BUKU AJAR KINEMATIKA DAN DINAMIKA 1 TIM DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU AJAR KINEMATIKA DAN DINAMIKA 1 TIM DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA"

Transkripsi

1 UKU JR KINEMTIK DN DINMIK 1 TIM DOSEN FKULTS TEKNIK UNIVERSITS WIJY PUTR SURY 1

2 ab I KONSEP KONSEP DSR 1.1 KINEMTIK Kinematika mesin adalah suatu pengetahuan tentang gerak relatif dari bagian -bagian mesin yaitu posisi, kecepatan dan percepatan. 1.2 DIGRM KINEMTIS Dalam mempelajari gerakan -gerakan dari bagian -bagian mesin, biasanya kita gambarkan bagian-bagian tersebut dalam bentuk sketsa sehingga hanya bagian-bagian yang akan memberi efek pada gerakan yang diperhatikan C 4 Gambar 1.1 Diagram kinematis Gambar 1.1 menyatakan elemen-elemen utama dalam sebuah mesin diesel. agian -bagian yang diam, terdidri dari bantalan -bantalan kruk as dan dinding silinder diberi label 1. Engkol dan kruk as adalah batang penghubung 2, batang penghubung 3, dan torak atau peluncur adalah penghubung 4. 1

3 atang penghubung (link0 adalah suatu nama yang diberikan pada setiap benda yang mempunyai gerakan relatif terhadap yang lainnya. Posisi, kecepatan dan percepatan sudut dari batang tergantung hanya pada panjang dari engkol dan batang hubung dan tidak dipenguruhi oleh lebar atau ketebalan dari batang. Gambar sksla yang menyatakan suatu mesin sehingga hanya dimensi yang memberi efek pada gerakannya disebut diagram kinematis. 1.3 MEKNISME Sebuah rantai kinematis adalah sebuah system dari batang batang penghubung yang berupa benda benda kaku yang apakah digabungkan bersama atau dalam keadaan saling bersinggungan sehingga memungkinkan mereka untuk bergerak relatif satu terhadap yang lain. Jika salah satu dari batang penghubungnya tetap dan gerakan dari sebarang batang penghubung yang lain ke posisinya yang baru akan menyebabkan setiap batang penghubung yang lain bergerak ke posisi posisi tertentu yang telah diramalkan system tersebut adalah sebuah rantai kinematis yang dibatasi.jika salah satu dari batang penghubung ditahan tetap gerakan dari batang penghubung yang lain ke posisinya yang baru tidak akan menyebabkan setiap batang batang penghubung yang lain bergerakke posisi tertentu yang telah diramalkan maka system tersebut adalah suatu rantai kinematis tak terbatas. 2

4 1.4 INVERSI Dengan membuat suatu batang penghubung yang berbeda dalam rantai kinematis sebagai bagian yang tidak bergerak, kita memperoleh mekanisme yang berbeda. Penting untuk dicatat bahwa inverse dari suatu mekanisme tidak akan mengubah gerakan antara batang-batang penghubungnya. Sebagai contoh, gambar diatas jika batang penghubung 2 berputar? 0 searah jarum jam relatif terhadap batang penghubung 1, batang penghubung 4 akan bergerak kekanan sepanjang garis lurus pada penghubung1. Hal ini akan selalu demikian tidak peduli batang penghubung mana yang ditahan tetap. 1.5 PSNGN Dua benda yang saling kontak akan membentuk suatu pasangan. Pasangan lebih rendah (lower pairing) terjadi jika dua permukaan saling kontak. Contohnya dari pasangan lebih rendah adalah sebuah torak dengan dinding silindernya. 3

5 Pasangan lebih tinggi (higher pairing) menyatakan suatu kontak yang berupa titik atau garis. Contohnya dari pasangan lebih tinggi adalah torak dengan silindernya tetapi toraknya dibuat seperti bola, maka toraknya akan kontak dengan dinding silinder sepanjang suatu lingkaran IDNG GERKN Sebuah benda mempunyai bidang gerakan jika semua titik-titiknya bergerak dalam bidang-bidang parallel terhadap bidang referensinya. idang referensi tersebut dise but bidang gerakan (plane motion). idang gerakan dapat merupakan salah satu dari 3 tipe : gerakan menurut garis lurus (translasi0, putaran atau kombinasi dari translasi dan rotasi. 1.7 TRNSLSI Sebuah benda mempunyai gerakan berupa translasi, jika ia bergerak sedemikian hingga semua garis-garis lurus dalam benda 4

6 tersebut bergerak mengikuti posisi-posisi yang sejajar. Translasi garis lurus (rectilinear translation) adalah suatu gerakan dimana semua titik dari suatu benda bergerak dalam jalur garis lurus. Suatu translasi dimana titiktitik dalam suatu benda bergerak sepanjang jalur yang berupakurva disebut translasi menurut kurva (curvilinear translation). 1.8 PUTRN Dalam putaran (rotasi) semua titik dalam sebuah benda selalu mempunyai jarak yang tetap dari sebuah garis yang tegak lurus terhadap bidang geraknya. Garis ini adalah sumbu putaran (axis of rotation) dan titik-titik dalam benda tersebut membuat lintasan menurut jalur berupa lingkaran terhadap garis tersebut. 1.9 TRNSLSI DN ROTSI C C (a) 5

7 C C (b) C C (c) Kebanyakan bagian -bagian mesin mempunyai gerakan yang merupakan kombinasi dari rotasi dan translasi. Dalam gambar (a) perhatikan gerakan dari batang hubung sewaktu ia bergerak dari posisi C ke C. Posisi -posisi ini ditunjukkan dalam gambar (b). Disini kita lihat bahwa gerakannya ekivalen terhadap suatu translasi dari C ke C yang diikuti oleh sutu rotasi dari C ke C. Gerakan ekivalen yang lain diilukiskan dalam ga mbar (c). Disini ditunjukkan suatu putaran dari suatu batang terhadap C dari posisi C ke C, diikuti dengan suatu translasi dari C ke C. Jadi gerakan dari batang hubung dapat dianggap sebagai suatu putaran terhadap beberapa titik ditambah suatu translasi. 6

8 1.10 VEKTOR-VEKTOR da dua tipe besaran yang harus diperhatikan dalam mekanika. esaran scalar adalah yang hanya mempenyai besar saja. Contohnya : jarak, luas, isi dan waktu. esaran vector mempunyai besar dan arah. Contohnya : lintasan, kecepatan, percepatan dan gaya. Sebuah besaran vector dapat dinyatakan dengan sebuah garis lurus dengan anak panah. esar dari vector diyatakan dengan panjangnya yang digambarkan dengan skala tertentu Penjumlahan dan Pengurangan dari vector-vektor Vektor-vektor dan dalam gambar dibawah dapat ditambahkan dengan meletakkan mereka dalam suatu cara seperti pada gambar. Titik O adalah titik awal yang disebut kutub, dari kutub ini vector dan vector diletakkan dengan ekor dari salah satunya diletakkan pada ujung vector lainnya. Jumlah dari kedua vector disebut resultante dan dalam gambar ditunjukkan dengan garis putus-putus. + O Pada waktu meletakkan vector-vektor untuk tujuan menentukan resultantenya, besar dan arahnya yang diberikan haru s dipertahankan, 7

9 tetapi urutannya meletakkan tidak akan memberikan efek terhadap resultantenya. Resultante selalu berarah keluar dari kutubnya dan merupakan penutup dari suatu polygon. O O - - O Penggabungan dan Penguraian dari vector-vektor Penggabungan menyatakan penambahan bersama -sama dari sejumlah vector-vektor. Jumlahnya disebut resultante dan vector-vektor tersebut disebut komponen dari resultante. O O C + + C C C + + Penguraian menyatakan pemecahan dari vector ke dalam sejumlah komponen-komponen. Setiap vector dapat diuraokan ke dalam 8

10 sejumlah komponen yang tak terbatas. Seringkali diinginkan untuk menguraikan sebuah vector kedalam dua komponen. Jika sebuah vector diuraikan ke dalam dua komponen, tiap komponen mempunyai besar dan arah. Jika dua dari empat besarannya diketahui, dua yang lain dapat ditentukan. C C SOL SOL : 1. Untuk setiap polygon vector dalam gambar dibawah, tuliskan persamaan vector yangmemberikan resultante R. 9

11 O R M (a) - O -D C - O C -Q (b) R -N P -D R O R (c) -P -M (d) -N 2. Uraikan sebuah vector yang mempunyai besar 20 unit dan arah kedalam dua vector dan C. mempunyai arah 80 0 dan C mempunyai arah Tentukan besar dari dan C. 3. Uraikan sebuah vector T yang mempunyai besar 50 unit dan arah kedalam dua vector R dan S. esar R harus 30 unit dan besar S adalah 66 unit. 4. Uraikan sebuah vector yang mempunyai besar 50 unit dan arah kedalam dua vector dan C. esar C harus 37.5 unit dan berarah Tentukan besar dari dan arahnya dalam derajat. 10

12 5. Uraikan sebuah vector yang mempunyai besar 60 unit dan arah kedalam dua vector dan C. C mempunyai arah esar dari = 32.5 unit. Nyatakan dalam gambar besar dari C. 12

13 ab II KECEPTN DN PERCEPTN 2.1 LINTSN DN KECEPTN LINER Kecepatan Linear Lintasan dari sebuah titik adalah perubahan dari posisinya dan dia adalah besaran vector. Pada gambar 2.1 sebagai titik P bergerak sepanjang jalur dari posisi ke posisi C. Lintasan linearnya adalah perbedaan posisi dari vector O dan OC. y C P? s? y? x x Gambar 2.1 Ini dapat dinyatakan sebagai vector?s yang merupakan jumlah dari vector?x dan?y. Jadi :?s =?x +??y 13

14 Ukuran dari lintasan linear dapat dinyatakan dalam bentuk ukuran besar x dan y. s ( x) 2 ( y ) 2 Kecepatan linear adalah kecepatan perubahan terhadap waktu dari lintasan linearnya. Dalam gambar 2.1 titik p bergerak dari posisi ke posisi C dalam waktu?t. Kecepatanrata-ratanya selama selang waktu ini adalah: V av = s t Kecepatan linear sesaat dari suatu titik pada waktu di titik adalah : V = lim t 0 s t = ds Percepatan Linear Percepatan linear adalah kecepatan perubahan terhadap waktu dari kecepatan linearnya. = lim t 0 V t = dv Tetapi : Maka V = ds = d 2 s PERGESERN DN KECEPTN SUDUT Tinjaulah benda yang ada dalam gambar 2.2 yang berputar terhadap sebuah sumbu tetap O dan misalkanlah P adalah sebuah titik 14

15 yang tetap pada benda tersebut. Sewaktu P bergerak ke P, lintasan sudut dari garis OP adalah??, yang terjadi dalam waktu?t.? P?? V R P Kecepatan sudut rata-rata dari benda tersebut selama selang waktu?t adalah :???? t Kecepatan sudut sesaat dari benda untuk posisi OP adalah : w = lim q t 0 t Didalam gambar 2.2 titik P mempunyai jari-jari putaran R yang sama dengan panjang OP. V adalah kecepatan dari titik P dan menyinggung garis PP dan oleh karena itu tegak lurus terhadap jari-jari R. Panjang busur PP = R q dimana q dinyatakan dalam radian. esar dari kecepatan titik P adalah : V = lim R q dq = R t 0 t Substitusikan ke persamaan diatas diperoleh : V = R w 15

16 2.3 PERCEPTN SUDUT Percepatan sudut adalah kecepatan waktu dari perubahan kecepatan sudut : a dw d 2 q PERCEPTN NORML DN TNGENSIL Suatu titik dapat mempunyai percepatan dalam suatu arah, apakah normal, tangensial atau kedua-duanya, terhadap jalur dari gerakannya. Jika suatu titik mempunyai gerakan yang berbentuk kurva, ia akan mempunyai sebuah percepatan normal sebagai akibat dari perubahan dalam arah dari kecepatan linearnya. Jika besar dari kecepatan linearnya berubah maka titik tersebut akan juga mempunyai percepatan tangensial. V C V +?V N M R R V?V? V n?? V +?V?V t O O, 16

17 Dalam gambar diatas sebuah titik bergerak sepanjang jalur MN. Kecepatannya pada waktu di adalah V. Setelah selang waktu?t mencapai titik C dan kecepatannya menjadi V+?V. R dan R adalah jarijari dari lintasan titik dan C. Percepatan tangensial t dari suatu titik pada posisi adalah kecepatan waktu dari perubahan besar dari kecepatan linearnya. t = lim V t t 0 t = dv t Dengan V = R w maka : t = R dw Percepatan normal n dari suatu titik pada posisi adalah kecepatan waktu dari perubahan kecepatannya dalam arah normal terhadap jalur pergeseran. n == lim t 0 V t n = dv n Dengan sudut?? menjadi d? dan besar dari?v n menjadi sama dengan panjang busur dalam limit, jadi dv n = Vd? dq n = V = V w dengan V = R w n = R w 2 2 = V R 17

18 2.5. Gerakan relatif Sebuah benda dikatakan mempunyai gerakan relatif terhadap benda lain hanya jika mempunyai perbedaan dalam gerakan-gerakan absolutnya. Gerakan relatif ditunjukkan dalam gambar dibawah ini, dimana V dan V adalah kecepatan-kecepatan dari dua benda. V V -V V V V -V V Kecepatan dari relatif terhadap adalah kecepatan absolute dikurangi kecepatan absolute, oleh karena itu V = V - V = V + ( - V ) seperti terlihat pada gambar. Dengan cara yang sama kecepatan relatif terhadap adalah kecepatan absolute dari dikurangi kecepatan absolute dari. V = V - V = V + ( - V ) atau dengan memindahkan V ke sisi sama dengan V = V + V 18

19 SOL SOL : 1. Sebuah benda bergerak sejauh 457 mm dengan kecepatan tetap = 1.22 m/detik. a. Tentukan waktu yang diperlukan dalam detik. b. Jika sebuah benda harus bergerak sejauh 457 mm dalam 0.2 detik dengan kecepatan yang berubah-ubah tentukan kecepatan rata-rata dalam m/detik. 2. Sebuah pesawat terbang, terbang lurus ke timur dari kota M ke kota N yang berjarak 644 km. Pesawat tersebut mempunyai kecepatan 290 km/jam. ngin potong bertiup ke selatan dengan kecepatan 97 km/jam. Dalam arah mana pesawat terbang harus diarahkan dan berapa lama perjalanan akan ditempuh? 3. Sebuah mobil dimodelkan seperti pada gambar dibawah ini, bergerak ke kanan dengan kecepatan 30 mil/jam. Roda 2 dan 4 masing-masing mempunyai garis tengah 36 inchi dan 24 inchi. 19

20 135 0 O Tentukan : a. VO2, VO2, V, VC dan VC dalam kaki/detik. b.? 2,? 4 dan? 24. c. Gambarkan vector-vektornya. 4. Lempeng dalam gambar dibawah mempunyai?= 120 put/menit dan a = 132 rad/detik 2. O = 38.1 mm dan OC = 25.4 mm. Tentukan : V, VC, n, t, n dan t dengan menggunakan C C persamaan dan secara grafis.? a C 5. Dalam gambar dibawah mempunyai?= 100 put/menit dan a = 90 rad/detik 2. Tentukan : V, VC, n, t, n dan t dengan C C menggunakan persamaan dan secara grafis. 20

21 21

22 ab III KECEPTN RELTIF DN PERCEPTN RELTIF 3.1 KECEPTN RELTIF Kecepatan relatif dua buah titik pada satu penghubung kaku Penghubung berputar terhadap satu titik tetap Perhatikan sebuah penghubung kaku yang berputar terhadap satu titik tetap O. Seperti ditunjukkan dalam gambar 3.1 y y V y V x? V? R R?? O x O x Gambar 3.1. Kecepatan sebuah titik yang bergerak terhadap satu titik tetap Jarak antara O dan adalah R dan garis O- membuat suatu sudut sebesar q terhadap sumbu x. 22

23 Perpindahan titik dalam arah sumbu x = R cos q dan perpindahan titik dalam arah sumbu y = R sin q Dideferensial terhadap waktu dengan harga R konstan diperoleh : dx d ( R cosq ) R( sin q ) dq dy d ( R cosq ) ( R cosq ) dq dx Kecepatan titik dalam arah x adalah = Kecepatan titik dalam arah y adalah V y = dy Kecepatan sudut garis O- adalah : w dq Maka kecepatan pada titik : 1. Dalam arah x adalah V x = -R w sin q 2. Dalam arah y adalah V y = R w cosq Kecepatan total titik diperoleh dengan menjumlahkan secara vector kedua komponen kecepatan tegak lurus. V = R w sin q R w cosq V = [(R w sin q ) 2 + ( Rw cosq ) 2 ] 1/2 = Rw (sin 2 q + cos 2 q ) = Rw 23

24 Dari gambar diatas ditunjukkan bahwa kecepatan titik tegak lurus terhadap garis O Hubungan kecepatan dua buah titik pada satu penghubung kaku Persamaan kecepatan relatif untuk dua buah titik pada satu penghubung kaku dapat diperoleh dengan mengembangkan prosedur analisa diatas. R? cos? y y y y R? V R? sin? R x V? R sin??? Y?? O X R cos? x x O x O Gambar 3.2. Hubungan kecepatan dua buah titik pada satu penghubung kaku Perhatikan sebuah garis -, seperti terlihat pada gambar 3.3 yang mempunyai gerak kombinasi translasi dan rotasi. Koordinat titik adalah (X,Y), panjang - sebesar R dan sudut yang dibentuk garis - dan sumbu x adalah q. Sehingga koordinat titik adalah : 24

25 X = X + R cos q Y = Y + R sin q Dideferensialkan terhadap waktu t, dan R adalah besaran Konstanta dx dy dx dy Rsin q dq R cos q dq dx Dengan x V, dx V x, dy V y, dy V y, dan w dq Maka V x V x Rw sin q V y V y Rw cosq Posisi dari vector-vektor kecepatan ini ditunjukkan pada gambar 3.3. Dengan menjumlahkan kedua persamaan diatas akan diperoleh kecepatan total dari titik. V = (V X V y ) (R w sin q R w cosq ) a a Harga (V X a V y ) adalah kecepatan total titik, V dan a Harga (R w sin q R w cosq ) = Rw, maka persamaan diatas dapat dituliskan menjadi : V = V Rw Dengan Rw adalah vector kecepatan yang tegak lurus ke garis - dan dalam arah yang sama dengan kecepatan sudutnya. Kecepatan relatif titik terhadap titik adalah V = R w. 25

26 Sehingga untuk dua buah titik pada satu penghubung kaku, dapat dipakai salah satu dari dua persamaan dibawah ini : V = V Rw V = V V 3.2 PERCEPTN RELTIF Percepatan sebuah titik pada sebuah penghubung yang berputar terhadap satu pusat tetap dengan jari -jari konstan. 26

27 27

28 y R a sin? a R? O (e) R a cos? x R a Gambar 3.3. Percepatan sebuah titik pada sebuah penghubung yang berputar terhadap satu pusat tetap. Penghubung (Link) O 2 (Gambar 3.3 a) berputar terhadap satu pusat tetap O 2, dengan kecepatan sudut w radian per detik, kearah melawan putaran jam (CCW), dan percepatan sudutnya a. Jarak O 2 sama dengan R. link O2 membentuk sudut q dengan sumbu x. Diinginkan percepatan total yang diterima titik. Kecepatan titik : 1. Dalam arah x adalah V x = -R w sin q 2. Dalam arah y adalah V y = R w cosq Kedua persamaan diatas dideferensialkan terhadap waktu t, dan R adalah konstanta dihasilkan : dv x R[w(cosq ) dq (sin q ) dw ] 28

29 dv y R[w( sin q ) dq (cosq ) dw ] Percepatan titik dalam arah sumbu x : Percepatan titik dalam arah sumbu y : dv x b dv y b x yx Percepatan sudut : a dw Sehingga persamaan diatas menjadi : x y Rw 2 cosq Rw 2 sin q Ra sin q Ra cosq Gambar 6.1b memperlihatkan vector-vektor dalam posisinya masingmasing, sehingga percepatan total titik adalah : = ( Rw 2 cos q Rw 2 sin q ) ( Ra sin q Ra cosq ) Kedua komponen tegak lurus dalam tanda kurung pertama, yang ditunjukkan dalam gambar 3.3c memberikan sebuah resultan R? 2, yang mempunyai arah dari titik ke pusat perputaran penghubung (link). Dua komponen kedua tegak lurus dalam tanda kurung kedua, yang ditunjukkan dalam gambar 3.3d memberikan sebuah resultan Ra, yang mempunyai arah tegak lurus ke garis -O2. Gambar 3.3e menunjukkan pengaruh pembalikan arah percepatan sudutnya. Sehingga percepatan total titik dapat dinyatakan dengan persamaan : = R w 2 R a Dengan : R w 2 disebut komponen percepatan normal atau radial 29

30 Ra disebut komponen percepatan tangensial 30

31 3.2.2 Percepatan relatif dua buah titik pada satu penghubung kaku Sebuah gari - seperti pada gambar, adalah bagian dari penghubung kaku yang bergerak dalam suatu bidang dengan gerak sebarang, lokasi titik : y? a R? Y O X (a) x X = X + R cos q Y = Y + R sin q Kecepatan titik : V x V x Rw sin q V y V y Rw cosq Persamaan kecepatan titik dideferensialkan terhadap waktu t dengan harga R konstan diperoleh : dv x dv x R[w(cosq ) dq (sin q ) dw ] dv y dv y R[w( sin q ) dq (cosq ) dw ] 31

32 Percepatan titik dalam arah sumbu x : Percepatan titik dalam arah sumbu y : Percepatan titik dalam arah sumbu x : dv x b dv y b dv x b x yx x dv y Percepatan titik dalam arah sumbu y : yx Kecepatan sudut: w dq Percepatan sudut : a dw Maka persamaan diatas dapat dituliskan menjadi : x x Rw 2 cosq Ra sin q y y Rw 2 sin q Ra cosq Percepatan total titik, diperoleh dengan menjumlahkan komponen tegak lurus: = x y Dengan menjumlahkan vector seperti yang ada digambar dengan urutan sebagai berikut : = ( x y ) ( Rw 2 cos q Rw 2 sin q ) ( Ra sin q Ra cosq ) Suku dalam kurung pertama adalah percepatan total titik Suku dalam kurung kedua adalah samadengan Rw 2 yaitu vector yang arahnya dari ke. Suku dalam kurung ketiga adalah sama dengan Ra 32

33 yaitu vector dengan arah tegak lurus - dan arahnya sesuai dengan arah percepatan sudutnya. Sehingga percepatan titik dapat dinyatakan dengan : = Rw 2 Ra y R a a R? O (c) x Dari persamaan ini percepatan titik sama dengan percepatan titik ditambah denganpercepatan relatif titik terhadap titik. Sehingga persamaan percepatan titik dapat dituliskan : = Dengan mengganti R = dan w V maka didapatkan persamaan : = V 2 a 33

34 Soal -soal : I. Kecepatan Relatif 1. penghubung - bagian dari sebuah mekanisme empat penghubung telah dianalisa dan telah didapatkan bahwa kecepatan adalah 10 m/ seperti ditunjukkan. Juga diketahui bahwa kecepatan sudut penghubung untuk sesaat pengamatan adalah 60 rat/det kearah putaran jam. jika penghubung - panjangnya 10 cm berapa kecepatan total titik dan bearnya dan arah. Selesaikan dengan memakai V =V + V ; dan selesaikan dengan memakai V = V + V. V ? 2 V 2. Sebuah penghubung - panjangnya 20 cm. Komponen-komponen kecepatan titik a dan b seperti ditunjukkan. erapa besar dan arah kecepatan sudut penghubung? 6 m/det 3 m/det 1.5 m/det 1.5 m/det 34

35 3. Kecepatan titik a pada penghung 2 diketahui besar dan arahnya. Kecepatan relatif titik terhadap titik diketahui besar dan arahnya. Tunjukkan bagaimana kecepatan titik dan kecepatan titik C dapat ditentukan. V V 2 C II. Percepatan Relatif 1. Sebuah penghubung yang panjangnya 12.5 cm, berputar pada 400 rpm kearah putaran jarum jam, dengan salah satu ujungnya tetap dan 5 detik kemudian berputar pada 1800 rpm, dengan percepatan sudut konstan. erapa percepatan titik tengah penghubung pada saat penghubung berputar pada 1400 rpm? 2. pabila percepatan titik seperti yang ditunjukkan, berapa kecepatan sudut dan percepatan sudutpenghubung untuk posisi yang ditunjukkan? Kemana arah percepatan sudutnya? Dapatkah arah kecepatan sudut diketahui? =1000 m/det 2 O cm 35

36 3. Jika percepatan normal titik terhadap titik adalah 125 m/det 2 dan percepatan tangensial titik terhadap titik adalah 250 m/det 2. erapa kecepatan sudut dan percepatan sudut penghubung? t =250 m/det 2 = 15 cm 36

37 n 2 =125 m/det 4. Jika percepatan total titik-titik dan diketahui dan seperti ditunjukkan, berapa kecepatan sudut dan percepatan sudut penghubung? Perhatikan dalam dua cara : hubungan percepatan titik terhadap titik, dan hubungan percepatan titik a dan titik. tentukan juga percepatan titik C. =200 m/det =400 m/det 2 C 36

38 ab IV PENERPN KECEPTN RELTIF DN PERCEPTN RELTIF Mekanisme Engkol Peluncur Mekanisme paling sederhana yang dipelajari adalah mekanisme engkol-peluncur segaris seperti pada gambar 4.1 Semua dimensi mekanisme diketahui dan penghubung digambarkan dengan skala. Kecepatan sudut penghubung 2 konstan,w 2 = 1800 rpm berputar searah jarum jam. Panjang O 2 = 2.5 in dan = 6 in w O2 Gambar 4.1 Mekanisme Engkol Peluncur Diagram Kecepatan Kecepatan titik : V = (O 2) w 2 = x 1800 x2p = 39,3 rad/detik 60 37

39 V diketahui tegak lurus O 2 arahnya sesuai w 2 Kecepatan titik dapat ditentukan dari : V = V + V tau V = V + ( ) w 2 Dan V (titik hanya bergerak secara horizontal) sehingga V arahnya akan horizontal. Pembuatan diagram kecepatan ditabelkan sebagai berikut : Table diagram kecepatan No esaran Harga rah 1 V = Ov - a (O2) w 2 - O2 2 V = a - b? - 3 V = Ov - b? Lintasan titik a V Letak titik b sesuai lintasan b O v Letak titik b tegak lurus Diagram Kecepatan Untuk menentukan arah kecepatan sudut penghubung 3 (? 3). 38

40 3 w 3 V Penghubung 3 diisolasi seperti gambar dibawah, dimana digunakan V oleh karena titik dipandang diam. Untuk arah V, penghubung 3 berputar kea rah melawan jarum jam umtuk posisi yang ditunjukkan, dengan harga sebesar : w 3 V dimana? 3 harus dinyatakan dalam radian persatuan waktu. Jika V dinyatakan dalam meter per detik, harus dinyatakan dalam meter, dan? 3 dalam radian oer detik. Harga V dapat diperoleh dengan mengukur panjang ab dan mengalikan dengan skala yang dipakai. Diagram Percepatan Langkah pertama : Memisahkan penghubung 2. Percepatan titik yang berputar terhadap satu pusat tetap sama dengan 39

41 = (O )w 2 2 (O 2 )a 2 2 Harga R dan w 2 diketahui sehingga percepatan normal (O 2 )w 2 2dapat dihitung. rah (O 2 )w 2 2adalah sepanjang garis O2 dari menuju O2 dan harga (O 2 )a 2 sama dengan 0 karena kecepatan sudutnya konstan.. digambarkan dengan skala percepatan yang sesuai. Langkah kedua : Penghubung 3 Percepatan titik dapat dikaitkan dengan percepatan titik melalui penghubung 3. Hubungan percepatan di titik dan titik : = = n t =? 3 2 a 3 = V 2 a 3 Langkah ke tiga : interpretasi dari setiap suku dalam persamaan : a. diketahui arahnya, karena titik bergerak dengan translasi murni, dan ini hanya mempunyai percepatan dalam arah gerak. esarnya tidak diketahui. b. V 2 dapat ditentukan secara lengkap, baik dalam besarnya maupun arahnya. V dapat ditentukan dari polygon kecepatan, diketahui dan komponen percepatan normal arahnya dari ke karena yang ditentukan adalah percepatan relatif terhadap. 40

42 c. a 3 diketahui tegak lurus ke garis dari ke, besarnya belum diketahui. Sehingga terdapat dua anu, yakni besar dan besarnya a 3, yang dapat diperoleh dari penyelesaian sebuah polygon vektor. Table diagram percepatan No esaran Percepatan Normal Percepatan Tangensial Harga rah Vektor Harga rah Vektor 1 = o a w 2 (O 2 ) 2 O2 o a0 0 - a 0 a 2 = a - b w 2 () 3 - a - ba? V ba b 3 = o b 0 - o b0? V b 0 b O v Letak titik b sesuai lintasan b ba Letak titik b tegak lurus a Diagram Pe rcepatan 41

43 esar dan arah percepatan sudut penghubung 3 dapat ditentukan dengan cepat. Jika percepatan tangensial titik terhadap titik ditempatkan pada penghubung 3, yang terisolasi seperti ditunjukkan pada gambar dibawah. () a 3 3 a 3 akan diperoleh arah percepatan sudutnya melawan putaran jarum jam dan harganya : a 3 ( a 3 ) pabila satuan- satuan yang dipakai adalah feet dan detik, maka percepatan sudut harus dinyatakan dengan radian per detik per detik, dituliskan sebagai rad/det 2. Jika satuan-satuan yang digunakan adalah meter, detik, maka percepatan sudut harus dinyatakan dengan rad/det Mekanisme Engkol Peluncur 42

44 C w O2 4 Gambar Mekanisme Engkol Peluncur O 4 Mekanisme peluncur seperti diperlihatkan dalam gambar Penghubung 3 digambarkan diperluas ke --C, terutama untuk ilustrasi dalam penentuan kecepatan semacam titik C. Diagram Kecepatan Pembuatan diagram kecepatan seperti pada sub bab a V c Letak titik b sesuai lintasan b O v Letak titik b tegak lurus Diagram Kecepatan Prosedur selanjutnya adalah dengan memecahkan dua persamaan vektor. VC = V VC VC = V VC 43

45 Dimana terdapat emtat anu : besar dan arah VC, besar VC dan besarnya VC. Kedua persamaan vektor memungkinkan diperolehnya keempat anu, yang jawabnya ditunjukkan dalam gambar. Perlu dicatat bahawa a-b-c dalam gambar adalah bayangan --C, penghubung 3. ayangan dari kecepatan Tiap batang penghubung dalam suatu mekanisme akan mempunyai bayangan dalam segi banyak kecepatannya. Dalam gambar diagram kecepatan garis-garis a -b, b-c dan c-a masing-masing digambarkan tegak lurus terhadap garis-garis -, -C dan C- dari mekanisme. kibatnya segitiga abc adalah sebangun dengan segitiga C dan?abc disebut sebagai bayangan (image ) dari segitiga C. Diagram Percepatan Pembuatan diagram kecepatan seperti pada sub bab Titik C dapat dicari dengan persamaan-persamaan dibawah ini. C = C C = C n C t C = V 2 C C Ca 3 Dan C = C C = C n C t C = 2 VC C t a 3 C b V 2 C C O v n Program Semi Que IV Tahun Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas rawijaya

46 ayangan percepatan c n t = V 2 C C a Diagram Pe rcepatan Untuk setiap mekanisme pasti ada satu bayangan dalam segi banyak percepatannya, persis seperti satu bayangan untuk setiap batang penghubung dalam segi banyak kecepatan. dan adalah dua titik pada penghubung 3 maka : esar dari percepatan relatifnya adalah : n 2 t 2 = = [ w 2 ] 2 [ a ] 2 = C w 4 a 2 Mengingat? dan a adalah sifat yang menjadi milik keseluruhan batang penghubung, persamaan yang terakhir menunjukkan bahwa percepatan relatifnya sebanding dengan jarak titik-titik tersebut. Ini memberikan arti yang baik untuk dapat menggambarkan segi banyak percepatan, mengingat besar dari vector percepatan relatif untuk semua titik-titik pada suatu batang penghubung akan sebanding dengan jarak-jarak antara titik-titik itu. Dalam diagram percepatan letak titik c dapat ditentukan dengan membuat a b c bayangan dari C. Ini menunjukkan : a'b' b'c' C a' c' C 44

47 Pada waktu menggambarkan bayangan percepatannya kita harus hatihati supaya bayangan percepatan tidak terlampaui (flip over). Ini menunjukkan jika, dan C pada suatu batang penghubung uruturutannya searah jarum jam maka a, b dan c urut-urutannya haruslah juga sesuai dengan arah jarum jam. 4.2 Mekanisme Empat Penghubung Suatu system rangkaian batang penghubung 4 batang diperlihatkan pada gambar dibawah. Kecepatan dan percepatan sudut dari batang penghubung 2 diketahui, percepatan dari titik-titik, dan C harus dicari bersama -sama dengan percepatan sudut dari batang penghubung 3 dan 4. C O2 = 152 = 279 C 3 O 4 C = ? 2 = 50 rad/det O 2 a 2 = 1600 rad/det 2 1 O 4 Diagram Kecepatan 45

48 Kecepatan titik : V = (O 2 ) w 2 V diketahui tegak lurus O 2 arahnya sesuai w 2 Table diagram kecepatan No esaran Harga rah 1 V = Ov - a (O2) w 2 - O2 2 V = a - b? V = Ov - b VC = Ov - c? - O4 Diperoleh dengan bayangan kecepatan b O v c a V Diagram Percepatan Percepatan titik yang berputar terhadap satu pusat tetap sama dengan = (O )w 2 2 (O 2 )a 2 2 Harga O 2 dan w 2 diketahui sehingga percepatan normal 2 2 (O 2 )w 2dapat dihitung. rah (O 2 )w 2adalah sepanjang garis O2 dari menuju O2 dan harga harga percepatan normalnya = (O 2 )a 2 yang arahnya tegak lurus O2 sesuai arah a2. 46

49 digambarkan dengan skala percepatan yang sesuai. Pembuatan diagram percepatan dapat ditabelkan sebagai berikut : Table diagram percepatan No esaran Percepatan Normal Percepatan Tangensial Harga rah Vektor Harga rah Vektor 1 = o a w 2 (O 2 ) 2 O2 o a0 (O2) a2 V a 0 a 2 = a - b w 2 () 3 - a - ba? V ba b 3 = o b w 2 (O 4 ) 4 O4 o b0? V b 0 b 4 C = o c Diperoleh dengan bayangan Percepatan 47

50 O n bo t b n c 3 ao t a Gambar Diagram percepatan 48

51 4.3 Mesin Powell Mesin yang mengkombinasikan engkol peluncur dan dan empat penghubung ialah mesin powel pada gambar. Penghubung 2 dimisalkan berputar pada suatu kecepatan konstan? 2 searah putaran jam. Diagram Kecepatan Kecepatan titik : V = (O 2 ) w 2 V diketahui tegak lurus O 2 arahnya sesuai w 2 Table diagram kecepatan No esaran Harga rah 1 V = Ov - a (O2) w 2 - O2 2 V = a - b? - 3 V = Ov - b? - O4 4 VC = Ov - c Diperoleh dengan ( V C V ) O 4 C O 4 49

52 5 VDC = c - d? - CD 6 VD = Ov -d? Lintasan titik D Poligon kecepatannya ditunjukkan dalam gambar. Diagram Percepatan Percepatan titik yang berputar terhadap satu pusat tetap sama dengan = (O )w 2 2 (O 2 )a 2 2 Harga O 2 dan w 2 diketahui sehingga percepatan normal (O 2 )w 2 2dapat dihitung. rah (O 2 )w 2 2adalah sepanjang garis O2 dari menuju O2 dan harga percepatan normalnya = (O 2 )a 2 =0. digambarkan dengan skala percepatan yang sesuai. Pembuatan diagram percepatan dapat ditabelkan sebagai berikut : Table diagram percepatan No esaran Percepatan Normal Percepatan Tangensial Harga rah Vektor Harga rah Vektor 1 = o a w 2 (O2) O2 o a0 0 - a 0 a 2 2 = a - b w 2 () - a - ba? V ba b 3 3 = o b w 2 (O4) O4 o b0? V b 0 b 4 4 C = o c Diperoleh dengan ( C O 4 C ) O 4 5 DC = c - w 2 (CD) D - C c - dc? V dc d 5 50

53 d 6 D = o d 0 - o d 0? VD d 0 d Poligon percepatannya ditunjukkan dalam gambar. c d dc a b ba bo O Diagram Percepatan 51

54 SOL-SOL : 1. Kecepatan adalah 3 m/det kearah bawah dan bertambah dengan laju sebesar 25 m/det 2. Tentukan : a. Kecepatan dan percepatan titik-titik, C dan D. b. Kecepatan sudut dan percepatan sudut penghubung 3 dan Tentukan : a. Kecepatan dan percepatan titik-titik. penghubung 3. b. Kecepatan sudut dan percepatan sudut 52

55 3. Mekanisme penghubung kepala silang, Jika sesaat ditunjukkan seperti gambar penghubung 2 bertambah kecepatannya pada laju 4800 rad/det 2. Tentukan : a. Kecepatan dan percepatan titik-titik dan C. 4 dan 5. b. Kecepatan sudut dan percepatan sudut penghubung 3, 4. Gambarkan polygon kecepatan dan percepatan untuk posisi yang ditunjukkan jika penghubung 2 berputar pada suatu kecepatan konstan. 53

56 Gunakan penyelesaian secara grafis. 54

57 ab V KECEPTN DN PERCEPTN PD DU TITIK YNG ERIMPIT KOMPONE N CORIOLIS DRI PERCEPTN NORML 5.1 Kecepatan relatif dua titik berimpit Untuk menentukan besarnya kecepatan suatu titik yang bergerak terhadap sebuah badan yang juga bergerak, perhatikan titik yang bergerak terhadap badan M, yang pada saat bersamaan badan M tersebut bergerak dalam satu bidang, seperti terlihat pada gambar. Ditetapkan sebuah system sumbu koordinat, X dan Y, dan akan digunakan untuk menentukan posisi absolute suatu titik dalam bidang X dan Y. Sebuah system sumbu yang kedua, c dan d ditetapkan pada badan M dan bergerak dalam cara yang sama seperti badan M 56

58 bergerak. Sudut? memberikan posisi sudut dari sumbu c dengan sumbu X Y M d c? d c (c sin? + d cos?) Y X? (c cos? - d sin?) O X Y X (a) Pada gambar diatas menunjukkan bahwa perpindahan X dan Y dari titik dapat dinyatakan sebagai berikut, dimana merupakan satu titik tetap pada M : X = X + c cos q - d sin q Y = Y + c sin q + d cos q Dideferensialkan persamaan-persamaan di atas dan mengganti w dq yaitu kecepatan sudut badan M, dengan menganggap bahwa c dan d adalah variable-variabel dx V x dx cw sin q dc cosq dw cosq dd sin q 57

59 dy V Y dy cw cosq dc sinq dw sin q dd cosq Dengan dc dd u c, u d, dx X V dan dy V y Maka V x V x w(c sin q d cosq ) u c cos q u d sin q V Y V y w ( c cosq d sinq ) u c sin q u d cosq Y H? (c sin? + d cos?) G d? 90-? R???? (c cos? - d sin?) c R (c sin? + d cos?)? J (c cos? - d sin?) O X (b) Dengan menjumlahkan persaman diatas secara vektor dan menyederhanakan seperti dibawah : (a). V = (V X V y ) (b). V = (V X V y ) (c). w ( c sin q d cos q ) w ( c cos q d sin q ) = w c 2 d 2 1 / 2 58

60 2 2 (d). (uc cos? uc sin?) = ( u c cosq ) ( u c sin q ) 1 / 2 = uc 2 2 (e). (ud cos? u d sin?) = (u d cosq ) (u d sinq ) 1 / 2 = ud Maka V = V R? uc ud Tetapi V R? = V m yaitu kecepatan suatu titik pada badan M yang berimpit dengan titik, karena dan satu titik pada badan M yang berimpit dengan adalah dua buah titik pada satu penghubung kaku. Juga, uc ud = u, yaitu kecepatan relatif terhadap badan M. sehingga persamaan diatas dapat dituliskan dalam bentuk : V = V M u Sebagai kesimpulan, interpretasi persamaan diatas yaitu bahwa kecepatan sebuah titik yang bergerak terhadap satu badan yang juga bergerak, diperoleh dengan menjumlahkan secara vector kecepatan titik yang berimpit pada badan gerak dan kecepatan relatif terhadap badan, dengan menganggap badan diam. Persamaan dapat dituliskan dalam bentuk siap pakai dengan menyebut titik gerak sebagai 3 titik berimpit pada badan M sebagai 4, sehingga bentuknya menjadi : V3 = V 4 V34 Interprestasi sebenarnya adalah bahwa kecepatan relatif, V34, diamati dengan menganalisa lintasan gerak titik 3 relatif ke penhubung 4 (penghubung dimana titik 3 bergerak ), dengan menganggap penghubung 4 diam. 59

61 5.2 Percepatan dua titik berimpit Untuk menentukan percepatan relatif dua buah titik yang berimpit dimana satu titik bergerak terhadap satu body yang bergerak, seperti pada pasangan sliding (sliding pair). Maka analisa percepatan untuk keadaan tersebut diatas akan lebih rumit karena pusat kecepatan relatif untuk pasangan seperti ini berada di tak terhingga. Penyelesaian untuk analisa kinematika dari problem diatas ialah dengan berdasarkan ketentuan bahwa hubungan yang mentransfergerakan dari pasangan seperti keadaan diatas berimpit pada satu titik. Kedua titik yang berimpit dari pasangan link tersebut mempunyai kecepatan dan percepatan relatif satu dengan yang lainnya. Dalam analisa ini kita akan mencari persamaan yang menentukan besarnya percepatan normal relatif antara kedua titik tersebut. V Q S? s Q VQ S S? s Q? S? zs M s z M s Q pada link z S pada link s M pada link z dan link s (a) (b) 60

62 Pada gambar (a)diatas link S bergerak dengan kecepatan sudut? S, sedangkan titik Q bergerak diatas link S dengan jari-jari lintasan? dan pusat lintasan M. Dengan memisalkan MQ = link z dengan panjang? yang berputar diatas link S dengan M sebagai pusatnya serta kecepa tan sudutnya? ZS. Pada gambar (b) rah VQS keatas apabila? ZS. rahnya berlawanan arah putaran jarum jam dan arahnya akan kebawah bila? ZS berputar searah putaran jarum jam. Kecepatan Q relatif terhadap S : V QS =?? ZS. tau w ZS V QS r Tanda positip? ZS berlawanan dengan putaran jarum jam dan apabila negative arah? ZS sama dengan putaran jarum jam. Kecepatan sudut absolute dari link Z adalah :? Z =? S +? ZS Dengan menggunakan persamaan gerak relatif maka : ( QM )n = ( QS )n + ( SM )n ( QS )n = ( QM )n + ( SM )n Kemudian ditinjau titik Q dan titik M pada link z. Q? zs? M 61

63 ( QM )n =? w 2 Z =? (? S +? ZS ) 2 =? w 2 S +? w 2 ZS 2? w S? w ZS Dengan memasukkan persamaan diatas dalam persamaan ini dihasilkan : ( QM )n =? w 2 + S V 2 r QS r 2 2? w S V QS r ( QM )n =? w 2 + S V 2 QS r 2 w S V QS Kemudian ditinjau titik S dan M pada link S. w S ( SM ) n =? w 2 S S M r Mensubstitusikan persamaan () dan () kedalam persamaan () maka akan didapatkan : 2 VQS ( QM )n =? w w V QS -? w 2 S S S r 62

64 ( QM )n = V 2 QS r 2 w S VQS Persamaan () menunjukkan besarnya percepatan normal titik Q yang bergerak diatas link S yang juga bergerak. Komponen percepatan apabila link S diam. V 2 QS r adalah percepatan normal titik Q, V Dalam hal ini berarti VQS = Vq, dan arah 2 QS r adalah dari Q ke M. Sedangkan komponen percepatan 2 w S VQS disebut komponen Coriolis dari percepatan normal titik Q relatif terhadap titik S. Tanda positip menunjuj\kkan bahwa arah w ZS sama dengan arah w S, dan komponen + 2 w S VQS arahnya dari M menuju Q. Sekarang apabila lintasan titik Q diatas link S adalah berpa garis lurus, maka dalam hal ini harga r tak terhingga, sehingga komponen percepatan V 2 QS r harganya nol. Jadi untuk kasus ini percepatan normal antara titik Q relatif terhadap S adalah : ( QS )n = 2 w S VQS Selanjutnya percepatan normal titik S relatif terhadap titik Q. ( SQ )n = 2 w S VSQ 63

65 Cara untuk menentukan arah komponen percepatan coriolis rah dari komponen percepatan coriolis dapat juga kita tentukan tanpa memperhatikan tanda positip atau negative dari komponen percepatan tersebut. rah dari 2 w S VQS adalah sama dengan arah VQS yang diputar 90 0 menurut arah putaran w S.Sedangkan arah 2 w S VSQ sama dengan arah VSQ yang diputar 90 0 menurut arah putaran w S. Selain dengan pedoman diatas arah komponen percepatancoriolis dapat juga ditentukan sebagai berikut : rah percepatan coriolis 2 w S V QS adalah sama dengan arah perkalian cros dari kecepatan sudut link pembawa w S dan kecepatan relatif antara titik Q dan S. Jadi secara vektor hal tersebut diatas dapat dituliskan : ( QS )coriolis = 2 w S VQS ( SQ )coriolis = 2 w S VSQ Komponen percepatan coriolis seperti yang telah kita bahas diatas terjadi pada dua titik yang berimpit dari dua buah link yang merupakan pasangan sliding, rolling atau slip-rolling. 64

66 Pada ketiga gambar diatas titik Q pada link q dan titik S pada link s. Pada gambar ini link q mempunyai gerakan sl iding, slip-rolling atau rolling pada link s. Dalam hal ini link s dikatakan sebagai link pembawa CONTOH SOL : Diketahui Link 2 berputar dengan kecepatan sudut? 2 konstan. 65

67 Pada mekanisme diatas diketahui data-data sebagai berikut : Diagram Kecepatan Kecepatan titik Q : V Q = (O 2 Q) w 2 V Q diketahui tegak lurus O 2 Q arahnya sesuai w 2 Table diagram kecepatan No esaran Harga rah 1 VQ = Ov - q (O2Q) w 2 - O2Q 2 VSQ = q - s? O4S 3 VS = Ov - s? - O4S 4 VP = Ov - p Diperoleh dengan ( V P V S ) O 4 P O 4 S 5 VR = Ov -r? Lintasan titik R Dari diagram kecepatan didapat : VSQ = q s ( arah ke bawah) VS = o s 66

68 ? S = V S O 4 S ( arahnya berlawanan putaran jarum jam ) Diagram Percepatan Percepatan titik yang berputar terhadap satu pusat tetap sama dengan Q = (O Q)w 2 2 (O 2 Q)a 2 2 Harga O 2 dan w 2 diketahui sehingga percepatan normal 2 (O 2 Q )w 2dapat dihitung. rah (O 2 Q )w 2 2adalah sepanjang garis O 2 dari menuju O2 dan harga percepatan normalnya = (O 2 Q)a 2 =0. Q digambarkan dengan skala percepatan yang sesuai. Pembuatan diagram percepatan dapat ditabelkan sebagai berikut : Table diagram percepatan No esaran Percepatan Normal Percepatan Tangensial Harga rah Vektor Harga rah Ve ktor 1 Q = o q w 2 (O 2 Q) 2 Q O2 o q0 0 - q0 q 2 SQ = q - s 2w s xv SQ - O4S (kekanan) q - sq? O4S sq s 3 S = o s 4 P = o p 5 RP = p - r w 2 (O 4S) S w 2 (RP) 5 S O4 o s0? VS s0 s Diperoleh dengan ( P S ) O 4 P O 4 S R - P p - rp? VRP rp r 67

69 6 R = o r 0 - o r 0? VR r0 r r O s so p q sq 2? S V SQ? S 2? S V SQ V SQ Diagram percepatan SOL-SOL : 68

70 1. Suatu mekanisme seperti pada gambar dibawah diketahui : O2 O3 = 36 cm O2 2 = 8 cm O3 3 = 32 cm R = 48 cm Penghubung 2 sebagai penggerak berputar dengan kecepatan konstan? 2 = 40 rad/det 2. Tentukan? 3 dan a3 dengan membuat diagram kecepatan dan diagram percepatan lebih dahulu. 2. Kecep atan titik adalah 12 m/det dengan penghubung 2 berputar pada suatu kecepatan sudut konstan dalam arah melawan putaran jam. Dengan membuat polygon kecepatan dan polygon percepatan tentukan kecepatan sudut penghubung 4, 5, 6 dan kecepatan titik serta percepatan titik C pada penghubung 5 (atau 6) dan percepatan sudut penghubung 3, 4, 5 dan 6. 69

71 71

72 ab VI MEKNISME KOMPLEK 6.1 Mekanisme sederhana dan Mekanisme komplek Suatu mekanisme dikatakan sederhana apabila untuk analisa kecepatan dan percepatannya dapat diselesaikan hanya dengan persamaan gerak relatif atau dengan kombinasi metode image. Sebagai contoh persamaan gerak relatif VQ = VP + VPQ dan Q = P + P Q dimana P dan Q adalah titik-titik yang memindahkan gerakan dan terletak pada satu link. Persamaan gerak diatas dapat langsung diselesaikan apabila jari-jari lintasan dari titik P dan titik Q diketahui. P 3 Q 4 2 O 2 O 4 Gambar 6.1. Mekanisme sederhana Pada gambar diatas disamping P dan Q adalah titik-titik yang mentransfer gerakan dan terletak pada satu link. Jari-jari lintasan titik P dan Q langsung dapat diketahui yaitu O2P dan O4Q, sedang pusat lintasannya adalah O2 dan O 4. 71

73 nalisa percepatan dari mekanisme tersebut dapat diselesaikan dengan persamaan gerak relatif : Q = P + PQ pabila salah satu jari-jari lintasannya tidak dapat ditentukan maka cara analisa diatas tidak dapat dipergunakan. Mekanisme semacam ini dinamakan mekanisme komplek dan analisanya dengan cara khusus seperti yang akan kita bahas berikut. Ciri-ciri dari mekanisme komplek ialah adanya multipaired floating link yaitu suatu elemen yang merupakan pasangan kinema tik (turning atau sliding) dengan paling sedikit tiga buah link yang bergerak dan tidak berhubungan dengan body (frame) diam. 6.2 Mekanisme komplek derajat rendah dan derajat Tinggi O 6 6 D C 4 O O 2 Gambar 6.2. Mekanisme komplek yang terdiri dari 6 link. 72

74 Gerakan pada link 5 ditentukan oleh dua dari tiga link yang berhubungan dengannya, yaitu link 4 dan link 6, yang masing-masing jari-jari lintasannya sudah tertentu. Hanya satu jari-jari lintasan yang tidak diketahui yaitu jarijari lintasan titik. pabila input diberikan dari link 6 pada mekanisme diatas maka analisa kecepatan dan percepatannya dapat diselesaiakn dengan persamaan gerak relatif. 6.3 Metode Titik antu Metode ini banyak sekali dipergunakan untuk analisa mekanisme komplek derajat rendah maupun derajat tinggi. Untuk mempergunakan analisa dengan metode titik antu ini, pertama kali kita harus menentukan multipaired link yang menyebabkan mekanisme tersebut menjadi komplek. Kemudian kita tentukan titik bantu yang terletak pada floating link tersebut. Titik antu tersebut didapatkan dari perpotongan garis-garis bantu yang dibuat pada floating link tersebut melalui titik-titik yang mentransfer gerakan yang terletak pada link lain, dimana komponen kecepatan dan percepatan ttitik bantu kearah garis-garis bantu yang dibuat, yang dapat ditentukan secara grafis. 73

75 Gambar 6.3. Sebagian dari mekanisme komplek Gambar diatas adalah sebagian dari mekanisme komplek, dimana kecepatan dan percepatannya titik-titik, dan C diketahui. Yang akan ditentukan adalah kecepatan dan percepatan titik-titk yang mentransfer gerakan D, E dan F. Langkah pertama kali adalah menarik garis bantu I, II dan III melalui titik-titik D, E dan F. garis antu I adalah perpanjangan link D, garis antu II adalah perpanjangan link E dan garis antu III adalah perpanjangan link CF. Ketiga garis antu ini berpotongan di titik-titik antu X dan Y, yang terletak pada floating link tersebut. KECEPTN Untuk menggambarkan diagram kecepatan dari suatu mekanisme harus ditentukan lebih dahulu titik O. 74

76 Kemudian melalui titik O ini ditarik garis-garis antu I, II dan III. V, V dan VC digambarkan melalui O. Karena dan D terletak pada satu rigid body maka komponen kecepatan dan D kearah garis antu I adalah sama. dapun titik-titik D, X dan Y terletak pada satu rigid body pula yaitu pada floating link. Jadi komponen kecepatan D, X dan Y kearah garis antu I sama pula. (V)I = (V D)I = (VX)I = (VY)I = o a 1 Tempat kedudukan titik-titik d, x dan y terletak pada garis m - garis antu I melalui a1. Untuk titik dan E (V)II = (V E)I I = (VX)II = o b1 Tempat kedudukan titik-titik e1 dan x1 terletak pada garis n - garis antu II melalui b 1. Selanjutnya titik C dan F (VC )III = (VF)III = (VY)III = o c1 Tempat kedudu kan titik-titik f dan y terletak pada garis p - garis antu III melalui c1. Titik x didapat dari perpotongan garis m dan n, dan titik y diperoleh dari perpotongan garis m dan p. Setelah titik x dan y diketahui pada diagram, maka titik D, E dan F dapat dicari dengan metode image atau dapat juga ditentukan dengan persamaan gerak relatif. Dimulai dengan menghitung kecepatan sudut floating link. w V XY Y X arahcw X.Y X.Y 75

77 Kemudian VD,VE dan V F dicari sebagai berikut : VD = VX + VDX VE = VX + VE X VF = VY + VFY Gambar 6.4. Diagram kecepatan PERCEPTN Pembuatan diagram percepatan dimulai dengan menarik garis antu I, II dan III melalui titik O. 76

78 Kemudian percepatan titik, dan C dibuat melalui titik O. = o a, = o b dan C= o c Komponen percepatan titik kearah garis antu I yaitu : ()I = o a 1 Titik dan D terletak pada satu rigid body. ( D )I = ( )I + ( D )I Sedangkan titik D, X dan Y terletak pada satu rigid body pula sehingga dalam hal ini berlaku : ( X )I = ( D )I + ( XD )I ( Y )I = ( X )I + ( YX )I dan Jadi : ( Y )I = ( )I + ( D )I + ( X )I + ( YX )I Harga -harga ( D ) I, ( X ) I dan ( YX ) I dapat dihitung dari : V ( D ) I = ( D ) n = a I - d I = 2 D D ( X ) I = ( X ) n = d I - x I = V 2 XD DX ( YX )I = ( YX )n = xi - yi = V 2 YX XY Harga -harga VD, VXD dan VYX didapat dari diagram kecepatan. Tempat kedudukan (letak) titik d, x dan y terletak masing-masing pada garis tegak lurus garis antu I melalui titik di, xi dan yi. Dengan cara yang sama didapatkan : dengan : ( X )I I = ( )I I + ( E )I I + ( X )I I ( ) I I = o - b II = proyeksi kegaris antu II V ( E ) I I = ( E ) N = b II - e II = V ( XE ) I I = ( XE ) n = e II - x I I = 2 E E 2 XE EX 77

79 Harga -harga VE dan Vxe didapatkan dari diagram kecepatan. Letak atau tempat kedudukan e dan x diperoleh debgab menarik garisgaris tega k lurus garis antu II melalui titik ei dan xi. Percepatan titik Y pada garis antu III dapat diperoleh dengan cara yang sama seperti diatas : ( X )III = ( C )III + ( FC )III + ( YF )III dengan : ( C )III = o - ciii = proyeksi C kegaris antu III V ( FC ) III = ( E ) N = c III - f II = V ( YF )III = ( XE )n = fiii - yiii = 2 FC CF 2 YF FY Harga -harga VFC dan V YF didapatkan dari diagram kecepatan. Letak atau tempat kedudukan f dan y diperoleh debgab menarik garis- garis tegak lurus garis antu III melalui titik fi dan yi. Dari analisa diatas tampak bahwa titik x diperoleh dengan memanfaatkan garis antu I dan II karena dari garis ini didapatkan dua tempat kedudukan titik x dan y. Titik-titik d, e dan f pada diagram percepatan dapat dicari dengan metode image atau dengan persamaan gerak relatif sebagai berikut : D = X + DX D = + D Dari dua persamaan diatas diperoleh D = o - d E = + E E = X + EX 78

80 Dari dua persamaan diatas diperoleh E = o - e F = C + FC F = Y + FY Dari dua persamaan diatas diperoleh F = o - f Letak d Letak x ( ) I C Letak y Letak f I ( YF ) n III II y Gambar 6.5. Diagram Percepatan 79

81 Contoh Soal Mekanisme alok Jalan Watt Link 2 dari mekanisme diketahui berputar dengan kecepatan? 2 berlawanan arah jarum jam. Gambarkan Diagram kecepatan dan percepatannya? Penyelesaian : Titik antu untuk analisa mekanisme ini akan ditentukan pada link 4, karena link 4 merupakan floating link (penghubung apung). Garis antu I dibuat melalui titik yang merupakan perpanjangan. Garis antu II dibuat melalui D dan tegak lurus lintasan D. Perpotongan garis antu I dan garis antu II diberi notasi x dimana x terletak pada link 4 sehingga link 4 terdiri dari titik-titk CDX. 80

82 Kecepatan : Diagram kecepatan dari mekanisme diatas dibuat menurut table dibawah ini : No esaran Harga rah 1 V = Ov - a (O2) w 2 - O2 2 V = a - b? - 3 VX = b - x? - 4 VD = Ov - d? Lintasan titik D 5 VXD = d - x? - XD atau Lintasan titik D 6 VCX = x - c? - XC 7 VC = Ov - c? - O5C 8 VDC = c - d? - CD 9 VC = c - b? - C Dari langkah no. 1 didapatkan titik a pada diagram kecepatan. Dari langkah no 2 sampai langkah no 5 diperoleh titik x. b x Langkah 6 dan langkah 7 didapatkan titik c. Titik d dari langkah no 4 dan lankah no 8. Titik b dari langkah no 2 dan lankah no 9. a Gambar digram kecepatan c O v d 81

83 Percepatan : Table diagram percepatan No esaran Percepatan Normal Percepatan Tangensial Harga rah Vektor Harga rah Vektor 1 = o a w 2 (O 2 ) O 2 2 o a0 0 - a 0 a 2 = a - b w 2 () X = b - x w 2 (X) X - 4 a - ba? V ba b b - xb? VX xb x 4 D = o d 0 - o d0? VD d 0 d 5 XD = d - x w 2 (XD) X - D 4 d - xd? VXD xd x 6 C = o c w 2 (O 5 C) C O5 5 o c0? VC c0 c 7 CX = x - c w 2 (XC) C - X 4 8 DC = c - d w 2 (CD) D - C 4 9 C = c - b w 2 (C) - C 4 x - cx? VCX cx c c - cd? VDC cd d c - cb? VC cb b Dari langkah no. 1 didapatkan titik a pada diagram percepetan. Dari langkah no 2 sampai langkah no 5 diperoleh titik x. Langkah 6 dan langkah 7 didapatkan titik c. Titik d dari langkah no 4 dan lankah no 8. Titik b dari langkah no 2 dan lankah no 9. 82

84 x O a xd a ba xb cx b x b db O a C0 xd c a d ba xb Gambar diagram percepatan 83

85 SOL-SOL : 1. Penghubung (link) 2 dari mekanisme dari gambar dibawah mempunyai kecepatan sudut? 2 = 50 rad/det arahnya searah putaran jarum jam dan percepatan sudut a2 = 1000 rad/det 2 arahnya berlawanan putaran jarum jam. Tentukan :? 3,? 4,? 5 dan V D serta a3, a4, a5 dan D. 84

86 2. Penghubung (link) 2 dari mekanisme dari gambar dibawah mempunyai kecepatan sudut konstan? 2 = 50 rad/det arahnya berlawanan putaran jarum jam. Tentukan :? 6 dan a6 3. Diketahui mekanisme seperti gambar dibawah dengan VD = 60 cm/det dan D = 0. Tentukan :? 2,? 3,? 5 dan V serta a2, a 3, a5 dan. 85

87 86

Bab I. Kinematika mesin adalah suatu pengetahuan tentang gerak relatif. dari bagian-bagian mesin yaitu posisi, kecepatan dan percepatan.

Bab I. Kinematika mesin adalah suatu pengetahuan tentang gerak relatif. dari bagian-bagian mesin yaitu posisi, kecepatan dan percepatan. ab I KNSEP KNSEP DSR 1.1 KINEMTIK Kinematika mesin adalah suatu pengetahuan tentang gerak relatif dari bagian-bagian mesin yaitu posisi, kecepatan dan percepatan. 1.2 DIGRM KINEMTIS Dalam mempelajari gerakan-gerakan

Lebih terperinci

Bab VI. 6.1 Mekanisme sederhana dan Mekanisme komplek. Suatu mekanisme dikatakan sederhana apabila untuk analisa

Bab VI. 6.1 Mekanisme sederhana dan Mekanisme komplek. Suatu mekanisme dikatakan sederhana apabila untuk analisa Bab VI MEKANISME KOMPLEK 6.1 Mekanisme sederhana dan Mekanisme komplek Suatu mekanisme dikatakan sederhana apabila untuk analisa kecepatan dan percepatannya dapat diselesaikan hanya dengan persamaan gerak

Lebih terperinci

Bab IV. Mekanisme paling sederhana yang dipelajari adalah mekanisme. engkol-peluncur segaris seperti pada gambar 4.1

Bab IV. Mekanisme paling sederhana yang dipelajari adalah mekanisme. engkol-peluncur segaris seperti pada gambar 4.1 Bab IV PENERAPAN KECEPATAN RELATIF DAN PERCEPATAN RELATIF 4.1.1 Mekanisme Engkol Peluncur Mekanisme paling sederhana yang dipelajari adalah mekanisme engkol-peluncur segaris seperti pada gambar 4.1 Semua

Lebih terperinci

Bab V. Untuk menentukan besarnya kecepatan suatu titik yang bergerak. terhadap sebuah badan yang juga bergerak, perhatikan titik B yang

Bab V. Untuk menentukan besarnya kecepatan suatu titik yang bergerak. terhadap sebuah badan yang juga bergerak, perhatikan titik B yang Oleh : Ir Ir. Erwin ulityo - Ir. Endi utikno. Bab V KECEPATAN DAN PERCEPATAN PADA DUA TITIK YANG BERIMPIT KOMPONEN CORIOLI DARI PERCEPATAN NORMAL 5.1 Kecepatan relatif dua titik berimpit Untuk menentukan

Lebih terperinci

Bab II. Lintasan dari sebuah titik adalah perubahan dari posisinya dan dia. adalah besaran vector. Pada gambar 2.1 sebagai titik P bergerak

Bab II. Lintasan dari sebuah titik adalah perubahan dari posisinya dan dia. adalah besaran vector. Pada gambar 2.1 sebagai titik P bergerak Bab II KECEPATAN DAN PERCEPATAN.1 LINTASAN DAN KECEPATAN LINEAR.1.1 Kecepatan Linear Lintasan dari sebuah titik adalah perubahan dari posisinya dan dia adalah besaran vector. Pada gambar.1 sebagai titik

Lebih terperinci

Bab III. 3.1.1 Kecepatan relatif dua buah titik pada satu penghubung kaku. Penghubung berputar terhadap satu titik tetap

Bab III. 3.1.1 Kecepatan relatif dua buah titik pada satu penghubung kaku. Penghubung berputar terhadap satu titik tetap Diktat KINEMTIK leh : Ir. Erwin Sulito - Ir. Endi Sutikno ab III KECEPTN RELTIF DN PERCEPTN RELTIF 3.1 KECEPTN RELTIF 3.1.1 Kecepatan relatif dua buah titik pada satu penghubung kaku Penghubung berputar

Lebih terperinci

2.2 kinematika Translasi

2.2 kinematika Translasi II KINEMATIKA PARTIKEL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman dan kemampuan menganalisis serta mengaplikasikan konsep kinematika partikel pada kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

BAB 6 PERCEPATAN RELATIF

BAB 6 PERCEPATAN RELATIF BAB 6 PERCEPATAN RELATIF Dalam analisa percepatan, dapat dijumpai tiga situasi yang telah dibahas dalam analisa kecepatan : (1) hubungan perceptana dua buah titik yang berbeda dan terpisah, (2) hubungan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK Posisi titik materi dapat dinyatakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suatu bidang datar maupun dalam bidang ruang. Vektor yang dipergunakan untuk menentukan posisi disebut

Lebih terperinci

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1 VEKTOR 3/8/007 Fisika I 1 BAB I : VEKTOR Besaran vektor adalah besaran yang terdiri dari dua variabel, yaitu besar dan arah. Sebagai contoh dari besaran vektor adalah perpindahan. Sebuah besaran vektor

Lebih terperinci

KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK

KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK Irfan Wahyudi MSc Materi/Pertemuan ke 1 Pendahuluan Pada tahap awal perancangan suatu mekanisme mesin perlu dilakukan dulu suatu analisa terhadap mekanisme pergerakan, kecepatan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KECEPATAN

BAB IV ANALISA KECEPATAN BAB IV ANALISA KECEPATAN PUSAT SESAAT Pusat sesaat adalah : - sebuah titik dalam suatu benda dimana benda lain berputar terhadapnya. - Sebuah titik sekutu yang terletak pada 2 buah benda yang mempunyai

Lebih terperinci

III. KINEMATIKA PARTIKEL. 1. PERGESERAN, KECEPATAN dan PERCEPATAN

III. KINEMATIKA PARTIKEL. 1. PERGESERAN, KECEPATAN dan PERCEPATAN III. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dari mekanika yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan apa/siapa yang menggerakkan benda tersebut. Bila gaya penggerak ikut diperhatikan maka

Lebih terperinci

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k Kompetensi Dasar Y Menganalisis gerak parabola dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor. P Uraian Materi Pokok r Kinematika gerak translasi, terdiri dari : persamaan posisi benda, persamaan kecepatan,

Lebih terperinci

1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Definisi KINEMATIKA Kinematika adalah cabang ilmu fisika yang

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR VEKTOR DAN SKALAR Materi pokok pertemuan ke I: 1. Vektor dan skalar 2. Komponen vektor 3. Operasi dasar aljabar vektor URAIAN MATERI Masih ingatkah Anda tentang vektor? Apa beda vektor dengan skalar? Ya,

Lebih terperinci

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014 Jawaban Soal OSK FISIKA 4. Sebuah benda bergerak sepanjang sumbu x dimana posisinya sebagai fungsi dari waktu dapat dinyatakan dengan kurva seperti terlihat pada gambar samping (x dalam meter dan t dalam

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

Fisika Dasar 9/1/2016

Fisika Dasar 9/1/2016 1 Sasaran Pembelajaran 2 Mahasiswa mampu mencari besaran posisi, kecepatan, dan percepatan sebuah partikel untuk kasus 1-dimensi dan 2-dimensi. Kinematika 3 Cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda

Lebih terperinci

FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS

FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS K-13 Kelas X FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Menguasai konsep gerak, jarak, dan perpindahan.. Menguasai konsep kelajuan

Lebih terperinci

Kinematika Sebuah Partikel

Kinematika Sebuah Partikel Kinematika Sebuah Partikel oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Bahan Kuliah PS TEP oleh Delvi Yanti Kinematika Garis Lurus : Gerakan Kontiniu Statika : Berhubungan dengan kesetimbangan benda dalam keadaan diam

Lebih terperinci

DIKTAT MATEMATIKA II

DIKTAT MATEMATIKA II DIKTT MTEMTIK II (VEKTOR) Drs.. NN PURNWN, M.T JURUSN PENDIDIKN TEKNIK MESIN FKULTS PENDIDIKN TEKNOLOGI DN KEJURUN UNIVERSITS PENDIDIKN INDONESI 004 VEKTOR I. PENDHULUN 1.1. PENGERTIN Sepotong garis berarah

Lebih terperinci

Bab 1 Vektor. A. Pendahuluan

Bab 1 Vektor. A. Pendahuluan Bab 1 Vektor A. Pendahuluan Dalam mata kuliah Listrik Magnet A, maupun mata kuliah Listrik Magnet B sebagaii lanjutannya, penyajian konsep dan pemecahan masalah akan banyak memerlukan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB III KECEPATAN RELATIF

BAB III KECEPATAN RELATIF III KECEPTN RELTIF 3.1. Indikator Kompetensi relatif. Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa mempunyai pemahaman tentang kecepatan 3.2. Kecepatan Relatif dari Dua Titik erbeda Dua buah titik dan

Lebih terperinci

GERAK LURUS Kedudukan

GERAK LURUS Kedudukan GERAK LURUS Gerak merupakan perubahan posisi (kedudukan) suatu benda terhadap sebuah acuan tertentu. Perubahan letak benda dilihat dengan membandingkan letak benda tersebut terhadap suatu titik yang diangggap

Lebih terperinci

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B Amran Shidik MATERI FISIKA KELAS X 11/13/2016 VEKTOR A. Vektor Vektor adalah jenis besaran yang mempunyai nilai dan arah. Besaran yang termasuk besaran vektor antara lain perpindahan, gaya, kecepatan,

Lebih terperinci

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus BAB 7. GERAK ROTASI 7.1. Pendahuluan Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahan vektor secara grafis dan matematis 3. Melakukan perkalian vektor

Lebih terperinci

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm PENGUKURAN BESARAN A. Pengertian Mengukur Mengukur adalahmembandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang dijadikan standar satuan. Misalnya kita mengukur panjang benda, dan ternyata panjang benda

Lebih terperinci

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat. .. esaran Vektor Dan Skalar II V E K T O R da beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. da juga besaran fisis yang tidak cukup hanya

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahkan vektor secara grafis dan dengan vektor komponen 3. Melakukan

Lebih terperinci

KINEMATIKA PARTIKEL 1. KINEMATIKA DAN PARTIKEL

KINEMATIKA PARTIKEL 1. KINEMATIKA DAN PARTIKEL FISIKA TERAPAN KINEMATIKA PARTIKEL TEKNIK ELEKTRO D3 UNJANI TA 2013-2014 1. KINEMATIKA DAN PARTIKEL Kinematika adalah bagian dari mekanika yg mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan apa/siapa yang

Lebih terperinci

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak. BAB I. PENDAHULUAN Mekanika : Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang bereaksi pada benda tersebut. Dibedakan: 1. Mekanika benda tegar (mechanics

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom A 1 Vektor Fisika Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sub Pokok ahasan Definisi Vektor Penjumlahan Vektor Vektor Satuan

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. = S R radian

GERAK MELINGKAR. = S R radian GERAK MELINGKAR. Jika sebuah benda bergerak dengan kelajuan konstan pada suatu lingkaran (disekeliling lingkaran ), maka dikatakan bahwa benda tersebut melakukan gerak melingkar beraturan. Kecepatan pada

Lebih terperinci

B a b 2. Vektor. Sumber:www.tallship.org

B a b 2. Vektor. Sumber:www.tallship.org a b 2 Vektor Sumber:www.tallship.org Pada bab ini, nda akan diajak untuk dapat menerapkan konsep besaran Fisika dan pengukurannya dengan cara melakukan penjumlahan vektor. Pernahkah nda mengarungi lautan

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi 1. Sistem Diskrit Tinjaulah sistem yang terdiri atas 2 benda. Benda A dan benda B dihubungkan dengan batang ringan yang tegar dengan sebuah batang tegak yang

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 2) Gerak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Kerangka Acuan & Sistem Koordinat Posisi dan Perpindahan Kecepatan Percepatan GLB dan GLBB Gerak Jatuh Bebas Mekanika

Lebih terperinci

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada

Lebih terperinci

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY SISTEM-SISTEM KOORDINAT Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY Sistem Koordinat Kartesian Dalam sistem koordinat Kartesian, terdapat tiga sumbu koordinat yaitu sumbu x, y, dan z. Suatu titik

Lebih terperinci

Silabus. Kegiatan Pembelajaran Instrume n. - Menentukan nilai. Tugas individu. (sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan, dan

Silabus. Kegiatan Pembelajaran Instrume n. - Menentukan nilai. Tugas individu. (sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan, dan Silabus Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Program Semester : SMK : MATEMATIKA : XI / TEKNOLOGI, KESEHATAN, DAN PERTANIAN : GANJIL Standar Kompetensi:7. Menerapkan perbandingan, fungsi,, dan identitas

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 2) Gerak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Kerangka Acuan & Sistem Koordinat Posisi dan Perpindahan Kecepatan Percepatan GLB dan GLBB Gerak Jatuh Bebas Mekanika

Lebih terperinci

Kinematika. Gerak Lurus Beraturan. Gerak Lurus Beraturan

Kinematika. Gerak Lurus Beraturan. Gerak Lurus Beraturan Kinematika Gerak Lurus Beraturan KINEMATIKA adalah Ilmu gerak yang membicarakan gerak suatu benda tanpa memandang gaya yang bekerja pada benda tersebut (massa benda diabaikan). Jadi jarak yang ditempuh

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat, VEKTOR Dalam mempelajari fisika kita selalu berhubungan dengan besaran, yaitu sesuatu yang dapat diukur dan dioperasikan. da besaran yang cukup dinyatakan dengan nilai (harga magnitude) dan satuannya saja,

Lebih terperinci

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR A. Pengertian Turunan dari fungsi y f () Laju rata-rata perubahan fungsi dalam interval antara a dan a h adalah : y f( a h) f( a) f ( a h) f( a) = = (dengan syarat

Lebih terperinci

TKS-4101: Fisika. KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TKS-4101: Fisika. KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Gerak 2 dimensi lintasan berada dalam

Lebih terperinci

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA PERBANDINGAN KISI-KISI UN 009 DAN 00 SMA IPA Materi Logika Matematika Kemampuan yang diuji UN 009 UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh dari penarikan kesimpulan Menentukan negasi pernyataan

Lebih terperinci

A x pada sumbu x dan. Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com. 2. Vektor. 2.1 Representasi grafis sebuah vektor

A x pada sumbu x dan. Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com. 2. Vektor. 2.1 Representasi grafis sebuah vektor . Vektor.1 Representasi grafis sebuah vektor erdasarkan nilai dan arah, besaran dibagi menjadi dua bagian aitu besaran skalar dan besaran vektor. esaran skalar adalah besaran ang memiliki nilai dan tidak

Lebih terperinci

Soal UN 2009 Materi KISI UN 2010 Prediksi UN 2010

Soal UN 2009 Materi KISI UN 2010 Prediksi UN 2010 PREDIKSI UN 00 SMA IPA BAG. (Berdasar buku terbitan Istiyanto: Bank Soal Matematika-Gagas Media) Logika Matematika Soal UN 009 Materi KISI UN 00 Prediksi UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh

Lebih terperinci

Jika titik O bertindak sebagai titik pangkal, maka ruas-ruas garis searah mewakili

Jika titik O bertindak sebagai titik pangkal, maka ruas-ruas garis searah mewakili 4.5. RUMUS PERBANDINGAN VEKTOR DAN KOORDINAT A. Pengertian Vektor Posisi dari Suatu Titik Misalnya titik A, B, C Dan D. adalah titik sebarang di bidang atau di ruang. Jika titik O bertindak sebagai titik

Lebih terperinci

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO i FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO Departemen Fisika Universitas Airlangga, Surabaya E-mail address, P. Carlson: i an cakep@yahoo.co.id URL: http://www.rosyidadrianto.wordpress.com Puji

Lebih terperinci

Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu GERAK MELINGKAR BERATURAN

Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu GERAK MELINGKAR BERATURAN 3 GEAK MELINGKA BEATUAN Kincir raksasa melakukan gerak melingkar. Sumber: Kompas, 20 Juli 2006 Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu benda bergerak pada garis lurus, gerak

Lebih terperinci

VEKTOR. Besaran skalar (scalar quantities) : besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Contoh: jarak, luas, isi dan waktu.

VEKTOR. Besaran skalar (scalar quantities) : besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Contoh: jarak, luas, isi dan waktu. VEKTOR Kata vektor berasal dari bahasa Latin yang berarti "pembawa" (carrier), yang ada hubungannya dengan "pergeseran" (diplacement). Vektor biasanya digunakan untuk menggambarkan perpindahan suatu partikel

Lebih terperinci

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT VEKTOR Oleh : Musayyanah, S.ST, MT 1 2.1 ESRN SKLR DN VEKTOR Sifat besaran fisis : esaran Skalar Skalar Vektor esaran yang cukup dinyatakan oleh besarnya saja (besar dinyatakan oleh bilangan dan satuan).

Lebih terperinci

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN.. Tegangan Dalam mekanika bahan, pengertian tegangan tidak sama dengan vektor tegangan. Tegangan merupakan tensor derajat dua, sedangkan vektor, vektor apapun, merupakan tensor

Lebih terperinci

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com GERAK ROTASI Hoga saragih Benda tegar yang dimaksud adalah benda dengan bentuk tertentu yang tidak berubah, sehinga partikelpartikel pembentuknya berada pada posisi tetap relatif satu sama lain. Tentu

Lebih terperinci

VII III II VIII HAND OUT PERKULIAHAN GEOMETRI ANALITIK

VII III II VIII HAND OUT PERKULIAHAN GEOMETRI ANALITIK HAND OUT PERKULIAHAN GEOMETRI ANALITIK A. Sistem Koordinat Tegak Lurus Suatu sistem koordinat tegak lurus disebut juga dengan sistem koordinat cartesian. Di dalam ruang, terdapat tiga buah garis lurus

Lebih terperinci

fi5080-by-khbasar BAB 1 Analisa Vektor 1.1 Notasi dan Deskripsi

fi5080-by-khbasar BAB 1 Analisa Vektor 1.1 Notasi dan Deskripsi BB 1 nalisa Vektor Vektor, dibedakan dari skalar, adalah suatu besaran yang memiliki besar dan arah. rtinya untuk mendeskripsikan suatu besaran vektor secara lengkap perlu disampaikan informasi tentang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU KLAS X

PENGENDALIAN MUTU KLAS X PENGENDLIN MUTU KLS X. Untuk mengukur ketebalan selembar kertas yang paling teliti menggunakan alat ukur. mistar. jangka sorong C. rol meter D. micrometer sekrup E. sferometer 2. Perhatikan gambar penunjuk

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

GAYA-GAYA STATIS DALAM MESIN

GAYA-GAYA STATIS DALAM MESIN GY-GY TTI DLM MEIN.1 ENDHULUN Gaya-gaya yang bekerja pada elemen mesin dapat berupa: berat komponen, gaya-gaya perakitan, gaya-gaya gesek, gaya-gaya tumbuk gaya-gaya pegas gaya-gaya yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG BAB I VEKTOR DALAM BIDANG I. KURVA BIDANG : Penyajian secara parameter Suatu kurva bidang ditentukan oleh sepasang persamaan parameter. ; dalam I dan kontinue pada selang I, yang pada umumnya sebuah selang

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 80 BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang dianggap sesuai dengan dimensi ukuran sesungguhnya dengan jarak antar partikel penyusunnya tetap. Ketika benda tegar

Lebih terperinci

LINGKARAN. Lingkaran. pusat lingkaran diskriminan posisi titik posisi garis garis kutub gradien. sejajar tegak lurus persamaan lingkaran

LINGKARAN. Lingkaran. pusat lingkaran diskriminan posisi titik posisi garis garis kutub gradien. sejajar tegak lurus persamaan lingkaran LINGKARAN Persamaan Persamaan garis singgung lingkaran Persamaan lingkaran berpusat di (0, 0) dan (a, b) Kedudukan titik dan garis terhadap lingkaran Merumuskan persamaan garis singgung yang melalui suatu

Lebih terperinci

VEKTOR. Makalah ini ditujukkan untuk Memenuhi Tugas. Disusun Oleh : PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

VEKTOR. Makalah ini ditujukkan untuk Memenuhi Tugas. Disusun Oleh : PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN VEKTOR Makalah ini ditujukkan untuk Memenuhi Tugas Disusun Oleh : 1. Chrisnaldo noel (12110024) 2. Maria Luciana (12110014) 3. Rahmat Fatoni (121100) PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

1. Akar-akar persamaan 2x² + px - q² = 0 adalah p dan q, p - q = 6. Nilai pq =... A. 6 B. -2 C. -4 Kunci : E Penyelesaian : D. -6 E.

1. Akar-akar persamaan 2x² + px - q² = 0 adalah p dan q, p - q = 6. Nilai pq =... A. 6 B. -2 C. -4 Kunci : E Penyelesaian : D. -6 E. 1. Akar-akar persamaan 2x² + px - q² = 0 adalah p dan q, p - q = 6. Nilai pq =... A. 6-2 -4 Kunci : E -6-8 2. Himpunan penyelesaian sistem persamaan Nilai 6x 0.y 0 =... A. 1 Kunci : C 6 36 3. Absis titik

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA301) Gerak dalam satu dimensi. Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi

Fisika Umum (MA301) Gerak dalam satu dimensi. Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi Fisika Umum (MA301) Topik hari ini: Gerak dalam satu dimensi Posisi dan Perpindahan Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi Gerak dalam Satu Dimensi

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 9 April 001 Waktu :,5 jam 1. Tentukan dy dx jika (a) y 5x (x + 1) (b) y cos x.. Dengan menggunakan de nisi turunan, tentukan f 0 (x) untuk fungsi f berikut f (x)

Lebih terperinci

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius BAB III GERAK LURUS Pada bab ini kita akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koordinat olar ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koordinat Kartesius untuk menggambarkan lintasan partikel ang bergerak. Koordinat Kartesius mudah digunakan saat menggambarkan

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

NO. POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAB

NO. POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAB Tujuan Pembelajaran: Peserta diklat mampu menganalisa kecepatan, percepatan, gaya inersia, dan penyeimbangan NO. POKOK HASAN SUB POKOK HASAB 1. Pendahuluan o Deinisi, Mekanisme, Mesin, Torak o Kecepatan

Lebih terperinci

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola Tim Kalkulus II Koordinat Kartesius Sistem Koordinat 2 Dimensi Sistem koordinat kartesian dua dimensi merupakan sistem koordinat yang terdiri dari

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR B A B B A B

BESARAN VEKTOR B A B B A B Besaran Vektor 8 B A B B A B BESARAN VEKTOR Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan dua anak yang mendorong meja pada gambar di atas. Apakah dua anak tersebut dapat mempermudah dalam mendorong meja?

Lebih terperinci

Kinematika. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com 1

Kinematika. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com 1 Kinematika Hoga saragih hogasaragih.wordpress.com 1 BAB II Penggambaran Gerak Kinematika Dalam Satu Dimensi Mempelajari tentang gerak benda, konsep-konsep gaya dan energi yang berhubungan serta membentuk

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Doc. Name: XPFIS0201 Version :

Doc. Name: XPFIS0201 Version : Xpedia Fisika Soal Mekanika - Kinematika Doc. Name: XPFIS0201 Version : 2017-02 halaman 1 01. Manakah pernyataan di bawah ini yang benar? (A) perpindahan adalah besaran skalar dan jarak adalah besaran

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas Fisika Persiapan UAS Fisika Doc. Name:ARFISUAS Doc. Version: 26-7 halaman. Perhatikan tabel berikut! No Besaran Satuan Dimensi Gaya Newton [M][L][T] 2 2 Usaha Joule [M][L] [T] 3 Momentum

Lebih terperinci

Pesawat Terbang. gaya angkat. gaya berat

Pesawat Terbang. gaya angkat. gaya berat Sumber: www.staralliance.com Pesawat Terbang Terbayangkah kalian dengan teknologi pesawat terbang? Alat transportasi ini diciptakan dengan teknologi yang canggih. Salah satunya adalah saat merancang konstruksi

Lebih terperinci

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L) Dinamika Rotasi adalah kajian fisika yang mempelajari tentang gerak rotasi sekaligus mempelajari penyebabnya. Momen gaya adalah besaran yang menyebabkan benda berotasi DINAMIKA ROTASI momen inersia adalah

Lebih terperinci

Jika persegi panjang ABCD di atas diketahui OA = 26 cm, maka panjang BO adalah... A. 78 cm. C. 26 cm B. 52 cm. D. 13 cm Kunci : C Penyelesaian :

Jika persegi panjang ABCD di atas diketahui OA = 26 cm, maka panjang BO adalah... A. 78 cm. C. 26 cm B. 52 cm. D. 13 cm Kunci : C Penyelesaian : 1. Jika persegi panjang ABCD di atas diketahui OA = 26 cm, maka panjang BO adalah... A. 78 cm C. 26 cm B. 52 cm D. 13 cm 2. Gambar disamping adalah persegi panjang. Salah satu sifat persegi panjang adalah

Lebih terperinci

Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai perubahan kecepatan dibagi waktu yang diperlukan untuk perubahan tersebut.

Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai perubahan kecepatan dibagi waktu yang diperlukan untuk perubahan tersebut. PERCEPATAN Sebuah benda yang kecepatannya berubah tiap satuan waktu dikatakan mengalami percepatan. Sebuah mobil yang kecepatannya diperbesar dari nol sampai 90 km/jam berarti dipercepat. Apabila sebuah

Lebih terperinci

KODE SOAL A (NO ABSEN GANJIL) SOAL ULANGAN FORMATIF II Nama : MATA PELAJARAN : FISIKA Kelas / No Absen :.../...

KODE SOAL A (NO ABSEN GANJIL) SOAL ULANGAN FORMATIF II Nama : MATA PELAJARAN : FISIKA Kelas / No Absen :.../... KODE SOL (NO SEN GNJIL) SOL ULNGN FORMTIF II Nama : MT PELJRN : FISIK Kelas / No bsen :.../... KELS : X Pilihlah Jawaban yang benar dengan memberi tanda silang pada pilihan jawaban yang tersedia!!! (Cara

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tujuan Pembelajaran Umum: 1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar persamaan diferensial 2 Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar persamaan diferensial untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci

Perkalian Titik dan Silang

Perkalian Titik dan Silang PERKALIAN TITIK DAN SILANG Materi pokok pertemuan ke 3: 1. Perkalian titik URAIAN MATERI Perkalian Titik Perkalian titik dari dua buah vektor dan dinyatakan oleh (baca: titik ). Untuk lebih jelas, berikut

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS LURUS

PERSAMAAN GARIS LURUS Bab 4 PERSAMAAN GARIS LURUS A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar 1. Mampu mentransformasi diri dalam berpilaku jujur, tangguh mengadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR INTEGRASI VEKTOR Materi pokok pertemuan ke 11: 1. Integral Biasa 2. Integral Garis URAIAN MATERI Sebelum masuk ke integral garis, Anda pelajari dulu mengenai integral biasa dari vektor. Integral Biasa

Lebih terperinci

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL 7 th International Junior Science Olympiad (IJSO) 11 th Initational World Youth Mathematics Intercity Competition (IWYMIC) MODUL FISIKA GERAK (Sumber: College Physics,

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi periodizer kutub tersebut dapat dituliskan pula sebagai: p θ, N, θ 0 = π N N.0 n= n sin Nn θ θ 0. () f p θ, N, θ 0 = π N N j= j sin Nj θ θ 0 diperoleh dengan menyubstitusi variabel θ pada f θ =

Lebih terperinci

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN.. Tegangan Mekanika bahan merupakan salah satu ilmu yang mempelajari/membahas tentang tahanan dalam dari sebuah benda, yang berupa gaya-gaya yang ada di dalam suatu benda yang

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata adalah

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci