ANALISA DISPARITAS HARGA PENAWARAN TERHADAP HARGA PERKIRAAN SENDIRI PADA PEMILIHAN PENYEDIA JASA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN ABSTRAK
|
|
- Farida Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisa Disparitas Harga Penawaran Terhadap Harga Perkiraan Sendiri ANALISA DISPARITAS HARGA PENAWARAN TERHADAP HARGA PERKIRAAN SENDIRI PADA PEMILIHAN PENYEDIA JASA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN Alfian Malik ABSTRAK Berdasarkan catatan pada Kementerian Pekerjaan Umum, jumlah kontraktor di Indonesia mencapai 180 ribu perusahaan. Jumlah ini tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan negara China.Jumlah perusahaan yang terlalu banyak akan menimbulkan persaingan bisnis yang tidak sehat sehingga dapat bertentangan dengan prinsip pengadaan barang/jasa: efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa disparitas penawaran harga terhadap HPS, dengan mengambil studi kasus pada pengadaan barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kampar, khusus pada paket pekerjaan jalan dan jembatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pelaku dan pemangku kepentingan pembangunan tentang kecenderungan dan karakterisitik penawaran harga yang dapat dijadikan sebagai petunjuk awal adanya penyimpangan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Berdasarkan hasil analisa diperoleh informasi bahwa pada paket pekerjaan jalan non-hotmix dan jembatan jumlah peserta lelang untuk setiap paket pekerjaan masing-masing 16 dan 12 perusahaan dengan disparitas harga rata-rata terhadap HPS masing-masing 22,950% dan 16,073%. Hal ini mengindikasikan bahwa lelang berlangsung relatif fair. Sedangkan untuk paket jalan hotmix rata-rata hanya diikuti oleh 5 perusahaan per paket dengan persentase penawaran terhadap HPS rata-rata cukup tinggi 96,652% dan disparitas penawaran sangat rendah yaitu 2,866%. Data ini menjadi petunjuk awal telah terjadi persekongkolan pada pelelangan paket jalan hotmix. Kata Kunci: barang dan jasa, disparitas, hotmix, lelang, penawaran. ABSTRACT Based on the records of the Ministry of Public Works, the number of contractors in Indonesia reaches 180 thousand companies. This number tripled compared with companies in Chinese State. The large number of companies lead to unfair competition in the construction business so would be contrary to the principles of procurement: efficient, effective, transparent, open, competitive, fair/non-discriminatory, and accountable. This study aims to analyze disparities of bid prices to Owner s Estimate (OE), case studies of public procurementwithin Pemerintah Kabupaten Kampar, specifically on road and bridge work packages. The result of this study could be information for development executant and stakeholders, about the trends and characteristics of bid prices, it can be used as an early indication of irregularities in the public procurement process. The results of this study indicate that the number of bidders for each package of non-hotmix and bridges are 16 and 12 companies, and the average price disparity to OE s are % and %. This indicates that the tender process has been conducted fairly.the bidders for each package of hotmix an average of only 5 companies, with an average percentage of bid price to OE s fairly high at %, and the disparity of bid prices to OE s very low at 2.866%.This data may be an early indication that there has been irregularities in the bidding process. Key Word: bid price, disparity, hotmix,public procurement, tender. Alfian Malik, Teknik Sipil Universitas Riau Page 99
2 1. PENDAHULUAN Berdasarkan catatan pada Kementerian Pekerjaan Umum, jumlah kontraktor di Indonesia mencapai 180 ribu perusahaan. Jumlah ini tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan negara China. Kendati banyak, sebagian besar kontraktor di Tanah Air umumnya berupa perusahaan-perusahaan kecil. Selain itu, kontraktor lokal cenderung bergerak dalam banyak bidang pekerjaan dan tak terspesialisasi. Dari kondisi tersebut, pemerintah berharap kontraktor yang beroperasi saat ini melebur dengan perusahaan sejenis. Sehingga jumlah kontraktor di masa mendatang diharapkan akan berkurang menjadi separuh dari kondisi saat ini. Mereka juga diimbau memiliki spesialisasi yang jelas dan berbeda satu dengan lainnya, seperti spesialisasi besi, cat, beton, dan spesialis lainnya. Spesialisasi kontraktor di masa mendatang akan menjadi sangat penting. Selain memudahkan konsumen, para kontraktor juga akan memperoleh pekerjaan yang jelas. (VIVAnews-2012). Jumlah perusahaan yang terlalu banyak akan menimbulkan persaingan bisnis jasa konstruksi yang cenderung tidak sehat sehingga akan bertentangan dengan prinsip pengadaan barang dan jasa: efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Menurut Maslani dan Siswanto (2011), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dalam Audit Pengadaan Barang dan Jasa, telah melakukan audit terhadap 8 aspek: perencanaan, keuangan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, kewajaran harga, ketepatan kuantitas, ketepatan kualitas, ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan, dan pemanfaatan hasil pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya menurut Maslani dan Siswanto (2011) hasil audit mengemukakan ada 19 jenis dan tiap jenis terdiri dari beberapa bentuk potensi penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa berdasarkan proses pengadaan barang/jasa dari perencanaan sampai pemanfaatan). Salah satu tahapan yang sangat krusial dalam pemilihan penyedia barang dan jasa pemerintah (pelelangan) adalah proses penetapan calon pemenang lelang. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 70 Tahun 2012,Kelompok Kerja ULP (Unit Layanan Pengadaan) mengusulkan penawar terendah yang responsif sebagai calon pemenang. Mengingat tidak adanya penjelasan tentang maksud penawaran terendah yang responsif maka ketentuan tersebut dapat diinterpretasikan secara berbeda menurut kepentingan pihak-pihak (pengguna dan penyedia barang/jasa). Akibatnya, pihak kontraktor cenderung untuk mengajukan penawaran jauh lebih rendah dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Meskipun ada ketentuan lain yang mengikat penawaran harga yang cenderung rendah dengan kewajiban untuk memberikan jaminan pelaksanaan dalam jumlah tertentu. Berkaitan dengan adanya kecenderungan untuk mengajukan penawaran harga yang jauh di bawah HPS pada pengadaan barang dan jasa pemerintah, maka dilakukan penelitian terhadap kecenderungan disparitas harga terhadap HPS dengan mengambil studi kasus pada pengadaan barang dan jasa pemerintah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kampar, khusus pada proyek pembangunan jalan dan jembatan. Permasalahan pada penelitian adalah bagaimanakah kecenderungan disparitas harga yang diajukan oleh peserta lelang bidang pekerjaan jalan dan jembatan terhadap Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pelaku dan pemangku kepentingan pembangunan tentang kecenderungan dan karakterisitik penawaran harga yang dapat dijadikan sebagai indikasi awal terhadap adanya penyimpangan dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. Page 100 JURNAL APTEK Vol. 5 No. 2 Juli 2013
3 Analisa Disparitas Harga Penawaran Terhadap Harga Perkiraan Sendiri 1.1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Menurut Perpres RI. Nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Perpres RI. Nomor 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. Menurut Nur Bahagia (2011), aktivitas pengadaan dilakukan oleh berbagai pihak terkait yang dapat diklasifikasikan atas tiga pelaku utama yaitu: Pengguna/Pengusul, Penyedia Barang/Jasa, dan Pelaksana Pengadaan. Pengguna/Pengusul pengadaan barang/jasa adalah individu (pejabat) atau unit organisasi yang diberikan kewenangan untuk mengusulkan pengadaan barang/jasa.menurut Perpres Nomor 70 Tahun 2012, Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan Institusi lainnya. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya Tahapan dalam Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Proses pengadaan barang/jasa pemerintah menggunakan suatu sistem terintegrasi yang dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Persiapan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang terdiri dari kegiatan: perencanaan, pemilihan sistem, penetapan metode penilaian kualifikasi, penyusunan jadwal, penyusunan dokumen, dan penetapan HPS, b. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa terdiri dari kegiatan: pengumuman, penilaian kualifikasi, pendaftaran dan pengambilan dokumen, pemberian penjelasan, pemasukan dokumen penawaran, evaluasi penawaran, penetapan dan pengumuman pemenang, sanggahan, pemilihan gagal, penunjukan pemenang, penandatanganan kontrak, dan pelaksanaan kontrak Jenis-jenis Harga dalam Pemilihan Penyedia Barang/Jasa a. Nilai Batas/Pagu Anggaran, adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada kementerian/lembaga dalam rangka penyusunan Rencana Kerja dan Aanggaran Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (PP. No. 90/2010).Berdasarkan pagu anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran menyusun dokumen pelaksanaan anggaran yang disebut Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). b. Harga Perkiraan Sendiri (HPS), adalah hasil perhitungan volume tiap-tiap pekerjaan dikalikan dengan Harga Satuan masing-masing pekerjaan, ditambah dengan beban pajak, overhead dan keuntungan yang nilainya ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).Menurut Prabowo (2011), besarnya keuntungan dan biaya overhead maksimal 15% dari HPS. Menurut Pasal 66 Perpres RI. Nomor 70 Tahun 2012, Nilai total HPS tidak bersifat rahasia (kecuali rinciannya). HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga, termasuk rinciannya, dan sebagai dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah. Sehubungan dengan adanya kecenderungan peserta lelang mengajukan penawaran jauh di bawah HPS, pihak pemerintah melakukan antisipasi dengan menetapkan Jaminan Pelaksanaan dengan ketentuan sebagai berikut: - Untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% s/d 100% dari nilai total Alfian Malik, Teknik Sipil Universitas Riau Page 101
4 HPS, Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5% dari nilai Kontrak, - Untuk nilai penawaran terkoreksi di bawah 80% dari nilai total HPS, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5% dari nilai total HPS. c. Harga Penawaran Kontraktor,adalah harga yang dihitung dan diajukan oleh peserta lelangdengan berpedoman kepada nilai total Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Di dalam harga penawaran sudah termasuk beban pajak, overhead, dan keuntungan wajar. Penawaran harga dari kontraktor dibuat dengan mempertimbangkan aspek: - Kompetitif, yaitu memiliki daya saing sehingga berpeluang untuk dipertimbangkan sebagai calon pemenang lelang. Harga yang terlalu tinggi cenderung kehilangan daya saing, sedangkan harga yang terlalu rendah berpotensi menimbulkan risiko rugi. - Responsibilitas, yaitu dihitung secara profesional dan realistis sehingga dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat mentranformasi sumber daya proyek (bahan/material, peralatan, tenaga kerja, dan teknologi) menjadi produk barang/jasa dengan kualitas dan kuantitas sebagaimana disyaratkan oleh pengguna barang/jasa. - Profitabilitas, yaitu memiliki sifat dapat memberi keuntungan Pola Distribusi Harga Penawaran Menurut Malik (2010: 123) pola distribusi harga penawaran pada setiap paket pekerjaan yang dilelangkan secara umum memiliki tiga karakteristik, yaitu : a. Harga rasional, yaitu harga yang disusun secara profesional dengan tujuan untuk memenangkan kompetisi (lelang), dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, serta menghasilkan laba usaha. Penawaran ini biasanya ditandai dengan frekuensi yang lebih sering muncul, dan berada pada range atau kelompok yang memiliki deviasi rendah terhadap HPS, b. Harga spekulatif, yaitu harga penawaran yang disusun dengan melibatkan beberapa prediksi dan asumsi yang tidak realistis dan tidak terkait langsung dengan masalah teknis pekerjaan yang akan dilelangkan, misalnya memasukkan prediksi dan asumsi berdasarkan rumor. Harga penawaran semacam ini tidak mengelompok, memiliki nilai relatif agak tinggi, dan cenderung berdiri sendiri. Penawaran ini memang bersifat coba-coba dan mengandung unsur spekulasi, c. Harga irasional, adalah harga penawaran yang nilai nominalnya sangat ekstrim dan berada jauh di bawah harga HPS. Harga penawaran ini disusun secara emosional, tidak realistis, dan biasanya ditujukan untuk mendapatkan posisi penawaran terendah sehingga berpeluang untuk memenangkan lelang. Harga penawaran semacam ini memiliki prekuensi yang kecil dan cenderung tidak mengelompok Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa, pada tahap pembukaan sampul dokumen penawaran akan dihasilkan sekelompok data kuantitatif yang belum diobservasi sehingga tidak bisa mendeskripsikan posisi penawaran dan masih bersifat mentah. Menurut Atmaja (1997: 5) nilai-nilai observasi yang belum disusun dan dianalisa disebut data mentah (rawdata). Dikatakan masih mentah karena nilai-nilai tersebut belum diproses secara statistik. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Studi Literatur Penelitian ini diawali dengan melakukan kajian terhadap sejumlah literatur yang dapat mendukung pendekatan analisis, meliputi: kajian tentang peraturan perundangundangan, regulasi, prosedur, dan tata cara pemilihan pengadaan barang/jasa pemerintah, dan kajian statistik harga penawaran. Sumber kajian adalah berupa buku referensi, Page 102 JURNAL APTEK Vol. 5 No. 2 Juli 2013
5 Analisa Disparitas Harga Penawaran Terhadap Harga Perkiraan Sendiri ketentuan perundang-undangan dan regulasi terkait, jurnal ilmiah yang dipublikasikan, dan referensi pada website yang diakses melalui internet. 2.2 Desain Penelitian dan Pengembangan Model Penelitian ini didesain agar dapat mengetahui dan menjelaskan secara ilmiah tentang karakterisitik harga dan disparitas penawaran harga terhadap HPS.Metode analisa disparitas penawaran harga menggunakan pendekatan ilmu Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Matematik dan Ilmu Statistik. Disamping itu, penelitian dirancang agar dapat menjelaskan secara formal bagaimana urutan dan tata cara penelitian ini dilakukan.pengembangan model penawaran dimaksudkan untuk memperjelas hubungan antar variabel seperti: Pagu Anggaran (PA), Harga Perkiraan Sendiri (HPS), dan Penawaran Harga Kontraktor (PHK). Dalam penelitian ini dilakukan penyederhanaan dan pembatasan-dimana metode pelelangan yang diteliti adalah metode Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi. Pengembangan model harga serta hubungan antar variabel dibuat dengan model sebagai berikut: a. Pagu Anggaran (PA): PA HPS b. Penawaran Harga Kontraktor (PHK) PHK = PHK 1, PHK 2, PHK 3,, PHK n dimana: PHK1, 2, 3..., n = harga kontraktor urutan ke 1, 2, sampai n dan n 3 c. Persentase Penawaran Terhadap HPS = PHK HPS 100% d. Disparitas Penawaran terhadap HPS HPS PHK = 100% HPS 2.3 Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel-variabel penelitian dilakukan sebagai berikut: - Identifikasi terhadap variabel-variabel harga: Pagu Anggaran (PA), Harga Perkiraan Sendiri (HPS), Penawaran Harga Kontraktor (PHK), - Menghitung persentase penawaran harga terhadap HPS, - Menghitung disparitas harga setiap harga penawaran terhadap HPS, - Menghitung disparitas rata-rata harga penawaran setiap paket pekerjaan. 2.4 Data dan Lokasi Penelitian Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website LPSE Kabupaten Kampar. Data dikelompokkan menjadi tiga bahagian, yaitu: data penawaran harga bidang jalan nonhotmixsebanyak 20 paket dengan 314 sampel, data penawaran bidang jalan hotmixsebanyak 40 paket dengan 198 sampel, dan data penawaran bidang jembatan sebanyak 6 paket dengan 74 sampel. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data hasil evaluasi penawaran harga yang diajukan oleh peserta lelang untuk setiap pekerjaan jalan non-hotmix, jalan hotmix, dan jembatan diolah untuk mengetahui persentase setiap penawaran terhadap Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Berdasarkan nilai tersebut, dapat diketahui disparitas harga (dalam %) untuk setiap penawaran pada setiap paket pekerjaan. Data hasil olahan ditampilkan pada tabel sebagai berikut: Alfian Malik, Teknik Sipil Universitas Riau Page 103
6 Tabel 1. Disparitas Penawaran Harga Terhadap HPS Untuk Pekerjaan Jalan Non-Hotmix % ratarata Disparitas (%) No. Nomor Paket Jumlah HPS (Rp) Kontraktor terhadap Min Max Average HPS 1 Paket Jalan ,551 1,009 22,283 15,449 2 Paket Jalan ,456 12,003 21,634 16,544 3 Paket Jalan ,035 13,249 25,068 17,965 4 Paket Jalan ,380 16,999 35,485 27,620 5 Paket Jalan ,494 12,827 37,144 28,506 6 Paket Jalan ,714 17,554 35,200 27,286 7 Paket Jalan ,304 16,305 46,161 28,696 8 Paket Jalan ,556 12,549 20,590 17,444 9 Paket Jalan ,207 14,865 30,520 22, Paket Jalan ,021 19,285 34,901 27, Paket Jalan ,118 15,001 31,344 23, Paket Jalan ,051 11,830 39,499 28, Paket Jalan ,249 26,109 37,504 31, Paket Jalan ,711 22,692 37,014 29, Paket Jalan ,282 13,462 23,175 18, Paket Jalan ,792 2,040 24,382 18, Paket Jalan ,460 21,727 39,928 31, Paket Jalan ,742 8,084 29,984 19, Paket Jalan ,496 0,872 21,691 12, Paket Jalan ,377 0,572 22,283 14,623 Rata-rata 15,7 77,050 12,952 30,789 22,950 Sumber: Data olahan Tabel 2. Disparitas Penawaran Harga Terhadap HPS Untuk Pekerjaan JalanHotmix % ratarata Disparitas (%) No. Nomor Paket Jumlah HPS (Rp) Kontraktor terhadap Min Max Average HPS 1 Paket Hot-Mix ,719 1,496 10,072 5,281 2 Paket Hot-Mix ,959 2,340 6,885 5,041 3 Paket Hot-Mix ,365 1,901 10,020 5,635 4 Paket Hot-Mix ,868 9,000 15,010 11,132 5 Paket Hot-Mix ,868 9,000 15,010 11,132 6 Paket Hot-Mix ,367 5,048 15,130 10,633 7 Paket Hot-Mix ,532 3,833 12,097 7,468 8 Paket Hot-Mix , ,609 4,264-75,121 9 Paket Hot-Mix , ,012 4,151-34, Paket Hot-Mix ,962 7,588 29,993 18, Paket Hot-Mix ,470 0,464 5,170 2, Paket Hot-Mix ,533 0,648 5,019 2,467 Page 104 JURNAL APTEK Vol. 5 No. 2 Juli 2013
7 Analisa Disparitas Harga Penawaran Terhadap Harga Perkiraan Sendiri 13 Paket Hot-Mix ,886 0,678 4,988 2, Paket Hot-Mix ,348 0,801 2,693 1, Paket Hot-Mix ,503 1,379 7,791 4, Paket Hot-Mix ,797 3,293 15,000 10, Paket Hot-Mix ,864 3,000 5,826 4, Paket Hot-Mix ,097 3,034 5,424 3, Paket Hot-Mix ,767 3,033 3,623 3, Paket Hot-Mix ,757 0,742 3,756 2, Paket Hot-Mix ,451 2,396 4,446 3, Paket Hot-Mix ,409 0,753 2,703 1, Paket Hot-Mix ,473 4,099 7,596 5, Paket Hot-Mix ,422 4,279 8,333 6, Paket Hot-Mix ,076 1,102 6,253 3, Paket Hot-Mix ,902 3,507 10,402 6, Paket Hot-Mix ,966 1,714 7,937 5, Paket Hot-Mix ,805 0,111 38,291 8, Paket Hot-Mix ,588 0,454 35,789 8, Paket Hot-Mix ,275 5,028 6,645 5, Paket Hot-Mix ,749 1,028 8,549 5, Paket Hot-Mix ,775 4,987 5,578 5, Paket Hot-Mix ,755 3,181 5,876 4, Paket Hot-Mix ,601 4,444 6,096 5, Paket Hot-Mix ,766 2,498 11,385 6, Paket Hot-Mix ,984 4,333 15,193 9, Paket Hot-Mix ,402 2,730 12,063 6, Paket Hot-Mix ,676 1,650 5,322 3, Paket Hot-Mix ,867 5,941 11,198 8, Paket Hot-Mix ,078 4,009 6,682 4,922 Rata-rata 4,8 96,652-5,677 9,957 2,866 Sumber: Data olahan Tabel 3. Disparitas Penawaran Harga Terhadap HPS Untuk Pekerjaan Jembatan No. Nomor Paket % rata-rata Disparitas (%) Jumlah HPS (Rp) terhadap Kontraktor Min Max Average HPS 1 Paket jembatan ,485 0,141 30,528 15,515 2 Paket jembatan ,617 12,329 23,560 19,383 3 Paket jembatan ,425-0,788 9,759 3,575 4 Paket jembatan ,415 9,955 26,039 18,585 5 Paket jembatan ,789 4,574 26,049 18,211 6 Paket jembatan ,830 8,206 78,705 21,170 Rata-rata 12,3 83,927 5,736 32,440 16,073 Sumber: Data olahan Alfian Malik, Teknik Sipil Universitas Riau Page 105
8 disparitas (%) disparitas (%) disparitas (%) Untuk melihat posisi disparitas penawaran harga terhadap HPS untuk setiap paket pekerjaan ditampilkan melalui gambar sebagai berikut: nomor paket kegiatan non-hot mix hot mix jembatan Gambar 1.Diagram Disparitas Penawaran Harga Terhadap HPS nomor paket kegiatan Gambar 2. Diagram Disparitas Penawaran Harga Terhadap HPS Untuk PekerjaanJalan Non- Hotmix nomor paket kegiatan Gambar 3. Diagram Disparitas Penawaran Harga Terhadap HPS Untuk PekerjaanJalan Hotmix Page 106 JURNAL APTEK Vol. 5 No. 2 Juli 2013
9 disparitas (%) Analisa Disparitas Harga Penawaran Terhadap Harga Perkiraan Sendiri nomor paket kegiatan Gambar 4. Diagram Disparitas Penawaran Harga Terhadap HPS Untuk Pekerjaan Jembatan No. Tabel 4. Rangkuman Disparitas Penawaran Harga Terhadap HPS Disparitas Disparitas Persentase Rata-rata Rata-rata Jumlah Rata-rata Penawaran Penawaran Rata-rata Penawaran Terhadap Terhadap Kontraktor terhadap HPS HPS (perusahaan) HPS (%) Minimum Maksimum (%) (%) Jenis Pekerjaan Disparitas Rata-rata Penawaran Terhadap HPS (%) 1. Jalan Non- Hormix 15,7 77,050 12,952 30,789 22, Jalan Hotmix 4,8 96,652-5,677 9,957 2, Jembatan 12,3 83,927 5,736 32,440 16,073 Dari data pada Tabel 4 memberikan informasi bahwa peserta lelang pada setiap paket pekerjaan jalan (bukan hotmix) dengan nilai HPS < Rp ,00 rata-rata diikuti oleh 15,7 16 perusahaan, sedangkan untuk pekerjaan jalan hotmix dimana nilai HPS di atas Rp hanya diikuti rata-rata oleh 4,8 5 perusahaan, sementara untuk pekerjaan jembatan rata-rata diikuti oleh 12,3 12 perusahaan. Persentase ratarata penawaran terhadap HPS untuk pekerjaan jalan (non-hotmix) adalah 77,050%, untuk pekerjaan jalan hotmix adalah 96,652%, dan untuk pekerjaan jembatan adalah 83,927%. Disparitas rata-rata penawaran terhadap HPS untuk pekerjaan jalan (non-hotmix) adalah 22,950%, untuk pekerjaan jalan hotmix adalah 2,866%, dan untuk pekerjaan jembatan adalah 16,073%. Nilai negatif pada disparitas ratarata penawaran terhadap HPS terendah (minimum) pada pekerjaan jalan hotmix disebabkan oleh karena adanya kontraktor yang mengajukan penawaran sangat tidak rasional yaitu lebih dari 300% di atas HPS. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa disparitas penawaran terhadap HPS yang dilakukan pada pekerjaan jalan dan jembatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kampar Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: - Proses pemilihan penyedia barang dan jasa untuk paket pekerjaan jalan nonhotmixberlangsung secara fair, dimana untuk setiap paket pekerjaan rata-rata diikuti oleh 16 perusahaan dengan ratarata penawaran harga 70,050% terhadap HPS, dengan disparitas rata-rata terhadap HPS cukup besar, yaitu 22,950%. Hal ini Alfian Malik, Teknik Sipil Universitas Riau Page 107
10 mengindikasikan bahwa tidak terjadi persekongkolan dalam pengaturan harga antar peserta lelang. - Untuk setiap paket pekerjaan jalan hotmix rata-rata diikuti hanya oleh 5 perusahaan, dimana rata-rata persentase penawaran harga terhadap HPS sangat tinggi yaitu 96,652% (hampir mendekati HPS), dan disparitas rata-rata penawaran sangat rendah yaitu 2,866%. Data ini dapat dijadikan petunjuk awaladanya persekongkolan antar peserta lelang. Argumen ini diperkuat oleh adanya kecenderungan saling mengalah antar perusahaan yang berkompetisi, dan ada perusahaan mengajukan penawaran tidak rasional. - Untuk setiap paket pekerjaan jembatan rata-rata diikuti oleh 12 perusahaan dengan persentase rata-rata penawaran harga terhadap HPS adalah 83,927%, dengan disparitas rata-rata terhadap HPS adalah 16,073%. Data ini menunjukkan adanya persaingan yang cukup fair, meskipun ada indikasi terjadi persekongkolan pada salah satu paket jembatan dimana disparitas rata-rata terhadap HPS pada paket tersebut hanya 3,575%. Berdasarkan simpulan di atas disarankan untuk memberikan peluang yang lebih besar kepada perusahaan lokal yang tidak memiliki Aspalt Mixing Plan (AMP) untuk dapat ikut berkompetsisi pada paket pekerjaan jalan hotmix. Hal ini untuk menjaga agar dalam pelaksanaan pemilihan penyedia barang dan jasa dapat memenuhi prinsip:efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel, seperti yang dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan. DAFTAR PUSTAKA Abduh, M. dan Wirahadikusumah, R.D., Model Penilaian Kewajaran Harga Penawaran Kontraktor dengan Sistem Evaluasi Nilai, Jurnal Teknik Sipil Edisi Khusus Volume 12 Nomor 3, Juli 2005, Bandung, Atmaja, L.S., Memahami Statistika Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta, Indonesia-Australia Partnership, 2008, Prosedur Penawaran 2, The Eastern Indonesian National Road Improvement Project (EINRIP), Jakarta, Mei Malik, Alfian. Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi, Edisi I, Penerbit ANDI, Yogyakarta, Maslani dan Siswanto, Audit Pengadaan Barang dan Jasa, Mengenal Risiko Penyimpangan Untuk Pencegahan, Jurnal LKPP Senarai, Volume 1 Nomor 1, Desember Nur Bahagia, S., Sistem Pengadaan Publik dan Cakupannya, Jurnal LKPP Senarai, Volume 1 Nomor 1, Desember Prabowo, A. dan Pramita, W.K., Peninjauan Satu Tahun Pelaksanaan Perpres 54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jurnal LKPP Senarai, Volume 1 Nomor 1, Desember Pemerintah RI, Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 Tentang Penyusunan RKA-KL Presiden RI, Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Presiden RI, Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. enangcari, diakses pada 03 Mei diakses pada 10 April Page 108 JURNAL APTEK Vol. 5 No. 2 Juli 2013
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Menurut Perpres RI. Nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Perpres RI. Nomor 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Lebih terperinciMODEL PENILAIAN PENAWARAN TERENDAH YANG RESPONSIF PADA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH BERBASIS TEKNOLOGI KOMPUTASI
MODEL PENILAIAN PENAWARAN TERENDAH YANG RESPONSIF PADA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH BERBASIS TEKNOLOGI KOMPUTASI Alfian 1 dan Haji Gussyafri 2 1, 2 Jurusan Teknik Sipil-Fakultas Teknik-UR ALFmalik@gmail.com
Lebih terperinciKampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract
ANALISA VARIABEL KEGAGALAN KONTRAKTOR DI KOTA PEKANBARU DALAM PROSES EVALUASI PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK ( E- PROCUREMENT ) Ni Wahyu Dyah 1), Ryan Tri Komara 2), Sri Djuniati
Lebih terperinciPENILAIAN PENAWARAN TERENDAH YANG RESPONSIF PADA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH BERBASIS TEKNOLOGI KOMPUTASI
Volume 13, No. 3, O ktober 2015, 206-215 PENILAIAN PENAWARAN TERENDAH YANG RESPONSIF PADA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH BERBASIS TEKNOLOGI KOMPUTASI Alfian, Haji Gussyafri Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,
No.1734, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERA. Barang/Jasa. Pengadaan. Unit Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN
Lebih terperinciBUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014
BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN
Lebih terperinciSTUDI HARGA PENAWARAN DAN FAKTOR PENENTU PEMENANG TENDER PROYEK KONSTRUKSI DI DIY UNTUK KUALIFIKASI NON KECIL (234K)
STUDI HARGA PENAWARAN DAN FAKTOR PENENTU PEMENANG TENDER PROYEK KONSTRUKSI DI DIY UNTUK KUALIFIKASI NON KECIL (234K) Zaenal Arifin 1 dan Dara Juwanti 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia,
Lebih terperinciBERBAGI PENGALAMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DAERAH
BERBAGI PENGALAMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI DAERAH (STUDI KASUS : PENGADAAN BARANG DAN JASA DI PROVINSI JAWA BARAT) Studi Kasus Pengadaan Barang dan Jasa ini berdasarkan pengalaman sebagai pelaku Kelompok
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN
88 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kriteria tender pengadaan barang dan jasa pemerintah akan berjalan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN LUAR NEGERI
PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciE:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc
2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah
Lebih terperinciYusuf Randi M. C. NRP : Pembimbing : Ir. Maksum Tanubrata, M.T. ABSTRAK
EVALUASI KEPATUHAN BERDASARKAN PERPRES NO. 54 TAHUN 2010 TERHADAP PENGADAAN BARANG/JASA KONSTRUKSI (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Intake dan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Kabupaten Rejang Lebong)
Lebih terperinciLAMPIRAN. SURAT EDARAN Nomor : SE - 237/MK.1/2011 TENTANG
LAMPIRAN SURAT EDARAN Nomor : SE - 237/MK.1/2011 TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2011 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Lampiran Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor
Lebih terperinciProsedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01
Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa Telp. (024) 8508081, 86458337, Fax. (024) 85081. http://www.unnes.ac.id 2 dari 8 1. TUJUAN Prosedur ini ditetapkan agar proses pengadaan barang/jasa di lingkungan Universitas
Lebih terperinciBUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
No. 1975, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. LPSE. KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/ Jasa (Perpres 70; 2012) Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,
1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN
SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS
Lebih terperinci14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL
14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL a. Pelelangan Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 443, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Unit Layanan Pengadaan. Barang/Jasa. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2015
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2018, 2014 PNPB. ULP. Barang. Jasa. Pemerintah. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Lebih terperinciDAFTAR ISI... JUDUL KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRACT...
DAFTAR ISI Halaman JUDUL KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i iii vi vii viii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2015 KEMENPAN-RB. Unit Layanan Pengadaan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TIMUR
GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DI DENGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu. Pengadaan barang/jasa atau
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011
PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA
Lebih terperinciPERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II
2010 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II MODUL MODUL PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II Pelatihan Barang /Jasa Pemerintah Tingkat Dasar/Pertama LKPP Lembaga Kebijakan
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciPENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH ABSTRAK
MEDIA ILMIAH TEKNIK SIPIL Volume 5 Nomor 2 Juni 2017 Hal. 1-8 PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Yusri Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XI Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya
Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 68 Tahun 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 39, 2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.01/PL.104/MPEK/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciHPS MELEBIHI PAGU ANGGARAN DAPAT TERJADI DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI
HPS MELEBIHI PAGU ANGGARAN DAPAT TERJADI DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI (Abu Sopian Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak. Pasal 66 Peraturan Presiden nomor 70 tentang tentang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.915, 2014 BAPPENAS. Unit Layanan Pengadaan. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1130 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciKEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA
SALINAN NOMOR 1/2015 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang
Lebih terperinci9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :
9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL a. Pelelangan Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi
Lebih terperinciJom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari
EVALUASI KEGAGALAN PENYEDIA JASA KONSTRUKSI DALAM PROSES PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN SISTEM ELEKTRONIK (Studi Kasus: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pelalawan) Liya Prihatini (1), Alfian Malik (2),
Lebih terperinciPranata Pembangunan Pertemuan 1 Prosedur Lelang Jasa Konstruksi. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.
Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Prosedur Lelang Jasa Konstruksi Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat mengkritisi issu issue aktual tentang proses
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG
1 BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN
Lebih terperinciTugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa
Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa DASAR HUKUM - Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah - Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65,2014 KEMEN LH. Unit Layanan Pengadaan. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN
Lebih terperinci-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2015 LKPP. Barang/Jasa Pemerintah. ULP. Pengadaan. Perubahan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciTRANSKRIP HASIL WAWANCARA
LAMPIRAN Lampiran TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Prinsip Kepastian Hukum (Rule of Law) 1. Bagaimanakah pelaksanaan prinsip kepastian hukum (rule of law) dalam pengadaan televisi oleh Bagian Perlengkapan Sekretariat
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciMekanisme Pengadaan Langsung
Pengadaan langsung pada prinsipnya menggunakan prakualifikasi, dimana Pejabat Pengadaan sudah menentukan (pre-knowledge) calon penyedia yang akan ditugaskan. Namun proses prakualifikasinya lebih sederhana
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka percepatan pelaksanaan Belanja Negara/Daerah perlu
- 4 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka percepatan pelaksanaan Belanja Negara/Daerah perlu percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan,
Lebih terperinciNegara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinci2011, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.801, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik. Ketentuan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENGADAAN LANGSUNG DI KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1214, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Pengadaan. Barang/Jasa. Unit Layanan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH
STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH Anton Soekiman 1 and Elly El Rahmah 2 1 Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT
Lebih terperinci11. PELAKSANAAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG
11. PELAKSANAAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG a. Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Untuk Penanganan Darurat 1) Setelah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang
Lebih terperinciPENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 Beserta Perubahannya Versi 9.2 1 DAFTAR ISI: Gambaran Umum PBJP Prinsip, Kebijakan dan Peraturan PBJP Para Pihak terkait PBJP Etika
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG
MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2011
Lebih terperinciTata Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Cilacap;
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 111 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Prosesnya
Lebih terperinciMATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN
MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR KALI DENGAN TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH jdih.bpk.go.id
Lebih terperinciMANUAL PROCEDURE. Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal
MANUAL PROCEDURE Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 M Manual Procedure Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011
BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL
8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL a. Seleksi Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Seleksi gagal, apabila: a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap perekonomian, dengan sistem perekonomian apapun, pemerintah senantiasa memegang peranan yang penting. Pemerintah memiliki peranan yang sangat besar dalam
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinci2012, No BAB I PENDAHULUAN
2012, No.307 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN AUDIT PRAKONTRAK ATAS PENGADAAN BARANG/JASA DI LEMBAGA SANDI NEGARA BAB I PENDAHULUAN A. Umum Tata kelola
Lebih terperinciPARA PIHAK DALAM PROSES PENGADAAN
Hubungan Kerja 2 Menteri/Kepala Daerah PA/KPA membentuk mengangkat ULP/PP PPK PPHP Perangkat organisasi ULP mengacu kepada peraturan perundangundangan di bidang kelembagaan Proses Pemilihan dan Penetapan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinci-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,
-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA
Lebih terperinci2 Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.328, 2014 KEMENSOS. ULP. Barang. Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciBUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 314, 2016 KEMENSOS. Pengadaan Barang/Jasa. Unit Layanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SIAK
PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent
No.794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. ULP. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendapatkan pekerjaan (proyek) pada sektor jasa konstruksi hampir selalu melalui proses yang dinamakan pelelangan/tender. Proses ini menjadi sangat penting
Lebih terperinci