UPAYA MASYARAKAT WAEREBO DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI STRUKTUR LEMBAGA ADAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA MASYARAKAT WAEREBO DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI STRUKTUR LEMBAGA ADAT"

Transkripsi

1 UPAYA MASYARAKAT WAEREBO DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI STRUKTUR LEMBAGA ADAT Agustina Solo¹, Imron Hadi Tamim², Ikma Citra Ranteallo² Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana ABSTRACT Waerebo village is a traditional village located in the village Satar Lenda, District Satar Mese West, Manggarai regency, East Nusa Tenggara Province. Waerebo villgae is the only one village in Manggarai are still keeping the legacy custom and culture in the world that is under development by globalization and modernization. One of the customs and cultural heritage that is still maintained by the community Waerebo is customary institutions. Until now, the traditional institutions in the Waerebo village still exist and still performing their duties and functions in society. In this paper will explain about the customs agency of Waerebo village were able to survive in the mids of globalization and modernization. Keyword: Waerebo, Authority, Headmen, Traditional Institutions 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waerebo adalah sebuah kampung tradisional yang masih memegang teguh adat istiadat dan budaya yang diwariskan oleh leluhur mereka yang bernama Empo Maro. Warisan adat dan budaya masyarakat kampung Waerebo yang ingin dibahas pada tulisan ini adalah lembaga adatnya. Hingga saat ini, lembaga adat masyarakat di kampung Waerebo masih ada dan dipertahankan keberadaanya oleh masyarakat setempat. Lembaga adat masyarakat kampung Waerebo berkaitan dengan tata kelola pemerintahan di kampung Waerebo itu sendiri. Lembaga adat ini juga memiliki struktur pemegang jabatan di dalamnya yang disertai dengan pembagian tugas dan fungsi bagi setiap pemegang jabatan adat ini. Dalam menjalankan tugasnya, lembaga adat masyarakat kampung Waerebo selalu mengacu pada nilai dan norma adat yang berlaku di kampung Waerebo. Lembaga adat masyarakat kampung Waerebo termasuk dalam jenis lembaga crescive institutions. Dikatakan demikian, karena apabila lembaga adat masyarakat kampung Waerebo dilihat dari sudut perkembangannya, maka lembaga adat masyarakat kampung Waerebo ini tergolong lembaga yang paling primer. Lembaga primer merupakan lembaga yang tidak disadari muncul seiring perkembangan adat istiadat dan kebiasaan yang ada di tengah masyarakat (Soekanto dan Sulistyowati, 2014: 184). Selain mengenal lembaga adat sebagai lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat dalam lingkup kampung Waerebo, masyarakat Waerebo juga mengenal pemerintahan dinas. Hanya saja masyarakat Waerebo lebih cenderung memilih lembaga adat dibandingkan

2 pemerintahan dinas. Masyarakat Waerebo berurusan dengan pemerintahan dinas hanya dalam urusan tertentu seperti mengurus kelengkapan admistrasi kependudukan saja dan selebihnya mereka kembali pada lembaga adatnya. Hal ini yang menarik perhatian penulis dimana masyarakat Waerebo masih mempertahankan lembaga adatnya walaupun di tengah pengaruh globalisasi dan modernisasi Rumusan Masalah Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam topik ini adalah alasan masyarakat Waerebo yang masih mempertahankan eksistensi struktur lembaga adatnya beserta upaya yang dilakukan Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui alasan dan upaya apa saja yang dilakukan oleh masyarakat Waerebo dalam mempertahankan eksistensi lembaga adatnya Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat dari sudut pandang teoritis adalah menambah referensi dan memunculkan peneliti baru terkait permasalahan upaya masyarakat Waerebo dalam mempertahankan eksistensi struktur lembaga adatnya Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat Waerebo selalu melestarikan adat dan budayanya karena adat dan budaya Waerebo mengandung banyak nilai yang dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Kerangka Konseptual Eksistensi Secara harafiah eksistensi berasal dari kata existere yang artinya muncul, timbul, dan berada. Dalam konteks lembaga adat masyarakat Waerebo, eksistensi digunakan sebagai pembuktian bahwa memang benar adanya lembaga adat masyarakat Waerebo masih berkembang hingga saat ini. Dalam hal ini, masyarakat Waerebo merupakan kumpulan individu yang menyadari betapa pentingnya menjaga keberadaan lembaga adat mereka Struktur Menurut Soerjono Soekanto (Wulansari, 2009: 43), struktur dalam konteks sosial adalah jalinan unsur sosial seperti budaya dan kelompok sosial. Dalam konteks lembaga adat masyarakat kampung Waerebo struktur merupakan susunan jabatan dalam suatu organisasi birokrasi yang berlandaskan pada adat istiadat dan budaya Lembaga Menurut Bertrand (Taneko, 1987: 21), lembaga merupakan institusi sosial yang berisikan kumpulan norma-norma untuk mengatur kehidupan masyarakat. Lembaga adat masyarakat Waerebo merupakan sebuah institusi yang menerapkan nilai dan norma adat istiadat dan budaya dalam menjalankan fungsi dan perannya di masyarakat Waerebo Adat Adat merupakan kaidah atau keyakinan masyarakat yang masih dihayati dan dipelihara (Widjaja, 2003: 85). Adat dalam konteks lembaga adat kampung Waerebo hanya merupakan label atau identitas. Dikatakan demikian karena dalam kesehariannya, lembaga adat masyarakat Waerebo melandaskan dirinya pada adat yang berlaku di kampung Waerebo Lembaga Adat Lembaga adat merupakan lembaga kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Lembaga adat masyarakat kampung Waerebo merupakan lembaga adat yang sudah ada sejak lama dan diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang orang Waerebo kepada anak cucu mereka Masyarakat Menurut Koentjaraningrat (2003, 122) masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu. Biasanya masyarakat ini

3 menetap pada suatu tempat dan membentuk kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan tingkat kebutuhannya Masyarakat Waerebo Masyarakat Waerebo merupakan sekelompok individu yang menetap di lokasi kampung Waerebo (Antar, 2010: 29). Karakteristik utama dari masyarakat Waerebo ini adalah masih melandaskan kehidupannya pada adat istiadat dan budaya yang diwarisi secara turun temurun oleh nenek moyangnya Kerangka Teori Berkaitan dengan topik penelitian tentang eksistensi struktur lembaga adat di kampung Waerebo, peneliti menggunakan teori sebagai pedoman dalam melihat fenomena ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori birokrasi dari Max Weber. Teori birokrasi digunakan karena lembaga adat masyarakat kampung Waerebo merupakan sebuah organisasi birokrasi yang sifatnya mengatur tindakan dari masyarakat Waerebo itu sendiri. Dalam teori birokrasinya, Max Weber menjelaskan ada beberapa karakteristik dari sebuah organisasi birokrasi (Asnawi, 2003: ), seperti: (1) adanya pembagian tugas yang jelas, (2) posisi dalam organisasi memiliki struktur yang hierarkis, (3) sistem aturan ditetapkan secara formal guna mengatur tindakan pejabat, (4) adanya staf administrasi khusus, (5) pemegang jabatan diharapkan memiliki orientasi impersonal, dan (6) pekerjaan dalam organisasi merupakan karir bagi para pemegang jabatan. Dari enam karakteristik organisasi birokrasi yang dikemukakan oleh Max Weber, terdapat dua karakteristik yang tidak dapat dipenuhi oleh lembaga adat masyarakat kampung Waerebo, yaitu : adanya staf administrasi khusus dan pekerjaan dalam organisasi sebagai karir bagi pemegang jabatan. Ini dikarenakan lembaga adat masyarakat Waerebo merupakan lembaga yang berlandaskan pada adat dan budaya yang tidak melibatkan administrasi apapun. Kemudian, para pemegang jabatan dalam lembaga adat Waerebo masih memiliki profesi utama. Jabatan lembaga adat hanya merupakan bentuk pengabdian mereka pada adat dan masyarakat. Max Weber juga menyinggung tentang otoritas sebagai bagian dari birokrasi. Max Weber mendefinisikan otoritas sebagai kekuasaan dan kemampuan seseorang untuk memaksakan kehendaknya kepada orang lain sekalipun ada perlawanan dari orang tersebut (Asnawi,2003: 229). Max Weber membagi otoritas kedalam tiga tipe berdasarkan pelegitimasiannya (Asnawi, 2003: ), yaitu: (1) otoritas dilegitimasi oleh kesucian tradisi, (2) nilai yang melegitimasi otoritas kharismatis, dan (3) otoritas legal. Untuk melihat lembaga adat masyarakat kampung Waerebo, digunakan otoritas kharismatis. Hal ini dikarenakan masyarakat Waerebo yang sangat taat pada pemimpin mereka dalam lembaga adat. Pemegang jabatan tertinggi dalam lembaga adat dinilai oleh masyarakat Waerebo memiliki kharisma karena bisa memimpin mereka dengan arif dan bijaksana. 3. Metode Penelitian Berdasarkan pada persoalan penulisan ilmiah, dalam penelitian ini data dikumpulkan menggunakan beberapa langkah berikut: 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2014: 9), penelitian kualitatif berlandaskan pada realitas atau fakta dari gejala-gejala yang ada di lapangan. Penelitian ini sangat sesuai dengan topik yang diangkat karena keberadaan lembaga adat Waerebo merupakan suatu hal yang nyata terjadi di kampung Waerebo Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kampung Waerebo, Manggarai. Alasannya karena lembaga adat yang masih bertahan keberadaannya hanya di kampung Waerebo. Selain di kampung Waerebo, lokasi penelitian kedua di kampung Kombo. Kampung Kombo merupakan lokasi pusat kegiatan pendidikan dan pertanian masyarakat kampung Waerebo. Masyarakat yang bermukim di kampung Kombo sebagian besar merupakan orang asli Waerebo.

4 3.3. Jenis Sumber Data Jenis sumber data yang digunakan adalah data primer (data yang diperoleh secara langsung dari lapangan) dan data sekunder (data yang diperoleh dari buku-buku dan dokumen terkait permasalahan yang diteliti) Teknik Pengumpulan data Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan (Sugiyono, 2014: 227) Observasi Partisipatif Menurut Sugiyono (2014: 227), obsevasi partisipatif adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap fenomena yang diteliti dimana peneliti juga berpartisipasi dalam kegiatan keseharian dari individu yang diteliti Wawancara Wawancara merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung (Usman, 2014: 55). Pada bagian wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan yang diajukan tidak keluar dari topik yang dibicarakan Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa berupa gambar, tulisan, rekaman, dan karya monumental (Sugiyono, 2014: 240). Data dokumentasi biasanya sebagai data penunjang agar data hasil wawancara dan observasi lebih kredibel Penentuan Informan Informan merupakan individu tertentu yang diharapkan dapat memberi keterangan atau informasi yang dibutuhkan peneliti berkaitan dengan masalah yang diangkat. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, yang terdiri dari informan pangkal yang mengerti dan memahami serta menjalankan lembaga adat itu sendiri (tu,a tembong dan tu a kilo), informan kunci yang memberikan informasi tentang keberadaaninforman pangkal (kepala desa Satar Lenda), dan informan tambahan yang memiliki pengetahuan terkait topik yang diteliti guna menambah informasi yang diberikan informan pangkal (tokoh masyarakat Wae Rebo dan Kombo) Teknik Analisis Data Data Reduction (Reduksi Data) Dalam tahapan ini, peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Waktu yang diperlukan oleh peneliti kurang lebih dua bulan untuk melakukan pengumpulan data Data Display (Penyajian Data) Setelah merangkum dan mencari hal-hal pokok dari data yang diperoleh dari lapangan, peneliti menyajikan data yang sudah dirangkum dalam sebuah tulisan yang sifatnya masih sementara karena akan disempurnakan lagi seiring dengan temuan data yang baru baik dari lapangan maupun dari hasil studi pustaka Conclusion Drawing/Verification Setelah data terkumpul dan disajikan kedalam sebuah tulisan, langkah selanjutnya adalah peneliti mencoba menjawab rumusan masalah yang sudah dibuat sebelumnya. Dalam menjawab rumusan masalah, selain menjawab melalui data yang diperoleh dari lapangan, peneliti juga mencoba menjawab dengan mengacu pada literatur dan kemudian mencoba mengaitkan dengan teori yang dipakai. 4. PEMBAHASAN 4.1. Lembaga Adat Di Kampung Waerebo Hingga saat ini keberadaan dari lembaga adat masyarakat Kampung Waerebo masih dipertahankan oleh masyarakatnya karena masyarakat masih ingin mempertahankan warisan budaya dan adat istiadatnya. Sebagai sebuah lembaga yang berada dibawah naungan adat istiadat, lembaga adat masyarakat Waerebo tergolong ke dalam jenis organisasi birokrasi. Dikatakan demikian karena lembaga adat masyarakat Waerebo sudah memenuhi sebagian besar karakteristik organisasi birokrasi menurut pandangan Max Weber (Asnawi, 2003: ).

5 Pertama, tugas-tugas organisasi dibagi ke berbagai posisi sebagai tugas resmi. Pada lembaga adat masyarakat Waerebo pembagian tugas dalam menjalankan fungsi dan peranannya sudah sangat jelas, dimana fokus pembagian tugas dibagi atas dua ranah yaitu tugas terkait permasalahan adat dan budaya serta tugas terkait permasalahan kehidupan keluarga dan rumah tangga. Kedua, posisi dalam kelembagaan diorganisasikan ke dalam struktur otoritas hirarkis. Menurut bapak Aleks Ngadus (tu,a tembong Waerebo) dalam wawancara tanggal 20 Maret 2016, bahwa lembaga adat masyarakat Waerebo terbagi dalam dua struktur hierarkis yaitu tu a tembong sebagai pemimpin dalam kampung dan tu a kilo sebagai bawahan tu,a tembong yang memiliki peran dalam menyelesaikan permasalahan terkait kehidupan keluarga. Ketiga, tindakan para pemegang jabatan diatur oleh sistem aturan yang ditetapkan secara formal. Bapak Frans Munir (tu,a kilo Waerebo) dalam wawancara tanggal 22 Maret 2016 menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya sehari-hari tu,a tembong dan tu,a kilo berpatokan pada hukum adat yang sudah menjadi pedoman hidup mereka sejak zaman Empo Maro menetap di Waerebo. Keempat, para pemegang jabatan harus memiliki orientasi impersonal (mengutamakan kepentingan masyarakat). Sebagai salah seorang tu,a kilo di kampung Waerebo bapak Pius Porat dalam wawancara tanggal 23 Maret 2016 menjelaskan bahwa selama menjabat sebagai salah satu tu,a kilo dia sering meninggalkan urusan pribadinya demi mengurusi permasalahan keluarga lain yang berada dibawah pimpinannya Struktur Pemegang Jabatan Lembaga Adat Masyarakat Kampung Waerebo Tu a Tembong Kampung Waerebo dipimpin oleh seorang tu a tembong yang berperan sebagai kepala kampung, tetua adat, pemimpin upacara adat, penanggung jawab atas ketujuh rumah adat (mbaru niang), mengurus pembagian lahan untuk warga, dan sebagai pusat dari struktur lembaga adat. Menurut bapak Aleks Ngadus (tu a tembongwaerebo) dalam wawancara tanggal 21 Maret 2016, bahwa untuk menjadipemegang jabatan tu a tembong sepertidirinya tidaklah mudah. Dibutuhkan kebijaksanaan, loyalitas, sikap solidaritas, dan yang paling penting untuk menjadi seorang tu a tembong adalah mengenal, memahami, dan cinta terhadap adat istiadat dan budaya Manggarai, secara khusus adat istiadat dan budaya Waerebo dan mampu untuk mempraktikkanya Tu a Kilo Tu a kilo merupakan pemimpin dalam satu keluarga. Pemimpin ini biasa diambil dari pria yang paling tua dalam keluarga tersebut. Di kampung Waerebo terdapat 8 tu a kilo yang masing-masing bermukim di ketujuh mbaru niang (rumah adat Waerebo). Tu,a kilo di kampung Waerebo memiliki ranah tugas yaitu dalam urusan menyangkut kehidupan keluarga dan kehidupan rumah tangga. Menurut penuturan bapak Wilhelmus Rupun (tu a kilo Waerebo) pada wawancara tanggal 2 April 2016, bahwa tu a kilo di kampung Waerebo harus menjadi tauladan yang baik untuk keluarga dan masyarakat, menjaga hubungan baik antar keluarga, dan yang paling penting harus bisa menjaga dan melindungi keluarganya. Otoritas tu a kilo dalam menjalankan fungsi dan perannya hanya terbatas pada ranah mengatur kehidupan keluarga dan masalah terkait kehidupan rumah tangga. Pembagian otoritas ini sengaja dilakukan agar memudahkan para pemegang jabatan tu a kilo dalam melakukan pengawasan terhadap anggota subklan yang dipimpinnya. Selain membahas mengenai otoritas dan peran dari tu a kilo, perlu diketahui bahwa setiap kilo (keluarga) memiliki ruku (tata krama) yang berbeda-beda. Bapak Bruno (tu a kilo Waerebo) pada wawancara tanggal 27 Maret 2016 mengatakan bahwa dalam sebuah kilo (keluarga) ada yang namanya ruku (tata krama). Ruku setiap keluarga itu berbeda-beda tergantung dari latar belakang keluarga mereka. Seperti ruku yang dimiliki oleh keluarga bapak Bruno. Sebagai salah seorang tu a kilo, bapak Bruno mengajarkan salah satu tata krama bagi anggota keluarganya dimana jika bertamu ke rumah warga yang lain wajib untuk memakai kain tenun songke. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan kepada anggota keluarga bagaimana cara berpakaian yang sopan apabila bertamu ke rumah orang.

6 4.3. Globalisasi dan Modernisasi Sebagai Ancaman Terhadap Eksistensi Lembaga Adat Masyarakat Waerebo Pengaruh globalisasi dan modernisasi sudah mulai masuk ke wilayah kampung Waerebo. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat Waerebo yang selama ini menjadikan adat istiadat dan budaya sebagai dasar dalam kehidupannya. Globalisasi dan modernisasi masuk ke wilayah kampung Waerebo melalui para wisatawan, para peneliti dan bahkan melalui pemerintah setempat. Globalisasi dan modernisasi yang masuk ke kampung Waerebo berdampak negatif bagi keberlangsungan lembaga adat kampung Waerebo.Globalisasi yang masuk ke kampung Waerebo ialah perubahan segala macam hal ke arah yang lebih instan atau lebih simpel melalui proses modernisasi. Modernisasi di Waerebo sendiri ditandai dengan perkembangan teknologi, perkembangan pola pikir, serta pembangunan infrastruktur yang dapat menunjang beberapa kegiatan di Waerebo. Lebih spesifik lagi globalisasi dan modernisasi yang mengancam di kampung Waerebo akan mebuat lembaga adat masyarakat Waerebo terancam keberadaannya. Dikatakan mengancam keberadaan dari lembaga adat karena modernisasi dan globalisasi membawa perubahan baru dalam dunia birokrasi dimana globalisasi dan modernisasi menawarkan sebuah sistem birokrasi baru. Sistem birokrasi baru yang dibawa oleh globalisasi dan modernisasi lebih kompleks dan melibatkan banyak oknum di dalamnya. Selain membawa perubahan dalam sistem birokrasi, globalisasi dan modernisasi juga membawa perubahan dalam hal pola pikir masyarakat. Perubahan dalam pola pikir akan merubah pandangan masyarakat terhadap suatu objek yang dilihatnya termasuk dalam hal ini merubah pandangan masyarakat Waerebo terhadap lembaga adatnya. Perubahan pola pikir akan sangat sulit untuk dihindari karena pada umumnya pola pikir dari masyarakat selalu berkembang seiring dengan hal-hal baru yang dijumpai dalam kehidupan bermasyarakatnya. Ketika globalisasi dan modernisasi menyerang masyarakat dari sisi pola pemikirannya, maka ini akan menjadi ancaman yang serius apalagi untuk produk tradisional seperti lembaga adat di kampung Waerebo. Dengan adanya pengaruh dari globalisasi dan modernisasi akan membuat masyarakat Waerebo berpikir bahwa mereka sudah jauh tertinggal dalam hal peradaban yang terjadi saat ini. Masyarakat akan berpikir bahwa tradisi dan budaya yang mereka agung-agungkan selama ini ternyata hanya membuat mereka semakin terbelakang dan tidak mampu bersaing dengan masyarakat lainnya. Pola pikir semacam ini akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap adat istiadat dan budaya mereka kemudian secara perlahan akan membuat masyarakat mengikuti pola pikir modern yang diyakini akan membawa mereka pada perubahan ke arah yang lebih baik lagi Alasan Masyarakat Kampung Waerebo Masih Mempertahankan Struktur Lembaga Adat Hingga saat ini, eksistensi lembaga adat di kampung Waerebo masih dipertahankan oleh masyarakatnya. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa kampung Waerebo merupakan salah satu kampung tradisional yang menjadi daerah tujuan wisata yang sangat terkenal di Indonesia maupun di dunia. Secara logika kita bisa berfikir bahwa dengan mendunianya kampung Waerebo, maka otomatis semua bentuk perkembangan yang ada saat ini dengan sangat mudah bisa masuk ke kampung Waerebo dan mempengaruhi tatanan sosial budaya masyarakat yang ada di sana, termasuk lembaga adatnya. Akan tetapi, hal ini sama sekali tidak mempengaruhi tatanan sosial dan budaya masyarakat Waerebo terutama pada lembaga adatnya. Sebagai warisan dari leluhur, lembaga adat Waerebo dinilai oleh masyarakatnya sebagai bentuk organisasi birokrasi yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya selalu mengutamakan rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Bapak Thomas Pakur seorang masyarkat kampung Waerebo dalam wawancara tanggal 18 April 2016, mengatakan bahwa lembaga adat di kampung Waerebo bisa menciptakan rasa aman dan nyaman bagi

7 masyarakatnya. Bagi masyarakat Waerebo yang pola hidupnya berpatokan pada adat istiadat sangat penting untuk mempertahankan lembaga adatnya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya lembaga adat di kampung Waerebo kebanyakan mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan urusan adat. Jika tidak ada lembaga adat dalam kampung Waerebo, maka masyarakat setempat akan sangat kesulitan jika ingin melaksanakan ritual upacara adat, karena orang atau sosok yang paham mengenai adat istiadat beserta ritualnya adalah para pemegang jabatan yang ada dalam lembaga adat kampung Waerebo Upaya Masyarakat Waerebo Mempertahankan Lembaga Adatnya Dalam mempertahankan keberadaan sebuah lembaga adat diperlukan Susaha atau upaya dari masyarakatnya. Upaya ini bisa berupa tindakan atau pola pikir yang sifatnya bisa menjaga dan mempertahankan keberadaan dari sebuah lembaga adat. Upaya ini harus dimiliki dan dilakukan oleh setiap masyarakat yang bernaung di bawah lembaga adat. Saat ini jumlah lembaga adat yang tersisa di Manggarai tidaklah banyak, hanya tersisa beberapa dan salah satunya di kampung Waerebo. Salah satu upaya yang dilakukan oleh masyarakat Waerebo dalam mempertahankan eksistensi lembaga adatnya adalah dengan menanamkan pengetahuan terkait adat dan budaya sejak dini kepada generasi muda kampung Waerebo. Menurut penuturan salah seorang masyarakat Waerebo (Martinus Anggo) dalam proses wawancara tanggal 10 April 2016, bahwa saat ini generasi muda di kampung Waerebo sudah mulai mengikuti tren modern baik dari segi penampilan maupun dari segi minat terhadap seni. Hal ini tentu sangat tidak baik bagi generasi muda Waerebo yang seharusnya lebih mengedepankan budaya daerahnya. Oleh karena itu, masyarakat bersama lembaga adat memiliki solusi dimana remaja di kampung Waerebo, terutama remaja laki-laki diberikan pengetahuan tentang adat dan budaya Waerebo. Pengetahuan tentang adat dan budaya ini selain diberikan secara lisan oleh para orang tua, tetapi juga diberikan melalui praktek dalam kehidupan sehari-hari. Praktek yang dimaksud disini adalah dengan melibatkan remaja pada upacara adat yang ada hubunganya dengan lembaga adat, sehingga mereka lebih cepat memahami tentang pentingnya menjaga keberadaan dari lembaga adat tersebut. Upaya lain yang dilakukan oleh masyarakat untuk mempertahankan eksistensi lembaga adat di kampung Waerebo adalah dengan membuat petemuan tiap minggunya di rumah adat. Pertemuan ini bertujuan untuk memupuk kepercayaan masyarakat terhadap pentingnya memiliki lembaga adat. Apalagi untuk masyarakat seperti masyarakat Waerebo yang melandaskan hidupnya pada adat istiadatnya. bapak Frans Munir (tu a kilo Waerebo) dalam wawancara tanggal 12 Maret 2016 mengatakan bahwa masyarakat Waerebo sangat membutuhkan lembaga adat karena kehidupan masyarakat Waerebo tidak dapat dipisahkan dari tradisi dan adat istiadat. Dalam setiap prosesi upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Waerebo selalu melibatkan oknum-oknum dari perangkat lembaga adat. 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kampung Waerebo berada dibawah naungan lembaga adat yang hingga saat ini eksistensinya masih dijaga oleh masyarakat setempat. Keberadaan lembaga adat di kampung Waerebo merupakan salah satu bentuk perjuangan dari masyarakat dalam melestarikan warisan budaya leluhur mereka. Lembaga adat di kampung Waerebo saat ini tengah berada dalam ancaman akibat adanya globalisasi dan modernisasi yang melahirkan perubahan dalam bidang teknologi, pola pikir dan beberapa fasilitas penunjang. Globalisasi dan modernisasi ini masuk di kampung Waerebo melalui para wisatan dan pengujung yang datang ke kampung Waerebo. Ancaman semacam ini memang sangat sulit untuk dihindari baik oleh lembaga adat maupun oleh masyarakat Waerebo. Perubahan-perubahan ini akan membawa lembaga adat masyarakat Waerebo berada di ambang kehancuran. Oleh karena itu, kiranya masyarakat Waerebo tidak terpengaruh oleh perubahan yang diakibatkan oleh globalisasi dan modernisasi ini. Berbagai macam alasan dan upaya telah mewarnai perjuangan masyarakat Waerebo dalam mempertahankan keberadaan lembaga adat di kampung Waerebo.

8 Ada sejumlah alasan yang membuat masyarakat Waerebo masih ingin mempertahankan eksistensi lembaga adat mereka, diantaranya karena lembaga adat merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan yang datang ke sana. Selain itu, ketidakpercayaan masyarakat kampung Waerebo terhadap pemerintahan dinas membuat mereka semakin mendekatkan diri ke lembaga adat Saran Setelah membahas mengenai eksistensi lembaga adat di kampung Waerebo, pada bagian ini ada beberapa saran yang ingin diberikan oleh penulis, diantaranya: Bagi pemerintah, baik desa maupun daerah agar lebih memperhatikan kelestarian warisan budaya kampung Waerebo termasuk lembaga adatnya. Pemerintah juga harus turun secara langsung ke lokasi kampung Waerebo untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan kampung Waerebo tanpa melalui perantara Bagi para peneliti lain yang ingin mengkaji lebih dalam mengenai kampung Waerebo dan fenomena di masyarakatnya, agar tidak selalu mengkaji tentang rumah adatnya atau tentang daya tarik wisatanya tetapi juga mengkaji hal-hal lain yang berkaitan dengan budaya Waerebo seperti contoh mengenai lembaga adat Bagi masyarakat Waerebo, agar selalu mempertahankan semua bentuk warisan budaya dari nenek moyang mereka dan jangan pernah terpengaruh oleh berbagai macam perkembangan yang masuk melalui dunia pariwisata mereka. Selain itu, masyarakat Waerebo harus saling berkoordinasi atau bekerja sama dengan lembaga pemerintahan desa maupun daerah terkait program pembangunan di kampung Waerebo. Sebuah Pelajaran Dari Masa Lalu Untuk Masa Depan. Jakarta: Gramedia. Asnawi. (2003). Denis Wrong (Ed.) Max Weber Sebuah Khazanah. Yogyakarta: Ikon Teralitera. Koentjaraningrat. (2003). Pengatar Antropologi Jilid 1. Jakarta: Rineka Cipta. Soerjono Soekanto, S. (2014). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Taneko. (1987). Hukum Adat Suatu Pengantar Awal Dan Prediksi Masa Mendatang. Bandung: Eresco. Widjaja. (2003). Pemerintahan Desa/Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wulansari, D. (2009). Sosiologi Konsep Dan Teori. Bandung: Refika Aditama. 6. Daftar Pustaka Akbar, U. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Antar, Y. (2010). Pesan Dari Wae Rebo Kelahiran Kembali Arsitektur Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI Inka Septiana Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Culture

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT) Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu yang hidup dialam ini merupakan makluk hidup

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat-nya,penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. rahmat-nya,penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya,penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian skripsi yang berjudul Upaya Masyarakat Waerebo Dalam Mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki kekayaan kebudayaan didalamnya. Selain itu menurut Koentjaraningrat (2009:165), di Indonesia

Lebih terperinci

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENGELOLAAN DAYA TARIK PARIWISATA WAEREBO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENGELOLAAN DAYA TARIK PARIWISATA WAEREBO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENGELOLAAN DAYA TARIK PARIWISATA WAEREBO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Avelina Dahom¹, Ikma Citra Ranteallo², I Nengah Punia² Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam rangka menyelesaikan penyusunan thesis ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian. Namun, sebelum menguraikan macammacam metode penelitian yang digunakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Field Research, yaitu penelitian lapangan dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini penulis mengemukakan metode penelitian yang berisi tentang (1) Jenis dan pendekatan penelitian, (2) lokasi penelitian, (3) data dan sumber data, (4) prosedur pengumpulan

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra.

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi perilaku anak yang semakin hilangnya nilai-nilai karakter bangsa. Hilangnya nilai-nilai karakter bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dilihat dari jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010 hlm.6) : Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Alokasi waktu penelitian tentang tradisi masyarakat muslim dalam membagi harta warisan secara kekeluargaan di kecamatan Jekan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA BAB 2. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Perkawinan Dini Definisi umur anak dalam Undang-undang (UU) Pemilu No.10 tahun 2008 (pasal 19, ayat1) hingga berusia 17 tahun. Di Indonesia, menurut UU No 1/1974 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk berinteraksi satu sama lain antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dimana dalam berinteraksi

Lebih terperinci

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Upacara adat nyangku merupakan upacara adat warisan dari raja-raja Panjalu yang masih menjadi tradisi turun temurun masyarakat desa Panjalu. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat penelitian penelitian lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Juli September Berikut tabel rincian waktu penelitian yang dilakukan :

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Juli September Berikut tabel rincian waktu penelitian yang dilakukan : BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Kampung Adat Pulo, DTW Candi Cangkuang, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata

Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata Hanifah Gunawan 1, Karim Suryadi 2, Elly Malihah 3 1 SMA Negeri 2 Cianjur 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi 3 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Kebudayaan merupakan salah satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh sebab itu kebudayaan

Lebih terperinci

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dengan kata lain

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dengan kata lain BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dengan kata lain seorang peneliti harus memiliki cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat)

PEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat) PEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat) Dimas Qondias Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar STKIP Citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri

Lebih terperinci

2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU

2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini arus informasi sangat mudah didapatkan karena semakin meningkatnya kemampuan manusia dalam mengembangkan intelektualnya dalam bidang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pada dasarnya membuat rencana suatu kegiatan sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Kulango Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Penelitian kualitatif adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Penelitian kualitatif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang didasarkan pada fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Penelitian kualitatif adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Sosiologi Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan kata Yunani logos yang berarti kata atau berbicara, jadi sosiologi adalah berbicara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Bogdan & Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis atau empiris. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis atau empiris. Pada BAB III METODE PENELITIAN Langkah atau metode yang digunakan dalam penelitian ini, ialah meliputi beberapa tahapan, diantaranya: A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif naturalistik, yaitu suatu pelaksanaan penelitian yang terjadi secara alamiah, apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam kepustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi obyek, sasaran suatu ilmu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian. A. Kesimpulan Umum Masyarakat Desa Cisaat Kecamatan Ciater Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian mengenai komodifikasi tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu merupakan penelitian yang dirancang sesuai dengan paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang membentang luas memiliki ragam suku bangsa beserta adat istiadat yang terbentuk akibat percampuran ras dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

DESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT

DESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT DESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT Oleh Ayu Krisna Gayatri Sari Dewi Prodi Desain Mode FSRD ISI Denpasar Abstrak Rumah tradisional mbaru niang yang terletak di Desa Wae Rebo, Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian.1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci