BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pemotongan Pajak Penghaasilan (PPh) Pasal 21

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pemotongan Pajak Penghaasilan (PPh) Pasal 21"

Transkripsi

1 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pemotongan Pajak Penghaasilan (PPh) Pasal 21 Pajak merupakan kontribusi wajib yang diberlakukan pada setiap Wajib Pajak (WP) atas objek pajak yang dimilikinya. Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas penghasilannya. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) orang pribadi dalam negeri yang perhitungan dan pemotongannya dilakukan oleh pihak pemotong kerja. Pajak Penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang pribadi atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak yang berlaku bagi pegawai adalah Pajak Penghasilan pasal 21. Pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala termasuk kepala dinas dan para pegawai yang secara teratur dan terus menerus ikut mengelola kegiatan instansi pemerintahan secara langsung. Undang-Undang yang dipakai untuk mengatur besarnya tarif pajak, tata cara prhitungan dan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 bagi pegawai tetap adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang merupakan penyempurnaan bagi Undang-Undang terdahulu yaitu Undang-Undang No.10 Tahun Undang-Undang Pajak Penghasilan telah menetapkan sistem 34

2 35 pemungutan Pajak Penghasilan secara Self Assesment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang. Dengan sistem ini pemerintah berharap agar pelaksanaan pemungutan Pajak Penghasilan dapat berjalan lebih mudah dan lancar. Dengan diadakanya penelitian ini peneliti, ingin mengetahui peran serta instansi pemerintahan khususnya pihak pemotong dalam memotong dan melaporkan Pajak Penghasilan atas gaji pegawai tetap yang dipungut atau dipotong dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Bone Bolango. Pelaksanaaan perhitungan pemotongan pajak penghasilan (PPH) pasal 21 bagi pegawai tetap yang ada di Dinas Bone Bolango, sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan, namun dalam tata cara perhitungan masih ada yang tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya di setor ke kantor perpajakn. Hal ini disebabkan oleh kesalahan bendahara dalam melakukan perhitungan dan kantor perpajakan tidak menghitung ulang setiap pegawai yang dikenakan pajak. Jumlah yang disetor oleh bendahara langsung dimasukan dalam pajak penghasiln (PPh) pasal 21 1 tanpa melakukan perhitungan ulang Analisis Perhitungan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap Analisis perhitungan pemotongan Pajak Penghasilna (PPh) pasal 21 bagi begawai tetap dengan menggunakan rumus:

3 36 PPh Pasal 21 = (Penghasilan netto-ptkp) x Tarif Pasal 17 UU PPh (Penghasilan bruto - Biaya jabatan Iuran pensiun dan Iuran THT/JHT yang dibayar sendiri PTKP) x Tarif Pasal 17 UU PPh Dengan demikian, maka perhitungan pemotongan Pajak Penghasilna (PPh) pasal 21 bagi begawai tetap di Dinas Kesehatan Bone Bolango maka dapat dihitung sebagai berikut: 1) Untuk Golongan IV a. dr. Rusli A. Katili, MARS, masa kerja 16 tahun menduduki jabatan Kepala Dinkes, status kawin mempunyai 3 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolang, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Anak (2x 2% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras (48 x Rp ,-) Rp ,00 Pembulatan Rp. (394,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00

4 37 PTKP (K/2) - Tambahan 2 orang (2x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh dr. Rusli A. Katili, MARS adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. b. Drs. Riyon Naki, M.MP, masa kerja 25 tahun menduduki jabatan sebagai Staf Dinkes, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00

5 38 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (510,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Drs. Riyon Naki, M.MP adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone

6 39 Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. c. Lunce Moha, S.KM, masa kerja 25 tahun menduduki jabatan sebagai Staf Dinkes, status kawin mempunyai 3 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Anak (2x 2% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (146,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/2) - Tambahan 2 orang

7 40 (2x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Lunce Moha, S.KM adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. d. Djonaid Tangahu, Amd, Kep.S.Pd, masa kerja 29 tahun menduduki jabatan Kabid Yankes, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (990,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00

8 41 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Djonaid Tangahu, Amd, Kep.S.Pd adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan

9 42 pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. e. Ha. Rusni Kino Doda, SKM. M.M.Kes, masa kerja 26 tahun menduduki jabatan sebagai Kabid Serba, status kawin mempunyai 3 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Anak (2x 2% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (816,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/2) - Tambahan 2 orang (2x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00

10 43 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Ha. Rusni Kino Doda, SKM. M.M.Kes adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. 2) Untuk Golongan III a. dr. Trisye Kusuma Mile, M.Kes, masa kerja 9 tahun menduduki jabatan sebagai Kabid P2M-PL, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (790,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00

11 44 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh dr. Trisye Kusuma Mile, M.Kes adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara.

12 45 b. Ridwan B. Ma ruf S.KM, M.Kes, masa kerja 24 tahun menduduki jabatan eselon IV, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (670,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00

13 46 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Ridwan B. Ma ruf S.KM, M.Kes adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. c. Gayatri Dj. Soga, S.KM, M.PH, masa kerja 18 tahun menduduki jabatan sebagai Staf Dikes, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (670,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00

14 47 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Gayatri Dj. Soga, S.KM, M.PH adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. d. Djamaludin Nento, SE, masa kerja 18 tahun menduduki jabatan sebagai Staf Dikes, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00

15 48 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (030,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Djamaludin Nento, SE adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor

16 49 pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. e. Sul Mamahit, S.KM, masa kerja 22 tahun menduduki jabatan sebagai Kasie PL, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (340,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00

17 50 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Sul Mamahit, S.KM adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. 3) Untuk Golongan II a. Muh. Taufik Ladjuba, masa kerja 3 tahun menduduki jabatan sebagai Nutrisionis Pelaksana, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (880,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00

18 51 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Muh. Taufik Ladjuba adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. b. Djeprianto Kamaru, AMG, masa kerja 5 tahun menduduki jabatan sebagai Staf Dinkes, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki

19 52 NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (290,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00

20 53 yang harus dibayar oleh Djeprianto Kamaru, AMG adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. c. Iwan Setiawan Kadir, A.MG, masa kerja 5 tahun menduduki jabatan sebagai Sanitarian Pelaksana, status kawin mempunyai 3 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Keseh atan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Anak (1x 2% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (620,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00

21 54 PTKP (K/2) - Tambahan 2 orang (2x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Iwan Setiawan Kadir, A.MG adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. d. Warman Kum, masa kerja 8 tahun menduduki jabatan sebagai Bidan Pelaksana, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00

22 55 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (050,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Warman Kum adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak

23 56 adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. e. Isminur Hamid, masa kerja 5 tahun menduduki jabatan sebagai Asisten Apoteker Pelaksana, status kawin mempunyai 2 orang telah memiliki NPWP bekerja di Dinas Kesehatan Bone Bolango, menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagai berikut: Gaji Pokok (GP) Rp ,00 Tunjangan Istri (10% x GP) Rp ,00 Tunjangan Jabatan Rp ,00 Tunjangan beras Rp ,00 Pembulatan Rp. (320,00) Jumlah penghasilan bruto Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan neto Rp ,00 12 x Rp ,00 Rp ,00 PTKP (K/1) - Tambahan 1 orang (1x Rp ,00) Rp ,00 Rp ,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp ,00

24 57 Pembulatan Rp. - Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp ,00 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Rp : 12 = Rp ,00 yang harus dibayar oleh Isminur Hamid adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Dengan demikian, maka pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. 4.2 Pembahasan Salah satu penerimaan Negara dalam perpajakan adalah Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21). PPh Pasal 21 sangat berhubungan dengan orang pribadi yang memperoleh penghasilan karena ia bekerja, memberikan jasa, atau melaksanakan kegiatan, di mana atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi tersebut akan terutang, dikenakan, dan dipotong PPh Pasal 21. PPh Pasal 21 adalah pajak atas perolehan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. Jadi, secara khusus, orang pribadi sebagai pekerja akan dikenakan PPh Pasal 21 yang di mana wajib

25 58 pajak orang pribadi harus menyetor sendiri atau membayar sendiri penghasilannya yang sudah terutang pajak ke kas Negara yang dikenal dengan sebutan self assessment sytem. Demi efektivitas, efisiensi, dan kemudahan pelaksanaannya, Indonesia menerapkan withholding system terhadap PPh Pasal 21. Dengan sistem ini, setiap pemberi kerja yang membayarkan penghasilan kepada pekerja, pelaksana kegiatan, atau pelaksana jasa wajib melakukan pemotongan pajak yang memotong memungut dan menyetor pajak yang dipotong tersebut ke kas Negara yang artinya, penghasilan yang diterima pegawai langsung dipotong oleh bendahara sehingga pegawai hanya menerima take home pay (penghasilan bersih setelah pemotongan pajak dan potongan lainnya). PPh Pasal 21 diatur Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Untuk itu, Penulis tertarik untuk meneliti, menganalisis perhitungan pajak penghasiln (PPh) bagi pegawai tetap yang dihitung oleh bendahara yaitu Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Penulis ingin menganalisis terutama dalam penghitungan p e m o t o nga n PPh Pasal 21 yang dari penghitungan pemotongan sehingga tidak ada kekeliruan dalam pembayaran pajak atas PPh pasal 21. Hal ini, dikarenakan sebagian besar bendahara kurang memahami tata cara penghitungan dan bagaimana pajak atas PPh Pasal 21 sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

26 59 Berdasarkan hasil analisis bahwa dari 15 responden yang ada di Dinas Kesehatan Bone Bolango, yakni pegawai tetap golongan IV, III, dan II. Dari hasil perhitungan untuk golongan IV atas atas nama dr. Rusli A. Katili, MARS adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Drs. Riyon Naki, M.MP adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Lunce Moha, S.KM adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Djonaid Tangahu, Amd, Kep.S.Pd adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Sedangkan Ha. Rusni Kino Doda, SKM. M.M.Kes adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Untuk lebih jelasnya selisih antara perhitungan pemotongan yang dilakukan oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango dengan hasil analisis dapat dilihat pad tabel 2 berikut.

27 60 Tabel 5. Perhitungan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap di Dinas Bone Bolango Golongan IV No. Nama Perhitungan Perhitungan Bendahara Perapakan Selisih Keterangan 1 dr. Rusli A. Katili, MARS Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kekurangan 2 Drs. Riyon Naki, M.MP Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kelebihan 3 Lunce Moha, S.KM Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kelebihan 4 Djonaid Tangahu, Amd, Kep.S.Pd Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kelebihan 5 Ha. Rusni Kino Doda, Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kelebihan SKM. M.M.Kes Untuk golongan III atas nama dr. Trisye Kusuma Mile, M.Kes adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Ridwan B. Ma ruf S.KM, M.Kes adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Gayatri Dj. Soga, S.KM, M.PH adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Djamaludin Nento, SE adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Sedangkan Sul Mamahit, S.KM adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kelebihan sebesar Rp ,00. Untuk lebih jelasnya selisih antara perhitungan pemotongan yang dilakukan oleh

28 61 bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango dengan hasil analisis dapat dilihat pad tabel 3 berikut. Tabel 6. Perhitungan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap di Dinas Bone Bolango Golongan III No. Nama Perhitungan Perhitungan Bendahara Perapakan Selisih Keterangan 1 dr. Trisye Kusuma Mile, Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kelebihan M.Kes 2 Ridwan B. Ma ruf S.KM, Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kelebihan M.Kes 3 Gayatri Dj. Soga, S.KM, Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kekurangan M.PH 4 Djamaludin Nento, SE Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kekurangan 5 Sul Mamahit, S.KM Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kelebihan Selanjutnya golongan II atas nama Muh. Taufik Ladjuba adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Djeprianto Kamaru, AMG adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Iwan Setiawan Kadir, A.MG adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Warman Kum adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Sedangkan Isminur Hamid adalah sebesar Rp ,00, namun yang disetor oleh bendahara Dinas ke kantor pajak adalah sebesar Rp ,00. Hal ini terdapat kekurangan sebesar Rp ,00. Untuk lebih jelasnya selisih antara perhitungan pemotongan yang

29 62 No. dilakukan oleh bendahara Dinas Kesehatan Bone Bolango dengan hasil analisis dapat dilihat pad tabel 4 berikut. Tabel 7. Perhitungan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap di Dinas Bone Bolango Golongan II Nama Perhitungan Bendahara Perhitungan Perapakan Selisih Keterangan 1 Muh. Taufik Ladjuba Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kekurangan 2 Djeprianto Kamaru, AMG Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kekurangan 3 Iwan Setiawan Kadir, A.MG Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kekurangan 4 Warman Kum Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kekurangan 5 Isminur Hamid Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Kekurangan Berdasarkan data hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 masih terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh bendahara. Kekeliriuan tersebut berupa kekurangan dan kelebihan pajak yang secara keseluruhan dapai di lihat pada tabel 8 di bawah ini: Tabel 8. Rekapitulasi Kekurangan dan Kelebihan Pajak Penghasilan Bagi Pegawai Tetap di Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango No. Nama Kekurangan Kelebihan Selisih 1. IV Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 2. III Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 3. II Rp ,00 - (Rp ,00) Total Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Data di atas menunjukkan bahwa perhitungan yang dilakukan oleh bendahara dengan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti bahwa total pajak yang bayar oleh bendahara memiliki kekurangan Rp ,00 dan kelebihan sebesar Rp ,00, sehingga selisih yang menjadi pajak terutang sebesar Rp ,00.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM DIRJEN PAS EDI WAHYUDI /

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM DIRJEN PAS EDI WAHYUDI / ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM DIRJEN PAS EDI WAHYUDI /42211314 Pembimbing: Dr. Misdiyono SE.,MM. Latar Belakang Masalah Pajak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah Keramik Kegiatan kewajiban pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan pasal 21 karyawan, dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 262/PMK.03/2010 TENTANG : TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI DAN PENSIUNANNYA ATAS PENGHASILAN

Lebih terperinci

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor, tanggal 80 Tahun 2010 20 Desember 2010 Mulai berlaku : 1 Januari

Lebih terperinci

BAGIAN PERTAMA: PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21. I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

BAGIAN PERTAMA: PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21. I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI DAN PENSIUNANNYA ATAS PENGHASILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Negara Indonesia terus berkembang dan pembangunan yang dilaksanakan dewasa ini sangat meningkat. Pembangunan dalam suatu negara merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor pajak merupakan penerimaan terbesar negara. Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 sebagai perubahan keempat atas Undang- Undang Nomor 6 tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014 ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014 Oleh : Santi Endriani * Abstrak Penghasilan adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Sesuai dengan Undang-undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 dan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-545/PJ/2000 sebagaimana

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PPH 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA JAKARTA KOJA. : Rezha Riski Ria NPM : Program Studi : DIII Manajemen Keuangan

PERHITUNGAN PPH 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA JAKARTA KOJA. : Rezha Riski Ria NPM : Program Studi : DIII Manajemen Keuangan PERHITUNGAN PPH 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA JAKARTA KOJA Nama : Rezha Riski Ria NPM : 57213526 Program Studi : DIII Manajemen Keuangan LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena pajak merupakan salah sumber utama penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil dan Pembahasan 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh pasal 21. Perhitungan pajak PPh 21 tidak akan terlepas dari bagian-bagian

Lebih terperinci

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta sebagai pendorong kegiatan perekonomian. Fakta yang ada menunjukan bahwa

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta sebagai pendorong kegiatan perekonomian. Fakta yang ada menunjukan bahwa ANALISIS PERHITUNGAN, PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21 PADA PEGAWAI TETAP DI KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA GORONTALO Renald Idrus Nim: 921409032

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarka undang-undang (yang dapat dipaksakan). Dengan tiada mendapat jasa mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA IV.1 Evaluasi Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Sesuai dengan UU PPh no. 17 Tahun 2000, setiap

Lebih terperinci

Kasus : A. Pegawai Tetap

Kasus : A. Pegawai Tetap Kasus : A. Pegawai Tetap No-Urut : ---- Gaji Pokok Rp 138.000.000 (A.1) Tunjangan lainnya Rp 21.000.000 (A.3) Honorarium dan Imbalan sejenisnya Rp 15.000.000 (A.4) Jumlah Penghasilan Bruto Teratur (A1s/d

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS IV.1 Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan PPh Pasal 21 PT BPR WS Perencanaan merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Pasal 22 1. Analisis Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Berdasarkan sistem self assessment

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang terbesar dan sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal BADAN ORANG PRIBADI Syarat Objektif Syarat Subjektif Wilayah tempat kedudukan KANTOR PELAYANAN PAJAK Wilayah tempat tinggal Fungsi NPWP - Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan - Sebagai identitas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah penduduk menjadi indikator penting dalam suatu negara. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran dan pembangunan

Lebih terperinci

Magdalena Judika Siringoringo. Oloan Simanjuntak

Magdalena Judika Siringoringo. Oloan Simanjuntak ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MENURUT UU NO. 36 TAHUN 2008 SEBUAH KAJIAN INTERPRETIVE PADA KANTOR DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR Magdalena Judika Siringoringo Oloan

Lebih terperinci

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana Meitri Megawati 41209141 3DA03 PENDAHULUAN Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pajak di Indonesia adalah alat fiskal yang sangat penting, terbukti hampir 80% dana yang bersumber dari APBN berasal dari pajak. Pajak merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Menurut S.I. Djajadiningrat (dalam Siti Resmi, 2011:1), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai Negara berkembang, Indonesia senantiasa berusaha untuk meningkatkan pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu: PERPAJAKAN ORGANISASI NIRLABA Tri Purwanto Pengantar Pajak Organisasi Nirlaba UU No 28 Th 2007 ttg KUP Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembangunan adalah usaha yang dilakukan terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, baik secara materiil maupun spiritual. Seperti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis penerapan perencanaan pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima karyawan dengan menggunakan metode net dan gross up 1. Perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Nama/NPM Pembimbing : Kanip/24213760 : Widada, SE., MM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia disamping sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat penting peranannya bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak terlepas dengan kebijakan di bidang perpajakan baik pajak pusat maupun pajak daerah. Setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari setiap negara termasuk Indonesia adalah menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah melakukan pembangunan

Lebih terperinci

Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan.

Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan. Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor : SE-38/A/521/0395 Tanggal : 15 Maret 1995 Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan. 1. Penghitungan PPh Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berupaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, baik secara materiil maupun spiritual melalui

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO Meyliza Dalughu Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Samratulangi Manado E-Mail: meylizaherawaty@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Surat Keterangan Penelitian

Surat Keterangan Penelitian Surat Keterangan Penelitian Dengan ini kami menyatakan bahwa mahasiswa : Nama : Merry Ria Hendrawan NIM : 05.60.0160 Perguruan Tinggi Fakultas / Jurusan : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang :

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Dari analisa yang telah dilakukan, berikut adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini: 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan a. Orang pribadi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama apapun sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Perpajakan merupakan disiplin ilmu yang dinamis, yang ketentuannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Perpajakan merupakan disiplin ilmu yang dinamis, yang ketentuannya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Perpajakan merupakan disiplin ilmu yang dinamis, yang ketentuannya dapat berubah sesuai situasi, kondisi mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru untuk mengisi kas negara, yang mana akan dipergunakan untuk membiayai segala keperluan

Lebih terperinci

NAMA : PRABU DHARMAWAN ARIF NPM : PEMBIMBING : Dr. DIONYSIA KOWANDA, SE.,MMSI

NAMA : PRABU DHARMAWAN ARIF NPM : PEMBIMBING : Dr. DIONYSIA KOWANDA, SE.,MMSI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TAHUN 2012 (STUDI KASUS PADA DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN) NAMA : PRABU DHARMAWAN ARIF NPM : 45211545 PEMBIMBING : Dr.

Lebih terperinci

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah: PPh Pegawai Tidak Tetap Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil

Lebih terperinci

: Yoseph Reinhard. : D3 Akuntansi Komputer

: Yoseph Reinhard. : D3 Akuntansi Komputer Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Orang Pribadi (Pegawai Tetap) Suku Dinas Penertiban Dan Pengawasan Bangunan Di Walikota Jakarta Selatan Nama Npm/Kelas Jurusan Pembimbing : Yoseph Reinhard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar

Lebih terperinci

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 SPT Masa Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Formulir ini digunakan untuk melaporkan kewajiban Pemotongan Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 SPT rmal SPT Pembetulan Ke- - Tahun Kalender Formulir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan penerimaan Negara saat ini sangat penting serta mempunyai kedudukan yang strategis karena untuk peningkatan pembangunan Nasional. Hal ini karena tidak

Lebih terperinci

Judul : Evaluasi Kewajiban Perpajakan Pasal 21 PT ABC Studi Kasus di Kantor Sopindo Consulting Nama : Juniar Tigva Boru NIM : ABSTRAK

Judul : Evaluasi Kewajiban Perpajakan Pasal 21 PT ABC Studi Kasus di Kantor Sopindo Consulting Nama : Juniar Tigva Boru NIM : ABSTRAK Judul : Evaluasi Kewajiban Perpajakan Pasal 21 PT ABC Studi Kasus di Kantor Sopindo Consulting Nama : Juniar Tigva Boru NIM : 1406043078 ABSTRAK PT ABC merupakan wajib pajak badan yang wajib melaksanakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Tata Cara Perhitungan, Pemotongan, dan Pelaporan PPh Pasal 21 atas Gaji Karyawan Tetap dengan Penghasilan Bulanan

ABSTRAK. Kata Kunci : Tata Cara Perhitungan, Pemotongan, dan Pelaporan PPh Pasal 21 atas Gaji Karyawan Tetap dengan Penghasilan Bulanan Judul : Tata Cara Perhitungan, Pemotongan, Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Atas Gaji Karyawan Tetap Dengan Penghasilan Secara Bulanan Pada PT. Y Nama : Putu Mita Ary Kusuma Sari Nim : 1406043022 ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segi ekonomi, pajak merupakan perpindahan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Bagi sektor publik, pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

PPh 21 UNTUK PEGAWAI TETAP DENGAN AGEN PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA NAMA : TICHA BUNGA.R NPM : PEMBIMBING : EMMY INDRAYANI, Dr.

PPh 21 UNTUK PEGAWAI TETAP DENGAN AGEN PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA NAMA : TICHA BUNGA.R NPM : PEMBIMBING : EMMY INDRAYANI, Dr. PERBEDAAN PEMOTONGAN PPh 21 UNTUK PEGAWAI TETAP DENGAN AGEN PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 NAMA : TICHA BUNGA.R NPM : 40209386 PEMBIMBING : EMMY INDRAYANI, Dr. BAB I PENDAHULUAN Pajak merupakan iuran

Lebih terperinci

Makalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21

Makalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21 Makalah Perpajakan Perhitungan PPh 21 Disusun oleh: Kelompok 1 Reza Maulana A (115030201111046) Fidya Gumilang A (115030201111076) Nurul Qomaria (115030201111078) JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4, maka dapat disimpulkan: 1. Alternatif perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21 yang paling efisien

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012 Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991) Pajak merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang...1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang...1 ABSTRAK Didalam menjalankan usahanya, suatu perusahaan diwajibkan untuk memotong PPh Pasal 21 terhadap pegawai-pegawainya. Berdasarkan Undangundang Perpajakan No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari dana publik yang harus dikelola

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari dana publik yang harus dikelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber penerimaan negara berasal dari dana publik yang harus dikelola secara bertanggung jawab. Pengelolaan keuangan publik pemerintah pusat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Pajak Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN. karyawannya dan PT. pelangi elasindo menanggung semua PPh Pasal 21 yang

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN. karyawannya dan PT. pelangi elasindo menanggung semua PPh Pasal 21 yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN Sesuai dengan ketentuan UU PPh No. 17 tahun 2000, setiap pemberi kerja wajib untuk melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara melakukan proses pembangunan yang terus berkesinambungan dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju. Indonesia sebagai negara berkembang

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Soemitro dalam Siti Resmi (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.36 tahun 2008, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan merupakan salah satu atau sebagian besar sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan merupakan salah satu atau sebagian besar sumber penerimaan negara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran wajib yang diberlakukan bagi setiap wajib pajak atas obyek pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Karena

Lebih terperinci

Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Untuk Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Imigrasi Kelas II Depok

Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Untuk Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Imigrasi Kelas II Depok Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Untuk Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Imigrasi Kelas II Depok Nama : Bakti Ramanda NPM : 21212354 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Rina Nofiyanti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki jumlah populasi penduduk yang sangat besar, dimana

Lebih terperinci

b. PPh 21 seminggu = PPh 21 sebulan dibagi empat

b. PPh 21 seminggu = PPh 21 sebulan dibagi empat PERTEMUAN KE-9 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PPh 21 atas karyawan tetap dengan upah mingguan, harian, dan PPh 21 atas penghasilan pensiunan serta Atas penghasilan tidak teratur 1. PPh 21 Atas karyawan tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemakmuran rakyat dalam suatu Negara harus diperhatikan, karena hal tersebut dapat membantu perkembangan kemajuan Negara. Untuk mewujudkan kemakmuran rakyat,

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN SMA SUMBANGSIH. Nama : Tri Astuti NPM : Kelas : 3EB17

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN SMA SUMBANGSIH. Nama : Tri Astuti NPM : Kelas : 3EB17 ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN SMA SUMBANGSIH Nama : Tri Astuti NPM : 29210341 Kelas : 3EB17 LATAR BELAKANG Undang-undang Pajak menganut sistem Self Assessment, yaitu suatu

Lebih terperinci

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak Modul ke: Perpajakan I PPh 21 Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi S1. Akuntansi Pemotong PPh Pasal 21/26 pemberi kerja yang terdiri dari: a.orang pribadi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Perpajakan 2.2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum Perpajakan Tahun 2007, Pajak didefinisikan sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 21 Pada PT. XYZ. : Dedi Sudjana NPM : Dosen Pembimbing : Riyanti SE., MM.

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 21 Pada PT. XYZ. : Dedi Sudjana NPM : Dosen Pembimbing : Riyanti SE., MM. PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 21 Pada PT. XYZ Nama : Dedi Sudjana NPM : 21212794 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Riyanti SE., MM. Latar Belakang Masalah Dari berbagai jenis

Lebih terperinci

Judul : Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Pegawai Tetap dengan Menerapkan Metode Gross-Up sebagai Upaya Perencanaan Pajak.

Judul : Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Pegawai Tetap dengan Menerapkan Metode Gross-Up sebagai Upaya Perencanaan Pajak. Judul : Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Pegawai Tetap dengan Menerapkan Metode Gross-Up sebagai Upaya Perencanaan Pajak. Nama : I Putu Dedy Sentosa NIM : 1406043018 ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan bertugas memberikan layanan kesehatan kepada pasien dalam rangka membantu menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung. berhubungan dengan teori teori keahlian yang diterima di bangku

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung. berhubungan dengan teori teori keahlian yang diterima di bangku BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PKLM Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah suatu cara kerja yang langsung dipraktikkan atau dilakukan mahasiswa secara mandiri. yang bertujuan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000 A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini lebih dari separuh penerimaan Negara disumbangkan dari sektor pajak. Sektor pajak masih menjadi prioritas yang utama di Indonesia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang harus dicapai baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang harus dicapai baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang mempunyai misi dan tujuan yang harus dicapai baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. Secara umum tujuan perusahaan

Lebih terperinci

M. TAHIR MATTATA STIE-YPUP

M. TAHIR MATTATA STIE-YPUP PERLAKUAN AKUNTANSI DAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN BOMBANA (SULAWESI TENGGARA) M. TAHIR MATTATA STIE-YPUP Makassar ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata materil dan spirituil.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata materil dan spirituil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan, terencana, menyeluruh, terpadu, terarah yang bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN Thomas Sumarsan Goh Dosen FE Universitas Methodist Indonesia ABSTRAK PPh Pasal 21 merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat peringkat 4 dari seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Terlebih lagi perusahaan yang berskala nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Terlebih lagi perusahaan yang berskala nasional dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi perusahaan, pajak merupakan salah satu unsur yang penting dalam operasional perusahaan. Terlebih lagi perusahaan yang berskala nasional dan multinasional, perusahaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM. PENGHASILAN Oleh Iwan Sidharta, MM. Penghasilan Penghasilan Dari Kegiatan Usaha Penghasilan Sebagai Karyawan Gaji Upah Tunjangan Honor Komisi, bonus Hadiah Penghasilan Yang Merupakan Objek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

PEMOTONGAN PPh PASAL 21

PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PEMOTONGAN PPh PASAL 21 1 Dasar Hukum 1. Pasal 21, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008

Lebih terperinci

3 Tipe Perhitungan Pajak Penghasilan

3 Tipe Perhitungan Pajak Penghasilan 3 Tipe Perhitungan Mengelola Tim dan Isu Terkait Legal Mengelola Tim HASIL KOLABORASI OLEH TIM: DITULIS & DIADAPTASI OLEH: Vania Utami Gunawan TERINSPIRASI DARI: Online Pajak,(2015), PPh Pasal 21: Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keuangan. Sedangkan bagi Pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara keuangan. Sedangkan bagi Pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan salah satu aspek penting dalam perusahaan dan Pemerintah. Bagi perusahaan pajak merupakan cerminan kinerja perusahaan secara keuangan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan

BAB III PEMBAHASAN. A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan 37 BAB III PEMBAHASAN A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Berikut ini akan disajikan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dengan metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi ketergantungan Negara kita terhadap hutang luar negeri. Sektor pajak

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi ketergantungan Negara kita terhadap hutang luar negeri. Sektor pajak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Negara kita terhadap hutang luar negeri. Sektor pajak dianggap pilihan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan. No.691, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara, wilayah atau daerah dinilai maju dan berkembang dapat dilihat dari pembangunannya. Maka dari itu pemerintah Indonesia harus berusaha mencapai target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi ekonomi cukup tinggi, potensi yang diperhatikan dunia internasional. Oleh sebab itu diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu

Lebih terperinci