Timor Lorosae Tidak Perlu Pengadilan Internasional?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Timor Lorosae Tidak Perlu Pengadilan Internasional?"

Transkripsi

1 Perkumpulan HAK 21 MAJALAH BULANAN HAK ASASI MANUSIA Jl. Gov. Serpa Rosa T-091, Farol, Dili - Timor Lorosae. Telp.: Fax: direito@yayasanhak.minihub.org Timor Lorosae Tidak Perlu Pengadilan Internasional? Edisi 21 - Januari 2003 Keluaga korban pembantaian di Liquica Foto: Rogério Soares/Direito DAFTAR ISI DIREITO UTAMA: Tidak Perlu Pengadilan Internasional? Hal. 1-2 Pengadilan Internasional untuk Yugoslavia dan Rwanda Hal. 3 Bagaimana Mendirikan Pengadilan Internasional untuk Timor Lorosae Hal. 4-5 DIALOG: Korban Membutuhkan Pengadilan Internasional Hal. 6 JUSTIÇA: Hukuman Yang Tidak Adil Hal. 7 PEMBERDAYAAN RAKYAT: Yayasan Raimaran Hal. 8-9 TEROPONG KEBIJAKAN: Peran Lembaga Keuangan Internasional Hal. 10 Aparat Melanggar HAM Hal. 11 HAK ASASI: Serious Crime Unit Hal. 12 INSTRUMEN HAM: Konvenan Hak Sipil dan Politik Hal. 13 Hak Anak Menurut Aturan Internasional Hal. 14 GUGAT: Program Alfabetização Hal. 15 SERBA-SERBI Hal. 16 AMI LIAN: Pengadilan Bukan Prioritas Hal. 16 Timor Lorosae perlu pengadilan internasional untuk kejahatan 1999 atau tidak? Ini pertanyaan penting tidak hanya bagi para pemimpin pemerintah, termasuk para anggota Parlemen Nasional, tetapi juga bagi rakyat. Terlebih bagi para korban kekerasan dan keluarga mereka. Sejak awal, kalangan aktivis hak asasi manusia di Timor Lorosae menginginkan pengadilan internasional untuk mengadili para pelaku kekerasan Ada dua alasan utama. Pertama, badan peradilan Indonesia begitu korup dan rendah kualitasnya. Kedua, para pelaku utama kekerasan tersebut adalah pejabat-pejabat TNI sementara TNI sendiri masih dominan posisinya dalam rezim yang berkuasa di Indonesia. Ketiga, Timor Lorosae tidak memiliki sumberdaya yang cukup untuk mengadili mereka dan para pelaku itu berada di Indonesia. Alasan ini diperkuat oleh jenis kejahatan itu sendiri. Kekerasan-kekerasan yang terjadi di Timor Lorosae 1999 itu menurut hukum internasional tergolong kejahatan terhadap umat manusia (crime contra humanidade). Untuk kejahatan ini berlaku yurisdiksi universal. Artinya, jika terjadi kejahatan jenis ini, masyarakat internasional punya tanggungjawab untuk mengadili. Namun, masyarakat internasional memberikan kepercayaan kepada pemerintah Indonesia untuk mengadili para pelaku kejahatan design by nobodycorp.

2 DIREITO UTAMA Sikap Pemimpin Ada perbedaan sikap di antara pe mimpin Timor Leste mengenai keadilan bagi kejahatan terhadap umat manusia di Timor Leste. Berkali-kali Xanana Gusmão sejak sebelum menjadi Presiden Republik mengatakan bahwa pengadilan internasional bukanlah prioritas bagi Timor Leste. Ia seolah mengkompromikan kebutuhan keadilan rakyat dengan bantuan luar negeri yang diharapkan datang untuk menolong Timor Leste memenuhi kebutuhan lain yang menurutnya lebih mendesak, seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan. Sikap lain dikemukakan oleh Perdana Menteri Marí Alkatiri. Ketika ditanya oleh seorang aktivis Indonesia dalam pertemuan dengan gerakan solidaritas internasional sehari setelah penyerahan kedaulatan 20 Mei 2002, ia menjawab, Saya akan senang sekali kalau kalian menyuarakan ini [pengadilan internasional] di dunia internasional! Sikap ini sejalan dengan sikap mantan Uskup Dili Dom Carlos Filipe Belo. Uskup Belo beberapa kali menyatakan perlunya pengadilan internasional. Terakhir, ketika menolak bersaksi pada Pengadilan Hak Asasi Manusia di Jakarta, ia mengatakan bahwa dirinya hanya mau bersaksi di sidang pengadilan internasional. Pemimpin lain yang mengemukakan pendapatnya adalah Wakil Menteri Kehakiman beberapa hari setelah keluarnya vonis pengadilan untuk Eurico Guterres dan Abílio Osório Soares. Menurutnya, Timor Leste akan mengupayakan pembentukan pengadilan internasional agar rakyat bisa mendapatkan keadilan. Tetapi Menteri Luar Negeri José Ramos-Horta justru belum pernah secara terbuka menyatakan sikapnya. Departemen Luar Negeri sepertinya juga tidak menjadikan pembentukan pengadilan internasional sebagai agenda kerja diplomasinya. Padahal departemen ini yang seharusnya memperjuangkan ini, karena keputusan pembentukan pengadilan tersebut berada di Dewan Keamanan PBB! Tampak sekali ada ketidakmauan untuk mendukung pembentukan pengadilan internasional, termasuk dari dalam negeri sendiri. Banyak komentar yang mengatakan bahwa pengadilan internasional tidak perlu. Mereka mengutamakan hubungan diplomatik antara kedua negara ini [Timor Leste dan Indonesia, Red.] Presiden Xanana sendiri mengatakan bahwa dia tidak akan berbicara tentang pengadilan internasional, kata Filomena Reis dari Aliansi Nasional untuk Pengadilan Internasional (ANPI), suatu gabungan organisasi-organisasi Timor Leste yang memperjuangkan pengadilan internasional untuk kejahatan Mungkin banyak yang tidak memperhatikan, bukan sekali saja Xanana Gusmăo menolak pengadilan internasional. Pada saat berkampanye untuk Pemilihan Umum Presiden 2001, ia menyatakan bahwa pengadilan untuk kejahatan 1999 bukan prioritas. Hal yang sama dikatakannya ketika berkunjung ke New York. Alasannya, banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak bagi rakyat Timor Leste, seperti kesehatan, lapangan kerja, dan pendidikan. Seolah menentang pendapat Xanana Gusmăo, dalam himbauan pastoral yang dikeluarkan Juni 2002, Uskup Dili saat itu, Dom Carlos Ximenes Belo menyatakan bahwa memang banyak kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi. Tetapi harus diingat bahwa keadilan adalah salah satu kebutuhan dasar yang mendesak dan bahwa salah satu tujuan perjuangan kemerdekaan Timor Lorosae adalah untuk mendapatkan keadilan, tegasnya (Amnesti dan Penyelesaian Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia, Himbauan Pastoral Uskup Dioses Dili Dom Carlos Filipe Ximenes Belo, SDB, halaman 6). Tentang pengadilan internasional, sikap Uskup Belo jelas. Saya hanya bersedia untuk menghadiri serta memberi kesaksian di hadapan suatu pengadilan internasional yang dapat diorganisir oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri dan digelar di Bumi Timor Leste, tulisnya dalam surat terbuka pada 20 Desember Bahwa pengadilan internasional bukan perkara yang mudah itu disadari oleh para aktivis hak asasi manusia. Negara kita kecil, tetapi dengan berjuang selama 24 tahun lebih, kita berhasil merebut kemerdekaan. Untuk pengadilan internasional pun kita harus berjuang keras melalui jalan yang berliku-liku. Bukankah dulu penguasa pendudukan Indonesia mengatakan bahwa kemerdekaan Timor Leste mimpi di siang bolong? Sekarang mimpi itu sudah menjadi kenyataan! kata Filmomena Reis. Olandina Caeiro Alves, direktur organisasi penegakan hak perempuan dan anak-anak ET-WAVE (East Timor Women Against Violence and for Children Care) menegaskan perlunya organisasiorganisasi non-pemerintah bersatu dan mendekati pemerintah dan para pemimpin. Untuk meyakinkan mereka bahwa penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia di Timor Leste hanya bisa dicapai melalui pengadilan internasional, katanya kepada Direito. Selain itu, masih menurut Olandina Caeiro, organisasi-organisasi non-pemerintah harus mulai menyusun strategi dan mencari jalan untuk mendapatkan dukungan dari luar. Jangan berpikir bahwa kita beberapa organisasi yang ada di sini berteriak, kita akan menang. Kita harus kembali menggalang solidaritas internasional, mencari dukungan dari organisasi-organisasi hak asasi di luar negeri, katanya. Kata-kata ini seakan mengingatkan pada satu hal yang belakangan agak dilupakan banyak pihak. Yaitu, bahwa perjuangan kemerdekaan Timor Leste bisa tetap menjadi agenda di PBB justru karena dukungan dari organisasi-organisasi solidaritas internasional, bukan dari negara-negara besar yang justru berkepentingan mendukung pemerintah militeris Indonesia. 2 edisi 21 - Januari 2003

3 DIREITO UTAMA Pengadilan Internasional itu Seperti Apa? Setelah pengadilan Nuremberg yang dibentuk untuk mengadili kejahatan perang pada masa Perang Dunia II, ada dua pengadilan pidana internasional, yaitu Pengadilan Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia dan Pengadilan Pidana Internasional untuk Rwanda. Pengadilan Pidana Internasi onal untuk Bekas Yugosla via (PPIBY) dibentuk setelah terjadinya konflik serius pada menyusul perpecahan Republik Federal Yugoslavia. Komisi Pakar PBB (Komisi Balkan) yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB bekerja selama dua tahun dan menemukan bukti terjadinya genosida, kejahatan terhadap umat manusia, dan pelanggaran berat hukum humaniter internasional (Konvensi Jenewa mengenai perang). Pengadilan Pidana Internasional untuk Rwanda (PPIR) dibentuk setelah Komisi Pakar PBB (Komisi Rwanda) menyimpulkan terjadinya pembunuhan sistematis terhadap setengah sampai satu juta orang etnis Tutsi di Rwanda dari 6 April 1994 sampai 15 Juli Komisi ini menyimpulkan terjadinya genosida, kejahatan terhadap umat manusia, dan pelanggaran hukum humaniter internasional. PPIBY bertempat di Den Haag ( Belanda). Wewenangnya mengadili pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di dalam wilayah bekas Yugoslavia sejak Sedang PPIR bertempat di Arusha (Tanzania), dengan wewenang dibatasi pada pelanggaran-pelanggaran yang terjadi antara 1 Januari 1994 dan 31 Desember 1994 yang dilakukan dalam wilayah Rwanda dan di wilayah negara-negara tetangga. Dua pengadilan ini terdiri dari tiga organ, yaitu Majelis Hakim, Kantor Panitera, dan Kantor Penuntut Umum. Majelis Hakim terdiri dari tiga Majelis Persidangan dan satu Majelis Banding. Majelis Persidangan beranggotakan tiga orang hakim dan Majelis Banding lima orang hakim. Setiap hakim dipilih oleh Majelis Umum PBB dan bekerja untuk waktu empat tahun. Kantor Panitera menjalankan Keluarga korban pembantaian St. Cruz Foto: Rogério Soares tiga fungsi: membantu Majelis Hakim dalam pekerjaan yudisial; mengurus pengadilan; dan menjalankan administrasi. Tugasnya termasuk penjadwalan kasus dan ruang sidang, memberikan penerjemahan, transkripsi, keputusan dan perintah resmi, penelitian dan penyusunan rancangan, serta perlindungan saksi dan korban. Karena tugasnya banyak, Kantor Panitera menggunakan 70-75% dari seluruh anggaran pengadilan. Kantor Penuntut Umum bertugas menyelidiki kejahatan dan menuntut kejahatan. Kantor Penuntut Umum di Den Haag mempunyai 346 staf yang dibagi ke dalam Bagian Penyidikan dan Penuntutan. Bagian Penyidikan dilengkapi oleh Unit Forensik, Tim Analisis Militer, Tim Riset, Unit Intelijen dan Unit Pelayanan Sensitif. Bagian Penuntutan terdiri dari Seksi Persidangan yang terdiri dari delapan orang Pembela Hukum Senior, delapan orang Pejabat Hukum, delapan orang asisten pendukung, delapan orang manager kasus, dan 16 Pembela. Sebuah Tim Persidangan terdiri dari satu orang Pembela Hukum Senior, dua orang Pembela, seorang Pejabat Hukum, seorang asisten pendukung, dan seorang Manager Kasus. Kantor Penuntut Umum juga dilengkapi dengan Unit Informasi dan Bukti yang terdiri dari 60 staf. Tugasnya adalah memproses dan menyimpan bukti, dokumen, dan informasi lainnya. Anggaran dua pengadilan ini ditetapkan oleh Majelis Umum PBB. Anggaran tahunan PPIBY untuk besarnya USD Selain itu, PPIBY menerima sumbangan sukarela sebesar USD 32 juta. Stafnya berjumlah 968. Sementara anggaran tahunan PPIR adalah USD Stafnya berjumlah 810. Anggaran tahunan dua pengadilan tersebut merupakan 10 persen dari seluruh anggaran PBB. Untuk menyelesaikan tugas masing-masing, kedua pengadilan tersebut memerlukan waktu sepuluh tahun lagi dan anggaran USD 2 milyar. edisi 21 - Januari

4 DIREITO UTAMA LANGKAH MENUJU PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL Bagi para aktivis gerakan hak asasi manusia di Timor Lorosae maupun di Indonesia, pengadilan pidana internasional merupakan satu-satunya pilihan yang masuk akal untuk mengadili kejahatan terhadap umat manusia di Timor Lorosae. Bagaimana cara untuk membentuk pengadilan ini? Menuntut pengadilan pelaku kekerasan. Foto: Rogério Soares Pengadilan internasional un tuk mengadili kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap umat manusia yang ada hingga saat ini adalah suatu pengadilan ad hoc (sementara, tidak tetap) yang dibentuk untuk mengadili satu kasus tertentu yang merupakan kejahatan internasional. Misalnya Pengadilan Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia dibentuk untuk mengadili kejahatan perang dan kejahatan terhadap umat manusia yang terjadi di negara-negara pecahan Yugoslavia sejak Pengadilan tetap yang ada a- dalah Mahkamah Keadilan Internasional (International Court of Justice) yang berkedudukan di Den Haag (Negeri Belanda), yang wewenangnya adalah mengadili sengketa antar negara. Pengadilan ini tidak punya wewenang mengadili kasus pidana seperti kejahatan perang, genosida atau kejahatan terhadap umat manusia. Badan yang berwenang membentuk suatu pengadilan pidana internasional adalah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Berdasarkan Bab VII Piagam PBB, Dewan Keamanan memiliki wewenang eksklusif untuk menentukan keberadaan setiap ancaman terhadap kedamaian, pelanggaran kedamaian atau tindakan agresi, dan harus membuat rekomendasi atau memutuskan tindakantindakan apa yang harus diambil untuk memelihara atau memulihkan kedamaian dan keamanan internasional. Jika terjadi tindakan-tindakan seperti disebutkan itu, Dewan Keamanan berwenang melakukan berbagai jenis tindakan termasuk membentuk pengadilan pidana intenasional. Sebelum membentuk pengadilan internasional, Dewan Keamanan lebih dulu membentuk komisi untuk mempelajari apakah telah terjadi tindakan yang merupakan ancaman terhadap keamanan dan kedamaian internasional, pelanggaran kedamaian internasional atau tindakan agresi. Setelah komisi bersangkutan menyampaikan laporannya, Dewan Keamanan bisa mengeluarkan resolusi untuk membentuk pengadilan pidana internasional khusus mengadili kasus bersangkutan. Misalnya, sebelum mengeluarkan resolusi pembentukan Pengadilan Pidana Internasional untuk Rwanda, Dewan Keamanan membentuk Komisi Pakar PBB untuk mempelajari bukti-bukti terjadinya genosida dan pelanggaran hukum internasional mengenai perang. Setelah terbentuk suatu pengadilan pidana internasional, setiap negara anggota PBB memiliki kewajiban mematuhi setiap keputusannya. Karena resolusi Dewan Keamanan bersifat mengikat bagi semua anggota PBB. Biaya pengadilan tersebut berasal dari dana sumbangan wajib PBB. Selain itu, pengadilan tersebut bisa menerima sumbangan sukarela dari negara mana saja yang bersedia. Jadi pengadilan pidana internasional adalah pengadilan yang dibentuk oleh PBB berdasarkan resolusi Dewan Keamanan. Agar terbentuk pengadilan seperti itu, pertama harus ada negara yang mengajukan usulan agar masalah ini menjadi agenda Dewan Keamanan. Supaya usulan bisa diterima, negara tersebut harus mencari dukungan dari negaranegara anggota Dewan Keamanan. Harap dicatat bahwa tidak semua negara anggota PBB menjadi anggota Dewan Keamanan. Anggota Dewan Keamanan berjumlah 15 negara, lima adalah anggota tetap yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, 4 edisi 21 - Januari 2003

5 DIREITO UTAMA Republik Rakyat Cina, dan Russia, dan sepuluh anggota tidak tetap yang dipilih oleh Majelis Umum PBB. Sebenarnya sejak akhir Juni 2002 telah berlaku Statuta Roma, suatu perjanjian internasional tentang pembentukan pengadilan pidana internasional tetap, yang disebut Mahkamah Pengadilan Pidana Internasional. Dengan adanya pengadilan tetap ini, jika terjadi genosida, kejahatan terhadap umat manusia, dan kejahatan perang, tidak lagi perlu dibentuk pengadilan pidana internasional ad hoc melalui Dewan Keamanan PBB. Mahkamah Pengadilan Pidana Internasional yang berkedudukan di Den Haag bisa langsung turun tangan mengadili kasus tersebut. Tetapi Statuta Roma hanya berlaku untuk kejahatan yang terjadi setelah terbentuknya Mahkamah Pengadilan Pidana Internasional. Pengadilan ini tidak bisa mengadili kejahatan perang dan kejahatan terhadap umat manusia di Timor Leste yang terjadi pada Keluarga korban pembantaian di Gereja Suai. Foto: Fokupers Jalan bagi Timor Leste Jika apa yang harus dilakukan agar bisa dibentuk pengadilan pidana internasional untuk Timor Leste? Pemerintah RDTL, dalam hal ini wakil tetapnya di PBB, harus mengupayakan agar masalah ini menjadi agenda Dewan Keamanan PBB. Upaya seperti inilah yang dulu dilakukan oleh para diplomat perjuangan kemerdekaan Timor Leste, mulai Delegasi Luar Negeri FRETILIN, kemudian Frente Diplomatica CNRM sampai CNRT. Karena dulu dunia internasional belum mengakui Timor Leste sebagai negara merdeka, maka para diplomat frente diplomatica kita berjuang melalui negara-negara lain, seperti Angola, Moçambique, Republik Rakyat Cina, Portugal, dan lain-lain. Untuk memperkuat usulan tersebut, para diplomat Timor Leste harus mencari dukungan dari negara-negara anggota PBB. Pengalaman perjuangan Timor Leste membuktikan bahwa sikap negara-negara besar tidak ditentukan oleh pertimbangan keadilan dan kebenaran, tetapi oleh kepentingan ekonomi-politik masing-masing. Oleh karena itu, para diplomat Timor Leste harus mengerahkan segala kemampuannya untuk meyakinkan negara-negara besar bahwa pengadilan pidana internasional untuk kejahatan yang terjadi di Timor Leste di masa pendudukan Indonesia itu sejalan dengan kepentingan mereka. Meskipun ini sulit, tetapi bukan tidak mungkin. Perjuangan kemerdekaan kita sendiri membuktikan, apa yang sepertinya tidak mungkin hari ini ternyata menjadi kenyataan beberapa tahun kemudian. Dukungan juga harus dicari dari negara-negara kecil. Mereka bisa membantu kita dalam mendesak negara-negara besar. Untuk mendukung upaya tersebut, banyak hal yang bisa dilakukan oleh organisasi-organisasi non-pemerintah (NGO). Sikap negara-negara besar hanya bisa berubah jika di dalam negeri mereka ada desakan yang kuat dari masyarakat. Organisasi-organisasi solidaritas yang dibentuk oleh masyarakat di negara-negara tersebutlah yang melakukan desakan dan tekanan kepada pemerintah masing-masing, sehingga mengubah sikap pemerintah mereka menjadi mendukung kemerdekaan Timor Leste. Kerjasama dengan organisasi-organisasi seperti ini yang telah terjalin sejak dulu perlu dilanjutkan dan bahkan diperkuat sekarang. Organisasi-organisasi Timor Leste juga perlu melanjutkan kerjasama dengan organisasi-organisasi hak asasi regional dan internasional, seperti Amnesty International. Sebagian dari mereka memiliki hak untuk berbicara di sidang-sidang badan PBB seperti Komisi Hak Asasi Manusia. Dengan kerjasama organisasi-organisasi ini, organisasi-organisasi Timor Leste bisa menyuarakan tuntutan pembentukan pengadilan internasional di badan-badan PBB. Kegiatan seperti itulah yang dulu dilakukan untuk perjuangan kemerdekaan Timor Leste, baik oleh para diplomat FRETI- LIN, CNRM, CNRT, dan organisasi-organisasi non-pemerintah Timor Leste. Ini juga yang harus dilakukan untuk memperjuangkan pengadilan pidana internasional bagi kejahatan perang dan kejahatan terhadap umat manusia di masa pendudukan Indonesia. Yang juga perlu dilakukan oleh adalah mendukung pengorganisasian para korban kejahatan terhadap umat manusia di Timor Leste dan keluarga mereka. Tuntutan akan keadilan akan menjadi sangat kuat kalau para korban sendiri yang menyuarakannya. Karena para korban adalah pihak yang secara langsung dirugikan. edisi 21 - Januari

6 DIALOG Flaviano Lemos: Korban Membutuhkan Pengadilan Internasioal Asosiasi Keluarga Korban Orang Hilang menolak pendapat Presiden RDTL Xanana Gusmão tentang tidak perlunya pengadilan internasional. Flaviano Magno Lemos, dilahirkan di Ermera, 5 Juli 1960, sebagai anak pertama dari delapan bersaudara. Ayahnya, Sebastião Lemos, salah satu komandan Falintil di Fronteira Norte, meninggal saat invasi. Dua saudaranya juga meninggal ketika invasi, dan satu lagi meningal dibunuh milisi anti-kemerdekaan pada Lulusan quarta classe Colegio Maliana ini melanjutkan sekolah di Sekolah Teknik Dili tapi tidak sampai selesai karena golpe UDT dan invasi Indonesia. Berikut ini wawancara Koordinator Umum Asosiasi Keluarga Korban Orang Hilang dengan Rogério Soares dari Direito. Bagaiman proses mendirikan AKKOH? AKKOH didirikan pada 30 Agustus 2000 oleh para keluaga korban pada salah satu pertemuan di Aula CNRT Flaviano Lemos. Foto: Rogério Soares di Balide, Dili, bertepatan dengan Kongres Nasional CNRT. Karena bertepatan dengan kongres CNRT, kami tidak bisa membuat acara untuk memperkenalkan asosiasi ini. Asosiasi ini sudah berjalan selama dua tahun di 13 distrik. Selama dua tahun saya menjadi kordinator di distrik Ermera. Saya menjadi kordinator karena anggota keluarga saya ada yang hilang dalam kekerasan setelah Referendum Saya menghimpun data dan informasi tentang keluarga yang hilang di distrik Ermera secara sukarela tanpa bantuan dari siapa pun. Saya menjalin kerjasama dengan beberapa organisasi non-pemerintah nasional yang bekerja di bidang hak asasi manusia. AKKOH berada di bawah naungan Comissão dos Direitos Humanos de Timor Leste (CDHTL, sebuah organisasi non-pemerintah hak asasi manusia yang berdiri setelah Referendum 1999, Red.). Pada 6 Agustus 2002 kami mengadakan pertemuan seluruh kordinator AKKOH dari 13 distrik. Dalam pertemuan ini saya dipilih sebagai Kordinator Umum AKKOH berkedudukan di Dili. Karena itu saat ini saya bekerja di Dili dalam mengkoordinasikan hubungan keluarga korban dengan pemerintah. Apa tujuan AKKOH? Para keluarga korban yang berkumpul mendirikan asosiasi ini, menganggap bahwa asosiasi perlu dibentuk untuk mencari keadilan bagi para korban kekerasan. Kalau berbicara sendiri-sendiri akan sulit mendapat tanggapan. AKKOH bekerja mencari dan mengumpulkan semua data tentang korban kejahatan kemanusiaan yang dialami rakyat selama dan setelah referendum 30 Agustus Apa yang dilakukan AKKOH untuk mendapatkan keadilan? Kami berpendapat bahwa keadilan bagi para korban hanya bisa tercapai dengan terbentuknya sebuah pengadilan internasional untuk mengadili para pelaku kejahatan terhadap umat manusia yang terjadi di Timor Lorosae. Hanya pengadilan internasional yang bisa memberikan keadilan kepada kami. Oleh karena itu kami meminta kepada sesama organisasi non-pemerintah Timor Lorosae maupun di luar negeri untuk bersama-sama memperjuangkan terbentuknya pengadilan internasional. Kami juga meminta kepada pemerintah Timor Lorosae untuk mencari jalan agar pengadilan internasional bisa didirikan oleh PBB. Presiden RDTL Xanana Gusmão di New York yang mengatakan bahwa pengadilan internasional bukan prioritas bagi rakyat Timor Lorosae. Apa tanggapan Anda? Karena Presiden berbicara atas nama bangsa dan negara, menurut saya ucapan itu tidak benar. Apakah selama ini pemerintah sudah memperhatikan nasib para korban yang mengorbankan nyawa mereka demi bangsa ini? Selama ini luka hati mereka belum diobati. Bahkan tambah disakiti lagi oleh politik rekonsiliasi yang didengungkan oleh pemerintah. Demi rekonsiliasi, milisi yang dulu membunuh dan memperkosa orang, saat ini ada yang sudah kembali tetapi dibiarkan begitu saja, tidak diadili. Para korban dan keluarga diam menahan rasa sakit hati. Ini semata-mata hanya karena menghargai rekonsiliasi. Para korban memerlukan pengadilan internasional supaya bisa mendapatkan keadilan. Karena itu apa yang dikatakan oleh Presiden Xanana itu saya tidak setuju. Para pelaku yang dulu terlibat dalam kejahatan saat ini ada yang sudah kembali. Tetapi mereka dibiarkan begitu saja. Kalau begitu terus maka rasa sakit hati tidak pernah akan berakhir. Selama rakyat merasakan sakit hati maka semua proses pembangunan bangsa ini tidak berjalan dengan baik. 6 edisi 21 - Januari 2003

7 JUSTIÇA PENGADILAN AD HOC TERBUKTI TIDAK ADIL Sejak awal, kalangan organisasi hak asasi mau pun para korban kekerasan 1999 di Timor Leste meragukan Pengadilan Ad Hoc Hak Asasi Manusia yang dibentuk pemerintah Indonesia bisa memberikan keadilan. Pasalnya, pengadilan Indonesia dikenal korup dan tidak kompeten, serta tidak independen terhadap TNI. Putusan hukum terhadap Bupati Covalima Kolonel Herman Sediono dan Komandan Koramil Suai Letnan Satu Sugito membuktikan ketidakmampuannya. Terdakwa yang semuanya perwira militer itu diputus bebas. Kami tidak percaya pengadilan yang saat ini sedang berlangsung di Indonesia. Kami tahu sifat Indonesia selama 24 tahun. Pengadilan di Indonesia hanya berpihak pada mereka yang berkuasa dan golongan yang kaya. Mereka yang mempunyai uang akan menang dan kita yang tidak punya uang akan kalah walaupun kita benar, kata Eliza dos Santos, yang salah satu anggota keluarganya mati dalam pembantaian oleh milisi dan TNI di Gereja Liquiça. Pengadilan terhadap para pelaku kekerasan 1999 terkesan sebagai sandiwara. Bupati Covalima dan Komandan Koramil Suai dibebaskan karena pengadilan menganggap mereka sudah melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghentikan kekerasan. Tuduhan yang diberikan dalam surat dakwaan untuk mereka memang lemah. Mereka hanya dituduh tidak melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghentikan bentrokan antara dua kelompok (pro-otonomi dan pro-kemerdekaan). Padahal tindakan mereka jauh lebih besar daripada itu. Merekalah yang membentuk dan mengarahkan aksiaksi kelompok bersenjata pro-otonomi yang dikenal sebagai milisi. Tentu saja ini mengecewakan keluarga korban yang meninggal dalam pembantaian di Gereja Suai. Yang melakukan pembunuhan dan pembakaran rumah rakyat adalah milisi. Tetapi mereka melakukannya karena disuruh dan diberi uang oleh militer Indonesia. Jadi sebenarnya militer Indonesia yang mengadu domba antara kita, mereka yang menciptakan permusuhan antara kita sesama orang Timor Lorosae, kata Rosa, seorang ibu dari tiga anak, yang suaminya dibawa pergi oleh anggota milisi dan TNI setelah Referendum 1999 dan tidak kembali sampai sekarang. Mereka harus bertanggungjawab atas semua kejadian kekerasan di Timor Lorosae, tidak hanya tragedi Suai, katanya. Karena para pelaku kekerasan adalah militer Indonesia, pengadilan Indonesia tidak akan bisa bersikap adil. Mengapa yang mengadili orang-orang yang bertanggungjawab atas pembantaian di Gereja Suai dan di tempat-tempat lain di Timor Lorosae adalah pengadilan yang di Jakarta itu? kata Rosa dengan keheranan. Pembunuh tidak akan bisa menghukum dirinya sendiri, tegasnya. Menurutnya, Karena para pelaku melakukan kekerasan yang berat itu di Timor Lorosae, maka untuk mengadili mereka harus dibentuk pengadilan internasional di Timor Lorosae. Jika pengadilan internasional dilakukan di Timor Lorosae, menurutnya, korban dan keluarga mereka bisa memberi kesaksian, lanjutnya. Sementara itu, Domingas dos Santos, salah seorang yang pernah memberikan kesaksian pada Pengadilan Ad Hoc Hak Asasi Manusia di Jakarta menyatakan penyesalannya. Saya pergi ke Jakarta untuk memberikan kesaksian mengenai kekerasan yang terjadi di Suai. Tetapi setelah kembali, kami mendengar berita di radio bahwa mereka [para terdakwa] tidak dikenai hukuman, malah dibebaskan. Saya sendiri tidak tahu apakah Pengadilan Ad Hoc itu memberikan keputusan yang adil sesuai kebenaran atau hanya untuk melindungi pelaku, katanya kesal. Menurut Domingas dos Santos, sekarang setelah memberikan kesaksian di Jakarta, sebagai keluarga korban ia merasakan beban pikiran yang semakin bertambah. Sebab anggota-anggota milisi yang ia sebutkan namanya di Pengadilan Ad Hoc, ada yang sudah kembali ke Timor Lorosae. Kami keluarga korban yang jadi saksi merasa takut dan tidak aman. Sebab mereka yang kami sebutkan namanya di pengadilan pada waktu itu, kemungkinan besar akan mencelakakan kami untuk menghilangkan bukti kesaksian dan mereka ini sekarang sudah ada di sini, katanya dengan nada sedih. Domingas dos Santos juga heran bahwa di Timor Lorosae sudah ada hukum, tetapi para anggota milisi yang terlibat kekerasan mesih belum diadili. Mereka sekarang berkeliaran, bahkan ada yang mempermainkan kami, katanya dengan sedih. Ia sangat berharap agar para pemimpin negeri ini segera menegakkan hukum. Kalau hukum dan keadilan tidak ditegakkan, di masa depan kekerasan dan pembunuhan akan terus berulang di Timor Lorosae. Ini akan terus menyuburkan budaya balas dendam, katanya. Ia sangat mengkhawatirkan bahwa kalau tidak dilakukan pengadilan, akan ada orang yang mencari cara sendiri-sendiri untuk mendapatkan keadilan menurut pengertian mereka sendiri. Ini akan menimbulkan masalah baru bagi pemerintah kita, katanya. Senada dengan itu, Rosa mengatakan bahwa pemerintah Timor Lorosae berkewajiban menciptakan keadilan. Kami akan terus menunggu sampai kapan hukum dan keadilan bisa ditegakkan, katanya. Jika pemerintah belum menegakkan keadilan seperti sekarang ini, menurutnya, keluarga para korban akan melakukan tuntutan kepada pemerintah. Rogério Soares edisi 21 - Januari

8 PEMBERDAYAANRAKYAT YAYASAN RAIMARAN (MAUBARA) UPAYA PETANI MEMAJUKAN DIRI Membangun negeri yang baru merdeka ini tidak selamanya dibutuhkan sarjana yang bertaburan dengan gelar. Yang dibutuhkan adalah semangat ukun rasik aan dan kemampuan mewujudkannya dalam tindakan sehari-hari sesuai dengan keadaan dan kebutuhan rakyat. H al inilah yang dibuktikan oleh sejumlah petani di Maubara, Distrik Liquiça. Wilayah yang kering kekurangan air ini produk utamanya a- dalah jagung, padi, dan kopi. Para petani di sana yang seharihari hidup sederhana telah melakukan tindakan yang sangat patut dipuji. Sadar bahwa negeri yang kecil ini harus mengandalkan pertanian sebagai sumber kehidupan yang utama, mereka menerapkan dan mengembangkan metode pertanian organik. Yaitu pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia untuk pupuk maupun pestisida, tetapi menggunakan bahan-bahan dari alam. Metode pertanian seperti inilah yang sekarang Augusto da Costa, Ketua Yayasan Raimaran. Foto: Rogério Soares/Direito. ini banyak dikembangkan di negeri-negeri lain, termasuk negeri-negeri maju, karena selain tidak merusak lingkungan juga murah biayanya, serta membuat petani mandiri tidak tergantung pada bahan-bahan dari luar negeri. Karena itu metode pertanian ini sering juga disebut pertanian berkelanjutan, karena memungkinkan petani terusmenerus bertani dengan hasil yang bisa meningkatkan penghidupan mereka. Organisasi petani bernama Yayasan Raimaran ini diketuai oleh Augusto da Costa, seorang petani yang tidak sempat menikmati pendidikan formal. Kegiatan kelompok kami prioritaskan pada kehidupan petani yang tertinggal, kata Augusto kepada Jaime Soares dari Direito. Yayasan Raimaran terdiri dari 17 kelompok petani. Dari 17 kelompok itu, 14 kelompok mengolah sawah (pertanian lahan basah) dan kebun (pertanian lahan kering), sedang tiga kelompok memelihara sapi perah. Untuk pertanian lahan basah mereka mengolah tanah di kawasan Sungai Loes. Loes adalah pusat produksi padi para petani yang tergabung dalam Yayasan Raimaran. Sekarang luas seluruh lahan mereka adalah 370 hektar. Jumlah hasil gabah pada musim panen tahun lalu adalah ton. Jadi setiap hektar sawah rata-rata memproduksi 15 ton gabah. Suatu jumlah yang besar, apalagi jika kita ingat bahwa para petani ini sama sekali tidak menggunakan bahan kimia. Ini membuktikan bahwa kita tidak perlu tergantung pada bahan masukan pertanian kimia produksi pabrik-pabrik besar di luar negeri seperti pupuk kimia dan pestisida kimia. Para petani anggota kelompok-kelompok yang tergabung dalam Yayasan Raimaran memberikan bukti bahwa pertanian organik di Timor Lorosae bisa memberikan produksi yang memuaskan, dan jelas tanpa merusak lingkungan. Kelompok yang memelihara sapi perah dua bertempat di Fatuvou dan satu di Maubara- Lisa. Awalnya masing-msaing kelompok mendapatkan dua ekor sapi, yang merupakan bantuan dari Pemerintah Hongkong. Sekarang sapi yang mereka miliki jumlahnya lebih dari 15 ekor. Kegiatan pertanian dan pemeliharaan sapi perah dikelola secara saling mendukung oleh kelompok-kelompok petani ini. Misalnya sapi perah yang dipelihara tidak hanya menghasilkan susu bagi kelompok peternak, tetapi juga memberikan tahi yang dioleh untuk dijadikan pupuk organik bagi para petani yang menanam sayur-sayuran atau tanaman lainnya. Sementara makanan untuk ternak diperoleh dari tanaman penahan seperti samtuku (alvezia) dan turi yang ditanam oleh para petani yang mengolah kebun. Para petani anggota kelompok juga patut dipuji karena kesadaran lingkungan mereka sangat tinggi. Lahan pertanian di kawasan Maubara, terutama untuk kebun, kebanyakan terletak di tanah-tanah miring di perbukitan. Dalam mengolah lahan miring di lereng ini mereka membuat petak bertingkat (terasering) untuk menjaga agar tidak unsur hara tidak terangkut oleh aliran air. Dengan cara ini, erosi juga bisa dicegah. Cara lain yang mereka lakukan untuk mencegah erosi adalah dengan menanam tanaman pelindung seperti lamtoro, waru, dan turi. Tanaman pelindung ini berfungsi ganda, selain pencegah erosi juga sumber makanan bagi ternak. Untuk mencegah erosi, Yayasan Raimaran tidak hanya menerapkan sistem pengolahan tanah yang sesuai dengan kondisi kemiringan tanah dan menerapkan terasering, tetapi juga mengadakan penghijauan kembali (reboisasi) wilayah atau hutan yang menjadi gundul akibat perbuatan manusia. Untuk itu Yayasan Raimaran saat ini melakukan pembibitan sebanyak sekitar bibit dari berbagai jenis pohon. Ta- 8 edisi 21 - Januari 2003

9 PEMBERDAYAANRAKYAT Pembibiatan oleh anggota kelompok petani untuk penghijauan kembali. Foto: Yayasan Raimaran naman untuk penghijauan kembali itu merupakan tanaman produktif yang bisa meningkatkan pendapatan petani, seperti nangka, kemiri, jati, trembesi, samtuku (alvezia), jeruk, mangga, lamtoro, gamal, kaliandra, dan kayu merah (ainaa). Agar kegiatan tersebut behasil seperti yang diinginkan, para anggota kelompok melakukan persiapan dengan mengikuti pelatihan mengenai cara penanaman kembali tanah yang gundul. Pelatihan ini diselenggarakan bekerjasama dengan organisasi pertanian berkelanjutan Permaculture Timor Lorosae. Keberhasilan Yayasan Raimaran ini tak terlepas dari cara kerja mereka. Supaya kegiatan yang dilaksanakan mengenai sasaran, terlebih dahulu dilakukan identifikasi tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh petani. Kami harus melihat kesulitan yang dihadapi petani mulai dari teknik bertani sampai pada pemasaran hasil, kata Augusto. Pendidikan juga unsur kunci dalam kegiatan Yayasan Raimaran. Selain latihan-latihan mengenai metode pertanian dalam kerangka pertanian berkelanjutan, kegiatan yang dilakukan adalah alfabetização (pemberantasan buta huruf). Bisa membaca dan menulis itu sangat penting untuk memajukan ke- hidupan kita, kata Augusto. Yayasan yang sukses mengorganisir petani di Maubara itu secara resmi berdiri di Timor Lorosae khususnya Subdistrik Maubara, Distrik Liquisa sejak tanggal 10 Oktober Inisiatif mendirikan yayasan itu berasal dari Augusto da Costa yang saat itu masih belum bisa membaca dan menulis. Awalnya putra Bikinlau, Maubara yang dilahirkan pada 12 A- gustus 1968 itu mendirikan satu kelompok petani yang diberi nama Fo Liman Ba Malu (Mengulurkan Tangan Kepada Sesama) pada 1991 dengan anggota 12 orang. Dalam perkembangannya, pada 1992 mereka membentuk kelompok kredit kecil (Credit Union, CU) untuk membantu sesama petani di wilayah itu. Pada saat itu, kelompok ini mendapat dukungan dari ETADEP, organisasi non-pemerintah di Timor Lorosae yang bergiat di bidang peningkatan pendapatan kelompok masyarakat miskin. Modal awal kelompok kredit ini besarnya mencapai Rp yang seluruhnya berasal dari para anggota. Pada tahun yang sama, anggota Fo Liman ba Malu bertambah mencapai 375 orang. Bertambahnya jumlah anggota dan modal yang berputar membuat datangnya dukungan dari CIDA, suatu badan bantuan pembangunan dari Canada. Pada 1998, kelompok Fo Liman ba Malu diubah menjadi Yayasan Raimaran. Kegiatannya bertambah luas, mencakup pertanian dan lingkungan hidup. Tetapi kekerasan yang dilancarkan oleh milisi anti-kemerdekaan dan militer Indonesia untuk mencegah orang memilih kemerdekaan membuat seluruh peralatan Yayasan Raimaran habis dibakar. Anggota-anggota milisi Besi Merah Putih bahkan sempat merampok uang organisasi ini yang jumlahnya cukup besar pada saat itu. Setelah merdeka, walaupun tidak memiliki peralatan dan modal, Augusto tidak kehilangan inisiatif. Ia kembali mengorganisir sesama petani dan mengaktifkan kembali Yayasan Raimaran. Untuk memperlancar kegiatan, Yayasan Raimaran bekerjasama dengan organisasi-organisasi Timor Lorosae seperti CDEP dan Perkumpulan HAK. Mereka juga mendapatkan bantuan dari luar negeri seperti dari Oxfam Australia dan JICA (badan bantuan pemerintah Jepang). Tetapi dalam seluruh kegiatannya, Yayasan Raimaran tetap berpegang teguh pada prinsip percaya pada kekuatan sendiri. Rogério Soares edisi 21 - Januari

10 TEROPONGKEBIJAKAN Peran Lembaga Keuangan Internasional Di Timor Lorosae Timor Lorosae harus melihat kembali keanggotaannya dalam Bank Dunia dan IMF. Jangan sampai menjebak kita dalam ketergantungan ekonomi maupun politik. Micro Finance: Programnya ADB. Foto: Rogério Soares Lembaga Keuangan Interna sional (LKI) yang terdiri dari Bank Dunia, Dana Moneter Internasionl (IMF) dan Bank Pembangunan Asia (ADB) memberikan pinjaman kepada negara-negara yang menjadi anggotanya untuk program pembangunan infrastruktur dan pemberantasan kemiskinan, perbaikan ekonomi serta moneter. Belakangan semakin banyak kritik terhadap LKI. Lembaga ini dinilai bukannya membantu memperbaiki perekonomian suatu negara, malah memperparah dan lebih menguntungkan pihaknya sendiri. Seperti di Indonesia, ketika IMF menganjurkan swastanisasi perusahan-perusahaan negara serta pengurangan subsidi pemerintah atas pelayanan publik, ekonomi rakyat bukannya membaik, malah semakin parah. Pengalaman semacam ini terjadi di semua negara berkembang yang menjadi anggota IMF dan Bank Dunia. Untuk mencegah pengalaman tersebut terulang di Timor Leste, dan membuka wawasan masyarakat umumnya tentang LKI, Kelompok Kajian Lembaga Keuangan Internasional (yang dibentuk oleh Kdadalak Sulimutuk Institute, La o Hamutuk, Instituto Sahe, dan Yayasan HAK) pada 7 Oktober lalu menyelenggarakan seminar untuk mengkaji keanggotaan Timor Leste dalam LKI. Dalam seminar itu, Perwakilan Bank Dunia untuk Timor Leste, Elizabeth Huybens, selalu menganjurkan kepada para peserta yang bertanya tentang program apa saja yang dilakukan oleh Bank Dunia di Timor Leste, supaya bertanya kepada pemerintah. Bank Dunia, katanya, hanya bisa memberi bantuan dana. Hal itu mengisyaratkan bahwa yang bertanggungjawab atas program Bank Dunia di Timor Leste adalah pemerintah. Dengan panjang lebar Huybens menguraikan kebaikan program-program Bank Dunia. Ketika pembicara lain dalam seminar ini mengungkapkan akibat buruk Bank Dunia, ia seperti tidak mau mendengarkan. Wakil IMF di Timor Leste dalam seminar ini juga bersikap sama dengan wakil Bank Dunia. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank, ADB) adalah semacam Bank Dunia khusus untuk kawasan Asia. Lembaga ini memberikan dua jalur pinjaman. Pertama, jalur Ordinary Capital Resources (Sumberdaya Modal Biasa). Kedua, Asian Development Fund (ADF, Dana Pembangunan Asia) yang merupakan pinjaman lunak. Saat ini Timor Leste sudah mendapatkan ADF, karena dikategorikan sebagai negara dengan tingkat penghasilan terendah. Terdapat kekhawatiran dari sementara peserta seminar bahwa ADB dan institusi lainnya hanya mengunakan kesempatan itu untuk kepentingan negaranegara besar dan perusahaanperusahaan transnasional. Bantuan yang ditawarkan selintas sepertinya baik, tetapi sebenarnya adalah perangkap. Misalnya seperti yang dikatakan oleh Dr. Tim Anderson dari Aid Watch (Australia). Di Filipina ADB memberikan bantuan untuk program air minum, yang dalam jangka waktu tertentu perusahaan air minum harus diswastakan. Alasannya, swasta akan bisa menyediakan air minum dengan efisien dan harga yang lebih murah. Tetapi setelah program berjalan, harga air minum tidak terjangkau oleh rakyat miskin di sana. Tim Anderson, yang selama ini melakukan penelitian terhadap program-program ADB, juga menyoroti dana yang dikelola oleh ADB di Timor Leste semasa transisi. Menurutnya, untuk setiap proyek, ADB mengusulkan pembayaran USD 600,000 dari Trust Fund untuk empat orang konsultan internasional dalam jangka waktu 48 bulan. Ini berarti pembayaran USD per tahun. Ini jelas merupakan pemborosan yang tidak seharusnya terjadi. Padahal, selama ADB melakukan kegiatan di Timor Leste, tidak ada perbaikan berarti dalam kehidupan masyarakat. Dana bantuan yang diberikan selama masa transisi lebih banyak kembali ke luar negeri, melalui konsultan-konsultan yang didatangkan dari luar oleh ADB, kata Anderson. Karena itu sangat keliru kalau pemerintah menaruh harapan penuh kepada LKI. Pada dasarnya LKI adalah lembaga pencari keuntungan, yang tujuan utamanya adalah mengumpulkan keuntungan untuk diri mereka sendiri! Julino Ximenes 10 edisi 21 - Januari 2003

11 TEROPONGKEBIJAKAN Mencari Cara Penyelesaian Masalah Tanah Pemerintah Portugis dan Indonesia meninggalkan persoalan tanah dan harta benda yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Banyaknya persoalan tanah dan perumahan yang seka rang muncul di negeri kita, menjadi beban berat bagi pemerintah. Persoalan ini sangat sulit diselesaikan karena merupakan persoalan yang tertumpuk secara dari zaman kolonialisme Portugis dan pendudukan Indonesia dan diperumit oleh pembumihangusan Untuk mencari solusi, Yayasan HAK bersama Kadalak Sulimutuk Institute (KSI), mengorganisir satu diskusi publik tentang tanah dan harta benda di Knua Buka Hatene, Dili, 5 Oktober lalu. Diskusi tersebut melibatkan semua kalangan baik dari masyarakat, pemuda, parlemen dan pemerintah. Tujuan diskusi adalah melibatkan masyarakat dalam mencari alternatif penyelesaian masalah tanah dan harta benda. Dari diskusi diharapkan muncul usulan-usulan tentang mekanisme penyelesaian yang tepat untuk dijadikan kebijakan nasional. Dalam diskusi ini, Direktur Pertanahan dan Harta Benda (Land and Property) Pedro de Sousa menguraikan sejarah persoalan tanah di Timor Lorosae. Menurutnya, persoalan tanah begitu kompleks sehingga diperlukan identifikasi yang teliti sebelum bisa ditentukan metode penyelesaian dan dibuat peraturan mengenainya. Selain itu, perlu diselenggarakan dialog yang intensif dengan berbagai pihak. Hal senada diungkapkan oleh Jose da Costa, Hakim Pengadilan Negeri Dili. Ia mengemukakan bahwa pengadilan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan kasus-kasus sengketa tanah. Ini disebabkan belum adanya undangundang yang mengaturnya. Sekarang ini, bedasarkan regulasi UN- TAET, masih diberlakukan hukum Indonesia, yaitu Undang-Undang Pokok Agraria. Undang-undang ini sebenarnya tidak cocok untuk menyelesaikan persoalan Lahan sawah yang harus jelas kepemilikannya. Foto: R. Soares pertanahan kita, katanya. Sementara Anggota Parlemen Nasional Manuel Tilman (dari partai KOTA) mengungkapkan bahwa pemerintah sudah mengajukan kepada Parlemen rancangan peraturan mengenai harta kekayaan yang tidak bergerak. Peraturan itu akan segera disahkan untuk mengatur harta dan kekayaan kita. Tetapi tidak tertutup kemungkinan akan dibuat amandemen apabila ada kekurangan, katanya. Dalam diskusi yang sama, Ketua Dewan Solidaritas Mahasiswa Timor Lorosae Natalino de Jesus mengungkapkan perlunya tanahtanah yang kosong dan bebas supaya diserahkan kepada pemerintah, agar pemerintah bisa mengaturnya untuk kepentingan umum. Tetapi dalam melakukan ini, pemerintah harus melibatkan masyarakat, ujarnya. Para peserta diskusi banyak mengungkapkan persoalan tanah. Misalnya, ada tanah yang sudah dijual oleh pemiliknya pada zaman pendudukan Indonesia, oleh pemilik kedua tanah ini dijual lagi kepada orang lain. Sekarang pemilik pertama mengaku bahwa tanah tersebut masih miliknya karena dulu tanah tersebut hanya dipinjamkan. Ada tanah yang memiliki dua sertifikat yang berasal dari dua zaman yang berbeda. Sertifikat pertama dari pemerintah Portugis, yang kedua dari pemerintah Indonesia. Dua sertifikat itu dimiliki oleh orang yang berbeda sehingga sekarang timbul sengketa. Persoalan lain adalah adanya orang-orang yang menempati tanah dan bangunan milik orang lain yang terjadi setelah pembumihangusan Di antara mereka ada yang menguasai lebih dari satu rumah dan disewakan kepada orang lain. Umumnya para peserta menyatakan perlunya pemerintah melibatkan masyarakat dalam pembahasan rancangan peraturan pertanahan. Sebaiknya Parlemen Nasional menciptakan satu mekanisme dengar pendapat, sebelum menetapkan peraturan yang menyangkut persoalan publik, kara Rui Viana dari Yayasan HAK. Parlemen dan Pemerintah bisa membentuk satu kelompok kerja di luar Parlemen untuk mendiskusikan penyelesaian masalah bersama rakyat, katanya. Amado Hei edisi 21 - Januari

12 HAK ASASI Penegak Hukum Melanggar Prosedur Penahanan Proses penahanan dan pemenjaraan adalah salah satu tugas bagi penegakan hukum. Untuk menjalankan tugas ini, secara konstitusional negara memberikan kewenangan untuk melakukan penahanan terhadap seseorang yang diduga melakukan tindak pidana dan dapat memenjarakan jika pengadilan telah membuktikan kesalahannya, tentu saja dengan tetap menghormati hak asasi manusia. Untuk menjamin penghormatan pada hak asasi manusia tersebut, pada bulan Juli dan September 2002 Yayasan HAK melakukan pemantauan proses penahanan yang dilakukan oleh pemerintah Republik Demokrat Timor Leste (RDTL) pada tahanan di penjara Gleno. Dari pemantauan tersebut, kami menemukan terjadinya tindakan pelanggaran terhadap prosedur penahanan para tahanan (tersangka pelaku tindak pidana). Pelanggaran prosedur berupa penahahan yang melebihi batas waktu yang ditentukan. Ini merupakan akibat dari proses persidangan yang berlarut-larut. Di penjara Gleno terdapat 21 orang narapidana dan 51 orang tahanan. Jadi jumlah orang yang dikurung di penjara Gleno adalah 72 orang. Dari para tahanan, 32 orang telah menjalani tahanan lebih dari empat bulan, bahkan ada yang telah ditahan selama lebih dari satu tahun tanpa diajukan ke pengadilan. Ini melanggar peraturan hukum (Regulasi No. 25/2000). Menurut ketentuan ini, polisi bisa menahan seorang tersangka untuk waktu paling lama 72 jam. Setelah kasusnya disampaikan kepada pengadilan untuk dilakukan sidang pendahulun (hearing), penahanan yang bersangkutan bisa diperpanjang selama satu bulan dan ini bisa diperpanjang lagi sampai lima kali, jika diperlukan untuk menyelesaikan investigasi kasusnya. Sehingga maksimum seseorang hanya bisa ditahan selama enam bulan. Dalam waktu itu, pokok perkaranya harus sudah disidangkan oleh pengadilan. Jika tidak, pengacara orang yang ditahan berhak mengajukan pembebasan bersyarat. Penahanan yang melebihi batas waktu tersebut dilakukan tanpa melalui prosedur hukum yang sah. Juga tidak ada kejelasan sama sekali tentang kapan sidang pengadilan akan dilakukan. Dengan demikian banyak orang berada dalam tahanan tanpa suatu kepastian hukum. Pelaku pelanggaran tersebut adalah aparat penegak hukum negara RDTL seperti polisi, jaksa, hakim, dan pengacara publik. Mereka bisa dikatakan telah melakukan kelalaian dan penyimpangan yang serius dalam menjalankan tugas penegakan hukum. Karena mereka adalah aparat negara, maka pemerintah bertanggungjawab atas pelanggaran tersebut. Kondisi para tahanan tersebut bertentangan dengan Konstitusi RDTL yang dalam pasal 1 menyebutkan bahwa negara ini didasarkan antara lain pada kehormatan martabat manusia. Dari sudut hak asasi manusia, telah terjadi pelanggaran hak tahanan atas persidangan yang efektif, untuk diperiksa atau diproses tanpa penundaan yang tidak perlu, serta hak untuk dianggap tidak bersalah sampai adanya keputusan pengadilan yang tetap. Aniceto Guró Berteni Neves Para tahanan di penjara Becora, Dili. Foto: Rogério Soares/Direito. edisi 21 - Januari

13 INSTRUMEN HAM KONENAN HAK SIPIL DAN POLITIK Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang merupakan turunan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang menjamin hak sipil dan politik telah diratifikasi oleh pemerintah RDTL. Demostrasi salah satu kelompok politik di Dili. Foto: R. Soares Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) adalah hukum internasional tertinggi yang mengandung nilai-nilai hak asasi universal. Salah satu turunan yang tertua adalah Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang disepakati dunia internasional pada Konvenan ini ditetapkan sebagai hukum kebiasaan internasional yang mengatur hubungan antara individu dan negara, dalam hal ini menjamin hak individu dan menetapkan kewajiban negara. Nilai dasar yang dikandung Kovenen ini sebagai berikut. 1. Hak untuk menentukan nasib sendiri, artinya hak untuk hidup dan berkembang sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dikuasai, dimiliki dan digunakan sesuai dengan keinginan sendiri, tidak tergantung pada orang lain, pemerintah atau donor. Prinsip tercantum dalam pasal 1 Kovenan ini. 2. Persamaan dan nondiskriminasi, ini menekankan pada hakekat manusia sebagai makhluk ciptaan yang berkuasa. Semua orang yang dilahirkan di muka bumi ini sama kedudukan, harkat, dan martabatnya. Untuk itu tidak boleh dilakukan pembedaan antara individu yang satu dengan yang lain. Prinsip ini menentang segala bentuk perbedaan dan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, kekayaan, agama, umur, asal-usul daerah atau kebangsaan, jenis kelamin, keyakinan dan pandangan politik. Berdasarkan prinsip ini, perbudakan dalam bentuk apapun tidak diperbolehkan. Nilai-nilai ini tercantum dalam pasal 3, 4, dan 8. (3) Hak hidup, ini adalah hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. Berdasarkan nilai ini, tidak boleh ada pembatasan hidup seseorang oleh siapa pun, dilarang membunuh dan usaha-usaha lain untuk menghilangkan nyawa atau membatasi kehidupan seseorang. Termasuk dilarang adalah hukuman mati. Hak hidup tercantum dalam pasal Kebebasan, ini juga merupakan hak yang paling mendasar bagi kehidupan manusia. Setiap orang dilahirkan harus hidup dan berkembang secara bebas. Mereka harus memiliki kebebasan dasar untuk berkumpul dengan orang lain, berorganisasi dan menyatakan pendapat. Pasal mengenai hal ini adalah pasal 10, 12, 17, 18, 19, 21, dan 22. Termasuk dalam kebebasan ini adalah hak untuk membentuk keluarga dan perlindungan pada lembaga keluarga, serta kebebasan untuk menikah. Ini sesuai dengan pasal Keadilan, prinsip ini sangat penting terutama dalam kerangka kewajiban untuk menjamin penegakan hak asasi manusia. Semua orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Negara harus menjamin hak setiap orang atas keadilan, baik keadilan dalam arti sosial, politik maupun hukum. Prinsip ini menempatkan hukum dalam kedudukan yang tertinggi dalam negara. Prinsip keadilan tercantum dalam pasal 7, 9, 11, 14, dan 15. Di samping prinsip-prinsip tersebut, ditegaskan mengenai pentingnya penghormatan dan pengakuan pada keberadaan dan hak kelompok-kelompok yang khusus dalam masyarakat seperti anak, etnik/ras, agama, bahasa. Kelompok-kelompok ini memiliki hak untuk dilindungi oleh negara karena posisinya yang rentan dalam masyarakat. Kovenan Hak Sipil dan Politik ini telah diratifikasi oleh Republik Demokrat Timor Leste (RDTL) pada Hari Hak Asasi Manusia, 10 Desember Dengan ratifikasi tersebut, berarti kovenan ini menjadi instrumen hukum nasional yang menjamin hak asasi manusia, khususnya hak sipil dan politik. Harapan kita, pemerintah tidak hanya secara resmi meratifikasinya, tetapi harus menjalankannya dalam tindakan. Aniceto Guró Berteni Neves (Kepala Divisi Pencari Fakta & Dokumentasi Perkumpulan HAK) edisi 21 - Januari

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/11

REGULASI NO. 2000/11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/11 6 Maret

Lebih terperinci

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa Kedelapan Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap Pelaku Kejahatan Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7 September

Lebih terperinci

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS Tanggal Embargo: 13 April 2004 20:01 GMT Indonesia/Timor-Leste: Keadilan untuk Timor-Leste: PBB Berlambat-lambat sementara para pelaku kejahatan bebas berkeliaran Pernyataan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

Bagian 2: Mandat Komisi

Bagian 2: Mandat Komisi Bagian 2: Mandat Komisi Bagian 2: Mandat Komisi...1 Bagian 2: Mandat Komisi...2 Pendahuluan...2 Batasan waktu...3 Persoalan-persoalan dengan relevansi khusus...3 Makna berkaitan dengan konflik politik...3

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana.

Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana. Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana. Konstitusi adalah... hukum dasar suatu negara. Konstitusi adalah

Lebih terperinci

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Sepuluh Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Banyak kesalahpahaman terjadi terhadap Pengadilan Rakyat Internasional. Berikut sepuluh hal yang belum banyak diketahui

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KETUA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan Ifdhal Kasim Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) A. Pengantar 1. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc untuk Timor Timur tingkat pertama telah berakhir.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

13. KESIMPULAN. Majelis Hakim Yang Terhormat

13. KESIMPULAN. Majelis Hakim Yang Terhormat 13. KESIMPULAN Majelis Hakim Yang Terhormat Maksud saya menuliskan Pembelaan saya sendiri adalah untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang mudah dipahami, dengan demikian agar tidak ada lagi keraguan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

(Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999)

(Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2014 PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5591) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/14

REGULASI NO. 2000/14 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa- Bangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/14 10

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI

BEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI BEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI Supriyadi Widodo Eddyono 1 1 Tulisan ini digunakan untuk bahan pengantar diskusi FGD III perlindungan saksi dan Korban yang diinisiasi oleh ICW-KOMMNAS PEREMPUAN-ELSAM

Lebih terperinci

LAYANAN PENASIHAT DAN KERJA SAMA TEKNIS DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 3. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

LAYANAN PENASIHAT DAN KERJA SAMA TEKNIS DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 3. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia LAYANAN PENASIHAT DAN KERJA SAMA TEKNIS DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 3 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN Pentingnya memastikan bahwa hak asasi manusia dilindungi oleh hukum,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright (C) 2000 BPHN UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H. TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Diambil dan terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan diaksesi oleh resolusi Mahkamah Umum 2200A (XXI) pada 16 Desember 1966, berlaku

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa umat manusia berkedudukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966, Terbuka untuk penandatanganan Ratifikasi dan Aksesi MUKADIMAH Negara-negara

Lebih terperinci

Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi

Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi Patrick Walsh Austral Policy Forum 09-17B 27 Augustus 2009 Ringkasan: Patrick Walsh, Penasehat Senior untuk Sekretariat Teknik Paska-CAVR,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA 1 K 29 - Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu

Lebih terperinci

Pokok-pokok Isi Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan

Pokok-pokok Isi Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan 1 Pokok-pokok Isi Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan I.PENDAHULUAN Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek penyelenggaran negara dewasa ini berkembang ke arah demokrasi dan perlidungan Hak Asasi Manusaia (HAM). Masalah HAM mengemuka pada setiap kehidupan penyelenggaraan

Lebih terperinci