BAB II PENGGUNAAN PARONYME DALAM MENULIS KALIMAT BAHASA PERANCIS. Pengertian kompetensi berbahasa itu sendiri yaitu ; Tindak menggunakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENGGUNAAN PARONYME DALAM MENULIS KALIMAT BAHASA PERANCIS. Pengertian kompetensi berbahasa itu sendiri yaitu ; Tindak menggunakan"

Transkripsi

1 BAB II PENGGUNAAN PARONYME DALAM MENULIS KALIMAT BAHASA PERANCIS 2.1 Kompetensi Berbahasa Pengertian kompetensi berbahasa itu sendiri yaitu ; Tindak menggunakan bahasa secara nyata untuk maksud berkomunikasi. Kegiatan berbahasa merupakan wujud nyata kompetensi kebahasaan seseorang (Nurgiyantoro 2010: 282). Nurgiyantoro juga berpendapat bahwa kompetensi berbahasa dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: kompetensi memahami dan mempergunakan. Kompetensi memahami bersifat reseptif dan kemampuan mempergunakan bersifat produktif. Menurut Harris dalam Nurgiyantoro (2010:282) Kemampuan reseptif merupakan proses décoding, proses usaha memahami apa yang dituturkan orang lain. Sedangkan kemampuan produktif merupakan merupakan proses encoding, proses usaha mengkomunikasikan ide, pikiran, atau perasaan melalui bentuk-bentuk kabahasaan. Berkaitan dengan kompetensi reseptif dan produktif, Eco (1994 : 3) mengungkapkan bahwa : Dans cette méthode d apprentissage des langues, l effort de communication se concentre sur des compétences de réception de la langue étrangère (lire, écouter) et met entre parenthèses les compétences de production d une langue étrangère (parler, écrire). Penjelasan tersebut mengungkapkan bahwa dalam metode pembelajaran bahasa, upaya-upaya komunikasi berfokus pada kompetensi reseptif bahasa asing yaitu 6

2 7 membaca dan mendengar sedangkan kompetensi produktif bahasa asing yaitu berbicara dan menulis. Menurut Nida dalam Tarigan (1994 : 1) terdapat empat kompetensi berbahasa yaitu : (1) kompetensi menyimak ; (2) kompetensi berbicara ; (3) kompetensi membaca ; (4) kompetensi menulis. Kemampuan berbahasa tersebut dapat dijadikan tolak ukur seseorang dalam penguasaan suatu bahasa. Masih menurut Tarigan (1994: 1) menyatakan bahwa Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai dari menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. " Urutan kompetensi di atas ditulis berdasarkan tingkat kemampuan yang diperoleh. Seseorang dalam belajar bahasa diawali dengan mendengarkan, berbicara, kemudian berangsur-angsur mencoba menirukan atau mengucapkannya, kemudian memahami bahasa tersebut dalam bentuk tulisan, yakni dengan belajar membacanya kemudian menulis. 2.2 Penguasaan Kosakata Pegertian Kata dan Kosakata Menurut Pateda (1995 : 202) kata adalah bentuk linguistik yang berdiri sendiri, dapat dipindahkan, dapat diganti, bermakna, dan berfungsi dalam ujaran. Pengertian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995 : 451) adalah : (1) unsur bahasa yang diucapkan dan dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa; (2) ujar, bicara; (3). a. morfem

3 8 satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; b. satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri terjadi dari morfem tunggal (misalnya: batu, rumah, datang) atau gabungan morfem (misalnya; pejuang, mengikuti, pancasila, mahakuasa). Yang dimaksud dengan kosakata adalah Vocabulaire atau Lexique adalah kosakata atau perbendaharaan kata (Labrousse, 1991;429). Sehubungan dengan kosakata Bénac (1993; 43) menguraikan bahwa perkembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial serta faktor-faktor geografis. Dari keteranagan di atas dapat disimpulkan bahwa kata atau Vocabulaire adalah satuan terkecil dari bentuk linguistik yang berdiri sendiri, bermakna dan berfungsi dalam ujaran Manfaat Penguasaan Kosakata Tarigan (1986: 2) menyatakan bahwa Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas tergantung pada kuantitas atau kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin banyak kosakata yang dimiliki, maka semakin besar pula kemungkinan kita terampil dalam berbahasa. Penguasaan kosakata sangat penting kedudukannya ketika seseorang mempelajari bahasa, karena penguasaan kosakata akan mempengaruhi keterampilan berbahasa seseorang. Selain itu Keraf (1996: 24) juga berpendapat bahwa mereka yang kaya kosakatanya akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk

4 9 mewakili maksud atau gagasannya, sebaliknya yang miskin kosakatanya akan sulit menemukan kata yang tepat. Dengan banyaknya kosakata yang dimiliki seseorang maka akan semakin mudah untuk mengungkapkan gagasan yang ingin disampaikan. Adapun manfaat penguasaan kosakata tidak hanya terbatas dalam kepentingan pendidikan, melainkan juga dalam kehidupan sosial, seperti yang dikemukakan oleh Keraf (1996: 23) bahwa Mereka yang terlibat dalam jaringan komunikasi masyarakat kontemporer ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan itu antara lain: ia harus menguasai sejumlah besar kosakata yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan kemampuannya itu menjadi jaringan-jaringan kalimat yang jelas dan efektif, sesuai dengan kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku, untuk menyampaikan rangkaian pikiran dan perasaannya kepada anggota-anggota masyarakat lainnya. Dari berbagai pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa manfaat penguasaan kosakata sangatlah luas terutama untuk berkomunikasi. Selain itu semakin kaya penguasaan kosakata seseorang maka orang tersebut akan lebih mudah menyampaikan pendapat dan gagasannya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

5 Paronyme dalam Bahasa Perancis Pengertian Paronyme Bagi pembelajar bahasa asing, khususnya bahasa Perancis, perlu mengerti dan memahami makna setiap kata, karena setiap kata mempunyai makna yang berbeda. Menurut Dumarest dan Morsel (2004 :170) dalam bukunya menyebutkan bahwa On dira que ces mots sont «paronymes». Si le mot comporte plusieurs syllabes et si le phonème différent est à l intérieur : Ex. allocation//allocution, la ressemblance peut entraîner des erreurs, des malentendus ou des lapsus de la part de locuteurs étrangers aussi bien que des français. Dari kutipan di atas, Dumarest dan Morsel menyebut kata-kata itu sebagai paronyme yaitu Jika kata tersebut mengandung lebih dari satu suku kata dan memiliki fonem yang berbeda didalamnya misal : allocation (Tunjangan) // allocution (pidato), kemiripan tersebut dapat mengakibatkan kesalahan, kesalahfahaman atau kekhilafan (lisan, tulisan) baik pada penutur asing maupun orang perancis itu sendiri. Makna suatu kata barulah jelas bila berada dalam konteks kalimat. Contoh dalam bahasa Perancis, kata le médecin yang berarti dokter dan la médecine yang berarti ilmu kedokteran, bila kedua kata tersebut berdiri sendiri maka akan menimbulkan pertanyaan bagi pembelajar, karena kedua kata tersebut mempunyai kemiripan bentuk, ejaan, dan lafal. Inilah yang disebut dengan paronyme. Kosakata paronyme akan lebih jelas maknanya bila berada dalam suatu kalimat, contohnya: - Le médecin est en train d examiner ses patients.

6 11 ( Dokter sedang memeriksa beberapa pasiennya.) - Ma sœur apprend la médecine à l université de Gajah Mada. ( Saudara perempuanku belajar ilmu kedokteran di universitas Gajah Mada.) Masih menurut Dumarest dan Morsel (2004 :170) mendefinisikan paronyme sebagai berikut Définitions / Paronymes à origine commune : Il arrive en français que deux mots aient un signifié différent et un signifiant voisin : seule une différence phonique minime les sépare : deux phonèmes intervertis : percepteur / précepteur, deux phonèmes différents : recouvrir / recouvrer, un phonème supplémentaire : gradation / graduation. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu: paronyme yang terjadi dalam bahasa Perancis yaitu dua buah kata yang memiliki makna yang berbeda dan memiliki unsur kata yang sangat mirip atau hampir sama : hanya perbedaan pengucapan yang minim seperti : dua fonem yang terbalik : percepteur (petugas pajak) / précepteur (guru les), dua fonem yang berbeda: recouvrir (menyampuli/menutupi) / recouvrer (pulih), penambahan sebuah fonem : gradation (peningkatan) / graduation (pembagian skala). Definisi paronyme yang lainnya yaitu (Hartmann dan James dalam Dictionary of Lexicography. Routledge, 1998 http;//grammar.about.com. ) Paronymy: The relationship between two or more words partly identical in form and/or meaning, which may cause confusion in reception or production. In the narrow sense the term paronymy refers to 'sound a likes' (cognate near-homophones such as affect/effect or feminine/feminist), but in the wider sense it covers any 'look a like' or 'mean a like' confusable words

7 12 Dari kutipan di atas diketahui bahwa paronyme yaitu hubungan antara dua kata atau lebih yang bagian dari kata tersebut identik dalam bentuk dan / atau makna, yang dapat menyebabkan kebingungan dalam pemahaman atau penggunaan.dalam arti sempit istilah paronyme mengacu pada 'terdengar seperti' (satu famili dekat dengan homofon seperti kata affect (mempengaruhi) /effec (pengaruh) atau feminine (feminin) / feminist (pejuang hak wanita), tetapi dalam arti luas yang mencakup setiap katakata yang terlihat seperti atau memiliki arti seperti kata-kata yang membingungkan. GREV. (1975 : yang disebut dengan paronim yaitu Les paronymes sont des mots presque homonymes, ne présentant qu'une ressemblance approximative de son ou d'orthographe: Inculper, inculquer; conjecture, conjonctur; collision, collusion. Grev berpendapat bahwa paronyme adalah kata-kata yang mirip dengan homonim, tetapi tidak menunjukkan sebuah persamaan perkiraan dari bunyi dan tulisan kata tersebut, sebagai contoh kata : Inculper (menuduh), inculquer (menanamkan); conjecture (dugaan), conjoncture (situasi); collision (tabrakan), collusion (sekongkolan). Selanjutnya menurut Mauffrey dan Cohen (2000: 241) Paronymes sont la ressemblance entre deux mots peut être source de confusion et d erreur. Kutipan tersebut mengandung arti bahwa paronyme adalah kesamaan antara dua kata yang dapat membingungkan sehingga dapat menimbulkan kesalahan.

8 13 Dari berbagai istilah paronyme di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa paronyme disebut juga homonim yang palsu (de faux homonyme) yang artinya kata yang penandanya hampir sama (mirip) namun berbeda arti. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa paronyme adalah kata-kata yang hampir mirip cara pengucapannya, bentuk tulisan yang hampir berdekatan namun maknanya berbeda Keterkaitan Paronyme dengan Linguistik Setiap bahasa memiliki tata bahasanya tersendiri begitu pula dengan bahasa Perancis memiliki tata bahasa yang dalam tata bahasa tersebut terdapat bagian-bagian yang disebut: Fonologi (Phonologie), Morfologi (Morphologie), dan Sintaksis (Syntaxe). Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keraf (1979: 28) Tata bahasa itu meliputi bidang-bidang tata bunyi (Fonologi), tata bentuk (Morfologi), dan tata kalimat (Sintaksis). Teori tersebut juga senada dengan ungkapan bahwa La spirale de l apprentissage: solliciter les acquis linguistique (phonétique, lexique, morphologie et syntaxe de la langue) d une séance sur une autre est un des principes pédagogiques de base de l apprentissage de la langue étrangère comme de tout apprentissage ( Desmons et al : 16 ) Ungkapan dari Desmons tersebut mengandung arti bahwa Lingkup pembelajaran: yang ada dalam linguistik yaitu : (fonetik, leksikon, morfologi dan sintaksis bahasa) disamping itu hal tersebut merupakan sebuah prinsip-prinsip dasar pedagogis pembelajaran bahasa asing untuk semua pembelajaran.

9 14 Jika dilihat dari teori-teori tersebut bahwasannya dalam linguistik mencakup tiga bidang diantaranya yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis. Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa paronyme termasuk dalam bidang linguistik yang berkaitan dengan linguistik yaitu dalam bidang fonologi dan morfologi. Hal ini sesuai dengan pengertian atau definisi dari paronyme itu sendiri merupakan kata-kata yang hampir mirip cara pengucapannya, bentuk tulisan yang hampir berdekatan namun maknanya berbeda. 2.4 Kosakata Paronyme pada Materi Bahasa Perancis dalam Buku Pegangan Écho I dan Écho II s/d Unité 4 Mahasiswa semester IV Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI tahun akademik 2010/2011, dianggap telah mempelajari tentang sistem bahasa yang disebut ortografi dan kosakata yang terdapat dalam buku Écho I dan Écho II. Pada proses pembelajaran, mahasiswa menggunakan buku pegangan Écho I dan Écho II sebagai buku pegangan dalam pembelajaran bahasa Perancis. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan mereka dalam mengenali bentuk kosakata bahasa Perancis yang mirip serta pemahaman mereka akan tata bahasa dan kosakata. Kosakata paronyme yang berhasil peneliti temukan dalam buku pegangan Écho I dan Écho II dan kemudian peneliti kelompokkan kedalam kelaskata yaitu terdiri atas 12 pasang verba paronyme, 14 pasang nomina paronyme, dan 1 pasang adjektiva paronyme.

10 15 berikut: Pengklasifikasian kosakata paronyme akan disajikan dalam 3 tabel sebagai Tabel. 2.1 Daftar Verba Paronyme Kelas Kata Paronyme Verba Arti Se lever dan Se laver bangun tidur/berdiri dan mandi, membersihkan diri Emmener dan Amener membawa / mengajak (pergi seseorang) dan mengantarkan (seseorang), membawa serta Réparer dan Préparer memperbaiki dan mempersiapkan Raconter dan Rencontrer Menceritakan dan bertemu (dengan), berkenalan dengan seseorang. Monter dan Montrer naik dan menunjukkan Entendre dan Attendre mendengar dan menunggu Permettre dan Promettre mengijinkan, memperbolehkan dan berjanji Offrir dan Ouvrir Memberikan, mempersembahkan (hadiah, kado) dan membuka Repousser dan (se)reposer Menolak seseorang, mendorong seseorang (agar menjauhi dirinya) dan beristirahat/ meletakkan kembali Tromper dan Tremper Membohongi, menipu dan membasahi, merendam Vouloir dan Valoir Ingin, mau, hendak dan berharga, bernilai Recouvrer dan Recouvrir Mengambil sesuatu sebagai miliknya, pelih kembali, sembuh dan menyampuli (buku)

11 16 Tabel. 2.2 Daftar Nomina Paronyme Kelas Kata Paronyme Nomina Arti Le minuit dan La minute tengah malam dan menit Le magasin dan Le magazine toko dan majalah L humeur (f) dan L humour (m) suasana hati, rasa senang, dan humor Le change dan La chance pertukaran uang/barang dan keberuntungan, kesempatan baik Le médecin dan La médecine dokter dan obat dessous (m) dan Dessus (m) bagian bawah dan bagian atas La proposition dan La préposition usulan, pendapat, kalimat dan kata depan (preposisi) La conversation dan La conservation percakapan dan pemeliharaan dernier, ière(f) dan Derrière (m) bagian akhir dan bagian belakang Le poisson dan Le poison ikan dan racun Le champagne dan La campagne sampanye dan pedesaan Les cheveux dan les Chevaux rambut dan kuda (jamak) Le complément dan Le compliment Pelengkap, tambahan dan pujian La variété dan La vérité Berbagai-macam, jenis macam-macam dan kebenaran

12 17 Tabel. 2.3 Daftar Adjektiva Paronyme Jaune dan Jeune Adjektiva Kelas Kata Paronyme Arti warna kuning dan muda 2.5 Kompetensi menulis dalam FLE Pengertian Menulis Ada empat macam kompetensi berbahasa, dari keempat macam kompetensi tersebut salah satunya adalah menulis karena Dilihat dari segi kompetensi berbahasa, menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Sedangkan dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa (Nurgiyantoro 2010: 425). Menulis bukanlah kegiatan pasif melainkan kegiatan aktif yang dapat menghasilkan sesuatu Écrire : Tracer, imprimer ou graver des signes sur Orthographier (Dictionnaire De La Langue Française de Maxi - Poche Réferences 1995 : 163). Maksud dari kutipan tersebut bahwa menulis adalah membuat coretan, mencetak atau mengukir simbol-simbol atau lambang-lambang pada ortograf. Tarigan (1994: 1) juga berpendapat bahwa Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini maka penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Dari definisi tentang menulis tersebut peneliti dapat menyatakan bahwa menulis adalah kegiatan produktif mengekpresikan gagasan yang

13 18 ada dalam pikiran ke dalam bentuk lambang- lambang bahasa (tulisan) yang telah disepakati dengan memperhatikan ortograf, tata bahasa, dan kosakatanya Kompetensi Menulis dalam FLE Agar kalimat dapat dibaca dan mengandung makna serta agar maksud dari si penulis dapat tersampaikan dengan baik maka dibutuhkan keterampilan dalam menulis. Keterampilan menulis dalam bahasa Perancis dan bahasa Indonesia tentulah berbeda karena bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dan bahasa Perancis merupakan bahasa asing. Keterampilan menulis dalam Francais Langue Étrangère atau FLE yaitu dalam hal ini bahasa Perancis sebagai bahasa asing. Bahasa Perancis bukan merupakan bahasa ibu ataupun sebagai bahasa kedua pembelajar oleh karena itu membutuhkan proses mental yang ekstra kompleks. Menurut Desmons et al. (2005: 53) dalam bukunya menerangkan les processus mentaux mis en œuvre dans la production écrite ( en langue maternelle comme en étrangere) sont extrêmement complexes. Maksudnya adalah proses-proses mental yang terlibat dalam menulis dalam bahasa Perancis sebagai bahasa asing sangatlah kompleks. Maka dari itu dalam proses menulis diuraikan dalam 3 tahap yaitu : 1) Tahap pengembangan 2) Tahap format teks, dan 3) Tahap revisi

14 19 Proses tersebut sesuai dengan teori "L acte d écrire se décomposerait en trois phases : une phase d élaboration, une phase de mise en texte, et une phase de révision (Desmons et al :54). Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mencapai keterampilan menulis adalah dimulai dengan menyusun kalimatkalimat efektif, sehingga pesan penulis dapat dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus dilaksanakan secara terpadu pada komponen kebahasaan, pemahaman dan penggunaan, maupun dengan keterampilan berbahasa yang lain dan melalui beberapa tahapantahapan. 2.6 Penulisan Kalimat dalam Bahasa Perancis Pengertian Kalimat Kalimat terbentuk berawal dari kumpulan beberapa huruf-huruf yang bergabung membentuk kata, yang kemudian kata-kata tersebut dirangkai menjadi kalimat. Dengan kata lain kalimat merupakan kumpulan dari beberapa kata. Namun beberapa ahli mendefinisikan kalimat berbeda satu dengan yang lain. Menurut Alwi (1998:311), Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkap pikiran yang utuh. Wujud lisan sebuah kalimat ditandai dengan intonasi dan dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda baca. Sedangkan Chaer (2003:240) berpendapat bahwa Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur dan yang berisi pikiran yang lengkap.

15 20 Selanjutnya pengertian kalimat menurut Delatour et al. (2004: 10) adalah Une phrase est un assemblage de mots formant une unité de sens. À l écritle premier mot commence par une majuscule et le dernier est suivi d un point (.), d un point d interrogation (?), d un point d exclamation (!) ou des points de suspension ( ). Berdasarkan kutipan di atas menurut Delatour bahwa pengertian dari kalimat adalah kumpulan kata yang membentuk satu kesatuan arti. Pada bahasa tulis, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda seru (!), tanda tanya (?), atau titik-titik ( ). Dari beberapa pendapat mengenai definisi kalimat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah konstruksi gramatikal yang bermakna dan dalam bahasa tulisan ditandai dengan tanda baca Pengklasifikasian Kalimat Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan macamnya. Loiseau (1997: 9) mengklasifikasikan kalimat ke dalam empat jenis yaitu: 1. Kalimat berita Sebuah kalimat dapat menyatakan suatu kejadian atau gagasan. Kalimat ini bisa berbentuk afirmatif atau negatif : Contoh : J aime le chocolat. (bentuk afirmatif) (Saya suka coklat) Je n aime pas le chocolat. (bentuk negatif) (Saya tidak suka coklat) Menurut Loiseau (2005 : 56) ciri-ciri umum kalimat negatif adalah sebagai berikut :

16 Ne pas (ragam bahasa sastra : ne..point) a) Dengan verba kala simple, ne pas mengapit verba. Contoh : Je ne fume pas. (Saya tidak merokok) b) Dengan verba kala composé, ne pas mengapit verba bantu. Contoh : Je n ai pas fumé depuis trois jours. (Saya sudah tidak merokok sejak 3) c) Untuk memberi tekanan pada bentuk negatif, digunakan : absolutement pas atau pas du tout. Contoh : Il n a pas du tout d argent atau il n a absolutement pas d argent. (Dia sama sekali tidak memiliki uang) 1. 2 Ne rien a) negasi ne rien digunakan jika rien menunjuk pada pelengkap berwujud benda mati dari suatu verba. Contoh : kala simple : Je ne compronds rien. Cela ne sert à rien. (Saya tidak mengerti apa-apa. Hal itu

17 22 membuat saya merasa tidak berguna sama sekali.) Kala composé : Je n ai rien compris. Cela n a servi à rien. (Saya telah tidak mengerti apa-apa. Hal itu membuat saya merasa telah tidak berguna sama sekali.) b) Rien dapat digunakan tanpa ne. Contoh : Il veut tout ou rien. (Dia menginginkan semuanya atau tidak sama sekali.) 1. 3 Rien ne Rien ne digunakan jika rien menunjuk pada subyek pelengkap berwujud benda mati suatu verba. Contoh : Rien ne lui fait peur. (Sama sekali tidak ada yang menakutkannya.) 1. 4 Ne personne

18 23 Negasi ini digunakan jika personne merupakan pelengkap verba. Contoh : Je ne vois personne (Saya tidak melihat seorang pun.) 1. 5 Personne ne Negasi ini digunakan jika personne merupakan pelengkap verba. Contoh : Personne ne vient. (Tidak ada seorang pun yang datang.) 1. 6 Ne plus Ne plus digunakan untuk menunjukkan kebalikan suatu tindakan atau suatu situasi yang sudah lampau : Contoh : Aujourd hui je ne suis plus fatigué (hier, je l étais). (Hari ini saya tidak lebih lelah (kemarin saya merasa lebih lelah dari pada hari ini.) Bentuk negasi ini bisa diperkuat oleh absolument plus Ne pas encore

19 24 Ne pas encore digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu tindakan belum dilakukan, tetapi akan dilakukan kemudian. Contoh : Je n ai pas encore fini mon travail. (Saya masih belum menyelesaikan pekerjaan saya.) 1. 8 Ne jamais Ne jamais digunakan untuk menunjukkan suatu tindakan atau situasi yang tidak pernah terjadi pada waktu lampau, sekarang atau pada waktu yang akan datang. Contoh : kala simple : Je ne vais jamais au cinéma. (Saya tidak pernah pergi ke bioskop.) kala composé : je ne suis jamais allé au cinéma. (Saya sama sekali belum pernah pergi ke bioskop.) Jamais juga bisa ditempatkan di awal kalimat : Contoh : Jamais je n ai dit cela. (Tidak pernah saya mengatakan hal itu.) 1. 9 Ne plus digunakan dengan rien, personne, jamais

20 25 a) Rien dan personne sebagai subyek verba. Contoh : Plus rien ne m étonne. (Tidak ada yang lebih mengagetkanku.) b) Dalam kasus-kasus lain ; Dengan verba yang digunakan dalam kala simple : Contoh: Je ne dirai plus rien (Saya tidak akan mengatakan apapun lagi.) Dengan verba dalam kala composé : Contoh : Je n ai plus rien dit (Saya sudah tidak mengatakan apapun lagi.) Ne guère= ne beaucoup Contoh : Je n ai guère le temps de me promener. (= je n ai pas beaucoup le temps de me promener). (Saya sudah tidak punya waktu lagi untuk jalan-jalan.) Ne que = seulement

21 26 Contoh : je n ai que dix franc sur moi. (= j ai seulement dix francs sur moi). (Saya hanya punya sepuluh franc yang ada pada saya sekarang.) Ne pas que= ne pas seulement Contoh : Je n apprends pas que le français ; j apprends aussi anglais. (Saya tidak hanya belajar bahasa Perancis tetapi saya juga belajar bahasa Inggris.) Ne plus que= seulement Contoh : Je n ai plus que cinq francs sur moi. (Saya hanya punya lima Franc yang ada pada saya sekarang (sebelumnya, saya punya lebih).) Ne même pas = ne même plus Bentuk ini digunakan jika ingin memberi tekanan pada hal yang diungkapkan dalam bentuk negatif. Contoh: Il ne s intéresse à rien : il ne lit même pas le journal. (Dia tidak tertarik pada apapun : dia juga tidak tertarik membaca koran.) Aucun, nul

22 27 Aucun dan nul Contoh : Aucun homme n est parfait. (Lelaki manapun tidak ada yang sempurna.) 2. Kalimat interogatif Sebuah kalimat dapat merupakan suatu pertanyaan. Contoh : Est-ce que tu aimes le chocolat? (Apakah kamu suka coklat?) Kalimat interogatif adalah kalimat tanya yaitu kalimat interogatif yang hanya berisi pertanyaan yang diajukan, disebut kalimat interogatif langsung (Loiseau 1994 : 51). Contoh : Où habitez-vous? (Di mana Anda tinggal?) Dalam bahasa tulis, kalimat interogatif langsung selalu diikuti dengan tanda tanya (?). Sebuah kalimat yang mengandung verba yang menunjukkan bahwa kita mengajukan pertanyaan, disebut kalimat interogatif tak langsung : Contoh : Je vous demande où vous habitez. (Bolehkah saya tahu di mana anda tinggal?) Dalam bahasa tulis, kalimat interogatif tak langsung tidak diikuti dengan tanda tanya.

23 Kalimat interogatif langsung Di dalam bahasa lisan, sering digunakan kalimat interogatif yang mengikuti susunan kalimat berita dan bentuk kalimat interogatif dengan est-ce que. Bentuk yang lain yaitu : Inversi subyek dan pengulangan subyek nomina denngan pronomina il (ils) atau elle (elles), terutama digunakan dalam bahasa tulis. Tetapi, beberapa ungkapan seperti : Quelle heure est il? Comment allez-vous? sering digunakan juga dalam bahasa lisan. 2.2 Kalimat interogatif tak langsung Kalimat Iinterogatif tak langsung dibentuk dengan menggunakan verba seperti : demander (meminta), se demander (bertanya-tanya dalam hati), dire (berkata), ignorer (tidak tahu-menahu/masa bodoh), savoir (mengetahui), dan sebagainya. Dalam kalimat interogatif tak langsung, kata atau frasa yang berisi pertanyaan diletakkan sesudah verba yang mendahului petanyaan, biasanya susunan kalimatnya seperti dalam kalimat berita :

24 29 Contoh : Je te demande si tu as dîné. (Maukah kamu makan malam denganku.) 3. Kalimat perintah Kalimat ini bisa berbentuk afirmatif maupun negatif. Contoh : Va acheter du chocolat! (perintah afirmatif) (pergilah beli coklat!) Ne mange pas de chocolat! (perintah negatif) (jangan makan coklat!) 4. Kalimat eksklamatif Sebuah kalimat yang berupa seruan Contoh : C est bon, le chocolat! (Enak sekali, coklat ini!) Sementara itu Delatour et al. (2004: 10) mengklasifikasikan kalimat menjadi dua, yaitu phrase simple kalimat sederhana dan phrase complèxe kalimat majemuk. 1. La phrase simple. Delatour et al. (2004: 10) mendefinisikan kalimat sederhana sebagai La phrase simple contient un seul verbe conjugué : elle forme une «proposition» Kalimat sederhana berisi hanya satu konjugasi kata kerja, kata kerja tersebut berbentuk klausa. Kalimat sederhana dibagi menjadi empat tipe, Delatour et al. (2004: 11), yaitu:

25 Sujet + verbe Contoh : Les cloches sonnent. (Lonceng-lonceng berbunyi). Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang terdiri dari satu verba, yaitu sonnent yang berasal dari verba infinitif sonner. 1.2 Sujet + verbe + attribut Contoh : Ces fleurs sont magnifiques. (Bunga-bunga ini indah sekali). Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang memiliki satu verba sont yang berasal dari verba infinitif être. Kalimat ini juga memiliki satu attribut yaitu kata magnifique. 1.3 Sujet + verbe + complément d objet a) Sujet + verbe + complément d objet direct Contoh : Le soleil éclaire la Terre. (Matahari menerangi bumi). Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang mempunyai satu verba yaitu éclaire yang berasal dari verba infinitif éclairer dan memiliki satu objek langsung yaitu la terre. b) Sujet + verbe + complément d objet indirect

26 31 Contoh : J ai écrit à ma meilleure amie. (Saya telah menulis kepada teman saya). Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang mempunyai satu verba yaitu écrit yang berasal dari verba infinitive écrire dan memiliki satu objek tidak langsung yaitu ma meilleure amie. c) Sujet + verbe + COD + COI Contoh : J ai écrit une lettre à ma meilleure amie. (Saya telah menulis sebuah surat kepada teman saya). Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang mempunyai satu verba yaitu écrit yang berasal dari verba infinitif écrire, memiliki satu objek langsung yaitu une lettre dan memiliki satu objek tidak langsung yaitu ma meilleure amie. 2. La phrase complèxe Delatour (2004: 12) mendefinisikan kalimat majemuk sebagai La phrase complexe contient deux ou plusieurs verbes conjugués : elle contient deux ou plusieurs «propositions». Kalimat majemuk adalah kalimat yang berisi dua kata kerja atau lebih yang dikonjugasikan : jadi kalimat yang mengandung dua klausa atau lebih.

27 32 Selanjutnya Delatour membagi kalimat majemuk menjadi tiga, yaitu la subordination dan la coordination. 2.1 Juxtaposition Kalimat kompleks yang terdiri dari dua kalusa atau lebih yang satu dengan yang lainnya tidak berhubungan. Dalam hal ini, hubungan antara ide-ide yang tersirat, kalusa tersebut berupa koma, titik-koma, atau titik dua. Contoh : Marie vient d obtenir son diplôme d ingénieur, elle trouvera facillement du travail. (Mary baru saja memperoleh gelar insinyur, ia menemukan pekerjaan dengan mudah). Kalimat tersebut menggunakan klausa koma. 2.2 Coordination Kalimat majemuk yang terdiri dari dua klausa atau lebih yang dihubungkan dengan konjungsi koordinatif seperti et, ou, ni, mais, car, donc. Setiap klausa tidak tergantung pada klausa yang lain dan memiliki kedudukan yang sama. Contoh: Pour les vacances, Je ferai une croisière ou je passerai huit jours à Florence.

28 33 (Untuk Liburan, Saya akan melakukan sebuah pelayaran atau saya akan melewatinya selama delapan hari di Florensia). Kalimat di atas terdiri dari dua klausa. Kedua klausa memiliki kedudukan yang setara, yaitu sebagai klausa bebas dan menggunakan konjungsi koordinatif ou atau. 2.3 Subordination Kalimat kompleks bisa terdiri dari dua klausa atau lebih, klausa satu berfungsi sebagai klausa atasan dan yang lain berfungsi sebagai klausa bawahan. Contoh : Antoine est très heureux / que sa femme attende un enfant. (Antoine sangat bahagia / bahwa istrinya sedang menanti seorang anak). Kalimat di atas terdiri dari dua klausa, Antoine est très heureux, merupakan klausa atasan dan sa femme attende un enfant adalah klausa bawahan. Klausa bawahan tidak akan bermakna jika tidak ada klausa atasan Fungsi-Fungsi Utama dalam Kalimat Bahasa Perancis Dalam bahasa Perancis terdapat elemen-elemen yang menyusun sebuah kalimat dan elemen-elemen tersebut memiliki fungsinya masing-

29 34 masing sesuai dengan kaidah struktur kalimat dalam bahasa Perancis. Menurut Loiseau (1997 : 10) fungsi-fungsi utama dalam kalimat bahasa Perancis yaitu : 1) Fungsi subyek Dalam kalimat : Je marche. (Saya berjalan.) Le chat dort (Kucing itu tidur) Nous marchons (Kami berjalan) Les chats dorment. (Kucing-kucing itu tidur) Où est ma cravate? Où sont mes chaussures? (Di mana dasi saya?) (Di mana sepatu saya?) Je, nous dalam kalimat di atas berfungsi sebagai subyek dari verba marcher ; Le chat, les chats pada kalimat di atas berfungsi sebagai subyek dari verba dormir ; dan Ma carvate, mes chaussures berfungsi sebagai subyek dari verba être. Verba berubah sesuai dengan subyeknya : orang/bendanya (pertama, kedua, ketiga) dan jumlahnya (tunggal atau jamak). 2) Fungsi obyek pelengkap pertama (OPP) Contoh kalimat ada pada table di bawah ini:

30 35 Tabel Fungsi Obyek Pelengkap (OPP) Subyek Verba OPP Le mécanicien J Il a réparé ai pensé la voiture. à vous. s est aperçu De son erreur. Keterangan Kalimat dalam Tabel. 2.1 yaitu: la voiture adalah obyek pelengkap pertama dari verba réparer ; à vous adalah obyek pelengkap pertama dari verba penser ; de son erreur adalah obyek pelengkap pertama dari verba s apercevoir. Pelengkap la voiture disebut obyek pelengkap pertama dalam struktur langsung. Pelengkap à vous dan de son erreur yang mengandung preposisi à dan de disebut obyek pelengkap pertama dalam struktur tak langsung. Struktur obyek pelengkap pertama tergantung pada verbanya. 3) Fungsi obyek pelengkap kedua (OPK) Contoh kalimat ada pada table di bawah ini : Tabel. 2.5 Fungsi Obyek Pelengkap Kedua (OPK) Subyek Verba OPP OPK Il à envoyé une carte à ses amis. Elle à parlé postale de ses vacances. à Pierre

31 36 Keterangan kalimta dalam tabel. 2.2 sebagai berikut : Pelengkap à ses amis dan de ses vacances yang mengandung preposisi à dan de disebut obyek pelengkap kedua. 4) Fungsi atribut Contoh kalimat ada dalam table berikut ini: Tabel. 2.6 Fungsi Atribut Subyek Verba Atribut Mon frère Est médcin. Votre ami Est sympathique. Keterangan dari tabel di atas yaitu : Nomina médcin mengacu pada subyek : mon frère. Ajektiva sympathique mengacu pada subyek : votre ami. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai atribut dari subyek dan dihubungkan dengan subyek oleh verba être. Beberapa verba lain dapat mempunyai fungsi sama, misalnya : paraître, sembler, devenir. Contoh : - Ce chien semble malade. (Anjing ini terlihat sakit.) - Il devient vieux. (Dia sudah tua.)

32 Strategi Menulis Kalimat Bahasa Perancis dengan Menggunakan Paronyme Dalam menulis perlu memperhatikan ortograf dan definisi paronyme yaitu kata-kata yang pengucapannya hampir mirip dan bentuk ejaan katanya hampir mirip. Maka dari itu diperlukan strategi agar dapat menggunakan paronyme dalam menulis kalimat bahasa Perancis dengan benar. Dalam bukunya Desmons et al. (2005: 55) menyebutkan bahwa: Nous distinguons deux types de savoir-faire écrits à enseigner : 1). Savoir orthographier (assurer le passage du code oral au code écrit, activité qui implique la connaissance du système graphique du français ) ; 2). Savoir rédiger (construire une phrase écrite, enchaîner des paragrahes, produire un texte cohérent). Menurut Desmons terdapat dua buah strategi menulis kalimat dalam bahasa Perancis yaitu: 1) Mengetahui ejaan (untuk memastikan bagian dari kode lisan yang ditulis dalam kode tulisan, suatu kegiatan yang memerlukan pengetahuan tentang system grafis dalam bahasa Perancis) 2) Mengetahui bagaimana menulis (menyusun kalimat secara tertulis, merangkai paragraf, menghasilkan teks yang koheren) Masih menurut Desmons et al. (2005: 57) l orthographe est à l écrit ce que la phonétique est à l oral, à savoir un code qu il faut maîtriser si l on veut bien écrire une langue. Artinya bahwa ejaan adalah tulisan fonetik yang diucapkan untuk mengetahui sebuah kode yang harus dikuasai agar kita dapat menulis dengan baik dalam sebuah bahasa. Dalam bahasa Perancis korespondensi antara bahasa lisan dan tertulis adalah dengan cara

33 38 menulis abjad yaitu yang disebut dengan fonem (code lisan) dan grafem (kode tertulis). Dalam bukunya Desmon et al. (2005 : 58) juga menyebutkan Le graphemes est la plus petite unité distinctive et signivicative de la chaîne écrite. Il peut être constitué par une lettre (avec ou sans accent [ε, é] ; avec ou sans signe auxiliaire [, ç]), ou un groupe de lettre s [des digrammes comme ai, des trigrammes comme eau]). Grafem merupakan unit terkecil yang khas dan signifikatif yang berupa tulisan berderet. Hal ini mungkin terdiri dari sebuah tulisan (dengan atau tanpa aksen [ε, é] ; dengan atau tanpa imbuhan [, ç], atau sekelompok tulisan (digraf seperti ai, trigram seperti eau). Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menulis kita harus sangat memperhatikan ortograf atau ejaan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kosakata paronyme, untuk menguasai kosakata paronyme maka diperlukan pemahaman terhadap ortograf atau ejaan, karena pengertian paronyme itu sendiri yaitu kata-kata yang ejaannya hampir mirip namun maknanya berbeda. Jadi strategi dalam menulis kalimat dalam menggunakan paronyme adalah sebagai berikut: a) Perencanaan Dalam menulis sebaiknya kita melakukan perencanaan terlebih dahulu atau memikirkan apa yang akan kita tulis. b) Pemilihan kata-kata yang tepat

34 39 c) Mengatur ide-ide kemudian merangkainya menjadi kalimat d) Struktur teks koheren e) Melakukan revisi f) Memerikasa sintaksis kalimat g) Memeriksa kosakata h) Memeriksa ejaan i) Publikasi j) Penyelesaian, dan k) Perealisasian tulisan 2.7 Tes Pemahaman dan Penggunaan Kosakata Paronyme Keterkaitan antara aspek memahami dan aspek mempergunakan dalam kompetensi berbahasa sangatlah erat kaitannya, karena Memahami itu bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan proses yang aktif dalam menyampaikan suatu pesan (Ahmadi 1990:8). Kekeliruan dalam memahami makna kata dapat menyebabkan kekeliruan dalam memahami makna secara keseluruhan. Demikian pula dalam memahami paronyme bahasa Perancis, mahasiswa harus cermat dan mengerti benar akan kedua kata tersebut sehingga dapat mengetahui makna kata tersebut bila digunakan dalam kalimat, Karena untuk dapat menggali informasi tertulis, diperlukan pengetahuan tentang struktur dan kosakata yang bersangkutan, di samping juga sistem ejaan (grafologinya) (Nurgiyantoro 2010:283).

35 40 Berdasarkan alasan tersebut maka penelitian ini lebih menekankan pada aspek pemahaman dan penggunaan paronyme bahasa Perancis dalam bentuk tulisan. Teori yang memperkuat alasan tersebut adalah teori yang dinyatakan oleh Desmons et al. (2005: 53) yaitu La compétence de production écrite dépendante des textes lus et compris antérieurement. Teori tersebut menyatakan bahwa kompetensi untuk menghasilkan teks tertulis tergantung pada membaca dan pemahaman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa memahami merupakan kemampuan untuk mengenali dan menangkap pesan/informasi yang disampaikan melalui lambang lisan maupun tulisan. Kemudian dengan memahami kata-kata yang paronyme tersebut mahasiswa diharapkan dapat menggunakannya dalam menyusun kalimat secara tertulis. Maka dari itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes kompetensi bahasa (kompetensi linguistik). Menurut Nurgiyantoro (2010 : 281) Tes yang menyangkut kompetensi kebahasaan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tes struktur dan kosakata. Bentuk dari tes kompetensi bahasa dalam penenelitian ini yaitu tes kosakata paronyme, didalam bukunya Nurgiyantoro (2010 : 338) juga menyebutkan Tes kosakata adalah tes yang dimaksudkan mengukur kompetensi peserta didik terhadap kosakata dalam bahasa tertentu baik yang bersifat reseptif maupun produktif. Jenis tes kosakata dalam penelitian ini adalah tes penempatan kosakata paronyme dalam konteks. Masih menurut Nurgiyantoro (2010 : 345) Dalam tes jenis ini peserta didik dituntut untuk dapat memilih dan menerapkan kata-kata, istilah, atau ungkapan tertentu dalam suatu

36 41 wacana atau kalimat secara tepat, atau mempergunakan kata-kata tersebut untuk menghasilkan wacana atau kalimat. Contoh bentuk tes dari teori tersebut sebagai berikut : - Tes membuat atau menulis kalimat dengan menggunakan kosakata yang tersedia. Buatlah kalimat dengan menggunakan kosakata paronyme berikut ini!: a) Le médecin. b) La medicine. Sesuai dengan teori tersebut tes ini diharapkan dapat mengukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam menggunakan atau mengaplikasikan kosakata paronyme kedalam kalimat bahasa Perancis. Untuk dapat memilih dan memergunakan kata dalam suatu wacana atau kalimat atau untuk menghasilkan wacana atau kalimat secara tepat, peserta didik dituntut untuk telah memahami makna atau arti kata yang bersangkutan (Nurgiyantoro 2010 : 345). Contoh bentuk tes dari teori tersebut sebagai berikut : - Tes Pemakaian gaya bahasa dan kosakata : Betapa sedih hatinya mendengar berita, bahwa orang tuanya yang sangat dicintainya itu telah (mati/berpulang/meninggal/mampus/wafat). Berdasarkan pernyataan tersebut maka tes ini juga diharapkan mampu mengukur kemampuan mahasiswa dalam memahami kosakata paronyme.

SKRIPSI. Disusun guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: Nama : Triana Mardi Astuti NIM : Prodi : Pendidikan Bahasa Prancis

SKRIPSI. Disusun guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: Nama : Triana Mardi Astuti NIM : Prodi : Pendidikan Bahasa Prancis SKRIPSI KEMAMPUAN MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS TAHUN AJARAN 2008/2009 DALAM MEMAHAMI DAN MENGGUNAKAN PARONIM DALAM KALIMAT BAHASA PRANCIS Disusun guna meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SMA N 1 Sanden Kelas/ Semester : XI/1 Mata pelajaran : Bahasa Perancis Tema : La Famille Aspek/ Keterampilan : Expression Orale (Berbicara) Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar terlebih dahulu harus memahami kaidah-kaidah tata bahasa, seperti membuat kalimat yang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Berbicara : 2 x 45 menit A. STANDAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tanggal 18 februari Data yang terkumpul diperoleh dari 30 orang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tanggal 18 februari Data yang terkumpul diperoleh dari 30 orang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Tes Dalam penelitian ini tes yang diberikan sebanyak satu kali pada tanggal 18 februari 2011. Data yang terkumpul diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Permasalahan itu antara lain dalam lingkup sintaksis, semantik, dan pergeseran

BAB IV KESIMPULAN. Permasalahan itu antara lain dalam lingkup sintaksis, semantik, dan pergeseran BAB IV KESIMPULAN Gérondif banyak digunakan baik dalam bp lisan maupun tulis, sedangkan bi tidak memiliki bentuk ini, sehingga menimbulkan permasalahan dalam penerjamahan. Permasalahan itu antara lain

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Membaca : 2 x 45 menit A. STANDAR

Lebih terperinci

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS Pengadilen Sembiring Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kosa kata dan sistem tata bahasa Prancis memiliki keunikan dan kesederhaan yang

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi ( IPK) Alokasi Waktu

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah Kelas/ Semester Mata pelajaran Tema Aspek/ Keterampilan Alokasi Waktu : SMA N 1 Sanden : XI/2 : Bahasa Perancis : La Famille : Expression Écrite (Menulis)

Lebih terperinci

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI OLEH: RADIK BABAROSA NIM. 105110301111005 PROGRAM STUDI BAHASA

Lebih terperinci

INFORMASI DAN KISI-KISI

INFORMASI DAN KISI-KISI LOMBA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016 INFORMASI DAN KISI-KISI Bidang Lomba BAHASA PERANCIS PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahap perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada tahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahap perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada tahap 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian tentunya seorang peneliti membutuhkan metode untuk mengumpulkan data, menyusun, serta menganalisis data, sehingga diperoleh hasil

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Di dalam sebuah penelitian tentunya diperlukan tahapan-tahapan kerja yang benar dan sesuai agar tercapainya tujuan dari penelitian tersebut. Tahapan

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA DALAM KOMUNIKASI MELALUI FACEBOOK : STUDI KASUS MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perancis dalam situs yang merupakan model

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perancis dalam situs  yang merupakan model BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab lima ini, peneliti akan menyampaikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pertanyaan pada rumusan masalah pada bab satu dan hasil penelitian pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin hari semakin berkembang pesat. Perkembangan tersebut juga merambah di bidang linguistik yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada Bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis gaya bahasa beserta makna dalam film L Ecume des Jours. Berikut ini adalah hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal

BAB II KAJIAN TEORI. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Penguasaan Bahasa Prancis Penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan, pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NAMA SEKOLAH : SMAN 1 Mertoyudan MATA PELAJARAN : BAHASA PRANCIS KELAS / SEMESTER : XI / 1 PERTEMUAN KE- : 5 TEMA : LA MAISON WAKTU : 2 X 45 MENIT A. KOMPETENSI INTI 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan sesamanya. Alat komunikasi ini merupakan hal yang vital bagi manusia karena digunakan setiap hari. Alat

Lebih terperinci

Silabus. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu. KD 1 Mencocokkan gambar dengan

Silabus. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu. KD 1 Mencocokkan gambar dengan Standar 1. Mendengarkan Nama Sekolah : SMA N 8 Purworejo Mata Pelajaran : Bahasa Prancis Kelas / Program : XI / IPS Semester : 1 ( satu ) Alokasi : 17 minggu X 2 Jam Pelajaran = 34 jam Silabus Materi Indikator

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PRODUCTION ÉCRITE I PR103. Iis Sopiawati, S. Pd.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PRODUCTION ÉCRITE I PR103. Iis Sopiawati, S. Pd. SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PRODUCTION ÉCRITE I PR103 Iis Sopiawati, S. Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 1 SATUAN ACARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan proses penyusunan kegiatan penelitian yang dilakukan, diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,

Lebih terperinci

SILABUS PRODUCTION ECRITE IV (PR213) Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Yadi Mulyadi, M.Pd.

SILABUS PRODUCTION ECRITE IV (PR213) Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Yadi Mulyadi, M.Pd. SILABUS PRODUCTION ECRITE IV (PR213) Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Yadi Mulyadi, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 0 SILABUS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Skenario Model Pembelajaran Analisis Teks Sastra Langkah-langkah pelaksanaan pengajaran Model Analisis Teks Sastra untuk jenis puisi adalah

Lebih terperinci

KETIDAKSESUAIAN BAHASA PERANCIS BAKU DALAM NOVEL LE NÈGRE POTEMKINE OLEH BLAISE N DJEHOYA

KETIDAKSESUAIAN BAHASA PERANCIS BAKU DALAM NOVEL LE NÈGRE POTEMKINE OLEH BLAISE N DJEHOYA KETIDAKSESUAIAN BAHASA PERANCIS BAKU DALAM NOVEL LE NÈGRE POTEMKINE OLEH BLAISE N DJEHOYA Delviana Azari Agustiarni 1805 1007 0044 KARYA ILMIAH UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga 1 BAB I PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan memaparkan latar belakang yang menjadi motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga menjelaskan batasan-batasan dan rumusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Menurut Nawawi dalam Cahyani (2008:20), penggunaan metode yang tepat

Lebih terperinci

KORELASI FAKTOR PSIKOLINGUISTIK DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI BAHASA SMAK COR JESU MALANG

KORELASI FAKTOR PSIKOLINGUISTIK DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI BAHASA SMAK COR JESU MALANG KORELASI FAKTOR PSIKOLINGUISTIK DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI BAHASA SMAK COR JESU MALANG SKRIPSI OLEH: CICILIA TRAPSIWI RESTI PALUPI NIM. 105110301111012 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah salah satu dasar yang ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Dalam sebuah penelitian, menurut Sugiyono

Lebih terperinci

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ Oleh Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Dante Darmawangsa, M.Pd. Publik (pembelajar) Mahasiswa

Lebih terperinci

GRAMMAR BAHASA PRANCIS BY : LIYA IMRA AH F.

GRAMMAR BAHASA PRANCIS BY : LIYA IMRA AH F. GRAMMAR BAHASA PRANCIS BY : LIYA IMRA AH F. AVANT-PROPOS 1 Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-nya mungkin penyusun tidak

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pra-Siklus

LAMPIRAN 1 Pra-Siklus LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Pra-Siklus 1. Angket Pra-Tindakan 2. Hasil Angket Pra-Tindakan 3. Pedoman Wawancara dengan Guru 4. Hasil Wawancara dengan Guru 5. Soal Pre-Test 91 Lampiran 1 Nama : No. Absen : Kelas

Lebih terperinci

PRODUCTION ÉCRITE III (PR203)

PRODUCTION ÉCRITE III (PR203) No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS PRODUCTION ÉCRITE III (PR203) Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Yadi Mulyadi, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN Matakuliah : Expression Ecrite 3 Kode Mata kuliah : prc 46013 Kredit Semester : 3 SKS Program Studi : Pendidikan Bahasa Prancis Semester/Tahun Ajaran : Ganjil/ 2015-2016

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dan desain penelitian merupakan suatu hal yang harus digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dan desain penelitian merupakan suatu hal yang harus digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode dan desain penelitian merupakan suatu hal yang harus digunakan dalam sebuah penelitian. Penggunaan metode dan desain penelitian ini

Lebih terperinci

No. : FPBS/FM-7.1/07 SILABUS PRODUCTION ÉCRITE I PR103. Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Iis Sopiawati, M.Pd.

No. : FPBS/FM-7.1/07 SILABUS PRODUCTION ÉCRITE I PR103. Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Iis Sopiawati, M.Pd. No. : FPBS/FM-7.1/07 SILABUS PRODUCTION ÉCRITE I PR103 Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Iis Sopiawati, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KARTU KATA DAN GAMBAR PADA PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA SISWA KELAS X SMA TUNAS PATRIA UNGARAN

KEEFEKTIFAN KARTU KATA DAN GAMBAR PADA PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA SISWA KELAS X SMA TUNAS PATRIA UNGARAN KEEFEKTIFAN KARTU KATA DAN GAMBAR PADA PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA SISWA KELAS X SMA TUNAS PATRIA UNGARAN skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN No.: FPBS/FM-7.1/08 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : COMMUNICATION ORALE I (SESI KELAS) KODE : PR 101 Yadi Mulyadi, M.Pd. Iis Sopiawati, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian, ada berbagai macam metode yang dapat digunakan peneliti. Metode penelitian merupakan cara

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian sangat diperlukan dalam sebuah penelitian, Sugiyono (013:3) memaparkan bahwa metode penelitian pada

Lebih terperinci

SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111)

SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) Yadi Mulyadi, M.Pd. Iis Sopiawati, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

2.1 Batasan dan ciri kalimat Seperti telah dikemukakan terdahulu, bahwa kalimat adalah satuan bahasa lengkap karena mempunya maksud dan dapat

2.1 Batasan dan ciri kalimat Seperti telah dikemukakan terdahulu, bahwa kalimat adalah satuan bahasa lengkap karena mempunya maksud dan dapat I. PENDAHULUAN Sintaksis yang disebut juga ilmu tata kalimat, berasal dari bahasa Belanda Syntaxis. Secara tradisional, dalam tataran linguistik sintaksis berada pada tataran yang sama dengan morfologi.

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS HUMANIORA VOLUME 15 Analisis Kesalahan No. 3 Oktober Sintaksis 2003 Bahasa Prancis Halaman 327-335 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS Roswita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. BAB ini memuat beberapa simpulan hasil penelitian mengenai analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. BAB ini memuat beberapa simpulan hasil penelitian mengenai analisis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB ini memuat beberapa simpulan hasil penelitian mengenai analisis materi pembelajaran yang terdapat dalam media podcast LFWA berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terdapat dalam buku Complete French Volume 1 terbitan tahun terdapat kesimpulan dan saran sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terdapat dalam buku Complete French Volume 1 terbitan tahun terdapat kesimpulan dan saran sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukannya penelitian mengenai analisis materi pembelajaran yang terdapat dalam buku Complete French Volume 1 terbitan tahun 2011 terdapat kesimpulan dan saran sebagai

Lebih terperinci

WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI

WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

SILABUS GRAMMAIRE V PR304. Drs. Kamaludin M, MA., M.Hum. Drs. Soeprapto Rakhmat, M.Hum.

SILABUS GRAMMAIRE V PR304. Drs. Kamaludin M, MA., M.Hum. Drs. Soeprapto Rakhmat, M.Hum. SILABUS GRAMMAIRE V PR304 Drs. Kamaludin M, MA., M.Hum. Drs. Soeprapto Rakhmat, M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 DESKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. Dalam analisis simbolisasi hewan dalam tiga dongeng ini, penulis

BAB III KESIMPULAN. Dalam analisis simbolisasi hewan dalam tiga dongeng ini, penulis BAB III KESIMPULAN Dalam analisis simbolisasi hewan dalam tiga dongeng ini, penulis menggunakan teori semiotika menurut Danesi. Hewan-hewan yang ada dalam tiga dongeng ini disebut sebagai penanda (signifier).

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi menurut Servilla dkk (1993) dalam Mahsun (2005:28) adalah Kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi.

Lebih terperinci

SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) Yadi Mulyadi, M.Pd. Iis Sopiawati, S.Pd.

SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) Yadi Mulyadi, M.Pd. Iis Sopiawati, S.Pd. SILABUS COMMUNICATION ORALE II (PR 111) Yadi Mulyadi, M.Pd. Iis Sopiawati, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 0 DESKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, bahasa Prancis masih dianggap kurang familiar bagi orang Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, bahasa Prancis masih dianggap kurang familiar bagi orang Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan di zaman globalisasi seperti sekarang ini semakin ketat yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan komunikasi antar bangsa. Penguasaan bahasa Inggris yang hingga

Lebih terperinci

COMPREHENSION ECRITE I

COMPREHENSION ECRITE I SATUAN ACARA PERKULIAHAN COMPREHENSION ECRITE I Farida Amalia, M.Pd JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 Tujuan Pembelajaran Khusus

Lebih terperinci

ANALISIS KREATIVITAS TOKOH MÉLANIE DALAM CERITA ANAK MÉLANIE DANS L ÎLE SKRIPSI OLEH : INDRI NOVITA SARI

ANALISIS KREATIVITAS TOKOH MÉLANIE DALAM CERITA ANAK MÉLANIE DANS L ÎLE SKRIPSI OLEH : INDRI NOVITA SARI ANALISIS KREATIVITAS TOKOH MÉLANIE DALAM CERITA ANAK MÉLANIE DANS L ÎLE SKRIPSI OLEH : INDRI NOVITA SARI 0911130026 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MAHASISWA SEMESTER V PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS DALAM MENGUASAI EXPRESSION DE L OPINION

KEMAMPUAN MAHASISWA SEMESTER V PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS DALAM MENGUASAI EXPRESSION DE L OPINION KEMAMPUAN MAHASISWA SEMESTER V PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS DALAM MENGUASAI EXPRESSION DE L OPINION skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN I. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah : Expression Ecrite III Kode Mata Kuliah : PRC 219 Jurusan : Pendidikan Bahasa Prancis Pengampu : Dian Swandayani, M.Hum. Jumlah SKS

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, Muchsin Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, Muchsin Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa 65 DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Muchsin. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Anas, Sudijono. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Arifin,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN Mata Kuliah : Comprehension Ecrite 1 Kode Mata Kuliah : PRC 46004 Jumlah sks : 3 sks Semester : 1 (Ganjil- 2015/2016) Hari Pertemuan/Jam/Kls : Senin, 14.40-17.10 (A Reg/A

Lebih terperinci

INTERTEKSTUALITAS DALAM STRUKTUR KOMIK DAN FILM PETUALANGAN TINTIN EDISI LE SECRET DE LA LICORNE SKRIPSI OLEH: RISZKY ALLA SAPUTRA NIM

INTERTEKSTUALITAS DALAM STRUKTUR KOMIK DAN FILM PETUALANGAN TINTIN EDISI LE SECRET DE LA LICORNE SKRIPSI OLEH: RISZKY ALLA SAPUTRA NIM INTERTEKSTUALITAS DALAM STRUKTUR KOMIK DAN FILM PETUALANGAN TINTIN EDISI LE SECRET DE LA LICORNE SKRIPSI OLEH: RISZKY ALLA SAPUTRA NIM 0811130023 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS PROGRAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam pengajaran bahasa terdapat empat keterampilan

Lebih terperinci

COMPREHENSION ECRITE I

COMPREHENSION ECRITE I COMPREHENSION ECRITE I Silabus Deskripsi Mata Kuliah FARIDA AMALIA, M.Pd Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2011 DESKRIPSI MATA KULIAH

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI Mata Lomba: BAHASA PRANCIS. LOMBA DEBAT BAHASA INDONESIA DAN ASING SISWA SMK TINGKAT NASIONAL BATAM Oktober 2015

LEMBAR INFORMASI Mata Lomba: BAHASA PRANCIS. LOMBA DEBAT BAHASA INDONESIA DAN ASING SISWA SMK TINGKAT NASIONAL BATAM Oktober 2015 LOMBA DEBAT BAHASA INDONESIA DAN ASING SISWA SMK TINGKAT NASIONAL BATAM Oktober 2015 LEMBAR INFORMASI Mata Lomba: BAHASA PRANCIS DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai Metodologi Penelitian yang meliputi desain penelitian, populasi, sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrument penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan pengarang sebagai penghasil imajinasi dan kreativitas sastra secara individual dan pembaca

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V. ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN No.: FPBS/FM-7.1/08 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KODE : Grammaire IV : PR204 Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum Dr. Yuliarti Mutiarsih, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN MATERI DAN LATIHAN SOAL PADA BUKU ECHO A1 DENGAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PADA KELAS X SEMESTER 1 SKRIPSI

ANALISIS KESESUAIAN MATERI DAN LATIHAN SOAL PADA BUKU ECHO A1 DENGAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PADA KELAS X SEMESTER 1 SKRIPSI ANALISIS KESESUAIAN MATERI DAN LATIHAN SOAL PADA BUKU ECHO A1 DENGAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PADA KELAS X SEMESTER 1 SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Yunita

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, peneliti membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Beberapa hal penting yang dibahas adalah metode penelitian, populasi dan sampel penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam komunitas tertentu. Selain memiliki fungsi utama sebagai wahana berkomunikasi, bahasa

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. yang cukup unik karena banyak ditemukan kosakata bahasa argot yang digunakan

BAB III KESIMPULAN. yang cukup unik karena banyak ditemukan kosakata bahasa argot yang digunakan BAB III KESIMPULAN Titeuf merupakan komik berbahasa Prancis yang dikenal sebagai komik yang cukup unik karena banyak ditemukan kosakata bahasa argot yang digunakan para tokoh dalam percakapan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan membahas metode dan teknik penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan membahas metode dan teknik penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan membahas metode dan teknik penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu mencakup pembahasan mengenai definisi operasional, populasi, sampel,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN PRODUCTION ECRITE IV (PR213) Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Yadi Mulyadi, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN No.: FPBS/FM-7.1/08 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KODE : PR 103 : PRODUCTION ECRITE I Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Iis Sopiawati, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN GRAMMAIRE IV PR204

SATUAN ACARA PERKULIAHAN GRAMMAIRE IV PR204 SATUAN ACARA PERKULIAHAN GRAMMAIRE IV PR204 Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK PERSONAL VOCABULARY NOTES UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA PEMBELAJAR BAHASA PERANCIS Isda Pramuniati Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BAHASA PERANCIS SMA NERGERI 8 PURWOREJO

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BAHASA PERANCIS SMA NERGERI 8 PURWOREJO RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BAHASA PERANCIS SMA NERGERI 8 PURWOREJO LEMBAR KERJA 2 ANALISIS PERANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Negeri 8 Purworejo. Mata pelajaran

Lebih terperinci

PRODUCTION ÉCRITE II PR113

PRODUCTION ÉCRITE II PR113 No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS PRODUCTION ÉCRITE II PR113 Iis Sopiawati, M. Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 LEMBAR VERIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agar terhindar dari salah paham dalam penafsiran judul penelitian, penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agar terhindar dari salah paham dalam penafsiran judul penelitian, penulis BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Agar terhindar dari salah paham dalam penafsiran judul penelitian, penulis jelaskan secara singkat definisi istilah-istilah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

REGISTER PEMANDU WISATA BERBAHASA PRANCIS DI KAWASAN WISATA KAWAH IJEN BANYUWANGI JAWA TIMUR : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

REGISTER PEMANDU WISATA BERBAHASA PRANCIS DI KAWASAN WISATA KAWAH IJEN BANYUWANGI JAWA TIMUR : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK REGISTER PEMANDU WISATA BERBAHASA PRANCIS DI KAWASAN WISATA KAWAH IJEN BANYUWANGI JAWA TIMUR : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH: LUISIANA INDRAWATI NIM. 105110300111013 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadaminta, 1989:266),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadaminta, 1989:266), BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional 3.1.1 Efektivitas Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadaminta, 1989:266), efektivitas adalah akibat (hasil daya pengaruh dari sesuatu atau

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

GRAMMAIRE I. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. Dra. DWI CAHYANI FARIDA AMALIA, M.Pd

GRAMMAIRE I. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. Dra. DWI CAHYANI FARIDA AMALIA, M.Pd GRAMMAIRE I Silabus Deskripsi Mata Kuliah Dra. DWI CAHYANI FARIDA AMALIA, M.Pd Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2011 DESKRIPSI MATA

Lebih terperinci

Lampiran 1 CATATAN LAPANGAN 1

Lampiran 1 CATATAN LAPANGAN 1 127 Lampiran 1 CATATAN LAPANGAN 1 Hari/tanggal : Selasa, 6 Mei 2014 Waktu : Jam pelajaran ke 3 s/d 4 (08.00-09.30) Tempat GP K1 K2 : Kelas XI Bahasa : Guru Peneliti : Kolaborator 1 (Guru Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, mahasiswa diberikan 2 kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, mahasiswa diberikan 2 kali 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Hasil Tes Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, mahasiswa diberikan 2 kali tes. Setelah hasil tes terkumpul, data tes tersebut diperiksa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Di dalam bab ini, peneliti membahas mengenai metode dan teknik yang digunakan untuk meneliti bahasa Argot yang terdapat pada novel Une Seconde Chance karya Patrick Cauvin.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan

Lebih terperinci