BAB II DAFTAR PUSTAKA. Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal dengan nama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DAFTAR PUSTAKA. Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal dengan nama"

Transkripsi

1 BAB II DAFTAR PUSTAKA 2.1. Tanaman Padi Tinjauan Umum Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal dengan nama Oryza sativa L.. Secara morfologi tanaman padi dibedakan menjadi 2 bagian besar yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang dan daun, dan bagian generatif yang meliputi malai dan bunga (Gambar 2.1). Akar padi termasuk akar serabut, batang beruas-ruas yang dibatasi oleh buku. Anakan (tunas) tumbuh dari buku, ruas yang terpanjang terdapat paling atas dan menurun semakin ke bawah. Daun tumbuh pada batang berselang seling tumbuh pada setiap buku. Bunga secara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Bunga terdiri dari 6 benang sari dan 1 putik, butir biji adalah bakal buah yang matang, butir biji padi yang tanpa sekam disebut beras. Komponen butir biji padi terdiri dari sekam, kulit beras, endosperm dan embrio (Puspitarini, 2012).. Ada dua tipe tanaman padi yaitu padi lahan kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dimana kebutuhan airnya sangat tergantung dari curah hujan dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan air yang tergenang. Ada 13 varietas padi gogo dilepas oleh pemerintah sejak tahun 1990 hingga 2002, dan beberapa diantaranya tahan terhadap penyakit blas, seperti: varietas Danau Tempe, Situ Gintung, Way Rarem, Cirata, Towoti, Danau Gaung, Batu Tegi, Situ Patenggang, Situ Bagendit, dan Jati luhur (Supriatno et al., 2010).

2 Varietas unggul yang tahan terhadap penyakit blas seperti : varietas IPB 4S baik dikembangkan pada sawah tadah hujan dan lahan irigasi. Padi varietas ini memiliki produktivitas 7 ton per ha dan berpotensi menghasilkan 10,5 ton per ha. IPB 3S dan IPB 4S memiliki ketahanan terhadap penyakit blas. Padi varietas IPB Batola 5R yang diperuntukkan bagi lahan pasang surut memiliki produktivitas 4.3 ton per ha dan berpotensi menghasilkan 5,3 ton per ha gabah kering giling (GKG). Varietas IPB Kapuas 7R merupakan varietas unggul padi bagi daerah rawa, juga tahan terhadap penyakit blas (Puspitarini, 2012). Tanaman padi sehat Gambar 2.1 Tanaman padi (O. sativa L.) (Sumber: koleksi pribadi, 2014) Jenis Tanaman Padi Secara umum tanaman padi dibagi menjadi 3 kelompok varietas yaitu yang pertama varietas hibrida atau sering disebut varietas padi sekali tanam, karena hasilnya akan maksimal bila sekali ditanam.keturunan yang ditanam

3 kembali maka hasilnya akan jauh berkurang. Contohnya varietas Intani 1 dan 2, PP1, H1, Bernas Prima, Rokan, SL 8 dan 11 (Ihsan, 2012). Kelompok varietas yang kedua adalah varietas unggul. Varietas ini bisa berkali-kali ditanam, dan hasil panen varietas ini bisa dijadikan benih kembali. Contoh dari varietas unggul adalah varietas Ciherang, IR 64, Cisadane, Situbagendit. Kelompok varietas yang ketiga adalah varietas padi lokal. Varietas padi lokal merupakan varietas yang sudah lama beradaptasi di daerah tertentu. Varietas ini mempunyai karakteristik spesifik lokasi di daerah tersebut dan setiap varietas mempunyai keunggulan dan kelemahan. Contoh varietas lokal seperti varietas Kebo, Dharma Ayu, Pemuda Idaman (Indramayu), Gropak, Ketan tawon, Gundelan, Merong (Pasuruan), Simenep, Srimulih, Andel Jaran, Ketan Lusi, Ekor Kuda, hingga Gropak (Yogyakarta) (Deptan, 2012). Varietas padi yang banyak ditanam di Indonesia adalah Ciherang bisa mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam. Selain itu varietas lain yang ditanam adalah IR-64, Mekongga, Cimelati, Cibogo, Cisadane, Situ Patenggang, Cigeulis, Ciliwung, Cimelati, Membramo, Sintanur, Jati luhur, Fatmawati, Situbagendit (Ihsan, 2012). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tahun 2013, varietas padi yang banyak ditanam di Bali adalah varietas Ciherang dan untuk daerah Kecamatan Penebel Tabanan khususnya Desa Senganan dan Desa Jati Luwih masih banyak petani menanam padi varietas lokal seperti padi Cicih, padi Del Putih, padi Del Merah. Tanaman padi lokal ditanam bergantian dengan tanaman padi unggul.

4 Spesies padi yang dibudidayakan dibedakan menjadi dua yaitu : O. sativa L. yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat. Pada awal mulanya O. sativa L. dianggap terdiri dari dua subspesies, yaitu indica dan japonica. Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki ekor atau bulu, bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak berbulu atau hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Salah satu contoh dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica dengan indica. Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javonica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama (Deptan, 2012). Berdasarkan keanekaragaman budidaya maka di beberapa daerah tadah hujan, dikembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat. Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman ( Hihsan, 2012). Padi juga memiliki keanekaragaman mutu beras. Jenis padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran

5 nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya. Ketan baik yang putih maupun hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat. Jenis padi wangi atau harum dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras Cianjur Pandanwangi dan Rajalele. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar IR5 dan IR8, yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi (Hihsan, 2012) Penyakit Blas Gejala Penyakit Penyakit blas yang disebabkan oleh jamur P. oryzae bisa menginfeksi tanaman padi pada masa vegetatif dan menimbulkan gejala blas daun yang ditandai dengan adanya bercak kecil pada daun berwarna ungu kekuningan (Gambar 2.2). Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu, dengan bagian tepi kecoklatan (Groth, 2012). Gejala penyakit pada fase generatif ditandai dengan busuknya pangkal malai dengan warna kehitaman dan mudah patah (Gambar 2.3). Ukuran bercak berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan dan tingkat ketahanan varietas. Jamur ini sangat mudah beradaptasi terhadap segala kondisi lingkungan, dan bisa

6 dijumpai di tanah persawahan, padi gogo dan padi pasang surut, dan mudah berpindah dari satu tempat ketempat lain (Balitbio, 2004). Penyakit blas merupakan salah satu penyakit utama dalam budidaya padi karena bisa menimbulkan kerugian yang cukup besar. Penyakit blas dilaporkan dapat menurunkan hasil panen di Asia Tenggara dan Amerika Selatan sekitar 50%. Dilaporkan bahwa di Indonesia penyakit blas mencapai luas ha pada tahun 2007, meningkat menjadi ha pada tahun 2011, dan ha pada tahun 2012 (Dahyar et al., 2010; Nugroho et al., 2013).

7 Gambar 2.3 Gejala Penyakit Blas Malai pada Tanaman Padi (Sumber: Koleksi Pribadi, 2014) Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkembangnya jamur P. oryzae sehingga apabila tanaman padi tumbuh serempak di suatu hamparan dan sudah pernah ada penyakit blas sebelumnya maka besar kemungkinan blas ini akan segera menyebar apabila didukung oleh faktor lingkungan seperti kelembaban dan suhu optimum yaitu antara 24-28ºC. P. oryzae menyerap nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Apabila penyakit terjadi pada tanaman muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati. Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak

8 menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar. Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan guna menekan tingkat intensitas blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (Tebeest and Michael, 2007). Pemupukan unsur N pada musim hujan dengan dosis tinggi juga akan memicu pertumbuhan P. oryzae. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal bagi jamur P. oryzae dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora jamur ini pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius. Teknik budidaya padi terutama pada musim tanam rendengan/hujan haruslah ekstra hati-hati. Curah hujan yang tinggi serta adanya faktor angin memicu perkembangan jamur dan penyakit blas dapat meluas dengan cepat. Pengelolaan jarak tanam yang terlalu rapat juga akan mempengaruhi penyakit blas (Prayudi, 2010) Penyebab Penyakit Penyakit blas pada padi disebabkan oleh jamur P. oryzae Jamur ini mempunyai konidia berbentuk bulat lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua dengan konidiofor panjang bersekat-sekat, jarang bercabang, berwarna kelabu (Gambar 2.4).

9 Gambar 2.4. Konidia Jamur P. oryzae (Sumber: Richard et al.,2009) Daur penyakit blas meliputi tiga fase yaitu infeksi, kolonisasi, dan sporulasi. Fase infeksi diawali dengan pembentukan konidia bersepta tiga yang dilepaskan oleh konidiofor. Konidia berpindah ke permukaan daun yang tidak terinfeksi melalui percikan air atau bantuan angin konidia menempel pada daun, konidia akan berkecambah pada kondisi optimum dengan cara membentuk buluh-buluh perkecambahan yang selanjutnya menjadi appresoria (Bourett dan Howard, 1990). Appresoria akan menembus kutikula daun. Proses penetrasi appresoria pada kondisi optimum berlangsung 8-10 jam. Pertumbuhan hifa yang terus terjadi menyebabkan terbentuknya bercak. Pada kelemban yang tinggi, bercak pada tanaman yang rentan menghasilkan konidia selama 3-4 hari. Konidia ini sangat mudah tersebar dan merupakan inokulum untuk infeksi selanjutnya (Chumley dan Valent, 1990). Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh bagian tanaman seperti biji dan jerami, karena P.oryzae mampu bertahan dalam sisa jerami dan gabah tanaman sakit. Dalam keadaan kering dan suhu kamar, spora masih bisa

10 bertahan hidup sampai satu tahun, sedangkan miselia mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun. Sumber inokulum primer di lapangan pada umumnya adalah jerami. Sumber inokulum dari benih biasanya memperlihatkan gejala awal pada persemaian. Untuk daerah tropis, sumber inokulum selalu ada sepanjang tahun, karena adanya spora di udara dan tanaman inang lain selain padi (Chumley dan Valent, 1990). Klasifikasi jamur P. oryzae (Sinaga, 2006) adalah sebagai berikut: Kingdom : Fungi Divisi : Mycota Subdivisi : Eumycotina Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Deuteromycetes : Moniliales : Moniliaceae : Pyricularia : Pyricularia oryzae Cav Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Perkembangan penyakit blas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik. Faktor tanaman inang dalam hal ini memberikan andil terhadap perkembangan penyakit blas, tanaman yang rentan akan mudah terserang dan yang tahan akan tetap bertahan (Agrios,2006). Spesies padi liar merupakan salah satu alternatif sumber keragaman genetik yang dapat dimanfaatkan dalam perakitan varietas tahan penyakit blas. Oryza rufipogon merupakan jenis padi liar yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber gen tahan penyakit blas (Utami et

11 al, 2005). Disamping gen dari inang, gen dari jamur P. oryzae itu sendiri juga berpengaruh terhadap perkembangan penyakit blas. P. oryzae diketahui mempunyai banyak ras fisiologi yang berbeda-beda sifat dan virulensinya. Patogenitas ditentukan oleh perbedaan mekanisme metabolisme dan senyawasenyawa kimia yang terdapat pada jamur P. oryzae. Jamur ini mampu membentuk beberapa toksin antara lain pyricularian, pyriculol, dan tennazonic acid (IRRI, 2010). Faktor lingkungan juga tidak kalah pentingnya didalam mendukung perkembangan penyakit blas. Jamur P. oryzae berkembang optimal pada lingkungan dengan suhu berkisar antara 24-28ºC dan dengan kelembaban udara mencapai 90% (IRRI, 2010). Epedemi sering terjadi pada suhu 32 0 C atau suhu 17 0 C, tanaman yang tumbuh pada suhu seperti ini akan menjadi stress dan mudah diserang pathogen. Kelembaban di atas 90% merupakan faktor yang sangat membantu perkembangan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyebaran spora dibantu oleh angin dan masih dapat menginfeksi tanaman sehat sejauh 2 km dari sumber inokulum awal (Hidayat, 2012). Air juga berpengaruh karena pada tanaman padi yang kekurangan air pertumbuhannya akan terganggu, seperti padi gogo kadar silikon didalam daun akan berkurang sehingga jamur patogen akan mudah mengalami penetrasi, bisa berkembang lebih baik dan intensitas penyakit lebih parah dibandingkan dengan padi sawah (Semangun, 2006). Demikian juga jika tanaman padi kelebihan air maka kelembaban akan meningkat, dan serangan patogen blas akan meningkat (IRRI, 2010).

12 Faktor inang alternatif. Inang utama P. oryzae adalah padi, namun dapat memanfaatkan jenis rumput sebagai sumber inokulum seperti Digitaria cilaris; Echinochloa colona dan Zea mays (Tandiabang dan Pakki, 2007), Magnaporthe oryzae dapat menginfeksi tanaman monocotyl jenis Arabidopsis thaliana. Untuk meminisasi perkembangan pathogen blas maka jerami sisa-sisa panen yang menjadi tempat hidup miselia jamur dan bertahan selama satu tahun, sebaiknya jerami setelah panen dibenamkan sehingga bisa menekan penyebaran penyakit blas, dan meningkatkan kesuburan tanah karena didekomposisi oleh mikroba yang ada di dalam tanah (Yolanda, 2013). Faktor pemupukan juga sangat berpengaruh. Pemupukan nitrogen yang tinggi akan meningkatkan serangan penyakit blas akibat dari jaringan daun menjadi lemah karena penyerapan silikon terganggu, sehingga spora jamur menginfeksi secara optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi (Tandiabang dan Pakki, 2007). Kombinasi pemupukan nitrogen yang tinggi tanpa kalium dengan jarak tanam yang rapat juga menjadi faktor tingginya kejadian penyakit blas malai (IRRI, 2010). Petani disarankan menggunakan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah endemic penyakit blas. Penggunaan pupuk berimbang dengan penggunaan kalium dan phosfat dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi penyakit blas di lapangan. Penggunaan kalium dapat mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak berkembang di lapangan. Dianjurkan kepada para petani penggunaan pupuk nitrogen 90 kg/ha (Tandiabang dan Pakki, 2007).

13 Pengendalian Menurut Effendi (2009), ada beberapa cara pencegahan dan pengendalian penyakit blas di antaranya adalah pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada tanaman padi. Salah satu tujuan PTT adalah mampu menekan penurunan hasil akibat OPT (organisme penggangu tumbuhan) antara lain dengan jalan menggunakan varietas tahan dan pembenaman jerami (Santika dan Sunaryo, 2008). Penggunaan varietas baru yang tahan terhadap blas sangat dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas (Utami, 2005). Proses dekomposisasi jerami selain dapat berfungsi sebagai pupuk organik juga dapat membunuh miselia blas sehingga tidak berpotensi untuk berkembang. Penggunaan pupuk kompos dapat menekan perkembangan penyakit blas dan meningkatkan produksi (Tandiabang dan Pakki, 2007). Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah endemi penyakit blas khususnya penggunaan nitrogen yang tidak berlebihan dan dengan penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi blas di lapangan. Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapangan (Tandiabang dan Pakki, 2007). Penggunaan jarak tanam yang tidak rapat atau lebih renggang akan menghambat perkembangan penyakit blas pada padi. Semakin rapat jarak tanam maka semakin mudah perkembangan penyakit blas (Balitbio, 2004).. Pengendalian penyakit secara terpadu dan tepat guna merupakan salah satu cara untuk mengendalikan penyakit blas (Balitbio, 2004).

14 Penggunaan mikroba antagonis jenis Enterobacter agglomerans, Seratia liguefaciens dan Xanthomonas lumenescens dapat menekan pertumbuhan jamur p. oryzae Cav. penyebab penyakit blas (Suprapta, 2012). Penggunaan bakteri antagonis Corynebacterium sp. terhadap penyakit blas menunjukkan hasil yang menggembirakan, dimana dengan perlakuan perendaman benih dengan bakteri antagonis Corynebacterium sp. selama 15 menit sebelum tanam dan dilakukan penyemprotan memberikan hasil yang lebih baik (Dahyar, 2010). Fungisida hayati lainnya dapat berupa produk langsung jadi yang dijual di pasaran seperti inokulan/starter Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. yang digunakan sebagai tindakan preventif pada masa vegetatif padi (Djunaedy, 2009). Fungisida nabati juga telah dibuat untuk mengendalikan penyakit blas, di antaranya menggunakan ekstrak daun sirih, ekstrak daun jambu dan ekstrak lengkuas. Cara aplikasi bisa dengan disemprotkan ke tanaman yang terserang penyakit atau belum untuk pencegahan dan atau dikocorkan langsung ke pangkal tanaman. Ekstrak ini bisa memberikan penekanan terhadap penyakit blas sekitar 21% (Plantus, 2010) Ekstrak Tanaman Sebagai Pestisida Nabati Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari ekstrak tanaman atau tumbuhan yang ada di lingkungan di sekitar kita yang menunjukkan aktivitas biologis terhadap hama dan pathogen tanaman (Suprapta, 2014). Salah satu pestisida nabati yang bersifat sebagai anti jamur disebut dengan fungisida nabati. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena mudah terurai, harganya juga relatif murah apabila

15 dibandingkan dengan pestisida kimia (Hendayana, 2006). Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik seperti menghambat pertumbuhan jamur patogen. Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kekurangan. Keunggulan pestisida nabati diantaranya adalah sebagai berikut: aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan pada hama, kompatibel digabungkan dengan cara pengendalian yang lain, menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida. Kekurangannya adalah : daya kerjanya relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran secara langsung, tidak tahan disimpan, kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang (Suprapta, 2014). Bahan kimia yang terkandung pada tanaman biasa disebut sebagai metabolit sekunder dan sering digunakan sebagai pestisida nabati seperti terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin, dan tannin. Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme, yang ditemukan dalam bentuk unik atau berbeda-beda antara spesies satu dengan spesies lainnya. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan sebagai obat atau bahan untuk membuat parfum, pewarna makanan, racun, aroma makanan, obat, pestisida dan insektisida (Lenny, 2006). Metabolit sekunder dapat tersebar di seluruh organ tubuh tumbuhan seperti daun, akar, batang, bunga, kulit, umbi, dan buah (Tanjung, 2013). Produksi metabolit sekunder dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor stres lingkungan, faktor genetik, dan faktor fisik (Mariska, 2013). Hatta (2011) menyatakan meningkatnya kandungan polifenol pada salinitas tinggi mungkin disebabkan oleh akumulasi metabolit sekunder.

16 Jenis dan kandungan metabolit sekunder dapat sama atau berbeda di setiap organ tumbuhan. Metabolit sekunder tidak mempunyai peranan yang terlalu penting pada proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, namun pada jumlah yang sangat besar mampu melindungi tanaman dari hama dan penyakit (Mariska, 2013). Pembentukan metabolit sekunder sangat sedikit, karena hanya disintesis oleh agen biologik tertentu dan pada saat tertentu (Sunarminingsih, 2002). Senyawa metabolit sekunder pada tanaman memiliki fungsi di antaranya sebagai atraktan, melindungi diri dari cekaman lingkungan, pelindung dari hama dan penyakit (fitoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain disebut dengan alelopati (Mariska, 2013). Menurut Tohir (2010), bahwa ekstrak biji sirsak (Anona sguamosa) dapat menurunkan aktivitas makan ulat grayak atau bersifat anti feedant, karena pada biji sirsak terkandung zat bioaktif asetogenin dan annonain yang bersifat insektisida, penolak serangga, larvasida dan anti-feedant. Ekstrak biji sirsak dengan pelarut metanol dapat menurunkan aktivitas makan ulat grayak sebesar 49,80%. Selain itu tanaman mimba (Azadirachta indica) mengandung senyawa bioaktif azadirachtin, salanin, nimbinen, meliantricl yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Azadirachtin bekerja mengganggu fungsi hormon perkembangan serangga sehingga menghambat perkembangan dan pertumbuhan serangga. Nimba juga bersifat anti-feedant dan aktif terhadap 300 jenis serangga (Rachmawati dan Korlina, 2009).

17 Ekstrak rimpang Alpinia galanga dan ekstrak daun Carica papaya memiliki daya hambat terhadap Ceratocystis sp. (Suprapta et al., 2001). Ekstrak rimpang Alpinia galanga dapat menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum dalam media PDA (Suprapta dan Khalimi, 2009; Suprapta, et al. 2005). Ekstrak kasar daun jati (Tectona grandis L.f) mampu menghambat pertumbuhan lima jenis jamur perusak kayu sengon (Arthrinium phaeospermum, Nigrospora sp, Aspergillus flavus, Acremonium butyri, dan Penicillium citrinum) (Astiti dan Suprapta, 2012). Plantus (2010), menyatakan bahwa dari 18 jenis tumbuhan yang diekstrak yang berpotensi sebagai bahan fungisida nabati, didapat 3 jenis tumbuhan yang berpotensi tinggi menekan perkembangan penyakit blas yaitu ekstrak daun sirih (Piper betle), ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava), ekstrak rimpang lengkuas (A. galanga). Ketiga ekstrak tersebut pada tingkat kondisi lapangan dapat menekan perkembangan penyakit blas malai, dimana ekstrak daun sirih (P. betle) dapat menekan 3.3%, ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dapat menekan 4,7%, ekstrak rimpang lengkuas (A. galanga) dapat menekan 2,7%. Ekstrak Lentinus tropis bersifat sebagai antimikroba dapat menghambat pertumbuhan Bacillus substilis, Mucor ramannianus, dan Rigidoporus lignosus (Sudirman, 2005). Ekstrak kasar sirih (P.betle) juga dapat menghambat pembentukan spora Fusarium oxysporum f.sp.vanilla pada media PDB dan menghambat pertumbuhan koloni pada media PDA (Suprapta dan Ohsawa, 2007). Hasil penelitian Sibarani (2008) menunjukkan bahwa larutan daun mimba (Azadirachta

18 indica), daun sirih (P. betle) dan daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang disemprotkan pada tanaman cabe (Capsicum annum) dapat menekan kejadian penyakit antraknosa (Colletroticum capsici). Menurut Rachmawati dan Korlina (2009) bahwa daun sirih (P. betle) mengandung minyak atsiri yang di dalamnya terkandung 55% senyawa fenol. Senyawa ini mempresifitasikan protein secara aktif, sehingga susunan protein menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan sel dan merusak membran sel dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan terjadi osmosis sehingga sel menjadi lisis. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan jamur menjadi terganggu (Rachmawati dan Korlina, 2009) Tanaman Cabe Hutan (Piper caninum Blume) Morfologi Cabe hutan (P. caninum Blume) merupakan tanaman menjalar dan merambat di pohon dengan batang bulat, kulit batang hijau kehitaman, dan berbulu. Pada batang yang masih muda daunnya berbentuk jantung dengan permukaan daun atas dan bawah berbulu, dengan warna hijau tua. Batang yang tua membentuk percabangan dengan panjang percabangan cm, bulat, berbulu. Daun pada percabangan bulat telur, permukaan atas dan bawah berbulu (Gambar 2.5). Perbungaan muncul pada ketiak daun pada cabang, panjang 2 cm berwarna putih. Buah bulat tersusun dalam karangan berwarna hijau pada waktu muda dan berwarna oranye saat masak (Astuti dan Munawaroh, 2010). Menurut Backer dan Bakhuizen (1965) klasifikasi dari Cabe hutan (P. caninum Blume) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

19 Divisio Klas Ordo Familia Genus : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Piperales : Pipereceae : Piper Spesies : Piper caninum Blume Gambar 2.5 Foto Tumbuhan Cabe Hutan (Piper caninum Blume) (Sumber: koleksi pribadi, 2014) Habitat Cabe hutan (P. caninum Blume) ditemukan di daerah tropis dan subtropis, menyebar dari daerah dataran rendah sampai dengan dataran tinggi (1.100 dpl). Tumbuhan ini menyukai ketinggan meter dari permukaan laut. Kelembaban yang cocok adalah 60%, dengan kisaran suhu O C, menyukai tanah lempung berpasir. Cabe Hutan mempunyai banyak nama seperti di Jawa disebut dengan sirih hutan atau cabe hutan, di Sumatra Utara disebut dengan nama piper lowong, di Bali disebut dengan nama bleng dakep, dan di Malaysia disebut dengan cabe hantu. Tanaman ini hidup di hutan dan semak-

20 semak liar dan jarang dimanfatkan oleh masyarakat di sekitarnya. Cabe hutan hidup menempel di pohon-pohon besar seperti menempel pada pohon kelapa, pohon cengkeh, pohon nangka, dan pohon-pohon liar lainnya (Astuti dan Munawaroh, 2010) Kandungan Kimia Secara umum genus Piper mengandung minyak atsiri seperti kadinen, kavikol, sineol, eugenol, karvakol Senyawa ini digunakan untuk mengobati penyakit seperti keputihan, nafas berbau, badan berbau, batuk, radang selaput lendir mata, jantung berdebar-debar, kemurungan, demam selepas bersalin, air susu terlampau banyak dan sariawan (Mol, 2011). Tedjasulaksana (2012) menyatakan bahwa kandungan alkaloid pada daun sirih (P.betle) dapat menurunkan hormon reproduksi estrogen dan androgen. Kandungan minyak atsiri pada daun sirih bersifat sebagai pembunuh kuman, bersifat sebagai antioksidan dan bersifat sebagai anti jamur (Tompun, 2006). Menurut Maj et al. (2004), bahwa P. caninum Blume memilki fitokimia yang bersifat sebagai antimikroba dan sebagai antioksidan sebesar 77,9% terdapat pada daun dan 87% terdapat pada batang. Tanaman ini mempunyai aktivitas anti mikroba terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas putida, Escherichia coli, Candida albicans, dan Aspergillus niger. Semua Piper mengandung senyawa fitokimia jenis evalonik acid, cinanamoyl amides, alkhyl amides, aristolaktam, flavones, dehidroflavone, dehidrochalcone, dehidroflavonoid (Maj et al., 2004).

21 Menurut Zetzer et al., 2004), bahwa ekstrak daun P. caninum mempunyai daya hambat terhadap mikroba Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia. Selain itu ekstrak tanaman ini juga dapat menghambat pertumbuhan jamur karena mengandung 4,5-dioxoaporphine alkaloid cepharadione A (Maj et al., 2004). Menurut Sudrajat et al. (2011) bahwa Piper spp. (Piperaceae) mengandung zat bioaktif antara lain zat phenylpropanoids, lignoids, dan plavonoids. Senyawa phenylpropanoids bersifat sebagai insektisida khususnya senyawa dimethoxy-4,5-mthylenodioxy-allelbenzene (dilallpiol). Menurut Purnomo dan Asmarayani (2004) bahwa daun Piper spp. mengandung minyak esensial (terpenoid) yang sering digunakan sebagai obat tradisional dan bumbu penyedap masakan. Genus Piper telah terbukti memiliki antimikroba, antijamur, antioksidan, insektisida, allelopathi dan kegiatan antitumor (Tanjung, 2013). Berbagai senyawa terkandung dalam genus Piper seperti alkaloid, propenylphenols, lignan, neolignans, terpene, steroid, kawapyrones, chalcones, flavon dan flavanones yang telah diisolasi dari Piper yang berbeda spesies (Purnomo dan Asmarayani, 2004). Berdasarkan uji pendahuluan terhadap 37 jenis tanaman ditemukan bahwa ekstrak kasar daun P. caninum mampu menghambat pertumbuhan jamur P. oryzae secara in vitro pada media PDA dengan diameter zona hambatan sebesar 44 mm.

22

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada beras sebagai bahan pangan pokok. Pembangunan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada beras sebagai bahan pangan pokok. Pembangunan pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sampai saat ini sekitar 90% penduduk Indonesia tergantung pada beras sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili rumput berumpun yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat. Sampai saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan. BLAS (BLAST) Patogen penyebab blas: Pyricularia grisea P. oyzae Cavara Magnaporthe grisea Magnaporthe oryzae Peyakit blas berkembang terbawa udara melalui konidia cendawan yang mungkin berasal dari inang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuaiitas dan Kesehatan Benih Cabai Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap pangan yang cukup dan bermutu. Ketahanan pangan memiliki beberapa aspek diantaranya aspek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Menurut Aak (1990) klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut Kingdom Divisio Sub Divisio Class Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan diusahakan secara komersial baik dalam skala besar maupun skala kecil (Mukarlina et

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena

BAB I PENDAHULUAN. komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena mempunyai nilai ekonomi yang

Lebih terperinci

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier II. Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Tanaman Tadi Sawah (Oryza sativa L.) Tanaman padi ( Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak ditanam di Indonesia yang memiliki nilai dan permintaan cukup tinggi (Arif, 2006). Hal tersebut dibuktikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Salisilat 1. Struktur Kimia Asam Salisilat Struktur kimia asam salisilat dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 2 : Gambar 2. Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Tanaman pangan lain seperti gandum, jagung kentang dan ketela rambat akan mati kalau

Lebih terperinci

OPT PADA TANAMAN PADI

OPT PADA TANAMAN PADI OPT PADA TANAMAN PADI Penyakit blas pada tanaman padi pada umumnya dapat menyerang tanaman pada bagian daun, batang, malai, dan gabah, tetapi umum pada daun dan leher malai. Gejala serangan yang muncul

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai besar ( Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran tergolong

I. PENDAHULUAN. Cabai besar ( Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran tergolong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai besar ( Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran tergolong dalam famili terong-terongan yang berasal dari benua Amerika dan menyebar luas ke benua

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman dari suku rumput-rumputan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman dari suku rumput-rumputan yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza sativa L) Tanaman padi merupakan tanaman dari suku rumput-rumputan yang dibudidayakan dan merupakan sebagai tanaman pangan yang meliputi lebih kurang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang tergolong dalam famili solanaceae. Cabai berguna sebagai penyedap masakan dan pembangkit selera

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) berasal dari Mexico. Sebelum abad ke-15 lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) berasal dari Mexico. Sebelum abad ke-15 lebih 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Cabai Cabai (Capsicum annum L.) berasal dari Mexico. Sebelum abad ke-15 lebih banyak dikenal di Amerika Tengah dan Selatan. Pada tahun 1943 diintroduksi ke dataran Eropa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Patogen C. oryzae Miyake Biologi Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Myceteae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Antraknosa Pada Buah Cabai Penyakit antraknosa adalah salah satu penyakit yang banyak ditemukan pada tanaman cabai. Kata antraknosa adalah suatu peralihan dari bahasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto

Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto KAJIAN VARIETAS PADI TOLERAN KEKERINGAN DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DATARAN RENDAH KABUPATEN REMBANG Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto PENDAHULUAN Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tomat merupakan tanaman hortikultura yang memiliki prospek

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tomat merupakan tanaman hortikultura yang memiliki prospek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman tomat merupakan tanaman hortikultura yang memiliki prospek pengembangan yang sangat baik karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta potensi pasar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlu diadakan perlindungan tanaman terhadap hama-hama tanaman, untuk meningkatkan hasil produksi pertanian agar kebutuhan tercukupi dan produksi yang diinginkan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak sempurna), Ordo Moniliales,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu tanaman(opt). Hama merupakan salah satu OPT yang penting karena hama mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Cabai merah (Capcicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu dengan ketinggian antara 70-120

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro,

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Pestisida adalah zat khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang

I. PENDAHULUAN. Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang 1 I. PENDAHULUAN Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. dan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hasanah (2007) padi merupakan tanaman yang termasuk genus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hasanah (2007) padi merupakan tanaman yang termasuk genus II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Botani Tanaman Padi Gogo Menurut Hasanah (2007) padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza yang meliputi kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita kenal dengan istilah Beras (Purnomo & Purnamawati, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kita kenal dengan istilah Beras (Purnomo & Purnamawati, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu tanaman pangan indonesia. Di indonesia ada beberapa tanaman pangan yang dikonsumsi rakyat sebagian berasal dari beberapa jenis padi, ubi

Lebih terperinci

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5 Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai 9 II.TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai berikut : Regnum Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus : Plantae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti di Asia, Afrika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi BAB I PENDAHULUAN Pentingnya padi sebagai sumber utama makanan pokok dan dalam perekonomian bangsa indonesia tidak seorangpun yang menyangsikannya. Oleh karena itu setiap faktor yang mempengaruhi tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber : 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit Jamur penyebab penyakit rebah semai ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Basidiomycetes

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida sintetik pada umumnya kurang aman karena mempunyai dampak yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan hidup, untuk itu pestisida sintetik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun-temurun. Keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jeruk merupakan komoditas buah unggulan nasional karena memiliki nilai ekonomi tinggi, adaptasinya sangat luas, sangat populer dan digemari hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (Suhartini, 2009). Keanekaragaman hayati di Indonesia, baik dalam bentuk keanekaragaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tanaman padi termasuk famili Graminae dengan ciri batang yang tersusun dari beberapa ruas, rumpun dengan anakan yang tumbuh dari dasar batang. Semua anakan memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi Indonesia yang memiliki bagi perekonomian Nasional dalam berbagai bidang. Kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN SERANGAN PENYAKIT UTAMA PADA PADI VARIETAS UNGGUL DI LAHAN PASANG SURUT

PERUBAHAN IKLIM DAN SERANGAN PENYAKIT UTAMA PADA PADI VARIETAS UNGGUL DI LAHAN PASANG SURUT PERUBAHAN IKLIM DAN SERANGAN PENYAKIT UTAMA PADA PADI VARIETAS UNGGUL DI LAHAN PASANG SURUT Susilawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah Jl. G. Obos km 5 Palangka Raya, Kalimantan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran yang tergolong tanaman tahunan berbentuk perdu.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus :Plantae :Spermatophyta

Lebih terperinci