanya konfigurasi emitor bersama yang membalik sinyal. 3. Rangkaian kolektor bersama Konfigurasi dasar transistor yang ketiga adalah menggunakan kolektor sebagai elemen bersama. Seperti dalam gambar 5, sinyal masukan diumpankan pada basis dan kolektor, dan sinyal masukannya dilakukan pada emitor dan kolektor. 243

5 Gambar 5: Rangkaian kolektor bersama Penguatan tegangan dari sebuah rangkaian penguat kolektor bersama selalu kurang dari 1. Penguatan arus cukup tinggi, tetapi penguatan dayanya rendah. Rangkaian kolektor bersama tidak digunakan sebanyak rangkaian emitor bersama atau basis bersama. Sebenarnya, konfigurasi ini tidaklah membentuk suatu penguat yang baik. Penggunaan rangkaian kolektor bersama pada umumnya adalah pencocokan impedansi. Dengan rangkaian emitor bersama dan basis bersama. Impedansi masukan lebih rendah dari pada impedansi keluaran. dengan menggabungkan beberapa tingkat penguat secara seri, didapatkan keluaran impedansi tinggi dibandingkan tingkat sebelumnya yang mengumpani masukan impedansi rendah dari tingkat berikutnya. Hal ini dapat menyebabkan kerja rangkaian tidak efisien dan distorsi bahkan kegagalan rangkaian. Dengan rangkaian kolektor bersama impedansi-impedansi di balik. Impedansi masukan cukup tinggi, dan impedansi keluaran rendah. Dengan meggunakan rangkaian kolektor bersama, suatu sinyal impedansi tinggi dapat diubah menjadi sinyal impedansi rendah. Tipe inverter Tugas utama dari sebuah inverter adalah merubah tegangan DC dari akumulator menjadi tegangan AC yang berupa sinyal sinus setelah melalui pembentukan gelombang dan rangkaian filter. Tegangan output yang dihasilkan harus stabil baik amplitudo tegangan maupun frekuensi tegangan yang dihasilkan, distorsi yang rendah, tidak terdapat tegangan transien serta tidak dapat diinterupsi oleh suatu keadaan. 1. Quasi square wave inverter Inverter dari sistem ini dapat menghasilkan sinyal dengan duty cycle yang bervariasi yang harus dilakukan penyaringan baik dengan menggunakan rangkaian seri atau paralel LC. Dengan adanya filter ini maka sistem inverter akan lambat dalam merespon adanya tegangan transien dan frekunsinya pun akan tetap. Dengan adanya rangkaian ini maka effisiensi inverter pada umumnya mencapai 75%. Selain itu perlu adanya feedback yang menjaga agar didapatkan tegangan konstan, sehingga perlu adanya rangkaian regulator tegangan dengan feedback baik berupa tegangan maupun berupa arus output. Pada bagian inilah yang menjadikan sebuah sistem inverter akan menjadi rumit jika diaplikasikan pada UPS. 244

6 Gambar 6: Inverter dengan tipe Quasi-Square Wave Tipe inverter quasi square wave hanya mempunyai effisiensi yang tidak terlalu tinggi yaitu 75%, sehingga daya sebesar 25% terbuang untuk regulasi dan pengubahan tegangan DC menjadi tegangan AC. Rangkaian listrik di dalam blok osilator dan kontrol tidaklah sederhana sehingga membutuhkan komponen yang banyak dan biaya pembuatannya menjadi mahal. 2. Pulse width modulation inverter Tipe inverter ini menghasilkan deretan pulsa-pulsa yang memiliki duty cycle bervariasi. Pulsapulsa setelah melalui filter akan dihasilkan sebuah sinyal sinusoidal yang cukup baik. Tipe inverter pulse with modulation, akan meningkatkan respon regulasi dan respon terhadap tegangan transien yang cukup baik. Walapun demikian tipe inverter seperti ini masih kompleks namun jumlah penggunaan komponen untuk kontrol tidak terlalu banyak. Tipe inverter ini banyak dipergunakan pada inverter dengan daya yang besar, sekitar 50KVA. Gambar 7: Pulse width modulation inverter Sistem inverter PWM ini dapat menghasilkan tegangan output yang baik dengan pengurangan komponen filter sehingga rangkaian filter menjadi lebih sederhana dan penurunan biaya pembuatan. Namun tipe inverter ini digunakan pada inverter dengan kapasitas daya yang besar. 3. Step wave inverter Pada rangkaian step wave inverter ini menggunakan banyak inverter untuk mendapatkan sinyal sinusoidal yang baik dan pengurangan komponen filter. Tipe inverter ini jika diaplikasikan di dalam sebuah sistem UPS mencapai 3 buah tetapi dapat pula berjumlah 6 bahkan 12 (kelipatan 3). Pada tipe regulator ini tegangan DC harus sudah teregulasi sebelum masuk pada bagian inverter agar tidak terjadi pergeseran tegangan kotak yang dihasilkan. Inverter ini mempunyai effisiensi sampai 85% pada beban penuh. Dengan banyaknya inverter akan menghasilkan step yang lebih halus sehingga fungsi filter dapat diminimisasi. Penggunaan inverter dengan tipe ini jarang dipakai untuk aplikasi komputer tetapi pada umumnya digunakan untuk aplikasi 3 fasa dengan kapasitas daya yang besar. Walaupun demikian kelemahan sistem inverter ini adalah dengan banyaknya inverter yang digunakan akan menghasilkan 245

7 sinyal sinus yang baik namun biaya yang dibutuhkan untuk membuat inverter ini menjadi berlipat-lipat tergantung dari jumlah inverter yang digunakan. Gambar 8: Step wave inverter Yang menjadi titik berat pada tipe inverter ini adalah pada bagian osilator dan kontrolnya karena pada bagian ini akan menghasilkan trigger-trigger bagi SCR-SCR yang berfungsi sebagai inverter tersebut dengan perioda yang disesuaikan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat membentuk sinyal stair case up/down dengan frekuensi yang sesuai dengan frekuensi yang diinginkan. Perancangan perangkat keras Proses perancangan sangat diperlukan dalam pembuatan suatu alat, khususnya dalam perancangan elektronika. Proses perencanaan juga bermanfaat untuk memulai suatu pekerjaan dengan tujuan agar alat yang dihasilkan nanti sesuai dengan yang diharapkan, pemilihan komponenkomponen elektronika yang tepat dan untuk menekan kesalahan (error) dalam proses pembuatan. Agar rancangan yang dibuat nantinya dapat bekerja dengan optimal maka sebelumnya harus dipelajari terlebih dahulu prinsip kerja dari alat yang akan dibuat dan yang tidak kalah pentingnya adalah komponen-komponen yang akan digunakan dalam pembuatan alat tersebut, karena hal ini juga akan berkaitan dengan biaya yang akan digunakan, efisiensi waktu dan tentunya penampilan dari alat yang telah dihasilkan. Perancangan dalam hal ini meliputi perancangan rangkaian, perancangan pemasangan tata letak komponen yang telah dirangkai pada boks praktis. Perancangan awal memerlukan suatu kejelian dan ketelitian, karena perancangan awal akan sangat menentukan hasil akhir dari suatu proses pembuatan alat. Apabila perancangan awal salah maka proses selanjutnya akan mengalami suatu kesalahan pula, sehingga selain ketilitian dan kejelian juga diperlukan ketepatan dalam proses pembelian komponen dipasaran. 246

8 Gambar 9: Blok diagram sistem Multivibrator Bagian multivibrator berfungsi sebagai sistem pembangkit detak, bagian ini sangat berperan penting didalam rangkaian inverter karena disamping sebagai pembangkit detak juga berfungsi sebagai pembangkit arus bolak-balik dengan cara membalikkan logika keluaran pada rangkaian sehingga arus masukkan awal yang berupa arus searah diubah menjadi arus bolak-balik. Dalam rangkaian inverter ini sistem pembangkit detak menggunakan IC CD4047, IC ini memiliki pengatur frekuensi keluaran dengan cara mengubah nilai resistansi dan kapasitasi inputan pada pin 1 dan 2 yang diumpan balik pada pin 3. Penguat multivibrator dan Penguat awal driver Bagian penguat multivibrator dan penguat awal driver dalam rangkaian inverter menggunakan IC LM358 sebagai penguat detak yang diberikan pada keluaran IC CD4047, bertujuan untuk menstabilkan tegangan dan menyearahkan arus keluaran pada pin 1 dan 7 agar arus umpan balik dari penguat akhir tidak dapat merusak bagian multivibrator dengan cara memasukkan umpan balik pada pin 2 dan 6. Penguat awal driver menggunakan dua buah transistor dengan tipe 2SC1061 dan 2N3055 yang dirangkai darlington, rangkaian penguat awal driver ini dirangkai menjadi penguat inverting. Sinyal dari keluaran rangkaian penguat awal akan membalikkan sinyal masukan dan Sinyal keluaran rangkaian penguat awal akan digunakan untuk mengendalikan basis pada penguat akhir. Penguat akhir Bagian penguat akhir berfungsi sebagai penguat arus bolak-balik dikarenakan setiap setengah gelombang arus bolak-balik dikuatkan dengan transistor yang disusun secara paralel, dan setengah gelombang yang lain juga diperlakukan sama. Transistor disusun secara paralel bertujuan untuk memberikan keluaran daya yang diingankan, semakain banyak transistor maka semakin besar daya yang dihasilkan. Dalam rangkaian inverter ini menggunakan tipe transistor NPN 2N

9 Kontrol beban Bagian kontrol beban berfungsi sebagai pengatur beban pada keluaran inverter, prinsip kerja rangakaian ini adalah memantau tegangan akumulator, apabila tegangan dari akumulator masih terisi penuh maka dapat menghidupkan semua beban. Karena pemakaian beban pada keluaran inverter digunakan secara terus menerus tanpa ada perlakuan khusus terhadap akumulator maka tegangan pada akumulator secara stabil akan mengalami penurunan, dari penurunan tegangan secara stabil pada akumulator maka rangkaian ini dapat memutuskan beban secara satu persatu melalui relai. Akumulator dan transformator Akumulator dan transformator merupakan bagian penting dalam sistem inverter karena mempengaruhi besar kecilnya daya yang dihasilkan dan lama tidaknya inverter berkerja saat diberi beban. Semakin besar nilai arus per jam dari akumulator dan transformator maka semakin lama inverter dapat bekerja untuk mengangkat beban. Proses pembuatan papan rangkaian Setelah kita melakukan perencanaan, langkah selanjutnya adalah membuat papan rangkaian tercetak, karena semua komponen dipasang pada papan ini. Potensio pengatur tidak dipasang pada papan ini tetapi dipasang pada kotak depan, yaitu untuk memudahkan pengoperasiannya. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan papan rangkaian tercetak dalam tabel 1. Tabel 1: Alat dan bahan No Alat dan Bahan 1 Bor PCB 2 Mata bor berukuran 0,8, 1 dan 3mm 3 Tang pengupas 4 Solder 5 Bahan PCB/ Papan Rangkaian Tercetak (PRT) 6 Ferro Chloride (FeCl3) 7 Lemat solder (lotfet) 8 Tinner 9 Mur baut 10 Timah / tenol 11 Plastik transparan Proses pembuatan jalur pada papan rangkaian tercetak Untuk pembuatan jalur PCB terdapat berbagai macam cara, penulis memilih cara yang praktis dan mudah, yaitu menggambar jalur menggunakan program komputer PCB Designer. Adapun langkahlangkah pembuatannya sebagai berikut: 1. Menyalakan komputer dan buka program PCB Designer. 2. Menggambar jalur rangkaian dengan ketebalan garis 0.6 mm, jalur PCB diusahakan serapi mungkin. 3. Setelah desain gambar selesai, kemudian gambar dicetak menggunakan printer laser. Gambar PCB yang telah selesai yang akan digunakan dalam suatu perencanaan pada rangkaian DC/AC konverter. 4. Hasil cetakan di foto copy kedalam plastik transparan (copy mika). 5. Hasil foto copy pada plastik mika, ditempelkan pada papan PCB polos yang telah dibersihkan terlebih dahulu, meletakkan PCB di tempat yang datar. 6. PCB yang telah siap dilapisi kertas minyak (untuk menghindari plastik meleleh), lalu menekan dengan setrika yang panas selama 1 menit. 7. Mengangkat setrika dan melihat apakah plastik telah melekat dengan baik, setrika kembali secukupnya agar jalur melekat dengan baik pada PCB. 8. Mendiamkan PCB agar dingin, setelah dingin lepaskan plastik pada PCB. 9. Mengecek apakah ada jalur yang tidak melekat, memperbaikinya menggunakan spidol water proof. Proses pelarutan Ada empat jenis bahan yang dipakai untuk melarutkan tembaga, yaitu amonium persulfat, asam chrom, klorida tembaga dan feriklorida. Dapat juga dipakai larutan-larutan lainnya. 248

10 Larutan yang paling banyak dipakai adalah larutan jenis fericlorida (FeCl3). Di mana merupakan senyawa kimia yang paling murah dan paling aman serta paling banyak dijual dipasaran. Fericlorida berwarna coklat orange. Amonium sulfat mengandung klorida mercuri. Senyawa ini merupakan racun. Untuk menaruh cairan pelarut ini ditempatkan pada wadah yang khusus agar aman. Pelarut dapat dibeli dalam bentuk cair ataupun padat. Pencampuran larutan dengan air di campur secukupnya. Makin pekat pencampuran makin keras daya larutnya. Amonium persulfat tersedia dalam kantung kantung plastik Bila dicampur dengan air panas secukupnya maka akan menjadi zat pelarut yang cukup kuat. Setelah gambar layout menempel dipermukaan tembaga PCB, langkah selanjutnya adalah proses pelarutan. Urutan langkah dalam proses pelarutan ini adalah sebagai berikut: 1. Memasukkan larutan FeCl3 ke dalam air hangat yang ditempatkan dalam ember atau baki plastik. 2. Memasukkan PCB kedalam larutan FeCl3 tersebut 3. Mengaduk pelan-pelan secara merata agar permukaan tembaga yang tidak tertutup gambar jalur dapat larut dalam cairan tersebut. 4. Jika proses pelarutan sudah selesai, angkat PCB sudah terbentuk jalur-jalur rangkaiannya. 5. Mencuci PCB dengan air sabun dan amplas permukaan yang tertutup gambar sehingga tinggal jalur-jalur logam sesuai gambar jalur rangkaian. 6. Mengeringkan PCB, dan PCB siap untuk digunakan untuk langkah selanjutnya. Proses pengeboran Tujuan dari pengeboran papan adalah untuk memasang komponen. Ukuran lubang ini meskipun tidak kritis tapi cukup penting. Memaksa memasukkan kaki komponen ke dalam lubang yang terlalu kecil bisa merusakkan papan atau komponennya. Jika lubang terlalu besar, maka akan longgar dan hubungan timah kurang baik. Tabel 2 menunjukan ukuran lubang untuk komponen elektronika. Untuk semua komponen, papan dapat dilubangi dengan beberapa ukuran mata bor. Nomor ukuran mata bor akan naik jika diameter lubang turun. Demikian bor nomor dapat dipakai untuk memasang dioda, resistor ¼ watt dan transistor-transistor kecil. Komponen-komponen yang lebih besar seperti kapasitor dan resistor 1 dan 2 watt IC memerlukan mata bor yang lebih kecil. Perangkat pemasangan seperti baut dan sebagainya memerlukan ukuran lubang yang beraneka tergantung pada garis tengah tersebut. Lubang untuk trafo catu daya memiliki garis tengah lubang sekrup 3/16 inchi. Untuk ini dapat digunakan mata bor nomor 12. Tabel 2: Ukuran Lubang Untuk Beberapa Komponen Elektronika Komponen Garis tengah No: mata Bor Ukuran desimal inchi 1/8- W resistor 0, ¼ - W resistor 0, ,0250 ½ - W resistor 0, , W resistor 0,041 3/64 in 0, W resistor 0, ,0520 Kapasitor piring 0, ,0360 TO 5 0, ,0250 TO , ,0250 DO , , transistor 0, ,0320 TO 99 (8-pin IC) 0, ,0250 Untuk TO 116 (14-pin DIP) 0, ,0292 mendapatkan hasil yang baik, pengeboran dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak jalur-jalur pada rangkaian tercetak. Kemudian membuat lubang pada PCB menggunakan bor PCB untuk tempat menempelkan komponen. Proses-proses pengeboran dilakukan sebagai berikut: 1. Memberikan titik pada suatu papan tercetak untuk memudahkan proses pengeboran dengan ukuran yang telah ada. 2. Kemudian lakukan dengan pengeboran pada titik yang telah ada dengan alat bor PCB dengan putaran yang stabil. 3. Menyesuaikan ukuran mata bor yang digunakan dengan keperluan lobang komponen 249

11 4. Setelah selesai melakukan pembersihan pada sisi-sisi lubang PCB dari kotoran sekaligus meratakan PCB dengan amplas secara hati-hati. Proses pemasangan komponen Pemasangan komponen dilakukan dengan menempatkan komponen-komponen yang dibutuhkan pada bagian-bagian yang telah ditentukan. Pada waktu pemasangan komponen yang perlu diperhatikan adalah pemasangan komponen dioda dan kapasitor agar tidak terbalik polaritasnya. Untuk pemasangan komponen yaitu dengan melakukan langkah sebagai berikut: 1. Memasangkan komponen-komponen pada PCB, komponen pasif dipasang terlebih dahulu untuk menghindari kerusakan komponen aktif. 2. Menyolder agar komponen menyatu dengan jalur pada PCB. 3. Menguji apakah rangkaian tersebut dapat bekerja dengan baik, dan mengadakan pengecekan kembali. Gambar skematik lengkap dapat dilihat dihalaman lampiran dan daftar komponen rangkaian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3: Daftar komponen No Komponen Jumlah Nilai 1 R1,R K 1/4W 2 R3,R R 5W 3 R5,R6 2 1K 1/4W 4 R7,R R 1/4W 5 R9,R10,R11,R12, R21,R22,R23,R R 1W 6 R13,R14,R15,R16, R17,R18,R19, R 10W 7 R K 1/4W 8 R26,R27,R28,R R 1/4W 9 R30,R31,R32,R K 1/4W 10 VAR1 1 47K 11 VAR2,VAR6 2 20K 12 VAR K 13 VAR4,VAR K 14 C uF 15 D1,D2 2 2A 16 D3 1 ZENER 5V 17 D4,D5,D6,D7 4 LED 18 Q1,Q2 2 2SC Q3,Q4,Q5,Q6,Q7, Q8,Q9,Q10,Q11,Q N Q13,Q14,Q15,Q16 4 C Q17,Q18,Q19,Q20 4 BD LS1,LS2,LS3,LS4 4 10A 12VDC 23 U1 1 CD U2 1 LM U3 1 LM F1 1 20A 27 F2 1 3A 28 J1,J2,J3,J4 4 PLUG AC FEMALE 29 TRAFO 1 CT12V Cara kerja rangkaian Alat merupakan sistem inverter dengan daya keluaran 500VA. Sistem ini dapat digunakan untuk menghidupkan sistem berbagai macam peralatan listrik yang memerlukan tegangan 220VAC secara konstan. Penggunaan alat ini cukup sederhana karena setelah rangkaian alat dihidupkan, pengguna hanya cukup memasang kabel AC peralatan listrik yang hendak digunakan ke saluran keluaran 250

12 inverter, rangkaian ini memiliki empat keluaran tegangan AC yang berbeda-beda atau dengan kata lain setiap keluaran inverter memiliki tenggang waktu yang berbeda pada saat menyuplai tegangan. Sistem rangkaian inverter akan memonitor status tegangan sumber baterai dikarenakan pemakaian beban secara terus menerus akan dapat menurunkan tegangan baterai secara konstan, penurunan tegangan baterai ini dimanfaatkan sistem untuk mengontrol keempat keluaran tegangan AC tersebut hingga batas tegangan minimum baterai yang telah ditentukan. Pengambilan data Tujuan pengambilan data adalah untuk mengetahui kebenaran rangkaian dan mengetahui kondisi komponen yang akan diuji. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian perbagian sesuai blok diagram dan pengujian kinerja dari keseluruhan dari alat Inverter Dengan Pemutus Beban Otomatis. Dengan adanya pengujian-pengujian tersebut diatas, diharapkan kemungkinan terjadinya kesalahan atau kelemahan yang masih terdapat pada tiap-tiap bagian rangkaian dapat diketahui lebih pasti. Sedangkan pengambilan data secara keseluruhan bertujuan untuk membandingkan hasil perhitungan dan hasil pengukuran dengan standar kerja komponen yang terdapat pada datasheet. Pengambilan data dilakukan di rumah dan di laboratorium, pada bulan September Alat yang dipergunakan dalam pengambilan data meliputi: 1. Multimeter analog HELES YX-960TR 2. Multimeter digital FLUKE Rangkaian inverter 4. Lampu beban sebagai pengganti peralatan listrik 5. Kabel listrik 6. Konektor Dalam perancangan ini dilakukan pengujian perbagian agar lebih mudah dalam menganalisa. pengujian yang dilakukan dilakukan dibagian multivibrator, penguat awal dan penyearah, penguat akhir dan kontrol beban. Pengujian bagian multivibrator Pengujian bagian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan IC CD4047 dalam menghasilkan arus bolak-balik melalui pengaturan frekuensi dengan menggunakan resistor dan kapasitor yang dihubung paralel pada pin 1 dan 2 yang mendapat masukkan dari pin 3. Pengujian penguat multivibrator dan penguat awal driver Pengujian bagian penguat multivibrator dan penguat awal driver digunakan untuk mengetahui tegangan dan frekuensi yang dihasilkan oleh IC LM358 untuk di teruskan pada penguat awal driver. Pengujian bagian penguat awal driver digunakan untuk mengetahui tegangan dan frekuensi yang dihasilkan oleh dua buah transistor yang dihubungkan secara darlington untuk mendapatkan tegangan yang stabil kemudian di teruskan pada penguat akhir. Pengujian bagian penguat akhir Pengujian bagian penguat akhir berfungsi untuk mengetahui nilai tegangan dan frekuensi yang dihasilkan dari keluaran bagian ini. Rangkaian penguat akhir merupakan inti dari rangkaian inverter untuk perhitungan kapasitas daya yang dihasilkan. Rangkaian ini menggunakan transistor jenis NPN yang keluarannya dihubungkan langsung dengan masukkan transformator, terdiri dari lima buah transistor 2N3055 yang di rangkai secara paralel pada setiap masukkan. Pengujian bagian control beban Pengujian bagian kontrol beban berfungsi untuk mengetahui bekerjanya sistem pengontrolan beban. Komponen inti dari bagian ini adalah IC LM324 yang mendapat masukkan dari akumulator, IC LM324 memantau level tegangan pada akumulator secara kontinyu dan keluarannya mendriver relai untuk menghubungkan atau memutuskan arus beban terhadap keluaran inverter. IC LM324 hanya memiliki empat keluaran logika sehingga bagian ini hanya dapat mengontrol beban sebanyak empat beban. 251

13 Pengujian lengkap Dalam pengujian lengkap ini digunakan beberapa buah lampu untuk digunakan sebagai beban, akumulator basah 12V dengan laju arus keluaran maksimal 60 Ah. Bentuk skematik pemasangan alat ukur, baterai dan lampu beban dalam pengujian ini dapat dilihat pada gambar 10. Gambar 10: Skematik pengujian lengkap Nilai tegangan masukan, nilai arus masukan dan nilai tegangan keluaran alat akan berubah sesuai dengan nilai beban lampu beban yang terpasang disaluran keluaran alat. Tegangan keluaran alat akan jatuh jika beban yang terpasang terlalu besar karena komsumsi arus lampu beban yang besar akan mempengaruhi nilai tegangan tersebut. Dengan mengasumsikan terlebih dahulu bahwa nilai hambatan setiap lampu beban tidak akan berubah, maka konsumsi arus beban dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: Sebagai contoh digunakan lampu beban sebesar 50W, dan tegangan keluaran alat sebesar 220VAC, maka nilai resistansi lampu 50W adalah: Jika nilai tegangan keluaran alat untuk beban tersebut ternyata turun menjadi sebesar 198V, maka konsumsi daya beban adalah: Dalam langkah pengujian ini digunakan lampu beban sebesar 5W sampai dengan 400W. Dengan mengamati perubahan nilai arus masukan, nilai tegangan DC masukan dan nilai tegangan AC keluaran alat, hasil pengujian lengkap ditabulasikan dalam Tabel 4. Tabel 4: Karateristik arus dan tegangan inverter Keluaran Beban Konsumsi Baterai No. Inverter Inverter Cos Q =1 Daya (A) (V) (VAC) (W) (W) 1 Hidup Tanpa beban 0 2 Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup Pengamatan Hasil Pengujian Pembangkit Frekuensi dan Keluaran dari Transformator 252

14 Pengujian pembangkit frekuensi digunakan untuk mengetahui tegangan dan bentuk gelombang keluaran rangkaian osilator, dan keluaran rangkaian penguat awal. Hasil pengujian bagian ini ditabulasikan dalam Tabel 5. Tabel 5: Hasil pengujian bagian pembangkit frekuensi Osciloscope No Posisi Pengukuran V t Volt/Div (Volt) (ms) (mv) 1 Keluaran pembangkit frekuensi Keluaran penguat awal Sec/Div (ms) Dari hasil pengujian di atas dapat dilihat bahwa pengukuran dengan menggunakan oscilloscope didapat frekuensi yang tepat. Untuk data hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.2. Dimana frekuensi standar dari PLN adalah 50Hz 60Hz. Ketepatan frekuensi ini didapat dari perhitungan sebagai berikut: Dimana: Jadi: t: 18,72 ms = 0,01872 s 1 f = = 53, 41Hz 0,01872 Gambar 11: Bentuk gelombang keluaran pembangkit frekuensi Gambar 12: Bentuk gelombang keluaran penguat awal 253

15 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pengujian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil perbandingan konsumsi daya keluaran inverter pada saat tanpa beban dan pada saat diberi beban menunjukkan bahwa alat memiliki kestabilan yang cukup baik meskipun memiliki batasan kemampuan daya keluaran pada saat diberi beban berlebih. 2. Semakin besar beban yang dipakai, maka semakin kecil tegangan keluaran serta semakin besar arus yang keluar. 3. Inverter sebaiknya tidak digunakan untuk mencatu beban statis yang bersifat resistif maupun induktif karena sistem ini bersifat seperti catudaya mode saklar (switching). Jadi beban idealnya harus berupa sistem yang menggunakan catudaya mode saklar seperti komputer, monitor, printer dan televisi. 4. Dengan memanfaatkan sistem pemutus beban secara otomatis dapat mengontrol beban yang lebih diprioritaskan untuk hidup lebih lama dibandingkan dengan beban yang lain. Saran Untuk meningkatkan performa sistem, modifikasi alat dapat dilakukan dibagian penguat akhir dengan mengganti dan mempararel jenis transistor NPN menjadi MOSFET dari tipe IRF 630 atau IRF 3205 (atau varian lainnya yang memiliki arus ID lebih dari 98A). Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan arus transfer dari transformator inverter, dapat ditingkatkan dengan mengganti transformator 10A double sekunder dengan jenis transformator double sekunder yang lebih besar. Untuk mendapatkan gelombang sinus pada keluaran inverter agar dapat mencatu beban statis yang bersifat resistif maupun induktif diperluhkan penambahan kapasitor bank dan dioda diac yang dirangkai secara paralel terhadap keluaran inverter. Dengan gelombang sinus pada keluaran inverter dapat digunakan rangkaian pemutus beban otomatis dengan komponen IC MOC3021 untuk mendriver thiristor BT137. DAFTAR PUSTAKA Braithwaite, Clive, Jeffrey, Hall, dkk Pengantar Ilmu Teknik Elektronika. PT Gramedia. Jakarta. Djamain, Martin, 2000, Strategi Penerapan Energi Surya di Indonesia, seminar Peran dan Perkembangan Energi Surya Sebagai Energi Alternatif, Univ. Gajayana. Frank D. Petruzella, 2001, Elektronika Industri, Andi Offset, Yogyakarta. Kadir. A, 1987, Energi, Universitas Indonesia (UI) Press, Jakarta. Wasito S., 2001, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wiranto. A, 1995, Teknologi Rekayasa Surya, Pradnya Paramita, jakarta. Widodo Sri. T, 2002, Elektronika Dasar, Salemba Teknika, Jakarta. Zuhal, 1998, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT. Gramedia, Jakarta. 254

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat dapat

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sistem Hot Plate Magnetic Stirrer Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Blok alat 20 21 Fungsi masing-masing

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Widyastuti Jurusan Teknik Elektro Universitas Gunadarma Jl. Margonda 100 Depok E-mail : widyast@sta.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC RANGKAIAN INVERTER DC KE AC 1. Latar Belakang Masalah Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI INVERTER SATU PHASA 500 V.A. Habibullah 1 Ari Rizki Ramadani 2 ABSTRACT

DESAIN DAN IMPLEMENTASI INVERTER SATU PHASA 500 V.A. Habibullah 1 Ari Rizki Ramadani 2 ABSTRACT DESAIN DAN IMPLEMENTASI INVERTER SATU PHASA 500 V.A Habibullah 1 Ari Rizki Ramadani 2 ABSTRACT This research aims to create a single phase inverter which serves to complement the performance of a hybrid

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Blok Diagram LED indikator, Buzzer Driver 1 220 VAC Pembangkit Frekuensi 40 KHz 220 VAC Power Supply ATMEGA 8 Tranduser Ultrasounik Chamber air Setting Timer Driver 2 Driver

Lebih terperinci

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM M. Rahmad Laoratorium Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UR e-mail: rahmadm10@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini adalah untuk merekayasa

Lebih terperinci

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Affan Bachri *) *) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Makalah ini menyajikan sebuah rangkaian inverter yang dibangun dari multivibrator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH UPS TERHADAP KINERJA PERANGKAT KOMPUTER

ANALISIS PENGARUH UPS TERHADAP KINERJA PERANGKAT KOMPUTER 01/ Tahun I. April 2008 ISSN 1979-2409 ANALISIS PENGARUH UPS TERHADAP KINERJA PERANGKAT KOMPUTER Moh. Suryadiman, Achmad Sunarko*) *Bidang Operasi Sarana Penunjang-PTBN BATAN ABSTRAK ANALISIS PENGARUH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum rangkaian listrik dan rangkaian logika. Power supply OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN NIM : D

Laporan Praktikum rangkaian listrik dan rangkaian logika. Power supply OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN NIM : D Laporan Praktikum rangkaian listrik dan rangkaian logika Power supply OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN NIM : D411 10 009 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2011 ABSTRAK Power supply adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Prancangan Alat 3.1.1 Blok Diagram Sollar Cell Regulator DC Aki Lampu LED Rangkaian LDR Switch ON/OFF Lampu Inverter Gambar 3.1 Blok Diagram 37 38 3.1.2 Rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

Air menyelimuti lebih dari ¾ luas permukaan bumi kita,dengan luas dan volumenya yang besar air menyimpan energi yang sangat besar dan merupakan sumber

Air menyelimuti lebih dari ¾ luas permukaan bumi kita,dengan luas dan volumenya yang besar air menyimpan energi yang sangat besar dan merupakan sumber PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN MENGGUNAKAN DINAMO SEPEDA YOGI SAHFRIL PRAMUDYA PEMBIMBING 1. Dr. NUR SULTAN SALAHUDDIN 2. BAMBANG DWINANTO, ST.,MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.1 Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun komponen-komponen penting dalam pembuatan perancangan alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun komponen-komponen penting dalam pembuatan perancangan alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Komponen yang digunakan Adapun komponen-komponen penting dalam pembuatan perancangan alat pembangkit sinyal EKG menggunakan IC 14521 dan IC 14017 antara lain: Tabel 3.

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM

Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM Agus Rusdiyanto P2Telimek, LIPI riesdian@gmail.com Bambang Susanto P2Telimek,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva

Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva Feranita, Ery Safrianti, Oky Alpayadia Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau feranitadjalil@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL 3.1 Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull konverter sebagai catu daya kontroler. Power supply switching akan mensupply

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI WATER LEVEL CONTROL SYSTEM BERBASIS PC UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNDIKSHA OLEH: I MADE BUDHI DWIPAYANA NIM. 0605031010

Lebih terperinci

PENGERTIAN THYRISTOR

PENGERTIAN THYRISTOR PENGERTIAN THYRISTOR Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.thyristor biasanya digunakan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu : III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung yang dilaksanakan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM INVERTER DAN SWITCHING PADA UPS (UNINTERUPTABLE POWER SUPPLY) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

DESAIN SISTEM INVERTER DAN SWITCHING PADA UPS (UNINTERUPTABLE POWER SUPPLY) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 DESAIN SISTEM INVERTER DAN SWITCHING PADA UPS (UNINTERUPTABLE POWER SUPPLY) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh : FIKRY KHARIZMY ANNASRY NIM 031903102061 PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM UPS SPS DENGAN METODE INVERTER SPWM BERBASIS L8038CCPD

PERANCANGAN SISTEM UPS SPS DENGAN METODE INVERTER SPWM BERBASIS L8038CCPD ISSN: 1693-693 79 PERANCANGAN SISTEM UPS SPS DENGAN METODE INVERTER SPWM BERBASIS L838CCPD Widodo 1, Tole Sutikno, Siswanto 3 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Kampus

Lebih terperinci

Pembuatan Inverter Untuk Air Conditioner

Pembuatan Inverter Untuk Air Conditioner Juli - Desember 203 75 Pembuatan Inverter Untuk Air Conditioner Ibnu Syukron Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229 Indonesia Abstrak Otomatisasi Air Conditioner

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT Hendrickson 13410221 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Diah Nur Ainingsih, ST., MT. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan mulai dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

Percobaan 10 MULTIVIBRATOR (ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 10 MULTIVIBRATOR (ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 10 MULTIVIBTO (STBIL, MONOSTBIL, DN PIU-SHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIP, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujua : 1. Mempelajari cara kerja rangkaian multivibrator, 2. Menyusun rangkaian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMULASI PENGAMAN RUMAH PADA MALAM HARI MELALUI PENDETEKSIAN PINTU DAN JENDELA. Oleh: NYOMAN AGUS KARMA

TUGAS AKHIR SIMULASI PENGAMAN RUMAH PADA MALAM HARI MELALUI PENDETEKSIAN PINTU DAN JENDELA. Oleh: NYOMAN AGUS KARMA TUGAS AKHIR SIMULASI PENGAMAN RUMAH PADA MALAM HARI MELALUI PENDETEKSIAN PINTU DAN JENDELA Oleh: NYOMAN AGUS KARMA 0605031028 JURUSAN D3 TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PEMBUATAN RANGKAIAN INVERTER DARI DC KE AC Rahmi Dewi, Usman Malik, Syahrol Jurusan Fisika, FMIPA, Universiatas Riau, Pekanbaru, Indonesia E-mail : drahmi2002@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Elektrik dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba BAB III PERANCANGAN 3.1 Tujuan Perancangan Sebagai tahap akhir dalam perkuliahan yang mana setiap mahasiswa wajib memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti sidang yudisium yaitu dengan pembuatan tugas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian dimulai pada tanggal Juni 2012 sampai dengan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Prosedur Perancangan Prosedur perancangan merupakan langkah langkah dalam pembuatan tugas akhir ini. Dan prosedur perancangan ini digambarkan pada diagram alir berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas hasil dari pengujian alat implementasi tugas akhir yang dilakukan di laboratorium Tugas Akhir Program Studi Teknik Elektro. Dengan

Lebih terperinci

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi BAB V MULTIVIBRATOR A. Pendahuluan 1. Deskripsi Judul bab ini adalah Multivibrator. Melalui bab ini pembaca khususnya mahasiswa akan mendapatkan gambaran tentang konsep dasar Multivibrator. Konsep dasar

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY (UPS) 1300 VA

RANCANG BANGUN UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY (UPS) 1300 VA RANCANG BANGUN UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY (UPS) 1300 VA Oleh : Sulistyo Warjono dan Suryono Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH. Tembalang Semarang 50275

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam BAB II LANDASAN TEORI Temperatur merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan mesin penetas telur,temperature yang diperlukan berkisar antara 38-39 0 C. Untuk hasil yang optimal dalam Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 42 BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Komponen yang digunakan lain: Adapun komponen-komponen penting dalam pembuatan modul ini antara 1. Lampu UV 2. IC Atmega 16 3. Termokopel 4. LCD 2x16 5. Relay 5 vdc 6.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. ALAT DAN BAHAN Dalam perencanaan dan pembuatan mesin penetas telur yang dikendalikan oleh microcontroler ATmega8535 dengan penampil LCD ini dalam pengerjaanya melalui

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO APLIKASI KARAKTERISTIK PENYEARAH SATU FASE TERKENDALI PULSE WIDTH MODULATION (PWM) PADA BEBAN RESISTIF Yuli Asmi Rahman * Abstract Rectifier is device to convert alternating

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai bulan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penalitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 yang dilaksanakan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Perancangan Alat 3.1.1. Blok Diagram Blok kontrol sistem penjejak matahari 4 arah adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Blok Perancangan Sistem Kontrol Sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perancangan Dan Pembuatan Mesin preheat pengelasan gesek dua buah logam berbeda jenis yang telah selesai dibuat dan siap untuk dilakukan pengujian dengan beberapa

Lebih terperinci

PERANCANGAN INVERTER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SKALA RUMAH TANGGA. Rico Alvin 1, Ibnu Kahfi Bachtiar 2

PERANCANGAN INVERTER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SKALA RUMAH TANGGA. Rico Alvin 1, Ibnu Kahfi Bachtiar 2 1 PERANCANGAN INVERTER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SKALA RUMAH TANGGA Rico Alvin 1, Ibnu Kahfi Bachtiar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Maritim Raja Ali Haji Jl. Politeknik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING

RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program Diploma III Oleh

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tekik, Universitas Lampung, yang dilaksanakan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

PRAKTEK TV & DISPLAY

PRAKTEK TV & DISPLAY PRAKTEK TV & DISPLAY REGULATOR TEGANGAN OLEH : MUHAMMAD YASIR 2005 / 66357 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2008 A. TUJUAN Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3. 27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk

Lebih terperinci

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : 081910201059 INSTRUMENTASI DAN OTOMASI THYRISTOR Thyristor adalah komponen semikonduktor untuk pensaklaran yang berdasarkan pada strukturpnpn. Komponen ini memiliki kestabilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

Modul Elektronika 2017

Modul Elektronika 2017 .. HSIL PEMELJRN MODUL I KONSEP DSR TRNSISTOR Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik serta fungsi dari rangkaian dasar transistor..2. TUJUN agian ini memberikan informasi mengenai penerapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami. BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.

Lebih terperinci

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :...

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :... Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :... LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAYA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 Tatap Muka

Lebih terperinci

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin Rifdian I.S Program Studi Diploma III Teknik Listrik Bandar Udara Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, 41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

BAB II Transistor Bipolar

BAB II Transistor Bipolar BAB II Transistor Bipolar 2.1. Pendahuluan Pada tahun 1951, William Schockley menemukan transistor sambungan pertama, komponen semikonduktor yang dapat menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal radio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah, antara lain studi literatur, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data

Lebih terperinci

PENGATURAN KECEPATAN KIPAS ANGIN DENGAN TEKNOLOGI INVERTER FAN CONTROLLING BASED ON INVERTER TECHNOLOGY

PENGATURAN KECEPATAN KIPAS ANGIN DENGAN TEKNOLOGI INVERTER FAN CONTROLLING BASED ON INVERTER TECHNOLOGY Techno, ISSN 1410-8607 Volume 13 No. 1, April 2012 Hal. 52 56 PENGATURAN KECEPATAN KIPAS ANGIN DENGAN TEKNOLOGI INVERTER FAN CONTROLLING BASED ON INVERTER TECHNOLOGY M. Taufiq Tamam*, Arif Johar Taufiq

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 UPS dan Fungsinya Terputusnya sumber daya listrik yang tiba-tiba dapat mengganggu operasi sebuah unit bisnis. Pada beberapa contoh kasus bisa berakibat pada berhenti beroperasinya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER Cahya Firman AP 1, Endro Wahjono 2, Era Purwanto 3. 1. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri 2. Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan 19 BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Berikut merupakan diagram alur kerja yang menggambarkan tahapantahapan dalam proses rancang bangun alat pemutus daya siaga otomatis pada Peralatan

Lebih terperinci

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNDIKSHA OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Oleh Hari Arbiantara Basuki, ST., MT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN SUHU INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN SUHU INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN SUHU INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 OLEH : GEDE PANCA SETIAWAN 0605031054 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Daya 3.1.1 Daya motor Secara umum, daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci