KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SATUAN KERJA NON-VERTIKAL TERTENTU PERENCANAAN DAN PENGWASAN JALAN DAN JEMBATAN (P2JJ) PROVINSI SUMATERA BARAT JL. Rasuna Said No. 85 A Padang Telp (0751) Faks (0751) Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized LARAP (LAND ACQUSITION AND RESETTLEMENT ACTION PLAN) PELEBARAN JALAN MANGGOPOH - PADANGSAWAH (RUAS 047.1) Maret 2011 i

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR iii DAFTAR LAMPIRAN iv BAB I PENDAHULUAN DAN DESKRIPSI PROYEK 1 Latar Belakang 1 Lokasi Rencana Kegiatan 2 Dimensi Teknis Kegiatan 3 Metodologi 3 BAB II SURVEY SOSIAL EKONOMI DAN INVENTARISASI ASET 7 Gambaran Umum Daerah Penelitian 7 Identifikasi Data Lapangan 10 BAB III KOMPENSASI BANGUNAN, TANAMAN DAN PENANGANAN 23 PASAR BAWAN Prinsip Kompensasi 23 Estimasi Anggaran Kompensasi 27 BAB IV RENCANA AKSI 31 Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemindahan Penduduk 31 Prosedur dan Proses Pembebasan 32 Prosedur Penanganan Keluhan 35 Monitoring dan Pelaporan 36 Jadwal Pelaksanaan 37 LAMPIRAN ii

3 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Lokasi Administrasi Pelebaran Jalan Ruas di Kabupaten Agam 2 Tabel 1.2 Dimensi Teknis Rencana Pelebaran Ruas Jalan Nasional Manggopoh 3 Padangsawah Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Nagari yang dilewati ruas jalan di Kabupaten Agam 7 (Keadaan Tahun 2008) Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Nagari yang dilewati ruas jalan di Kabupaten Pasaman 9 (Keadaan Tahun 2008) Tabel 2.3 Pekerjaan Utama Penduduk (10 Tahun ke atas) di Nagari Ladangpanjang 9 (Keadaan Tahun 2008) Tabel 2.4 Distribusi Kuisioner Berdasarkan Kecamatan dan Nagari 14 Tabel 3.1 Harga Patokan Pemerintah berdasarkan Konstruksi Bangunan 23 Tabel 3.2 Harga Pasar Bangunan berdasarkan Fungsi dan Konstruksi 24 Tabel 3.3 Harga Pasar Bangunan lainnya sesuai dimensi dan Jenis Konstruksi 24 Tabel 3.4 Harga Patokan Pemerintah untuk Tanaman Ekonomi 25 Tabel 3.5 Harga Pasar (perkiraan) untuk Tanaman Ekonomi 25 Tabel 3.6 Hasil Studi LARAP untuk Tanaman Ekonomi 25 Tabel 3.7 Rekapitulasi Biaya Larap Pelebaran Jalan Nasional Manggopoh 27 Padangsawah di Wilayah Kabupaten Agam Tabel 3.8 Perhitungtan Biaya Gantirugi Bangunan Penduduk menurut Wilayah 28 Administrasi Kabupaten Agam Tabel 3.9 Perhitungtan Biaya Gantirugi Bangunan Penduduk lainnya menurut Wilayah 28 Administrasi Kabupaten Agam Tabel 3.10 Perhitungtan Biaya Gantirugi Tanaman Ekonomi Penduduk menurut Wilayah 29 Administrasi Kabupaten Agam Tabel 3.11 Perhitungtan Biaya Penanganan Pasar Bawan 29 Tabel 3.12 Perhitungtan Biaya Gantirugi Bangunan Penduduk menurut Wilayah 30 Administrasi Kabupaten Pasaman Tabel 3.13 Perhitungtan Biaya Gantirugi Bangunan Penduduk lainnya menurut Wilayah 30 Administrasi Kabupaten Pasaman Tabel 4.1 Rencana Kerja Pembebasan Lahan Peningkatan 38 Ruas Jalan Manggopoh Padangsawah (Ruas 047.1) di Kabupaten Agam Tabel 4.2 Rencana Kerja Pembebasan Lahan Peningkatan Ruas Jalan Manggopoh Padangsawah (Ruas 047.1) di Kabupaten Pasaman 39 iii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Ilustrasi pencapaian lokasi Ruas Gambar 1.2 Bagan Alir Metoda Penelitian LARAP 6 Gambar 2.1 Diagram Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten Agam 15 Gambar 2.2 Diagram Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten Pasaman 15 Gambar 2.3 Diagram Pendapatan Responden di Kabupaten Agam 16 Gambar 2.4 Diagram Pendapatan Tambahan dari Responden 16 Gambar 2.5 Diagram Pendapatan Responden di Kabupaten Pasaman 16 Gambar 2.6 Diagram Pendapatan Tambahan dari Responden Kabupaten Pasaman 17 Gambar 2.7 Diagram Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 17 Gambar 2.8 Diagram Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 17 Gambar 2.9 Diagram Responden Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Agam 18 Gambar 2.10 Diagram Responden Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Pasaman 18 Gambar 2.11 Diagram Pengaruh Proyek terhadap Perekonomian Kabupaten Agam 18 Gambar 2.12 Diagram Pengaruh Proyek terhadap Perekonomian Kabupaten Pasaman 19 Gambar 2.13 Diagram Pendapatan Responden K5 di Pasar Bawan 19 Gambar 2.14 Diagram Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Pedagang 20 Gambar 2.15 Diagram Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Pedagang 20 Gambar 2.16 Diagram Persepsi Pedagang tentang Rencana Kegiatan 20 Gambar 2.17 Diagram Tanggapan Pedagang tentang Penataan Pasar 21 Gambar 2.18 Diagram Persepsi Masyarakat tentang Rencana Kegiatan di Kabupaten Agam 21 Gambar 2.19 Diagram Persepsi Masyarakat tentang Rencana Kegiatan di Kabupaten Pasaman 21 Gambar 2.20 Diagram Bentuk Kompesasi yang dikehendaki Masyarakat Agam 22 Gambar 2.21 Diagram Bentuk Kompesasi yang dikehendaki Masyarakat Pasaman 22 iv

5 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 1. Tabel Aset Terkena Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh Padangsawah 1.a. Tabel Daftar Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh - Padangsawah Sesuai Wilayah Administrasi Kecamatan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam Bangunan 1.b. Tabel Daftar Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh - Padangsawah Sesuai Wilayah Administrasi Kecamatan Kecamatan IV Nagari Kabupaten Agam Bangunan 1.c. Tabel Daftar Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh - Padangsawah Sesuai Wilayah Administrasi Kecamatan Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Bangunan 1.d. Tabel Daftar Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh - Padangsawah Sesuai Wilayah Administrasi Kecamatan Kecamatan III Nagari Kabupaten Pasaman Bangunan 1.e. Tabel Pedagang K5 Di Pasar Bawan TerkenaYang Pembebasan Proyek Lampiran 2 Format Risalah Konsultasi dan Sosialisasi Lampiran 3 Flowchart Mekanisme Penanganan Keluhan Lampiran 4 Formulir Monitoring dan Evaluasi Bulanan Pelaksanaan LARAP Lampiran 5 a. Rekapitulasi Perhitungan Gantirugi Pelebaran Jalan Link b. Perhitungan Gantirugi Pelebaran Jalan Link di Kabupaten Agam c. Perhitungan Gantirugi Pelebaran Jalan Link di Kabupaten Pasaman Lampiran 6 a. Peta Lokasi Ruas Jalan Manggopoh Padangsawah (Link 047.1) 4 Lembar b. Gambar Profil Perencanaan di Manggopoh c. Gambar Cross Section di Manggopoh d. Gambar Profil Perencanaan di Pasar Bawan e. Gambar Cross Section di pasar Bawan f. Gambar Profil Perencanaan di Padangsawah g. Gambar Cross Section di Padangsawah Lampiran 7 a. Bahan Pengumuman kepada Warga Sebelum Pelaksanaan Penelitian LARAP b. Undangan, Daftar Hadir dan Notulasi Workshop Larap oleh Bintek PU Bina Marga c. Surat Kepala Dinas Binamarga, Tatruang dan Pemukiman tentang Jadual Sosialisasi, Bahan Informasi Proyek dan Dokumentasi Penempelan Materi Informasi di Kantor Camat dan Kantor Walinagari di Wilayah Studi v

6 LATAR BELAKANG 1. Peningkatan kinerja melalui pelebaran pada Jalan Nasional Ruas Mangopoh Padangsawah (Ruas 047.1) dilakukan dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan sehingga dapat memberikan kenyamanan dan kelancaran bagi penggunanya. Pelebaran yang seluruhnya dilaksanakan di dalam RUMIJA sepanjang 32,000 KM dari KM sampai KM dari Kota Padang ini, dimulai dari Manggopoh Kabupaten Agam sampai Padangsawah Nagari Ladang Panjang Kabupaten Pasaman. 2. Walau proyek pelebaran jalan akan dilakukan di tanah milik negara, namun masih memerlukan pembebasan, terutama terhadap bangunan dan tanaman milik masyarakat yang berada di dalam RUMIJA. Oleh karena itu, proyek tidak memerlukan pembebasan tanah. Isu lain yang perlu diperhatikan adalah keberadaan pedagang kaki lima (Padangan K5) yang berjualan di sepanjang pinggir jalan dan penggunaan bahu jalan sebagai tempat parkir. Kondisi ini menjadi faktor utama terjadinya kemacetan lalu lintas di depan Pasar Bawan, terutama pada hari pasar lokal (setiap hari Jumat). Karena pembebasan tanah dan restrukturisasi pasar sering menimbulkan dampak sosial dan ekonomi, maka sesuai petunjuk Prosedur Operasional World Bank, OP 4.12, harus ditangani dengan panduan atau kerangka acuan kerja yang jelas, seperti Rencana Aksi Pembebasan Tanah dan Pemukiman Kembali (Land Acquisition and Resettlement Action Plan /LARAP). 3. LARAP adalah suatu kegiatan pencarian pola aksi dalam pembebasan lahan, bangunan dan tanaman (Land Acquisition) serta pemindahan penduduk (Resettlement) yang menggunakan pendekatan partisipasi, sehingga mendapatkan suatu kerangka kerja dalam pelaksanaan kegiatan pembebasan yang dibutuhkan dalam pembangunan. Namun kegiatan pelebaran Ruas Jalan Mangopoh Padangsawah ini tidak memerlukan pemindahan penduduk. Hasil studi dan pendataan terhadap masyarakat yang terkena pelebaran jalan, akan dijadikan dasar dalam proses pembebasan lahan sesuai tujuan sebagaimana disebutkan berikut ini. a) Memperkirakan secara baik dan akurat tentang jumlah penduduk, bangunan dan tanaman yang akan terkena pelebaran jalan. 1

7 b) Memperkirakan secara baik dan akurat tentang nilai atau harga bangunan dan tanaman yang akan terkena proyek, c) Mengajukan pola penataan kawasan Pasar Bawan dengan tetap memperhatikan inspirasi masyarakat, sehingga pelebaran yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja jalan tidak menimbulkan konflik penggunaan dengan masyarakat. LOKASI RENCANA KEGIATAN 4. Pelebaran yang merupakan bagian dari Trans Sumatra Jalur Barat sepanjang 32,000 KM ini, dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja jalan yang akhirnya akan memperlancar moda angkutan dari dan menuju Padang (Pelabuhan Teluk Bayur). Secara administratif kegiatan ini berada pada 2 Kabupaten dan 4 kecamatan yang meliputi masing-masing meliputi satu Nagari (setingkat Desa) sebagaimana disampaikan pada tabel berikut ini. Detail peta dapat dilihat pada lampiran 6. Tabel 1.1. Lokasi Administrasi Pelebaran Jalan Ruas di Kabupaten Agam No. KABUPATEN / KECAMATAN NAGARI A. KABUPATEN AGAM 1. Kecamatan Lubuakbasuang Manggopoh 2. Kecamatan IV Nagari Bawan 3. Kecamatan Palembayan Silareh Aia B. KABUPATEN PASAMAN 1. Kecamatan III Nagari Ladang Panjang 5. Ruas sepanjang 32,000 KM ini dimulai dari Sta di Simpang Manggopoh Kecamatan Lubukbasung Kabupaten Agam atau pada KM dari Kota Padang, dan berakhir di Padangsawah Nagari Ladang Panjang Kecamatan III Nagari Kabupaten Pasaman atau Sta atau KM dari Kota Padang. Bila ditinjau dari wilayah administrasinya, maka 31,650 Km ruas jalan ini berada di wilayah Kabupaten Agam, yakni dari Sta sampai Sta atau (KM atau KM ) dari Kota Padang, dan hanya 0,350 Km di Kabupaten Pasaman yakni dari KM sampai KM Gambar 1.1 lustrasi pencapaian lokasi Ruas Pada ruas jalan ini sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, ditemukan fasilitas pasar yakni Pasar Bawan yang keberadaanya bersempadan atau yang sangat dekat dengan pinggir jalan. Pada saat 2

8 hari pasar, yakni Jumat, di lokasi ini sering terjadi kemacetan akibat pasar tumpah dan banyaknya kendaraan yang parkir di pinggir jalan. Upaya penataan pedagang pada hari pasar sering dilakukan, namun belum memberikan hasil yang optimal. Di sisi lain hasil observasi mendapatkan bahwa rollen jalan - lahan kosong antara bangunan dan pinggir RUMIJA - yang merupakan milik masyarakat setempat sebagiannya telah disewakan kepada pedagang K5 sehingga mengakibatkan pedagang K5 lainnya, sering menggunakan bahu jalan untuk menggelar dagangannya. Hal inilah yang sering menyebabkan kemacetanan pada setiap Hari Pasar. DIMENSI TEKNIS KEGIATAN 7. Berdasarkan studi Detail Engineering Design (DED), pelebaran jalan yang direncanakan akan menjadikan ruas jalan ini dengan lebar perkerasan 7,0 m yang dilengkapi dengan bahu jalan dan saluran drainase. Dimensi teknis rencana pelebaran sebagaimana disajikan pada Tabel 1.2. di bawah, sedangkan Typical Cross section disajikan dalam lampiran. Tabel 1.2. Dimensi Teknis Rencana Pelebaran Ruas Jalan Nasional Manggopoh Padangsawah No. Perencanaan Satuan Dimensi 1. Lebar Badan Jalur meter 7,00 2. Lebar bahu jalan (Kiri dan Kanan) meter 4,00 3. Lebar Drainase (Kiri dan Kanan) meter 1,00 4. Kemiringan Normal Perkerasan % 2,00 5. Kemiringan Bahu Jalan % 4,00 Sumber : P2JJ Provinsi Sumatera Barat, METODOLOGI 8. Identifikasi aset terkena dampak, baik yang dimiliki masyarakat, mau pun koorporat atau pemerintah, dilakukan melalui survey lapangan dengan memperhatikan posisinya terhadap RUMIJA. Pencatatan aset di dalam RUMIJA dilakukan untuk kemudian diteliti lebih lanjut. Penelitian terhadap aset masyarakat dilakukan melalui pencacahan dengan memperhatikan hal-hal sebagai mana diuraikan berikut ini (lihat pengumuman pelaksanaan studi LARAP, lampiran 7a) 9. Bangunan Masyrakat. Bangunan mayarakat diidentifikasi type konstruksi permanen, semi-permanen dan gubuk atau bangunan kayu, fungsi dan penggunaannya sebagai rumah 3

9 atau tempat usaha, serta lokasi aset mencakup letak pada KM atau pun Sta berapa, serta posisi di sebelah kiri atau kanan jalan dari arah Kota Padang. 10. Bangunan Lainnya diidentifikasi dengan memperhatikan jenis seperti teras, pagar, gorong-gorong dan decker, fondasi batas tanah atau aset lainnya. Penelitian juga memperhatikan lokasi mencakup letak di KM atau pun Sta berapa, serta posisinya di sebelah kiri atau kanan jalan dari arah Kota Padang. 11. Tanaman bernilai ekonomi milik masyarakat dilakukan dengan menghitung jumlah, jenis dan lokasi mencakup tumbuh di KM atau pun Sta berapa, serta posisi di sebelah kiri atau kanan jalan dari arah Kota Padang. Jenis yang ditanam seperti Sawit, Cokelat, Kelapa, Pinang, Jati, serta tanaman buah-buahan lainnya seperti Mangga, Jambu, Durian dan lainlain. 12. Beberapa fasilitas publik milik pemerintah maupun koorporate seperti tiang listrik, telepon dan jaringan kabel bawah tanah atau pun pipa air bersih di dalam RUMIJA dicatat jumlah dan lokasinya untuk kemudian dilakukan koordinasi dengan instansi bersangkutan untuk dapat dipindahkan. 13. Aktifitas Pasar Bawan yang selalu menimbulkan kemacetan setiap hari pasar, yakni Jumat, diteliti guna dapat dilakukan penataan terhadap pedagang K5 serta perparkiran di pinggir jalan. Penelitian diakukan melalui penerapan diskusi kelompok terfokus atau focused group discussion/fgd dengan peserta berasal dari kelompok aparat pemerintah (Kabupaten, Kecamatan dan Nagari), tokoh-tokoh masyarakat dan unsur masyarakat yang terkena dampak kegiatan pelebaran. Selain itu, dilakukan wawancara bebas (spotcheck) dengan responden terpilih. 14. Data Sosial. Penelitian LARAP merupakan penelitian deskriptif untuk mendapatkan informasi tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat secara rinci dan lengkap serta dapat mendeskripsikan fenomena sosial dan pendapat masyarakat terhadap rencana pelebaran Jalan Nasional Manggopoh Padangsaawah di Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman. 15. Penelitian yang bersifat deskriptif-analitis ini menggunakan metode survai, dimana informasi dikumpulkan dari responden pemilik aset yang terkena pelebaran dan para pedagang K5 di Pasar Bawan yang menempati RUMIJA, dengan memakai kuisioner dengan tujuan untuk dapat menggali aspek-aspek kehidupan masyarakat yang terkait rencana kegiatan. Secara garis besar 4 aspek yang akan ditinjau melalui studi adalah : a) Ciri- ciri atau kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, 4

10 b) Lingkungan sosial ekonomi masyarakat, c) Pengetahuan masyarakat terhadap rencana kegiatan, d) Persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan. 16. Selain data primer di atas, digunakan pula data sekunder yang didapatkan dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten, Kantor Pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan Nagari, baik berupa data sosial ekonomi dan budaya, maupun peraturan perundangundangan tentang ketetapan harga dan tata cara pembayaran ganti rugi bangunan dan tanaman. 17. Data sekunder dari literatur dan data primer (hasil survey), selanjutnya dievaluasi dan dianalisa dengan menggunakan rumus yang lazim digunakan. Hasil survey selanjutnya dientrikan ke dalam suatu tabel data dasar (database entries) menggunakan perangkat pemograman WEB_php yang di disain untuk ini, untuk selanjutnya digunakan dalam penganalisisan lebih lanjut dalam penyajiannya ke dalam bentuk tabel-tabel, gambar atau peta, ataupun sebagai tampilan dan akses cepat ke setiap penduduk yang terkena dampak. 18. Semua data dan hasil di samping digunakan untuk keperluan penyusunan LARAP, nantinya dapat juga digunakan sebagai tool atau alat oleh Panitia Pembebasan Tanah dalam pendataan secara lebih mendetail dalam rangka mempersiapkan proses pembebasan tanah dan pembayaran gantirugi. Dengan demikian hasil larap yang disusun ini dapat digunakan sebagai base data sampai dilaksanakannya penggantirugian. 5

11 Identifikasi Kegiatan Perancangan Pekerjaan Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Sumber Data Sekunder Observasi Banunan dan Tanaman dalam Rumija Data Wilayah Admistrasi, Kependudukan Data Sosial Ekonomi Budaya Data Peraturan dan Tarif Survey Lapangan Identifikasi Bangunan dan Tanaman Ekonomi Data Bangunan & Lahan Teridentifikasi Nilai Gantirugi dan Biaya Penangan Pasar Perangkat Lunak WEB php Penyajian Dlm Bentuk Program Komputer WEB php Hasil Studi dalam bentuk Perangkat Komputer dapat digunakan dalam proses Pengukuran Detail dan Pembayaran Gantirugi nantinya Gambar 1.2. Bagan Alir Metoda Penelitian LARAP 6

12 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 19. Wilayah administrasi studi LARAP kegiatan pelebaran Ruas Jalan Nasional Manggopoh Padangsawah (Ruas 047.1) berada pada 4 (empat) kecamatan, dimana 3 kecamatan di Kabupaten Agam yakni Lubukbasung, IV Nagari dan Palembayan, dan 1 kecamatan di Kabupaten Pasaman, yakni Kecamatan III Nagari. Masing-masing kecamatan meliputi satu Nagari (setingkat Desa) yakni Manggopoh, Bawan dan Silareh Aia di Kabupaten Agam serta Nagari Ladang Padanjang di Kabupaten Pasaman. 20. Pemanfaatan lahan di sepanjang trase jalan ini sebagian besar sudah menjadi kawasan terbangun dan perkebunan dengan hasil utama kelapa sawit, kakao, jagung dan tanaman perkebunan lainnya. Di kecamatan IV Nagari, yakni di Bawan, dijumpai sarana pasar dengan hari pasar sekali dalam seminggu yakni pada hari Jumat, dimana pada hari ini sering terjadi kemacetan akibat pasar tumpah dan pemarkiran kendaraan di pinggir jalan. Kabupaten Agam Kependudukan 21. Jumlah Penduduk. Jumlah penduduk di wilayah administratif nagari-nagari di Kabupaten Agam yang dilewati ruas jalan pada Tahun 2008 mencapai jiwa yang terdiri dari Kepala Keluarga (KK). Sebaran penduduk menurut satuan wilayah administrasi disajikan pada Tabel 3.1. Sebagian besar penduduk berkelamin perempuan dengan jumlah penduduk terbanyak ( jiwa) terdapat di Kenagarian Manggopoh dan yang terendah sebesar jiwa di Kenagarian Bawan. Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Nagari yang dilewati ruas jalan di Kabupaten Agam (Keadaan Tahun 2008) No. Wilayah Studi Luas (km2) Laki-laki (jiwa) Data Umum Kependudukan Jumlah (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah KK Kepadatan (jiwa/km2) 1. Kec. Lubukbasung a. Nagari Manggopoh 228, Kec. Ampek Nagari a. Nagari Bawan 131, Kec. Palembayan a. Nagari Salareh Aia 92, JUMLAH 452, ,45 Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2009, (diolah dari masing-masing wilayah) 7

13 22. KepadatanPenduduk. Secara demografi, kepadatan penduduk merupakan gambaran jumlah jiwa per-km2 dari luas wilayah administratif ternedahnya (Nagari) masing-masing. Berdasarkan luas wilayah administratif yang dilewati ruas jalan mencapai 451,11 km2, kepadatan penduduk berkisar antara jiwa per-km2 dengan kepadatan rata-rata 103,45 jiwa/km2. Wilayah terpadat (158 jiwa per-km2) penduduknya terdapat di Kenagarian Silareh Aia di Kecamatan Palembayan dan terendah di Kenagarian Manggopoh, Kecamatan Lubukbasung sebesar 85 jiwa per-km2 Perekonomian 23. Mata Pencaharian. Mata pencaharian penduduk di sepanjang ruas jalan yang ditingkatkan, didominasi oleh kegiatan pertanian, yang dalam hal ini termasuk perkebunan yang ditopang oleh usaha industri pengolahan hasil kebun. Hal ini juga terlihat dari sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan dan Jasa-jasa lainnya yang erat hubungannya dengan sektor perkebunan, seperti perbankan, koperasi usaha penyewaan alat berat dan sarana produksi kebun lainnya. 24. Pola Pemanfaatan dan Kepemilikan Lahan. Lahan Pemanfaatan lahan pada suatu wilayah sangat tergantung kepada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada, topografi, geomorfologi serta kultur budaya masyarakat. Lokasi rencana kegiatan yang terletak di kawasan yang telah dikembangkan untuk usaha perkebunan memiliki tingkat produktifitas yang tinggi, dimana sebagian besar lahan telah dimanfaatkan sebagai kawasan perkebunan. 25. Jika ditinjau berdasarkan wilayah administrasi kecamatan, maka hampir keseluruhan lahan telah dimanfaatkan masyarakat, baik penduduk setempat, atau anggota koperasi yang tidak bermukim di kawasan ini, maupun oleh para investor perkebunan. Status kepemilikan lahan terdiri dari Milik Ulayat Kaum dan Ulayat Nagari, serta Milik Perusahaan dan perorangan yang telah bersertifikat. Kepemilikan ini menggambarkan ciri kepemilikan lahan pada umumnya di Minangkabau serta tidak lepas dari kebijakan pengembangan kawasan ini sebagai kawasan perkebunan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Perkebunan Besar pola intiplasama. 26. Sosial Budaya Masyarakat. Secara umum struktur komunitas penduduk di wilayah studi didominasi oleh etnis Minangkabau, disamping etnis lain seperti Mandailing dan Jawa. Walaupun secara etnis terdapat kelompok yang dominan, namun pola interaksi yang berkembang cukup harmonis dan tidak adanya pembentukan kelompok tersendiri secara 8

14 eksklusif. Justru yang berkembang adalah terbentuknya pengelompokan secara sosial ekonomi dalam bentuk koperasi perkebunan dan kelompok sosial kemasyarakatan lainnya. Kabupaten Pasaman Kependudukan 27. Jumlah Penduduk. Jumlah penduduk di Nagari (setingkat desa) Ladangpanjang pada Tahun 2008 mencapai jiwa yang terdiri dari Kepala Keluarga (KK) (Tabel 2.2.). No. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk pada Wilayah Studi (Keadaan Tahun 2008) Wilayah Studi Luas (km 2 ) Laki-laki (jiwa) Data Umum Kependudukan Jumlah (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah KK Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1. Kec. Tigo Nagari a. Nagari Ladang Panjang 62, Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2009, (diolah dari masing-masing wilayah) 28. Kepadatan Penduduk. Secara demografi, kepadatan penduduk merupakan gambaran jumlah jiwa per-km2 dari luas wilayah administratif terendahnya (Nagari) masing-masing. Berdasarkan luas wilayah administratif sebesar 62,16 km2, kepadatan penduduk Nagari Ladangpanjang 168 jiwa per-km2. Ha ini didukung dengan posisinya berada di pertigaan menuju pusat 3 lokasi pusat pemerintahan kabupaten, Lubukbasung di Agam, Simpangempat di Pasaman Barat dan Lubuksikaping di Pasaman. Perekonomian 29. Mata pencaharian penduduk. Mata pencaharian penduduk di sepanjang ruas jalan yang ditingkatkan, Table 2.3, didominasi oleh kegiatan pertanian, yang dalam hal ini termasuk perkebunan yang ditopang oleh usaha industri pengolahan hasil kebun. Hal ini juga terlihat dari sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan dan Jasa-jasa lainnya yang erat hubungannya dengan sektor perkebunan, seperti perbankan, koperasi usaha penyewaan alat berat dan sarana produksi kebun lainnya. Tabel 2.3. Pekerjaan Utama Penduduk (10 Tahun ke atas) di Nagari Ladangpanjang (Keadaan Tahun 2008) No. Pekerjaan Utama Jumah (Jiwa) 1 Pertanian Pertambangan Penggaalian 95 3 Industri Pengolahan Bangunan 41 9

15 Sumber 5 Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Jasa-Jasa Lainnya 564 Jumlah : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2009, (diolah dari masing-masing wilayah) 30. Pola Pemanfaatan dan Kepemilikan Lahan. Pemanfaatan lahan disuatu wilayah sangat tergantung kepada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada, topografi, geomorfologi serta kultur budaya masyarakat. Lokasi rencana kegiatan yang terletak di kawasan yang telah dikembangkan untuk usaha perkebunan memiliki tingkat produktifitas yang tinggi, dimana sebagian besar telah dimanfaatkan sebagai kawasan perkebunan. 31. Jika ditinjau berdasarkan wilayah administrasi kecamatan, maka hampir keseluruhan lahan telah dimanfaatkan masyarakat, baik penduduk setempat, atau anggota koperasi yang tidak bermukim di kawasan ini, maupun oleh para investor perkebunan. Status kepemilikan lahan terdiri dari Milik Ulayat Kaum dan Ulayat Nagari, serta Milik Perusahaan dan perorangan yang telah bersertifikat. Kepemilikan ini menggambarkan ciri kepemilikan lahan pada umumnya di Minangkabau serta tidak lepas dari kebijakan pengembangan kawasan ini sebagai kawasan perkebunan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Perkebunan Besar pola intiplasama. 32. Sosial Budaya. Secara umum struktur komunitas penduduk di wilayah studi didominasi oleh etnis Minangkabau, disamping etnis lain seperti Mandailing, Jawa, Nias dan lain sebagainya. Walaupun secara etnis terdapat kelompok yang dominan, namun pola interaksi yang berkembang cukup harmonis dan tidak adanya pembentukan kelompok tersendiri secara eksklusif. Justru yang berkembang adalah terbentuknya pengelompokan secara sosial ekonomi dalam bentuk koperasi perkebunan dan kelompok sosial kemasyarakatan lainnya. HASIL IDENTIFIKASI DATA LAPANGAN 33. Aset Terkena Dampak. Survei sensus yang dilakukan tanggal November 2010 menggunakan kuesioner didahuli dengan sosialisasi dan wawancara bebas (spotcheck) serta melakukan diskusi kelompok terfokus (FGD) yang bertujuan untuk mengumpulkan atau mengidentifikasi semua struktur bangunan dan tanaman dengan nilai ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat dalam kanan jalan, dan mencari solusi alternatif untuk mengurangi atau 10

16 menghilangkan kemacetan lalu lintas di sekitar pasar. Tanggal ini akan menjadi cut of date untuk menetapkan orang yang terkena dampak di lokasi proyek yang berhak untuk mendapatkan kompensasi dan bantuan pemukiman kembali dan bantuan pemulihan mata pencaharian. Dalam hal terjadinya perbedaan sejak persetujuan LARAP dengan pelaksanaan proyek WINRIP atau sub-proyek di bawah WINRIP, maka Panitia Pembebasan Tanah (PPT) akan melakukan verifikasi terhadap kondisi saat ini berdasarkan daftar orang yang terkena dampak atau aset hasil survei. PPT akan mengumumkan daftar orang yang terkena dampak di wilayah proyek dan mulai melakukan konsultasi dan negosiasi. Pengumuman hasil inventarisasi telah dilakukan (lihat di lampiran 7c). 34. Aset Milik Masyarakat yang dijumpai dalam RUMIJA pada Ruas Link di kedua kabupaten dimiliki oleh 58 Orang atau WTP. Aset ini dikategorikan berupa bangunan rumah ataupun tempat usaha yang menjorok ke RUMIJA yang dimiliki oleh 31 WTP, bangunan lainnya berupa pagar, gorong-gorong maupun teras rumah dan lain-lain sebanyak 20 KK, serta pemilik 22 pohon tanaman bernilai ekonomi yang dimiliki oleh 7 WTP. Pada proyek ini tidak ada tanah milik masyarakat yang harus dibebaskan. Uraian masing-masing aset sesuai wilayah administrasi sebagaimana disampaikan berikut ini. Tabel detail data tentang WTP dan aset terkena dapat dilihat pada Lampiran 1 (dari a sampai e). Kabupaten Agam Aset Milik Masyarakat 35. Bangunan di dalam Rumija. Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan, diperoleh data total jumlah bangunan penduduk yang terkena rencana pembangunan ruas Manggopoh Padangsawah di Kabupaten Agam sebanyak 27 unit milik 27 WTP. Deskripsi bangunan yang terkena pembangunan sebagai berikut. Gubuk 13 unit, semua digunakan untuk warung Semipermanen 9 unit, 5 unit sebagai rumah, lainnya untuk usaha Permanen 5 unit, digunakan untuk usaha 36. Sebanyak 13 unit gubuk dan 4 unit bangunan semipermanen yang menjorok dalam Rumija, akan terkena lebih dari 75% sampai 100% luas bangunannnya. Oleh karena itu mereka harus pindah, namun kepindahannya akan dilakukan ke lahan milik masing-masing yang letaknya persis di dekat atau di belakang RUMIJA yang digunakan. Dalam arti kata, bahwa penggunaan RUMIJA oleh masyarakat dilakukan hanya untuk mendekatkan mereka dengan pembeli. 11

17 37. Selanjutnya, 5 unit bangunan semipermanen dan 5 unit permanen, hanya sebagian kecil bangunannya yang menjorok yang akan terkena pembebasan. Untuk itu, sesuai hasil penelitian, mereha meminta pengganti rugian berupa uang tunai yang besarnya disesuaikan dengan kesepakatan bersama nantinya. 38. Bangunan di dalam Rumija. Bangunan lain seperti pagar dan teras dijumpai di 17 lokasi milik 17 WTP dengan rincian. Teras Rumah 6 lokasi Pagar dan bangunan batas tanah di 11 lokasi. 39. Tanaman Ekonomi di dalam RUMIJA. Tanaman bernilai ekonomi yang dimiliki penduduk yang ditanam di dalam RUMIJA ruas Jalan Manggopoh Padangsawah di Kabupaten Agam sebanyak 22 pohon yang dimiliki oleh 7 WTP dengan uraian jumlah tanaman sebagai berikut; Sawit 9 batang Kelapa 1 batang Pinang 22 batang Pohon lainnya (Jati) 5 batang 40. Aset Milik Pemerintah dan Koorporate. Aset publik dan koorporate yang terkena dampak di sepanjang jalan yang diperlebar diantaranya tiang listrik, tiang telepon, saluran kabel fiber optik bawah tanah serta jaringan PDAM di daerah Bawan. 41. Keberadaan Pasar Bawan. Pasar Bawan merupakan Pasar Nagari dengan hari pasar sekali dalam seminggu setiap hari Jumat. Pada hari-hari lain, sebagian toko atau warung hanya buka untuk melayani kebutuhan masyarakat sekitar dan tidak dijumpai pedagang K5, terutama yang menempati bahu jalan. Pada saat hari pasar, karena melayani masyarakat dari nagari sekitarnya, maka suasana sangat ramai dan selalu meluber oleh Pedagang K5 sampai ke badan jalan dan selalu menimbulkan kemacetan. Kondisi ini diperparah dengan tidak tertatanya perparkiran. 42. Upaya penataan yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari Bawan sebagai pihak pengelola belum memberikan hasil yang optimal karena diketahui bahwa rollen jalan yang merupakan milik Nagari atau masyarakat setempat (kareyana merupakan Pasar Nagari) 12

18 sebagian telah disewakan kepada pedagang K5 sehingga mengakibatkan pedagang K5 lain yang bersifat temporeri, sering menggunakan bahu jalan untuk menggelar dagangannya. Jumlah pedagang K5 mingguan yang menempati RUMIJA dan harus dipindah, berdasarkan data Wali Nagari dapat mencapai 30 orang, sedangkan yang menggunakan rolen jalan - lahan kosong antara bangunan dan pinggir RUMIJA mencapai 15 orang. Jumlah setiap minggunya tidak selalu sama dan selalu berubah. 43. Pedagang K5 di pasar ini umumnya menjual kebutuhan harian rumahtangga seperti sayur, cabe, buah-buahan, ikan kering, makanan serta kebutuahan lainnya seperti peralatan dapur dan pakaian jadi. Khusus pedagang bahan hasil pertanian seperti sayur, cabe, buahbuahan hanya akan berdagang jika mendapatkan bahan dagangan dari petani. 44. Penelitian berhasil mewawancarai Pedagang K5 sebanyak 16 orang dimana 8 orang diantaranya berjualan di rollen jalan dan 8 orang lainnya menempati bahu jalan. Dari hasil wawancara langsung dengan mereka, diketahui, bahwa sebagian dari mereka juga akan berjualan di pasar lain seperti di Tampuruang atau pun di Kinali yang jaraknya tidak terlalu jauh, yakni pada hari Minggu dan Senen. Namun demikian, mengingat kedua lokasi berada pada lanjutan dari ruas jalan ini yang akan di perlebar, maka Pedagang K5 ini pun di lokasi lain harus ditata. Kabupaten Pasaman 45. Bangunan di dalam Rumija. Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan, diperoleh total bangunan penduduk yang terkena rencana pelebaran ini adalah 3 unit sebagai disampaikan berikut. a) Guguk 2 unit, yang digunakan sebagai warung, b) Semipermanen 1 Unit digunakan sebagai warung. 46. Sama halnya dengan aset warga di Kabupaten Agam, ketiga bangunan dalam Rumija ini akan terkena lebih dari 75% sampai 100% luas bangunannnya. Oleh karena itu mereka harus pindah, kepindahan mereka pun akan dilakukan ke lahan milik masing-masing yang letaknya persis di dekat atau di belakang RUMIJA. 47. Bangunan Lainnya di dalam Rumija. Bangunan ainnya milik penduduk dalam RUMIJA, diantaranya adalah teras dan gorong-gorong yang dijumpai di 3 lokasi,. a) Teras Rumah 1 lokasi b) Gorong-gorong 1 lokasi, 13

19 Jumlah Kuisioner 48. Aset Warga Terkena Proyek. Jumlah responden yang diwawancarai dalam penelitian yang dilakukan dari tanggal 16 sampai 26 November 2010 di kedua kabupaten sebanyak 58 orang meliputi 4 kecamatan dan 4 Nagari. Jumlah ini sama dengan jumlah KK terkena dampak baik secara perorangan maupun bahagian dari anggota Ulayat dari aset yang akan dibebaskan baik berupa bangunan maupun tanaman sebanyak 57 orang atau 100% WTP ditambah 1 responden yang asetnya tidak terkena dampak, namun jika di lokasi ini akan dilakukan perlebaran RUMIJA untuk keselamatan lalulintas. 49. Dari data pada Tabel 2.4 terlihat bahwa besarnya responden di Nagari Manggopoh Kecamatan Lubukbasung menggambarkan bahwa banyaknya masyarakat mendirikan bangunan atau kelengkapan bangunan, maupun menanam tanaman ekonomis di dalam RUMIJA. Hal ini disebabkan kekurang-tahuan mereka atas fungsi dan kepemilikan RUMIJA, serta lemahnya pengawasan dari pihak-pihak terkait. Tabel 2.4 Distribusi Kuisioner Berdasarkan Kecamatan dan Nagari No. Wilayah Studi Luas Jumlah (Jiwa) Responden (KK) (km 2 ) Penduduk KK Jumlah % tase Keterangan A. Kabupaten Agam 1. Kec. Lubukbasung Nagari Manggopoh 228, , % WTP 2. Kec. Ampek Nagari Nagari Bawan 131, , % WTP 3. Kec. Palembayan Nagari Salareh Aia 92, , % WTP Sub-Jumlah 452, ,489 B. Kabupaten Pasaman Kec. III Nagari Nagari Ladang Panjang 62, , % WTP Sub-Jumlah 62, ,383 Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2009, (diolah) dan Penelitian Lapangan Pedagang K5 Pasar Bawan. Jumlah responden pedagang K5 di pasar Bawan yang diwawancarai saat penelitian yang dilakukan pada hari Jumat tanggal 21 Januari, berhasil mewawancarai sebanyak 16 orang meliputi yang berdagang di rolen jalan sebanyak 8 orang maupun di bahu jalan yang juga 8 orang. Jumlah ini mewakili pedagang yang terkena dampak pelebaran. 14

20 Hasil Penelitian Sosial Ekonomi Warga Terkena Proyek Pekerjaan Utama WTP Kabupaten Agam 51. Keadaan Sosial ekonomi responden dapat dilihat dari pekerjaan utama masing-masing. Dari 53 KK (100%) yang diwawancarai, merupakan pemilik atau yang mewakili pemilik. Dari keseluruhan responden, berturut-turut 50,95 % berprofesi sebagai petani, 16,98 % berprofesi sebagai pedagang, 7,55 % berstatus sebagai PNS/TNI/Polri. Sedangkan 11,33% tidak mejawaban. Gambar 2.1. Diagram Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten Agam Kabupaten Pasaman 52. Dari 5 responden yang berhasil diwawancarai dalam penelitian ini, masing-masing 2 orang berprofesi sebagai petani dan pedagang, sedangkan 1 WTP ibu tumahtangga. Kondisi ini didukung kondisi lokasi yang padat dan berada di persimpangan jalan. Gambar 2.2. Diagram Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten Pasaman Tingkat Pendapatan WTP Kabupaten Agam 53. Dari 53 responden yang diteliti sehubungan tinggat pendapatannya, 6 orang diantaranya tidak memberikan jawaban. Hasil kuisioner menjelaskan bahwa hanya ada satu responden yang menyatakan pendapatannya kecil dari Rp ,00 perbulan, 15 orang 15

21 responden (28,3%) menyatakan pendapatannya lebih dari Rp per bulan. Hasil penelitian sebagaimana disajikan pada grafik 2.3 berikut. Gambar 2.3. Diagram Pendapatan Responden di Kabupaten Agam 54. Selanjutnya, 18 orang responden atau WTP di lokasi proyek tidak memiliki pendapatan tambahan dan 20 orang lainnya tidak memberikan jawaban. Dari 15 orang yang memberikan jawaban, 5 orang di antaranya memiliki pendapatan tambahan lebih dari Rp ,- setiap bulannya sebagaimana diperlihatkan pada Grafik 2.4 berikut. Gambar 2.4. Diagram Pendapatan Tambahan dari Responden Kabupaten Pasaman 55. Dari 5 responden yang diteliti tinggat pendapatannya, 3 orang menyatakan pendapatannya lebih dari Rp per bulan dan 2 orang lainnya berpendaparan antara Rp sampai Rp ,- per bulan. Gambar 2.5. Diagram Pendapatan Responden di Kabupaten Pasaman 56. Disamping itu, 3 orang responden atau WTP juga memiliki pendapatan tambahan lebih Rp perbulan sedangkan sisanya juga masih mempunyai pendapatan tambahan antara Rp sampai Rp ,- perbulan. 16

22 Gambar 2.6. Diagram Pendapatan Tambahan dari Responden Kabupaten Pasaman Jumlah Anggota Keluarga WTP Kabupaten Agam 57. Jumlah anggota keluarga responden dinominasi oleh keluarga dengan jumlah anggota keluarga 4 6 orang, yakni sebanyak 35 KK dari 53 KK, atau 66,04%, diikuti oleh keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kecil dari 4, yakni sebanyak 8 KK atau 15,09%. Gambar 2.7. Diagram Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Kabupaten Pasaman 58. Lima responden memiiki jumlah anggota keluarga 4 6 orang, sedangkan 1 responden memiliki jumlah anggota keluarga 7 9 orang. Dari data ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden mempunyai tanggungan keluarga relatif sedang dan besar. Gambar 2.8 Diagram Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Tingkat Pendidikan WTP Kabupaten Agam 59. Responden di lokasi penelitian Kabupaten Agam terbanyak berpendidikan Tamat SMP (37,47%) dan Tamat SMA atau sederajat (26,42 %). Dari total responden, hanya 1 KK (1,89%) berpendidikan sarjana. Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap wawasan dan pola pikir seseorang serta hasil wawancara dan pengisian kuisioner serta tanggapannya terhadap proyek. 17

23 Gambar 2.9. Diagram Responden Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Agam Kabupaten Pasaman 60. Tingkat pendidikan responden, 4 dari 5 orang berpendidikan Tamat SMA, 1 orang Tamat SD. Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap wawasan dan pola pikir seseorang serta hasil wawancara dan pengisian kuisioner. Gambar Diagram Responden Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Pasaman Pengaruh Proyek terhadap Perekonomian Kabupaten Agam 61. Kegiatan pelebaran jalan ini memberikan dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi yang cukup luas pada masyarakat. Namun hanya sekitar 24,53% masayarat menyatakan setuju, sedangkan 22,64 menyatakan sebaliknya. Sebagian besar 50,49% tidak memberikan opini. 62. Lebihlanjut, berdasarkan FGD yang dilakukan, seluruh perserta memahami bahwa aktifitas hari pasar selama ini justru telah menghambat laju kendaraan yang mengangkut hasil kebun dan nkebutuhan masyarakat. Namun, di sisi lain, mereka juga memahami perilaku pedagang yang menggelar dagangannya sampai ke bahu jalan. Gambar Diagram Pengaruh Proyek terhadap Perekonomian Kabupaten Agam 18

24 63. Dalam pelaksaan FGD, peserta mengemukakan kebutuhan atas pengaruh dan pengawasan pemerintah setempat terhadap harga hasil perkebunan. Hal berkaitan dengan pengorbanan ataupun penggantirugian lahan masyarakat secara langsung. Namun di sisi lain kelancaran arus transportasi lebih dinikmati secara langsung oleh pemilik kebun besar ataupun pabrik pengolahan CPO. Kabupaten Pasaman 64. Kegiatan pelebaran jalan ini memberikan dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi yang cukup luas pada masyarakat. Semua responden merasa terganggu usaha ekonominya selama pelaksanaan pelebaran. Gambar Diagram Pengaruh Proyek terhadap Perekonomian Kabupaten Pasaman Pedagang Pasar Bawan Terkena Proyek Tingkat Pendapatan WTP 65. Dari 16 responden K5 Pasar Bawan yang diteliti tinggat pendapatannya, 10 orang diantaranya berpendapatan antar Rp sampai Rp per bulan, 15 orang responden berpendapatan antara Rp sampai Rp per bulan sebagaimana disajikan pada grafik 2.13 berikut. 66. Ditinjau dari jumlah anggota keluarga, responden tidak didominasi oleh keluarga dengan jumlah anggota keluarga kecil ( <4) atau pun keluarga besar dengan anggota keluarga 7 9 orang sebagaimana disajikan pada grafik 2.14 berikut. Gambar Diagram Pendapatan Responden K5 di Pasar Bawan 19

25 Gambar 2.14 Diagram Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Pedagang 67. Tingkat Pendidikan WTP. Pendidikan responden di lokasi Pasar Bawan didominasi masyarakat berpendidikan Tamat atau Tidak Taman SD (62.5%). Selebihnya berpendidikan Tamat SMP dan Tamat SMA atau sederajat (masing-masing 18,75%). Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap wawasan dan pola pikir seseorang serta hasil wawancara dan pengisian kuisioner serta tanggapannya terhadap proyek Gambar 2.15 Diagram Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 68. Persepsi Pedagang terhadap Proyek. Penjaringan persepsi pedagang perlu dilakukan sebelum dimulainya kegiatan pelebaran dilaksanakan, agar dapat diketahui berapa besarnya masyarakat yang mendukung maupun menolak kegiatan ini. Hasil penelitian memperlihatkan dari 12 dari 16 Pedagang yang diwawancarai menyatakan setuju dengan rencana kegiatan dan 4 responden atau 9,43% menyatakan sangat setuju. Gambar 2.16 Diagram Persepsi Pedagang tentang Rencana Kegiatan 69. Di sisi lain, pedagang sangat pengetahui bahwa konsekuensi dari pelebaran ini akan mengganggu keberadaan mereka di Pasar Bawan. Namun berdasarkan kuesioner, terlihat bahwa 13 dari 16 pedagang akan pindah sesuai dengan penataan yang akan dilakukan pemerintah. Sedangkan 2 responden lainnya tidak memberikan opini. 20

26 Gambar 2.17 Diagram Tanggapan Pedagang tentang Penataan Pasar Persepsi Masyarakat terhadap Proyek Kabupaten Agam 70. Penjaringan persepsi masyarakat perlu dilakukan sebelum dimulainya kegiatan pelebaran Jalan Nasional yang direncanakan, agar dapat diketahui berapa besarnya masyarakat yang mendukung maupun menolak kegiatan ini. Hasil penelitian memperlihatkan dari 40 dari 53 KK WTP yang diwawancarai, 75,47% menyatakan setuju dengan rencana kegiatan dan 5 KK atau 9,43% menyatakan sangat setuju, sedangkan lebihnya tidak memberikan opini. Gambar Diagram Persepsi Masyarakat tentang Rencana Kegiatan di Kabupaten Agam Kabupaten Pasaman 71. Walau 100% WTP merasa terganggu ekonominya selama masa konstruksi, namun mereka menyetujui rencana pelebaran ini. Gambar Diagram Persepsi Masyarakat tentang Rencana Kegiatan di Kabupaten Pasaman Kompensasi Kabupaten Agam 72. Sebelum dilakukan penetapan besaran kompensasi terhadap bangunan dan tanaman yang terkena pembebasan, pada umumnya masyarakat menginginkan dilakukannya musyawarah. Semntara itu, penetapan nilai gantirugi yang akan ditetapkan diserahkan sepenuhnya pada penetapan atau aturan Pemerintah yang berlaku. 21

27 Gambar Diagram Bentuk Kompesasi yang dikehendaki Masyarakat Agam 73. Bila dikaji dari bentuk kompensasi yang diinginkan responden, terlihat pembayaran tunai adalah bentuk penggantian yang memiliki proporsi terbesar yakni 79,25% dan hanya 2 KK atau 3,77% yang menginginkan dalam bentuk kompensasi berupa memodifikasi bangunan. 74. Sementara itu, hasil diskusi kelompok terfokus (FGD) di lokasi pasar menggambarkan bahwa pada umumnya masyarakat setuju dengan rencana kegiatan, karena dapat membawa kemajuan dan perkembangan nagari. Namun demikian, sebagian perserta FGD masih mengharapkan adanya penataan kawasan pasar, karena mereka menyadari bahwa pasar tumpah selama ini telah mengakibatkan terjadinya kemacetan. 75. Untuk itu, masyarakat menginginkan kepada pemerintah, terutama pihak yang akan melaksnakan pelebaran jalan ini, P2JJ Provinsi Sumatera Barat, sekaligus melakukan kegiatan penataan kawasan pasar dengan menyediakan pelataran parkir bagi kendaraan dan pelataran lapak bagi pedagang K5. Kabupaten Pasaman 76. Sebelum dilakukan penetapan besaran kompensasi terhadap bangunan dan tanaman yang terkena, pada umumnya masyarakat menginginkan dilakukannya musyawarah. Masyarakat menyerahkan sepenuhnya cara penetapan sesuai aturan Pemerintah yang berlaku. Namun bila dikaji dari bentuk kompensasi yang diinginkan, 100% menginginkan dalam bentuk gnatirugi atau kompensasi Gambar Diagram Bentuk Kompensasi yang diingini Masyarakat Pasaman 22

28 PRINSIP KOMPENSASI 77. Suatu kebijakan yang diambil oleh pemrakarsa adalah bahwa semua aset masyarakat yang terkena proyek akan diberikan kompensasi. Bentuk kompensasi dapat berupa pembayaran gantirugi tunai ataupun pembangunan kembali atas aset yang terkena dampak sesuai hasil kesepakatan antara pemilik aset dengan pihak pemerintah nantinya. Studi LARAP yang dilakukan ini akan menghitung besar kebutuhan biaya kompensasi yang harus disediakan untuk penggatirugian saat pelaksanaan nantinya. 78. Harga Bangunan. Bangunan yang terkena dampak akan diberi kompensasi sebesar biaya penggantian berdasarkan harga pasar bahan untuk membangun bangunan pengganti. Analisis LARAP terhadap harga pasar bangunan yang terkena dampak dilakukan agar WTP benar-benar dapat membangun kembali aset mereka yang dibebaskan, serta untuk mengestimasi anggaran. Analisis ini dilakukan dengan mempertimbangkan Standar Harga Pemerintah dan harga pasar bahan, jenis dan fungsi / penggunaan dimensi bangunan dan aset. Analisis dilakukan tanpa memperhitungkan nilai penyusutan. Harga ini diusulkan sebagai masukan kepada instansi yang bertanggung jawab untuk membangun dan kemudian ditetapkan oleh Bupati sebagai acuan yang akan digunakan oleh PPT untuk negosiasi dengan WTP. Hasil analisis memperhitungkan harga pasar berkisar dari Rp /m2 untuk bangunan permanen dan Rp /m2 untuk bangunan semipermanen, dan Rp /m2 untuk bangunan gubuk. Sebagai perbandingan juga itu disajikan harga standar dari pemerintah dan dari harga pasar. 79. Sebagai perbandingan juga itu disajikan harga standar dari pemerintah dan dari harga pasar. Tabel 3.1. Harga Patokan Pemerintah berdasarkan Konstruksi Bangunan No. Konstruksi Fungsi Bangunan Harga x Rp.1.000/m2) 1. Toko Permanen ,0 2. Toko Semi Permanen ,0 3. Warung Gunuk ,0 4. Rumah Permanen ,0 5. Rumah Semi Permanen ,0 6. Rumah Gunuk Sumber : Pemerintah masing-masing Kabupater 2010 (diolah). KETERANGAN 23

29 Tabel 3.2. Harga Pasar Bangunan berdasarkan Fungsi dan Konstruksi No. Konstruksi Fungsi Bangunan Harga x Rp.1.000/m2) 1. Toko Permanen ,0 2. Toko Semi Permanen ,0 3. Warung Gunuk ,0 4. Rumah Permanen ,0 5. Rumah Semi Permanen ,0 6. Rumah Gunuk Sumber : Hasil Studi di masing-masing Kabupater 2010 (diolah). KETERANGAN 80. Harga Bangunan Lainnya. Pagar dan teras masyarakat yang dijumpai dalam RUMIJA dikelola atau diganti dengan penggeserannya ke luar rumija atau dilakukan dengan penggantirugian. Hasil kuisioner dan wawancara dengan pemilik pagar dan teras, menyatakan sebagian penduduk menginginkan dikembalikan kebentuk semula oleh pihak pemrakarsa, sedangkan sebagian lainnya menginginkan pihak pemrakarsa membayar gantirugi dengan patokan harga sesuai kesepakatan ketika dilakukan Studi LARAP. Dikarenakan pemerintah tidak memiliki standar harga untuk pembagunan kembali aset lainnya ini, maka dilakukan analisis harga untuk aset terkena. Biaya penggantirugian yang disampaikan berikut ini merupakan harga hasil Studi LARAP dengan memperhatikan dimensi dan jenis pagar dan teras penduduk yang terkena pekerjaan pelebaran berdasarkan harga pasar material bangunan saat ini tanpa menghitung nilai depresiasi. Harga ini akan diberikan sebagai input pada Dinas Perumahan untuk memberikan referensi harga pasar atas aset terkena yang selanjutnya digunakan sebagai input untuk PPT. Tabel 3.3. Harga Pasar Bangunan lainnya sesuai dimensi dan Jenis Konstruksi No. Konstruksi Fungsi Bangunan Harga Menurut Hasil Studi LARAP A. Teras 2. Permanen Lantai Semen ,0 4. Semi Permanen Lantai Semen ,0 5. Rangka Kayu lantai Semen ,0 6. Rangka Kayu lantai Tanah ,0 B. Pagar Pagar Besi Rangka Batu ,0 Pagar Batu ,0 C. Pondasi Batas Tanah (Pilin) Biaya Pemindahan Pondasi Batas ,0 Sumber : Hasil Studi 2010 (diolah). Keterangan 81. Harga Tanaman Ekonomi. Kompensasi untuk tanaman ekonomi yang terkena dampak berdasarkan pada umur dan ukuran tanaman dan harga panen saat ini. Hasil analisis besarnya kompensasi untuk tanaman yang terkena dilakukan sebagai masukan bagi lembaga yang 24

30 bertanggung jawab (Dinas Pertanian / Perkebunan), dan PPT serta digunakan untuk memperkirakan anggaran yang dibutuhkan. Analisis ini menggunakan Harga Standar Pemerintah dan harga pasar saat dilakukannya hasil survei. Hasil analisis adalah pada Tabel 3.6 berkisar dari Rp /batang untuk pohon kelapa sawit siap panen dan relatif muda (sangat produktif) dan Rp / batang untuk pohon kelapa sawit yang telah berumur lebih dari 20 tahun. Tabel 3.4. Harga Patokan Pemerintah untuk Tanaman Ekonomi No. Jenis Tanaman Patokan Harga (Rp./batang) Besar Sedang Kecil 1. Sawit , , ,0 2. Kelapa , , ,0 3. Coklat , , ,0 4. Pinang , , ,0 5. Buah-buahan lainnya , , ,0 Sumber : Pemerintah masing-masing Kabupater 2010 (diolah). 82. Harga standar pemerintah dan harga pasar dari beberapa tanaman sebangaimana disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.5. Harga Pasar (perkiraan) untuk Tanaman Ekonomi No. Jenis Tanaman Patokan Harga (Rp./batang) Besar Sedang Kecil 1. Sawit , , ,0 2. Kelapa , , ,- 3. Coklat ,0 600,000, ,0 4. Pinang , , ,0 5. Buah-buahan lainnya , ,0 75,000,0 Sumber : Pemerintah masing-masing Kabupater 2010 (diolah). 83. Harga ditetapkan oleh Pemerintah tergantung pada jenis dan usia atau ukuran pohon seperti yang disajikan dalam tabel yang berikut. 84. Harga pasar, Tabel 3.6, untuk tanaman ekonomi dihitung berdasarkan jenis dan umur pohon dan harga panen saat ini. Studi lapangan menemukan bahwa minyak sawit dan pohon kakao lebih mahal dibandingkan tanaman lainnya. Tabel 3.6. Hasil Studi LARAP untuk Tanaman Ekonomi No. Jenis Tanaman Patokan Harga (Rp./batang) Besar Sedang Kecil 1. Sawit , , ,0 2. Kelapa , , ,- 3. Coklat ,0 600,000, ,0 25

31 4. Pinang , , ,0 5. Buah-buahan lainnya , ,0 100,000,0 Sumber : Hasil Studi di masing-masing Kabupater 2010 (diolah). 85. Seluruh bangunan dan aset lainnya yang terkena dampak, akan dibongkar apabila kompensasi telah dilunasi atau bangunan pengganti yang tersedia. 86. Penanganan Pasar Bawan. Penelitian terhadap keberadaan pasar dan upaya penanganan masalah pelebaran jalan dan kondisi pasar yang selalu tumpah saat hari pasar, dilakukan melalui diskusi dan wawancara terstruktur, serta dilanjutkan dengan group diskusi terfokus (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat menyadari bahwa setiap hari pasar selalu terjadi kemacetan dan mengharapkan adanya di penataan kawasan pasar. Untuk itu, masyarakat pelaksana proyek pelebaran jalan, yakni P2JJ Provinsi Sumatera Barat, dapat sekaligus melakukan penataan dengan penyediaan pelataran parkir dan pelataran lapak pedagang K Keberadaan lapak pedagang K5 dan pemarkiran kendaraan, baik kendaraan pedagang, angkutan pedesaan, maupun kendaraan roda dua pribadi dan ojek, pada setiap hari pasar yakni hari Jumat, telah menimbulkan kemacetan di ruas jalan ini. Walau masyarakat menyadari terjadi kemacetan, namun sampai saat ini belum ada upaya penyelesaian masalahnya seperti penataan pedagang K5 ataupun pemarkiran kendaraan. 88. Rencana Aksi yang diajukan untuk masalah ini adalah penyediaan pelataran parkir serta pelataran pedagang K5. Luas yang areal yang dibutuhkan untuk itu sebesar m2 dengan hanya lantainya diperkeras dengan konstruksi aspalt. Upaya ini tentunya membutuhkan penyediaan lahan disamping perkerasan itu sendiri di area Pasar Bawan sekitar 20-30m dari batas RUMIJA. Pengaturan tempat jualan akan diserahkan kepada pengelola pasar yakni Pemerintah Nagari, dimana orang yang terkena proyek ini diprioritaskan untuk mendapatkan tempat ini. 89. Hasil studi yang dilakukan melalui diskusi dan wawancara terstruktur yang dilanjutkan dengan group diskusi terfokus (FGD), menyimpulkan bahwa penanganan ini sepenuhnya diharapkan dari pihak pelaksana proyek yakni P2JJ Provinsi Sumatera Barat. Hasil diskusi juga menginginkan penyediaan sarana ini harus dilakukan sebelum pelaksanaan pelebaran jalan yang didahuli dengan tahapan konsultasi dan diskusi dengan Pedagang K5. Area pengganti akan dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pemindahan pedagang terjadi. 26

32 ESTIMASI ANGGARAN KOMPENSASI 90. Estimasi anggaran sesuai nilai aset masyarakat untuk dibayarkan kompensasinya oleh pemerintah untuk Ruas Manggopoh Padangsawah sebesar Rp ,- sebagaimana Tabel 3.7. Penyediaan ini dibutuhkan untuk pembayaran ganti rugi bangunan rumah, warung bengkel dan sarana ekonomi lainnya, bangunan lain masyarakat seperti pagar, teras rumah, ataupun batas tanah masyarakat, serta tanaman ekonomis yang semuanya berada dalam RUMIJA. Dana ini juga alokasikan untuk perbaikan beberapa bagian dari sarana pasar di Bawan sehingga keberadaannya tidak mengurangi kinerja jalan yang sudah ditingkatkan.biaya ini juga telah dialokasikan untuk Panitia Pembebasan Lahan, baik tingkat Kabupaten maupun tingkat Provinsi, termasuk Biaya Evaluasi dan Monitoring yang disediakan oleh Departemen PU melalui APBN. Pembiayaan untuk masing-masing kabupaten sebaimana diuraikan berikut (Penghitungannya lihat lampiran 5a) Tabel 3.7. Rekapitulasi Biaya Larap Peningkatan Ruas Jalan Nasional Manggopoh - Padangsawah No. URAIAN RAB KETERANGAN A. KABUPATEN AGAM 1. Gantirugi Bangunan ,00 2. Gantirugi Bangunan Pagar dan Lainnya ,00 3. Gantirugi Tanaman Ekonomis ,00 4. Biaya Penanganan Pasar *) ,00 5. Biaya Panitia Pembebasan Lahan dan Gantirugi ,00 Sub-Total ,00 APBN I & II B. KABUPATEN PASAMAN 1. Gantirugi Bangunan ,00 2. Gantirugi Bangunan Teras dan Lainnya ,00 3. Biaya Panitia Pembebasan Lahan dan Gantirugi ,00 Sub-Total ,00 APBN I & II C. BIAYA EVALUASI DAN MONITORING 1. Monev oleh Dirjen Bina Marga ,00 APBN T O T A L ,00 Kabupaten Agam 91. Kompensasi Bangunan. Besarnya gantirugi bangunan rumah toko dan warung penduduk yang berada dalam rumija pada Ruas Jalan Nasional Manggopoh Padangsawah berdasarkan hasil analisis studi LARAP yang dihitung berdasarkan harga pasar material bangunan saat ini tanpa menghitung nilai depresiasi setelah mempertimbangkan hasil wawancara, FGD dan Kuisioner. Hasil penghitungan sebersar Rp ,00 sebagaimana dilihat pada Tabel 3.8, sementara perhitungan harga menurut ketetapan 27

33 pemerintah dan NJOP atau pun harga pasar masing-masing bangunan disampaikan pada lampiran 5b. Tabel 3.8. Perhitungan Biaya Gantirugi Bangunan Penduduk menurut wilayah Administrasi Jumlah Bangunan (Unit)*) Luas Banguna n (m2)*) Hasil Analisis Larap No. WILAYAH ADMINISTRASI Konstruksi H Harga/m2 Jumlah (Rp) (Rp) ( 1. Nagari Manggopoh Permanen , ,0 Semipermanen , ,0 Gubuk , ,0 2. Nagari Bawan Permanen , ,0 Semipermanen , ,0 Gubuk , ,0 3. Nagari Salareh Aia Permanen ,0 - Semipermanen , ,0 Gubuk , ,0 Total ,0 92. Gantirugi bangunan lainnya milik masyarakat seperti pagar dan teras di dalam rumija, dalam penelitian ini di hitung tersendiri di luar bagunan induknya. Nilai gantirugi adalah sebesar Rp ,00, sebagaimana Tabel 3.9., dihitung berdasarkan justifikasi tim LARAP untuk selanjutnya diharapkan mendapat pengesehan dari pemerintah kabupaten masing-masing pada saat gantirugi akan dibayarkan nantinya. Tabel 3.9. Perhitungan Biaya Gantirugi Bangunan Lainya Penduduk menurut Ruas Jalan Nasional No. WILAYAH ADMINISTRASI Konstruksi H Harga/m2 Jumlah (Rp) (Rp) ( 1. Nagari Manggopoh Teras , ,0 Pagar , ,0 Bangunan Lain , ,0 2. Nagari Bawan Tiang Rumah , ,0 Pagar , ,0 Bangunan Lain , ,0 3. Nagari Salareh Aia Teras ,0 - Pagar , ,0 Bangunan Lain ,0 - Total ,0 Sumber : *) adalah Hasil Perhitungan data Lapangan Jumlah Bangunan (Unit)*) Luas Banguna n (m2)*) Hasil Analisis Larap 93. Gantirugi Tanaman Ekonomis. Basar harga gantirugi tanaman ekonomis masyarakat di dalam RUMIJA, Tabel 3.10 terhitung sebesar Rp ,00. Hasil perhitungan berdasarkan ketetapan pemerintah dan harga pasar selengkapnya disampaikan pada lampiran. 28

34 Tabel Perhitungan Biaya Gantirugi Tanaman Ekonomis Penduduk menurut wilayah Administrasi No. WILAYAH ADMINISTRASI Jenis Harga/phn (Rp) Jumlah (Rp) 1. Nagari Manggopoh Sawit ,0 - Kakao ,0 - Kelapa , ,0 Pinang ,0 - Tanaman Lainnya **) ,0-2. Nagari Bawan Sawit ,0 - Kakao ,0 - Kelapa ,0 - Pinang ,0 - Tanaman Lainnya **) ,0-3. Nagari Salareh Aia Sawit , ,0 Kakao ,0 - Kelapa ,0 - Pinang , ,0 Tanaman Lainnya **) , ,0 Total ,0 Sumber : *) adalah Hasil Perhitungan data Lapangan **) terdiri dari tanaman Jati Jumlah Pohon*) Hasil Analisis Larap 94. Adanya perbedaan yang terjadi dalam perhitungan ini disebabkan bahwa ketetapan pemerintah dibuat pada tahun sebelumnya, dimana pada saat itu harga panen tanaman sedang dalam keadaan tertekan. Sementara saat ini harga panen sedang dalam keadaan baik dan cenderung naik. Justifikasi ini untuk selanjutnya diharapkan mendapat pengesehan dari pemerintah kabupaten masing-masing pada saat gantirugi akan dibayarkan nantinya. 95. Perhitungan Biaya Penanganan Pasar. Besarnya biaya penangan pasar Bawan yang terdapat di Kanagarian IV Nagari, sebagai mana terlihat pada Tabel 3.11 berikut. Walaupun nantinya akan disdiakan pelataran parkir yang dilengkapi dengan kawasan untuk Lapak pedagang K5, namun upaya ini masih membutuhkan tambahan derupa pemagaran kawasan pasar demi menjaga keselamatan pengguna jalan nantinya. Pengadaan lahan di kawasan Pasar ini pun relatif mahal dari kawasan lain sekitarnya. Tabel Perhitungan Biaya Penanganan Kawasan Pasar Bawan No. Lokasi RAB *) 1 Pasar Bawan Kabupaten Agam a. Pengadaan Lahan Rp ,00 b. Perkerasan Rp , ,00 c. Pemagaran sempadan jalan 50 m' ,00 Jumlah ,00 Keterangan Sumber : *) RAB masih dalam Perhitungan Ulang 29

35 Kabupaten Pasaman 96. Gantirugi Bangunan. Besarnya gantirugi bangunan rumah dan warung penduduk yang berada dalam rumija pada Ruas Jalan Nasional Manggopoh Padangsawah Simpangempat berdasarkan hasil analisis studi LARAP dengan mempertimbangkan hasil wawancara, FGD dan Kuisioner, di hitung sebersar Rp ,00 sebagaimana dilihat pada Tabel Sementara perhitungan harga menurut ketetapan pemerintah dan NJOP atau pun harga pasar masing-masing bangunan disampaikan pada lampiran 5c. Tabel 3.12 Perhitungan Biaya Gantirugi Bangunan Penduduk di Kabupaten Pasaman No. WILAYAH ADMINISTRASI Konstruksi Jumlah Bangunan (Unit)*) Luas Banguna n (m2)*) Hasil Analisis Larap H Harga/m2 Jumlah (Rp) (Rp) ( 1 Nagari Ladang Panjang Semipermanen , ,0 Gubuk , ,0 Total ,0 97. Gantirugi Bangunan Lainnya. Gantirugi bangunan masyarakat lainnya seperti teras dan gorong-gorongt di dalam rumija, dalam penelitian ini di hitung tersendiri di luar bagunan induknya. Nilai gantirugi adalah sebesar Rp ,00, sebagaimana Tabel 3.13, dihitung berdasarkan justifikasi tim LARAP untuk selanjutnya diharapkan mendapat pengesehan dari pemerintah kabupaten pada saat gantirugi akan dibayarkan nantinya. Tabel 3.13 Perhitungan Biaya Gantirugi Bangunan Lainya Penduduk menurut Ruas Jalan Nasional No. WILAYAH ADMINISTRASI Konstruksi Jumlah Bangunan (Unit)*) Luas Banguna n (m2)*) Hasil Analisis Larap Harga/m2 (Rp) Jumlah (Rp) 1. Ladangpanjang Teras , ,0 Gorong , ,0 Total ,0 30

36 KEBIJAKAN PEMBEBASAN LAHAN 98. Landasan Hukum Proses Pembebasan Lahan. Walaupun kegiatan peningkatan kualitas jalan tidak memerlukan pembebasan karena akan dilaksanakan di dalam RUMIJA, namun masih memerlukan pembebasan dari bangunan dan tanaman ekonomi masyarakat yang berada di dalamnya. Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum proses pembebasan lahan dalam pembangunan untuk kepentingan umum adalah : a) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043.); b) Undang-undang Nomor 51 Prp. Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2106); c) Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak Atas Tanah Dan Benda-benda Yang Ada Di Atasnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2324); d) Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan. e) Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); f) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah g) Undang Undang No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan h) Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum i) Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006, tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum j) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum 31

37 k) Surat Gubernur No. 600/335/P.II/Bang-2010 tanggal 8 Oktober 2010 tentang Surat Pernyataan Lahan Bebas. l) Surat Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pembangunan Jalan dan Jembatan Sumatera Barat tanggal 11 Oktober 2010 tentang Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) m) Petunjuk operasional Bank Dunia (OP) No tentang Survai Sosial. n) Petunjuk operasional Bank Dunia (OP) No.4.12, mengenai Pemukiman Kembali Diluar Kehendak Penduduk (Involuntary Resettlement). 99. Kebijakan Pembentukan Panitia Pembebasan Lahan. Jalan Mangopoh Padangsawah merupakan bagian dari Jalan Trans Sumatra Jalur Barat yang secara administratif melewati dua daerah administrasi kabupaten yakni Agam dan Pasaman. Oleh karena itu, pembebasan ruas jalan dari pemukiman dan tanaman ekonomis penduduk, sesuai Perpres Pasal 6 ayat (3), dibantu oleh panitia pengadaan tanah provinsi yang dibentuk oleh Gubernur. Panitia pembebasan tingkat provinsi, bersama dengan Pemrakarsa, selanjutnya melakukan koordinasi dengan panitia pembebasan tanah kabupaten yang dibentuk oleh Bupati. PROSEDUR DAN PROSES PEMBEBASAN 100. Tahap Awal. Sesuai ketentuan yang berlaku, maka setiap proyek atau pun subproyek yang memerlukan pembebasan lahan terlebih dahulu harus melakukan proses penyiapan yang mengacu pada Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005, Perpress No. 65/2006 dan Aturan Kepala BPN No.3/2007 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Untuk itu, sesuai dengan Petunjuk Operasional Bank Dunia (OP) No.4.12, maka peningkatan Jalan Nasional Ruas Manggopoh Padangsawah dilakukan Studi LARAP Studi melakukan inventori aset berupa bangunan dan tanaman bernilai ekonomi penduduk yang terdapat di dalam RUMIJA yang akan terkena proyek, serta melakukan survai sosial ekonomi serta sosialisasi, konsultasi dan dikusi dengan masyarakat. Studi ini akan mendapatkan informasi yang akurat tentang banyaknya bangunan dan tanaman ekonomi masyarakat serta sarana dan prasarana umum yang terdapat di dalam RUMIJA yang nantinya perlu dibebaskan serta besar dan cara penggantirugiannya. Tabulasi Rencana Aksi untuk masing-masing kabupaten sebagaimana disampaikan pada bahagian akhir laporan ini Tahap Persiapan Administrasi. Sesuai hasil Studi LARAP, maka Proyek Peningkatan Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Barat melalui Kepala Dinas Prasarana Jalan, Tataruang dan Pemukiman Propinsi Sumatera Barat menyampaikan surat Gubernur Sumatra 32

38 Barat guna pembentukan Panitia Pembebasan Lahan Tingkat Provinsi dengan susunan kepanitiaan terdiri dari sembilan unsur yang dianggap sudah mewakili semua pihak terkait di pemerintahan dan selanjutnya disebut Panitia Sembilan Provinsi Selanjutnya dimintakan juga kepada Gubernur Sumatra Barat untuk menyurati Bupati Kabupaten Agam dan Pasaman yang menginformasikan bahwa akan dilakukan pembebasan lahan dari bangunan dan tanaman ekonomi masyarakat di dalam RUMIJA sepanjang ruas jalan Manggopoh Padangsawah karena akan dilakukan pelebaran jalan. Sehingga masingmasing Bupati juga membentuk Panitia Sembilan Kabupaten yang nantinya akan bertugas mendapingi Panitia Sembilan Provinsi dalam menangani proses penggantirugiaan Disamping itu, sebagai langkah awal dalam mempersiapkan kegiatan LARAP ini, telah dilakukan work shop pada tanggal 16 Desember 2010 oleh Direktorat Jenderal Bina Marga melalui Direktorat Bina Teknik dengan melibatkan steakholder seperti Camat dari masing-masing kecamatan di walayah administrasi Kabupaten, Pemerintah Kabupaten yang berasal dari unsur Bappeda, Pekerjaan Umum dan BPN, serta Pemerintah Provinsi yang juga berasal dari unsur Bappeda, Pekerjaan Umum dan BPN dan Pihak Konsultan Tahap Sosialisasi dan Konsultasi. Panitia Sembilan Provinsi yang sudah diserahkan tugas untuk menangani proses gantirugi lahan mulai bekerja dengan mengundang Panitia Sembilan Kabupaten untuk berkoordinasi dan penyampaian informasi materi yang telah disampaikan dalam LARAP. Materi menyangkut a. Penyampaian hasil Studi LARAP b. Melakukan koordinasi, pembagian tugas dan kewenangan c. Menyusun skedul kegiatan pembebasan lahan d. Membuat dan meyiapkan konsep Surat Keputusan Bapati tentang Penetapan Harga Gantirugi Bangunan - termasuk pagar dan teras serta bangunan lainnya dan Tanaman bernilai Ekonomi Masyarakat yang terkena Pekerjaan Pelebaran Jalan Manggopoh Padangsawah Panitia Sembilan Kabupaten. Panitia Sembilan Kabupaten melakukan sosialisasi di wilayah kerja masing-masing kepada masyarakat tentang proses pembebasan dan pembayaran gantirugi bangunan dan tanaman yang terkena proyek dengan bantuan Kecamatan, Nagari dan unsur pemuka masyarakat masing-masing Kecamatan atau Nagari. Acara ini di hadiri oleh Panitia Sembilan Provinsi dan Pihak Proyek. Dalam pelaksanaan ini, Panitia dibantu oleh Camat dan Walinagari. 33

39 107. Camat bertugas mengundang semua pihak yang berkepentingan seperti Walinagai, Tokoh Masyarakat masing-masing Nagari, terutama Masyarakat yang bangunan dan tanamannya akan terkena proyek pelebaran jalam. Sosialisasi tentang fisik proyek akan disampaikan oleh pihak proyek. Sosialisasi tentang penggantirugian, akan disampaikan oleh Panitia Sembilan Kabupaten didampingi oleh Panitia Sembilan Provinsi Selain sosialisasi, Panitia sembilan Kabupaten memiliki tugas-tugas sebagai berikut; a) Melaksanakan pengukuran dan staking out atas asset yang terkena. b) Melakukan penghitungan/inventarisasi asset warga yang akan diberi kompensasi c) Mengumumkan hasil penelitian dan inventarisasi asset kepada WTP d) Memfasilitasi pembentukan Tim Pemantau Independen e) Menerima hasil penilian harga atau tarif ditetapkan untuk bangunan atau tanaman atau asset lain yang terkena dari instansi yang bertanggung jawab telah dibentuk untuk itu, atau Dinas Pertanian/Perkebunan. f) Melaksanakan musyawarah untuk mencapai kesepakatan dengan WTP mengenai bentuk dan besaran kompensasi. g) Menetapkan besarnya ganti rugi atas aset terkena h) Melakukan pembayaran kompensasi kepada WTP i) Menampung setiap keluhan, keberatan dan usulan dari WTP untuk kemudian di musyawarahkan upaya pemecahannya serta hasilnya di publikasikan. j) Membuat laporan bulanan kemajuan pelaksanaan LARAP selama rentang masa kerjanya. k) Menyerahkan laporan pelaksanaan LARAP kepada Bupati, Tim Monitoring dan Pelaporan, dan WINRIP 109. Pengukuran dan Penghitungan Gantirugi. Pengukuran dan penghitungan detail di lapangan atas bangunan dan tanaman ekonomi yang terkena proyek, disaksikan oleh pemilik dan dilakukan oleh Panitia Sembilan Kabupaten serta dihadiri oleh Pihak Proyek dan Panitia Sembilan Provinsi Menyampaikan hasil pengukuran dan penghitungan kepada masyarakat melalui Rapat Sosialisasi Tahap II. Bagi sebagian masyarakat belum mengetahui secara jelas bangunan dan tanaman mereka yang terkena proyek pelebaran jalan, dapat meminta panitia mengukur ulang atas luas bangunan dan tanaman mereka untuk kepastian pembayaran gantirugi nantinya. Prosedur Keluhan dan Keberatan Masyarakat disampaikan dalam Lampiran Setelah pengukuran site dan sejumlah bangunan serta tanaman telah terdata akurat, maka instansi yang bertanggung jawab untuk bangunan dan tanaman akan menghitung nilai 34

40 kompensasi bangunan dan tanaman yang akan terkena proyek yang selanjutnnya akan ditetapkan sebagai Keputusan Bupati Masyarakat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atas asetnya yang terkena proyek dalam tahapan proses konsultasi yang disediakan untuk itu Tahap Pembayaran Gantirugi. Panitia Sembilan Provinsi dan Kabupaten beserta Pihak Proyek mengadakan rapat intern mengenai prosedur pembayaran gantirugi atas bangunan dan tanaman yang terkena proyek. Pembayaran akan dilakukan kepada masyarakat yang sudah bersedia, serta kepada mereka diminta untuk mempersiapkan beberapa dokumen yang harus diperlihatkan dan dilampirkan saat pembayaran gantirugi Setiap masyarakat yang menerima gantirugi akan difoto dengan latardepan nilai gantirugi yang diterima sesuai dengan jenis aset yang dibebaskan. Untuk itu Panitia juga sudah mempersiapkan seluruh dokumen dan dokumentasinya, sehingga dapat dipertanggungjawabkan dengan baik Gantirugi Bangunan dan Banguanan Lainnya 1) Foto Copy Kartu Tanda Penduduk. 2) Foto Copy Sertifikat Tanah atau surat kepemilikan tanah lainnya untuk bangunan yang sebagia lainnya berada di dalam RUMIJA. dan/atau 3) Untuk tanah ulayat harus ada surat dari Ninik Mamak, Walinagari, Camat serta tidak bermasalah dengan hukum, dan/atau 4) Surat keterangan Walinagari atas kepemilikan bangunan yang seluruhnya berada di dalam RUMIJA Tamaman Ekonomis 1) Foto Copy Kartu Tanda Penduduk. 2) Surat keterangan Walinagari atas kepemilikan tanaman ekonomi yang ditanam mereka masing-masing di dalam RUMIJA. PROSEDUR PENANGANAN KELUHAN 117. WTP yang tidak puas atas pelaksanaan kegiatan pembebasan lahan dapat mengajukan keluhan, keberatan atau usulan kepada masing-masing Pemerintah Kabupaten atau kepada PPT sebagai penanggung jawab program. Keluhan, keberatan dan usulan tersebut dapat disampaikan langsung atau melalui surat menyurat ke alamat masing-masing Kantor Bupati 35

41 atau kepada Kepala Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatra Barat, Jl. Rasuna Said No. 85 A Padang, Telp. (0751) Fax. (0751) Mekanisme penanganan keluhan, keberatan ataupun usulan terhadap pelaksanaan LARAP diproses melalui tahapan sebagai berikut : a) Pemerintah Kabupaten dan WINRIP melalui Ketua Bappeda masing-masing kabupaten dan Kepala SNVT Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Barat dan Tim Monitoring dan Pelaporan, akan melakukan penelitian sesuai keluhan, keberatan dan usulan yang disampaikan WTP. b) Hasil penelitian dan investigasi tersebut akan di informasikan kepada warga WTP paling lambat dalam jangka waktu 12 hari untuk kemudian di musyawarahkan dengan WTP untuk diupayakan pemecahannya berdasarkan prinsip saling menguntungkan. c) Penyelesaian masalah atau penanganan atas keluhan, keberatan dan usulan akan didokumentasikan dan dapat di akses secara terbuka oleh masyarakat. Untuk memudahkan masyarakat umum, khususnya WTP dalam meng akses informasi, maka hasilnya akan di sebar luaskan melalui ruang public yang tersedia, seperti papan pengumuman di kantor proyek, Kantor Camat dan Kantor Nagari. Diagram penanganan keluhan dapat dilihat pada lampiran Dalam hal tidak tercapai kesepakatan atau konsensus tentang jumlah kompensasi antara WTP dan Pemerintah setelah lebih dari setahun, maka sub-proyek akan dikeluarkan dari Program WNRIP atau akan dicari alternatif lain untuk melakukan penataan kembali (realignment). MONITORING DAN PELAPORAN 120. Pelaksanaan pembebasan yang dilaksanakan setelah penyusunan LARAP masih memerlukan Evaluasi dan Monitoring yang dilakukan baik Pemerintah Kabupaten, Provinsi maupun oleh Dirjen Bina Marga melalui instansi yang ditunjuk untuk itu. Pemantauan dan pengevaluasian mengacu pada format sebagaimana disampaikan dalam lampiran Tim Monitoring dan Pelaporan Kabupaten, dibentuk oleh pemerintah Kabupaten Agam dan Pasaman pada saat dimulainya pelaksanaan Rencana Kerja (action plan) Pemebasan Lahan. Tim ini beranggotakan dari unsur masing-masing Pemerintah Kabupaten Agam dan Pasaman (BAPPEDA), unsur Perguruan Tinggi atau Lembaga Swadaya 36

42 Masyarakat (LSM) dan wakil dari masyarakat (WTP). Kegiatan Monitoring dan Pelaporan dilakukan dengan tujuan untuk mengawasi pelaksanaan program Pembebasan Lahan sesuai dengan rencana, tujuan dan keluaran yang diharapkan. Deskripsi tugas Tim Monitoring dan Pelaporan : 1) Tim akan melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan program sebagaimana yang tercantum dalam rencana kerja (action plan) mulai dari saat sosialisasi dan konsultasi publik untuk pembebasan tanah, sampai semua kegiatan RAP dan komitmen telah dipenuhi. 2) Tim akan melakukan koordinasi setiap bulan dengan Panitia Sembilan, Bappeda dan Proyek, untuk mendiskusikan permasalahan dan kendala yang dihadapi serta upaya penanggulangannya, khusus terkait dengan penyelesaian keluhan / keberatan dari WTP. 3) Tim akan menyusun laporan kemajuan pelaksanaan program setiap bulan dengan menggunakan formulir pelaporan yang dikirimkan kepada WINRIP dengan tembusan kepada Bappeda dan Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatra Barat dan Unit Social Safeguard bank Dunia. 4) Pemerintah akan melakukan Monitoring Bulanan Pelaksanaan Larap sesuai dengan Laporan Monitoring Bulanan Pelaksanaan Larap (lihat Lampiran 4). Laporan ini berisi kemajuan pelaksanaan LARAP, seperti data rinci sosialisasi, jenis dan jumlah kompensasi dan kemajuan pembayaran, setiap keluhan yang disampaikan oleh WTP dan resolusinnya. JADWAL PELAKSANAAN 122. Jadwal pelaksanaan proses pembayaran gantirugi dimulai dengan tahap persiapan, dilanjutkan dengan penyuluhan dan sosialisasi kepada WTP, pengukuran aset serta negosiasi harga pada Tahun Anggaran Anggaran untuk pelaksanaan LARAP sebagian besar berasal dari anggaran daerah (APBD), dengan sebagian kevil ditanggung dengan anggaran nasional (APBN) sebagimana disajikan pada rencana aksi berikut. 37

43

44

45 LAMPIRAN 1 Tabel Aset Terkena Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh - Padangsawah No Uraian Jumlah A Jumlah PAP 58 WTP B Bangunan Terkena : 30 WTP a. Sepenuhnya > 50 % Bangunan 21 WTP b. Sebagian < 50 % 9 WTP 1. Bangunan Milik Pribadi 31 WTP a. Bangunan permanen 5 (44 m2) b. Bangunan Semi permanen 8 (128 m2) c. Bangunan Sementara/ Gubuk 15 (188 m2) 2. Bangunan Lainnya 20 WTP a. Pagar permanen 11 (140 m') b. Gorong-gorong 1 (8 m') c. Teras Semi Permanen 7 (122 m2) d. Pondasi Batas Tanah 1 (38 m') 3. Pohon / tanaman 7 WTP Sawit 9 Pohon Kelapa 1 Pohon Pinang 22 Pohon Jati 5 Pohon a

46 LAMPIRAN 1.a Tabel Aset Terkena Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh - Padangsawah Sesuai Wilayah Administrasi Kecamatan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam Bangunan No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kanan Khairul Bangunan Bengkel 16 M Kiri Mardiani Bangunan Pondok 8 M Kanan Sidi Asmal Bangunan Rumah 22 M Kiri Firdaus Bangunan Warung 8 M Kanan Fernawati Bangunan Rumah 12 M Kiri Tagor Bangunan Warung 12 M Kiri Doni Ariandi Bangunan Warung 16 M Kiri Noza Bangunan Warung 12 m2 Bangunan Lainnya No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kiri H. DT Parpatiah Bangunan Lainnya Pagar 12 M Kanan Petnawati Bangunan Lainnya Teras Rumah 42 M Kanan Rasima Bangunan Lainnya Teras Rumah 21 M Kanan Sariana Bangunan Lainnya Teras Rumah 16 M Kiri ST NAZIR Bangunan Lainnya Gorong-gorong 10 M Kiri Rita Bangunan Lainnya Pagar 1 M Kiri Rakamah Bangunan Lainnya Teras Rumah 8 M Kiri Bangunan Lainnya Pagar beton TN besi 15 M Kanan Syamsiar Bangunan Lainnya Teras Rumah 16 M Kiri Herman Aziz Bangunan Lainnya Pagar beton 2 M Kanan Bangunan Lainnya Pagar besi Mar (Kantor Camat) beton 20 M Kanan Ta Bangunan Lainnya Lantai Jemuran 8 M Kiri Bangunan Lainnya Pagar beton Ita Jaksa besi 20 M Kanan Bangunan Lainnya Pagar besi Jon tentara beton 20 M Tanaman No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kiri Siti Rajiu Tanaman Kelapa 1 Btg b

47 LAMPIRAN 1.b Tabel Daftar Aset Terkena Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh - Padangsawah Sesuai Wilayah Administrasi Kecamatan Kecamatan IV Nagari Kabupaten Agam Bangunan No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kiri Lely Suriani Bangunan Warung 18 M Kiri Azwar Bangunan Bengkel 8 M Kiri Mardiani Bangunan Warung 8 M Kiri Adrian Bangunan Gudang 12 M Kanan Mulyani Bangunan Warung 8 M Kanan Martaini Bangunan Warung 18 M Kiri Yakub Bangunan Warung 8 M Kiri Edi Tiawarman Bangunan Warung 8 M Kiri Ali Dasma Bangunan Warung 8 M Kiri Rosma Wati Bangunan Warung 12 M Kiri Sukur Bangunan Warung 12 M Kiri Sidi Bangunan Rumah 12 M Kanan Herman Gubuk 4 m Kanan Jalinur Bangunan Warung 21 M2 Bangunan Lainnya No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kiri Bidan yanariyati Bangunan Lainnya Pilin 20 M (batas tanah) Kanan Mas Bangunan Lainnya 15 M Pagar Kiri Sidi Bangunan Lainnya Tonggak Rumah 5 Btg c

48 LAMPIRAN 1.c Tabel Dafrtar Aset Terkena Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh - Padangsawah Sesuai Wilayah Administrasi Kecamatan Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Bangunan No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kanan Yeti Bangunan Warung 8 M Kanan Ernawati Bangunan Warung 6 M Kiri Amaik Bangunan Warung 16 M Kanan Anis Bangunan Warung 27 M Kiri Tn Bangunan Rumah 14 M Kiri Elikasim Bangunan Rumah 35 M Bangunan Lainnya No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kiri H.Imam Mansyur Bangunan Lainnya Pagar dan batas tanah 30 M Tanaman No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kanan Ermawati Tanaman Sawit 1 Btg Kiri Murniati Tanaman Jati 5 Btg Kiri Murniati Tanaman Sawit 4 Btg Kanan ITA Tanaman Pinang 11 Btg Kiri Imam/sarima Tanaman Pinang 11 Btg Kiri Tn Tanaman Sawit 4 Btg d

49 LAMPIRAN 1.d Tabel Daftar Aset Terkena Pembebasan Proyek Pelebaran Jalan Manggopoh - Padangsawah Sesuai Wilayah Administrasi Kecamatan Kecamatan III Nagari Kabupaten Pasaman Bangunan No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kiri Zulpardi Bangunan Warung 4 M Kanan Ddahniar Bangunan Warung 8 M Kanan Sri Oktavia Bangunan Warung 12 M2 Bangunan Lainnya No. Lokasi Posisi Nama Rsp. Asset Jumlah Kiri Lenggo Geni Bangunan Lainnya Gorong-gorong 8 M Kiri Yal Bangunan Lainnya Teras Rumah 12 M2 e

50 LAMPIRAN 1.e Tabel Pedagang K5 Di Pasar Bawan TerkenaYang Pembebasan Proyek Pindah ke lokasi lain yang ditawarkan pemerintah No. Posisi Nama Rsp. Dagangan 1 Berada dalam rumija Amat Pecah Belah 2 Berada dalam rumija Elly Cabe 3 Berada dalam rumija M. Awis Buah Salak 4 Berada dalam rumija Suhaiminar Kelapa 5 Berada dalam rumija Syafrina Sayur-sayuran 6 Berada dalam rumija Yanti Murni Cabe 7 Berada dalam rolen jalan Yusna Kelapa 8 Berada dalam rolen jalan Ade Anak Ayam 9 Berada dalam rolen jalan Anto Cabe 10 Berada dalam rolen jalan Indan Sayur-sayuran 11 Berada dalam rolen jalan Ujang Buah Semangka 12 Berada dalam rolen jalan Upiak Enek Ikan Kering 13 Berada dalam rolen jalan Yesnimar Kain Pindah ke lokasi lain yang dicari sendiri dekat dari tempat semula No. Posisi Nama Rsp. Dagangan 1 Berada dalam rolen jalan Lini tahu Tidak menjawab No. Posisi Nama Rsp. Dagangan 1 Berada dalam rumija Ati Ikan Kering 2 Berada dalam rumija Mai Syamsinar Cabe dan Bawang f

51 Lampiran 2 Format Risalah Konsultasi dan Sosialisasi No Uraian Penjelasan A. Tempat Rapat B Materi Rapat C Pihak Pemrakarsa D Masyarakat yang Hadir: Tokoh Masyarakat yang Hadir Warga Jumlah Peserta hadir E Isu yang di bahas (dapat berupa pertanyaan atau apapun) F Tindak Lanjut yang disepakati h

52 Lampiran 3 Bagan alir Tata Cara Penanganan Keluhan Masyarakat PMU WINRIP Mekanisme Penanganan Keluhan terhadap Pelaksanaan LARAP Proses M O N I T O R I N G WTP - Bappeda - Pimpinan Satker P2JJ (pimpinan Sub-Proyek) - Panitia Pengadaan Tanah - Tim Monitoring Investigasi oleh Bapedda dan Satker Konsultasi dengan WTP Dalam 12 hari kerja Persetujuan dengan WTP Publikasi Pelaksanaan i

53 Lampiran 4 FORMULIR MONITORING BULANAN PELAKSANAAN LARAP Kabupaten :... Sub-project :... :... Periode Pelaporan :. Aktivitas Rencana Kerja sesuai LARAP Laporan Kemajuan [1] Tanggal Target Kemajuan/ status di lapangan Masalah & rencana tindak lanjut Catatan KONSULTASI 1. Kompensasi [2] Lampirkan: kopi notulensi kesepakatan 2. Penataan Pasar [3] Lampirkan: kopi jadwal relokasi yang dipublikasikan IMPLEMENTASI 1. Pembayaran kompensasi Lampirkan: kopi tanda terima - Lahan - Bangunan - Jumlah Rumah - Jumlah Warung - Bangunan Lainnya - Jumlah Teras - Jumlah Pagar - Jumlah Bangunan Lainnya - Tanaman - Jumlah Tanaman sesuai Jenis 2. Penataan Pasar - Jumlah Pedagang K5 yang ditata - Jumlah fasilitas 3. Keluhan atau pengaduan Lampirkan: - Jumlah keluhan yang diterima Daftar keluhan yang diajukan - Jumlah keluhan yang telah diselesaikan Lampirkan: [1] Jika kolom tidak mencukupi, silahkan digunakan lembar kertas tambahan. [2] Konsultasi untuk kompensasi adalah mengenai (i) harga pasar, (ii) jadwal untuk pembayaran kompensasi, dan (iii) kepemilikan aset, besaran dan bentuk kompensasi. [3] Konsultasi untuk Penataan Pasar mengenai (i) jadwal penataan (ii) lokasi penataan, dll. h

54 LAMPIRAN 5 i

55 j

56 k

57 l

58 m

59 LAMPIRAN6 h

60 i

61 j

62 k

63 l

64 m

65 n

66 o

67 p

68 q

69 LAMPIRAN 7 r

70 s

71 t

72 u

73 v

74 w

75 x

76 y

KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized LARAP Link 047.2 Padangsawah-Simpangempat KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

SFG2511. Agustus 2016 PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGUNAN JAWA BAGIAN BARAT. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

SFG2511. Agustus 2016 PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGUNAN JAWA BAGIAN BARAT. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized SFG2511 DOKUMEN RENCANA KERJA PENGADAAN LAHAN (LAND ACQUISTION AND RESETTLEMENT ACTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG Wilton Wahab (1), Delvi Gusri Yendra (2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB III METODE PERENCANAAN BAB III METODE PERENCANAAN 1.1 Wilayah Perencanaan Perencanan TPST ini berlokasi di Kelurahan Pemurus Dalam yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota sebagai salah satu kenampakan di permukaan bumi, menurut sejarahnya kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga timbullah

Lebih terperinci

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah 36 BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN A. Pengertian dan Jenis-Jenis Jalan 1. Pengertian Jalan Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kerusakan Jalan, bangunan pelengkap, fasilitas pendukung.

ABSTRAK. Kata Kunci: Kerusakan Jalan, bangunan pelengkap, fasilitas pendukung. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PADA KONTRUKSI JALAN, BANGUNAN PELENGKAP DAN FASILITAS PENDUKUNG JALAN STUDI KASUS JALAN DURI- PEKANBARU KM 30-31 KECAMATAN MINAS KABUPATEN SIAK Fitridawati Soehardi; Fadrizal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang semakin pesat membuat kebutuhan semakin banyak termasuk kebutuhan akan akses jalan yang baik yang mana akses jalan yang baik ini merupakan suatu cara

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG I. LATAR BELAKANG Transportasi merupakan pendukung perekonomian suatu daerah. Tersedianya suatu jaringan dan sistem transportasi

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

LAMPIRAN 4 Petunjuk untuk Rapid Rural Appraisal Sederhana

LAMPIRAN 4 Petunjuk untuk Rapid Rural Appraisal Sederhana LAMPIRAN 4 Petunjuk untuk Rapid Rural Appraisal Sederhana Kegiatan Persiapan Sosial Pleno Alor Dengan metode Rapid Rural Appraisal Analisa Dampak Sosial untuk Komunitas Adat Terpencil (Social Impact Assessment

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH 2.1. Kondisi Geografi dan Demografi Kota Bukittinggi Posisi Kota Bukittinggi terletak antara 100 0 20-100 0 25 BT dan 00 0 16 00 0 20 LS dengan ketinggian sekitar 780 950 meter

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM III - 1 BAB III 3.1 TINJAUAN UMUM Di dalam suatu pekerjaan konstruksi diperlukan suatu rancangan yang dimaksudkan untuk menentukan fungsi struktur secara tepat dan bentuk yang sesuai serta mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim 27 BAB IV KONDISI UMUM A. Letak Geografis, Iklim Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambidengan luas wilayah sekitar 7.160 km 2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º 27

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK Perkembangan Pasar Inpres Painan: Studi Kasus Setelah Kebakaran Tahun

ABSTRAK Perkembangan Pasar Inpres Painan: Studi Kasus Setelah Kebakaran Tahun iv ABSTRAK Skripsi ini berjudul Perkembangan Pasar Inpres Painan: Studi Kasus Setelah Kebakaran Tahun 2007-2013. Penulisan dari skripsi ini menjelaskan tentang perkembangan yang terjadi di Pasar Inpres

Lebih terperinci

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK Eka Agus Sugito 1 )., Syafaruddin As 2 ).,Siti Nurlaily 2 ) madridgito@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP 2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN

Prosiding SNaPP 2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN Prosiding SNaPP 2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 EKONOMI LOKAL SEBAGAI BAGIAN DARI PENGEMBANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN YANG BERDAMPAK TERHADAP PENDAPATAN DAERAH (STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak terhadap perkembangan kota di Indonesia. Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan kota sebagai pusat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali

Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali Lampiran 6 : Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali 1. Definisi-definisi a. Definisi-definisi yang digunakan dalan kerangka kebijakan ini adalah : 1). Sensus adalah hitungan per kepala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lahan permukiman dan perkembangan penduduk merupakan fenomena yang menarik perhatian pemerintah, dalam penyediaan dan penataan ruang untuk penggunaan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Transportasi khususnya transportasi darat, fasilitas bagi pengguna jalan akan selalu mengikuti jenis dan perilaku moda yang digunakan. Sebagai contoh, kendaraan

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sungai, saluran, waduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Pekerjaan Persiapan dan pengumpulan Data 3.1.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan yang harus dipersiapkan guna memperlancar jalannya pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Teknis dan

Lebih terperinci

BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO

BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO Uraian Pendahuluan 1. Latar Belakang Rancangan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo memuat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah transportasi darat yang menyangkut dengan masalah lalu lintas merupakan masalah yang sulit dipecahkan, baik di kota - kota besar maupun yang termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN KERANGKA ACUAN KERJA STUDI PENATAAN DAN PERENCANAAN DED KOMPONEN PSU KAWASAN KUMUH KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PRASARANA SARANA DAN UTILITAS KAWASAN KUMUH LOKASI : KABUPATEN BANGGAI LAUT TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Brosot, secara administratif terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Brosot merupakan akses masuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

ARTICLE PELEPASAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN MALALAK KABUPATEN AGAM. (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Jalan Malalak

ARTICLE PELEPASAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN MALALAK KABUPATEN AGAM. (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Jalan Malalak ARTICLE PELEPASAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN MALALAK KABUPATEN AGAM (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Jalan Malalak Di Kabupaten Agam) Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar 74 BAB V KESIMPULAN Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar ini diperkirakan sudah ada sejak zaman belanda namun hanya sebatas untuk pasar untuk kebutuhan masyarkat nagari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI MENTERI PEKERJAAN UMUM Menimbang : a. Bahwa sebagai

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder III - 1 BAB III METODOLOGI Persiapan Mulai Studi Pustaka Pengamatan Pendahuluan Identifikasi Masalah Alternatif Pendekatan Masalah Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder T Data Cukup Y Analisa Jalan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam

III. METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai konsep teoritik (pengetahuan) yang mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam penelitian.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan berdaya guna.

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl.

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. BAB IV DESKRIPSI DATA 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. Gatot Subroto Timur melewati ruas-ruas jalan dengan volume

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan proses yang pembahasannya menekankan pada pergerakan penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB. I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keinginan membangun jaringan Trans Sumatera dengan maksud memberdayakan sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh Sumatera utara dan Riau telah lama direncanakan.

Lebih terperinci

ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN)

ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN) ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN) A. KELEMBAGAAN 1. UMUM Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial perekonomian suatu kota, kompleksitas permasalahan sampahpun akan meningkat, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini mencakup penggunaan lahan, faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, dan dampak perubahan penggunaan lahan

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci