PENGARUH ANEMIA TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH ANEMIA TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR"

Transkripsi

1 Pengaruh Anemia terhadap Konsentrasi Belajar... (Veni Indrawati) PENGARUH ANEMIA TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Veni Indrawati Abstrak: Penelitian ini mempelajari pengaruh anemia terhadap konsentrasi belajar anak sekolah dasar di kecamatan Jombang kabupaten Jombang. Populasi penelitian adalah seluruh anak sekolah dasar klas III, IV dan V yang berusia 9-12 tahun berjumlah 300 anak. Sampel yang diambil dari sub populasi yang anemia berjumlah 60 anak dan mempunyai kadar Hb <12 G/dl. Jumlah sampel 60 anak dibagi menjadi 3 kelompok dengan cara random alokasi. Kelompok I suplementasi Fe + asam folat, kelompok II suplementasi Fe + asam folat + riboflafin, kelompok III placebo Hasil pengukuran konsentrasi belajar sesudah suplementasi kelompok I ada kenaikan secara bermakna, kelompok II ada kenaikan secara bermakna, kelompok III ada kenaikan secara bermakna juga.. Dengan uji Anova dapat diungkapkan tidak ada perbedaan konsentrasi belajar antara sebelum dan sesudah suplementasi. Abstract: This research discusses the influence of anemia on studying concentration of student at elementary school in Dapurkejambon and Tambakrejo at Jombang district. The population were 300 students of elementary school of 3 th, 4 th, and 5 th. They were 9 12 year old. The sample of sub population were 60 students who have anemia of Hb < 12 G/dl. Sampling random were used to get 60 students, they divided by 3 group of allocated random. The post group was supplementation Fe + folic acid, the second one was supplementation Fe + folic acid + riboflavin, and the other was placebo. The result shows that the concentration of studying after supplementation of group I was greater than before supplementation, group II and group III was too. The Anova test showed that there was no difference of studying concentration between before and after supplementation. Kata kunci: Konsentrasi, belajar, anemia, zat besi, asam folat, riboflavin. Anak sebagai bagian dari masyarakat, adalah tunas bangsa yang kelak merupakan sumber daya manusia yang berkualitas yang harus diandalkan, oleh karena itu kesehatan dan status gizi anak harus dijamin untuk dapat tumbuh kembang secara optimal. Kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang tercermin pada status gizi anak pada masa kini, antara lain pada anak sekolah dasar. Salah satu penyakit defisiensi yang masih merupakan masalah gizi pada anak sekolah dasar di Indonesia adalah anemia defisiensi Fe. Anemia adalah kondisi yang diakibatkan oleh ketidakmampuan jaringan erythropoetic mempertahankan konsentrasi hemoglobin yang normal. Diperkirakan prevalensi anemia defisiensi Fe pada kelompok ini berkisar antara % (Sayogo, 1995). Penyebab utama anemia defisiensi Fe tampaknya adalah konsumsi Fe yang tidak cukup dan absorbsinya yang rendah. Selain Dosen Jurusan PKK FT UNY 43

2 Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.5, No.1, 2004: itu manifestasi cacing dapat memperberat keadaan. Anemia pada anak sekolah mengakibatkan gangguan pada proses belajar, baik karena menurunnya daya ingat ataupun berkurangnya kemampuan berkonsentrasi (Jalal, 1998). Anak yang menderita anemia digambarkan sebagai apatis, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan sekelilingnya. Kurang zat besi mempunyai hubungan dengan enzim aldehid-oksidase di dalam otak yang mengakibatkan menurunnya kemampuan memperhatikan sesuatu. Anemia juga menyebabkan daya ingat dan daya konsentrasi menjadi rendah (Ristrini, 1991). Penelitian yang dilakukan Ama (1987) ternyata anemia mempengaruhi daya konsentrasi, daya persepsi dan perhatian anak sekolah dasar. Seseorang yang menderita anemia defisiensi Fe, maka jumlah hemoglobin dalam darahnya lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak anemia. Hemoglobin merupakan protein utama dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan perifer dan mengangkut karbon dioksida dari jaringan perifer ke paru-paru. Seseorang yang mempunyai kadar Hb di dalam darah lebih rendah dari nilai normal, menyebabkan gangguan pada proses belajar, baik karena menurunnya daya ingat ataupun berkurangnya kemampuan berkonsentrasi. Untuk bisa mempertahankan daya ingat maupun kemampuan berkonsentrasi diperlukan energi yang tersedia dalam tubuh. Energi tersebut diperoleh dari makanan yang masuk ke dalam tubuh melalui serangkaian proses metabolisme. Pertukaran zat atau proses metabolisme adalah semua rangkaian reaksireaksi kimia dalam tubuh dengan tujuan untuk menghasilkan energi. Untuk dapat berlangsungnya proses metabolisme dalam tubuh diperlukan oksigen (O 2 ) sebagai bahan bakar yang diperoleh dari proses respirasi. Hemoglobin (Hb) merupakan molekul utama yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam darah. Melalui fusi ini oksigen dibawa dari paru-paru diedarkan keseluruh jaringan tubuh yang membutuhkan. Faktor yang sangat mempengaruhi suplai oksigen kepada jaringan tubuh adalah jumlah sel-sel darah merah dan jumlah hemoglobin (Hb) yang terdapat di dalamnya. Seseorang yang menderita anemia defisiensi zat besi, maka jumlah hemoglobin dalam darahnya lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak anemia. Dengan demikian orang yang menderita anemia suplai O 2 ke dalam jaringan-jaringan tubuh akan mengalami gangguan karena alat transportasinya kurang, secara otomatis O 2 yang diangkutpun menjadi berkurang. Dengan berkurangnya O 2 yang ada dalam jaringan tubuh maka proses metabolisme akan terganggu dan tidak dapat optimal. Dengan tidak optimalnya proses metabolisme maka kebutuhan akan energi untuk proses belajar mengalami gangguan. Semakin tinggi kadar Hb dalam darah, maka semakin banyak pula oksigen (O 2 ) yang dapat diangkut ke berbagai jaringan tubuh (Ganong, 1990). Pengobatan anemia dilakukan dengan cara suplementasi zat besi, asam folat dan penambahan riboflavin. Maksud pengobatan dari anemia adalah meningkatkan kadar hemoglobin sampai batas di atas normal, dan menambah jumlah zat besi yang disimpan yang kemudian dapat dipergunakan untuk mempertahankan kadar hemoglobin yang normal. Zat besi merupakan bagian penting dari hemoglobin, myoglobin dan beberapa enzym yang berperan selain untuk mengangkut oksigen juga pada beberapa proses metabolisme. Peran suplai zat besi dari makanan dalam memenuhi kebutuhan tubuh merujuk pada fase luminal dari absorpsi zat besi yang berhubungan dengan jumlah absolut zat besi dalam makanan dan ketersediaan biologisnya. Zat besi diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah), dalam sintesa hemoglobin sehingga kadar 44

3 Pengaruh Anemia terhadap Konsentrasi Belajar... (Veni Indrawati) hemoglobin menjadi normal. Asam Folat diperlukan untuk menghindarkan anemia, asam folat berperan dalam hematopoieses. Defisiensi asam folat mengakibatkan hambatan sintesa DNA yang berakibat terjadinya prekusor erytrocyt megaloblastik di dalam sumsum tulang dan makrocytic di dalam darah ferifer. Riboflavin mempunyai peranan penting dalam reaksi reaksi oksidasi reduksi di dalam jaringan, kekurangan dapat mengganggu fungsi jaringan yang bersangkutan, riboflavin meningkatkan respon hematologi pada besi dan memperbaiki aktivitas flavokinase usus (Karyadi, 1987). Anemia gizi sangat umum dijumpai di Indonesia dan dapat terjadi pada semua golongan umur, dimana keadaan kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari pada nilai normal seperti yang terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Batas Normal Kadar Hb. Kelompok Umur Hb (gram / 100 ml) Anak 6 bulan s/d 6 tahun 11 6 tahun s/d 14 tahun 12 Laki-laki 13 Dewasa Wanita 12 Sumber: WHO 1972 Wanita hamil 11 Konsentrasi belajar merupakan pemusatan perhatian terhadap pelajaran, untuk mengukur konsentrasi belajar digunakan test arithmetic, coding test dan digit span yang merupakan salah satu uji WISC yang melibatkan kemampuan berkonsentrasi, koordinasi mata dan tangan serta ingatan (Azwar, 1996). Untuk mempertahankan konsentrasi belajar yang baik diperlukan energi yang tersedia di dalam tubuh. Dengan melakukan upaya penanggulangan anemia khususnya anak sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Memperhatikan hal tersebut di atas, apakah ada pengaruh suplementasi zat besi, asam folat dan riboflavin terhadap konsentrasi belajar anak Sekolah Dasar? Untuk mempertahankan konsentrasi belajar yang baik diperlukan energi yang tersedia di dalam tubuh. Energi diperoleh dari makanan yang masuk ke dalam tubuh melalui proses metabolisme diperlukan oksigen sebagai bahan bakar. Hemoglobin merupakan molekul utama yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam darah. Faktor yang mempengaruhi suplai oksigen dalam jaringan tubuh adalah jumlah sel-sel darah merah dan jumlah hemoglobinnya. Berdasarkan uraian di atas hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada perbedaan konsentrasi belajar masing-masing kelompok sesudah suplementasi. 2. Ada pengaruh suplementasi terhadap konsentrasi belajar Metode 45

4 Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.5, No.1, 2004: Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental dengan menggunakan bentuk design Non equivalen Pretest-Posttest Control Group Design dan dilakukan secara Double Blind. Total populasi penelitian adalah seluruh anak Sekolah Dasar di kecamatan Jombang kabupaten Jombang. Sub populasi penelitian adalah anak Sekolah Dasar klas III, IV dan V yang berusia 9-12 tahun di desa Dapurkejambon dan Tambakrejo kecamatan Jombang, kabupaten Jombang yang berjumlah 300 anak. Sampel yang diambil dari sub populasi yang anemia berjumlah 60 anak dan mempunyai kadar Hb < 12 G/dl. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Jumlah sampel 60 anak tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok 1 suplementasi zat besi + asam folat berjumlah 20 anak, kelompok 2 suplementasi zat besi + asam folat + riboflavin berjumlah 20 anak, dan kelompok 3 plasebo berjumlah 20 anak Pembagian sampel untuk tiap kelompok ini dengan cara random alokasi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran kadar Hb, suplementasi dan konsentrasi belajar. 1. Pengukuran kadar Hb. Dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah suplementasi dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin dengan alat Spectrophotometer. 2. Pengukuran konsentrasi belajar dengan test Arithmetic, Coding test dan Digit Span.Dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah suplementasi. 3. Suplementasi Kelompok 1 diberikan zat besi dan asam folat ( 200 mg ferrosulfat dan 0.25 mg asam folat), Kelompok 2 diberikan zat besi, asam folat dan riboflavin ( 200 mg ferrosulfat, 0.25 mg asam folat dan 7 mg riboflavin), Kelompok 3 sebagai kelompok kontrol diberi Plasebo, masing-masing diberikan dua kali seminggu selama 12 minggu (3 bulan). Teknik analisis yang digunakan: a. Uji One Way Anova untuk mengetahui perbedaan peningkatan konsentrasi belajar antara kelompok suplementasi, zat besi + asam folat, zat besi + asam folat + riboflavin, Plasebo sebelum dan sesudah suplementasi. b. Uji paired t test untuk mengetahui perbedaan peningkatan konsentrasi belajar masing-masing kelompok sebelum dan sesudah suplementasi. Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar Hb sebanyak dua kali terhadap sampel sebelum suplementasi dan sesudah suplementasi dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin dengan hasil seperti pada Tabel 2 berikut ini: 46 Tabel: 2. Pengukuran Kadar HB Sebelum Dan Sesudah Suplementasi Anak SD di Kec. Jombang Kab. Jombang Tahun 1999.

5 Pengukuran Pengaruh Anemia terhadap Konsentrasi Belajar... (Veni Indrawati) Kelompok Fe+Asam Folat Kelompok Fe+Asam Folat+ Riboflavin Kelompok Placebo Rata 2 SD Rata 2 SD Rata 2 SD Sebelum/Awal 11,21 0,53 11,23 0,59 11,15 0,62 Sesudah/Akhir 11,97 0,74 12, ,65 0,71 Pengukuran konsentrasi belajar dilakukan sebelum dan sesudah suplementasi dengan menggunakan skala Wechler yang terdiri dari tiga sub test yaitu Arithmetic, Coding test dan Digit Symbol. Hasil pengukuran konsentrasi belajar sebelum dan sesudah suplementasi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Hasil Pengukuran Konsentrasi Belajar Kelompok Fe + Asam Folat Anak SD di Kec. Jombang Kab. Jombang Tahun Pengukuran Arithmetic Digit Span Coding test Rata 2 SD Rata 2 SD Rata 2 SD Sebelum Sesudah Tabel 4. Hasil Pengukuran Konsentrasi Belajar Kelompok Fe + Asam Folat + Riboflavin, Anak SD di Kec. Jombang Kab. Jombang Tahun Pengukuran Arithmetic Digit Span Coding test Rata 2 SD Rata 2 SD Rata 2 SD Sebelum Sesudah Tabel 5. Hasil Pengukuran Konsentrasi Belajar Kelompok Placebo Anak SD di Kec. Jombang Kab. Jombang Tahun

6 Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.5, No.1, 2004: Pengukuran Arithmetic Digit Span Coding test Rata 2 SD Rata 2 SD Rata 2 SD Sebelum Sesudah Pengukuran konsentrasi belajar sebelum suplementasi antara kelompok Fe+Asam Folat, kelompok Fe + Asam Folat + Riboflavin dan kelompok placebo tidak ada perbedaan secara bermakna. Hasil uji Anova untuk test Arithmetic 0,8706 > p = 0,05, test Digit Span 0,4319 > p = 0,05 dan Coding test 0,5442 > p = 0,05. Rata-rata konsentrasi belajar pada akhir suplementasi mengalami kenaikan. Konsentrasi belajar untuk test Arithmetic, Digit Span dan Coding test sesudah suplementasi kelompok Fe+Asam Folat ada kenaikan secara bermakna. Uji t berpasangan test Arithmetic 0,017 < p = 0,05, test Digit Span 0,000 < p = 0,05, Coding test 0,000 < p = 0,05. Konsentrasi belajar sesudah suplementasi kelompok Fe + Asam Folat + Riboflavin untuk test Arithmetic, Digit Span dan Coding test ada kenaikan secara bermakna. Hasil uji t berpasangan test Arithmetic 0,02 < p = 0,05, test Digit Span 0,000 < p = 0,05 dan Coding test 0,000 < p = 0,05. Konsentrasi belajar sesudah suplementasi kelompok placebo untuk test Arithmetic, Digit Span dan Coding test juga ada kenaikan secara bermakna. Hasil uji t berpasangan untuk test Arithmetic 0,023 < p = 0,05, test Digit Span 0,000 < p = 0,05, Coding test 0,000 < p = 0,05. Dengan uji Anova dapat diungkapkan tidak ada perbedaan konsentrasi belajar sesudah suplementasi, hasil uji Anova untuk test Arithmetic 0,2192 > p = 0,05, test Digit Span 0,6011> p = 0,05 dan Coding test 0,8668 > p = 0,05. Konsentrasi belajar diukur dengan menggunakan test Wechler Intelegense Scale For Children (WISC) yang terdiri dari test arithmetic, test digit span dan Coding test sebelum dan sesudah suplementasi. Menggunakan uji Anova dapat diungkapkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna rata-rata hasil test konsentrasi belajar ketiga kelompok suplementasi sebelum perlakuan (p=0,05). Hal ini bisa dikatakan bahwa konsentrasi belajar ketiga kelompok pada awal suplementasi tidak berbeda secara bermakna. Kelompok Fe + asam folat sesudah suplementasi untuk test arithmetic, digit span dan Coding test mengalami kenaikan secara bermakna untuk uji t berpasangan. Kelompok Fe + asam folat + riboflavin sesudah suplementasi untuk test arithmetic, digit span dan Coding test juga mengalami kenaikan secara bermakna untuk uji t berpasangan. Kelompok placebo sesudah suplementasi untuk test arithmetic, digit span dan Coding test juga mengalami kenaikan secara bermakna untuk uji t berpasangan. Akan tetapi kenaikannya tidak sebesar pada kedua kelompok lain. Berdasarkan keseluruhan data (seluruh kelompok suplementasi) tidak terdapat perbedaan secara bermakna. Hasil uji Anova untuk test arithmetic, test digit span dan Coding test tidak terdapat perbedaan ini akibat adanya peningkatan konsentrasi belajar yang bermakna pada setiap kelompok, sehingga tidak terdapat pengaruh yang lebih besar pada satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Hal tersebut terjadi karena kadar 48

7 Pengaruh Anemia terhadap Konsentrasi Belajar... (Veni Indrawati) hemoglobin sampel penelitian mendekati harga normal sehingga anemia yang diderita merupakan anemia dalam kondisi ringan. Suplementasi zat besi, asam folat dan riboflavin tidak banyak mempengaruhi kenaikan kadar hemoglobin dan konsentrasi belajar. Disamping itu absorpsi asupan masing-masing sampel penelitian yang tidak dilakukan test laboratorium juga mempengaruhinya. Konsentrasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, kedua faktor ini sangat mempengaruhi kondisi sampel penelitian. Menurut Thabrany, 1995 faktor internal yang mempengaruhi yaitu kurang sehat badan, sifat emosi mudah marah dan benci, masalah pribadi dengan orang tua, guru ataupun teman dan rasa bersalah yang menyebabkan sering melamun sehingga sulit berkonsentrasi. Faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu hal-hal yang bersumber dari luar antara lain suara gaduh, melihat orang berlalu lalang, teman yang mengajak bicara; fasilitas belajar, alat-alat yang diperlukan di meja belajar, kondisi meja, kursi/bangku, suhu kamar dari ruangan belajar dapat menyebabkan gangguan. Dalam penelitian ini tidak mengikut sertakan faktor-faktor internal maupun eksternal dan adanya keterbatasan kemampuan masing-masing individu sampel penelitian yang tidak melihat hasil belajar sebelum dilakukan suplementasi sehinga hasil yang didapatkan tidak bisa memberikan gambaran konsentrasi belajar yang sebenarnya. Kelompok suplementasi zat besi dan asam folat dapat meningkatkan kadar hemoglobin, karena asam folat dalam tubuh akan berkurang sehubungan dengan terbuangnya jaringan tubuh dan kurangnya kadar hemoglobin, asam folat juga berperan dalam hematopoiesis. Kelompok dengan suplementasi zat bei, asam folat dan riboflavin dapat meningkatkan kadar hemoglobin karena riboflavin dapat meningkatkan hematologi pada besi, disamping itu riboflavin mempunyai peranan penting dalam reaksi-reaksi oksidasi reduksi di dalam jaringan, umumnya terdapat dalam enzim. Enzim yang mengandung riboflavin membantu dalam metabolisme pada proses perubahan kimia dalam jaringan, maka bila terjadi kekurangan dapat mengganggu fungsi jaringan yang bersangkutan. Kelompok ini mengalami peningkatan konsentrasi belajar yang paling tinggi hal ini terjadi karena peningkatan penyerapan besi yang lebih tinggi dan peningkatan bioavilibilitas besi dalam tubuh, disamping itu riboflavin memfasilitasi transfer zat besi menembus permukaan mukosa usus. Simpulan dan Saran Dari hasil perhitungan statistik dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Tidak ada perbedaan konsentrasi belajar secara bermakna antara kelompok suplementasi Fe + asam folat, Fe + asam folat + riboflavin dan kelompok placebo. (2) Ada perbedaan konsentrasi belajar secara bermakna pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah suplementasi. Berdasarkan hasil penelitian disarankan (1) Untuk penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar, (2) Untuk penelitian lebih lanjut dengan pengaruh suplementasi terhadap konsentrasi belajar dengan mengikut sertakan faktorfaktor internal dan eksternal yang mempengaruhi konsentrasi belajar, (3) Dihindari sampel yang memiliki kadar HB mendekati normal. 49

8 Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.5, No.1, 2004: Daftar Acuan Ama Faisol Pengaruh Anemia Gizi Terhadap Konsentrasi Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Serta Cara Penanggulanganya. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XVII No. 3 hal Azwar Saifuddin Psikologi Intelegensi. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta. Ganong William F Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa Adji Dharma. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Jalal Fasli Gizi Dan Kualitas Hidup: Agenda Perumusan Program Gizi Repelita VII Untuk Mendukung Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas. Widya Karya Pangan Dan gizi, Serpong hal 4. Ristrini Anemia Akibat Kurang Zat Besi Keadaan, Masalah Dan Program Penanggulangannya. Medika No. 1 Tahun 17 hal Sayogo Savitri dkk Anemia Akibat Kurang zat Besi Keadaan, Masalah Dan Program Penanggulangannya. Medika No. 1 Tahun 17 hal Thabrany Rahasia Sukses Belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta 50

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS Media Gizi Pangan, Vol. IX, Edisi, Januari Juni PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN RUMBIA KABUPATEN MAROS Sukmawati, Sitti Fatimah, Lydia Fanny Jurusan Gizi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat pada eritrosit. Hemoglobin terdiri dari heme yang terdiri dari cincin porfirin sebagai pengikat oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan kurang lebih 2,15 milyar orang di dunia menderita anemia dengan prevalensi kejadian anemia dengan prosentase bayi dan anak < 2 tahun (48%), anak sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang sering dialami ibu hamil adalah anemia. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang asupan zat besi,

Lebih terperinci

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) 54 PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) Sri Sayekti* Wahyu Yugo Utomo** STIKES Insan Cendekia Medika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Hemoglobin merupakan protein berpigmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi utama yang terjadi di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15-49 tahun yang menderita anemia di enam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang masih terjadi pada wanita khusunya ibu hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah 41,8%. Kejadian anemia diseluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Ibu yang sedang hamil mengalami proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN ( Studi Kasus di SMAN 3 Klaten dan SMAN 1 Bayat) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. Kriteria anemia berdasarkan WHO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih banyak ditemukan, baik masalah akibat kekurangan zat gizi maupun akibat kelebihan zat gizi. Masalah gizi akibat kekurangan zat gizi diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN

MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TABLET Fe PASCA MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN Khoirotul Ummah*, Sulistiyowati**, Cucuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah kadar hemoglobin 1. Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di seluruh dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang

Lebih terperinci

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 Dhita Kris Prasetyanti, Lia Eforia Asmarani Ayu Putri Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritroprotein. Akibatnya volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH Sugita, Supiati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA

PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA Yeni Tutu Rohimah, Dwi Susi Haryati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keikutsertaan wanita dalam pertandingan/perlombaan dalam bidang olahraga prestasi semakin meningkat. Secara biologis wanita setiap bulan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia merupakan masalah yang sering ditemui pada remaja putri. Remaja putri termasuk dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sasaran pembangunan milenium yang telah disepakati oleh 189 negara yang tergabung dalam PBB pada tahun 2000. Konsep pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi ialah suatu kondisi anemia dan terdapat bukti yang jelas akan kehilangan zat besi. Anemia defisiensi besi merupakan tahap berat dari defisiensi

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI BELIMBING MANIS TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, KEJADIAN KONSTIPASI DAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KLATEN SELATAN

PENGARUH KONSUMSI BELIMBING MANIS TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, KEJADIAN KONSTIPASI DAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KLATEN SELATAN PENGARUH KONSUMSI BELIMBING MANIS TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, KEJADIAN KONSTIPASI DAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KLATEN SELATAN Triwik Sri Mulati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan. Kesehatan merupakan prakondisi utama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus untuk meningkatkan taraf hidup. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan diperlukan

Lebih terperinci

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami PENDAHULUAN Latar belakang Anemia zat besi di Indonesia masih menjadi salah satu masalah gizi dan merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian. Anemia zat besi akan berpengaruh pada ketahanan

Lebih terperinci

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO. STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO Ika Suhartanti *) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA Siti Wahyuningsih STIKES Respati Y ogyakarta ABSTRACT Background

Lebih terperinci

STUDI PERBAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI TABLET BESI (PROGRAM) DI PUSKESMAS PADONGKO KABUPATEN BARRU

STUDI PERBAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI TABLET BESI (PROGRAM) DI PUSKESMAS PADONGKO KABUPATEN BARRU STUDI PERBAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI TABLET BESI (PROGRAM) DI PUSKESMAS PADONGKO KABUPATEN BARRU Study on Hemoglobin Levels Improvement of Anemic Pregnant Women

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan panjang badan 50 cm (Pudjiadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di kota-kota besar dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi banyak permasalahan yang muncul. Terutama dalam bidang kesejahteraan sosial, di mana masalah gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan suplemen semakin meningkat, dan sepertinya akan terus menerus bertambah 1. Di Inggris, tidak kurang dari 40 persen penduduk mengkonsumsi suplemen secara teratur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan ke arah industrialisasi yang semakin maju memacu perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal. Dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu masalah gizi wanita yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat

Lebih terperinci

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258)

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258) IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK HEMOGLOBIN (HB) PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PESISIR DAN ALIRAN SUNGAI SIAK Erwin 1, Gamya TriUtami 2, RismadefiWoferst 3 1,2,3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL Menimbang : a. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anemia Gizi Besi (AGB) masih menjadi masalah gizi yang utama di Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. Kedua, kurang vitamin

Lebih terperinci