KONSEP PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN MOJOKERTO BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN MOJOKERTO BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH"

Transkripsi

1 KONSEP PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN MOJOKERTO BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH Samsuari Griya Permata Meri F1/01 Mojokerto ; sams_1707@yahoo.co.id Rimadewi Supriharjo Putu Rudy Satiawan ABSTRAK Permasalahan dalam pembangunan pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto yaitu berkaitan dengan ketersediaan fasilitas pendidikan serta timpangnya pendidikan menengah pada masing-masing wilayah yang berdampak pada pendidikan kepada masyarakat yang tidak merata sesuai kondisi wilayahnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan konsep peningkatan pendidikan menengah berdasarkan karakteristik wilayah sehingga pendidikan menengah dapat memberikan pemerataan dan perluasan akses pendidikan di masing-masing wilayah di Kabupaten Mojokerto. Pendekatan yang digunakan adalah rasionalistik dengan menggunakan jenis penelitian ekploratif, kualitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis delphi, klaster dan triangulasi. Hasil analisis delphi menunjukkan variabel yang mempengaruhi rendahnya pendidikan yaitu : Aksesibilitas, jumlah penduduk usia 16-18, jarak antara sekolah dengan pemukiman penduduk, jumlah fasilitas pendidikan, kebutuhan rombongan belajar, jangkauan, daya tampung siswa dan mutu. Analisis klaster pendidikan membagi wilayah kabupaten Mojokerto menjadi 2 kelompok wilayah, yaitu : wilayah dengan pendidikan rendah ( 15 kecamatan) dan wilayah dengan pendidikan tinggi (3 kecamatan). Adapun konsep peningkatan pendidikan sekolah menengah yang sesuai adalah dengan mempertimbangkan kebutuhan, ketersediaan serta karakteristik wilayah dengan memperhatikan mutu melalui penyediaan Unit Sekolah Baru (USB) untuk kecamatan yang belum memiliki fasilitas pendidikan, penyediaan sekolah satu atap SMP/SMA, optimalisasi sekolah yang sudah ada dengan penambahan Ruang Kelas Baru (RKB) untuk klaster 1, pemberdayaan sekolah swasta, pembatasan daya tampung untuk klaster 2 serta pemanfaatan fasilitas secara bersama dalam satu wilayah untuk meningkatkan mutu Kata Kunci: Pendidikan Menengah, Layanan Pendidikan, distribusi fasilitas, karakteristik wilayah ISBN PENDAHULUAN Data Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto tahun 2007/2008 menyebutkan nilai rata-rata (APK SD) telah tercapai, yaitu sebesar % namun pada tingkat pendidikan lanjutan (SMP) hanya sebesar % dan sedikit lebih rendah dibandingkan ratarata APK SMP di Jawa Timur yang sebesar %. Pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang pendidikan menengah atas (SMA), APK SMA di Kabupaten Mojokerto hanya sebesar 69,54%. Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) yang semakin menurun selaras dengan semakin tingginya jenjang pendidikan, mengindikasikan belum maksimalnya pendidikan menegah. Kondisi pe pendidikan menengah untuk masing-masing kecamatan bisa dilihat dari APK untuk masing-masing kecamatan. APK yang tinggi menunjukkan pendidikan juga tinggi. Layanan pendidikan tingkat menengah dilihat dari pencapaian APK per kecamatan terjadi kesenjangan yang cukup besar. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto pencapaian APK yang memenuhi standar hanya terjadi di beberapa kecamatan. Masih banyak kecamatan yang nilai APK belum mencapai target Departemen Pendidikan Nasional (69,91%). Sebagai contoh pencapaian APK tertinggi di Kecamatan Mojosari sebesar 274%, sedangkan pencapaian APK di Kecamatan Mojoanyar sebesar 9%. Pencapaian APK yang rendah di beberapa wilayah Kabupaten Mojokerto tersebut diperkuat dengan angka transisi dari tingkat SLTP ke SLTA yang masih rendah. Hal ini tampak pada angka ratarata lama sekolah sebesar 7,17 tahun. Ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan masyarakat di Kabupaten Mojokerto baru mencapai tingkat SLTP bahkan sebagian kecil tidak lulus SLTP. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto tahun 2006, setiap sekolah di kecamatan Mojosari dan Sooko hanya melayani 39 dan 54 siswa lulusan SMP/MTs sedangkan di kecamatan Mojoanyar dan Trowulan masing-masing 574, dan 407 siswa. Ini berarti pe pendidikan bagi lulusan SMP/MTs lebih besar di kecamatan Mojosari dan Sooko jika dibandingkan dengan di kecamatan Mojoanyar atau Trowulan. Kabupaten Mojokerto sebagian besar wilayahnya berupa perdesaan dan dalam pembagian skala pe sebagian besar sebagai pusat pe lokal yang hanya melayani wilayah di kecamatan bersangkutan. Wilayah perkotaan terdapat di kecamatan Sooko dan Mojosari yang juga sebagai pusat pe skala regional dan sub regional yang melayani seluruh kabupaten Mojokerto dan beberapa wilayah kecamatan. Pusat-pusat pe ini dikembangkan sesuai dengan orde kota dengan indikator jumlah penduduk setiap wilayah. [1] Perbedaan karakter perkotaan dan perdesaan ini menyebabkan aksesibilitas antar wilayah kecamatan berbeda. Perbedaan pusat-pusat pe ini juga menyebabkan ketersediaan fasilitas pendidikan antar wilayah juga berbeda. Ditinjau dari sisi persebaran fasilitas pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto menunjukkan adanya ketidakmerataan antar wilayah kecamatan. A-105

2 Sebagai contoh di kecamatan Mojosari dan Sooko terdapat 18 dan 10 fasilitas pendidikan menengah dengan daya tampung yang besar karena terdiri atas 191 rombongan belajar dan 122 rombongan belajar. Sedangkan kecamatan lain terdapat 1-6 fasilitas pendidikan yang mempunyai 3-50 rombongan belajar. Dengan demikian rendahnya pendidikan yang terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan serta distribusi yang tidak merata merupakan masalah yang perlu diselesaikan untuk meningkatkan pendidikan menengah yang disesuaikan dengan kondisi di masing-masing wilayah di Kabupaten Mojokerto. METODE PENELITIAN Sesuai tujuan dari penelitian ini, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. Juga bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. [2]. Dalam peneltian ini, peneliti mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada rendahnya pendidikan menengah, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk menentukan faktor-faktor penentu. Pada penelitian ini, data-data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner, selanjutnya dianalisa dengan menggunakan Analitycal Delphi. Analisis dimaksudkan untuk menentukan faktor faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah. Selanjutnya dilakukan pembobotan dengan skala likert kemudian dianalisis dengan analisis klaster untuk menentukan tipologi pendidikan menengah. Dari hasil analisis serta kajian empiri daerah lain dan sumber teoritik kemudian dirumuskan konsep peningkatan pendidikan menengah yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah Berdasarkan kajian pustaka diperoleh variabelvariabel yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah. Kemudian dilakukan Analisis Delphi untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah. Penentuan faktor dilakukan melalui pengolahan kuesioner pembobotan yang didapatkan dari responden penentu kebijakan (stakeholders). Untuk itu terlebih dahulu dilakukan Analisa Stakeholder. Dari hasil analisis delphi dihasilkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah di kabupaten Mojokerto adalah ; aksesibilitas, jumlah penduduk usia tahun, jumlah fasilitas pendidikan, kebutuhan rombongan belajar, jarak antara sekolah dengan permukiman, daya tampung, jangkauan dan mutu. Analisa pengelompokan pendidikan Terlebih dahulu dilakukan pembobotan terhadap pendidikan menengah tersebut. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan skala likert terhadap faktor-faktor tersebut. Dalam pembobotan dengan skala likert dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ;Ditentukan rasio dari masing-masing sarana umum diperoleh, kemudian dikelompokkan menjadi beberapa interval nilai yang terbagi berdasarkan kelas. Banyaknya kelas ditentukan dengan rumus : K 1 3,32 log n...(1) Di mana K : banyaknya kelas, n : jumlah kelompok yang dinilai. Kemudian menentukan kisaran dengan rumus: R Xt Xr...(2) Dimana : R = kisaran, Xt = nilai pengamatan tertinggi, Xr = nilai pengamatan terendah. Sedangkan selang dalam kelas ditentukan dengan rumus : I R K...(3) Dimana : I = selang dalam kelas, R = kisaran, K = banyaknya kelas Dari hasil pembobotan selanjutnya dilakukan analisis kluster. Hasil analisis klaster adalah sebagai berikut ; Indikator pendidikan meliputi faktor-faktor jumlah fasilitas pendidikan, daya tampung, kebutuhan rombel, jarak antara sekolah dengan permukiman penduduk, jangkauan pe dan mutu. Hasil dari pembobotan tersebut adalah sebagai berikut ; 1. Jumlah fasilitas pendidikan Jumlah fasilitas pendidikan pada masing-masing wilayah kecamatan menunjukkan seberapa banyak tersedianya fasilitas sekolah di wilayah tersebut. Analisis tingkat pe jumlah sarana dilakukan dengan membandingkan jumlah sarana yang saat ini ada dengan jumlah sarana minimal yang seharusnya terdapat pada kawasan studi. Jumlah sarana minimal dihitung berdasarkan jumlah penduduk pendukung sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun Perhitungan untuk menentukan tingkat pe sarana menurut jumlah dengan menggunakan rumus : Rasio unit unit sarana sarana min riil imal Dengan masih dari sumber yang sama, jumlah unit sarana minimal diperoleh dari rumus berikut: Jumlah unit min imal penduduk penduduk pendukung riil min imal Menggunakan rumus-rumus di atas dan data-data penduduk yang telah diperoleh maka perhitungan tingkat pe pendidikan dengan menggunakan skala likert didapatkan tingkat berdasarkan jumlah penduduk serta ketersediaan jumlah sarana minimal sebagai berikut ; A-106 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

3 Tabel Tingkat pendidikan berdasarkan jumlah fasilitas Jml Jml Tkt No Kecamatan Pend. Fas. Rasio pendidikan 1 Jatirejo ,79 Sedang 2 Gondang ,79 Sedang 3 Pacet ,72 4 Trawas ,66 5 Ngoro ,56 6 Pungging ,45 Sangat 7 Kutorejo ,44 rendah Sangat 8 Mojosari ,75 rendah Sangat tinggi 9 Bangsal ,40 Sangat 10 Mojoanyar ,14 rendah Sangat 11 Dlanggu ,50 rendah 12 Puri ,62 13 Trowulan ,39 Sangat 14 Sooko ,06 rendah Sedang 15 Gedeg ,58 16 Kemlagi ,55 17 Jetis ,69 18 Dawar ,78 Dari hasil analisis diatas tampak bahwa pendidikan ditinjau dari ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan terhadap jumlah penduduk di sebagian besar wilayah masih buruk. Hanya pada kecamatan Mojosari tingkat penyediaannya berlebih sehingga penya sangat baik, kecamatan Sooko, Jatirejo dan Gondang tingkat penya sedang. 2. Daya tampung Daya tampung suatu sekolah merupakan besarnya siswa yang dapat ditampung oleh sekolah tersebut. Jumlah siswa merupakan faktor yang mencakup jumlah siswa lulusan SMP/MTs yang harus dilayani oleh fasilitas pendidikan yang ada. Jumlah ini merupakan kapasitas daya tampung yang dapat dilayani oleh sekolah bersangkutan. Daya tampung sekolah juga dapat dinyatakan dengan menggunakan ukuran sekolah equivalen. Sekolah equivalen merupakan jumlah rombongan belajar dibagi 6 [3]. Besarnya sekolah equivalen berkaitan dengan tingkat pe sekolah yang dihitung dengan membagi jumlah lulusan SMP/MTs dengan jumlah sekolah equivalen. Tingkat pe sekolah akan mempengaruhi kesempatan pe bagi lulusan SMP/MTs di wilayah tersebut. Tingkat pe sekolah di suatu wilayah semakin kecil menunjukkan kesempatan pe di wilayah tersebut semakin besar. Besarnya lulusan SMP/MTs, sekolah equivalen serta tingkat pe sekolah di masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut ; Tabel Jumlah lulusan SMP/MTs, sekolah equivalen dan tingkat pe sekolah Tkt Lulusan Jml Sek No Kecamatan SMP/MTs RB Eq. Sekolah 1 Jatirejo ,0 204 ISBN Gondang , Pacet , Trawas , Ngoro , Pungging , Kutorejo , Mojosari , Bangsal , Mojoanyar , Dlanggu , Puri , Trowulan , Sooko , Gedeg , Kemlagi , Jetis , Dawar ,7 116 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa daya tampung pada kecamatan Gondang, Mojoanyar, Dlanggu, Kutorejo, Bangsal, Trawas dan Trowulan sangat rendah sementara pada kecamatan Mojosari, Puri dan Sooko daya tampungnya tinggi. Ini berarti kesempatan mendapatkan pe bagi lulusan SMP/MTs di kecamatan Mojoanyar dan Trowulan juga sangat rendah sementara kesempatan mendapatkan pe pendidikan menengah di Mojosari, Sooko dan Puri tinggi. Kesempatan pe tertinggi terdapat di kecamatan Mojosari. Di sini setiap sekolah yang equivalen dengan 6 rombongan belajar hanya melayani 39 siswa. 3. Kebutuhan Rombongan belajar Penyediaan rombongan belajar dapat memberikan pe yang optimal bagi masyarakat. Tabel Tingkat Layanan Pendidikan Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Rombongan belajar No Kecamatan RB Eksis Keb RB Kura ng Tkt Kebutuhan 1 Jatirejo Sedang 2 Gondang Sangat 3 Pacet Tinggi 4 Trawas Sedang 5 Ngoro Pungging Sedang 7 Kutorejo Mojosari Lebih 9 Bangsal Sangat 10 Mojoanyar Sedang 11 Dlanggu Sedang 12 Puri Lebih 13 Trowulan Sangat Tinggi 14 Sooko Lebih 15 Gedeg Sangat 16 Kemlagi Sangat Tinggi 17 Jetis Sangat Tinggi 18 Dawar Jarak antara Sekolah dengan Permukiman A-107

4 Jarak antara sekolah dengan permukiman menunjukkan kemudahan masyarakat mengakses pendidikan. Jarak antara pusat-pusat permukiman merupakan nilai rata-rata jarak sekolah dari pusat desa/kelurahan dalam satu wilayah. Tabel Tingkat Layanan Pendidikan Berdasarkan Jarak Sekolah Terhadap Permukiman NO Kecamatan Jarak Tingkat Rasio riil 1 Jatirejo 8,41 2,80 Sedang 2 Gondang 12,98 4,33 Sangat jauh 3 Pacet 7,18 2,39 Sedang 4 Trawas 14,29 4,76 Sangat jauh 5 Ngoro 7,08 2,36 Sedang 6 Pungging 6,88 2,29 Sedang 7 Kutorejo 6,23 2,08 Dekat 8 Mojosari 1,76 0,59 Sangat dekat 9 Bangsal 5,36 1,79 Dekat 10 Mojoanyar 6,88 2,29 Sedang 11 Dlanggu 7,25 2,42 Sedang 12 Puri 3,65 1,22 Sangat dekat 13 Trowulan 9,78 3,26 Jauh 14 Sooko 1,96 0,65 Sangat dekat 15 Gedeg 5,38 1,79 Dekat 16 Kemlagi 10,65 3,55 Jauh 17 Jetis 10,05 3,35 Jauh 18 Dawar 7,12 2,37 Sedang Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa di kecamatan Gondang, Trawas, Trowulan, Kemlagi dan Jetis jarak sekolah terhadap permukiman penduduk relatif jauh sedangkan kecamatan lainnya jarak sekolah terhadap permukiman penduduk relatif dekat. 5. Jangkauan Pe Jangkauan maisng-masing sekolah dapat berbeda-beda sesuai dengan asal siswa. Sekolahsekolah yang terletak di pusat-pusat kota (Sooko, Mojosari) mampu melayani siswa hampir dari seluruh kecamatan, sedangkan sekolah-sekolah yang terletak di daerah pinggiran biasanya hanya melayani siswa lokal dari kecamatan tersebut dan sebagian kecil siswa dari luar kecamatan terdekat. Hal ini terkait dengan jumlah/ketersediaan sekolah di pusat kota yang cukup besar, serta variasi jenis sekolah yang lebih banyak mulai dari SMA, MA, SMK dengan berbagai jurusan keahlian. Selain itu kelengkapan sarana dan prasarana pendukung sekolah juga menjadi daya tarik sekolah-sekolah yang ada di pusat-pusat kota, serta jaminan kualitas yang bisa dilihat dari akreditasi sekolah maupun dari mutu lulusan siswa. Tabel Jangkauan Pe Fasilitas Pendidikan No Kecamatan Jml Kecamatan Jangkauan asal siswa Pe 1 Jatirejo 1 Sangat 2 Gondang 3 3 Pacet 1 Sangat 4 Trawas 1 Sangat A Ngoro 1 Sangat 6 Pungging 2 Sangat 7 Kutorejo 3 8 Mojosari 9 Sangat Tinggi 9 Bangsal 3 10 Mojoanyar 1 Sangat 11 Dlanggu 1 Sangat 12 Puri 9 Sangat Tinggi 13 Trowulan 1 Sangat 14 Sooko 10 Sangat Tinggi 15 Gedeg 3 16 Kemlagi 1 Sangat 17 Jetis 1 Sangat 18 Dawar 1 Sangat Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah Mutu Salah satu instrumen untuk mengetahui mutu yang dapat diberikan sekolah dapat dilihat dari kelengkapan fasilitas pendukung yang ada pada sekolah. Fasilitas pendukung sekolah dapat berupa laboratorium IPA, bahasa serta komputer, perpustakaan, bengkel, ruang keterampilan, ruang UKS, maupun fasilitas pendukung lainnya yang dapat memberikan mutu bagi siswa. Menurut Litbang Depdiknas Mutu dapat di lihat dari persentase fasilitas sekolah yang dihitung dengan cara membagi jumlah fasilitas sekolah yang tersedia dengan jumlah sekolah di suatu wilayah. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ; Tabel Tingkat Layanan Pendidikan Berdasarkan Mutu Layanan No Kecamatan Jumlah Sekolah Mutu Tingkat 1 Jatirejo 5 37,5 2 Gondang 5 47,5 Sedang 3 Pacet 5 32,5 Sangat 4 Trawas 3 38,3 5 Ngoro 5 35,0 6 Pungging 6 43,3 7 Kutorejo 4 45,0 Sedang 8 Mojosari 18 72,5 Sangat Tinggi 9 Bangsal 3 46,7 Sedang 10 Mojoanyar 1 37,5 11 Dlanggu 5 42,5 12 Puri 5 72,5 Sangat Tinggi 13 Trowulan 4 30,0 Sangat 14 Sooko 12 73,5 Sangat Tinggi 15 Gedeg 4 45,0 Sedang 16 Kemlagi 5 32,5 Sangat 17 Jetis 8 29,4 Sangat 18 Dawar 6 23,8 Sangat Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 61 % kecamatan mempunyai tingkat pe yang masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah-sekolah yang ada tidak dilengkapi dengan sarana penunjang yang dapat memberikan pe yang bermutu kepada masyarakat. Sebagian besar sekolah yang tidak dilengkapi sarana penunjang adalah sekolah swasta. Sekolah-sekolah yang berada di perkotaan seperti Mojosari, Sooko, dan Puri mempunyai fasilitas yang sangat baik. Hal ini tentu

5 menjadi daya tarik tersendiri bagi sekolah-sekolah di wilayah tersebut. Indikator selanjutnya adalah karakteristik wilayah yang meliputi aksesibilitas wilayah dan jumlah penduduk usia tahun. 1. Aksesibilitas Wilayah Tingkat aksesibilitas wilayah digunakan sebagai indikator untuk mengukur faktor kemudahan menjangkau lokasi pendidikan pada masingmasing kecamatan. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas antara lain dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut [4] Berdasarkan faktor yang mempengaruhi maka perhitungan tingkat aksesibilitas wilayah dilakukan dengan memberikan angka konversi dari faktor kondisi jalan : aspal (3), setengah aspal (2), tidak diaspal (1), faktor fungsi jalan : arteri (3) jalan kolektor (2) jalan lokal (1), dan faktor jalur jalan: dilalui angkutan umum (2) tidak dilalui jalur angkutan umum (1), serta jarak rata-rata masing-masing kota kecamatan. Perhitungan aksesibilitas dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini: KFT dij d Di mana ; dij = Akses daerah i ke daerah j, K= Kondisi fisik jalan, F = Fungsi jalan, T= Jalur dan arah jalan, d = Jarak daerah i ke daerah j Tabel Aksesibilitas wilayah di Mojokerto No Kecamatan K F T ISBN Rata-rata jarak (d) Aksesi bilitas Tingkat aksesibilitas 1 Jatirejo 2, ,78 0,208 Sangat 2 Gondang 2, ,22 0,555 Sedang 3 Pacet 3, ,33 0,456 4 Trawas 3, ,50 0,358 Sangat 5 Ngoro 2, ,72 0,391 6 Pungging 2, ,22 0,426 7 Kutorejo 2, ,61 0,556 Sedang 8 Mojosari 2, ,89 0,857 Sangat Tinggi 9 Bangsal 2, ,67 0,541 Sedang 10 Mojoanyar 2, ,83 0,716 Tinggi 11 Dlanggu 2, ,50 0,280 Sangat 12 Puri 2, ,28 0,914 Sangat Tinggi 13 Trowulan 3, ,06 0,249 Sangat 14 Sooko 3, ,83 1,009 Sangat Tinggi 15 Gedeg 2, ,28 0,665 Sedang 16 Kemlagi 2, ,83 0,306 Sangat 17 Jetis 2, ,06 0,221 Sangat 18 Dawar 2, ,06 0,362 Sangat 2. Penduduk usia sekolah (16-18 tahun) Penduduk usia tahun merupakan dasar yang digunakan dalam perhitungan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMA. Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai perbandingan jumlah murid pada jenjang tertentu (TK, SD, SMP, SMA, dan sebagainya) dengan jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang sesusai dan dinyatakan dengan persentase. Hasil perhitungan APK ini digunakan di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Nilai APK bisa lebih besar dari 100% karena terdapat murid yang berusia di luar usia resmi sekolah, terletak di daerah kota, atau terletak didaerah perbatasan. Jumlah penduduk usia tahun dan APK pada masing-masing wilayah kecamatan berbeda-beda seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini : Tabel Data Penduduk usia tahun dan APK per kecamatan No Kecamatan Jumlah Penduduk Usia APK Siswa SM tahun 1 Jatirejo Gondang Pacet Trawas Ngoro Pungging Kutorejo Mojosari Bangsal Mojoanyar Dlanggu Puri Trowulan Sooko Gedeg Kemlagi Jetis Dawar Untuk melakukan analisa klaster diperlukan input data numerik dari faktor-faktor yang terdiri dari ; jumlah fasilitas pendidikan, sekolah equivalen, kebutuhan rombel, jarak sekolah dengan pemukiman, jangkauan, mutu, tingkat aksesibilitas wilayah, dan APK. Data input untuk analisa klaster dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel Data Input Analisis Klaster No ,79 3,0 34 2, ,5 0, ,79 5,0 17 4, ,5 0, ,72 4,7 41 2, ,5 0, ,66 2,8 30 4, ,3 0, ,56 5,0 23 2, ,0 0, ,45 7,0 32 2, ,3 0, ,44 4,2 24 2, ,0 0, ,75 31,8 0 0, ,5 0, ,40 3,5 11 1, ,7 0, ,14 0,5 30 2, ,5 0, ,5 2,8 38 2, ,5 0,280 A-109

6 12 0,62 8,7 0 1, ,5 0, ,39 2,0 59 3, ,0 0, ,06 20,3 0 0, ,5 1, ,58 5,3 7 1, ,0 0, ,55 5,7 56 3, ,5 0, ,69 5,8 56 3, ,4 0, ,78 6,7 24 2, ,8 0,362 Ket ; 1=jumlah fasilitas, 2=dya tampung, 3=kebutuhan rombel, 4= jarak, 5= jangkauan, 6= mutu, 7= aksesibilitas Hasil Analisis pengelompokan Layanan Pendidikan Menengah berdasarkan kondisi wilayah di Kabupaten Mojokerto Berdasarkan data yang mencakup tujuh faktor yang digunakan maka selanjutnya dilakukan analisis klaster untuk mendapatkan pemetaan wilayah dengan kesamaan kondisi pendidikan dan kondisi wilayah. Proses klastering yang dilakukan menggunakan prosedur Hierarchical Cluster. Konsep ini dimulai dengan menggabungkan dua obyek yang paling mirip, kemudian gabungan dua obyek tersebut akan bergabung lagi dengan satu atau lebih obyek yang paling mirip lainnya. Demikian seterusnya sehingga terbentuklah hierarki dari obyek yang membentuk klaster. Tabel Kondisi Data Input Analisis Klaster Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent ,0 0, ,0 Berdasarkan Tabel 4.10 Menunjukkan bahwa jumlah data input adalah sebanyak 18 dan valid sebesar 100% sehingga semua data telah diproses tanpa ada data yang hilang. Selanjutnya didapatkan hasil analisis seperti terlihat pada gambar dendogram dibawah ini : H I E R A R C H I C A L C L U S T E R A N A L Y S I S Dendrogram using Average Linkage (Between Groups) Rescaled Distance Cluster Combine C A S E Label Num Gambar 4.15.Dendogram hasil analisis kluster Berdasarkan gambar dendogram tersebut dapat ditentukan klasternya menjadi 2 yaitu : Klaster 1 terdiri dari 15 kecamatan yaitu : Trowulan, Kemlagi, Jetis. Pungging, Dlanggu, Trawas, Mojoanyar, Jatirejo, Ngoro, Dawarblandong, Pacet, Bangsal, Gedeg, Gondang dan Kutorejo. Klaster ini mempunyai karakteristik pendidikan ditinjau dari jumlah fasilitas pendidikan rendah, daya tampung rendah, tingkat kebutuhan fasilitas sangat tinggi, jarak sekolah dengan permukiman jauh, jangkauan pe sangat rendah, mutu sangat rendah, aksesibilitas sangat rendah, APK rendah. Klaster 2 terdiri dari 3 kecamatan yaitu : Mojosari, Sooko dan Puri. Klaster ini mempunyai karakteristik pendidikan ditinjau dari jumlah fasilitas pendidikan sangat tinggi, daya tampung sangat besar, jarak sekolah dengan permukiman sangat dekat, jangkauan pe sangat tinggi, mutu sangat baik, aksesibilitas sangat tinggi, APK tinggi. Klaster tersebut dapat digambarkan sebagaimana peta berikut ; Gambar Peta Klaster Layanan Pendidikan Menengah Kabupaten Mojokerto Perumusan Konsep Peningkatan Layanan Pendidikan Menegah di Kabupaten Mojokerto Sesuai Karakteristik Wilayah Konsep Peningkatan Layanan Pendidikan Menengah berdasarkan karakteristik wilayah disusun untuk menangani peningkatan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pendidikan menengah di kabupaten Mojokerto. Perumusan konsep dilakukan dengan triangulasi antara referensi konsep berdasarkan teori, studi empiri dari kawasan lain serta hasil analisis. Kajian pustaka Gambar Konsep Konsep Studi empiri daerah lain Konsep Peningkatan Layanan Pendidikan Menengah di Kabupaten Mojokertoberdasarkan karakteristik wilayah Hasil Analisis Analisis Triangulasi Perumusan A-110 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

7 Dalam merumuskan konsep peningkatan pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto berdasarkan karakteristik wilayah dilakukan analisis triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan cara melakukan cross check atas informasi yang diterima untuk melihat persamaan, perbedaan, dan keselarasan terhadap informasi yang diperoleh. Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan tiga input informasi yaitu yang diperoleh dari kajian pustaka, studi empiri daerah lain, serta kondisi eksisting hasil analisa pendidikan sekolah menengah di Kabupaten Mojokerto. Konsep peningkatan pendidikan Sekolah menengah di Kabupaten Mojokerto diperoleh dengan mengkompilasi ketersediaan terhadap kebutuhan wilayah, mutu terhadap suatu fasilitas pendidikan sekolah menengah serta karakteristik wilayah terkait fasilitas pendukung untuk memanfaatkan fasilitas pendidikan sekolah menengah yang efektif dan efisien. Hasil dari kajian teori dimaksudkan untuk menemukan kesesuaian unsur-unsur yang terkandung dalam suatu teori atau konsep yang kemudian dikompilasikan dengan studi empiri dari daerah lain serta unsur-unsur pada temuan atau kondisi eksisting hasil analisa, terkait Peningkatan Layanan pendidikan. Kajian empirik kawasan lain dilakukan untuk mengetahui implementasi dari konsep peningkatan pendidikan menengah melalui data sekunder yang merupakan hasil penelitian, yaitu: 1. Evaluasi sebaran sarana pendidikan menengah untuk peningkatan aksesibilitas sekolah di kota Kediri, Chepy Nung Suyudi, Universitas Brawijaya Malang, [5] 2. Pengaruh Unjuk Kerja Transportasi Terhadap Aksesibilitas Sekolah dan Efektifitas Pembelajaran di Kota Sukabumi, Muhamad Noor Hanafie, Universitas Pendidikan Indonesia, 2005 [6] 3. Pemerataan Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Berdasarkan Distribusi Fasilitas Pendidikan Menengah di Kabupaten Tulungagung, Unik Setiawati, ITS, [7] Adapun aspek-aspek yang dibahas dalam ketiga studi tersebut meliputi aksesibilitas, Jumlah penduduk dan penduduk usia sekolah yang memerlukan fasilitas pendidikan pada jangkauan pe; optimalisasi daya tampung; efisiensi dan efektifitas pemakaian ruang belajar; pemenuhan sarana dan prasarana transportasi; pemenuhan sarana dan prasarana pendukung untuk memberikan pe yang bermutu. Penyediaan fasilitas pendidikan di suatu wilayah juga memperhatikan faktor jarak sebagai acuan penyediaan serta kondisi parasarana jaringan jalan Artinya konsep peningkatan pendidikan mengacu pada keseimbangan antara kebutuhan dan memperhatikan ketersediaan fasilitas pendukung serta karakteristik suatu wilayah. Sedangkan daya tampung merupakan kapasitas yang dapat disediakan untuk melayani penduduk di wilayah tersebut. Dengan demikian konsep peningkatan ISBN pendidikan dengan memperhatikan kapasitas diharapkan dapat memberikan pe secara optimal dan efisien terhadap penduduk di wilayah tersebut. Hal ini agar tidak terjadi penyediaan fasilitas pendidikan yang tidak dimanfaatkan oleh penduduk. Artinya penyediaan fasilitas pendidikan tidak hanya sekedar menyediakan fasilitas pendidikan tetapi juga harus memperhatikan fasilitas pendukung pendidikan agar dapat melayani penduduk dengan pe pendidikan yang bermutu. Pelajaran penting (lessons learned) yang diperoleh dari tiga studi kasus di atas adalah pemberian pendidikan menengah yang optimal, efektif dan efisien serta memperhatikan mutu sehingga masyarakat dapat memperoleh pe pendidikan secara merata. Berdasarkan ketiga komponen tersebut dirumuskan konsep peningkatan pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto yang sesuai. Secara sistematis elaborasi dari ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada tabel Unsur yang menjadi penekanan dalam analisis ini adalah aksesibilitas, penduduk usia 16-18, jarak sekolah terhadap permukiman, jumlah fasilitas pendidikan, daya tampung sekolah, jangkauan serta mutu. Dari hasil analisis triangulasi di atas untuk klaster 1 dapat dirumuskan konsep peningkatan pendidikan sebagai berikut ; Tabel Hasil peningkatan konsep pendidikan menengah di kabupaten Mojokerto pada klaster 1 Faktor Konsep peningkatan (1) (2) Aksesbilitas Perbaikan kondisi jalan dengan pengerasan di kecamatan Kemlagi, Jetis, Dlanggu, Pungging, Jatirejo, Gedeg. Pembukaan jalur transportasi umum menuju sekolah di kecamatan Trowulan Penduduk usia tahun Jarak sekolah terhadap pemukiman Jumlah fasilitas Kebutuhan dan Bangsal. Perlunya penambahan jumlah fasilitas sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging. Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Dawarblandong, Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Minimasi jarak sekolah terhadap permukiman penduduk di kecamatan Trowulan, Kemlagi, Jetis, Trawas, Gondang. Perlunya penambahan jumlah fasilitas sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging. Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Prioritas pembangunan USB di kecamatan Trowulan dan Mojoanyar Perlunya penambahan jumlah fasilitas A-111

8 Rombel Daya tampung Jangkauan Mutu A-112 sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging. Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Dawarblandong Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Prioritas pembangunan USB di kecamatan Trowulan dan Mojoanyar Perlunya penambahan jumlah fasilitas sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging. Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Dawarblandong Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Prioritas pembangunan USB di kecamatan Trowulan dan Mojoanyar Peningkatan skala pe di semua kecamatan sehingga selain melayani wilayahnya sendiri dapat melayani wilayah lain di sekitarnya. Perbaikan dan penambahan fasilitas pendukung pendidikan di kecamatan Jatirejo, Pacet, Trawas, Ngoro, Pungging, Mojoanyar, Dlanggu, Trowulan, Kemlagi, Jetis dan Dawarblandong. Pemakaian secara bersama di kecamatan Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Sedangkan untuk klaster 2 di mana tingkat pendidikan tinggi terjadi over supply. Kondisi demikian menyebabkan pendidikan menjadi tidak efisien. Untuk itu dapat dirumuskan konsep peningkatan sebagai berikut ; Tabel Hasil peningkatan konsep pendidikan menengah di kabupaten Mojokerto pada klaster 2 Faktor Konsep peningkatan pendidikan Aksesbilitas Pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi. Mempertahankan kontinuitas angkutan umum di ketiga kecamatan. Penduduk usia tahun Jarak sekolah terhadap pemukiman Jumlah fasilitas Kebutuhan Rombel Daya tampung Jangkauan Mutu Perlu pembatasan pembangunan sekolah baru di klaster ini prioritas pembatasan di kecamatan Mojosari Pemeliharaan kondisi jalan. Pembatasan pembangunan sekolah baru prioritas pembatasan di kecamatan Mojosari. Pembatasan penambahan ruang kelas baru untuk menjamin pendidikan yang efisien Pembatasan daya tampung terutama di kecamatan Mojosari Pembatasan daerah karena masih mampu mendukung pe dari daerah lain terutama di kecamatan Sooko Peningkatan mutu dengan penambahan jumlah fasilitas Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 pendukung, pemanfaatan secara bersama-sama fasilitas pendukung Berdasarkan hasil analisis triangulasi untuk dapat meningkatkan dan memperluas pendidikan menengah diperlukan penyediaan fasilitas pendidikan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan. Ketersediaan fasilitas pendidikan diharapkan sesuai dengan kebutuhan wilayahnya sehingga terjadi suatu kesimbangan. Keseimbangan antara ketersediaan fasilitas dengan penduduk pengguna mempunyai implikasi pada optimalnya daya tampung yang berdampak pada suatu efektifitas dan efisiensi dalam pe. Sementara mutu dapat ditingkatkan dengan penyediaan fasilitas pendukung pendidikan atau dengan cara penggunaan secara bersama fasilitas pendukung pendidikan yang tersedia oleh beberapa sekolah dalam wilayah yang sama. Karakteristik wilayah terkait sistem transportasi jaringan jalan yang tersedia di masing-masing wilayah dapat ditingkatkan dengan cara meminimalisasi jarak atau memperbaiki sarana dan prasarana yang kondisinya dapat menghambat pemanfaatan fasilitas pendidikan yang tersedia. Sedangkan dari sisi jumlah penduduk dapat dilakukan maksimalisasi daya tampung fasilitas pendidikan yang tersedia agar dapat memenuhi kebutuhan dasar penduduk suatu wilayah. Konsep peningkatan pendidikan sekolah menengah yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah agar pe pendidikan berlangsung secara efektif, efisien dan bermutu diperlukan untuk mendukung perluasan dan pemerataan akses pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto. Konsep tersebut dirumuskan melalui pertimbangan unsur kebutuhan, ketersediaan fasilitas serta karakteristik wilayah dengan memperhatikan mutu KESIMPULAN 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan tingkat menengah di Kabupaten Mojokerto yaitu ; Aksesibilitas, Jumlah penduduk usia tahun, Jarak antara sekolah dengan permukiman penduduk, Jumlah fasilitas pendidikan, Kebutuhan rombongan belajar, Jangkauan, Daya tampung, Mutu. 2. Kondisi pendidikan tingkat menengah berdasarkan kondisi wilyah di kabupaten Mojokerto dapat dikelompokkan menjadi 2 klaster yaitu ; Klaster 1, klaster dengan pendidikan rendah, kebutuhan fasilitas sangat tinggi, daya tampung rendah, mutu sangat rendah, aksesibilitas sangat rendah terdiri dari kecamatan Trowulan, Kemlagi, Jetis, Mojoanyar, Pungging, Dlanggu, Trawas, Jatirejo, Ngoro, Dawarblandong, Pacet, Bangsal, Gedeg, Gondang dan Kutorejo ; Klaster 2, klaster dengan pendidikan tinggi, kelebihan fasilitas, daya tampung sangat besar, mutu tinggi, aksesibilitas sangat tinggi terdiri dari kecamatan Mojosari, Sooko dan Puri. 3. Konsep peningkatan pendidikan sekolah menengah berdasarkan karakteristik

9 wilayah adalah konsep peningkatan pendidikan sekolah menengah dengan mempertimbangkan kebutuhan, ketersediaan serta karakteristik wilayah dengan memperhatikan mutu yang secara spesifik pada masing-masing klaster adalah sebagai berikut : Klaster 1 : Perbaikan kondisi jalan dengan pengerasan di kecamatan Kemlagi, Jetis, Dlanggu, Pungging, Jatirejo, Gedeg. Pembukaan jalur transportasi umum menuju sekolah di kecamatan Trowulan dan Bangsal; Perlunya penambahan jumlah fasilitas sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging; Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg; Prioritas pembangunan USB di kecamatan Trowulan dan Mojoanyar; Minimasi jarak sekolah terhadap permukiman penduduk di kecamatan Trowulan, Kemlagi, Jetis, Trawas, Gondang; Peningkatan skala pe di semua kecamatan sehingga selain melayani wilayahnya sendiri dapat melayani wilayah lain di sekitarnya; Perbaikan dan penambahan fasilitas pendukung pendidikan di kecamatan Jatirejo, Pacet, Trawas, Ngoro, Pungging, Mojoanyar, Dlanggu, Trowulan, Kemlagi, Jetis dan Dawarblandong; Pemakaian secara bersama di kecamatan Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Klaster 2 : Pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi. Mempertahankan kontinuitas angkutan umum di ketiga kecamatan; Perlu pembatasan pembangunan sekolah baru di klaster ini prioritas pembatasan di kecamatan Mojosari; Pemeliharaan kondisi jalan; Pembatasan penambahan ruang kelas baru untuk menjamin pendidikan yang efisien; Pembatasan daya tampung terutama di kecamatan Mojosari; Pembatasan daerah karena masih mampu mendukung pe dari daerah lain terutama di kecamatan Sooko; Peningkatan mutu dengan penambahan jumlah fasilitas pendukung, pemanfaatan secara bersama-sama fasilitas pendukung. DAFTAR PUSTAKA [1] Bappeda Kab Mojokerto, 2007, Evaluasi RT/RW Kab. Kab Mojokerto , Mojokerto. [3] Depdiknas, 2006, Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2005/2006, Balitbang Depdiknas, Jakarta. [4] Tarigan, Robinson, 2006, Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta. [5] Suyudi, Chevy, 2008, Evaluasi Sebaran Pendidikan Menengah Untuk Peningkatan Aksesibilitas Sekolah di Kota Kediri, Tesis, Universitas Brawijaya, Malang. [6] Hanafie M., 2005, Pengaruh Unjuk Kerja Transportasi Terhadap Aksesibilitas Sekolah dan Efektifitas Pembelajaran di Kota Sukabumi, TA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung [7] Setyawati, Unik, 2008, Pemerataan Layanan Pendidikan Sekolah Menegah Berdasarkan Distribusi Fasilitas Pendidikan Menengah di Kabupaten Tulungagung, Tesis, ITS, Surabaya. ISBN A-113

10 Halaman ini sengaja dikosongkan A-114 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan U

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan U - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPETEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, SALINAN PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN ANGGARAN 2013 No. Nama Pengguna Anggaran Nama Kegiatan Nama Pekerjaan Lokasi Pagu Anggaran 1 Suharsono, S.Sos, M.Si Penyediaan

Lebih terperinci

P R O F I L KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2016

P R O F I L KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2016 P R O F I L KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2016 A. DATA KANTOR Nama : Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto Alamat : Jl. Pahlawan 45 Mojokerto Ibu Kota : Surabaya Propinsi : Jawa Timur Batas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, SALINAN PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi distribusi fasilitas pendidikan di Kabupaten Tulunggaung yang tidak merata antar wilayah kecamatan mengakibatkan tidak meratanya layanan pendidikan yang

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi Reviu Renstra Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Mojokerto dalam penyelenggaraan pembangunan daerah adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi Reviu Renstra Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Mojokerto dalam penyelenggaraan pembangunan daerah adalah : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelimpahan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk menjalankan otonomi dari Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan pembangunan daerah dilaksanakan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI MOJOKERTO

PENGADILAN NEGERI MOJOKERTO PENGADILAN NEGERI MOJOKERTO Jl. RA Basuni No 11 Sooko Mojokerto Telp. (0321) 322981 Email : pn_mojokerto.go.id MOJOKERTO JAWA TIMUR SALINAN PENETAPAN NOMOR : 01/PEN.KPN/2010/PN-MKT TENTANG PERUBAHAN PENETAPAN

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

Kabupaten Mojokerto secara topografis terletak di sepanjang Sungai Brantas hingga dataran tinggi di lereng Pegunungan Penanggungan dan Welirang dan

Kabupaten Mojokerto secara topografis terletak di sepanjang Sungai Brantas hingga dataran tinggi di lereng Pegunungan Penanggungan dan Welirang dan OLEH : AYUARISA IKA WANDINI (3508 100 023) Latar Belakang Kabupaten Mojokerto secara topografis terletak di sepanjang Sungai Brantas hingga dataran tinggi di lereng Pegunungan Penanggungan dan Welirang

Lebih terperinci

ESTIMASI ZONA MENARA BARU PADA KOMUNIKASI SELULAR DI KABUPATEN MOJOKERTO MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

ESTIMASI ZONA MENARA BARU PADA KOMUNIKASI SELULAR DI KABUPATEN MOJOKERTO MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS) ISSN : 0-0 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakarta, - Februari 0 ESTIMASI ZONA MENARA BARU PADA KOMUNIKASI SELULAR DI KABUPATEN MOJOKERTO MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION

Lebih terperinci

2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS) diantara angka 1,54 1,67. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada guru yang harus bertanggungjawab pada lebih dari 1 (satu) rombongan belajar (kelas). 2) Pendidikan Menengah Fokus pelayanan pendidikan

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 sebanyak 93.822 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 sebanyak 19 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS) serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Adapun yang dibahas yaitu : Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fasilitas Pendidikan, Angka Putus Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk mencapai keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang melalui pemilihan alternatif rencana yang

Lebih terperinci

Tabel Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja OPD dan Pencapaian Renstra OPD s/d Tahun 2017 Kabupaten Mojokerto

Tabel Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja OPD dan Pencapaian Renstra OPD s/d Tahun 2017 Kabupaten Mojokerto NAMA SKPD: DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA KABUPATEN MOJOKERTO Lembar : 1 Kode 1 1 03 1 03 02 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1,636,218,000 723,485,213 832,592,500 760,802,569 91.38 939,237,500

Lebih terperinci

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc Oleh : CUCU HAYATI NRP. 3606 100 018 Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah. penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah. penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana oleh

Lebih terperinci

EVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S.

EVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S. EVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S. Sembel 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN FISIK DENGAN INDEKS PERKEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

KAJIAN HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN FISIK DENGAN INDEKS PERKEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN MOJOKERTO KAJIAN HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN FISIK DENGAN INDEKS PERKEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN MOJOKERTO Moh Jazuli Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN POSITIVISTIK Merupakan pendekatan penelitian yang bersumber pada fakta dan berlandaskan teori untuk menganalisis obyek spesifik di lapangan. KAUSAL

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN Suplemen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan Oleh: Suryadi, M.Pd Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang layanan pendidikan saat ini di kabupaten/kota. Oleh karena gambaran

Lebih terperinci

Sistem Tampilan Data

Sistem Tampilan Data PENGENALAN ARCVIEW runi_asmaranto@ub.ac.id Sistem Tampilan Data Konsep layer data dan atribut Yang dimaksud dengan konsep layer data adalah, representasi data spasial menjadi sekumpulan peta thematik yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

Dominasi penggunaan lahan terbesar berupa sawah irigasi sebesar 28% dari luas wilayah kabupaten atau Ha

Dominasi penggunaan lahan terbesar berupa sawah irigasi sebesar 28% dari luas wilayah kabupaten atau Ha Air Tawar 1% Tanah Ladang 18% Belukar 3% Bukit Berbatu 0% Empang Danau 0% Hutan 0% 11% Sawah Tadah Hujan 8% Kebun 16% Pasir Darat 0% Sawah Irigasi 28% Rumput 2% Rawa 0% Permukiman 13% Dominasi penggunaan

Lebih terperinci

Indikator Sarana Prasarana Pendidikan

Indikator Sarana Prasarana Pendidikan Indikator Sarana Prasarana Pendidikan Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Jambi) Pemerataan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu prasyarat awal dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN

PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN Suplemen MK Pengelolaan Oleh: Suryadi, M.Pd Mutu pendidikan didasarkan atas mutu input, mutu proses, dan mutu output/ outcome, sebagaimana termuat pada

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2016 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 217 217 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 216/217 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN WEBSIG OBYEK WISATA DAN BUDAYA DI KABUPATEN MOJOKERTO

PENGEMBANGAN WEBSIG OBYEK WISATA DAN BUDAYA DI KABUPATEN MOJOKERTO PENGEMBANGAN WEBSIG OBYEK WISATA DAN BUDAYA DI KABUPATEN MOJOKERTO Dr. Ir. Muhammad Taufik 1), Ayuarisa Ika Wandini 1) 1) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN MOJOKERTO BERDASARKAN JENIS POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) MENGGUNAKAN METODE CLUSTER

PENGELOMPOKAN KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN MOJOKERTO BERDASARKAN JENIS POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) MENGGUNAKAN METODE CLUSTER TUGAS AKHIR SS 145561 PENGELOMPOKAN KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN MOJOKERTO BERDASARKAN JENIS POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) MENGGUNAKAN METODE CLUSTER KUNTHI PUSPANINGTYAS NRP 1314 030

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Nomor : 521/396/416-113/2014 Tanggal : 06-03-2014 PA/KPA Kementerian/Lembaga/Pemerintahan Daerah/Instusi lainnya/(k/l/d/i), Kabupaten Mojokerto,

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI Nyimas Martha Olfiana, Adjie Pamungkas Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN MOJOKERTO T A H U N 2 0 1 2-2032

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN MOJOKERTO T A H U N 2 0 1 2-2032 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN MOJOKERTO T A H U N 2 0 1 2-2032 PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR ISI ABSTRAK..... i KATA PENGANTAR..... ii UCAPAN TERIMAKASIH..... iii DAFTAR ISI..... v DAFTAR TABEL..... viii DAFTAR GAMBAR..... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Rumusan Masalah.

Lebih terperinci

PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE

PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE Tanila Tahiya 1, Papia J. C Franklin², &Esli D Takumansang 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11

Lebih terperinci

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-239 Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH   

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH    PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH    DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 4 BAB I. PENDAHULUAN... 6 Tabel 1.1. Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM 1 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM A. PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun) URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR 1 PENDEKATAN & JENIS PENELITIAN 2 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3 METODA (pengumpulan data/analisis) 4 5 6 METODA SAMPLING METODA PENELITIAN TERKAIT KONSEP PENGEMBANGAN TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting karena

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK (TK) DI KOTA GRESIK

OPTIMALISASI DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK (TK) DI KOTA GRESIK OPTIMALISASI DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK (TK) DI KOTA GRESIK Nama : Panji Anindito NRP : 3608100041 Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota ITS Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Rimadewi

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 < 1 Visi Dinas Pendidikan Terwujudnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kesetaraan dan Kualitas Layanan Pendidikan Untuk Membentuk Masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2014 RKPD TAHUN 2016 KAB. MOJOKERTO

Lebih terperinci

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-197 Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo Sisca Henlita, Ketut Dewi Martha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG Oleh : Meyliana Lisanti 1, Reza M. Surdia 2 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan

Lebih terperinci

KONDISI AWAL TAHUN % 62.00% 50.00% 55.00% 98.40% % % 97.00%

KONDISI AWAL TAHUN % 62.00% 50.00% 55.00% 98.40% % % 97.00% FORM MATRIKS RENSTRA RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TULUNGAGUNG VISI MISI TUJUAN 1 : Terwujudnya Sistem dan iklim Pendidikan yang Kondusif dalam rangka Meningkatkan Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... LOGO KANTOR PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:lambang_kabupaten_dan_kota_di_indonesia PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN MOJOKERTO T A H U N

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN MOJOKERTO T A H U N RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN MOJOKERTO T A H U N 2 0 1 2-2032 PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

KONSEP PEMERATAAN AKSES LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

KONSEP PEMERATAAN AKSES LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT KONSEP PEMERATAAN AKSES LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT OLEH : GIOVANNY TEFTUTUL Permasalahan Penelitian Tidak meratanya akses layanan

Lebih terperinci

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C -38 Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Ovi Resia Arianti Putri dan Eko Budi Santoso. Program Studi Perencanan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pemerataan dan perluasan akses pendidikan bagi masyarakat oleh pemerintah ditandai dengan dicanangkannya program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas)

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 6 TAHUN 05 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 06 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR INDIKATR KINERJA UTAMA DINAS PRVINSI JAWA TIMUR Visi : Terwujudnya insan yang cerdas, berakhlak, profesional, dan berbudaya Misi Tujuan : 1. Mewujudkan pemerataan aksesbilitas dan kualitas pendidikan pada

Lebih terperinci

Identifikasi Variabel Berpengaruh pada Peningkatan Keunggulan Kompetitif Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto

Identifikasi Variabel Berpengaruh pada Peningkatan Keunggulan Kompetitif Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-153 Identifikasi Variabel Berpengaruh pada Peningkatan Keunggulan Kompetitif Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto Andini

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS K A B. S A M PA NG TA H UN 2 019

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS K A B. S A M PA NG TA H UN 2 019 PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS D I NAS PENDIDIKAN K A B. S A M PA NG TA H UN 2 019 KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Kedudukan: Dinas Pendidikan merupakan unsur pelaksana urusan Pemerintah bidang pendidikan. Tugas

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Kota Pontianak yang mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN Pokok Bahasan I. Misi pembangunan pendidikan II. III. Indikator Pendidikan Definisi dan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Selvi Purnama Dewi

Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Selvi Purnama Dewi Penentuan Persebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan SLTP Kota Banyuwangi Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Selvi Purnama Dewi 3606.100.032 ABSTRAK Pelayanan fasilitas pendidikan masih terdapat anak usia

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku saku Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Data

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 PEMBAHASAN 1 Konsep Profil Pendidikan 2 3 4 5 6 Visi

Lebih terperinci

Pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya

Pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya Pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya Oleh : Miftakhul Huda 3610100071 Dosen Pembimbing : DR. Ir. Eko Budi Santoso, Lic., Rer., Reg. JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang ekologi manusia yang bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya dan aktivitas

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016

PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN DAN KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA PUSAT DAN DATA STATISTIK DAN PENDIDIKAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR Oleh : ANJAR UTOMO BRAHMANTIYO L2D 002 386 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 8 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja OPD tahun yang Lalu dan Capaian Renstra OPD Pelaksanaan kegiatan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Tahun 2017 secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu untuk menciptakan dan

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 16

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 16 TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Siswa Miskin Penerima Beasiswa untuk Menempuh Pendidikan Dasar % 65,62 68,13 7,65 71,9 73,16 74,42 74,42 74,42 Dinas Pendidikan Jumlah siswa miskin SD/MI/SMP/MTs

Lebih terperinci

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. DANA ALOKASI KHUSUS FISIK KEMENDIKBUD Jakarta, 10 April 2017

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. DANA ALOKASI KHUSUS FISIK KEMENDIKBUD Jakarta, 10 April 2017 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia DANA ALOKASI KHUSUS FISIK KEMENDIKBUD Jakarta, 10 April 2017 ARAH DAN KEBIJAKAN DAK 2018 (HASIL KESEPAKATAN TM DAK) DAK Reguler: Menu sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Non-Hirarki Cluster (K-Means Cluster) 4.1.1 Print Output dan Analisa Output A. Initial Cluster Center Initial Cluster Centers Cluster 1 2 Kenyamanan 2 5 Kebersihan 3 5 Luas_Parkir

Lebih terperinci

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis menggunakan metode yang akan membantu penulis untuk mempermudah pengerjaan penulisan skripsi ini maka penulis

Lebih terperinci

TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010

TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010 TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) No. Kecamatan Dana menurut Sumber (Ribuan Rupiah) P. Pusat Yayasan Orang tua Pemprov Pemkab/kota Lainnya Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 01 Mijen

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret 2015 1 A. KONSEP PROFIL PENDIDIKAN B. VISI KEMDIKNAS 2014 C. MISI PENDIDIKAN 5K D. INDIKATOR PENDIDIKAN BERDASARKAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif

Lebih terperinci

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA Wahyu Endy Pratista 1, Putu GdeAriastita 2 Program

Lebih terperinci

Tabel-1: Rasio Jenjang Pendidikan

Tabel-1: Rasio Jenjang Pendidikan KETIMPANGAN DISTRBUSI FASILTAS PENDIDIKAN MENGHAMBAT PROSES PEMBELAJARAN DI MALUKU Oleh Julius R. Latumaerissa Dosen Fakultas Ekonomi Unitomo Surabaya dan Pemerhati Pembangunan di Maluku Undang-undang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PERKARA DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO NOMOR 0052/Pdt.P/2014/PA.Mr. A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Mojokerto

BAB III DESKRIPSI PERKARA DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO NOMOR 0052/Pdt.P/2014/PA.Mr. A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Mojokerto 41 BAB III DESKRIPSI PERKARA DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO NOMOR 0052/Pdt.P/2014/PA.Mr. A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Mojokerto 1. Sejarah Pengadilan Agama Mojokerto Pengadilan Agama Mojokerto

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS EVALUASI LOKASI TERMINAL RENGASDENGKLOK

BAB IV ANALISIS EVALUASI LOKASI TERMINAL RENGASDENGKLOK 61 BAB IV ANALISIS EVALUASI LOKASI TERMINAL RENGASDENGKLOK Pada prinsipnya bab ini menyajikan analisis dari keseluruhan studi karena dalam bagian ini dapat ditemukan kesesuaian lokasi terminal Angkutan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia bukan saja sebagai pusat pemerintahan, tetapi sekaligus memiliki peran sebagai pusat pendidikan, budaya,

Lebih terperinci