Kata Pengantar. Jakarta, Oktober Drs. Akbar Faizal, M.Si No. Anggota A-14

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Pengantar. Jakarta, Oktober Drs. Akbar Faizal, M.Si No. Anggota A-14"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA TAHUNAN ANGGOTA DPR RI Drs. Akbar Faizal, M.Si P e r i o d e 2009-

2 Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt sehingga Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI (LKTAD) periode ini dapat dilaksanakan. Penyusunan LKTAD merupakan kewajiban Anggota DPR sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 12 (k) Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib yang menyatakan, anggota dewan mempunyai kewajiban: memberikan pertangungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya. Dengan telah tersusunnya laporan ini maka kami menyampaikan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan kinerja saya selama ini, antara lain Pimpinan dan Anggota DPR Fraksi Hanura serta pimpinan dan staf sekretariat Fraksi Hanura. Terima kasih juga kepada pimpinan dan staf sekretariat Komisi V DPR, pimpinan dan staf sekretariat Badan Musyawarah DPR, pimpinan dan staf sekretariat Panitia Khusus DPR, serta seluruh staf Sekertarian Jendral DPR RI. Kepada pimpinan dan pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Hanura serta pimpinan dan pengurus daerah dan cabang Partai Hanura, dan yang terutama konstituen di daerah pemilihan Sulawesi Selatan II, terima kasih segala dukungannya selama ini. Penyusunan LKTAD ini telah diupayakan sebaik mungkin walaupun demikian LKTAD ini tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan sehubungan dengan kendala-kendala yang dihadapi. Walaupun demikian tim saya telah mengupayakan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Semoga LKTAD ini telah dapat mencerminkan kinerja saya dalam menjalankan fungsi dan tugas saya sebagai Anggota DPR RI. Jakarta, Oktober Drs. Akbar Faizal, M.Si No. Anggota A-14 i

3 Daftar Isi Kata Pengantar. i Daftar Isi. ii PENDAHULUAN. 1 TENTANG DPR RI PERIODE Fungsi DPR. 2 - Tugas dan Wewenang DPR. 2 KETERLIBATAN PADA ALAT KELENGKAPAN DPR. 3 - Komisi V. 3 - Badan Musyawarah (Bamus). 3 - Panitia Khusus (Pansus). 4 KEHADIRAN DALAM RAPAT-RAPAT DPR. 4 PERAN KEANGGOTAAN DPR. 5 - Lingkup Komisi V. 5 Fungsi Legislasi. 5 Fungsi Anggaran. 7 Fungsi Pengawasan 8 - Gagasan dan Masukan Untuk Kementrian 17 - Pengusutan Kasus Bank Century 19 KETERLIBATAN DALAM POLITIK NASIONAL 29 KOMUNIKASI DENGAN KONSTITUEN 31 PUBLIKASI MASA TRANSISI DI KOMISI II 48 PENUTUP 50 Lampiran ii

4 I. PENDAHULUAN Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia masa bakti merupakan wakil rakyat hasil pemilu ketiga setelah masa reformasi, ujung tombak berkembangnya demokrasi di Indonesia. Dibandingkan dengan pemilu di awal masa setelah reformasi, hasil pemilu tahun 2009 ini dapat dikatakan melewati proses demokratisasi yang lebih matang. Perkembangan demokrasi di Indonesia yang makin matang ini pulalah yang mendorong adanya tuntutan rakyat kepada wakil rakyat mereka di DPR untuk meningkatkan kinerja dan kualitas dibanding periode lalu. Kenyataannya, tuntutan tersebut juga harus dihadapkan pada kondisi faktual bahwa sebagian besar wakil rakyat periode ini adalah wajah baru, yang memerlukan waktu relatif lebih banyak untuk mendalami dan memahami tugas dan wewenangnya dalam menjalani peran sebagai wakil rakyat. Menjadi anggota DPR adalah sebuah kehormatan yang besar, maka anggota dewan pun memiliki tanggung jawab yang besar pula. Anggota dewan diharapkan mampu tidak hanya mendengarkan, namun juga mewakili dan menindaklanjuti keinginan-keinginan rakyat. Sebagai wakil rakyat, setumpuk harapan ditujukan pada saya. Dalam mengemban tugas, apa yang menjadi persoalan rakyat itu pula yang harus saya perjuangkan. Dalam menjalankan fungsi kontrol, saya juga harus berani bersikap, tidak larut pada dominasi penguasa. Sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 12 (k) Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib dinyatakan, anggota dewan mempunyai kewajiban: memberikan pertangungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, saya mencoba memaparkan apa-apa saja yang sudah saya lakukan dalam mengemban tugas sebagai anggota DPR. Uraian laporan di bawah ini merupakan hasil kinerja saya selama satu tahun masa sidang yang dimulai pada tanggal 1 Oktober 2009 hingga 15 Agustus. Dalam laporan ini saya juga masukan sebagian kegiatan saya pada awal masa sidang , dimana saya ditugaskan mengisi Komisi II yang membidangi politik dan pemerintahan dalam negeri. II. TENTANG DPR RI PERIODE Anggota DPR RI periode resmi dilantik 1 Oktober Para anggota DPR yang dilantik saat itu adalah anggota DPR yang untuk pertama kalinya dipilih dengan melalui proses pemilihan dengan suara terbanyak. Harapan terhadap para anggota DPR yang baru memang cukup besar. Mengingat dari data menunjukan bahwa dari jumlah total anggota DPR periode sebanyak 560 orang, yang merupakan lulusan sarjana strata satu (S1) sebanyak 49,5 persen dan lulusan pascasarjana (S2) 41,1 persen. Jika dibandingkan dengan anggota legislatif sebelumnya periode terdiri atas 49,1 persen lulusan S1 dan 33,6 persen lulusan S2. Namun, wakil rakyat tidak hanya bisa mengandalkan jenjang pendidikan saja, tetapi harus dipadukan dengan pengalaman dan keberanian mengambil keputusan. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 1

5 Selain itu, anggota DPR saat ini juga terpilih melalui proses pemilihan dengan suara terbanyak, yang lebih berat dari pemilihan pada Pemilu Dengan tantangan serta pertarungan yang lebih berat, tentunya mereka termotivasi untuk bekerja lebih baik agar terjadi peningkatan mutu dari kinerja DPR. Fungsi DPR Ketentuan Pasal 4 Tata Tertib DPR menyatakan, DPR mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang. Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dajukan oleh presiden. Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan APBN. Tugas dan Wewenang DPR Tugas dan wewenang DPR, yaitu: a) Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama b) Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang c) Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD yang berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I d) Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal pembicaraan tingkat I e) Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undàng yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat I f) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD g) Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama h) Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD i) Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan j) Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat k) Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 2

6 III. KETERLIBATAN PADA ALAT KELENGKAPAN DPR Selama satu tahun masa sidang yang dimulai pada tanggal 1 Oktober 2009 hingga 15 Agustus, saya terlibat di beberapa alat kelengkapan DPR yaitu; Komisi V DPR, Badan Musyawarah dan Panitia Khusus Angket Kasus Bank Century. 1) Komisi V Pada kesempatan awal berkiprah di DPR, saya ditugaskan Fraksi Hanura untuk mengisi Komisi V. Komisi ini membidangi masalah perhubungan, transportasi dan infrastruktur. Berikut ruang lingkup dan mitra kerja Komisi V: Ruang Lingkup Perhubungan Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Tertinggal Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mitra Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Perhubungan Kementerian Perumahan Rakyat Kementerian Pembangunan Daerah Teringgal Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Badan SAR Nasional Badan Penanggulangan Lumpur Sidoardjo (BPLS) 2) Badan Musyawarah (Bamus) Badan Musyawarah dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Musyawarah pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Anggota Badan Musyawarah berjumlah paling banyak 1/10 (satu persepuluh) dari jumlah anggota berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi yang ditetapkan oleh rapat paripurna. Badan Musyawarah bertugas: a) menetapkan agenda DPR untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu) masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian rancangan undang-undang, dengan tidak mengurangi kewenangan rapat paripurna untuk mengubahnya; b) memberikan pendapat kepada pimpinan DPR dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPR; c) meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPR yang lain untuk memberikan keterangan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing; d) mengatur lebih lanjut penanganan suatu masalah dalam hal undang-undang mengharuskan Pemerintah atau pihak lain berkonsultasi dan koordinasi dengan DPR; e) menentukan penanganan suatu rancangan undang-undang atau pelaksanaan tugas DPR lainnya oleh alat kelengkapan DPR; f) mengusulkan kepada rapat paripurna mengenai jumlah komisi, ruang lingkup tugas komisi, dan mitra kerja komisi yang telah dibahas dalam konsultasi pada awal masa keanggotaan DPR; dan g) melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna kepada Badan Musyawarah. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 3

7 3) Panitia Khusus (Pansus) Panitia khusus dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat sementara (adhoc). DPR menetapkan susunan dan keanggotaan panitia khusus berdasarkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Jumlah anggota panitia khusus ditetapkan oleh rapat paripurna paling banyak 30 (tiga puluh) orang. Pada awal masa sidang dibentuk Pansus Angket Pengusutan Kasus Bank Century. Fraksi Hanura memberikan kepercayaannya kepada saya untuk masuk diantara 30 anggota Pansus lainnya yang terdiri dari lintas fraksi. IV. KEHADIRAN DALAM RAPAT-RAPAT DPR Anggota DPR punya kewajiban sangat tinggi untuk memperjuangkan aspirasi rakyat, terutama rakyat di daerah pemilihannya, sebagaimana janji-janji saat kampanye pemilihan umum. Cara memperjuangkan aspirasi itu adalah mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat, bukan kepentingan penguasa atau pengusaha. Maka perjuangan anggota dewan juga terkait dengan kedisiplinan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggota DPR. Untuk masalah kedisiplinan jelas menjadi perhatian utama saya dalam melaksakan tugas sebagai anggota DPR. Kebijakan yang pro rakyat lahir dari program yang disusun pemerintah dan tentunya masukan bahkan desakan dari kalangan DPR melalui lobi dan rapat-rapat kerja antara Dewan dan mitra kerjanya. Artinya, fungsi rapat-rapat di DPR sangat penting. Dan memang, rapat merupakan bagian integral dari tugas dan fungsi Dewan. Berikut adalah daftar kehadiran saya dalam rapat-rapat di DPR sesuai data dari Biro persidangan DPR: Rapat Rapat DPR RI Masa Sidang I Tahun 2009 (untuk lengkapnya, lihat Lampiran): o Rapat Paripurna: jumlah rapat 8, kehadiran 8x (100 %) o Rapat Komisi V: Jumlah Rapat 17, kehadiran 16x (94,1%), ijin 1x (5,88%) Rapat Rapat DPR RI Masa Sidang II Tahun 2009 : o Rapat Paripurna: jumlah rapat 10, kehadiran 7x (70 %), sakit 1x(10%), tanpa keterangan 3x (30%) o Rapat Komisi V: Jumlah Rapat 25, kehadiran 19x (76%), ijin 6x (24%) Rapat Rapat DPR RI Masa Sidang III Tahun 2009 : o Rapat Paripurna: jumlah rapat 9, kehadiran 4x (44,4%), ijin 2x (22,2%), tanpa keterangan 3x (33,3%) o Rapat Komisi V: Jumlah Rapat 16, kehadiran 16x (100%) Rapat Rapat DPR RI Masa Sidang IV Tahun 2009 : o Rapat Paripurna: jumlah rapat 6, kehadiran 3x (50%), ijin 2x (33,3%), tanpa keterangan 1x (16,7%) o Rapat Komis V: Jumlah Rapat 5, kehadiran 5x (100%) Melihat data kehadiran di atas memang saya akui ada beberapa Rapat Paripurna dan Komisi V yang saya tidak bisa hadiri. Dan data ketidakhadiran saya serta beberapa anggota lainnya khususnya di beberapa Rapat Paripurna yang diangkat dalam pemberitaan media massa sempat menjadi buah bibir. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 4

8 Perlu saya jelaskan disini bahwa pemberitaan media tersebut telah mendiskreditkan nama saya ditengah upaya saya dengan giat-giatnya membangun kembali citra institusi DPR yang jeblok selama ini. Padahal bukan kehendak saya untuk tidak hadir dalam rapat, tapi kondisinya memang tidak memungkinkan saya untuk tidak bisa hadir dalam rapat. Misalnya, pada masa sidang II (4 Januari-5 Maret ), dengan 10 kali masa persidangan, saya 3 kali tidak hadir tanpa keterangan. Perlu diketahui bahwa pada periode tersebut merupakan masa puncak rapat-rapat Pansus Century yang digelar hampir tiap hari mulai pagi hingga malam bahkan dinihari. Seperti ketika Pansus Century rapat dengan mantan Ketua UKP3R Marsilam Simanjuntak pada hari Senin 18 Januari yang berakhir hingga Selasa dinihari. Sementara pada Selasa (19/1/) paginya diharuskan mengikuti Rapat Paripurna. Kehendak hati saya ingin hadir dalam Rapat Paripurna tersebut, namun kondisi fisik yang tidak memungkinkan akhirnya memaksa saya tidak bisa menghadiri Rapat Paripurna. Kondisi fisik ini menjadi masalah bagi saya saat itu, karena seperti diketahui, saya adalah satu-satunya wakil Fraksi Hanura di Pansus Century. Sehingga dalam setiap rapat Pansus Century mau tak mau harus saya yang hadir dalam rapat itu. Belum lagi, saya juga harus hadir dalam rapat-rapat Komisi V dan Rapat Bamus yang kadang waktunya bersamaan. Sementara ketidakhadiran saya pada Rapat Paripurna setelah masa Pansus Century selesai, karena berbarengan dengan kunjungan kerja ke daerah. Maka dari itu, menurut saya kehadiran penting, tapi bukan parameter. Yang terpenting adalah pertarungan ide dan gagasan di DPR, bukan semata soal kehadiran. Solusinya adalah jika mau, DPR bisa meminta sebuah lembaga khusus yang ditugaskan memberikan penilaian terhadap kinerja para anggota DR secara objektif. Bukan dengan cara selama ini dimana Sekretariat Jenderal DPR RI diminta membuat progress report yang isinya hanya formalitas dan mayoritas diisi hal-hal yang dinilai baik saja, termasuk daftar kehadiran. V. PERAN KEANGGOTAAN DPR 1) Lingkup Komisi V Sesuai fungsi anggota DPR yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan, penugasan di komisi pun dibagi berdasarkan ketiga fungsi tadi. Fungsi Legislasi Tugas Komisi dalam pembentukan undang-undang (legislasi) adalah mengadakan persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan Rancangan Undang-Undang yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya. Selama masa sidang 2009/ terdapat 4 (empat) RUU yang dibahas dalam komisi V yaitu: 1. RUU Perumahan dan Permukiman 2. RUU Rumah Susun 3. RUU Jalan 4. RUU Jasa Konstruksi Dari empat RUU tersebut, saya mendapat tugas membahas RUU Perumahan dan Permukiman serta RUU Jalan. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 5

9 RUU Perumahan dan Permukiman sebagai revisi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman telah disetujui sebagai RUU DPR pada Rapat Paripurna DPR 1 Juni untuk dibahas pada tingkat lebih lanjut. Beberapa poin penting yang akan dibahas dan diperjuangkan dalam RUU Perumahan dan Permukiman tersebut, antara lain: - Mendukung adanya subsidi dan dibentuknya sistem pembiayaan perumahan bagi masyarakat menengah ke bawah, antara lain harus adanya fasilitas perbankan atau badan khusus yang menyediakan pendanaan bagi perumahan. - Perlunya pembinaan terhadap aspek sosial-budaya terkait dengan proses interaksi masyarakat di dalam suatu kawasan perumahan dan permukiman. - Lebih memperhatikan aspek keseimbangan alam dalam pembangunan perumahan dan pengembangan permukiman sehingga dapat mencegah bencana banjir dan krisis air tanah. Pada akhir-akhir masa sidang tahun 2009 yaitu tanggal 28 Juli 3 Agustus, saya beserta tim Panitia Kerja RUU Perumahan dan Permukiman Komisi V melakukan kunjungan kerja ke Austria dalam Rangka Pembahasan RUU Usul Inisiatif tentang Perumahan dan Permukiman. Hasil kunjungan tersebut memberikan masukan bagi pembahasan RUU Perumahan dan Permukiman, antara lain mengenai: 1. Penataan Ruang Penataan ruang sangat memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan pelestarian bangunan tua bersejarah. Pembangunan perumahan dititikberatkan pada daerah luar kota, mengingat harga tanah di pusat kota sangat mahal dan pembangunan perumahan di pusat kota diarahkan pada pembangunan rumah susun. 2. Pengadaan Tanah Penguasaan tanah di Austria atas dasar hak milik. Pemerintah daerah/kota berkewajiban menyediakan lahan bagi pembangunan perumahan sosial agara harganya terjangkau. 3. Peremajaan Permukiman Kumuh Di Austria, misalnya, jika akan dilakukan peremajaan permukiman/rumah lama dilakukan pendekatan persuasif dengan tidak merugikan pemiliknya (tanpa penggusuran). Juga diberikan pergantian yang wajar (diberi ganti rumah baru dengan tambahan uang sesuai perhitungan layak). 4. Kepemilikan Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Pemerintah Austria sangat peduli terhadap masalah perumahan bagi MBR terlihat dari disediakannya perumahan sosial sebagai bentuk pemihakan pemerintah dalam penyediaan perumahan, sehingga tidak ada gelandangan. Akses terhadap perumahan sosial dapat dilakukan dengan cara sewa maupun milik. Sedangkan Revisi Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan hingga rapat terakhir masa sidang 2009/ pembahasannya masih pada tahap mencari masukan-masukan dari ahli dan pakar. Beberapa poin penting dalam perubahan Undang-Undang tentang Jalan ini antara lain; 1. Mengusulkan agar pengusahaan jalan tol yang meliputi pendanaan, pengadaan tanah, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan sebaiknya dikendalikan oleh Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT). 2. Dalam hal pengawasan, perubahan yang diusulkan menyangkut peningkatan kapasitas BPJT, pengawasan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam hal penyesuaian tarif dan evaluasi realisasi pendapatan. 3. Selain itu, pengawasan jalan tol perlu diperketat melalui sistem biaya pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol secara berkala dan dikompensasikan dengan penyesuaian masa konsesi. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 6

10 Fungsi Anggaran Tugas Komisi dalam fungsi Anggaran: - Mengadakan Pembicaraan Pendahuluan mengenai penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersamasama dengan Pemerintah; dan - Mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersamasama dengan pemerintah. Pada masa sidang 2009/ Komisi V DPR RI berkesempatan membahas usulan APBN-P yang disampaikan masing-masing kementerian yang menjadi mitra Komisi V. Dalam rapatrapat pembahasan usulan APBN-P, masing-masing kementerian mengusulkan APBN-P bagi program-program prioritas yang belum tertampung. a) Kementerian Pekerjaan Umum. Sesuai dengan sasaran program prioritas yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Restra) -2014, untuk program pembangunan bidang Pekerjaan Umum secara keseluruhan diperlukan total dana pemerintah sebesar Rp 268,81 triliun. Kebutuhan program prioritas bidang pekerjaan umum sebesar Rp 52,95 triliun. Mengingat pagu definitif Kementerian PU sebesar Rp 34,79 triliun, maka diperlukan tambahan dana Rp 18,15 triliun. Tambahan dana ini diperlukan agar dapat melaksanakan program-program prioritas yang belum tertampung, dan Kementerian PU telah menyampaikan usulan APBN-P sebesar Rp 6 triliun. Komisi V menyepakati APBN-P Kementrian PU sebesar Rp 805,2 miliar sesuai arahan Sidang Kabinet Paripurna tanggal 25 Februari. b) Kementerian Perhubungan. Pagu definitif kementeriannya tahun sebesar Rp 15,83 triliun atau 45,58% dari pagu kebutuhan tahun sebesar Rp 34,73 triliun. Jika dibandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2009, anggaran dikementeriannya mengalami penurunan (sebelumnya Rp 16,9 triliun), sehingga terdapat beberapa kegiatan yang tidak dapat diselesaikan pada tahun. Untuk itu kementerian perhubungan mengusulkan APBN-P tahun sebesar Rp 13,062 triliun. Usulan APBN-P ini, diantaranya diperlukan untuk pemulihan prasarana transportasi akibat bencana alam, kegiatan-kegiatan dalam memenuhi aspek keselamatan transportasi dan kegiatan peningkatan sumber daya manusia perhubungan. Komisi V menyepakati penambahan anggaran Kementrian Perhubungan sebesar Rp 1,298 triliun. c) Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), mengajukan usulan dana APBN-P di kementeriannya sebesar Rp 500 miliar. Jumlah anggaran Kementerian PDT tahun sebesar Rp 927,16 miliar. Tambahan anggaran tersebut akan digunakan untuk peningkatan infrastruktur, pembinaan ekonomi dan dunia usaha, pembinaan lembaga sosial dan budaya dan pengembangan daerah khusus. Tambahan anggaran Kementrian PDT dalam APBN-P adalah sebesar Rp 112,8 miliar. d) Kementerian Perumahan Rakyat. Pagu anggaran kementeriannya tahun sebesar kurang lebih Rp 4 triliun. Kementeriannya mengajukan APBN-P tahun sebesar Rp 4,1 triliun, diantaranya tambahan alokasi anggaran untuk pembangunan rusunawa Rp 60 miliar dan fungsionalisasi Rp 90 miliar. Disepakati penambahan anggaran sebesar Rp 60 miliar. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 7

11 e) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengajukan usulan tambahan APBN-P sebesar Rp 273,50 miliar. Dari usulan tersebut yang disetujui sebesar Rp 82,1 miliar. Tambahan anggaran tersebut untuk pemeliharaan INA TEWS (sistem peringatan dini tsunami). Secara keseluruhan, APBN-P disetujui terjadi peningkatan volume anggaran belanja negara yang cukup signifikan. Yakni sekitar Rp78,5 triliun, dari Rp1.047 triliun dalam APBN menjadi Rp1.126,1 triliun pada APBN-P. Fungsi Pengawasan Tugas komisi di bidang pengawasan antara lain: - Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, termasuk APBN, serta peraturan pelaksanaannya - Melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah Komisi V DPR yang membidangi masalah transportasi dan infrastruktur merupakan salah satu komisi yang strategis dalam perannya mendukung pembangunan masyarakat. Menyadari pentingnya transportasi dan infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, maka DPR dalam fungsi pengawasannya melakukan kontrol dan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan kebijakan pemerintah dalam sektor perhubungan dengan infrastruktur. a) Transportasi, secara umum memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional, yaitu sebagai penunjang, penggerak dan pendorong serta berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Peran transportasi antara lain dalam pembangunan perekonomian adalah melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri dari satu tempat ke tempat lainnya. Transportasi juga berfungsi untuk mempercepat pengembangan wilayah, mendorong pemerataan pembangunan dan mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah, antarperkotaan dan antarperdesaan. Angkutan Massal. Ketersediaan angkutan massal khususnya di kota-kota besar di Indonesia masih jauh dari layak. Selain jumlahnya terbatas, kodisi fisik kendaraan angkutan masih belum memenuhi rasa aman dan nyaman bagi penggunanya. Di Jakarta misalnya, masih banyak Metro Mini, Kopaja, atau bus-bus yang kondisi luarnya saja sudah dapat dinilai kendaraan tersebut tidak layak jalan. Kendaraankendaraan tersebut knalpotnya mengeluarkan asap hitam dan jalannya tidak bisa melaju dengan kecepatan rata-rata. Bisa dikatakan kendaraan itu jika diperiksa pasti tidak akan lulus uji emisi. Namun yang mengherankan, kendaraan dengan kondisi seperti itu masih berlalu lalang bebas mengangkut penumpang yang begitu padatnya. Sudah bukan rahasia lagi saat uji emisi dilakukan seringkali terjadi kompromi antara petugas dengan supir angkutan. Terhadap permasalahan angkutan massal ini, saya meminta Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan jangan hanya memikirkan sarana transportasi untuk kalangan menengah ke atas, tapi juga memikirkan alat transportasi kalangan ekonomi lemah, baik dari segi kenyamanan maupun keselamatannya. Selain itu, Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 8

12 walaupun sarana transportasi ini untuk kalangan masyarakat kecil, hendaknya pemerintah memperhatikan kelayakan jalan dari alat transportasi ini. Karena ini menyangkut sekian banyak nyawa manusia yang juga harus diperhatikan keselamatannya. Ini merupakan PR lama yang hingga kini belum ada keinginan dari para pelaku transportasi darat untuk melakukan perbaikan yang signifikan. Saya menanyakan sampai kapan Pemerintah akan membiarkan hal ini berlangsung terus, apakah mau menunggu semakin banyaknya jatuh korban jiwa. Padahal seharusnya kita juga tahu bahwa terjadinya kecelakaan transportasi massal juga sering diakibatkan kondisi kendaraan yang tidak layak jalan. Ketersediaan angkutan massal yang layak, aman dan nyaman tentu juga akan mendorong beralihnya pengguna kendaraan pribadi pada angkutan massal. Hal ini tentu akan mengurangi kemacetan lalu lintas. Kemacetan di Ibukota Jakarta, misalnya, sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Kemacetan telah mengakibatkan kerugian Rp 5 Triliun lebih per tahun. Saya juga mempertanyakan, apa sih yang telah dilakukan Gubernur Fauzi Bowo. Dia harus ambil langkah-langkah ekstrim. Apa langkahnya? Butuh langkah-langkah yang luar biasa untuk ini. Tidak hanya menyelesaikan proyek Busway yang pada kenyataannya juga tidak beres-beres. Untuk menunjukkan keteladanan kepada masyarakat sebagai salah satu upaya mengurangi kemacetan di jalan, saya naik kereta api seperti yang memang biasa saya lakukan selama ini. Pertama, saya bisa hemat waktu lebih 50 persen. Yang kedua murah. Ketiga, keteladanan. Pejabat yang tinggal di Bekasi dan Depok janganlah pakai mobil. Kecelakaan Transportasi Masih tingginya angka kecelakaan transportasi, utamanya yang telah menelan korban jiwa umumnya diakibatkan kelalaian atas keselamatan dan keamanan bertransportasi. Jalan raya tak ubahnya ladang pembunuhan. Angka kematian di jalan raya Indonesia mencapai orang setiap tahunnya. Moda trasportasi lain pun, seperti kereta api, penerbangan dan pelayaran bukan tanpa masalah. Berikut adalah data kecekaaan dari tahun ke tahun; Transportasi Darat (Periode ) Jumlah Kecelakaan dan Korban: Kejadian : kali Korban Luka Ringan : orang Korban Luka Berat : orang Korban Meninggal : orang Kerugian Meteriil : Rp 84,416 miliar/tahun Faktor Penyebab Kecelakaan: Kendaraan : 2803 kali Jalan : 1842 kali Lingkungan : 577 kali Manusia : kali Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 9

13 Transportasi Laut (Periode ) Jumlah Kecelakaan dan Korban Tahun 2009 : 124 kali, 247 orang meninggal Tahun 2008 : 44 kali, 32 orang meninggal Tahun 2007 : 159 kali, 274 meninggal Faktor Penyebab Kecelakaan: Cuaca. Sebenarnya kurang relevan jika mengambinghitamkan cuaca sebagai faktor penyebab kecelakaan. Pasalnya, BMKG selalu mengumumkan kondisi cuaca beserta prediksinya. Bahkan, BMKG juga memberikan informasi detail mengenai jenis kapal apa yang diizinkan dan yang tidak diperbolehkan berlayar pada kondisi cuaca tertentu. Kualifikasi dan Kelaikan Kapal. Kapal yang sudah tua dan rusak dipaksakan untuk melaut. Kelalaian Operator yang Mengabaikan Faktor Teknis maupun penyediaan perlengkapan keselamatan penumpang Operator pelayaran tidak mematuhi regulasi pelayaran. Operator pelayaran sering bertindak di luar kendali. Contohnya menaikkan penumpang di pelabuhan tertentu padahal tidak termasuk ke dalam rute pelayaran, memanipulasi jumlah penumpang di manifes. Dengan kondisi itu tidak mengherankan jika kecelakaan laut kerap disebabkan oleh kelebihan beban muatan. Transportasi Udara Jumlah Kecelakaan: Tahun 2009 : 11 kali Tahun 2008 : 5 kali Tahun 2007 : 5 kali Tahun 2006 : 6 kali Penyebab Kecelakaan Pesawat: (data: penelitian perusahaan Boeing ( )). Kesalahan awak pesawat (human error) mencapai 72,5 persen. Kesalahan akibat pesawat itu sendiri sebesar 10,8 persen, Perawatan dan pemeliharaan pesawat 2,5 persen Cuaca 5 persen Badan udara atau Air Traffic Control (ATC) 5 persen, dan lain lain 4,2 % Kecelakaan Kereta Api Bila dilihat beberapa tahun ke belakang, kondisi perkeretaapian nasional masih memprihatinkan. Jumlah kecelakaan kereta api sepanjang 2009 memang mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Namun sayangnya, jumlah korban yang tewas akibat kecelakaan tersebut justru meningkat. Berikut data korban dan jumlah kecelakaan kereta api dari tahun ke tahun: Tahun Jumlah Kecelakaan Korban Jiwa Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 10

14 Tahun Penyebab Kecelakaan Faktor Manusia Faktor Sarana % 25% % 24% - - Dalam beberapa rapat Komisi V dengan mitra terkait saya mencoba mempertanyakan dan menegaskan tentang pentingnya keselamatan transportasi karena menyangkut nyawa manusia. Berikut beberapa perdebatan saya dalam rapat-rapat Komisi V membahas keselamatan transportasi. No Agenda Materi Peran dalam Rapat Kamis, 3 Nov 2009 RDP Komisi V dengan Menteri Perhubungan Membahas rencana kerja Departemen Perhubungan Menpertanyakan masalah kebijakan safety moda transportasi udara. Pehatian yang lebih pada sertifikasi dan kelaikan udara, agar tidak adanya kongkalikong antara pihak operator dan regulator; Contoh: - Korupsi (km) yang tadinya km diturunkan menjadi km yang tentunya akan memberikan keuntungan bagi maskapai yang nakal - Pemakaian roda ban yang tadinya rusak kemudian mengambil dari pesawat lain canibalism - Bandara Cengkareng masih kumuh dan setidaknya Pemda juga mempunyai andil dalam hal ini tidak hanya pihak PT. Angkasa Pura. - Mengingatkan apakah kita perlu dibanned (dilarang terbang) dulu oleh Uni Eropa dalam hal penerbangan sehingga setelah itu baru para Maskapai memperbaiki kinerjanya. Meminta agar pelayanan transportasi kereta api ditingkatkan diantaranya kenyamanan, kondisi fasilitas stasiun yang baik keramahan petugas, dll. Lalu, mempertanyakan bagaimana penanganan/pengawasan asset kereta api di mana terdapat beberapa stasiun yang telah alih fungsi (seperti mall), serta mempertanyakan kelanjutan pembangunan Mass Rapid Transportation. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 11

15 2 Senin, 19 Juli RDP dengan Dirjen Perkeretaapian Kemenhub RI, Dirut PT. Kereta Api dan ketua KNKT Membahas penyebab & penanganan anjloknya kereta api logawa di Madiun Jatim. - Mempertanyakan apa penyebab tergulingnya KA Logawa dan siapa yang paling bertangungjawab atas insiden itu? - Mempertanyakan kualitas SDM awak petugas kereta api, mengingat tingginya angka kecelakaan kereta api akibat faktor manusia. - Apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM? Apakah selama ini masinis, penjaga pintu rel, teknisi kereta api di sertifikasi? b) Infrastruktur, sering disebut pula prasarana dan sarana fisik memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan kesejahteraan sosial, memiliki peranan positif untuk pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja serta mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait. Infrastruktur sepertinya menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas investor dalam dan luar negeri. Jalan tol Kebijakan kenaikan tarif jalan tol menjadi hal yang penting dikontrol dan diawasi. Selama ini kenaikan tarif jalan tol dinilai tidak adil karena kondisi pelayanan jalan tol yang belum memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM). Meskipun UU No 38 tahun 2004 tentang Jalan mengamanatkan penyesuaian tarif tol setiap dua tahun, namun kenaikan tarif tol yang dipatok pemerintah harus diikuti peningkatan standar pelayanan. Faktanya Standar Pelayanan Minimum (SPM) bagi pengguna jalan tol masih belum terpenuhi. Faktanya, di lapangan masih banyak ditemui jalan tidak rata di sejumlah ruas tol. Lalu, bukankah seluruh ruas tol Jakarta dan sebagian ruas tol di seluruh Indonesia sekarang ini demikian padat sehingga seringkali macet. Kemacetan yang lazim mewarnai jalan tol diduga merugikan puluhan triliun rupiah, dari penggunaan bahan bakar minyak (BBM), polusi, dan ketidakefisienan lain sektor transportasi. Mempertimbangkan masih terbatasnya standar pelayanan minimal yang disediakan oleh pengelola jalan tol, maka saya dalam rapat Komisi V dengan Menteri Perhubungan maupun operator jalan tol seperti PT. Jasa Marga selalu mempertanyakan dan menolak kenaikan tarif jalan tol karena merupakan kebijakan yang dipaksakan oleh pemerintah terhadap rakyat. Memang ada kelemahan dalam regulasi yang menyangkut tarif tol ini. Dalam UU No 38/2004 tentang jalan memang mengamanatkan penyesuaian tarif tol setiap dua tahun yang perhitungannya didasarkan pada laju inflasi. Namun ketika dikaitkan dengan standar mutu pelayanan, hanya diatur dalam Peraturan Menteri. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 12

16 Oleh karena itu, upaya yang saya lakukan di Komisi V DPR yaitu segera menyelesaikan revisi Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, khususnya pasal yang mengatur tarif tol. Sehingga, dalam menaikan tarif tol, pemerintah tidak lagi berlindung di peraturan itu. Berikut beberapa rapat-rapat Komisi V yang membahas masalah-masalah terkait jalan tol; No Agenda Materi Peran dalam Rapat Selasa, RDP Komisi V Penyampaian - Mempertanyakan kenapa tarif 24 Nov 2009 dengan PT Jasa Marga Rencana Kerja PT Jasa Marga jalan tol harus naik terus setiap dua tahun meski standar pelayanan minimum belum terpenuhi. - Berdasarkan aturannya tarif bisa naik jika standar pelayanan minimum terpenuhi. Jalan tol sering macet, dan di beberapa ruas jalan tol kondisinya rusak. kenapa juga kenaikannya harus berdasarkan inflasi? 2 Rabu, 9 Juni Rapat Tim Kerja RUU tentang Jalan Mengenai Persiapan pembahasan RUU tentang Perubahan atas UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Menyoroti ketentuan penyesuaian tarif tol yang dalam UU No 38/2004 yang menyatakan harus naik setiap dua tahun. Poin ini diusulkan direvisi karena dinilai tidak adil bagi masyarakat pengguna tol karena meski perator belum memenuhi Standar Pelayanan Minimum, tarif tetap naik. Pembangunan infrastruktur jalan Jalan merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari aspek ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan katalisator diantara proses produksi, pasar, dan konsumen akhir. Dari aspek sosial budaya, keberadaan jalan membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan sosial, membangun toleransi, dan mencairkan sekat budaya. Dari aspek lingkungan, keberadan jalan diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dari aspek politik, keberadaan jalan menghubungkan dan mengikat antar daerah, sedangkan dari aspek pertahanan dan keamanan, keberadaan jalan memberikan akses dan mobilitas dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan. Namun kondisi jalan raya di tanah air saat ini masih sangat memprihatinkan, alokasi anggaran untuk pemeliharaan dan peningkatan sarana jalan raya sangat minim. Dana APBN yang dialokasikan untuk Kementerian Perhubungan Rp 18 triliun sebanyak 30 persennya dialokasikan untuk penambahan dan peningkatan sarana jalan. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 13

17 Anggaran yang tersedia untuk perbaikan jalan di tanah air, memang masih sangat minim. Idealnya, dari anggaran Rp 18 triliun sekitar 40 persennya dialokasikan untuk penambahan dan peningkatan sarana jalan. Anggaran Rp 18 triliun itu digunakan untuk seluruh kegiatan, baik untuk belanja rutin maupun untuk pembangunan sarana perhubungan darat, laut dan udara. Anggaran yang dialokasikan untuk pemeliharaan dan peningkatan sarana jalan raya menjadi sangat minim. Pemerintah hanya sedikit bisa melakukan penambahan ruas jalan. APBN hanya bertanggung jawab terhadap perbaikan ruas jalan berstatus nasional, yang lainnya menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi dan kabupaten. Padahal jalan raya kabupaten kondisinya lebih memprihatinkan karena keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah daerah. Diakui, ruas jalan yang berstatus jalan nasional, kondisi jalan yang rusak tidak terlalu banyak. Jalan yang berstatus jalan provinsi dan kabupaten, ruas jalan yang rusak jauh lebih banyak dan parah dibanding jalan nasional. Terkait masalah itu, dari hasil kunjungan kerja bersama rekan-rekan Komisi V ke Provinsi Papua, saya merasa sangat miris karena menemukan fakta dari 29 kabupaten/kota, hanya ada dua ruas jalan yang terhubung, yaitu ruas Jayapura ke Sarmi dan ruas Merauke ke Boven Digul. Sementara itu, jalan darat dari dan ke daerah lainnya sama sekali terputus. Sejak 1983 memang sudah ada program transmigrasi di Jayapura, Wamena, dan Merauke. Namun, proyek pembangunan jalan di wilayah tersebut hingga kini tak kunjung selesai. Selain itu, dalam kunjungan kerja saya ke daerah pemilihan juga menemukan kondisi jalan di sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan kondisi infrastruktur jalan di bagian selatan Sulsel rusak parah dan perlu diperbaiki. Sesuai komitmen pemerintahan SBY-Boediono untuk penanganan jalan nasional sepanjang 695 km yang dibiayai APBN 2008/2009, antara lain meliputi pelebaran jalan poros Sumatera (356 km), serta proyek pelebaran dan peningkatan mutu jalan trans Sulawesi (309 km) termasuk fase Makassar - Parepare (118 km). Maka dalam pengawasannya, saya selain mempertanyakan hal ini dalam rapat-rapat Komisi V, juga secara khusus menyampaikan surat kepada Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto, meminta kejelasan mengenai kelanjutan proses pembangunan jalan di kawasan tersebut. Ruas-ruas jalan yang rusak terutama poros Jeneponto - Bantaeng dan Bulukumba serta poros Kabupaten Maros - Parepare. Khususnya proyek pelebaran jalan Maros-Parepare. Saya minta kepada menteri untuk menjelaskan progresnya dan seperti apa ke depannya. Sebab, saya mendapat laporan dan saya temukan saat kunjungan reses bahwa waktu tempuh Makassar-Parepare sekarang lebih lama dari sebelum-sebelumnya gara-gara pembangunan jalan yang tidak kunjung selesai. Demikian halnya jalan di lintas selatan yakni Takalar-Sinjai. Di sisi lain, untuk pembangunan jalan, saya juga mendesak pemerintah dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum untuk menerapkan sistem penjaminan pembangunan jalan Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 14

18 dengan menggunakan sistem kontrak berbasis kinerja (Performance Base Contract) yaitu sistem kontrak yang akan menuntut pertanggungjawaban pemeliharaan jalan dari investor yang memenangkan tender pemeliharaan jalan nasional tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, sesuai kontrak, investor harus menjaga jalan agar berkondisi baik. Jangan sampai ada lubang atau kerusakan lain. Saya mendukung jika ada sistem penjaminan, entah lima tahun atau berapa tahun. Jadi jika jalan rusak, pemenang tender memiliki tanggung jawab untuk memperbaikinya. Upaya ini, akan lebih efektif jika dibandingkan dengan pembangunan jalan yang dilakukan setiap tahun. Yang seharusnya dimenangkan dalam tender pembangunan jalan adalah tender yang memasang harga tertinggi, bukan yang terendah. Tinggal kita mengawasi saja. Karena dengan pemenangan tender tertinggi dan dengan menerapkan sistem penjaminan, pembangunan jalan akan maksimal. Lumpur Lapindo Penanganan lumpur panas PT Lapindo Brantas di Sidorajo Jawa Timur menelan biaya Rp2,8 triliun dan dalam APBN 2011 sudah diusulkan sebesar Rp1,28 triliun. Namun sebelum alokasi tersebut disepakati, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) harus bisa menjelaskan untuk kebutuhannya, karena selama ini ditengarai adanya ketidakberesan dalam pengelolaan anggaran. Selama ini telah terjadi banyak penyelewengan anggaran dalam pengelolaan anggarannya. Anggaran yang dikelola selama ini juga tidak transparan. Banyak pos anggaran yang saya rasa tidak perlu. Ada pos anggaran untuk pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan pegawai BPLS sebesar Rp14,3 miliar dan untuk pengelolaan operasional perkantoran mencapai Rp 7,5 miliar. Sehingga total untuk perkantoran mencapai Rp21,8 miliar. Ini yang sebelumnya perlu dijelaskan, karena jumlah karyawan BPLS yang saya ketahui hanya 130 orang. Di samping itu, banyak pihak yang hidup dari penanganan bencana Lapindo ini. Untuk APBN 2011, BPLS meminta anggaran sebesar Rp1,28 triliun, dengan rincian untuk program penanggulangan bencana lumpur sebesar Rp1,26 triliun dan untuk program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis BPLS sebesar Rp22,75 miliar. Dan sejak tahun 2006 hingga, data APBN menunjukkan alokasi BPLS untuk penanggulangan lumpur Lapindo mencapai Rp2,7 triliun. Dengan rincian 2006 Rp6,3 miliar, 2007 Rp144,8 miliar, 2008 Rp513,1 miliar, 2009 Rp592,1 miliar, Rp1,216 trilun dan pada APBN-P mencapai Rp205,5 miliar. Salah satu yang juga saya soroti yaitu, salah satu eksekutif PT Lapindo malah sibuk dalam pemilukada dan kabarnya membayar sebuah konsultan politik sebesar Rp25 miliar, di mana warisan yang ditinggalkannya belum dibereskan. Hal lainnya, penanganan bencana tersebut dibiarkan begitu saja dan tidak ada upaya untuk melakukan terobosan dalam menanggulanginya. Selama ini BPLS cenderung hanya menjaga agar tanggul tidak jebol dan solusi bola beton yang hasilnya tidak optimal. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 15

19 Seharusnya BPLS mencari ilmu terapan lainnya sebagai solusi untuk menanggulangi. Banyak solusi yang ditawarkan oleh para ilmuwan, namun oleh pemerintah tidak ditanggapi. Ketidaktegasan pemerintah juga menjadi salah satu berlarut-larutnya persoalan bencana ini. Bahkan ia menilai pemerintah mulai kehilangan arah. Bencana ini merupakan tamparan keras bagi pemerintah, DPR dan ilmuwan. Tidak ada konsep jelas sampai kapan bencana ini akan diselesaikan. Berbagai spekulasi muncul di masayarakat, bahwa bencana ini akan dibiarkan begitu saja. Inilah yang harus dijelaskan pemerintah. Ketidakberesan penanganan lumpur lapindo juga terlihat saat saya beserta rombongan Komisi V melakukan kunjungan kerja di kawasan bencana Lumpur Lapindo. Komisi V DPR meminta agar warga di sekitar lokasi semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, segera direlokasi. Sebab, semburan itu akan terus terjadi dan tanggul penampung lumpur tak bisa dipertahankan. Pernyataan saya ini dikemukakan menanggapi kondisi korban lumpur Lapindo di luar peta terkena dampak. Sebelumnya, tim independen Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyatakan kawasan yang berbatasan langsung dengan tanggul, di antaranya Mindi, Jatirejo, dan Siring Barat, tak layak huni. Evakuasi penduduk, harus segera dilakukan mengingat saat itu pelaksanaan program peninggian tanggul saling kejar dengan semburan lumpur yang keluar dari sumur Banjar Panji-1 milik Lapindo Brantas Inc. Apalagi saat itu, warga cemas serta terancam semburan gas metana dan lumpur. Saya juga meminta BPLS segera mengambil langkah strategis untuk menutup pusat semburan. Cari teknologi yang memungkinkan menutup pusat semburan. Sebab, dikhawatirkan jika pusat semburan terus mengeluarkan lumpur, seluruh wilayah Sidoarjo ditenggelamkan lumpur panas. Berikut beberapa rapat-rapat Komisi V yang membahas masalah-masalah terkait penanganan lumpir Sidoarjo; No Agenda Materi Peran dalam Rapat Selasa Penyampaian 28 Sept 2009 rencana kerja RDP Komisi V dengan pejabat eselon I di jajaran BMKG, Basarnas dan BPLS masing-masing lembaga BPLS diminta untuk tidak menyibukkan diri dengan perbaikan infrastruktur di jalan relokasi korban bencana Lapindo. Sebaliknya, fokus ke penanggulangan lumpur yang terus meluap. Anggaran yang ada jangan dibuang-buang ke infrastruktur. Biarkan Kementerian PU yang garap, agar kerja BPLS lebih fokus, Anggaran BPLS sebagian besar bukan diperuntukkan bagi penanggulangan lumpur Lapindo, tetapi ke halhal yang bersifat manajerial. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 16

20 2 Rabu, 3 Feb Rapat Dengar Pendapat dengan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, Komisi V DPR RI menanyakan kendala yang dihadapi Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dalam menangani lumpur Lapindo, mengingat sampai saat ini permasalahan lapindo belum dapat terselesaikan. Program-program yang telah dijalankan selama ini untuk mengatasi lumpur lapindo terkesan tambal sulam. Sejak pertama kali terjadinya semburan lumpur itu beberapa tahun lalu, sampai sekarang belum ada solusi yang dapat menghentikan semburan lumpur itu. Padahal, pemerintah telah mengeluarkan anggaran yang cukup besar untuk mengatasi semburan lumpur itu. Berapa besar lagi dana yang harus dikeluarkan pemerintah setiap tahunnya untuk mengatasi lapindo ini, tentunya harus dicarikan solusi yang tepat untuk mengatasinya, c) Gagasan dan Masukan Untuk Kementrian a. Kementrian Pekerjaan Umum Pembangunan infrastruktur memiliki keterkaitan sangat kuat dengan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Indikasinya, wilayah yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi baik akan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibanding wilayah yang sarana infrastrukturnya terbatas. Maka konsekuensi pembangunan infrastruktur yaitu dengan penambahan anggaran infrastruktur. Langkah pemerintah menambah anggaran infrastruktur sudah tepat, karena rendahnya daya saing investasi di Indonesia dipicu oleh minimnya infrastruktur. Pemerintah menetapkan anggaran infrastruktur pada 2011 akan meningkat sebesar Rp18 triliun dari semula di tahun sebesar Rp108 triliun menjadi Rp126 triliun. Anggaran bidang infrastruktur itu harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar daya saing Indonesia bisa lebih tinggi. Namun dalam implementasi anggaran infrastruktur tersebut perlu diprioritaskan jenisjenis infrastruktur yang mendesak sesuai dengan strategi industri. Perencanaan pembangunan infrastruktur juga harus mempertimbangkan keadilan pada pendekatan demografis. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 17

21 Selama ini pembangunan infrastruktur lebih banyak terpusat di Pulau Jawa. Padahal dalam masterplan pemerintah, industri akan dikembangkan ke wilayah luar jawa. Jika infrastruktur dan industri tetap difokuskan di Pulau Jawa akan membuat pengembangan potensi di luar Jawa menjadi tidak optimal. Jenis infrastruktur yang harus diutamakan antara lain jalan, pelabuhan dan bandara, serta penguatan sektor energi. Infrastruktur tersebut diyakini akan mampu mendorong perkembangan sektor industri. b. Kementrian Perhubungan Karut-marutnya sistem transportasi nasional mungkin tak bisa dilepaskan dari tidak adanya cetak biru sistem transportasi nasional. Perencanaan transportasi yang dilakukan Kementrian Perhubungan tampak belum memiliki cetak biru soal sistem transportasi nasional, apakah mau fokus di transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Akibatnya, tidak pernah terbangun suatu sistem transportasi intermoda nasional yang andal, efisien, dan terintegrasi, yang mampu menopang tuntutan pergerakan dan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Contohnya adalah kemacetan yang sangat parah di kawasan ibukota Jakarta dan sekitarnya. Selama ini yang sering digemborkan pemerintah selalu masalah klasik, pertumbuhan panjang jalan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah kendaraan. Namun, sebetulnya, membangun jalan terus-menerus pun tidak menyelesaikan masalah. Tanpa pembatasan jumlah kendaraan atau upaya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, panjang jalan tidak akan pernah mencukupi. Maka sudah saatnya kebijakan transportasi mengarah kepada transportasi publik alias public transport priority. Namun, selama ini transportasi publik yang tersedia tidak memadai. Selain tidak nyaman, transportasi publik juga tidak terintegrasi dengan baik. Maka usul saya adalah, dengan mempertimbangkan aspek demografis, Pulau Jawa sudah seharusnya mendapat porsi kereta api yang sangat besar, atau sistim transportasinya diarahkan ke kereta secara menyeluruh. c. Kementrian Perumahan Rakyat Penyelenggaraan perumahan dan permukiman di Indonesia tidak terlepas dari dinamika masyarakat dan kondisi kebijakan pemerintah dalam bidang perumahan dan permukiman. Keterbatasan akses untuk memperoleh kesempatan dalam bidang perumahan dan permukiman khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah telah menyebabkan adanya kesenjangan pelayanan bidang perumahan dan permukiman. Implementasi kebijakan yang tidak merata dan tidak berpihaknya kebijakan terhadap masyarakat berpenghasilan rendah semakin menambah sulitnya penyelenggaraan perumahan dan permukiman bagi rakyat. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 18

22 Maka kebijakan Kementrian Perumahan dan Permukiman hendaknya berpihak kepada masyarakat kecil yaitu dalam pemenuhan akan hak memiliki rumah. Jangan biarkan masyarakat kecil terpaksa tinggal di tempat-tempat permukiman yang jauh dari syarat minimal hidup layak. Upaya untuk mengatasi hal ini yaitu degan mempercepat pembangunan rusunawa dan rusunami yang tepat sasaran kepada masyarakat yang membutuhkan, tentunya dengan didukung sistem pembiayaan yang ringan. Permasalahan lainnya yaitu sistem perencanaan perumahan khususnya dikawasan kota yang belum atau tidak mempertimbangkan efektifitas transportasi para pemilik rumah di perumahan yang berakibat pada habisnya waktu para penghuni perumahan di jalan akibat kemacetan dan ini berdapak secara nasional dalam hal produktifitas. Maka harus ada political will dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. d. Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kinerja Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) ternyata sangat lambat dalam merespon kondisi daerah. Terbukti, masih banyak daerah tertinggal di Indonesia. Padahal banyak daerah potensial yang seharusnya layak untuk segera mendapat pembangunan. Itu berarti perencanaan pembangunan selama ini tidak pernah benar sehingga masih banyak daerah tertinggal. Kalau kita mau menghitung berapa banyak daerah tertinggal di Indonesia, jawabanya pasti banyak, namun yang harusnya menjadi fokus kerja dari Kementerian PDT adalah bagaimana memberikan pemberdayaan kepada masyarakat daerah tersebut agar mau membangun daerahnya. Tentunya, sebelum masuk sampai tahapan itu, Kementrian PDT hendaknya harus sudah mampu menentukan daerah mana yang tertinggal bukan ditinggal. Selama ini Kementrian PDT seperti kehilangan fokus tentang apa yang harus dilakukan. Kementrian ini sibuk membuat seminar di Jakarta tentang daerah tertinggal namun tak jelas apa yang dilakukannya di lapangan terutama di kawasan perbatasan. Apalagi bicara soal perbatasan, betapa Kementrian PDT serta kementrian yang berhubungan dengan infrastruktur secara keseluruhan tidak punya fokus yang jelas. Maka saya berharap Kementrian PDT ini secepatnya dibubarkan saja karena akan menjadi beban APBN dan beban psikologis bangsa. 2) Pengusutan Kasus Bank Century Panitia Khusus (Pansus) Angket Kasus Bank Century Pansus Angket Kasus Bank Century ini merupakan sebuah kasus dugaan korupsi besar yang menarik perhatian banyak kalangan di Indonesia tahun Kasus ini dibangun oleh sejumlah dugaan pelanggaran hukum, mulai dari tindak pidana perbankan, pidana umum dan dugaan korupsi. Aktor yang terlibat diperkirakan berada di level atas pemerintahan RI. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Investigatif BPK No.64/LHP/XV/11/2009, persoalan bank Century sebenarnya dimulai sejak proses merger hingga kontroversi dana talangan Rp. 6,7 triliun. Laporan Kinerja Tahunan Anggota DPR RI Page 19

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 71 /DPD RI/IV/2012-2013 TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT. 1. Ketua Rapat membuka rapat pada pukul WIB setelah kuorum terpenuhi, dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT. 1. Ketua Rapat membuka rapat pada pukul WIB setelah kuorum terpenuhi, dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum. 1 LAPORAN SINGKAT KOMISI V DPR RI (BIDANG PERHUBUNGAN, PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN RAKYAT, PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN KAWASAN TERTINGGAL, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6 Persandingan UU Nomor 27 tahun 2009 tentang MD3 dan TATIB DPR Dalam kaitannya dengan pembahasan dan penetapan APBN, Peran DPD, Partisipasi Masyarakat, dan tata cara pelaksanaan rapat. UU NOMOR 27 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011 SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU Kamis, 29 Desember 2011 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2011 SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2017

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2017 GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT. 1. Ketua Rapat membuka rapat pada pukul WIB setelah kuorum terpenuhi, dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT. 1. Ketua Rapat membuka rapat pada pukul WIB setelah kuorum terpenuhi, dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum. 1 LAPORAN SINGKAT KOMISI V DPR RI (BIDANG PERHUBUNGAN, PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN RAKYAT, PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN KAWASAN TERTINGGAL, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102 Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 1. Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. 2. Rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa jalan sebagai

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2017. TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 A. Latar Belakang Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 2017 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.805, 2015 DPR. Tata Tertib. Perubahan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1361, 2016 DPR. Prolegnas. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASURUAN

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 98 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA BARU DI KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

H. SYAHRULAN PUA SAWA A-497 FRAKSI PAN DPR RI

H. SYAHRULAN PUA SAWA A-497 FRAKSI PAN DPR RI LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN KE-2 DILUAR MASA RESES DAN DILUAR MASA PERSIDANGAN TAHUN SIDANG 2014 2015 DAERAH PEMILIHAN NUSA TENGGARA TIMUR I H. SYAHRULAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maraknya berbagai kejadian kecelakaan belakangan ini yang melibatkan moda transportasi darat, laut dan udara telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Fakta menunjukkan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR : 41B/ RI/I/2009-2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2010 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 16

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 16 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 16 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN TAHUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN TAHUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN TAHUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

Anggaran dari negara juga diperbolehkan untuk mengontrak rumah bagi korban, bantuan. Negara Ganti Rugi Korban Lumpur Lapindo RP 1.

Anggaran dari negara juga diperbolehkan untuk mengontrak rumah bagi korban, bantuan. Negara Ganti Rugi Korban Lumpur Lapindo RP 1. Mataharinews.com, Jakarta - Pemerintah mengucurkan dana sekitar Rp 1,3 triliun pada anggaran perubahan 2012 untuk menangani dampak sosial kemasyarakatan penanganan korban lumpur Lapindo. Dana itu akan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 21/DPD RI/I/2013 2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2013 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 Yth. Gubernur DI Yogyakarta, atau yang Mewakili, Yth.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL http://images.hukumonline.com I. PENDAHULUAN Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda YURISKA, VOL. 2, NO. 1, AGUSTUS 2010 72 PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK Hubungan

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

RANCANGAN JADWAL ACARA/KEGIATAN KOMISI V DPR RI MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG (mulai tanggal 18 Mei 28 Juli 2017)

RANCANGAN JADWAL ACARA/KEGIATAN KOMISI V DPR RI MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG (mulai tanggal 18 Mei 28 Juli 2017) RANCANGAN JADWAL ACARA/KEGIATAN KOMISI V DPR RI MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2016-2017 (mulai tanggal 18 Mei 28 Juli 2017) Kamis, 18 Mei 17 RAPAT PARIPURNA DPR RI Pembukaan Masa Persidangan V Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan : TATA TERTIB DPR 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan : 1. Dewan Perwakilan Rakyat, selanjutnya disingkat DPR, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI

Lebih terperinci

*15819 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 38 TAHUN 2004 (38/2004) TENTANG JALAN

*15819 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 38 TAHUN 2004 (38/2004) TENTANG JALAN Copyright (C) 2000 BPHN UU 38/2004, JALAN *15819 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 38 TAHUN 2004 (38/2004) TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR Rl PADA RAPAT PAR1PURNA DPR-RI PEMBUKAAN MASA PERSIDAN(3AN I TAHUN SIDANX3 201D-2011 SENIN,16AGUSTUS2010 Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA BANDA ACEH SALINAN QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA BANDA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005 PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005 KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 08/ DPR RI/I/2005.2006

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA BARU DI KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

JENIS RAPAT. 1 Kamis, 1 Oktober WIB selesai PARIPURNA 1. Pengumuman Pimpinan Sementara DPR RI oleh Sekjen KPU 2. Pembacaan Keputusan

JENIS RAPAT. 1 Kamis, 1 Oktober WIB selesai PARIPURNA 1. Pengumuman Pimpinan Sementara DPR RI oleh Sekjen KPU 2. Pembacaan Keputusan R A N C A N G A N JADWAL ACARA RAPAT KOMISI V DPR-RI MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2009-2010 Berlaku Tanggal 1 Oktober s.d. 4 Desember 2009 (45 hari kerja, 65 hari kalender) NO 1 Kamis, 1 Oktober 2009

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 16 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan barang dan

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT 1 LAPORAN SINGKAT KOMISI V DPR RI (BIDANG PERHUBUNGAN, PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN RAKYAT, PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN KAWASAN TERTINGGAL, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU 1 BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU

Lebih terperinci

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KULIAH 11 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah SUSUNAN DAN KEDUDUKAN DPRD terdiri dari anggota Parpol hasil Pemilu Fungsi DPRD Fungsi Pengawasan Fungsi Anggaran 2 Fungsi legislasi DPRD merupakan lembaga perwakilan

Lebih terperinci