BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI. Effektifitas Penyaluran Belanja Bantuan Sosial. I. Pendahuluan
|
|
- Teguh Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Effektifitas Penyaluran Belanja Bantuan Sosial (catatan temuan Hasil Pemeriksaan BPK pada LKPP 2010) I. Pendahuluan Pelaksanaan penyaluran APBN secara tidak langsung mencerminkan bagaimana pemerataan dan keadilan didistribusikan di antara masyarakat. Penyaluran anggaran APBN seharusnya dapat mendorong upaya pengurangan jumlah kemiskinan di Indonesia. Karena porsi APBN yang relative kecil, maka perhatian harus lebih difokuskan untuk mencapai efektiitas anggaran melalui tiga fungsi yaitu: stabilisasi, alokasi dan redistribusi. Yang menjadi permasalahan pada APBN adalah bagaimana pendistribusian anggaran APBN tersebut memberikan manfaat secara luas kepada masyarakat atau sebaliknya. Apakah meningkatnya Bantuan Sosial dibarengi dengan dampak yang positif terhadap masyarakat? Penyaluran Dana Bantuan Sosial yang tidak merata pada tahun anggaran 2010, merupakan salah satu bukti lemahnya mekanisme redistribusi di Indonesia. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan sistem perekonomian berada pada situasi yang sangat rawan karena tidak adanya mekanisme yang terstruktur untuk melakukan pemerataan. Pemerataan Pembangunan diantaranya diperoleh dengan penerapan redistribusi pendapatan yang umumnya dicapai melalui mekanisme bantuan sosial dan subsidi. Berikut adalah temuan BPK pada LKPP 2010 terkait penyaluran Bantuan Sosial yang terjadi pada tahun anggaran 2010: II. Hasil Temuan BPK 1. Sistem Penyaluran, Pencatatan, dan Pelaporan Realisasi Belanja Bantuan Sosial Tidak Menjamin Pemberian Bantuan Mencapai Sasaran yang Telah Ditetapkan. LRA LKPP Tahun 2010 melaporkan realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp ,19 juta yang diantaranya merupakan Belanja Bantuan Sosial (Bansos) sebesar Rp ,99 juta atau 9,84 persen dari Belanja Pemerintah Pusat dan berarti 96,40 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN-P 2010 sebesar Rp Hal ini berarti realisasi Belanja Bantuan Sosial TA 2010 lebih kecil Rp atau 7,05 persen dari Realisasi TA 2009Rincian realisasi Belanja Bansos adalah sebagai berikut : Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 24
2 Tabel1: Realisasi Belanja Bantuan Sosial tahun 2010 Sumber : LKPP 2010 Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2006, 2007, dan 2008 telah mengungkapkan kelemahan Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas penyaluran dana bansos, yaitu; pertanggungjawaban penyaluran dana bansos tidak memadai, realisasi Belanja Bansos tidak sesuai peruntukannya, dan terdapat dana yang masih tersimpan oleh bank/atau lembaga/kelompok penerima bansos yang belum disalurkan. Atas permasalahan tersebut, BPK telah merekomendasikan Pemerintah agar mengatur penganggaran, pengelolaan, dan pertanggungjawaban bansos secara jelas, serta melakukan pengawasan intern atas penyaluran dan pertanggungjawaban bansos tersebut. Pemerintah menindaklanjuti rekomendasi tersebut dengan menetapkan Buletin Teknis Nomor 10 tanggal 09 Maret 2011 tentang Standar Akuntansi Belanja Bantuan Sosial bekerja sama dengan KSAP. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 25
3 Namun,dalam pemeriksaan atas LKPP Tahun 2010, BPK masih menemukan permasalahan terkait Belanja Bansos sebesar Rp ,77 juta, yaitu sebagai berikut. a. Penyaluran bansos pada enam KL sebesar Rp ,68 juta belum didukung dengan bukti pertanggungjawaban keuangannya dari penerima bantuan; b. Dana bansos pada empat KL belum disalurkan dan masih tersimpan pada pihak ketiga (bank/lembaga-kelompok penerima/koperasi) sebesar Rp ,96 juta; dan c. Penyaluran bansos pada tiga KL tidak sesuai dengan peruntukannya atau tidak tepat sasaran sebesar Rp4.937,13 juta. Berikut adalah daftar K/L yang bermasalah pada penyaluran dana Bansos. Tabel 2 : Daftar Kementrian/Lembaga Penyalur Dana Bantuan Sosial Bermasalah Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan: a. Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN menyatakan bahwa pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan pada prinsip-prinsip terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program yang telah ditetapkan; dan b. Buletin Teknis Nomor 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah, Bab IV Klasifikasi Menurut Jenis Belanja menyatakan bahwa bansos adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Permasalahan tersebut mengakibatkan Belanja Bansos sebesar Rp ,68 juta belum dapat diyakini kebenaran pengeluarannya dan sebesar Rp ,77 juta belum efektif. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 26
4 2. Pengelompokan Jenis Belanja pada Saat Penganggaran Tidak Sesuai dengan Kegiatan yang Dilakukan. Realisasi Belanja Bansos di tiga KL minimal sebesar Rp ,33 juta yang dianggarkan dari Belanja Barang dan Belanja Bansos di dua KL yang dianggarkan dari Belanja Modal sebesar Rp16.623,29 juta. Tabel 3: Daftar K/L yang Merealisasikan Belanja bansos melalui Anggaran Belanja Barang/Modal Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan : a. PP Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran dalam Akuntansi Belanja yang menyatakan bahwa pengertian Belanja lainlain/tak tersangka adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak tersangka lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah; b. Buletin Teknis SAP Nomor 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah, yaitu : 1. BAB I menyatakan bahwa sesuai dengan isi paragraf 19 sampai dengan 21 PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran, akuntansi pemerintahan menganut sistem akuntansi anggaran (budgetary accounting). Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa klasifikasi pendapatan dan belanja dalam pelaporan keuangan negara/daerah harus sudah ditentukan pada saat menyusun perencanaan dan penganggaran; Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 27
5 2. BAB V tentang klasifikasi belanja menurut jenis belanja yaitu; a) Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan; b) Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Bantuan Sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Jadi, Belanja Bansos adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus dan selektif; dan c) Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Untuk mengetahui apakah suatu belanja dapat dimasukkan sebagai Belanja Modal atau tidak, maka perlu diketahui definisi aset tetap atau aset lainnya dan kriteria kapitalisasi aset tetap. Permasalahan tersebut mengakibatkan; Neraca dan LRA Pemerintah Pusat tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya; Ada risiko kehilangan BMN dengan tidak dicatatnya Aset Tetap secara memadai; Tujuan program dan kegiatan yang telah ditetapkan berpotensi tidak tercapai Permasalahan tersebut disebabkan: Pemerintah tidak memiliki kriteria evaluasi kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai keperluan mendesak dan dapat dibiayai dari BA ; DJA dan KL terkait tidak memperhatikan klasifikasi belanja dalam menyusun anggaran dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) serta tidak adanya sanksi yang tegas apabila terjadi pelanggaran penggunaan anggaran; K/L tidak melakukan verifikasi dengan cermat atas pengajuan pencairan dana yang dilakukan oleh unit kerja KL; III. Selayang Pandang Belanja Bansos pada 2010 Pada tahun 2010 belanja bantuan sosial menerima alokasi anggaran sebesar Rp71,17 triliun atau mengalami penurunan sebesar Rp6,76 triliun atau 8,67 persen bila dibandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2009 sebesar Rp77,93 triliun. Belanja bantuan sosial terealisasi sebesar Rp68,61 triliun atau 95,40 persen dari pagu APBN-P 2010 atau mengalami penurunan sebesar Rp5,20 triliun atau 7,05 persen dibanding realisasi tahun 2009 sebesar Rp73,81 triliun. Tren Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 28
6 belanja bantuan sosial berfluktuasi sepanjang tahun 2010, penyerapan terendah terjadi pada bulan Februari sebesar Rp1,18 triliun dan penyerapan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar Rp13,76 triliun dan secara rata-rata penyerapan belanja bantuan sosial per bulan Rp5,72 triliun. Realisasi bantuan sosial pada tahun 2010 dipengaruhi oleh adanya luncuran program kegiatan PNPM Mandiri 2009 ke tahun 2010, dan meningkatnya bencana alam, termasuk banjir Wasior, Tsunami Mentawai, dan Erupsi Gunung Merapi. Grafik 2: Trend realisasi Belanja Bansos Sumber : Data Pokok APBN 2011 Dalam kurun waktu , realisasi anggaran bantuan sosial mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan Nota Keuangan APBN 2011 peningkatan realisasi anggaran bantuan sosial dalam rentang waktu tersebut, sebagian besar merupakan realisasi bantuan sosial yang dialokasikan melalui K/L yang antara lain : 1. Bertambahnya cakupan penerimaaan bantuan sosial kemasyarakatan 2. meningkatnya nilai bantuan sosial kepada masyarakat dan lembaga lembaga 3. semakin luas dan meningkatnya program program pemberdayaan masyarakat yang berada dibawah naungan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Selain itu, juga terdapat berbagai program yang dirancang dan dilaksanakan terkait belanja bantuan sosial; Bidang pendidikan (BOS, beasiswa untuk siswa dan mahasiswa miskin, bantuan pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah),bidang kesehatan (pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas serta di kelas III RS pemerintah/rs Swasta yang ditunjuk pemerintah melalui asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin (Askeskin) atau Jamskesmas), Bidang pemberdayaan masyarakat (PNPM Pedesaan, PNPM Perkotaan, program peningkatan Infrastruktur pedesaan (PPIP), PNPM daerah tertinggal dan khusus dan PNPM Infrastruktur Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 29
7 sosial ekonomi wilayah), Program keluarga harapan (untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat miskin melalaui pemebrdayaan kaum ibu dan mendorong agar anaknya tetap sehat dan bersekolah),penanggulangan benacana alam (untuk kondisi darurat yang timbul akibat terjadinya bencana). IV. Catatan Kelemahan Manajemen Pencatatan Masalah ketidaksingkronan pencatatan data Bansos pada K/L terkait merupakan masalah yang berulang dari tahun-tahun sebelumnya. Persoalan pencatatan yang tidak memadai dan realisasi Bansos yang tidak sesuai dengan peruntukkannya terjadi karena lemahnya koordinasi antara instansi terkait untuk melakukan rekonsiliasi secara simultan. Disamping itu sistem informasi yang mencatat dan menyalurkan dana Bansos pada unit-unit kerja pada Departemen Keuangan ataupun K/L yang belum terintegrasi dengan baik, sehingga permasalahan dana bansos yang tidak mencapai sasaran yang ditetapkan menjadi kesalahan berulang yang selalu terjadi. Persoalan tersebut sebenarnya telah diingatkan oleh BPK sejak tahun 2006, namun hingga saat ini penyaluran dana Bansos yg tidak memadai, belanja Bansos yang tidak sesuai peruntukannya dan masih adanya dana Bansos yg belum disalurkan (tersimpan oleh bank/lembaga/kelompok penerima bansos) masih sering terjadi. Padahal jika kelemahan tersebut tidak segera ditangani maka hal itu dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan pengolahan data tersebut. Pengendalian Belanja yang tidak disiplin Penggunaan dana Bansos yang tidak sesuai peruntukannya merupakan salah satu hasil dari kelemahan pengendalian penggunaan anggaran oleh Pemerintah. Penggunaan anggaran belanja modal untuk belanja barang dan bantuan sosial atau kombinasi ketiganya juga merupakan salah satu temuan yang terus terjadi. Salah satu sebabnya adalah upaya K/L menyiasati keterbatasan anggaran di salah satu pos yang kemudian ditutupi dari anggaran pada pos belanja lain yang tidak dianggap prioritas. Disamping itu, karena faktor kemampuan dalam mengadminstrasikan penggunaan anggaran. Hal ini dapat terlihat dari realisasi belanja bansos beberapa K/L yang dianggarkan dari belanja Barang dan belanja Modal. Koordinasi Lemah Dalam temuan BPK di atas terlihat bahwa peran dari K/L yang berhubungan dengan penyaluran dana Bansos tidak berjalan normal. Akibatnya informasi mengenai pemeratan terhadap penyaluran realisasi dana Bansos tidak dapat diketahui secara akurat sehingga sehingga sulit diketahui tingkat pencapaiannya terhadap sasaran yang telah ditetapkan. Kelemahan ini disebabkan karena Pemerintah belum mengatur sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 30
8 bansos secara jelas dan belum melaksanakan pengawasan intern atas penyaluran dan pertanggungjawaban bansos tersebut. V. KESIMPULAN Kemampuan pemerintah untuk melakukan pembenahan pada LKPP jika diukur dari opini yang dikeluarkan oleh BPK memang terdapat kemajuan. Meskipun demikian, sejumlah temuan yang berkaitan dengan sistem pengendalian internal masih sarat masalah. Sebagian diantaranya merupakan persoalan klasik yang belum mampu dibenahi dengan tuntas. Di sisi lain terdapat sejumlah penggunaan anggaran yang tidak digunakan sesuai peruntukannya sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan masih sangat besar. Oleh karena itu setidaknya ada beberapa hal yang patut dilakukan oleh pemerintah antara lain: Penyempurnaan perangkat aturan dengan jelas dan detail sehingga mampu mencakup seluruh proses penganggaran, penyaluran dan pelaporan anggaran Bansos. Peningkatan kualitas SDM khususnya yang menjadi para bendaharawan sehingga mampu mengelola administrasi keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Meski demikian persoalan lemahnya integritas ditambah dengan lemahnya pengawasan terhadap kinerja mereka menjadi sebab utama terjadinya berbagai penyimpangan dalam pengelolaan anggaran; Menertibkan dan mengevaluasi proses pencatatan dan pelaporan penyaluran Bansos melalui penilaian dan peningkatan standar manajemen pencatatan penyaluran dana Bansos seperti pembuatan SOP dan penatausahaan lainnya secara profesional. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 31
UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS DANA BANTUAN SOSIAL
UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS DANA BANTUAN SOSIAL ABSTRAK LRA LKPP Tahun 2013 melaporkan hasil realisasi belanja Pemerintah sebesar Rp1.137,1 triliun yang diantaranya merupakan Belanja Bantuan
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI
TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 1. Dasar Hukum : a. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Mengatur antara lain pemisahan peran,
Lebih terperinciBULETIN TEKNIS NO. 04 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PEMERINTAH
BULETIN TEKNIS NO. 04 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PEMERINTAH 1 LATAR BELAKANG Klasifikasi belanja dalam perencanaan dan penganggaran seharusnya sama dengan klasifikasi pada pelaporan untuk pertanggungjawaban.
Lebih terperinciMandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN
Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN Pendahuluan Dalam penyusunan APBN, pemerintah menjalankan tiga fungsi utama kebijakan fiskal, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi,
Lebih terperinciBULETIN TEKNIS NO. 04 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PEMERINTAH. Mei 2007
BULETIN TEKNIS NO. 04 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PEMERINTAH Mei 2007 1 MATERI PRESENTASI 1. Latar Belakang 2. Pentingnya Klasifikasi Belanja Teori 3. Klasifikasi Belanja Menurut Ketentuan Perundangan-undangan
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi
Bab 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang diteliti dan dikerucutkan dalam bentuk rumusan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nomor 39 Tahun 2012 (Permendagri 39/2012) Perubahan atas Peraturan. Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 (Permendagri 32/2012)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 (Permendagri 39/2012) Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007
ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007 Abstrak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kembali memberikan opini disclaimer atas Laporan Keuangan Pemerintah
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD
TINJAUAN HUKUM PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD depoklik.com I. PENDAHULUAN Penanganan Kemiskinan di Indonesia terus diupayakan melalui berbagai strategi dan pendekatan dengan mengerahkan
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SAL DALAM RAPBN I. Data SAL
SAL DALAM RAPBN 12 I. Data SAL 4-12 Tabel 1. Saldo Anggaran Lebih (SAL) TA 4-12 (dalam miliar rupiah) 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Saldo awal SAL 1) 24.588,48 21.574,38 17.66,13 18.83,3 13.37,51 94.616,14 66.523,92
Lebih terperinciRUANG FISKAL DALAM APBN
RUANG FISKAL DALAM APBN Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa menciptakan permasalahan dalam kesinambungan
Lebih terperinciSAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN
SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari semangat reformasi birokrasi adalah dengan melakukan penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan
Lebih terperinciSAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN
SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN Abstract Saldo Anggaran Lebih yang berasal dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran dari Tahun Anggaran yang lalu
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
(RPJMD) Tahun 20162021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Kabupaten Pandeglang dikelola berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku diantaranya UndangUndang
Lebih terperinciPENYERTAAN MODAL NEGARA (PMN)
PENYERTAAN MODAL NEGARA (PMN) LATAR BELAKANG Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara/daerah
Lebih terperinciDisampaikan dalam Kunjungan Kerja Badan Anggaran DPRD Kabupaten Banyumas Jakarta, 6 Februari 2014
Disampaikan dalam Kunjungan Kerja Badan Anggaran DPRD Kabupaten Banyumas Jakarta, 6 Februari 2014 SETYANTA NUGRAHA KARO ANALISA APBN SETJEN DPR RI 6/1/2014 Biro Analisa APBN 1 PROFIL APBN 2014 175.35 (5%)
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM TERHADAP PENYELENGGARAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH
TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENYELENGGARAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH BAB I PENDAHULUAN Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 mengenai
Lebih terperinciLOGO. Musrenbang Provinsi DKI Jakarta,
LOGO Musrenbang Provinsi DKI Jakarta, 2010 www.djpk.depkeu.go.id 1 DEKONSENTRASI Sifat kegiatan non-fisik yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap. Kegiatan non-fisik, antara
Lebih terperinciPSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP Mei 2007 1 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Lebih terperinciKOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN PERISTIWA LUAR BIASA
LAMPIRAN XII PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0 TANGGAL 1 JUNI 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, DAN PERISTIWA LUAR BIASA
Lebih terperinciPENYERAPAN ANGGARAN DALAM APBN
PENYERAPAN ANGGARAN DALAM APBN 1. Realisasi Pendapatan dan Negara Tahun 2013 Realisasi belanja negara dalam semester I tahun 2013 baru mencapai Rp677.713,2 miliar (39,3%) dari pagu APBN Perubahan. Tidak
Lebih terperinciBANTUAN SOSIAL MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2011 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN
Lebih terperinciSIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
SIARAN PERS Terjadi Peningkatan Kualitas dalam Penyajian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga LKPP 2009 Wajar Dengan Pengecualian Jakarta, Selasa (1 Juni 2009) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (065) LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 (Audited) Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44 Jakarta Selatan 12190 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan
Lebih terperinciKINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS
KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS Pendahuluan Undang-undang No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak mendefinisikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Lebih terperinciAsuransi Barang Milik Negara
Asuransi Barang Milik Negara http://www.mag.co.id I. Pendahuluan Barang Milik Negara (BMN) harus dikelola dengan baik untuk memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat. Namun bagaimana bila BMN yang
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA Indonesia Rentan terhadap Bencana Alam q Dikelilingi oleh +ga lempeng bumi yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng
Lebih terperinciANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun Anggaran 2012
ANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun Anggaran 2012 I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun
Lebih terperinciANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH
ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH DEFINISI Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran negara untuk suatu
Lebih terperinci2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang
No.520, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Bagian Anggaran BUN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.05/2017 TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI
Lebih terperinciPEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY KEUANGAN DAERAH Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciTATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA Disampaikan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggaran belanja pemerintah pusat berupa anggaran subsidi sebagai salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara, termasuk kebijakan anggaran belanja pemerintah pusat berupa anggaran subsidi sebagai salah satu instrumen utama
Lebih terperinci2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne
No.532, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini reformasi pengelolaan keuangan negara masih terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam
No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016
Lebih terperinciLAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)
BAGIAN ANGGARAN 065 LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED) Jl. Jenderal Gatot Subroto No.44 Jakarta Selatan 12190 KATA PENGANTAR Sebagaimana
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian
Lebih terperinci2012, No.76 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari Anggaran
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2012 KEUANGAN. Dana Darurat. Penggunaan. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5299) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKata Sambutan Kepala Badan
Kata Sambutan Kepala Badan Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Ringkasan dan Telaahan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSPEKTORAT JENDERAL LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI INTEGRITAS, PROFESIONAL, SEJAHTERA
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Kondisi yang memungkinkan dilakukan penyesuaian APBN melalui mekanisme APBN Perubahan atau pembahasan internal di Badan Anggaran berdasarkan UU No. 27/2009 1. Pasal 14 Undang-Undang No.47 Tahun 2009 tentang
Lebih terperinciLaporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Penjelasan Umum Organisasi Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung tahun 2015 disusun sebagai bentuk perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja dalam mencapai sasaran strategis
Lebih terperinciREVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017
REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017 Dalam APBN TA 2017, anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp58,27 triliun atau menurun sebesar 8,07 persen dibandingkan dengan alokasi anggaran
Lebih terperinciHasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010
Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010 1. BPK melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) Tahun 2010 yang hasilnya digunakan sebagai
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH 1 Dasar Hukum PP 27/2014 Pasal 52: Dalam kondisi tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas
Lebih terperinciKEBIJAKAN LRA A. TUJUAN
LAMPIRAN II PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN Kebijakan tentang LRA bertujuan untuk menetapkan perlakuan Akuntansi
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1
TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH http://www.ksap.org/ 1 I. PENDAHULUAN Berdasarkan undang-undang pemerintah daerah wajib menyusun Laporan
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (065) LAPORAN KEUANGAN (AUDITED) UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44 Jakarta Selatan 12190 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi
Lebih terperinciKOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Lebih terperinciANALISIS PERMASALAHAN BELANJA PEGAWAI DALAM APBN. Grafik 1. Perkembangan Belanja Pegawai dalam APBN
ANALISIS PERMASALAHAN BELANJA PEGAWAI DALAM APBN I. PROFIL BELANJA PEGAWAI Belanja Pegawai termasuk belanja yang cukup besar dan terus meningkat, bila pada tahun 2006 hanya 73,2 triliun (17%), maka pada
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
Lebih terperinciPERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016
MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH, PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Daerah di Indonesia saat ini masih berupaya meningkatkan reformasi pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Lebih terperinciBELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL http://massweeto.blogspot.com I. PENDAHULUAN Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam mencapai tujuan pembangunan daerah, pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak diwajibkannya penyusunan Laporan Posisi Keuangan sebagai bagian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aset tetap telah menjadi fokus utama akuntansi pemerintahan di Indonesia sejak diwajibkannya penyusunan Laporan Posisi Keuangan sebagai bagian dari laporan
Lebih terperinciPersiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak
Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia Abstrak Sesuai dengan amanat PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP bahwa Pemerintah wajib menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan keuangannya
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI ANGGARAN
LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi Sektor Publik (2015:2) merupakan organisasi sektor publik yang mengelola dana masyarakat. Berkaitan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.239, 2014 KEMENDAG. Dekonsentrasi. Perdagangan. Gubernur. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/M-DAG/PER/12/2013 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciTarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :
CATATAN ATAS PENGELOLAAN PNBP BERDASARKAN TEMUAN BPK PADA LKPP 2010 PENDAHULUAN PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan Tarif atas Jenis PNBP ditetapkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN PERATURAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.
LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciREALISASI SEMENTARA APBNP
I. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH REALISASI SEMENTARA 1 Dalam tahun, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.014,0 triliun (16,0 persen dari PDB). Pencapaian ini lebih tinggi Rp21,6 triliun (2,2
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 10/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TA 2017
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 1 POKOK-POKOK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 10/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TA 2017 Palembang, 12 Oktober 2017 POKOK BAHASAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.189, 2016 KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Pertanggungjawaban. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5930) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo
No.605, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Penyelenggaraan Dekonsenstrasi. TA 2017. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/M-DAG/PER/4/2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN
Lebih terperinciOptimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN
Optimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN ABSTRAK Berdasarkan hasil pemeriksaan LKPP Tahun 2011, 2012 dan 2013 telah mengungkapkan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI
Lebih terperinciIsliko Tersangka Dana Bansos Rp 4 Miliar Lebih
Isliko Tersangka Dana Bansos Rp 4 Miliar Lebih POS-KUPANG.COM, WAINGAPU Penyidik (1) Kepolisian Resor (Polres) Sumba Timur menetapkan Francis Israel Isliko, salah satu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) (2)
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PRT/M/2009
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN STIMULUS FISKAL BIDANG PEKERJAAN UMUM UNTUK KEGIATAN YANG MENJADI KEWENANGAN
Lebih terperinciPENGUJIAN TERHADAP KETEPATAN KLASIFIKASI ANGGARAN
PENGUJIAN TERHADAP KETEPATAN KLASIFIKASI ANGGARAN Klasifikasi Anggaran DIKLAT BENDAHARA PENGELUARAN APBN D alam pelaksanaan pengujian dan pembayaran tagihan Bendahara harus memperhatikan ketepatann Klasifikasi
Lebih terperinciKAJIAN TATA KELOLA BANTUAN SOSIAL KEMENTERIAN/LEMBAGA
KAJIAN TATA KELOLA BANTUAN SOSIAL KEMENTERIAN/LEMBAGA I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam UU Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dijelaskan bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 Undang-Undang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 I. UMUM Dalam rangka mendukung
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah mengeluarkan peraturan peraturan mengenai laporan keuangan agar tercipta Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang benar. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan negara mensyaratkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan
Lebih terperinciPERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 Undang-Undang
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI ANGGARAN
LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon
No.1289, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. DAU dan Tambahan DAK Fisik. APBNP TA 2017. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 /PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015
ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015 Binti Muck Alimah Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang binti.muck.alimah@gmail.com Mufarrohah Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang selama ini menganut sistem sentralistik berubah menjadi sistem desentralistik
Lebih terperinciKebijakan Penyusunan dan Pelaporan BMN
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kebijakan Penyusunan dan Pelaporan BMN Disampaikan oleh: Direktur Barang Milik Negara Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Penatausahaan BMN Jakarta,
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.735, 2012 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Bantuan Sosial. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.735, 2012 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Bantuan Sosial. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,
Lebih terperinci(PMK No. 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar) I. Pendahuluan
PENGALIHAN BELANJA BARANG KE BELANJA MODAL barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan,
Lebih terperinciSetyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI
Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Disampaikan dalam Konsultasi Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sleman Jakarta, 29 Januari 2014 2/10/2014 BIRO ANALISA APBN SETJEN DPR RI
Lebih terperinci