DRAFT PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DRAFT PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI"

Transkripsi

1 DRAFT PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

2 Daftar Isi PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI A. Perjanjian Pokok B. Dokumen Pendukung A Perencanaan dan Operasi : 1. Ketentuan Informasi Jaringan 2. Ketentuan tentang Sentral Gerbang Yang Diinterkoneksikan 3. Ketentuan Prinsip Routing 4. Arsitektur Link Interkoneksi 5. Ketentuan Penyediaan Kapasitas 6. Ketentuan Forecast Trafik 7. Pemeasanan Kapasitas Di muka (ACO) 8. Ketentuan Penyediaan dan Pengujian Kapasitas 9. Ketentuan Jangka Waktu Penyediaan Kapasitas 10. Ketentuan Penomoran 11. Pertemuan Teknis 12. Uji Integrasi 13. Transmisi dan Signalling 14. Standard Kinerja 15. Ketentuan Pengoperasian 16. Layanan Tambahan 17. Lampiran : Lampiran A1 Informasi Jaringan Lampiran A2 Aspek Bisnis Lampiran A3 AMD Lampiran A4 Tanggung Jawab atas Jenis Trafik Lampiran A5 STP Working Daftar Isi i

3 C. Dokumen Pendukung B Penagihan dan Pembayaran 1. Perhitungan Hak dan Kewajiban Keuangan 2. Sistim Billing Interkoneksi 3. Sumber Data Billing 4. Parameter Rating 5. Formula Perhitungan 6. Durasi 7. Parameter Tarif 8. Daftar Titik Pembebanan 9. Pembulatan 10. Proses Settlement 11. Rekonsiliasi 12. Peningkatan Kualitas Perhitungan 13. Prosedur Penagihan Hak Interkonekasi 14. Pelaksanaan Pembayaran Biaya Interkoneksi 15. Perpajakan 16. Denda Keterlambatan Pembayaran 17. Penyelesaian Perselisihan 18. Perubahan pada File Tagihan 19. Lampiran : Lampiran B1 Paramater dan Format CDR Lampiran B2 Berita Acara Settlement Final Lampiran B3 - Berita Acara Settlement Sementara Lampiran B4 Berita Acara Rekonsiliasi Lampiran B5 Nota Perhitungan Keuangan Lampiran B6 Volume Compare Summary Lampiran B7 Volume Compare Detail Daftar Isi ii

4 D. Dokumen Pendukung C Daftar Layanan Interkoneksi I Daftar Layanan Interkoneksi Gabungan II Daftar Layanan Interkoneksi PT Hutchison 3 Indonesia (Penyedia Akses) a. Layanan Interkoneksi Teleponi Dasar 1 b. Layanan Tambahan 7 III Daftar Layanan Interkoneksi Pencari Akses 7 E. Dokumen Pendukung D Spesifikasi Teknis a. Spesifikasi Generik Interface Fisik dan Kelistrikan 1 b. Spesifikasi Interface Signalling CCS#7 2 c. Spesifikasi Interface Transmisi 2 d. Spesifikasi Interface SDH 5 e. Spesifikasi PDH 5 f. Spesifikasi Interface Transmisi Satelit 6 F. Dokumen Pendukung E Definisi G. Dokumen Pendukung F Fasilitas Penting Interkoneksi 1 Daftar Isi iii

5 PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI ANTARA PT. HUTCHISON 3 INDONESIA DENGAN PT. PENCARI AKSES Perjanjian Pokok Interkoneksi dibuat dan ditandatangani pada tanggal bulan tahun dua ribu ( X_) oleh dan antara: 1. PT. HUTCHISON 3 INDONESIA, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia, berkedudukan di Menara Mulia Lantai 10, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 9-11, Jakarta Selatan 12930, dalam perbuatan hukum ini diwakili secara sah oleh Randeep Singh Sekhon dalam jabatannya sebagai Presiden Direktur, selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut H3I, dan 2. PT. PENCARI AKSES, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia, berkedudukan di, dalam perbuatan hukum ini diwakili secara sah oleh, jabatan, untuk selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut Pencari Akses. H3I dan Pencari Akses secara sendiri-sendiri disebut Pihak dan secara bersama-sama disebut Para Pihak. Para Pihak terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. BAHWA H3I berdasarkan Keputusan Menteri telah mendapatkan ijin Pemerintah Republik Indonesia untuk penyelenggaraan jaringan bergerak telekomunikasi selular; b. BAHWA Pencari Akses berdasarkan Keputusan Menteri No. tanggal telah dari Pemerintah Republik Indonesia ijin penyelenggaraan ; c. BAHWA dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil jaringan telekomunikasi dan agar dapat memberikan pelayanan jasa telekomunikasi yang handal, berjangkauan luas dan bermutu tinggi, maka jaringan telekomunikasi dari Para Pihak perlu diinterkoneksikan; d. Bahwa Para Pihak selanjutnya sepakat untuk mengikatkan diri satu sama lain dalam Perjanjian Pokok Interkoneksi. Pasal 1 DEFINISI 1.1. Kecuali diartikan lain dalam hubungan kalimat pasal-pasal Perjanjian, kata-kata dibawah berikut ini mempunyai arti sebagai berikut: Area Pelayanan atau Area Pembebanan adalah suatu wilayah yang diidentifikasikan sebagi satu kesatuan pelayanan di suatu wilayah yang ditetapkan sebagai cakupan lokal dengan sebuah Titik Pembebanan. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 1 dari 26

6 Call Data Record atau CDR adalah rekaman data Panggilan Interkoneksi yang diperlukan untuk proses perhitungan Billing Interkoneksi. Call Scenario atau Skenario Panggilan adalah berbagai kemungkinan jenis Pamggilan Interkoneksi yang dapat dilayani oleh Sentral Gerbang. Common Channel Signalling Number 7 (CCS #7) adalah suatu sistem pertukaran informasi yang diperlukan bagi pembentukan dan pemantauan hubungan melalui jaringan (signalling) nomor 7. DDF atau Digital Distribution Frame adalah perangkat yang digunakan sebagai tempat untuk menghubungankan suatu jaringan telekomunikasi dengan jaringan telekomunikasi yang lain. Dimensi Interkoneksi adalah jumlah/kapasitas sirkit/kanal telekomunikasi atau junctor yang digunakan untuk penyaluran trafik Interkoneksi. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Dokumen Pendukung atau Dokumen-Dokumen Pendukung adalah dokumendokumen pendukung Perjanjian yang dilampirkan pada Perjanjian, dokumen-dokumen mana yang terdiri dari Dokumen Pendukung A, Dokumen Pendukung B, Dokumen Pendukung C, Dokumen Pendukung D dan Dokumen Pendukung E. Dokumen Penawaran Interkoneksi atau DPI adalah dokumen yang memuat aspek teknis, aspek operasional dan aspek ekonomis dari penyediaan layanan interkoneksi yang ditawarkan oleh H3I kepada Pencari Akses. FTP Nasional adalah FTP atau FTP Nasional (Fundamental Technical Plan Nasional) adalah dokumen yang memuat pengaturan teknis telekomunikasi sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 2001 tentang Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical Plan National 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional, dan perubahannya dari waktu ke waktu. GSM atau Global System for Mobile Communication adalah sistem telepon bergerak yang menggunakan teknik digital selular yang menggunakan pita frekuensi 900MHZ dan/atau 1800MHZ. Hari Kerja adalah hari-hari selain hari saptu, hari minggu atau hari libur sebagaiamana ditetapkan oleh Pemerintah. Interkoneksi adalah keterhubungan langsung antara jaringan telekomunikasi H3I dengan jaringan telekomunikasi Pencari Akses. Jaringan H3I adalah jaringan telekomunikasi yang digunakan oleh H3I. Jaringan Pencari Akses adalah jaringan telekomunikasi yang digunakan oleh Pencari Akses. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 2 dari 26

7 Jaminan Keuangan adalah jaminan keuangan dalam bentuk uang jaminan atau jaminan bank (bank guarantee) yang disediakan oleh Pencari Akses kepada H3I untuk menjamin setiap kewajiban Pencari Akses kepada H3I berdasarkan Perjanjian ini. Kejadian Suspensi adalah kejadian yang dapat menimbulkan Suspensi sebagaimana tersebut pada Pasal 22 pada Perjanjian. Ketersambungan adalah ketersambungan antara Jaringan H3I dengan Jaringan Pencari Akses. Layanan Interkoneksi adalah layanan yang diberikan oleh suatu jaringan kepada jaringan lainnya, sehingga memungkinkan mengalirnya trafik telekomunikasi dari jaringan ke jaringan lain. Link adalah saluran/jaringan penghubung antar Jaringan Pencari Akses dengan Jaringan H3I; Menteri adalah Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang telekomunikasi; MSC atau Mobile Switching Center adalah sentral induk pelayanan yang merupakan gerbang ke jaringan lain, dan langsung berhubungan dengan sentral (gerbang) jaringan lain melalui Titik Interkoneksi; Nota Perhitungan Keuangan atau NPK adalah suatu daftar yang dibuat secara berkala yang berisi perhitungan hak dan kewajiban Interkoneksi masing-masing Pihak yang timbul dari penyaluran trafik; n adalah periode 1 (satu) bulanan; Okupansi adalah tingkat kepadatan trafik pada suatu saluran Interkoneksi; Panggilan Interkoneksi adalah hubungan telekomunikasi yang terjadi antara Pengguna H3I dengan Pengguna Pencari Akses atau sebaliknya; Panggilan Originasi adalah pembangkitan panggilan Interkoneksi dari Pengguna satu Pihak kepada Pengguna Pihak lain; Panggilan Terminasi adalah pengakhiran panggilan Interkoneksi dari Pengguna satu Pihak ke kepada Pengguna Pihak lain; Penyelenggara Jaringan adalah penyelenggara jasa telekomunikasi yang memiliki jaringan dan kode akses; Penyelenggara Jasa adalah penyelenggara jasa telekomunikasi yang memiliki kode akses; Pemberitahuan Suspensi adalah pemberitahuan tertulis yang disampaikan oleh Pihak Yang Tidak Melakukan Pelanggaran kepada Pihak Yang Melakukan Pelanggaran yang menyebutkan: (1) penjelasan tentang Kejadian Suspensi dan lokasi dimana Kejadian Suspensi terjadi; (2) permintaan kepada Pihak Yang melakukan Pelanggaran agar Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 3 dari 26

8 melakukan tindakan untuk memperbaiki pelanggaran; dan (3) penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan oleh Pihak Yang Tidak Melakukan Pelanggaran, jika pelanggaran tidak diperbaiki dalam jangka waktu sebagaimana tersebut pada Perjanjian. Pelanggan adalah perseorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang menggunakan jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi berdasarkan kontrak berlangganan; Pemakai adalah perseorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang menggunakan jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi yang tidak terikat berdasarkan kontrak berlangganan. Pengguna adalah Pelanggan atau/dan Pemakai; Pengguna H3I adalah setiap Pengguna jasa telekomunikasi yang menggunakan satuan sambungan telekomunikasi (nomor) dari Jaringan H3I. Pengguna PENCARI AKSES adalah setiap Pengguna jasa telekomunikasi yang menggunakan satuan sambungan telekomunikasi (nomor) dari Jaringan Pencari Akses. Perangkat Interkoneksi adalah segala peralatan yang dipasang dalam rangka terjadinya Interkoneksi. Percakapan SLJJ adalah percakapan jarak jauh yang terjadi antara Pengguna H3I dan Pengguna Pencari Akses, Perjanjian adalah Perjanjian Pokok Interkoneksi antara H3I dan Pencari Akses sebagaimana tertuang dalam naskah ini termasuk dokumen-dokumen pendukungnya dan perubahan-perubahannya aapabila ada. Point Of Charging, POC atau Titik Pembebanan adalah salah satu MSC atau lokasi tertentu yang dipiih sebagai titik untuk mewakili MSC atau lokasi lainnya yang merupakan titik dimulainya tarif percakapan (call). Point Of Interconnection, POI atau Titik Interkoneksi adalah lokasi fisik terjadinya Interkoneksi dan merupakan batas wewenang dan tanggung jawab penyediaan, pengelolaan dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi dari masing-masing Pihak. Route adalah jalur di dalam jaringan yang diikuti atau harus diikuti untuk menyelurkan pesan atau untuk membangun hubungan Interkoneksi antara sentral asal dan sentral tujuan. Routing adalah proses penentuan dan penggunaan Route berdasarkan suatu aturan tertentu, guna menyalurkan pesan atau untuk pembangunan hubungan Interkoneksi. Sentral Gerbang atau SG adalah Sentral dalam satu jaringan yang merupakan gerbang ke jaringan lain, dan langsung berhubungan dengan sentral (gerbang) jaringan lain melalui Titik Interkoneksi. SG dapat berupa MSC, sentral telepon local, sentral jarak jauh (Trunk) atau Penyelengara Jaringan Telekomunikasi yang bersangkutan dengan memperhatikan efisiensi dan FTP Nasional yang berlaku. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 4 dari 26

9 Sistem Penomoran adalah pengaturan nomor yang menjadi identitas Pelanggan. STBS atau Sambungan Telepon Bergerak Selular adalah sambungan telepon bergerak yang menggunakan gelombang radio dengan teknologi selular baik analog maupun digital. Suspensi atau Penghentian Sementara adalah penghentian pemberian layanan Interkoneksi yang bersifat sementara baik sebagian maupun keseluruhan, sebagai akibat adanya pelanggaran yang bersifat sengaja maupun tidak sengaja. Tarif Interkoneksi atau Biaya Interkoneksi adalah biaya yang dibebankan sebagai akibat adanya keterhubungan antar jaringan telekomunikasi yang berbeda, dan/atau ketersambungan jaringan telekomunikasi dengan perangkat milik penyelenggara jasa telekomunikasi. WCDMA adalah Wide Code Divison Multiple Access adalah sistem telepon bergerak yang menggunakan teknik digital selular yang menggunakan pita frekuensi MHZ. 1.2 Acuan: Untuk menjaga agar tidak terdapat pertentangan, setiap penunjukan dalam Perjanjian: 1. Kata-kata yang menunjukan pengertian tunggal akan termasuk juga pengertian kata tersebut dalam jamaknya begitu pula sebaliknya, tergantung pada konteksnya; 2. Pasal, Bagian atau ayat adalah penunjukan kepada Pasal, Bagian atau ayat dari Perjanjian ini; 3. Undang-undang Republik Indonesia akan termasuk semua undang-undang, keputusan-keputusan, pernyataan-pernyataan, ordonansi-ordonasi, anggaran rumah tangga, peraturan-peraturan, kitab-kitab undang-undang dan petunjukpetunjuk yang memiliki kekuatan hukum yang berlaku di dalam Republik Indonesia termasuk tetapi tidak terbatas pada, yang dikeluarkan atau diundangkan oleh pemerintah atau pejabat pemerintah nasional, daerah atau kabupaten. Pasal 2 STRUKTUR PERJANJIAN 2.1 Perjanjian terdiri dari Perjanjian dan Dokumen-dokumen Pendukung. 2.2 Dokumen-dokumen Pendukung merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, saling melengkapi dan mempunyai kekuatan hukum yang sama serta mengikat Para Pihak seperti halnya pasal-pasal dalam Perjanjian. 2.3 Apabila terdapat perbedaan ketentuan anatara Dokumen Pendukung dengan bagianbagian dari Perjanjian ini, maka ketentuan yang akan dipergunakan adalah ketentuan yang tertuang dalam Perjanjian. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 5 dari 26

10 Pasal 3 LINGKUP PERJANJIAN 3.1 Para Pihak sepakat mengadakan Interkoneksi langsung antara jaringan Pencari Akses dengan Jaringan H3I sehingga setiap Penggguna masing-masing Pihak dapat mengirim atau menerima jasa layanan telekomunikasi yang telah disepakati Para Pihak ke atau dari setiap Pengguna masing-masing Pihak. 3.2 Jenis-jenis jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas secara rinci dituangkan dalam Dokumen Pendukung C. Pasal 4 MASA BERLAKU PERJANJIAN Perjanjian berlaku efektif dan mengikat Para Pihak terhitung sejak Perjanjian ditandatangani sebagaimana tersebut pada bagian awal Perjanjian, dan akan berlaku secara terus menerus, kecuali Perjanjian diakhiri berdasarkan kesepakatan tertulis dari Para Pihak, atau berakhir sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan Perjanjian; Pasal 5 HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK 5.1. Pencari Akses berkewajiban untuk: [berlaku untuk Penyelengara Jaringan] (1) Menyediakan jaringan, infrastruktur dan fasilitas pendukung yang menghubungi jaringan DDF H3I di lokasi POI, sesuai konfigurasi pada Dokumen Pendukung A. (2) Mengelola seluruh jaringan Pencari Akses dan seluruh infrastruktur Pencari Akses sesuai dengan standard industri yang baik. (3) Membayar kepada H3I biaya Interkoneksi, biaya ketersambungan, biaya penagihan, billing dan bad debt, dan biaya-biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian yang menjadi tanggung jawab Pencari Akses dan yang merupakan hak H3I sebagaimana dituangkan dalam Dokumen Pendukung B dan dokumen lainnya yang disepakati oleh Para Pihak. (4) Bertanggung jawab terhadap keluhan Pengguna Pencari Akses, yang terjadi sehubungan dengan penyelenggaraan Interkoneksi dimaksud dalam Perjanjian, sepanjang hal tersebut berada pada sisi jaringan yang menjadi tanggung jawab Pencari Akses. (5) Membuka kode akses milik Penyelenggara Jasa H3I di Jaringan Pencari Akses Pencari Akses berkewajiban untuk: [berlaku untuk Penyelengara Jasa] (6) Menyediakan infrastruktur dan fasilitas pendukung yang menghubungi jaringan DDF H3I di lokasi POI, sesuai konfigurasi pada Dokumen Pendukung A. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 6 dari 26

11 (7) Mengelola seluruh sistem jaringan Pencari Akses dan seluruh infrastruktur Pencari Akses sesuai dengan standard industri yang baik. (8) Membayar kepada H3I biaya Interkoneksi, biaya ketersambungan, biaya penagihan, billing dan bad debt, dan biaya-biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian yang menjadi tanggung jawab Pencari Akses dan yang merupakan hak H3I sebagaimana dituangkan dalam Dokumen Pendukung B dan dokumen lainnya yang disepakati oleh Para Pihak. (9) Bertanggung jawab terhadap keluhan Pengguna Pencari Akses, yang terjadi sehubungan dengan penyelenggaraan Interkoneksi dimaksud dalam Perjanjian, sepanjang hal tersebut berada pada sisi sistem yang menjadi tanggung jawab Pencari Akses. 5.3 H3I berkewajiban untuk: (1) Menyediakan akses di DDF H3I di lokasi POI, sesuai konfigurasi sebagaimana tersebut pada Dokumen Pendukung A. H3I dapat menyediakan jaringan penghubung ke DDF bilamana diminta oleh Pencari Akses dengan biaya yang disepakati oleh kedua belah Pihak. (2) Mengelola seluruh jaringan H3I dan seluruh infrastruktur Penyelenggaraan Jasa H3I sesuai dengan standar industri yang baik. (3) Membayar kepada Pencari Akses biaya Interkoneksi, biaya ketersambungan dan biaya-biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian yang merupakan hak Pencari Akses sebagaimana dituangkan dalam Dokumen Pendukung B dan dokumen lainnya yang disepakati oleh Para Pihak. (4) Bertanggung jawab terhadap keluhan Pengguna H3I, yang terjadi sehubungan degan penyelenggaraan Interkoneksi dimaksud dalam Perjanjian ini, sepanjang hal tersebut berada pada sisi jaringan menjadi tanggung jawab H3I. (5) Membuka kode akses milik Penyelenggara Jasa Pencari Akses di Jaringan H3I PENCARI AKSES berhak: (1) Menerima pembayaran biaya Interkoneksi dan biaya-biaya lainnya dari H3I yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian yang merupakan hak Pencari Akses sebagaimana dituangkan dalam Dokumen Pendukung B dan dokumen lainnya yang disepakati oleh Para Pihak setelah dikurangi pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Mendapatkan kualitas layanan Interkoneksi sebagaimana dituangkan dalam Dokumen Pendukung A H3I berhak: (1) Menerima pembayaran biaya Interkoneksi dan biaya-biaya lainnya dari Pencari Akses yang timbul sehubungan dengan pelaksanan Perjanjian ini yang Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 7 dari 26

12 merupakan hak H3I sebagaimana dituangkan dalam Dokumen Pendukung B dan Dokumen lainnya yang disepakati oleh Para Pihak setelah terlebih dahulu memperhitungkan pajak-pajak sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Mendapatkan kualitas layanan Interkoneksi sebagaimana dituangkan dalam Dokumen Pendukung A. Pasal 6 INTERKONEKSI DAN STANDAR 6.1 Para Pihak sepakat bahwa penyambungan Jaringan H3I dan Jaringan Pencari Akses akan dilakukan di POI yang ditentukan oleh Para Pihak sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pendukung D. 6.2 Dalam menggunakan layanan Interkoneksi berdasarkan Perjanjian ini, H3I dan Pencari Akses harus mengikuti standar spesifikasi teknis sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pendukung D dan juga konfigurasi teknis Interkoneksi sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pendukung A. PASAL 7 PERUBAHAN SISTEM DAN/ATAU JARINGAN 7.1 Masing-masing Pihak memiliki hak untuk melakukan perubahan sistem, penggantian atau substitusi teknologi atau spesifikasi teknis untuk meningkatkan fungsi dan/atau kinerja layanan-layanan, Perangkat Interkoneksi atau jaringan terkait yang disediakan ( Perubahan Sistem dan/atau Jaringan ) sedemikian rupa sehingga perubahan tersebut tidak merubah fungsi atau performansi atas layanan yang diberikan kepada Pihak lain. 7.2 Salah satu Pihak dapat melakukan Perubahan Sistem dan/atau Jaringan setiap saat sepanjang sesuai dengan dan mentaati ketentuan-ketentuan yang diatur Pasal ini. 7.3 Pihak yang mengajukan untuk melaksanakan Perubahan Sistem dan/atau Jaringan ( Pihak Yang Mengajukan Perubahan ) harus menyampaikan pemberitahuan Perubahan Sistem dan/atau Jaringan ( Pemberitahuan Perubahan Sistem dan/atau Jaringan ) kepada Pihak lain secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum Perubahan Sistem dan/atau Jaringan dilaksanakan. Pemberitahuan Perubahan Sistem dan/atau Jaringan tersebut harus sejauh mungkin menerangkan secara detail cara kerja, dampak, detail teknis dan dampak potensial kepada Sistem dan/atau Jaringan Pihak. 7.4 Pihak yang diberitahu harus memberikan tanggapan secara tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) Hari Kerja setelah menerima Pemberitahuan Perubahan Sistem dan/atau Jaringan. Jika tidak ada tanggapan yang diberikan dalam sepuluh Hari Kerja tersebut, Pihak lain dianggap menerima Perubahan Sistem dan/atau Jaringan tersebut. 7.5 Dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung sejak diterimanya Pemberitahuan Perubahan Sistem dan/atau Jaringan oleh Pihak lain, Para Pihak dapat melakukan evaluasi bersama guna membahas-hal-hal terkait, termasuk tapi tidak terbatas pada: Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 8 dari 26

13 a. Perubahan Sistim dan/atau Jaringan, jadwal pelaksanaan dan perencanaan hubungan putus; b. Perubahan Sistim dan/atau Jaringan yang dapat mempengaruhi kinerja Pihak lain termasuk namun tidak terbatas pada perubahan dan atau penggantian sentral baik secara hardware maupun software, Routing, dan sistem pensinyalan. 7.6 Masing-masing Pihak wajib menanggung biaya masing-masing Pihak yang timbul akibat Perubahan Sistem dan/atau Jaringan dalam hal: a. Para Pihak menyepakati secara tertulis untuk Perubahan Sistem dan/atau Jaringan demi keuntungan bersama; atau b. Terjadi suatu perubahan regulasi yang relevan yang menyebabkan diperlukan adanya Perubahan Sistem dan/atau Jaringan masing-masing Pihak. c. Perubahan Sistim dan/atau Jaringan diperlukan untuk menerapkan suatu standar yang ditetapkan dalam regulasi. 7.7 Para Pihak setuju untuk bekerjasama dan saling berkonsultasi pada saat implementasi Perubahan Sistem dan/atau Jaringan dan saling bertukar informasi mengenai langkahlangkah yang diperlukan, dengan maksud untuk memperkecil, menghapuskan segala gangguan terhadap Layanan Interkoneksi yang disediakan sesuai Perjanjian ini dan untuk mengakomodasi keinginan Para Pihak mengenai komitmen waktu dan implikasi Perubahan Sistem dan/atau Jaringan yang diusulkan. 7.8 Ketentuan Pasal ini tidak mengurangi hak salah satu Pihak untuk keperluannya sendiri sepanjang tidak menimbulkan gangguan dan biaya terhadap Pihak lainnya. Pasal 8 PERSETUJUAN PENYAMBUNGAN PERANGKAT INTERKONEKSI 8.1 Setiap pemasangan, penyambungan/koneksi perangkat dan/atau sistem salah satu Pihak dengan perangkat dan/atau sistem Pihak lainnya harus mendapat persetujuan terlebih dulu dari Pihak lain. 8.2 Setiap pembukaan Interkoneksi baru di suatu POI, termasuk pemasangan, penyambungan/koneksi perangkat dan atau sistem salah satu Pihak dengan perangkat dan/atau sistem Pihak lain harus dilakukan dengan melalui mekanisme/tahapan uji coba sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pendukung A. Pasal 9 ROUTING 9.1 Para Pihak wajib melakukan Routing secara langsung sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pendukung A. 9.2 Dalam hal ini Routing secara langsung sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas tidak dimungkinkan maka Para Pihak dapat menyalurkan melalui pihak ketiga penyedia layanan transit. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 9 dari 26

14 Pasal 10 PENOMORAN 10.1 Para Pihak wajib menggunakan dan mematuhi system penomoran, format penomoran, kerangka petunjuk pemakaian dan alokasi penomoran yang ditetapkan dalam rencana penomoran nasional (yang mengacu pada Fundamental Technical Plan yang diterbitkan Pemerintah) Para Pihak harus saling mengirimkan informasi penomoran yang akurat dan benar Ketentuan mengenai Sistem Penomoran Pencari Akses dan H3I untuk seluruh lokasi Area Pelayanan dan POC tercantum dalam Dokumen Pendukung A Dalam hal salah satu Pihak akan melakukan perubahan dan atau penambahan sistem penomoran yang berlaku sebagaiman tercantum dalam Dokumen Pendukung A, maka Pihak tersebut harus memberitahukan kepada Pihak lain secara tertulis selambatlambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya. Pasal 11 KAPASITAS DAN FORECAST 11.1 Para Pihak dengan itikad baik berkewajiban untuk menyediakan Forecast kebutuhan kapasitas untuk setiap layanan sekurang kurangnya untuk 2 (dua) tahun ke depan di tiaptiap lokasi POI yang ditawarkan, dan wajib ditinjau ulang setiap 3 (tiga) bulan sebagaimana diatur dalam Dokumen Pendukung A Forecast hanya akan digunakan untuk perencanaan, oleh karenanya Para Pihak tidak berkewajiban untuk menyediakan layanan apapun kepada Pihak lainnya kecuali jika Pihak lain tersebut telah memesan dan disetujui untuk ditetapkan pada suatu layanan oleh Pihak yang menyediakan Hal-hal yang berkaitan dengan pemesanan kapasitas diatur lebih rinci dalam Dokumen Pendukung A. Pasal 12 CLI (CALLING LINE IDENTIFICATION) 12.1 Jika satu Pihak meminta CLI dari Pihak lain, maka Pihak yang diminta akan memberikan CLI kepada Pihak yang meminta Permintaan CLI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, dapat dipenuhi terbatas untuk tujuan sebagai berikut : a. Manajemen trafik; b. Manajemen penagihan; c. Pelacakan suatu panggilan, identifikasi atas panggilan yang tidak disertai niat baik dan berbagai bentuk kompilasi statistik yang berkaitan dengan originasi panggilan; d. Menampilkan CLI kepada Pengguna sesuai dengan ketetapan regulasi; e. Berbagai aktivitas yang berkaitan dengan permintaan atau pertanyaan Pengguna; dan f. Pencegahan dan pendeteksian kecurangan/penipuan. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 10 dari 26

15 12.3 Jika ada suatu perubahan dalam undang-undang atau peraturan yang berkenaan dengan CLI, maka Para Pihak harus mematuhi ketentuan hukum tersebut dengan merubah pengoperasian CLI sesuai dengan undang-undang yang baru. Pasal 13 OPERASI DAN PEMELIHARAAN PERANGKAT INTERKONEKSI 13.1 Batas fisik tanggung jawab operasi dan pemeliharaan atas Perangkat Interkoneksi dari masing-masing Pihak adalah sampai dengan DDF H3I Para Pihak wajib mengusahakan dan mewujudkan dengan segala daya upaya untuk menjamin dan meningkatkan mutu layanan Interkoneksi dengan melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan sebaik-baiknya, termasuk tetapi tidak terbatas pada dengan cara : a. Saling memberikan informasi dan data pengukuran trafik Link Interkoneksi. b. Menjaga performansi jaringan masing-masing Pihak agar diperoleh kinerja yang optimal. Pasal 14 PERLINDUNGAN DAN KEAMANAN SISTEM DAN/ATAU JARINGAN 14.1 Para Pihak wajib bertanggung jawab atas keamanan pengoperasian Sistem dan/atau Jaringan masing-masing dan wajib mengambil setiap langkah yang diperlukan sehingga pengoperasian Sistem dan/atau Jaringan tersebut tidak akan: a. Membahayakan kesehatan dan keselamatan dari para karyawan, kontraktor, pekerja, agen atau pelanggan dari Pihak lain; b. Merusak, mengganggu, atau menimbulkan masalah terhadap pengoperasian sistem milik Pihak lain Dalam hal pengoperasian Sistem dan/atau Jaringan Pencari Akses membahayakan kesehatan dan keselamatan dari dari para karyawan, kontraktor, pekerja, agen atau pelanggan dari H3I, atau merusak, mengganggu, atau menimbulkan masalah terhadap pengoperasian Sistem dan/atau Jaringan milik H3I, Pencari Akses bertanggung jawab atas kerugian dan berkewajiban untuk memperbaikinya, dengan biayanya sendiri. Pasal 15 RUANG LINGKUP LAYANAN INTERKONEKSI 15.1 Interkoneksi Jaringan H3I dengan Jaringan Pencari Akses harus dapat melayani jenisjenis layanan Interkoneksi end to end yang telah disepakati oleh Para Pihak Layanan Interkoneksi harus mampu memberikan data kepada Para Pihak, sehingga baik H3I maupun Pencari Akses dapat menghitung biaya dan pendapatan Interkoneksi yang harus dikeluarkan dan diterima oleh masing-masing Pihak. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 11 dari 26

16 15.3 Jenis layanan telekomunikasi yang diinterkoneksikan serta penyelenggaraan pelayanan bersama sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini tercantum dalam Dokumen Pendukung C Dalam hal Para Pihak menyelenggarakan pelayanan bersama, maka penyediaan sarana dan pemprogramanan kode aksesnya menjadi tanggung jawab masing-masing Pihak Layanan Interkoneksi yang telah disepakati oleh para Pihak dapat dirubah dan/atau ditambah sesuai kesepakatan tertulis antara Para Pihak. Pasal 16 KUALITAS LAYANAN Pemberian kualitas layanan Interkoneksi yang diberikan oleh masing-masing Pihak harus memperhatikan parameter performansi jaringan yang sesuai dengan standar kinerja yang tercantum secara rinci dalam Dokumen Pendukung A. Pasal 17 LAYANAN BARU 17.1 Masing-masing Pihak dapat mengusulkan kepada Pihak lain untuk menambah layanan baru, sepanjang layanan baru tersebut tidak bertentangan dengan lisensi yang dimiliki Para Pihak Para Pihak akan memenuhi permintaan Pihak lain mengenai layanan baru sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, untuk dimasukkan ke dalam Perjanjian termasuk penetapan fasilitas dan persyaratan standar, jika permintaan tersebut telah disepakati secara tertulis dan sesuai dengan persyaratan standar yang diberikan oleh Para Pihak. Pasal 18 TARIF INTERKONEKSI 18.1 Tarif Interkoneksi antara H3I dan Pencari Akses adalah sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pendukung C Tarif Interkoneksi sebagaimana dimaksud di atas dapat ditinjau kembali sesuai dengan peraturan Pemerintah tentang Tarif Interkoneksi antar penyelenggara telekomunikasi dan atau berdasarkan kesepakatan oleh Para Pihak, sepanjang dimungkinkan oleh peraturan yang berlaku dan sesuai dengan Prosedur sebagaimana tersebut pada Dokumen Pendukung C. Pasal 19 PEMBEBANAN BIAYA, PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN 19.1 Atas penggunaan Layanan Interkoneksi yang dimaksud pada Perjanjian Para Pihak sepakat untuk dikenakan biaya-biaya sebagaimana dimaksud dalam dokumen Pendukung C Untuk keperluan penagihan masing-masing Pihak berkewajiban untuk mengikuti prosedur yang terkait Layanan Interkoneksi sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pendukung B. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 12 dari 26

17 19.3 Tatacara penyelesaian penagihan dan pembayaran secara rinci tercantum dalam Dokumen Pendukung B Pencari Akses berkewajiban, atas biayanya sendiri untuk menyediakan Jaminan Keuangan dalam bentuk uang jaminan atau jaminan bank (bank guarantee) dengan isi, format, dan bank penerbit yang disetujui oleh H3I Pencari Akses akan, sebagaimana diminta oleh H3I, menyediakan, menjaga atau menambah Jaminan Keuangan kepada H3I dalam jumlah senilai dengan 2 (dua) kali tingkat prospektif dari tagihan bulanan Pencari Akses. H3I berhak menyimpan jaminan keuangan yang disediakan oleh Pencari Akses selama H3I memberikan Layanan Interkoneksi (walaupun Layanan Interkoneksi sedang atau telah disuspensi), tanpa adanya kewajiban untuk memberikan bunga atas jaminan keuangan tersebut. H3I berhak mengunakan uang jaminan atau mencairkan jaminan bank tersebut untuk memenuhi kewajiban pembayaran Pencari Akses berdasarkan Perjanjian Dari waktu ke waktu, H3I dapat meminta informasi keuangan Pencari Akses, dan pencari akan memberikan informasi tersebut dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya surat permintaan dari H3I. Berdasarkan informasi yang diberikan, H3I berhak dengan pertimbangan H3I sendiri, untuk meminta Pencari Akses untuk menambah Jaminan Keuangan. Pencari Akses berkewajiban untuk menyediakan tambahan Jaminan Keuangan kepada H3I dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan untuk penambahan Jaminan Keuangan dari H3I Dalam hal Pencari Akses lalai atau gagal dalam menyediakan Jaminan Keuangan sebagaimana disebutkan pada Pasal 19.5 dan pasal 19.6, maka: 1. kelalaian atau kegagalan Pencari Akses ini merupakan pelanggaran Perjanjian; 2. H3I berhak untuk mengunakan Jaminan Keuangan untuk pembayaran kewajibankewajiban Pencari Akses kepada H3I berdasarkan Perjanjian ini; 3. H3I berhak untuk mengakhiri Perjanjian ini sesuai dengan Pasal 23 Perjanjian ini H3I berhak untuk mengunakan Jaminan Keuangan untuk pembayaran kewajibankewajiban Pencari Akses kepada H3I berdasarkan Perjanjian ini; 19.9 Pencari Akses berkewajiban untuk menjaga jumlah Jaminan Keuangan sebagaimana tersebut pada Perjanjian ini, dan Pencari Akses setuju bahwa H3I akan menyimpan Jaminan Keuangan sampai dengan, mana yang lebih akhir: 1. Pengakhiran Perjanjian ini; 2. pelunasan semua kewajiban Pencari Akses berdasarkan Perjanjian ini. Pasal 20 BIAYA TRANSFER PANGGILAN (CALL FORWARDING) Apabila Pengguna dari salah satu Pihak melakukan suatu transfer panggilan (Call Forwarding) kepada Pengguna Pihak lain, maka panggilan tersebut dikenakan beban biaya seperti panggilan pada umumnya kecuali apabila nomor tujuan transfer tidak dikenali. Pasal 21 Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 13 dari 26

18 FRAUD INTERKONEKSI 21.1 Para Pihak sepakat bahwa setiap panggilan Interkoneksi yang berhasil ke Para Pihak harus memiliki penomoran yang jelas sesuai dengan yang tercantum pada Dokumen Pendukung A Pencari Akses dilarang melakukan atau membiarkan terjadinya Fraud dalam bentuk rekayasa teknis, adminstratif, dan/atau Fraud dalam bentuk apapun lainnya sedemikian rupa sehingga menyebabkan H3I berpotensi atau secara nyata menderita kerugian, penurunan pendapatan, dan/atau penambahan beban biaya yang sewajarnya tidak ditanggung oleh H3I Rekayasa teknis, adminstratif dan/atau Fraud sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini, termasuk namun tidak terbatas pada : a. Membuat Dummy Number tanpa persetujuan tertulis dari H3I terlebih dahulu; b. Menyembunyikan atau tidak memberitahukan adanya Dummy Number kepada H3I, meskipun Dummy Number tersebut secara teknis tidak dapat dihindari; c. Mengubah, mengganti, menambah dan/atau mengurangi informasi/digit pada system pensinyalan antar jaringan telekomunikasi tanpa alasan yang secara wajar dapat dibenarkan (misalnya mengubah, mengganti, menambah dan/atau mengurangi digit A-number, B-number, Kode Area, Kode Jaringan, Kode Trunk Group dan lain sebagainya sehingga jaringan telekomunikasi H3I mendapatkan informasi yang tidak benar, misalnya yang semestinya Panggilan SLJJ menjadi Panggilan local atau yang semestinya Panggilan SLI menjadi Panggilan SLJJ dan/atau lokal); d. Menambah dan/atau mengurangi data/informasi yang terdapat pada CDR; e. Melanggar ketentuan yang telah disepakati mengenai Konfigurasi Interkoneksi, Titik Interkoneksi, Sentral Gerbang, Call Scenario, SMS Scenario dan format CDR; f. Menyalurkan trafik Interkoneksi yang tidak jelas atau tidak dapat ditelusuri asalusulnya; g. Membuka atau menutup Prefiks, Kode Akses, dan/atau meneruskan panggilan Interkoneksi yang menyebabkan panggilan Interkoneksi terjadi diluar Call Scenario yang telah disepakati dalam Dokumen Pendukung A. h. Melakukan pengalihan trafik (refiling) dalam rangka memanfaatkan perbedaan biaya Interkoneksi Untuk jasa layanan SMS, Pencari Akses sepakat untuk tidak melakukan pengiriman SMS Broadcast dari Pencari Akses ke Pengguna H3I demikian juga berlaku sebaliknya Para Pihak tidak diperbolehkan melakukan Spamming melalui SMS kepada Pengguna pihak lainnya secara langsung maupun melalui pihak ketiga. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 14 dari 26

19 21.4 Pelanggaran terhadap ketentuan pada ayat 21.1; 21.2 dan 21.3 Pasal ini digolongkan kepada perbuatan kecurangan (Fraud) Untuk mencegah terjadinya Fraud dalam Panggilan Interkoneksi, H3I berhak meminta dan melakukan pembatasan durasi panggilan Interkoneksi Apabila terdapat dugaan terjadinya Fraud yang dilakukan oleh Pencari Akses, maka H3I berhak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai dugaan adanya telah terjadi fraud ( Surat Pemberitahuan Adanya Dugaan Fraud ) kepada Pencari Akses, dan Pencari Akses harus segera melakukan klarifikasi kepada H3I dalam jangka waktu 5 (lima) Hari Kerja sejak diterimanya Surat Pemberitahuan Adanya Dugaan Fraud tersebut Apabila dalam jangka waktu lebih dari 5 (lima) Hari Kerja sejak diterimanya Surat Pemberitahuan Adanya Dugaan Fraud, Pencari Akses tidak melakukan klarifikasi kepada H3I, H3I dapat melakukan pemblokiran sumber Fraud secara sepihak Apabila dugaan Fraud sebagaimana Pasal 21.6 terbukti, maka Pencari Akses harus menghentikan perbuatan Fraud selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1x24 jam dan H3I dapat melakukan pemblokiran sumber fraud dan/atau menunda pelaksanaan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian sampai dengan selesainya penyelesaian Fraud Pembuktian atas adanya Fraud sebagiamana dimaksud ayat 21.8 Pasal ini menerapkan azas pembuktian terbalik, dimana Pencari Akses harus membuktikan bahwa yang bersangkutan tidak melakukan pelanggaraan yang dituduhkan Untuk perbuatan kecurangan (fraud) yang tergolong dalam perbuatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21.1, 21.2 dan 21.3 akan dikenakan tarif Interkoneksi yang berbeda dari ketentuan yang diatur pada Dokumen Pendukung C Untuk perbuatan kecurangan (fraud) yang dimaksud dalam Pasal ini, Pencari Akses akan dikenakan tarif tertinggi sebagaimana yang tertuang dalam ketentuan yang diatur pada Dokumen Pendukung C dan ditambah denda sebesar Rp (sepuluh milyar rupiah) untuk setiap kasus, yang harus dibayarkan selambat-lambatnya 20 (dua puluh) Hari Kerja sejak pengajuan klaim Setiap pelanggaran atas larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dapat pula diadukan ke pihak yang berwajib atas dasar ketentuan Pidana yang diatur dalam Undang- Undang yang berlaku dan dengan tidak mengesampingkan ketentuan lain dalam Perjanjian ini, Pencari Akses dengan ini membebaskan H3I dari tuntutan, klaim, gugatan, biaya dan kerugian yang mungkin timbul akibat fraud sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini Pelanggaran Perjanjian Pasal 22 PELANGGARAAN PERJANJIAN DAN SUSPENSI Tiap-tiap kejadian berikut ini merupakan pelanggaran Perjanjian: Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 15 dari 26

20 a. Salah satu Pihak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau melanggar ketentuan dalam Perjanjian, dimana pelanggaran tersebut mempengaruhi kemampuan Pihak lain dalam menyediakan Layanan Interkoneksi bagi Pihak lain; atau b. Izin penyelenggara Pihak lain berubah yang mengakibatkan Pihak tersebut menjadi tidak memiliki hak untuk mendapatkan Layanan Interkoneksi yang berada dalam lingkup Perjanjian ini; atau c. Pihak lain telah menggunakan atau akan menggunakan layanan apapun yang diberikan berdasarkan Perjanjian ini untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum; atau d. Informasi penting yang diberikan Pihak lain kepada Pihak Peminta Pengakhiran adalah tidak benar atau menyesatkan dan mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap Pihak Peminta Pengakhiran. e. Berada dalam keadaan tidak mampu untuk membayar hutang, atau menjadi insolvent, atau telah berhenti atau terancam untuk berhenti melakukan kegiatan usaha; atau f. Jaringan salah satu Pihak telah menyebabkan atau secara wajar akan menyebabkan bahaya secara fisik maupun teknis terhadap manusia, jaringan telekomunikasi, sistem atau layanan Pihak tersebut maupun Pihak lain, termasuk namun tidak terbatas pada menyebabkan kerusakan, interfensi atau menyebabkan gangguan dalam pengoperasian jaringan milik Pihak lain; atau g. Salah satu Pihak telah menggunakan atau akan menggunakan layanan apapun yang diberikan berdasarkan Perjanjian ini untuk melaksanakan hal-hal yang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia; atau h. Salah satu Pihak tidak dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan kelayakan kredit atau tambahan Jaminan Keuangan sebagaimana diminta oleh Pihak lainnya Pelanggaran salah satu Pihak untuk melaksanakan salah satu atau beberapa ketentuan dalam Perjanjian tidak mempengaruhi Pihak lain untuk melaksanakan ketentuan tersebut Tidak adanya tuntutan oleh salah satu Pihak atas suatu pelanggaraan terhadap suatu ketentuan Perjanjian yang dilakukan oleh Pihak lainnya, bukan merupakan pembebasan atas pelanggaran tersebut Khusus untuk masalah fraud, ketentuan sebagaimana tersebut dalam Pasal ini dapat tidak diberlakukan apabila ditentukan lain dalam Pasal 21 mengenai Fraud Apabila terjadi pelanggaran, maka Pihak yang tidak melakukan pelanggaran ( Pihak Yang Tidak Melakukan Pelanggaran ) akan menyampaikan pemberitahuan tertulis tentang adanya pelanggaran ( Pemberitahuan Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 16 dari 26

21 Pelanggaran ) kepada Pihak yang melakukan pelanggaran atas Perjanjian ( Pihak Melakukan Pelanggaran ) dan meminta Pihak Yang Melakukan Pelanggaran untuk memperbaiki pelanggaran tersebut dalam jangka waktu 20 (dua puluh) Hari Kerja sejak diterimanya pengajuan pernyataan tentang pelanggaran tersebut ( Jangka Waktu Perbaikan Pelanggaran ): Apabila Pihak Yang Melakukan Pelanggaran gagal untuk memperbaiki pelanggaran di dalam Jangka Waktu Perbaikan Pelanggaran, maka dengan pemberitahuan tertulis yang disampaikan oleh Pihak Yang Tidak Melakukan Pelanggaran kepada Pihak Yang Melakukan Pelanggaran dalam jangka waktu 20 (dua puluh) Hari Kerja setelah berakhirnya Jangka Waktu Perbaikan Pelanggaran, Pihak Yang Tidak Melakukan Pelanggaran dapat melakukan Suspensi sampai dengan perbaikan atas pelanggaran telah selesai dilakukan oleh Pihak Yang Melakukan Pelanggaran Khusus untuk pelanggaran mengenai keterlambatan pembayaran, Para Pihak sepakat untuk tidak memberlakukan pasal dan dari Perjanjian ini, dan akan memberlakukan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pendukung B Apabila terdapat Suspensi sebagaimana tersebut di atas yang diakibatkan oleh salah satu Pihak ( Pihak Penyebab Kejadian Suspensi ), maka Pihak lain akan menyampaikan pemberitahuan tertulis tentang adanya pelanggaran ( Pemberitahuan Suspensi ) kepada Pihak Penyebab Kejadian Suspensi, dan meminta Pihak Penyebab Kejadian Suspensi untuk memperbaiki Kejadian Suspensi tersebut dalam jangka waktu selambat-lambatnya 20 (dua puluh) Hari Kerja atau Jangka Waktu Perbaikan Pelanggaran, terhitung sejak diterimanya Pemberitahuan Suspensi tersebut ( Jangka Waktu Perbaikan Kejadian Suspensi ); Apabila Pihak Penyebab Kejadian Suspensi gagal untuk memperbaiki Kejadian Suspensi dalam Jangka Waktu Perbaikan Kejadian Suspensi, maka dengan pemberitahuan tertulis yang disampaikan oleh Pihak lain kepada Pihak Penyebab Kejadian Suspensi dalam jangka waktu 20 (dua puluh) Hari Kerja setelah berakhirnya Jangka Waktu Perbaikan Kejadian Suspensi, Pihak lain dapat melakukan Suspensi sampai dengan perbaikan atas Kejadian Suspensi telah selesai dilakukan oleh Pihak Yang Melakukan Pelanggaran atau Pihak Penyebab Kejadian Suspensi Dalam keadaan darurat, Pihak lain dapat menetapkan Jangka Waktu Perbaikan Kejadian Suspensi yang lebih pendek dengan memberikan pertimbangan yang yang wajar dan masuk akal Pelaksanaan Suspensi tidak menghentikan Pihak lain yang memiliki kewajiban untuk tetap melaksanakan pembayaran atas layanan yang diterima sebelum Suspensi dilaksanakan. Pasal 23 PENGAKHIRAN PERJANJIAN Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 17 dari 26

22 23.1 Perjanjian ini dapat berakhir apabila Para Pihak sepakat untuk mengakhiri Perjanjian ini dan menuangkan kesepakatan pengakhiran tersebut dalam bentuk tertulis; 23.2 Masing-masing Pihak ( Pihak Yang Ingin Mengakhiri Perjanjian ) dapat melakukan pengakhiran atas Perjanjian ini dengan memberikan pemberitahuan tertulis terlebih dahulu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) Hari Kerja, apabila: Salah satu Pihak berhenti sebagai penyelenggara telekomunikasi; atau Pihak Yang Melakukan Pelanggaran gagal untuk memperbaiki pelanggaran dalam jangka waktu 20 (dua puluh) Hari Kerja setelah berakhirnya Periode Perbaikan Pelanggaran; 23.3 Pihak Yang Ingin Mengakhiri Perjanjian dapat mengakhiri Perjanjian dalam jangka waktu 5 (lima) Hari Kerja setelah memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lainnya, apabila: Pihak yang berwenang (Pengadilan atau otoritas pemerintahan lainnya) telah memerintahkan atau membuat keputusan untuk membubarkan Pihak lain; Likuidator atau petugas lain yang berwenang telah ditunjuk untuk mengambil alih (menyita) sebagian atau seluruh asset Pihak lain bagi kepentingan kreditornya; Salah satu Pihak tidak mampu membayar kewajiban hutangnya kepada kreditur yang telah jatuh tempo; Suatu kondisi force majeure yang mengakibatkan salah satu Pihak (atau keduanya) tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada Pihak lain secara terus menerus selama 6 (enam) bulan Dalam hal Perjanjian diakhiri, maka : Perjanjian dan kewajiban satu Pihak kepada Pihak lain berakhir, kecuali kewajiban-kewajiban, hak-hak dan ganti rugi-ganti rugi dari satu Pihak kepada Piak lain sehubungan dengan setiap tuntutan atau pelanggaran dari janji ketentuan Perjanjian yang ada sebelum tanggal Pengakhiran Perjanjian Seluruh tagihan kepada salah satu Pihak otomatis akan jatuh tempo pada saat pengakhiran Perjanjian. Pengakhiran Perjanjian tidak menghapuskan hak dan kewajiban masing-masing Pihak yang belum diselesaikan. H3I berhak mengenakan denda kepada Pencari Akses senilai denda atas penghapusan kapasitas sesuai ketentuan dalam Dokumen Pendukung A Seluruh tagihan yang jatuh tempo atau bunga atas tagihan kepada masing-masing Pihak berdasarkan Perjanjian sampai dengan tanggal pengakhiran wajib dibayar kepada Pihak yang berhak; Khusus untuk pengakhiran Perjanjian yang diakibatkan karena gagal bayar maka Pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenakan denda sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pendukung B. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 18 dari 26

23 Masing-masing Pihak dengan biaya sendiri wajib secepatnya mengambil seluruh Perangkat Interkoneksi (bila ada) yang ditempatkan di lokasi Pihak lain yang digunakan berdasarkan Perjanjian dan perjanjian lain yang terkait Dalam hal Perangkat Interkoneksi milik Pihak ( Pihak Pemilik Peralatan ) yang ditempatkan di lokasi Pihak lain ( Pihak Pemilik Lokasi ) tidak dipindahkan sendiri oleh Pihak Pemilik Peralatan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) Hari Kerja setelah tanggal pengakhiran, Pihak Pemilik Lokasi dapat memindahkan, dan tidak bertanggung jawab atas proses pemindahan maupun kondisi peralatan/fasilitas yang dipindahkan tersebut. Pihak Pemilik Lokasi berhak membebankan kepada Pihak lain biaya-biaya wajar yang timbul dalam pemindahan peralatan tersebut Pada saat pengakhiran Perjanjian ini, masing-masing Pihak harus, dengan biayanya sendiri, mengembalikan kepada Pihak lain, atau setelah adanya pemberitahuan dari Pihak lain, menghancurkan atau menghapuskan seluruh dokumen atau formulir-formulilr lain dari tempat penyimpanan yang terikat atau berisi informasi rahasia milik Pihak lain atau informasi yang dengannya dapat dibuat suatu informasi rahasia Dalam hal pengakhiran Perjanjian, Para Pihak sepakat untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. Pasal 24 PENGKAJIAN ULANG 24.1 Salah satu Pihak dapat mengusahakan perubahan dari Perjanjian ini dengan memberikan pemberitahuan Kajian Ulang kepada Pihak lain, dalam hal: a. izin Pihak lain atau suatu kondisi mengalami perubahan yang bersifat material (baik melalui amandemen atau penggantian); atau b. Suatu perubahan yang bersifat material terjadi pada peraturan perundangan atau regulasi nasional; atau c. Para Pihak secara tertulis menyetujui perlunya dilakukan suatu pengkajian ulang terhadap Perjanjian ini; atau d. Terjadi suatu perubahan bersifat material (termasuk tindakan penegakan hukum oleh Regulator atau Pemerintah sebagaimana disyaratkan) yang berdampak (atau diperkirakan demikian) terhadap aspek komersial atau teknis dari Perjanjian; atau e. Perjanjian secara keseluruhan atau sebagian darinya memerlukan pengkajian ulang berdasarkan suatu alasan tertentu (baik secara teknis ataupun komersial) Pemberitahuan Pengkajian Ulang harus menguraikan secara rinci tentang berbagai Pasal dan/atau Dokumen dalam Perjanjian yang memerlukan pengkajian ulang Dalam hal Para Pihak tidak dapat mencapai kesepakatan berkaitan dengan pengkajian ulang Perjanjian, masing-masing Pihak wajib menyelesaikannya secara final berdasarkan ketentuan penyelesaian perselisihan Interkoneksi yang disepakati dalam Perjanjian. Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 19 dari 26

24 24.4 Dalam hal DPI H3I dirubah sebagaimana disetujui oleh Pemerintah atau BRTI, maka perubahan tersebut akan mengikat Pencari Akses, sebagaimana diberitahukan secara tertulis oleh H3I. Pasal 25 PENYEDIAAN DAN KERAHASIAAN INFORMASI 25.1 Masing-masing Pihak wajib memberikan informasi yang benar yang dibutuhkan oleh Pihak lainnya untuk membangun dan melaksanakan Interkoneksi berdasarkan Perjanjian ini Dengan tetap memegang teguh untuk menjaga kerahasiaan informasi, masing-masing Pihak berhak meminta kepada Pihak lainnya informasi mengenai protokol yang digunakan oleh Pihak yang bersangkutan untuk keperluan Interkoneksi dan penerusan Panggilan Interkoneksi, dan Pihak yang diminta, apabila memilikinya, wajib memberikan informasi tersebut Para Pihak sepakat untuk memperlakukan seluruh informasi yang saling dipertukarkan di antara Para Pihak sebagai sesuatu yang bersifat rahasia ( Informasi Rahasia ). Oleh karena itu, Para Pihak tidak akan memberitahukan informasi tersebut kepada siapapun, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik sebagian maupun seluruhnya, kecuali secara tegas disyaratkan dalam Pasal 25.5 di bawah ini Masing-masing Pihak tidak diperbolehkan untuk mempergunakan Informasi Rahasia untuk tujuan lainnya selain untuk mengimplementasikan Perjanjian, termasuk diantaranya mempergunakan Informasi Rahasia untuk memperoleh keuntungan tanpa memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pihak pemilik Informasi Rahasia Para Pihak sepakat untuk membatasi pengungkapkan Informasi Rahasia hanya kepada para pemegang saham atau Pihak terafiliasi, direksi, komisaris masing-masing Pihak, atau pegawai-pegawai dari masing-masing Pihak yang secara langsung berhubungan dengan penyusunan dan pengimplementasian Perjanjian, para penasihat dan konsultan dari masing-masing Pihak yang karena profesi dan keharusan perlu untuk mengetahui Informasi Rahasia untuk tujuan mengimplementasikan dan pengkajian atas Perjanjian ini, serta kepada pejabat instansi pemerintah terkait dan pengadilan sebagai salah satu bahan pembuktian penyelesaian sengketa. Para Pihak sepakat bahwa dalam rangka pengungkapan Informasi Rahasia sebagaimana tersebut di atas, Pihak yang mengungkapkan Informasi Rahasia menjamin bahwa pihak (-pihak) yang menerima Informasi Rahasia tersebut di atas akan terikat dengan Pasal 25 dari Perjanjian ini, dan akan menandatangani perjanjian untuk merahasiakan Informasi Rahasia Para Pihak sepakat untuk mengecualikan Informasi Rahasia yang diberikan oleh Pihak pemilik Informasi Rahasia kepada Pihak penerima Informasi Rahasia menjadi tidak bersifat rahasia lagi apabila : a. Telah menjadi milik publik sebelum atau pada saat ditandatanganinya Perjanjian ini; b. Diterima dari pihak ketiga yang mendapatkan informasi secara sah dan tidak diwajibkan untuk dirahasiakan; Perjanjian Pokok Interkoneksi Halaman 20 dari 26

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI 1. Area Pelayanan adalah suatu wilayah yang diidentifikasikan sebagai satu kesatuan pelayanan di

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI PT. XL AXIATA,Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. A H... 1 2. I P... 3 3. Q Z... 7 Dokumen Pendukung E : Definisi Dan Interpretasi Hal ii

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI DAFTAR ISI Bab I Ketentuan Umum... 5 Pasal 1. Definisi... 5 Pasal 2. Struktur Perjanjian... 8 Pasal 3. Lingkup Perjanjian...

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI PT. XL AXIATA,Tbk 2014 DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM... 5 Pasal 1 DEFINISI DAN INTERPRETASI... 5 Pasal 2 STRUKTUR PERJANJIAN... 9 Pasal 3

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI 1. Area Pelayanan adalah suatu wilayah yang diidentifikasikan sebagai satu kesatuan pelayanan di

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY Pendahuluan Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informasi No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006 tahun 2006,

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. INDOSAT

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. INDOSAT LAMPIRAN 3 : Keputusan Direktur Jendral Pos dan Telekomunikasi Nomor 278/DIRJEN/2006 Tentang Persetujuan terhadap Dokumen Penawaran Interkoneksi Milik Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi Dengan Pendapatan

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI DAFTAR ISI Bab I Ketentuan Umum... 6 Pasal 1. Definisi... 6 Pasal 2. Struktur Perjanjian... 12 Pasal 3. Lingkup Perjanjian...

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN PT. XL AXIATA, Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. TITIK INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN... 1 2. DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI... 2 3. XL100 - LAYANAN

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. TELKOMSEL

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. TELKOMSEL LAMPIRAN 2 : Keputusan Direktur Jendral Pos dan Telekomunikasi Nomor 278/DIRJEN/2006 Tentang Persetujuan terhadap Dokumen Penawaran Interkoneksi Milik Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi Dengan Pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN DAFTAR ISI 1 Perekaman Informasi Tagihan... 3 2 Proses Kliring Interkoneksi... 4 3 Pertukaran Informasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. XL AXIATA, Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. PEREKAMAN INFORMASI TAGIHAN... 1 2. PERTUKARAN INFORMASI TAGIHAN... 4 3. PENAGIHAN...

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) REFERENCE INTERCONNECT OFFER (RIO) TELKOMSEL

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) REFERENCE INTERCONNECT OFFER (RIO) TELKOMSEL Lampiran II : Keputusan Direktur Jenderal Pos & Telekomunikasi Nomor : 205 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Terhadap Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) Milik Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi Dengan

Lebih terperinci

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular EXECUTIVE SUMMARY

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular EXECUTIVE SUMMARY Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular EXECUTIVE SUMMARY Pendahuluan Dengan ditetapkannya PM No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006 tahun 2006, maka Telkomsel sebagai salah satu operator

Lebih terperinci

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) EXECUTIVE SUMMARY

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) EXECUTIVE SUMMARY Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) EXECUTIVE SUMMARY Pendahuluan Dengan ditetapkannya PM No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006 tahun 2006 serta berdasarkan Keputusan Dirjen

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank

Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank (berikut semua lampiran, dan/atau perubahannya

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat ( Syarat dan Ketentuan Umum ) ini berlaku bagi Nasabah yang permohonan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYUSUNAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (P2DPI) DAFTAR ISI

PETUNJUK PENYUSUNAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (P2DPI) DAFTAR ISI LAMPIRAN 3 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN IFORMATIKA NOMOR : /Per/M.KOMINF/02/2006 TANGGAL : Pebruari 2006 PETUNJUK PENYUSUNAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (P2DPI) DAFTAR ISI 1. KETENTUAN UMUM... 1

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

KETENTUAN BERLANGGANAN

KETENTUAN BERLANGGANAN KETENTUAN BERLANGGANAN Pasal 1 Definisi 1. Ketentuan Berlangganan adalah ketentuan yang wajib dipatuhi baik oleh Mitra maupun D&K sehubungan dengan pelayanan PEMBUKAAN AKSES ONLINE PAYMENT POINT berdasarkan

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN DAFTAR ISI 1 Perekaman Informasi Tagihan... 3 2 Proses Kliring Interkoneksi... 4 3 Pertukaran Informasi

Lebih terperinci

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti sebagai berikut: a. "Angsuran" adalah besar pembayaran

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah Dana Bantuan Sahabat yang sebelumnya adalah Nasabah aktif ANZ Personal Loan pada saat produk

Lebih terperinci

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak ) PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari dan tanggal yang disebutkan dalam Lampiran I Perjanjian ini, oleh dan antara: 1. Koperasi Sahabat Sejahtera Anda, suatu koperasi

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG B: PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN DAFTAR ISI 1 Perekaman Informasi Tagihan... 3 2 Proses Kliring Interkoneksi... 4 3 Pertukaran Informasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 412/BL/2010 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA INTERNET TELEPONI UNTUK KEPERLUAN PUBLIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA INTERNET TELEPONI UNTUK KEPERLUAN PUBLIK PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA INTERNET TELEPONI UNTUK KEPERLUAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

ATURAN POKOK AKSES KE FASILITAS PENTING INTERKONEKSI

ATURAN POKOK AKSES KE FASILITAS PENTING INTERKONEKSI LAMPIRAN 4 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN IFORMATIKA NOMOR : /Per/M.KOMINF/02/2006 TANGGAL : Pebruari 2006 ATURAN POKOK AKSES KE FASILITAS PENTING INTERKONEKSI DAFTAR ISI 1. KETENTUAN UMUM... 1 2. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGGUNAAN C-BEST UNTUK POST TRADE PROCESSING Nomor: SP-000/MI/KSEI/mmyy

PERJANJIAN PENGGUNAAN C-BEST UNTUK POST TRADE PROCESSING Nomor: SP-000/MI/KSEI/mmyy PERJANJIAN PENGGUNAAN C-BEST UNTUK POST TRADE PROCESSING Nomor: SP-000/MI/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelenggaraan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Living, Breathing Asia SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah yang permohonan Dana Bantuan Sahabat telah disetujui. Harap membaca Syarat

Lebih terperinci

LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM. Untuk

LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM. Untuk LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM Untuk IKUT SERTA DALAM LELANG DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN. Perjanjian Konsorsium untuk Pelaksanaan Pekerjaan 18 ( PERJANJIAN KONSORSIUM ) ini dibuat dan ditandatangani pada

Lebih terperinci

Berikut ini adalah beberapa istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut:

Berikut ini adalah beberapa istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut: Syarat dan Ketentuan Pendana Terima kasih telah mengunjungi platform kami di www.danain.co.id, kami sebagai penyedia jasa layanan investasi berbasis digital akan selalu berupaya sebaik mungkin dalam memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelenggaraan

Lebih terperinci

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut: 1. Perjanjian Perjanjian ini dibuat pada tanggal ditandatangani, antara pihak (1) LS ICSM Indonesia sebagai lembaga sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Lenteng Agung No. 11B, Jakarta Selatan 12610 dan

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA PT. XL AXIATA, Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. TITIK INTERKONEKSI... 4 2. DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI... 5 3. XL100 - LAYANAN

Lebih terperinci

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari [masukan hari penandatanganan] tanggal [masukkan tanggal penandantangan], oleh dan antara: 1. Koperasi Mapan Indonesia, suatu

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

2017, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika te

2017, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika te No.233, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan Publik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah-istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut:

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah-istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut: SYARAT DAN KETENTUAN PENDANA Selamat datang di KoinWorks. terima kasih telah mengunjungi www.koinworks.com. Sebelum menggunakan, mengakses atau memanfaatkan Platform ini, pastikan Anda sudah membaca dengan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA BANGUN GUNA SERAH PEMBANGUNAN

PERJANJIAN KERJASAMA BANGUN GUNA SERAH PEMBANGUNAN PERJANJIAN KERJASAMA BANGUN GUNA SERAH PEMBANGUNAN DI LOKASI Nomor : Pada hari ini senin tanggal sebelas bulan januari tahun dua ribu sepuluh (11 Januari 2010), bertempat di, kami yang bertanda tangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelengaraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/01/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/01/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/01/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, - 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan Program Pensiun, investasi

Lebih terperinci

2. Jika pengguna tetap menggunakan layanan situs setelah adanya perubahan, maka itu berarti pengguna telah menyetujui perubahan tersebut.

2. Jika pengguna tetap menggunakan layanan situs setelah adanya perubahan, maka itu berarti pengguna telah menyetujui perubahan tersebut. SYARAT & KETENTUAN Selamat datang di www.pay-inm.co.id. Kami adalah perusahaan teknologi yang menyediakan jaringan, sistem dan aplikasi yang payment point untuk penerimaan tagihan listrik dan telepon pelanggan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut:

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut: SYARAT DAN KETENTUAN Selamat datang di www.koinworks.com. Sebelum menggunakan, mengakses atau memanfaatkan Platform ini, pastikan Anda sudah membaca dengan baik seluruh Syarat dan Ketentuan n ini. Syarat

Lebih terperinci

1.11. Nasabah adalah orang atau individu selaku peminjam Citibank Ready Credit.

1.11. Nasabah adalah orang atau individu selaku peminjam Citibank Ready Credit. DEFINISI Definisi yang dipergunakan dalam Citibank Ready Credit akan dipergunakan juga pada fasilitas RCIP dan/atau RCC dan/atau Money Transfer. 1.1. ATM adalah Automated Teller Machine atau Anjungan Tunai

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelenggaraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 84 TAHUN 2002 TENTANG KLIRING TRAFIK TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 84 TAHUN 2002 TENTANG KLIRING TRAFIK TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 84 TAHUN 2002 TENTANG KLIRING TRAFIK TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang a. Bahwa untuk mendukung kebutuhan regulator dalam pelaksanaan fungsi perencanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 103 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran

Lebih terperinci

kami. Apabila pekerjaan cetak tidak bersponsor, maka anda harus membayar biaya cetak langsung ke toko percetakan. KETENTUAN PENGGUNAAN

kami. Apabila pekerjaan cetak tidak bersponsor, maka anda harus membayar biaya cetak langsung ke toko percetakan. KETENTUAN PENGGUNAAN KETENTUAN PENGGUNAAN Selamat Datang di REVOPRINT! Terima kasih telah menggunakan layanan yang disediakan oleh diri kami sendiri, PT Revo Kreatif Indonesia (REVOPRINT), dengan alamat terdaftar kami di Kemang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2001 T E N T A N G PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2001 T E N T A N G PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2001 T E N T A N G PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan

Lebih terperinci

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH No. ***

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH No. *** PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH No. *** Perjanjian Sewa Menyewa Rumah ini ( Perjanjian ) dibuat pada tanggal [*] oleh dan antara: I. PT XYZ, suatu perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan hukum

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI - 1 - KONSULTASI PUBLIK PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PELANGGAN KECIL PASAL 1 DEFINISI

KETENTUAN UMUM PELANGGAN KECIL PASAL 1 DEFINISI KETENTUAN UMUM PELANGGAN KECIL PASAL 1 DEFINISI a. "Biaya Pengaliran Kembali" adalah biaya yang harus dibayar oleh Pelanggan dalam rangka pengaliran Gas kembali sebagai akibat adanya penutupan pengaliran

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 12/PER/M.KOMINFO/04/ 2008 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 12/PER/M.KOMINFO/04/ 2008 TENTANG MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 12/PER/M.KOMINFO/04/ 2008 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 13/PER/M.KOMINFO/04/ 2008 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 13/PER/M.KOMINFO/04/ 2008 TENTANG MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 13/PER/M.KOMINFO/04/ 2008 TENTANG STANDAR KUALITAS PELAYANAN JASA TELEPONI DASAR PADA JARINGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012 A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012 Untuk PENGADAAN BAHAN MAKAN TARUNA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN TAHUN 2013 BAB I BAB II BAB

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

AKTA JAMINAN FIDUSIA. Nomor : Pada hari ini, Pukul. Waktu Indonesia Bagian Barat

AKTA JAMINAN FIDUSIA. Nomor : Pada hari ini, Pukul. Waktu Indonesia Bagian Barat AKTA JAMINAN FIDUSIA Nomor : Pada hari ini, Pukul Waktu Indonesia Bagian Barat. ---------------------------------------------------------- Berhadapan dengan saya, ----------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah jika nilai pengadaan barang, pekerjaan konstruksi,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai penyelenggaraan telekomunikasi sebagaimana diatur

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PERJANJIAN PINJAMAN TANPA AGUNAN. Berlaku Sejak 1 April 2015

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PERJANJIAN PINJAMAN TANPA AGUNAN. Berlaku Sejak 1 April 2015 LAMPIRAN 1 SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PERJANJIAN PINJAMAN TANPA AGUNAN Berlaku Sejak 1 April 2015 1. Pengantar dan Definisi 1.1 Sebagaimana digunakan dalam Perjanjian ini, istilah-istilah berikut memiliki

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 9-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1983 (ADMINISTRASI. FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. Untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, Direksi dan Dewan Komisaris PT Nusantara Pelabuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

Ketentuan-ketentuan Umum PENJUALAN Barang (termasuk Perangkat lunak)

Ketentuan-ketentuan Umum PENJUALAN Barang (termasuk Perangkat lunak) Ketentuan-ketentuan Umum PENJUALAN Barang (termasuk Perangkat lunak) 1 Definisi 1.1. Dalam Ketentuan-ketentuan ini: Ketentuan-ketentuan adalah persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan ini yang berlaku

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

Pasal 2: Penerbitan, Kepemilikan, Penggunaan Kartu Kredit dan PIN 2.1 Penerbitan Kartu Kredit dilakukan Bank berdasarkan permohonan tertulis dari Pemo

Pasal 2: Penerbitan, Kepemilikan, Penggunaan Kartu Kredit dan PIN 2.1 Penerbitan Kartu Kredit dilakukan Bank berdasarkan permohonan tertulis dari Pemo Sebelum menggunakan Kartu Kredit yang diterbitkan oleh PT Bank UOB Indonesia, mohon untuk membaca dengan teliti Syarat dan Ketentuan Kartu Kredit PT Bank UOB Indonesia ( Syarat dan Ketentuan ) ini. Dengan

Lebih terperinci

SCHOTT Igar Glass Syarat dan Ketentuan Pembelian Barang (versi Bahasa Indonesia)

SCHOTT Igar Glass Syarat dan Ketentuan Pembelian Barang (versi Bahasa Indonesia) SCHOTT Igar Glass Syarat dan Ketentuan Pembelian Barang (versi Bahasa Indonesia) Syarat dan ketentuan pembelian barang ini akan mencakup semua barang dan jasa yang disediakan oleh PT. SCHOTT IGAR GLASS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy

Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.217, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Sanksi Administratif. Denda. Penyelenggara Telekomunikasi. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM TAHUN 2002 T E N T A N G KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL MENTERI PERHUBUNGAN

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM TAHUN 2002 T E N T A N G KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL MENTERI PERHUBUNGAN RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM TAHUN 2002 T E N T A N G KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 Tentang

Lebih terperinci