Sorot warna hijau: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan baru yang ditambahkan RSPO.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sorot warna hijau: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan baru yang ditambahkan RSPO."

Transkripsi

1 PROSEDUR RSPO UNTUK PENANAMAN BARU (NEW PLANTING PROCEDURE/NPP) DRAF UNTUK KONSULTASI Revisi Juli 2015 Versi 4.3 Untuk konsultasi publik KETERANGAN: Sorot warna kuning: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan baru (disebabkan adanya perubahan dalam Prinsip & Kriteria RSPO Tahun 2013 dan standardisasi dengan mekanisme RSPO lainnya yang disetujui, yaitu Proses Kompensasi & Remediasi, Skema Pemberian Izin (ALS) bagi Penilai NKT) yang diperbandingkan dengan Prosedur Penanaman Baru/NPP Tahun Sorot warna biru: Teks yang ditambahkan untuk klarifikasi Sorot warna hijau: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan baru yang ditambahkan RSPO. Untuk diperhatikan: Dokumen ini merupakan draf untuk konsultasi dan masih belum dapat dianggap sebagai bentuk akhir. Dokumen ini akan disajikan untuk konsultasi putaran pertama. Pembaca dapat memasukkan pendapat/komentar menggunakan templat dokumen komentar yang ada. Jika terdapat perbedaan atau inkonsistensi antara versi Bahasa Inggris dan versi terjemahan dalam bahasa lainnya, maka yang akan selalu menjadi acuan adalah dokumen NPP versi Bahasa Inggris. 1

2 2

3 DAFTAR ISI PROSEDUR RSPO UNTUK PENANAMAN BARU... 1 (NEW PLANTING PROCEDURE/NPP)... 1 DAFTAR ISI... 3 DAFTAR ISTILAH... 4 DAFTAR SINGKATAN... 7 BAGIAN 1: Pendahuluan Apa yang dimaksud dengan Prosedur RSPO untuk Penanaman Baru (New Planting Procedure/ NPP )? Siapa yang bertanggung jawab atas kepatuhan terhadap prosedur NPP? Kapan berlakunya prosedur NPP? Bagaimana prosedur NPP dilaksanakan? Integrasi proses NPP dengan proses lain yang diatur hukum nasional BAGIAN 2: Prosedur RSPO Untuk Penanaman Baru (NPP) Proses Secara Lebih Terperinci beserta Langkah Tindakannya Langkah 1. Penentuan pengembangan baru yang diajukan untuk kelapa sawit Langkah 2. Identifikasi dan pelibatan para pemangku kepentingan terkait Langkah 3. Kajian SEIA dan NKT, Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan (Land Use Change atau LUC ), survei kecocokan tanah dan topografi, dan kajian GRK Langkah 4. Pengembangan rencana kelola dan monitoring yang sesuai Langkah 5. Penyusunan dan verifikasi laporan NPP Langkah 6. Pengajuan laporan NPP ke Sekretariat RSPO dan Pemberitahuan Publik Langkah 7: Resolusi dan Penyelesaian Dokumen pendukung Lampiran 1: Templat dan Panduan Penyusunan Laporan Pernyataan Pemberitahuan NPP (termasuk Pernyataan Verifikasi oleh Badan Sertifikasi/CB) Struktur Laporan Ringkasan (Summary Report) untuk Kajian Individu: SEIA, survei tanah dan topografi, dan proses FPIC Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: Kajian Karbon dan GRK (berlaku mulai tanggal 1 Januari 2017) Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: analisis LUC Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: Kajian NKT Panduan untuk pengajuan peta NPP Lampiran 2: Mekanisme Pendapat/Komentar NPP Catatan

4 DAFTAR ISTILAH Istilah Pengembangan terasosiasi Stok Karbon Kajian Stok Karbon Konversi Tanah ringkih Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Free, Prior and Informed Consent/FPIC) Groundtruthing Definisi Mencakup pendirian Pabrik Kelapa Sawit (PKS), penghancur kernel kelapa sawit (kernel crusher) kebun bibit, perumahan dan kantor, jalan, penandaan batas, pembangunan terasering, pekerjaan tanah, dan segala pembangunan lainnya yang berkaitan dengan operasi yang dijalankan. Stok karbon suatu lahan ditentukan oleh karbon yang ada atas permukaan dan dalam tanah sebagaimana dijelaskan dalam Prosedur RSPO untuk Prosedur Penilaian GRK bagi Penanaman Baru 5. Pengukuran stok karbon di kawasan yang diajukan untuk penanaman baru dan dilakukan dengan mengikuti metode-metode dasar yang menjadi rekomendasi dalam Prosedur RSPO untuk Penilaian GRK bagi Penanaman Baru. Yang dipertimbangkan hanya stok karbon dalam biomassa atas dan bawah permukaan tanah serta bahan organik tanah pada tanah gambut. Proses di mana hutan atau vegetasi alami lainnya digantikan oleh bentuk-bentuk pemanfaatan lahan lainnya. Tanah gambut, lokasi-lokasi bakau dan kawasan lahan basah lainnya (lihat juga Lampiran 2 P&C RSPO 2013). FPIC adalah negosiasi yang dilakukan atas dasar informasi dan tanpa paksaan antara pihak investor dan perusahaan, atau pemerintah dan masyarakat adat/hukum adat, yang dilakukan sebelum pendirian dan pengembangan estate perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, atau kegiatan usaha lainnya di atas tanah adat milik masyarakat, di atas mana mereka memiliki hak berdasarkan hukum nasional yang berlaku, hukum adat ataupun hak pakai. Prinsip ini mencakup hak yang dimiliki oleh masyarakat adat dan penduduk tersebut untuk menolak pembangunan atau konservasi yang diajukan. Proses pengumpulan data primer yang diperoleh melalui pengamatan visual dan/atau pengukuran, biasanya untuk memeriksa hasil penginderaan jauh (contohnya data satelit). 4

5 Independen (terkait dengan kajian) Tutupan lahan Stratifikasi tutupan lahan Persiapan lahan Pemanfaatan Lahan Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan (Land Use Change/LUC) Lahan Masyarakat Setempat Tanah marjinal Emisi bersih Gas Rumah Kaca (GRK) Penanaman baru atau pengembangan baru kelapa sawit Obyektif dan bebas prasangka. Biasanya dilakukan oleh pihak ketiga. Tipe vegetasi, batuan, air, dsb. yang menutupi permukaan bumi. Klasifikasi tutupan lahan menjadi beberapa kategori terstandardisasi sesuai Prosedur RSPO untuk Penilaian GRK bagi Penanaman Baru dengan melakukan analisis GIS terhadap data hasil penginderaan jauh. Segala tindakan mempersiapkan lahan untuk budi daya kelapa sawit dan pengembangan terasosiasi, termasuk di dalamnya pembukaan vegetasi yang ada, perubahan bentuk topografis dan drainase, atau persiapan tanah. Jenis kegiatan yang dilakukan pada suatu satuan lahan. Pengkajian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam pemanfaatan lahan dan tutupan lahan sejak November 2005 sebagai hasil konsekuensi, langsung maupun tidak, dari tindakan manusia untuk mendapatkan sumber daya yang penting. Lahan yang dapat diakses masyarakat setempat, atas mana masyarakat memiliki hak atau kepemilikan untuk tujuan ekonomi, budaya dan/atau sosial. Dapat mencakup tanah berpasir, tanah dengan kandungan organik rendah, dan Tanah Sulfat Masam (TSM) baik yang potensial maupun aktual. Kecocokan jenis-jenis tanah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya termasuk curah hujan, kondisi lahan dan praktik pengelolaan yang dilakukan. Kawasan-kawasan ini hanya dapat dikembangkan untuk perkebunan baru jika pekebun menerapkan praktik pengelolaan terbaik yang sesuai (lihat juga Lampiran 2 P&C RSPO 2013). Emisi bersih yang berasal dari semua sumber GRK dikurangi dengan penghilangan emisi dari atmosfer oleh rosot karbon. Penanaman yang direncanakan atau diajukan pada lahan yang sebelumnya tidak digunakan untuk budi daya kelapa sawit, di mana tidak ada pekerjaan yang dilakukan di atasnya untuk keperluan tersebut yang dimulai sebelum tanggal 1 Januari 2010 (lihat juga 5

6 Partisipatif Hutan primer Pemberitahuan Publik Penanaman kembali Petani Terasosiasi Petani Mandiri Petani Outgrower Petani Plasma Proses yang bersifat atau melibatkan partisipasi, khususnya yang memberikan kesempatan partisipasi kepada para pemangku kepentingan yang paling terkait untuk berkumpul dan memberikan informasi serta untuk mengambil keputusan yang akan mempengaruhi mereka. Hutan primer adalah hutan yang belum pernah mengalami pembalakan dan telah berkembang mengikuti gangguan alam dan proses alamiah, terlepas dari usianya. Turut termasuk dalam hutan primer adalah hutan yang dimanfaatkan secara tidak seberapa oleh masyarakat adat dan penduduk setempat yang hidup secara tradisional, dengan cara-cara yang sesuai dengan konservasi terhadap keanekaragaman hayati dan pemanfaatannya yang berkelanjutan. Tutupan yang ada pada saat ini biasanya relatif dekat dengan susunan alaminya dan muncul (utamanya) melalui regenerasi alamiah. (dari FAO Second Expert Meeting On Harmonizing Forest-Related Definitions For Use by Various Stakeholders, 2001, cdr.asp?url_file=/docrep/005/y4171e/y4171e11.htm). Pemberitahuan kepada publik melalui notifikasi pada laman situs RSPO. Kegiatan ini harus diikuti oleh tanggapan dan/atau tindakan terkait sebagaimana dikehendaki yang dilakukan oleh pekebun kelapa sawit untuk menjawab pendapat/komentar dari pemangku kepentingan selama masa pemberitahuan publik, dan dilakukan sebelum memulai pengembangan apapun. Perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan di suatu lahan yang sebelumnya telah dibudidayakan untuk kelapa sawit. Catatan: Istilah-istilah yang akan ditambahkan setelah difinalkannya dokumen panduan petani sawit RSPO 6

7 DAFTAR SINGKATAN ALS CB CTF ERWG GRK HCVRN LUC NKT NPP P&C RSPO SEIA SKT Assessor Licensing Scheme (Skema Pemberian Izin bagi Penilai) Certification Body (Badan Sertifikasi) Compensation Task Force (Gugus Tugas Kompensasi) Emission Reduction Working Group (Kelompok Kerja Pengurangan Emisi) Gas Rumah Kaca High Conservation Value Resource Network Land Use Change (Perubahan Pemanfaatan Lahan) Nilai Konservasi Tinggi New Planting Procedure (Prosedur Penanaman Baru) Principles and Criteria (Prinsip dan Kriteria) Roundtable on Sustainable Palm Oil Social & Environmental Impact Assessment (Kajian Dampak Sosial & Lingkungan) Stok Karbon Tinggi 7

8 BAGIAN 1: Pendahuluan 1.1 Apa yang dimaksud dengan Prosedur RSPO untuk Penanaman Baru (New Planting Procedure/ NPP )? Sesuai Kode Etik RSPO, para anggota pekebun RSPO diwajibkan untuk memiliki rencana terjadwal agar seluruh areal perkebunannya dapat disertifikasi. Agar dapat memperoleh sertifikat, semua penanaman baru yang dilakukan sejak bulan November 2005 di dalam semua arealnya harus mendapatkan penilaian Nilai Konservasi Tinggi ( NKT ) sebelum memulai pembukaan lahan. Setelah diperkenalkannya Prinsip dan Kriteria (Principles and Criteria atau P&C ) RSPO pada tahun 2007, segera diketahui bahwa ketentuan ini tidak selalu bisa dipenuhi. Prosedur NPP diajukan oleh Majelis Umum RSPO pada bulan November 2008 dan diformalkan pada bulan Mei Prosedur ini telah disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO pada bulan September 2009 dan mulai berlaku bagi semua penanaman kelapa sawit yang dikembangkan sejak tanggal 1 Januari NPP bukanlah perubahan P&C dan bukan pula persyaratan baru yang diwajibkan bagi anggota. Prosedur ini diperkenalkan dengan tujuan untuk memberikan suatu kerangka kerja bagi pengembangan lahan baru untuk budi daya kelapa sawit. Kepatuhan terhadap prosedur NPP harus memastikan kesesuaian dengan P&C RSPO bagi Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan dengan mewajibkan pelaksanaannya sebelum pendirian perkebunan dan selama fase pengembangan. Prosedur NPP yang telah diperbaharui tahun 2015 ini bertujuan untuk meningkatkan kejelasan dan efektivitas proses dimaksud dan dokumen-dokumen terkait lainnya yang sudah ada serta memastikan konsistensi dengan persyaratan persyaratan yang diperkenalkan dalam P&C RSPO Tahun 2013, khususnya bagian-bagian berikut ini. Kriteria 7.8: pengembangan perkebunan baru harus dirancang untuk meminimalkan emisi bersih Gas Rumah Kaca ( GRK ) dengan mempertimbangkan penghindaran areal-areal yang memiliki Stok Karbon Tinggi ( SKT ) dan/atau opsi-opsi sekuestrasi. Kriteria 7.3: diubah sehingga mewajibkan dilakukannya analisis perubahan pemanfaatan lahan sejak bulan November 2005 sebelum segala konversi ataupun penanaman baru. Pengesahan yang diberikan bagi Skema Pemberian Izin kepada Penilai (Assessor Licencing Scheme/ALS) dari High Conservation Value Resource Network (HCVRN) sebagai pengganti yang handal dan kredibel bagi Daftar Penilai NKT yang Disetujui RSPO yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi terkini. ALS mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari Siapa yang bertanggung jawab atas kepatuhan terhadap prosedur NPP? Pekebun yang hendak memperoleh sertifikat RSPO sepenuhnya bertanggung jawab untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam P&C dan NPP untuk semua pengembangan yang yang dimulai setelah tanggal 1 Januari Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut. Anggota RSPO pada waktu dilakukannya pengembangan baru. Jika pekebun yang bersangkutan adalah anggota RSPO pada saat perencanaan pengembangan baru, maka pihaknya bertanggung jawab untuk menyelesaikan proses yang dijelaskan rinci dalam dokumen ini dan menyampaikan pemberitahuan NPP terkait kepada Sekretariat RSPO sebelum memulai segala kegiatan persiapan lahan untuk pengembangan kelapa sawit. 8

9 Bukan anggota RSPO pada waktu dilakukannya pengembangan baru. Jika telah dilakukan pengembangan lahan setelah tanggal 1 Januari 2010 oleh selain anggota RSPO dengan cara yang tidak sesuai aturan NPP Jika anggota mengikuti sertifikasi RSPO: pekebun harus segera mengikuti Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi setelah menjadi anggota RSPO. Pada saat sertifikasi, seluruh proses kompensasi harus diselesaikan. 1 Jika lahan diambil alih oleh anggota RSPO: Berlaku ketentuan seperti di atas untuk semua lahan yang dibeli dan dikonversi oleh non-anggota RSPO setelah tanggal 1 Januari 2010 dengan cara yang tidak sesuai dengan aturan NPP. Jika pembukaan lahan berjalan secara aktif pada saat pembelian, maka yang bersangkutan harus menghentikan operasi-operasi yang dijalankannya dan mematuhi ketentuan NPP (berdasarkan dokumen yang ada pada saat ini) untuk areal yang belum dikonversi. Yang bersangkutan harus segera mengumumkan areal yang telah dibuka kepada Gugus Tugas Kompensasi (CTF) dan mengikuti Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi. Petani kelapa sawit: Prosedur NPP juga berlaku bagi penanaman baru yang diajukan oleh petani kelapa sawit (termasuk di dalamnya petani plasma, mandiri dan asosiasi) maupun outgrower. Jika proses sertifikasi untuk petani petani plasma dipimpin oleh perusahaan, maka perusahaan yang bersangkutan turut bertanggung jawab untuk memastikan ditaatinya prosedur NPP dan menyampaikan pemberitahuan NPP ke Sekretariat RSPO. Jika yang diproses adalah Sertifikasi Kelompok, maka dokumen-dokumen pemberitahuan NPP harus dikumpulkan dan disampaikan ke Sekretariat RSPO oleh Manajer Kelompok. Jika anggota RSPO tidak memenuhi ketentuan-ketentuan NPP untuk pengembangan baru pasca tanggal 1 Januari 2010, maka anggota tersebut wajib segera mengikuti Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi untuk menentukan apakah unit yang bersangkutan masih dapat disertifikasi. 1.3 Kapan berlakunya prosedur NPP? Pengembangan kelapa sawit baru sejak 1 Januari 2010 harus dilakukan sesuai dengan prosedur NPP dari RSPO. Yang dimaksud dengan pengembangan kelapa sawit baru dalam konteks ini adalah lahan yang direncanakan atau diajukan untuk penanaman kelapa sawit dan pengembangan terasosiasi. Prosedur NPP harus dilaksanakan sebelum pekebun memulai persiapan lahan, termasuk di dalamnya segala pengembangan terasosiasi. NPP berlaku dalam skenario-skenario di mana penanaman baru dan/atau perluasan dari operasi yang sudah ada dilakukan di atas lahan pertanian (selain kelapa sawit), terlepas dari jumlah luasannya. Pekebun tidak perlu mengikuti ketentuan NPP jika: penanaman semula kelapa sawit kecuali jika terdapat perkebunan yang ditinggalkan, di mana areal tersebut beregenerasi menjadi hutan sekunder dan muncul potensi keberadaan NKT; dan 9

10 pembukaan vegetasi untuk penanaman baru dilakukan di dalam suatu unit pengelolaan yang bersertifikat (karena ini akan diaudit sesuai dengan Prinsip 7 selama audit pengawasan atau audit re-sertifikasi). Selain itu, jika suatu NPP telah diajukan untuk suatu unit tertentu dan luas keseluruhan arealnya tidak dikonversi pada waktu pengajuan tersebut, maka penanaman baru di areal ini setelah pengajuan tersebut tidak lagi diwajibkan untuk mengikuti ketentuan NPP lebih lanjut. 1.4 Bagaimana prosedur NPP dilaksanakan? Untuk mematuhi persyaratan-persyaratan NPP, pekebun bertanggung jawab untuk menyeleksi dan menunjuk penilai independen yang berkompeten (lih. persyaratan yang mengatur pada Bagian 2 Langkah 3). Kajian yang diwajibkan oleh NPP untuk dilakukan ini dapat dilaksanakan oleh tim yang sama atau lebih dari satu tim yang berbeda. Akan tetapi terlepas dari banyaknya tim yang mengerjakannya, kajian harus mengikuti panduan yang diberikan dalam dokumen ini, termasuk di dalamnya persyaratan untuk menyusun laporan secara terpisah. Untuk luasan lahan yang kurang dari 500 hektar, maka dapat dilakukan kajian internal yang menggunakan unsur-unsur terpilih dari kajian Kajian Dampak Sosial dan Lingkungan (Social and Environmental Impact Assessment atau SEIA ) dan NKT (lih. RSPO 7.1 dan 7.3). Luasan akhir yang digunakan dalam kajian tersebut harus dihitung berdasarkan izin atau akta tanahnya, di mana NPP nantinya akan berlaku terhadap luasan ini (yaitu total luas yang dianggap digunakan untuk pengembangan kelapa sawit). Sebagai contoh, jika izinnya menyatakan bahwa luasan lahannya adalah ha, maka NPP harus diajukan mencakup keseluruhan luas tersebut. Pengembangan lahan tidak dapat dipisah-pisah menjadi beberapa tahap pengajuan NPP. 1.5 Integrasi proses NPP dengan proses lain yang diatur hukum nasional Interpretasi Nasional akan menentukan apakah kajian-kajian ini dapat dikombinasikan dan dilaksanakan dan bagaimana caranya, dengan mempertimbangkan hukum dan prosedur nasional yang berlaku. Proses NPP dapat dimulai bersamaan dengan persyaratan hukum nasional yang berlaku (contohnya AMDAL di Indonesia) dan tidak bergantung pada diselesaikannya proses-proses hukum nasional tersebut. Namun demikian ketika NPP diajukan ke RSPO, maka pengajuan ini harus didasarkan atas kajian-kajian yang telah selesai dan final. Dalam hal di mana kajian-kajian tersebut merupakan persyaratan hukum (contohnya AMDAL dan EIA), maka kajian-kajian tersebut harus telah disetujui oleh pihak yang berwenang. Catatan: Untuk Indonesia, NPP hanya dapat diajukan jika Izin Usaha Perkebunan (IUP) dan Hak Pelepasan Hutan (HPL) (tergantung mana yang berlaku) telah diperoleh. 10

11 BAGIAN 2: Prosedur RSPO Untuk Penanaman Baru (NPP) Proses Secara Lebih Terperinci beserta Langkah Tindakannya Luasan pengembangan baru yang diajukan telah ditentukan 1 Identifikasi dan pelibatan para pemangku kepentingan terkait 2 Kajian SEIA dan NKT, analisis perubahan pemanfaatan lahan, survei kecocokan tanah dan topografi, dan kajian GRK 3 Rencana kelola dan monitoring yang tepat 4 Penyusunan laporan NPP dan verifikasinya 5 Pemberitahuan publik (pengajuan laporan NPP ke Sekretariat RSPO) 6 Resolusi dan Penyelesaian 7 Gambar 1: Gambaran singkat proses NPP Langkah 1. Penentuan pengembangan baru yang diajukan untuk kelapa sawit Langkah pertama dalam prosedur ini adalah menentukan kawasan-kawasan yang direncanakan atau diajukan untuk penanaman kelapa sawit dan pengembangan terasosiasi. Langkah ini merupakan tanggung jawab pekebun dan harus mengidentifikasi batas-batas kawasan yang diajukan untuk pengembangan baru beserta letak dalam lanskapnya. Langkah 2. Identifikasi dan pelibatan para pemangku kepentingan terkait Harus dilakukan identifikasi terhadap pemangku kepentingan terkait yang perlu dilibatkan, khususnya masyarakat setempat dan kelompok masyarakat adat yang berpotensi menerima dampak dari pengembangan yang diajukan. 11

12 Sebelum memulai kajian sosial dan lingkungan, pekebun perlu memulai suatu proses identifikasi terhadap lahan yang dikuasai oleh masyarakat setempat serta hak-hak yang mereka miliki. Caranya adalah dengan melakukan proses-proses pemetaan partisipatif dengan semua masyarakat terdampak, dengan tujuan untuk memetakan kawasan-kawasan, jika dapat ditunjukkan, di mana terdapat hak-hak yang diatur oleh hukum nasional atau adat, atau hak pakai. Ini merupakan awal dari pelibatan masyarakat setempat dan kelompok masyarakat adat secara formal serta proses Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Free, Prior and Informed Consent atau FPIC ) 2 : jika masyarakat setempat memiliki hak berdasarkan hukum nasional, adat atau hak pakai, maka mereka berhak untuk menolak operasi yang direncanakan untuk berjalan di atas lahan yang mereka kuasai/miliki. Praktik terbaik dalam hal ini adalah jika proses FPIC dilaksanakan oleh staf internal perusahaan yang telah memenuhi syarat (telah dilatih dengan materi FPIC), bukan oleh konsultan dari pihak eksternal. Pekebun dan masyarakat harus menyepakati prosedur-prosedur untuk: Kriteria RSPO terkait Langkah 2 untuk dijadikan sebagai panduan lebih lanjut: 2.2, 2.3, 6.2, 6.4, 7.5 dan 7.6. mengidentifikasi siapa saja yang mewakili pihak masyarakat atau lembaga yang bertindak sebagai perwakilan; mengidentifikasi hak-hak yang diatur oleh hukum yang berlaku, hak adat dan/atau hak pakai (contohnya dengan melakukan pemetaan partisipatif); dan mendapatkan persetujuan dan mencatatnya. Atas dasar proses pelibatan pemangku kepentingan ini, maka batas-batas dari kawasan yang diajukan untuk pengembangan baru dapat dimodifikasi sebelum memulai kajian lingkungan dan sosial lebih lanjut. Masyarakat setempat akan diberitahukan mengenai kajian yang akan dilakukan di lahan mereka sebagai bagian dari proses alih bagi informasi. Proses pelibatan masyarakat dan FPIC harus dilanjutkan selama langkah-langkah berikut di bawah ini masih berjalan, dan masyarakat setempat harus memiliki akses terhadap hasil semua kajian yang dilakukan, yang akan menjadi dasar bagi keputusan akhir mereka untuk menyetujui ataupun menolak pengembangan yang telah direncanakan. Langkah 3. Kajian SEIA dan NKT, Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan (Land Use Change atau LUC ), survei kecocokan tanah dan topografi, dan kajian GRK Sebagai bagian dari persyaratan pembangunan penanaman baru kelapa sawit secara berkelanjutan, pekebun diwajibkan untuk melaksanakan kajian sosial dan lingkungan yang menyeluruh, partisipatif dan independen sebelum memulai operasi baru atau melakukan perluasan baru (yang belum memiliki kajian). Kajian lingkungan dan sosial yang diwajibkan ini adalah: (i) Kajian SEIA; (ii) kajian Nilai Konservasi Tinggi (NKT); (iii) survei kecocokan tanah; dan (iv) kajian GRK. Poin-poin berikut di bawah ini menjelaskan informasi lebih rinci mengenai persyaratan-persyaratan spesifik untuk masing-masing kegiatan tersebut dalam prosedur NPP. 12

13 3.1 SEIA harus bersifat menyeluruh dan partisipatif, serta dipimpin oleh seorang konsultan independen yang mematuhi persyaratan-persyaratan nasional dan dikontrak langsung oleh pekebun yang bersangkutan, kecuali jika luasan areal pengembangannya kurang dari 500 hektar yang diperbolehkan untuk dikaji secara internal. Jika kajian internal dimaksud mengidentifikasi kawasan-kawasan atau persoalan yang sensitif dari segi lingkungan atau sosial, maka hal ini harus dikaji oleh pihak independen. 3.2 Kajian NKT harus dipimpin oleh seorang penilai kepala Kriteria RSPO terkait kajian (lead assessor) NKT yang berlisensi di bawah Skema NKT untuk dijadikan Pemberian Izin Penilai (ALS) dari HCV Resource Network panduan lebih lanjut: 5.2 (HCVRN). 3 Penting untuk diperhatikan bahwa hanya penilai dan 7.3. kepala saja yang wajib memegang lisensi. Anggota tim dapat saja memegang lisensi di bawah ALS HCVRN, akan tetapi hal ini tidak diwajibkan. Jika kawasan pengembangan yang diajukan kurang dari 500 hektar, maka diperbolehkan untuk melakukan kajian secara internal. Kajian NKT akan mengidentifikasi kawasan-kawasan yang wajib ada untuk memelihara atau meningkatkan satu NKT atau lebih dan akan mencakup suatu rencana kelola untuk melakukan hal tersebut. 3.3 Analisis LUC harus dilakukan untuk menentukan perubahan status vegetasi dan NKT sejak November 2005 secara bersamaan dengan kajian NKT. Analisis ini tidak wajib dilakukan oleh penilai NKT berlisensi, akan tetapi disarankan agar dilakukan berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan dari kajian-kajian lingkungan lainnya, khususnya kajian NKT. 4 Kriteria RSPO terkait SEIA untuk dijadikan panduan lebih lanjut: 5.1, 6.1, 7.1, Survei kecocokan tanah dan topografi harus mengidentifikasi semua kawasan yang memiliki tanah marjinal dan ringkih serta kawasan yang terlalu terjal bagi tanaman dan kawasan yang membutuhkan praktik yang sesuai agar dapat ditanami. Survei ini dapat dilakukan sebagai bagian dari SEIA atau terpisah. Kriteria RSPO terkait tanah ringkih untuk dijadikan panduan lebih lanjut: 4.3, 7.2 dan Kajian Gas Rumah Kaca (GRK) 5 harus (i) mengidentifikasi dan memperkirakan stok karbon dan sumber-sumber potensi Kriteria RSPO terkait karbon utama emisi di kawasan pengembangan yang diajukan dan (ii) dan GRK untuk panduan lebih lanjut: 7.8 mencakup rencana untuk meminimalkan emisi bersih GRK sebagai hasil dari pengembangan yang telah direncanakan tersebut dengan menggunakan Prosedur RSPO untuk Penilaian GRK bagi Penanaman Baru Kelapa Sawit. Kajian stok karbon dapat dikombinasikan dengan survei vegetasi yang dilakukan sebagai bagian dari kajian NKT atau analisis LUC. Pekebun bertanggung jawab untuk memilih dan menunjuk penilai yang berkompeten sesuai dengan persyaratan-persyaratan di atas. 13

14 CATATAN PENTING: Laporan kajian untuk NPP harus diajukan tidak lebih dari 3 tahun sejak tanggal penyusunannya. N.B. Masa keberlakuan ini tidak berlaku bagi penilaian yang diatur dan diwajibkan oleh ketentuan hukum nasional, seperti misalnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang ada di negara-negara tertentu. Kotak 1. Panduan untuk kompetensi penilai: Untuk negara-negara yang tidak memiliki persyaratan jelas untuk penilai kepala dalam kajian SIA sesuai aturan nasionalnya, maka posisi penilai kepala independen yang berkompeten harus diisi oleh mereka yang telah melaksanakan sekurangnya 3 SEIA dan memiliki pengetahuan tentang hukum yang berlaku terkait dengan bidangnya. Dalam hal di mana kajian lingkungan dan sosial pada pengembangan yang diajukan diperkenankan untuk dilakukan oleh pihak internal (lih. Bagian 1 Bagaimana Prosedur NPP Dilaksanakan?), maka penilai internal yang berkompeten atau orang yang bertanggung jawab untuk memimpin jalannya kajian lingkungan dan sosial di pihak internal harus: sudah pernah melaksanakan sekurangnya 3 kajian (SEIA, NKT atau karbon); dan memiliki keahlian pada bidang penginderaan jauh (remote sensing) dan pemetaan. Untuk kajian GRK, Kelompok Kerja RSPO untuk Pengurangan Emisi (Emmission Reduction- WG/ERWG) telah mengembangkan panduan berikut ini di mana penilai, baik eksternal maupun internal (atau gabungan antara keduanya), harus mampu membentuk tim yang memiliki kompetensi kolektif sebagai berikut. Memiliki pengetahuan mengenai metodologi penghitungan emisi karbon untuk stok karbon, baik yang berada di atas permukaan maupun dalam tanah, termasuk gambut. Berpengalaman melakukan verifikasi peta tutupan lahan dan/atau melakukan penilaian stok karbon di sektor pertanian dan/atau kehutanan. Berpengalaman dan memiliki keahlian dalam menggunakan teknologi penginderaan jauh yang tepat untuk melakukan penilaian stok karbon. Langkah 4. Pengembangan rencana kelola dan monitoring yang sesuai Hasil dan rekomendasi yang diperoleh dari SEIA, kajian NKT, survei kecocokan tanah, LUC, kajian karbon dan GRK serta proses FPIC dimasukkan ke dalam perencanaan, pengelolaan dan operasi penanaman baru serta pengembangan-pengembangan terkait yang: berdasarkan atas Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (FPIC) dari masyarakat setempat yang lahan dan/atau hak-haknya menerima dampak; mendukung pemeliharaan dan/atau peningkatan kualitas semua kawasan NKT yang telah diidentifikasi; tidak melakukan pembukaan di semua kawasan yang telah diidentifikasi sebagai hutan primer; 14

15 menghindari penanaman meluas di lahan curam dan/atau tanah marjinal atau ringkih, termasuk gambut, serta menyediakan pengelolaan yang sesuai bagi tanah-tanah semacam ini untuk melindunginya dari dampak-dampak yang tidak dikehendaki; dan meminimalkan emisi bersih GRK yang dihasilkan dari pengembangan tersebut melalui caracara yang mempertimbangkan penghindaran kawasan-kawasan lahan yang mengandung SKT dan/atau memaksimalkan opsi-opsi sekuestrasi. Perencanaan dan pengelolaan operasi yang diajukan harus mencakup: Peta-peta yang mengindikasikan temuan yang dihasilkan dari kajian SEIA dan NKT, identifikasi hutan primer, kajian stok karbon, FPIC, dan identifikasi tanah marjinal dan ringkih, termasuk tanah gambut dan areal yang terlalu curam untuk ditanami. [Lih. Lampiran 1 untuk panduan peta]. Rencana aksi yang menjelaskan tindakan-tindakan operasional yang sesuai dengan temuantemuan kajian SEIA, NKT, karbon, GRK, FPIC dan tanah marjinal dan ringkih (termasuk gambut dan areal yang terlalu curam untuk ditanami), dengan mengacu kepada prosedur operasional terkait yang dimiliki pekebun. Tim pengelolaan dan orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan dan monitoring terhadap operasi yang direncanakan secara konsekuen harus diidentifikasi. Langkah 5. Penyusunan dan verifikasi laporan NPP 5.1 Penyusunan laporan: Berdasarkan laporan kajian, pekebun bertanggung jawab menyusun laporan NPP dengan mengikuti format pelaporan standar. Berikut adalah tiga komponen utama laporan NPP yang akan diajukan. 1. Penyataan pemberitahuan NPP. 2. Ringkasan Laporan Kajian (SEIA, NKT, tanah, topografi, LUC, stok karbon dan emisi GRK). 3. Ringkasan rencana kelola. Untuk keperluan penyusunan laporan diatas, gunakan templat dokumen yang ada di Lampiran 1. Kotak 2: Penyusunan laporan publik Penyusunan laporan publik untuk persyaratan-persyaratan dalam Kriteria 7.8 akan tetap bersifat sukarela (tidak diwajibkan) hingga tanggal 31 Desember Menjelang waktu yang ditentukan ini, persyaratan-persyaratan dalam Kriteria 7.8 akan dilaporkan ke RSPO (untuk ditinjau oleh Kelompok Kerja Pengurangan Emisi/ERWG) sebagai dokumen yang terpisah dari laporan NPP standar dan berdiri sendiri. Namun demikian meskipun sebelum tanggal 31 Desember 2016 rencana dan kajian karbon GRK dapat diserahkan secara rahasia kepada RSPO, sangat disarankan agar dokumen-dokumen ini dapat dibuka juga untuk publik. Mulai tanggal 1 Januari 2017, yakni saat penyusunan laporan wajib untuk dipublikasikan untuk khalayak umum, persyaratan-persyaratan dalam Kriteria 7.8 akan turut dipublikasikan bersamasama dengan laporan NPP standarnya. 15

16 5.2 Verifikasi: pekebun harus memperoleh verifikasi dari satu Badan Sertifikasi ( CB ) P&C RSPO yang telah terakreditasi, di mana badan ini menyatakan bahwa proses dan isi kajian dan rencana yang ada telah disusun secara menyeluruh, memiliki kualitas yang profesional dan sesuai dengan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO dan prosedur NPP yang mengaturnya. Perusahaan atau pekebun yang bersangkutan bertanggung jawab untuk menunjuk satu CB yang terakreditasi RSPO yang pada gilirannya akan menugaskan seorang penilai kepala yang disahkan RSPO untuk memimpin proses kajian tersebut. Sebagai bagian dari proses verifikasi, CB RSPO yang terakreditasi tersebut akan memberikan verifikasi tertulis yang menyatakan bahwa pekebun memiliki hak sesuai hukum yang berlaku untuk memanfaatkan lahannya serta telah mendapatkan persetujuan dari penduduk dan masyarakat adat setempat yang berpotensi menerima dampak dari prosedur yang telah disetujui pada Langkah 2. Proses dan hasil FPIC harus diselesaikan dan dicatat sampai tahap ini, meskipun Perjanjian Sosial masih dinegosiasikan. Laporan kajian secara penuh, bersama dengan ringkasan untuk laporan NPP, harus diajukan kepada CB terakreditasi RSPO yang telah dipilih. CB terakreditasi RSPO yang ditunjuk tersebut harus melakukan pencatatan dan verifikasi lapang dengan tujuan sebagai berikut. Menilai keakuratan batas-batas wilayah pengembangan yang diajukan sesuai peta-peta yang telah diserahkan. Menilai, apakah kajian SEIA telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan nasional yang berlaku. Menilai, apakah semua kajian yang ada telah dilaksanakan secara menyeluruh dan berkualitas. Menilai kepemilikan lahan atau sewa lahan. Menilai persetujuan dari semua penduduk dan masyarakat adat yang terdampak sesuai prinsip FPIC. Menilai laporan akhir NPP. Penting untuk diperhatikan bahwa CB bisa saja tidak melakukan verifikasi lapang jika dapat diajukan bukti bahwa areal tersebut tidak dapat diakses. Temuan-temuan yang diperoleh dari CB harus dicatat dan dilaporkan dengan sebagaimana mestinya kepada pekebun yang kemudian akan memastikan bahwa semua persyaratan yang diatur di dalam NPP telah dipenuhi. Kotak 3. Konflik Kepentingan Jika penilai dari Badan Sertifikasi melaksanakan kajian sesuai prosedur NPP, maka Badan Sertifikasi tersebut harus menunjukkan bahwa pihaknya tidak memiliki konflik kepentingan sehubungan dengan kliennya untuk kegiatan sertifikasi RSPO, sesuai dengan persyaratanpersyaratan sistem sertifikasi RSPO. Hal ini berarti bahwa para penilai SEIA atau NKT yang telah mengembangkan rencana pelaksanaan NPP tidak diperkenankan untuk juga melakukan verifikasi kajian dan rencana tersebut. 16

17 Langkah 6. Pengajuan laporan NPP ke Sekretariat RSPO dan Pemberitahuan Publik Setelah melakukan verifikasi dipenuhinya semua persyaratan dalam prosedur NPP, CB akan mengajukan laporan akhir NPP dalam waktu 5 hari kerja atas nama anggota. Laporan akhir NPP harus mencakup unsur-unsur dalam Langkah 5, bersama dengan pernyataan verifikasi, dan diajukan dengan tembusan kepada pihak pekebun. Anggota akan terus bertanggung jawab, meskipun yang ditugaskan untuk mengajukan laporan NPP adalah CB. RSPO akan memposting pemberitahuan penanaman baru tersebut pada laman situs RSPO. Setelah diterima, RSPO akan mengecek kelengkapan pengajuan tersebut dan, dalam waktu 10 hari kerja, 6 memposting pemberitahuan tersebut pada laman situs RSPO untuk jangka waktu selama 30 hari (lih. Lampiran 2). Semua pendapat/komentar yang diterima oleh Sekretariat RSPO akan dikembalikan kepada pekebun dalam waktu 3 hari kerja sejak diterimanya informasi dan untuk klarifikasi jika diperlukan, dengan menyertakan CB di dalam komunikasi tersebut. Semua pendapat/komentar yang diterima setelah waktu 30 hari pemberitahuan publik akan diteruskan kepada pekebun dam diselesaikan di luar proses NPP. Pekebun juga harus memposting pemberitahuan tersebut pada papan pengumuman setempat, termasuk di kantor dan lokasi pusat kegiatan masing-masing masyarakat terdampak, selama 30 hari. Segala pendapat/komentar yang diterima selama proses ini harus dikirimkan ke Sekretariat RSPO dan dibuat dalam bahasa Inggris. Pekebun tidak diperkenankan memulai persiapan lahan, penanaman baru ataupun pembangunan infrastruktur apapun sebelum habisnya masa 30 hari tersebut dan dikeluarkannya pemberitahuan resmi oleh RSPO untuk melanjutkan kegiatan. Kotak 4. Pertimbangan praktis bagi Pemberitahuan Publik: Publikasi pemberitahuan NPP harus dilakukan pada laman situs RSPO dan dibuat dalam bahasa Inggris. Untuk pemberitahuan tingkat lokal, kegiatan publikasi ini harus dilakukan dalam bentuk yang paling tepat (contohnya papan pemberitahuan di lokasi setempat, dsb.) serta dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa nasional yang digunakan sebagaimana diatur oleh Interpretasi Nasional masing-masing. Dalam hal tidak adanya Interpretasi Nasional yang mengatur hal ini, maka pemberitahuan tersebut harus dilakukan dalam bentuk bahasa nasional yang ada dan/atau bahasa lainnya yang biasa digunakan dalam kegiatan usaha di kawasan tersebut. Pertimbangan kerahasiaan harus mengacu kepada Kriteria 1.2 P&C 2013 (termasuk sensitivitas komersial). Perlu diperhatikan bahwa prosedur pemberian izin sesuai hukum yang berlaku mengharuskan dilakukannya pemberitahuan lokasi. Langkah 7: Resolusi dan Penyelesaian Pihak-pihak yang mempersengketakan kajian atau rencana tersebut, atau bermaksud mempersengketakan pernyataan verifikasi dari CB, dapat melakukannya melalui Mekanisme Pendapat/Komentar NPP (lihat proses lengkapnya di Lampiran 2). Perlu diperhatikan bahwa hanya pendapat/komentar tertulis yang diajukan secara formal ke Sekretariat RSPO atau melalui kotak NPP online saja yang akan dipertimbangkan. Semua pendapat/komentar yang diterima setelah berakhirnya waktu 30 hari konsultasi publik akan diselesaikan di luar proses NPP. 17

18 Pihak yang mengajukan pendapat/komentar atau persoalan diberikan kesempatan untuk memberikan pandangan akhir mengenai apakah persoalan tersebut sudah dapat dianggap selesai dan kapan diselesaikannya. Jika jawaban dari pihak perusahaan terhadap pendapat/komentar atau persoalan tersebut tidak ditanggapi dalam waktu 20 hari oleh pihak yang terlibat, maka pendapat/komentar atau persoalan tersebut tidak akan dilanjutkan lagi, di mana hal ini menutup proses NPP yang berjalan. Persiapan lahan hanya dapat dilakukan setelah diselesaikannya semua pendapat/komentar atau sengketa yang ada dan disepakatinya tindakan perbaikan secara damai oleh para pihak yang terlibat. Segala pendapat atau pemberitahuan sengketa yang diterima dapat berakibat pada tertundanya persiapan lahan (termasuk juga pengembangan terasosiasi) hingga dicapainya kesepakatan. Sementara itu, pengembangan dapat dilanjutkan di areal yang tidak dipersengketakan di dalam kawasan NPP. Hanya pendapat/komentar atau pemberitahuan sengketa yang diterima selama jangka waktu pemberitahuan publik saja (hingga hari terakhir) yang dapat diselesaikan menggunakan Mekanisme Pendapat/Komentar NPP. Sengketa yang diterima oleh Sekretariat setelah lewatnya jangka waktu pemberitahuan akan diproses sebagai pengaduan sesuai dengan Proses Pengaduan RSPO. 7 Setelah berakhirnya jangka waktu pemberitahuan selama 30 hari beserta penyelesaian segala pendapat dan/atau keluhan dengan baik, Sekretariat RSPO akan memberitahukan perusahaan secara elektronik mengenai hari kerja pertama setelah berakhirnya jangka waktu pemberitahuan selama 30 hari tersebut atau setelah diselesaikannya segala persoalan yang muncul. RSPO dapat menyediakan salinan cetak dari pemberitahuan elektronik tersebut jika diminta. Sekretariat RSPO tidak dapat mengeluarkan pemberitahuan mengenai selesainya NPP jika pendapat/komentar atau sengketa yang diterima selama jangka waktu pemberitahuan masih dalam proses pertimbangan. Penyelesaian proses NPP akan diposting pada laman situs RSPO bersamaan dengan pemberitahuan akan hal ini kepada pekebun yang bersangkutan. 18

19 Dokumen pendukung i. Daftar CB Terakreditasi RSPO untuk pelaksanaan audit P&C. ii. Format standar kajian kerangka kerja RSPO untuk SIA, EIA dan FPIC. iii. Dokumen Skema Pemberian Izin Penilai (ALS) dari HCV Resource Network (HCVRN), termasuk: a. Templat Laporan Kajian NKT. b. Templat Ringkasan Publik Kajian NKT. iv. Panduan global HCV Resource Network (HCVRN): a. Panduan Umum untuk Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi b. Panduan Umum untuk Pengelolaan dan Monitoring Nilai Konservasi Tinggi v. Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi berkaitan dengan pembukaan lahan yang dilakukan tanpa didahului kajian NKT (termasuk panduan analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan) vi. Panduan RSPO untuk FPIC vii. Prosedur RSPO untuk Kajian GRK viii. Perangkat Hitung PalmGHG RSPO 19

20 Lampiran 1: Templat dan Panduan Penyusunan Laporan 1.1 Pernyataan Pemberitahuan NPP (termasuk Pernyataan Verifikasi oleh Badan Sertifikasi/CB) Tanggal Pemberitahuan Nama Pekebun Nama Anak Perusahaan (jika ada) No. Keanggotaan RSPO Lokasi penanaman baru yang diajukan Catatan: (i) Alamat Perusahaan (ii) Izin Usaha (iii) Jenis Usaha (iv) Luas Lokasi (v) Nama Kontak (vi) Alamat (vii) Letak Geografis (viii) Acuan Spasial (Koordinat GPS) (contoh: N 1⁰ E 103⁰ ) (ix) Peta batas (x) Areal penanaman baru dan jadwalnya Pernyataan Penerimaan Tanggung Jawab NPP Catatan: Pekebun kelapa sawit membubuhkan tanda tangan untuk menyatakan bahwa penilaian yang diperlukan telah dilaksanakan dan diselesaikan sesuai NPP Nama Perusahaan: Nama Penanggung Jawab: Jabatan: Tanda tangan: Tanggal: Pernyataan Verifikasi oleh Badan Sertifikasi (CB) Catatan: Setelah informasi di atas dilengkapi, pekebun kelapa sawit akan menyampaikan informasi rinci kepada CB yang telah ditunjuk, yang kemudian akan memverifikasi temuan dengan melakukan pencatatan dan verifikasi lapang terhadap penanaman baru yang diajukan. Kemudian CB memberikan pernyataan verifikasi yang ditandatangani dan mengirimkannya kembali kepada pekebun. Dalam pengajuan NPP, rencana verifikasi yang diberikan CB akan memastikan telah dilakukannya kajian stok karbon dengan sebagaimana mestinya dan sesuai dengan C 7.8 dan bahwa kajian ini telah diajukan kepada Kelompok Kerja RSPO untuk Pengurangan Emisi (ERWG) (berlaku sebelum tanggal 31 Desember 2016) Nama CB: Jabatan: Tanda tangan: Tanggal: 20

21 1.2 Struktur Laporan Ringkasan (Summary Report) untuk Kajian Individu: SEIA, survei tanah dan topografi, dan proses FPIC Catatan: setiap penilaian harus dibuatkan ringkasannya dan dilaporkan secara individual, dan setiap ringkasan individual harus mengikuti struktur di bawah ini Proses dan prosedur kajian Penilai dan kredensialnya Metode dan prosedur yang digunakan untuk melakukan kajian. Tim yang bertanggung jawab mengembangkan rencana kelola dan mitigasi. [Masukkan untuk SEIA] Bagian ini merupakan Pernyataan Konfirmasi dari Pekebun bahwa hal-hal sebagaimana disampaikan di atas telah dijalankan oleh konsultan independen melalui pendekatan yang komprehensif dan bahwa semua dampak utama yang signifikan dari proyek yang diajukan telah diidentifikasi. Selain itu, Pekebun menyatakan bahwa rekomendasi untuk memitigasi potensi dampak negatif beserta rekomendasi untuk meningkatkan dampak positifnya sudah tersedia dalam bentuk laporan Ringkasan temuan Panduan spesifik: SEIA Ringkasan temuan kunci terkait dengan dampak-dampak lingkungan yang positif dan negatif. Ringkasan temuan kunci terkait dampak sosio-ekonomi bagi masyarakat dalam lingkup negara, kawasan dan lokal. Ringkasan temuan kunci terkait dampak sosio-ekonomi yang berhubungan dengan masyarakat pendatang (pekerja, pemasok, dsb.) Persoalan-persoalan yang diangkat oleh pemangku kepentingan dan pendapat/komentar dari penilai. Daftar dokumen sesuai hukum yang berlaku, izin yang diatur undang-undang, dan akta kepemilikan terkait dengan areal yang dinilai. Tanah dan topografi Identifikasi semua areal yang berupa tanah marjinal dan ringkih (termasuk gambut). Identifikasi semua areal dengan kemiringan yang terlalu curam (lih. Kriteria 7.4 RSPO). Proses FPIC Identifikasi partisipatif terhadap lahan masyarakat setempat, di mana aspek legal, adat dan hak pakainya dapat dibuktikan (lih. Kriteria 7.5 RSPO). Bukti-bukti terdokumentasi yang menunjukkan perolehan persetujuan FPIC dari semua masyarakat adat yang terdampak dengan adanya pembangunan di areal konsesi (bagian dari persyaratan RSPO) Ringkasan Rencana Kelola dan Mitigasi Catatan: Identifikasi Perencanaan, Pengelolaan dan Monitoring penanaman baru berdasarkan atas potensi dampak. Ini merupakan suatu janji yang diberikan pekebun kelapa sawit bahwa perusahaannya akan menerapkan praktik pengelolaan terbaik untuk produksi minyak sawit, termasuk rekomendasi berdasarkan P&C RSPO. Poin-poin rekomendasi dari laporan-laporan kajian yang ada beserta P&C RSPO untuk penanaman baru akan dijunjung tinggi. Panduan Berdasarkan laporan kajian independen (AMDAL, Kajian Dampak Sosial, survei tanah dan topografi, kajian NKT, dan kajian Karbon dan Emisi GRK), pekebun bertanggung jawab untuk mencatat semua dampak positif dan negatif yang ada serta mengidentifikasi rencana mitigasi dan kelola sesuai dengan 21

22 dampak-dampak tersebut. Pekebun dapat meminta bantuan pihak luar jika pihak internalnya kurang memiliki keahlian atau kapasitas untuk menyusun laporan ringkasan ini. Panduan Spesifik SEIA Ringkasan Tindakan Mitigasi dan Persyaratan Monitoring. Ini mencakup: Tuliskan apa saja dampak lingkungan positif yang ada. Identifikasi rencana kelola yang diajukan untuk mempromosikan dampak positif Potensi Dampak Negatif terhadap Lingkungan Tindakan Mitigasi yang diajukan. Rencana mitigasi untuk meminimalkan aspek-aspek negatif untuk dampak sosio-ekonomi. Rencana kelola untuk meningkatkan kontribusi sosio-ekonomi. Tindakan perbaikan dan jadwal pelaksanaannya. Tanggung jawab. Untuk menyederhanakan, hal-hal di atas dapat disusun dalam bentuk tabel dengan judul kolom sebagai berikut. i. Parameter yang akan dimonitor. ii. Tindakan peningkatan/mitigasi yang diajukan. iii. Lokasi iv. Ukuran v. Frekuensi vi. Tanggung jawab vii. Perkiraan jadwal untuk penyelesaian tugas Tanah dan topografi: Tindakan manajemen dan mitigase apabila terdapat proposal penanaman terbatas di tanah ringkih dan marjinal Acuan Daftar acuan yang digunakan dalam kajian Tanggung jawab internal Penandatanganan secara formal (beserta tanggal) oleh pihak penilai dan perusahaan. Pernyataan penerimaan tanggung jawab atas kajian. Penandatanganan secara formal (beserta tanggal) rencana kelola dan mitigasi. Informasi organisasi dan nama kontak. Orang-orang yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan. 22

23 1.3 Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: Kajian Karbon dan GRK (berlaku mulai tanggal 1 Januari 2017) [masukkan] Catatan: Bagian ini merupakan Konfirmasi dari Pekebun bahwa kegiatan di atas telah dilaksanakan menggunakan versi terakhir Perangkat Penilaian Karbon RSPO yang tersedia (atau perangkat lain yang setara dan telah disetujui RSPO) untuk memperkirakan stok karbon yang ada di atas dan bawah biomassa tanah untuk lahan yang dialokasikan bagi pengembangan baru kelapa sawit dan bahwa potensi emisi bersih GRK yang timbul telah diperkirakan. Selain itu, Pekebun menyatakan bahwa kajian tersebut mencakup rencana meminimalkan emisi bersih GRK yang mempertimbangkan penghindaran kawasan lahan yang memiliki SKT dan/atau opsi-opsi sekuestrasi Proses dan prosedur kajian Penilai dan kredensialnya Metode dan prosedur yang digunakan untuk melakukan kajian stok karbon dan GRK. Tim yang bertanggung jawab mengembangkan rencana mitigasi Ringkasan kajian stok karbon Peta lokasi yang menunjukkan kawasan penanaman baru pada tingkat lanskap dan properti. Stratifikasi tutupan lahan, termasuk peta dan hasil verifikasi yang menggunakan data survei lapangan yang ada (contohnya data survei partisipatif dan data NKT) atau groundtruthing dan hasil hitung stok karbon (tc/ha) untuk setiap strata tutupan lahan. Peta dan penjelasan semua kawasan yang memiliki tingkat stok karbon yang signifikan, termasuk kawasan bertanah gambut Ringkasan kajian emisi GRK Semua sumber yang berkemungkinan merupakan sumber emisi dan sekuestrasi GRK yang signifikan terkait dengan pengembangan yang diajukan Acuan Daftar acuan yang digunakan dalam kajian Ringkasan Rencana Kelola dan Mitigasi (stok karbon dan emisi GRK) Rencana pengembangan baru yang menunjukkan stok karbon dan keberadaan tanah gambut di kawasan yang akan dikembangkan dan yang akan dikonservasi (sertakan peta terkait di dalamnya). Sajikan hasil pengujian skenario yang menunjukkan emisi GRK (beserta tabel, grafik, dsb. yang terkait). Berikan penjelasan bagi pemilihan skenario yang optimal beserta peta tata ruang yang terkait. Jelaskan tindakan-tindakan yang diambil untuk mempertahankan dan meningkatkan stok karbon di kawasan tempat dilaksanakannya pengembangan baru. Jelaskan tindakan-tindakan yang akan diambil untuk memitigasi emisi bersih GRK yang berkaitan dengan budi daya dan pengolahan kelapa sawit di kawasan pengembangan baru (contohnya tangkapan metana pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS), sumber lokal penyedia pupuk, pengurangan penggunaan pupuk non-organik, pengurangan konsumsi bahan bakar, dsb.). Rencana untuk memonitor pelaksanaan skenario yang dipilih untuk pengembangan baru, termasuk tindakan-tindakan untuk meningkatkan stok karbon dan meminimalkan emisi GRK Tanggung jawab internal Penandatanganan secara formal (beserta tanggal) oleh pihak penilai dan perusahaan. Pernyataan penerimaan tanggung jawab atas kajian. Penandatanganan secara formal (beserta tanggal) rencana kelola dan mitigasi. Informasi organisasi dan nama kontak. Orang-orang yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan. 23

24 1.4 Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: analisis LUC Lih. templat penyusunan laporan LUC di Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: Kajian NKT Penilai NKT yang memegang lisensi dari skema Assessor Licencing Scheme (ALS) oleh HCV Resource Network (HCVRN) diwajibkan mengikuti prosedur dan templat ALS secara ketat, termasuk Templat Ringkasan Publik Kajian NKT yang bisa didapatkan di: Panduan untuk pengajuan peta NPP Peta adalah hasil yang sangat penting dari kajian apapun. Kajian NPP sangat perlu untuk disertai dengan peta yang jelas dan mudah dipahami. Peta yang diajukan untuk NPP sekurangnya harus menyajikan sekurangnya unsur-unsur penting sebagai berikut Judul Indikator Skala. Pembaca harus dapat menentukan hubungan antara satuan ukur yang ada pada peta dengan satuan ukur di lapangan. Skala peta optimal untuk digunakan adalah 1 : Kualitas gambar. Untuk keperluan publikasi peta secara online, maka peta tersebut harus memiliki kualitas 150 dpi. Sementara untuk keperluan cetak, yang terbaik adalah kualitas 300 dpi Orientasi. Peta harus menunjukkan mana arah utara (dan/atau selatan, timur dan barat) Batas Legenda Penyebutan kredit dalam peta: Sumber data (khususnya untuk peta tematik) Nama pembuat peta Tanggal pembuatan/publikasi peta Tanggal data peta Proyeksi peta (khususnya peta berskala kecil) Penentu posisi lokasi dalam peta (INSET): penentu posisi lokasi dalam peta diperlukan jika kawasan yang dipetakan tidak mudah dikenali atau berada dalam skala yang besar Mudah dibaca/dipahami: gunakan ukuran dan jenis huruf yang sesuai agar teksnya dapat jelas dan mudah dibaca. 24

25 Lampiran 2: Mekanisme Pendapat/Komentar NPP 25

26 Catatan 1 Lih. Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi ( untuk panduan lebih lanjut. 22 Lihat panduan RSPO mengenai FPIC: %20A%20Guide%20for%20Companies%20%28Oct%2008%29.pdf 33 Lihat sumber Assessor Licensing Scheme untuk penilai NKT: 4 Untuk panduan lebih lanjut, lihat juga Lampiran 2 Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi ( dan Daftar Pengecekan Penyusunan Laporan Analisis Land Use/Cover Change (LUCC) ( 5 Lih. Prosedur Kajian GRK RSPO untuk Penanaman Baru ( untuk panduan lebih lanjut. 6 Pemberitahuan tidak akan diunggah pada laman situs RSPO jika pengajuan dianggap belum lengkap. Waktu waktu 10 hari yang dibutuhkan Sekretariat untuk mengolah pengajuan NPP dan mengunggahnya ke laman situs hanyalah perkiraan semata dan tergantung pada kelengkapan pada saat pengajuan serta ketepatan waktu perusahaan dan/atau CB dalam menyelesaikan segala isu/persoalan yang diangkat oleh Sekretariat. 7 Lih. untuk informasi dan panduan lebih lanjut. 26

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO RSPO NPP (NPP 2015) PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Disahkan oleh Dewan Gubernur pada tanggal 20 November 2015 1 Nama dokumen: Prosedur Penanaman Baru RSPO Kode referensi dokumen: Cakupan geografis: Internasional

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS. Agustus 2017 Versi 1

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS. Agustus 2017 Versi 1 PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS Agustus 2017 Versi 1 1 Nama dokumen: Prosedur Penanaman Baru RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi Kelompok Pakar Sejawat, Skema Lisensi Penilai (ALS) HCV Resource Network (HCVRN) Prosedur

Lebih terperinci

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm 1. Penilaian Dampak Aktivitas Langkah Tindakan Rinci Catatan Melakukan penilaian dampak sosial dan lingkungan independen yang komprehensif

Lebih terperinci

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan

Lebih terperinci

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru RSPO secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada: i. Para Anggota dari Kelompok Kerja Pengurangan Emisi RSPO ii. Perusahaan anggota RSPO yang ikut serta

Lebih terperinci

Pertanyaan Umum (FAQ):

Pertanyaan Umum (FAQ): Pertanyaan Umum (FAQ): Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Kelompok Produksi TBS (Versi AKHIR, Maret 2016) Untuk diperhatikan: dokumen FAQ ini akan diperbaharui secara berkala setelah menerima

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Evaluasi Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Evaluasi Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Evaluasi Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi HCV Resource Network (HCVRN), Skema Lisensi Penilai, Panel Mutu 1 Prosedur dan daftar periksa

Lebih terperinci

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT Panduan untuk Organisasi Pelatihan Pendahuluan Skema Lisensi Penilai (ALS) HCVRN (High Conservation Value Resource Network)disusun untuk meningkatkan kompetensi penilai

Lebih terperinci

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru 1 November 2016 Judul Dokumen: Kode Dokumen: Lingkup: Jenis Dokumen: FAQ Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Lebih terperinci

Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan yang Dilakukan Tanpa Didahului oleh Identifikasi NKT

Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan yang Dilakukan Tanpa Didahului oleh Identifikasi NKT Prosedur Kompensasi RSPO Terkait dengan Pembukaan Lahan yang Dilakukan Tanpa Didahului oleh Identifikasi NKT Dokumen final untuk konsultasi publik tanggal 1 Agustus 2013 1. Pendahuluan Standar Roundtable

Lebih terperinci

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT ID Dokumen BAHASA INDONESIA Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT Panduan untuk Organisasi Pelatihan Pendahuluan Skema Lisensi Penilai (ALS) HCVRN (High Conservation Value Resource Network)disusun untuk

Lebih terperinci

Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi Terkait Pembukaan Lahan tanpa didahului Kajian NKT

Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi Terkait Pembukaan Lahan tanpa didahului Kajian NKT Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi Terkait Pembukaan Lahan tanpa didahului Kajian NKT Latar belakang - Konteks pengembangan dokumen ini Sesuai dengan Prinsip & Kriteria (selanjutnya dalam dokumen

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

Forest Stewardship Council

Forest Stewardship Council Forest Stewardship Council Roadmap menuju diakhirinya dis-asosiasi dari APP DRAF 6 Disetujui dengan syarat pada tanggal 9 Februari 2017 Di bulan Oktober 2007, Forest Stewardship Council (FSC) melakukan

Lebih terperinci

Skema Penilai berlisensi (ALS): Introduksi untuk pengusaha (grower) Kelapa Sawit. 8, 9 dan 10 Agustus

Skema Penilai berlisensi (ALS): Introduksi untuk pengusaha (grower) Kelapa Sawit. 8, 9 dan 10 Agustus Skema Penilai berlisensi (ALS): Introduksi untuk pengusaha (grower) Kelapa Sawit 8, 9 dan 10 Agustus Agenda Sejarah ALS, Tujuan dan Strategi Pemberian Lisensi Review Laporan penilaian High Conservation

Lebih terperinci

Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS

Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS Disahkan oleh Dewan Gubernur tanggal 7 Maret 2016 Maret 2016 RSPO-GUI-T06-008 V1.0 IND Halaman 1 dari 64 Daftar

Lebih terperinci

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah organisasi nirlaba yang didirikan dengan visi mentransformasi pasar untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan sebagai norma.

Lebih terperinci

Pertanyaan yang Sering Diajukan PalmGHG Calculator

Pertanyaan yang Sering Diajukan PalmGHG Calculator Pertanyaan yang Sering Diajukan PalmGHG Calculator Versi 3.0.1 19 Mei 2017 RSPO-REF-T04-008 V1.0 IND Judul Dokumen: Kode Dokumen: Ruang linkup: Jenis Dokumen: FAQ tentang PalmGHG Calculator RSPO-REF-T04-008

Lebih terperinci

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015 Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 3 Juni 2015 APRIL Group (APRIL) berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di seluruh areal kerja perusahaan dengan menerapkan praktik-praktik

Lebih terperinci

SKEMA LISENSI PENILAI NKT: KEMAJUAN SELAMA DUA TAHUN

SKEMA LISENSI PENILAI NKT: KEMAJUAN SELAMA DUA TAHUN SKEMA LISENSI PENILAI NKT: KEMAJUAN SELAMA DUA TAHUN Skema Lisensi Penilai: HASIL-HASIL SELAMA DUA TAHUN Oktober 01 - Desember 01 Pengantar Skema Lisensi Penilai (ALS) NKT diluncurkan pada tanggal 31 Oktober

Lebih terperinci

Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO Terkait Pembukaan Lahan yang Tidak Didahului Kajian NKT

Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO Terkait Pembukaan Lahan yang Tidak Didahului Kajian NKT Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO Terkait Pembukaan Lahan yang Tidak Didahului Kajian NKT Catatan penjelasan konteks kepada penyusunan dokumen ini Sesuai dengan Prinsip dan Kriteria RSPO (RSPO P&C),

Lebih terperinci

Proses Penyelesaian Perselisihan

Proses Penyelesaian Perselisihan Dokumen ID INDONESIA Proses Penyelesaian Perselisihan Latar Belakang ALS adalah skema yang bertujuan untuk mempromosikan penerapan pendekatan NKT secara lebih bermutu dan konsisten melalui a) penyediaan

Lebih terperinci

Panduan pendaftaran untuk calon penilai berlisensi

Panduan pendaftaran untuk calon penilai berlisensi Panduan pendaftaran untuk calon penilai berlisensi Dokumen ini menyediakan panduan bagi mereka yang ingin melamar sebagai Penilai Berlisensi di bawah Assessor Licensing Scheme (ALS) HCV Resource Network.

Lebih terperinci

Konsultasi Publik mengenai Prosedur RSPO untuk Remediasi & Kompensasi Rangkuman

Konsultasi Publik mengenai Prosedur RSPO untuk Remediasi & Kompensasi Rangkuman Konsultasi Publik mengenai Prosedur RSPO untuk Remediasi & Kompensasi Rangkuman 14 Sept. 2015 Sari Pan Pacific, Jakarta Rangkuman Laporan dipersiapkan oleh Daemeter Consulting Konsultasi Publik, Jakarta,

Lebih terperinci

Catatan Penjelasan untuk Konsultasi Publik September 2015

Catatan Penjelasan untuk Konsultasi Publik September 2015 Prosedur Remediasi dan Kompensasi RSPO Terkait Pembukaan Lahan yang Tidak Didahului Kajian NKT Catatan Penjelasan untuk Konsultasi Publik September 2015 Apa kegunaan catatan ini? Catatan Penjelasan ini

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah: Laporan Verifikasi Keluhan melalui Laporan yang dibuat oleh FPP, Scale UP & Walhi Jambi berjudul Pelajaran dari Konflik, Negosiasi dan Kesepakatan antara Masyarakat Senyerang dengan PT Wirakarya Sakti

Lebih terperinci

(APP) (5 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL DIKELUARKAN:

(APP) (5 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL DIKELUARKAN: Evaluasi Independen terhadap Perkembangan Pemenuhan Komitmen Asia Pulp and Paper (APP) sesuai Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy/FCP) Perusahaan (5 Februari 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO RINGKASAN EKSEKUTIF Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO Dipublikasikan bersama oleh: Kementerian Pertanian Republik Indonesia Sekretariat Komisi Indonesian Sustainable

Lebih terperinci

Final - disetujui pada Juli 2010

Final - disetujui pada Juli 2010 Final - disetujui pada Juli 2010 Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 3 PENDAHULUAN... 7 Cakupan

Lebih terperinci

Bekerja sama untuk konservasi hutan

Bekerja sama untuk konservasi hutan Bekerja sama untuk konservasi hutan 1 Presentasi ini dikeluarkan oleh Golden Agri-Resources Ltd ( GAR atau Perusahaan ) guna keperluan pemberian informasi. Presentasi ini memuat pernyataan-pernyataan,

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian NKT

Pedoman Penilaian NKT Dokumen ID INDONESIA Pedoman Penilaian NKT www.hcvnetwork.org Dokumen ID Pedoman Penilaian NKT ini disusun oleh Proforest untuk Skema Lisensi Penilai HCV Resource Network. Untuk pertanyaan dan masukan

Lebih terperinci

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) 13 Agustus 2015 Pengantar Bumitama Agri Ltd. adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia

Lebih terperinci

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TATA CARA PENILAIAN KETAATAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:

Lebih terperinci

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5 1. Pengantar Skema Aturan ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan dari Anggota Badan Akreditasi Nasional IAF di bawah Skema Sertifikasi Terakreditasi. PT. Global Certification Indonesia, selanjutnya

Lebih terperinci

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 5 PENDAHULUAN... 11 Lingkup dokumen ini... 11 Dokumen Acuan...

Lebih terperinci

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 21 Maret 2013 Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 5 Februari 2013 mungkin merupakan hari paling penting dalam sejarah APP. Pada tanggal tersebut kami mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan, dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF Halaman: 1 dari 7 MAPPING (PM) ATAU Dibuat Oleh Direview Oleh Disahkan Oleh 1 Halaman: 2 dari 7 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman: 3 dari 7 Daftar Isi 1. Tujuan... 4

Lebih terperinci

Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014

Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014 Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014 Performance Indicators: APP Forest Conservation Policy Evaluation, v2.0 12 Mei 2014 1 Dokumen ini merumuskan Indikator

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional 1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan

Lebih terperinci

DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014

DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014 DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS Versi 1.5; Oktober 2014 Penting: Dokumen DRAF ini disusun oleh Global Sustainability Associated di bawah arahan

Lebih terperinci

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final Rencana Aksi Kepatuhan Jumlah Rencana Aksi 3 Ketidaksesuaian 7 Peluang untuk Perbaikan 7 Peluang untuk Perbaikan 14 Peluang untuk Perbaikan Status Selesai

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Untuk diterbitkan segera Siaran Pers Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Jakarta, Singapura, 9 Februari 2011 Golden Agri Resources Limited (GAR) dan anakanak

Lebih terperinci

Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG

Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG Melissa Chin (RSPO) Dr. Cecile Bessou (CIRAD) Konteks Gas Rumah Kaca (GRK) yang berasal

Lebih terperinci

STANDAR PENGENDALIAN MUTU 1 STANDAR PERIKATAN JASA 4410 PERIKATAN KOMPILASI

STANDAR PENGENDALIAN MUTU 1 STANDAR PERIKATAN JASA 4410 PERIKATAN KOMPILASI EXPOSURE DRAFT STANDAR PENGENDALIAN MUTU STANDAR PERIKATAN JASA 0 PERIKATAN KOMPILASI PENGENDALIAN MUTU BAGI KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS Exposure Draft

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi Nasional - Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) dalam memberikan

Lebih terperinci

TAHAPAN PENILAIAN AMDAL

TAHAPAN PENILAIAN AMDAL LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP SERTA PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN A. UMUM TAHAPAN

Lebih terperinci

Templat Laporan Penilaian NKT

Templat Laporan Penilaian NKT ID Dokumen BAHASA INDONESIA Templat Laporan Penilaian NKT Petunjuk Templat laporan ini wajib digunakan oleh semua penilai yang berlisensi. Dalam keadaan yang luar biasa, dengan izin sebelumnya dari Jaringan

Lebih terperinci

Dokumen ini menggantikan "Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim" yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011

Dokumen ini menggantikan Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011 Diadopsi oleh Dewan Eksekutif RSPO pada 30 November, 2011. Dokumen ini menggantikan "Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim" yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011 RSPO will transform

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

Studi Hutan SKT. dipresentasikan di. Seminar REDD+ Task Force. Arief Muria Perkasa Program Manager TFT

Studi Hutan SKT. dipresentasikan di. Seminar REDD+ Task Force. Arief Muria Perkasa Program Manager TFT Studi Hutan SKT dipresentasikan di Seminar REDD+ Task Force Seminar sehari dunia bisnis dan REDD+ di Indonesia "Green Practices untuk mengurangi emisi karbon pada industri berbasis lahan" Jakarta, 5 Juni

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

Pola Acu (Template) Laporan Penilaian Nilai- Nilai Konservasi Tinggi (NKT)

Pola Acu (Template) Laporan Penilaian Nilai- Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Dokumen ID INDONESIA Pola Acu (Template) Laporan Penilaian Nilai- Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Petunjuk Pola acu laporan ini wajib digunakan oleh semua penilai yang memiliki lisensi. Hanya dalam keadaan

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO

Lampiran 1. Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO Lampiran 1 Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO PRINSIP 1 LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN Kriteria 1.1 Izin Lokasi Perusahaan Perkebunan harus memperoleh Izin Lokasi

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Ikhtisar Layanan Keterangan Layanan ini ("Keterangan Layanan") ditujukan untuk Anda, yakni pelanggan ("Anda" atau "Pelanggan") dan pihak Dell yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas) LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua

Lebih terperinci

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC) Kebijakan Asosiasi Tujuan Pada bulan Juni 2015, APRIL telah menerapkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan ("SFMP") 2.0 1 yang menyatakan komitmen Grup APRIL untuk: mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

RSPO Outreach Program Jakarta, 20 th June 2014

RSPO Outreach Program Jakarta, 20 th June 2014 RSPO Outreach Program Jakarta, 20 th June 2014 Step 1. Disklosur Areal yang Dibuka tanpa Didahului Kajian NKT sejak November 2005 Perusahaan diwajibkan untuk mendisklosur segala pembukaan lahan yang tidak

Lebih terperinci

Kode Etik Pemasok 1/11

Kode Etik Pemasok 1/11 1/11 Kami akan memimpin sebuah gerakan yang akan menjadikan cokelat berkelanjutan sebagai norma, sehingga cokelat yang kita semua cintai akan selalu hadir untuk generasi yang akan datang. Pengantar Sebagai

Lebih terperinci

Panduan dan Format untuk Mempersiapkan Rencana Bisnis Sebagai Bagian dari Aplikasi Sebagai Agregator Pasar pada Aliansi Tungku Indonesia

Panduan dan Format untuk Mempersiapkan Rencana Bisnis Sebagai Bagian dari Aplikasi Sebagai Agregator Pasar pada Aliansi Tungku Indonesia Panduan dan Format untuk Mempersiapkan Rencana Bisnis Sebagai Bagian dari Aplikasi Sebagai Agregator Pasar pada Aliansi Tungku Indonesia Dipersiapkan oleh The Apex Consulting Group untuk mendukung Aliansi

Lebih terperinci

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE Pada tanggal 1 Juli 2015, the Komite Keefektifan Pembangunan (Committee on Development Effectiveness/CODE) membahas draf kedua dari Tinjauan dan Pembaruan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO

Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO Dokumen final disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO 26 Juni 2007 Disetujui oleh Dewan Eksekutif Pada 30 Agustus,2011 pada Revisi Prosedur untuk Pengesahan Kriteria Generik Internasional sebagai Interpretasi

Lebih terperinci

Panduan Pendaftaran. Sebelum mendaftar. Siapa yang harus mendaftar? Cara mendaftar

Panduan Pendaftaran. Sebelum mendaftar. Siapa yang harus mendaftar? Cara mendaftar ID Dokumen BAHASA INDONESIA Panduan Pendaftaran Dokumen ini menyediakan panduan bagi para pihak yang ingin melamar sebagai penilai NKT yang berlisensi Sebelum mendaftar Seluruh pelamar harus membaca dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN NKT SKT

PEDOMAN PENILAIAN NKT SKT ID Dokumen ALS_02_N BAHASA Tanggal 08/11/2017 INDONESIA PEDOMAN PENILAIAN NKT SKT Untuk dipakai pada saat penilaian NKT-SKT terpadu Pedoman Penilaian NKT-SKT ini disusun oleh Proforest dan Daemeter untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PEMBERITAHUAN RENCANA PENANAMAN BARU RSPO

PEMBERITAHUAN RENCANA PENANAMAN BARU RSPO PEMBERITAHUAN RENCANA PENANAMAN BARU RSPO Pemberitahuan ini akan berada di website RSPO selama 30 hari seperti yang dipersyaratkan dalam prosedur RSPO (http://www.rspo.org/?q=page/535). Pemberitahuan ini

Lebih terperinci

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan No. Dokumen ID : AGRO-SFM-002-PR Tanggal Terbit Sebelumnya : N/A Halaman : 1 dari 11 1.0 LATAR BELAKANG Grup APRIL ("APRIL") telah mengumumkan Kebijakan APRIL Grup dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 4 PRESEDEN PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA.

LAMPIRAN 4 PRESEDEN PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. LAMPIRAN 4 PRESEDEN PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (versi lengkap) DAFTAR ISI Para Pihak dan Latar Belakang 1. Definisi dan Interpretasi

Lebih terperinci

Lihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

Lihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3 Untuk mengedit teks ini: Buka file ini pada Adobe Acrobat Klik 'Export PDF tool' pada bagian kanan Pilih Microsoft Word' untuk formatnya kemudian pilih Word Document Klik Export. Simpan file dengan memberikan

Lebih terperinci

Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO Dipublikasikan bersama oleh: Kementerian Pertanian Republik Indonesia Sekretariat Komisi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Kantor

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda KEBIJAKAN PRIVASI Penidago.com dimiliki dan dioperasikan oleh Grup Perusahaan Penidago ("Penidago" atau "Kami"). Kebijakan Privasi ini menjelaskan bagaimana kami mengumpulkan, menggunakan, menyingkapkan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5. PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap)

LAMPIRAN 5. PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap) LAMPIRAN 5 PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap) 125 Pendahuluan Ulasan berikut ini menjelaskan secara ringkas cara menggunakan

Lebih terperinci

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.01/2008 TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang sehat

Lebih terperinci

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI PROSES PENINJAUAN KEMBALI P&C 1. Mengapa proses peninjauan kembali P&C RSPO dilakukan setiap 5 tahun sekali? Ketika standarisasi

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 Nomor : 8/1 Edisi-Revisi : E-2 Tanggal : 01 Juni 2016 Hal : 1 dari 9 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi

Lebih terperinci

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut: 1. Perjanjian Perjanjian ini dibuat pada tanggal ditandatangani, antara pihak (1) LS ICSM Indonesia sebagai lembaga sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Lenteng Agung No. 11B, Jakarta Selatan 12610 dan

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG KETENTUAN DAN TATA CARA SERTIFIKASI PRODUK Depok, 22 Juni 2016 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 0 Halaman : 1

Lebih terperinci

Catatan Pengarahan FLEGT

Catatan Pengarahan FLEGT FLEGT PENEGAKAN HUKUM, TATA KELOLA DAN PERDAGANGAN SEKTOR KEHUTANAN Jaminan legalitas berbasis peserta pasar dan pemberian izin FLEGT Latar belakang Rencana Tindakan mengenai Penegakan Hukum, Tata Kelola

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Yth. Direksi Manajer Investasi di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal... Peraturan

Lebih terperinci

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA) Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA) 6 March 2016 1. APP akan meningkatkan kegiatan pengelolaan hutannya untuk memenuhi standard FSC

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO Hal. 1 NO. PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR 1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN 1.1 Perizinan dan sertifikat. 1. Telah memiliki izin lokasi dari pejabat yang Pengelola perkebunan harus memperoleh

Lebih terperinci

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci