PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DAN UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DAN UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN"

Transkripsi

1 PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DAN UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

2 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41/M-IND/PER/3/2010 TENTANG PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DAN UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja Kementerian Perindustrian, perlu menetapkan peta startegi dan indikator kinerja utama sebagai dasar penilaian kinerja Kementerian Perindustrian dan Unit Eselon I Kementerian Perindustrian; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana maksud pada huruf a, perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Negara RI Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4355); Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4400); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Negara RI (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4406);

3 2 Peraturan Menteri Perindustrian RI 5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4585); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaga Negara RI Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4614); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4663); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4664); 9. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 10. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan unit tugas eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007; 11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia; 12. Keputusan Presiden No 84/P tahun 2009 tentang pembentukan kabinet Indonesia bersatu II Periode Tahun Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata kerja Departemen Perindustrian; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;

4 Menetapkan : 3 MEMUTUSKAN : Peraturan Menteri Perindustrian RI KESATU : Peta Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kementerian Perindustrian dan Unit Eselon I Kementerian Perindustrian sebagaimana pada Lampiran Peraturan ini sebagai acuan dalam pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Perindustrian dan Unit Eselon I Kementerian Perindustrian. KEDUA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal : 29 Maret 2010 MENTERI PERINDUSTRIAN RI MOHAMAD S. HIDAYAT Tembusan : 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Menteri Keuangan RI; 3. Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan; 4. Wakil Menteri Perindustrian; 5. Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan; 6. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian; 7. Inspektur Jenderal Depperin Perindustrian; 8. Kepala KPPN Jakarta I; 9. Kepala Biro Keuangan; 10. Pejabat Pengujian dan Penandatanganan SPM; 11. Bendahara Pengeluaran; 12. Yang bersangkutan; 13. Pertinggal.

5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 41/M-IND/PER/3/2010 TANGGAL : 29 Maret 2010 PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DAN UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BAB I : PENDAHULUAN BAB II : PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BAB III : PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal MENTERI PERINDUSTRIAN RI MOHAMAD S. HIDAYAT

6 BAB I PENDAHULUAN

7 2 PENDAHULUAN Sesuai dengan hasil analisis lingkungan strategis yang telah diidentifikasi dan dengan memperhatikan visi dan misi Industri Nasional Indonesia, maka dapat dirumuskan kondisi mendatang yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Industri Nasional. Kondisi mendatang ini dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu sebagai kurun waktu untuk mewujudkan visi pembangunan industri nasional jangka panjang menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh Dunia, sebagai kurun waktu mewujudkan visi pembangunan industri nasional menjadikan Indonesia Negara Industri Maju Baru, dan sebagai titiktolak untuk mewujudkan kedua visi tersebut, arah Pembangunan Jangka Panjang adalah pembangunan daya saing bangsa dengan menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, terwujudnya perekonomian domestik berorientasi dan berdaya saing global, penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan IPTEK, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan maju serta reformasi hukum dan birokrasi. Penjabaran RENSTRA merupakan kerangka berpikir menyeluruh yang mengkaitkan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), penetapan Kebijakan Pembangunan Industri dan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Integrasi RENSTRA diperlukan dengan terjabarnya Rencana Strategis Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota. Keberhasilan membaca fenomena masalah dan pemetaan keunggulan strategis Provinsi dan Kabupaten/Kota dipadu dengan pemetaan tantangan tingkat nasional dan makro akan menjadikan RENSTRA berpeluang terwujud dalam implementasi program-program yang dapat dipertanggungjawabkan. Lima garis besar pengembangan yang dijabarkan pada RPJPN adalah pengembangan industri yang mengolah Sumber Daya Alam, pengembangan industri yang memperkuat kemampuan dan pembangunan jaringan interaksi, komunikasi dan informasi, pengembangan industri yang mampu merespon dinamika pasar dalam negeri maupun pasar global dan pengembangan industri yang memperkuat integrasi ekonomi nasional, kemandirian bangsa, dan keterkaitan antar industri ke depan.

8 3 A. VISI Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan : 1. Industri kelas dunia; 2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa; 3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar. Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain: 1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya; 2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional; 3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar; 4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat); 5. Jasa industri yang tangguh. Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan. Dalam mewujudkan Visi Kementerian Perindustrian tahun 2020, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan berupa pencapaian strategis (Strategic Outcomes) yaitu : 1. Meningkatnya nilai tambah industri; 2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri; 3. Meningkatnya kemampuan SDM Industri, R&D dan kewirausahaan; 4. Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan; 5. Lengkap dan menguatnya struktur industri; 6. Tersebarnya pembangunan industri; 7. Meningkatnya peran IKM terhadap PDB. Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2014 yakni Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.

9 B. MISI Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut: 1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; 3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; 5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat; 6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat; 7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. 4 Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut: 1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri; 2. Mendorong peningkatan perluasan pasar domestik dan internasional; 3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung; 4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri; 5. Memfasilitasi penguatan struktur industri; 6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa; 7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.

10 5 C. KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN Kondisi yang harus dicapai pada tahun 2014 sebagai berikut: 1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang terkena dampak krisis; 2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar; 3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk olahan; 4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor; 5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan industri di masa depan; 6. Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar dua kali lebih cepat daripada industri kecil. Keluaran jangka menengah yang diharapkan adalah : 1. Besarnya kemampuan sektor industri untuk menyediakan lapangan kerja baru, 2. Pulihnya industri yang terpuruk akibat krisis, 3. Meningkatnya kemampuan daerah menghasilkan produk olahan, 4. Menguatnya struktur industri, seiring dengan tumbuhnya industri penunjang, komponen, dan bahan baku industri, 5. Meningkatnya ekspor secara signifikan, 6. Terbangunnya pilar-pilar industri masa depan 7. Semakin kuatnya keterkaitan antar skala-industri, dan seimbangnya sumbangan nilai tambah antara industri besar dan IKM.

11 6 D. KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN Penentuan arah Kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun Dalam jangka panjang, pembangunan industri diarahkan untuk: 1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat; 2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa; 3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia; 4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat. Arah kebijakan industri seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN adalah sebagai berikut : 1. Struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan, serta jasa-jasa pelayanan yang efektif, yang menerapkan praktek terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh; 2. Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor primer terutama sektor pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar lokal dan internasional serta untuk memperkuat basis produksi secara nasional; 3. Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan pengembangan Industri Kecil dan Menengah, dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi di luar Pulau Jawa; 4. Struktur dalam hal penguasaan usaha akan disehatkan dengan meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar melalui penegakan persaingan usaha yang sehat dan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar; 5. Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan menjadikan Industri Kecil dan Menengah sebagai basis industri nasional yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala besar;

12 6. Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara global, sektor industri perlu dibangun guna menciptakan lingkungan usaha mikro (lokal) yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui : a. Pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi produk (pengembangan ke hilir), pendalaman struktur ke hulu, atau pengembangan secara menyeluruh (hulu-hilir); b. Penguatan hubungan antarindustri yang terkait secara horisontal termasuk industri pendukung dan industri komplemen, termasuk dengan jaringan perusahaan multinasional terkait, serta penguatan hubungan dengan kegiatan sektor primer dan jasa yang mendukungnya dan; c. Penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif, yang, antara lain, sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi), sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas, serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri. Sesuai dengan visi 2025, menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh di dunia, dan arah kebijakan di atas, serta dengan asumsi bahwa pencapaian industri di tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat dirumuskan kondisi yang diharapkan untuk kurun waktu tahun sebagai berikut: 1. Peran Industri Kecil dan Menengah telah mencapai keseimbangan dengan Industri Besar dalam hal kontribusi terhadap PDB Industri; 2. Industri berbasis Agro, Industri Telematika, dan Industri alat-angkut telah menjadi tulang-punggung Industri Nasional khususnya dalam kontribusi industri-industri tersebut dalam PDB Industri, sehingga bersama-sama dengan industri lainnya yang telah tumbuh telah merupakan basis industri dengan daya saing kelas dunia; 3. Persebaran industri ke luar Pulau Jawa telah terwujud dengan baik, sehingga peran Pulau Jawa sebagai lokasi industri telah berkurang sampai di bawah 50 persen, sedangkan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa; 4. Terjadi pergeseran pertumbuhan industri dari industri berbasis tenaga kerja dan industri berbasis sumber daya alam ke industri padat modal dan industri berbasis teknologi yang didukung oleh kemampuan teknologi dan R&D sebagai ujung tombak daya saing industri; 5. Sumbangan industri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional telah mencapai sekitar 30 persen pada tahun 2025 yang dihitung dari harga konstan berdasarkan total sumbangan industri terhadap PDB nasional. Angka PDB nasional pada tahun 2025 dihitung menurut harga berlaku adalah sebesar Rp triliun, atau menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp triliun, sehingga sumbangan industri non-migas bagi PDB nasional pada tahun 2025 menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp triliun; 6. Berbagai infrastruktur untuk peningkatan kapasitas kolektif, antara lain, sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi), sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas; serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri telah tersedia secara memadai; 7. Regulasi yang meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi pasar serta mendorong persaingan usaha yang sehat dan ditegakkannya prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar telah tersedia dan ditegakkan secara memadai. 7

13 BAB II PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

14 Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok Departemen Perspektif Pemangku Kepentingan PETA STRATEGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN VISI DAN MISI Visi : Indonesia mampu menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025 Misi : Membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung perekonomian 1 Tingginya Nilai tambah industri 2 Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri 3 Kokohnya faktorfaktor penunjang pengembangan industri Kokohnya basis industri industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional 4 Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri 5 Kuat, lengkap dan dalamnya Struktur industri 7 6 Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB Tersebarnya pembangunan industri Perumusan Kebijakan Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan dan produk hukum Industri Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan Menetapkan peta panduan pengembangan industri Pelayanan & Fasilitasi Mengembangkan R&D di instansi dan industri Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual Memfasilitasi pengembangan industri Memfasilitasi promosi industri Memfasilitasi penerapan standardisasi Meningkatkan kualitas pelayanan publik Pengawasan, Pengendalian & Evaluasi Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan ind Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan SDM Mengembangkan kemampuan SDM yang kompeten Organisasi & Ketatalaksanaan Membangun organisasi yang Profesional dan Probisnis Informasi Membangun sistem informasi industri yang terintegrasi & handal Perencanaan Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan Dana Meningkatkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang profesional

15 10 SASARAN STRATEGIS (SS) I. Meningkatnya nilai tambah industri II. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri P E NJ E L AS AN S AS AR AN S TR ATE G IS DAN INDIK ATOR K INE R J A UTAMA (IK U) K E ME NTE R IAN P E R INDUS TR IAN PENJELASAN SS Nilai tambah industri dimaksud adalah nilai tambah dari hasil produksi yang merupakan selesih antara nilai output dengan nilai input Penguasaan pasar di dalam negeri dimaksudkan adalah untuk meningkatkan penjualan produk dalam negeri dibanding dengan seluruh pangsa pasar. Sedangkan penguasaan pasar di luar negeri dimaksudkan adalah untuk meningkatkan nilai ekspor produk industri sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor industri terhadap nilai ekspor keseluruhan. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PENJELASAN IKU 1 Laju pertumbuhan industri adalah : Pertumbuhan nilai tambah dihitung dengan melihat tingkat pertumbuhan rata-rata sektor industri sesuai data dari BPS. Untuk setiap sektor akan mengikuti dengan mencantumkan nilai pertumbuhan dalam persentase masing-masing jenis industri dan data diperoleh dari BPS. Bila ditemukan ada nilai tambah yang menggabungkan industri dari direktorat yang berbeda, lakukan kesepakatan untuk membagi nilai tambah tersebut (Gunakan sampai 5 digit nilai ISIC) 2 Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional 1 Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar DN 2 Pertumbuhan ekspor produk dan jasa industri nasional 3 Pangsa pasar produk dan jasa industri nasional di 5 (lima) negara utama tujuan ekspor utama adalah : besaran persentase kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional (diperoleh dari nilai ISIC number kepala 3 ) adalah : Nilai perbandingan pangsa produk industri nasional di dalam negeri ( khusus untuk industri yang ada datanya, bila belum ada hingga level direktorat, KPI ini dinilai hanya sampai level Dirjen saja ) adalah : Pertumbuhan nilai ekspor barang dan jasa industri (yang dihitung persentase pertumbuhannya dengan membandingkan pertumbuhan dalam bentuk rupiah tahun sekarang dengan tahun sebelumnya) adalah : Peningkatan nilai ekspor produk industsri, sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor produk industri saja (belum termasuk jasa ) yang memang masuk di 5 negara tujuan (AS, Jepang, Uni Eropah, Cina, dan Korsel). Ketentuan yang harus dipenuhi adalah : pisahkan antara produk manufaktur dan jasa, dan harus ada minimal untuk tingkat DIRJEN, untuk tingkat direktorat dapat mencantumkan KPI bila memang industri sektor ybs masuk dalam 5 negara tujuan tersebut data diperoleh dari BPS dan Laporan atase perindustrian di negara tujuan). SATUAN TARGET Persentase 6,8 2010=4, =7,80; 2012=7,85; 2013=7,99; 2014=8,17; Persentase 24, =23, =24,40; 2012=24,89; 2013=25,39; 2014=25,90; Persentase =60; 2011=60; 2012=60; 2013=60; 2014=60; Persentase =15; 2011=16; 2012=17,5; 2013=19; 2014=20; Persentase =35; 2011=35; 2012=35; 2013=35; 2014=35; K E T E R ANG AN III. IV. V. Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri Lengkap dan menguatnya struktur industri Membuat faktor penunjang industri nasional dapat mendukung tercapainya tujuan industri (faktor dimaksud adalah dalam hal SDM dalam industri dan iklim industri yang dinilai dari berbagai hal seperti : kebijakan / peraturan yang mengatur industri, pelayanan deperin, fasilitas dalam industri dan lain sebagainya Inovasi dimaksud adalah kreativitas untuk menciptakan produk baru sebagai hasil penelitian dan pengembangan teknologi terapan, dan penelitian dari berbagai sektor lainnya Struktur industri dimaksud adalah perimbangan antara industri hulu dan industri antara serta bagaimana kemampuan kandungan lokal digunakan dalam produksi 1 Tingkat produktifitas SDM industri adalah : Persentase pembagian antara Nilai tambah dan jumlah Tenaga Kerja di sektor Industri ybs, secara ekstrapolasi dari data 2 tahun lalu yang didekati dengan peningkatan persentase pertambahan nilai tambah / jenis industri (data dari BPS) 2 Index iklim industri nasional adalah : Nilai hasil pengukuran dengan menggunakan kuesioner. Dijalankan dengan sampling pada masing-masing industri (kuesioner disiapkan biro perencanaan, tetapi survey dilakukan masing-masing Dirjen pada perusahaan secara sampling) 1 Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Terapan Inovatif 2 Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri 1 Pertumbuhan investasi di Industri Hulu dan Antara adalah : Jumlah hasil penelitian ( khusus yang dikerjakan oleh BPPI ). Untuk tingkat Dirjen yang menjadi hasil adalah jumlah project pengembangan industri yang dikerjakan sampai level sudah keluar hasil secara komersial. adalah : Jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah diterapkan dan dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam skala pabrik adalah : Jumlah project yang dikerjakan di masing-masing sektor untuk mengisi (invest) pada industri -industri sebelum industri hilir 2 Tingkat kandungan lokal adalah : Persentase tingkat kandungan lokal dari masingmasing industri ( nilai TKDN dari data Deperin ) Nilai Tambah (rupiah) per Tenaga Kerja Index 4 Menggunakan nilai 1 s ampai 5. Jumlah 250 Jumlah 50 Jumlah 800 Persentase 60

16 11 SASARAN STRATEGIS (SS) VI. Tersebarnya pembangunan industri PENJELASAN SS Bagaimana perbandingan penyebaran industri di Jawa dan di luar Jawa 1 Rasio Jumlah Industri Jawa dengan Luar Jawa VII. Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap Peran industri kecil dan menengah terhadap PDB selalu 1 Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional PDB 2 Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil 3 Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi "Out-Source" industri besar I. Mempersiapkan dan/atau Menghitung jumlah kebijakan industri yang Menetapkan Kebijakan Produk dihasilkan DEPERIN untuk tujuan Hukum Industri keberhasilan tugas kementerian II. III. Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan Menetapkan peta panduan pengembangan industri Membuat rencana strategis untuk industri prioritas dan industri andalan setiap tahunnya Membuat peta tentang kondisi dan situasi industri nasional sebagai panduan untuk pengembangan selanjutnya INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres) 2 Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri 1 Renstra & RENJA 1 Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas 2 Peta panduan industri unggulan provinsi 3 Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota PENJELASAN IKU adalah : Perbandingan jumlah industri yang ada di Jawa dibandingkan dengan di luar Jawa setiap tahunnya (perbandingan dari data BPS ) adalah : Persentase pertumbuhan industri kecil selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional adalah : Persentase pertumbuhan industri menengah akan mencapai dua kali lipat diatas pertumbuhan industri kecil adalah : Persentase jumlah output IKM yang di outsource oleh industri besar adalah : Jumlah konsep kebijakan dan produk hukum yang direncanakan akan dikeluarkan dalam bentuk Rancangan UU, Rancangan PP dan lainnya (kerjasama dengan Biro Hukum Deperin) adalah : Jumlah penyiapan kebijakan dan telah disyahkan sebagai produk Hukum untuk pengaturan pelaksanaan tugas setiap sektor ( kerjasama dengan Biro Hukum ) adalah : Terselesaikannya rencana strategis dan rencana kerja per-tahun di tiap sektor industri (terselesaikan hingga 100 %). adalah : jumlah klaster pengembangan idsutri prioritas untuk setiap bidang sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam setahun adalah : tersedianya peta panduan industri unggulan di provinsi (jumlah peta yang dihitung berdasarkan jumlah provinsi yang sudah terselesaikan peta industrinya) adalah : tersedianya peta panduan industri unggulan di setiap kabupaten dalam provinsi i (jumlah peta yang dihitung berdasarkan jumlah kabupaten yang sudah terselesaikan peta industrinya) SATUAN Rasio 60 : 40 Persentase 6,5 Persentase 13 Persentase 20 Konsep 9 Peraturan 200 B ers ifat pengaturan bidang indus tri. Klaster 32 Provinsi 33 Kabupaten /Kota TARGET Paket KE TE RANGAN

17 SASARAN STRATEGIS (SS) IV. V. Mengembangkan R & D di instansi dan industri VI. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual VII. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri Memfasilitasi pengembangan industri PENJELASAN SS Usulan dalam bentuk insentif yang dibuat guna mendukung pengembangan industri di masa yang akan datang Bentuk riset dan pengembangan industri sesuai dengan bidangnya Penyediaan dukungan untuk menghargai kekayaan intelektual dalam lingkup industri Hasil kerja fasilitasi untuk tujuan pengembangan industri dalam berbagai hal yang mendukung seperti akses kepada sumber bahan baku, sumber modal dan lainnya INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Rekomendasi usulan insentif adalah : Jumlah usulan Insentif per kelompok industri yang disetujui per-tahunnya 2 Perusahaan industri yang memperoleh insentif 1 Kerjasama R&D instansi dengan industri adalah : Jumlah perusahaan yang mendapat insentif atas fasilitasi dari Deperin adalah : Jumlah MOU untuk kerjasama yang difasilitasi oleh sektor industri atau yang dilakukan oleh BPPI 1 Perusahaan yang mendapatkan HKI adalah : jumlah perusahaan yang sudah mendapat sertifikasi HKI 2 Produk HKI yang dikomersialkan (Paten) adalah jumlah produk industri yang sudah dipatenkan sebagai produk nasional 1 Tingkat utilisasi kapasitas produksi adalah : besar persentase penggunaan kapasitas terpasang dalam industri masing-masing ( sesuai dengan jenis industrinya) 2 Perusahaan yang mendapat akses ke adalah : Jumlah fasilitasi yang dilakukan setiap sektor untuk sumber pembiayaan membantu industri mendapat akses dan bantuan lainnya ke 3 Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku 12 PENJELASAN IKU Jenis 10 Perusahaan 1500 Kerjasama 18 Perusahaan 1100 Produk 50 Presentase 80 Perusahaan 3000 sumber pembiayaan adalah : Jumlah perusahaan yang berhasil mendapat fasilitasi Perusahaan 200 jaminan pasokan bahan baku atas fasilitasi yang dilakukan oleh masing-masing level organisasi 4 Perjanjian kerjasama Internasional Jumlah kerjasama yang sudah dilaksanakan dalam bentuk project kerjasama internasional yang terkait dengan fasilitasi di bidang capacity building (misalnya : Deperin dengan donor (bentuk G to G) atau Deperin sebagai witness untuk kerjasama B to B SATUAN TARGET MoU 25 K E T E R ANG AN

18 SASARAN STRATEGIS (SS) IX. X. Meningkatkan kualitas pelayanan publik XI. XII. XIII. Memfasilitasi penerapan standardisasi PENJELASAN SS Mendukung industri dalam penerapan standar Melihat sejauh mana kualitas layanan kementerian terhadap publik pengguna jasa Deperin Mengkoordinasikan Meningkatkan hasil koordinasi dari peningkatan kualitas lembaga berbagai lembaga pendidikan dan pendidikan dan pelatihan serta pelatihan yang disediakan Deperin untuk kewirausahaan pengembangan berbagai kebutuhan industri misalnya sertifikasi dan akreditasi Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri Hasil penilaian untuk tujuan meningkatkan budaya pengawasan yang dilaksanakan bagian pengawasan (inspektorat jenderal) di lingkup kementerian Hasil evaluasi pembuatan kebijakan dan pencapaian target kinerja untuk menjamin tercapainya tujuan kementerian INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Rancangan SNI yang diusulkan adalah : jumlah rancangan standarisasi yang dirumuskan untuk bidang industri. 2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan 3 Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO (Pedoman BSN10 dan GKM) adalah : Penambahan standard industri (SNI wajib) yang diterapkan adalah : Jumlah perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ( catatan : GKM lebih banyak diterapkan dalam IKM) 1 Tingkat kepuasan pelanggan adalah : hasil penilaian kepuasan pelanggan yang akan dikoordinir oleh Biro Umum (HUMAS) dengan membuat survey pelanggan dan survey akan dilakukan oleh setiap bagian organisasi secara sampling. (Untuk kementerian akan dikerjakan oleh Biro HUMAS) 1 Instruktur yang bersertifikat adalah : jumlah instruktur yang sudah memiliki sertifikat dalam setiap bidang industri kementerian (Tugas utama Pusdiklat) 2 Jurusan pada lembaga pendidikan adalah : jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang dan lembaga diklat yang terakreditasi diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan kemampuan SDM industri (tugas Pusdiklat) 1 Tingkat Penurunan penyimpangan minimal 2 Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja 1 Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 2 Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri 13 PENJELASAN IKU adalah : persentase penurunan sebagai standar minimal penyimpangan dalam lingkup tugas kementerian sebagai hasil tugas bidang pemeriksaan (dilaksanakan oleh bidang SPI ) adalah : Jumlah satuan kerja yang sudah menerapkan sistem pengendalian intern (sebagai bagian kerja SPI) adalah : Jumlah hasil laporan evaluasi pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh Biro Hukum & Itjen adalah : persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing level organisasi sesuai dengan hasil laporan Itjen SATUAN TARGET RSNI 600 SNI 50 Perusahaan 1000 Index 4 P enilaian menggunakan angka 1 hingga 5 (dari s angat tidak puas hingga s angat puas ) Jumlah 100 Jumlah 24 Presentase 60 Satuan kerja 57 Laporan 10 Presentase 40 K E T E R ANG AN

19 SASARAN STRATEGIS (SS) I. Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang kompeten PENJELASAN SS Melihat sejauh mana kualitas kemampuan SDM sebagai pelaksana dalam memberikan layanan terhadap industri nasional 14 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PENJELASAN IKU 1 Standar kompetensi SDM aparatur adalah : index penilaian kompetensi rata-rata sebagai hasil penilaian kinerja setiap SDM dalam bidang tugas kementerian ( dikerjakan bersama dengan Biro Kepegawaian dan menjadi tugas utama Biro Kepegawaian) 2 SDM aparatur yang kompeten adalah : persentase jumlah pegawai yang dinilai kompeten sesuai dengan penilaian yang dilakukan oleh Biro Kepegawaian dari seluruh pegawai di masing-masing level organisasi SATUAN TARGET K E TE RANGAN Index 3 Menggunakan nilai 1 s ampai 5 dengan mengikuti s tandar kompetens i yang akan dibangun oleh masingmas ing Dirjen bers ama dengan Biro Kepegawaian Persentase 90 K emungkinan hanya menjadi tugas untuk B iro K epegawaian s aja, kecuali di mas ing-mas ing unit organis as i s udah melakukan penilaian kompetensi II. Membangun organisasi yang profesional dan probisnis Cara yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan organisasi sehingga menghasilkan kerja yang optimal 1 Penerapan sistem manajemen mutu adalah jumlah satuan kerja dalam lingkup Deperin yang sudah menerapkan standar mutu penilaian manajemen Satuan Kerja 57 III. Membangun sistem informasi yang terintegrasi & handal Cara untuk meningkatkan kemampuan penyediaan data dan informasi yang mendukung tugas kementerian dalam memberikan layanan kepada industri nasional 1 Tersedianya sistem informasi online adalah : tersedianya sistem / software aplikasi untuk mendukung pelaksanaan tugas di masing-masing sektor 2 Pengguna yang mengakses adalah : jumlah pengguna informasi dan teknologi yang tersedia dalam seluruh bidang tugas kementerian Paket 20 Jumlah IV. Meningkatkan kualitas perencanaan dan Pelaporan V. Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang profesional Menganalisa bagaimana pelaksanaan tugas perencanaan untuk melayani pengembangan industri nasional sehingga program-program dapat berjalan sebaik mungkin Menganalisa bagaimana pelaksanaan tugas pelaporan keuangan dan sejauh mana penggunaan dana atau anggaran dalam lingkup tugas kementerian dapat dipergunakan sesuai dengan tujuannya 1 Kesesuaian Program dengan KIN adalah : persentase program yang terlaksana sesuai dengan penilaian KIN di masing-masing satuan tugas 2 Tingkat persetujuan rencana kegiatan adalah : persentase tingkat persetujuan rata-rata untuk (zero stars ) program yang akan dilaksanakan di masing-masing bidang tugas 3 Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan adalah : persentase ketepatan waktu penyelesaian tugas termasuk pemasukan laporan dan hasil keluaran setiap bidang lainnya 1 Tingkat penyerapan anggaran adalah : persentase penyerapan anggaran di masing-masing bidang tugas 2 Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP) adalah : Persentase penilaian laporan keuangan kementerian untuk memenuhi kriteria WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) Presentase 100 Presentase 95 Presentase 85 Persentase 95 Persentase 100

20 BAB III PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

21 DAFTAR ISI PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 1. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT JENDERAL 2. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT JENDERAL 3. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA 4. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI LOGAM, MESIN, TEKSTIL DAN ANEKA 5. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA 6. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH 7. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI

22 1. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT JENDERAL

23 PERSPEKTIF PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PERSPEKTIF PROSES PELAKSANAAN TUGAS POKOK SEKRETARIAT JENDERAL PERPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN PETA STRATEGI SEKRETARIAT JENDERAL 2 VISI DAN MISI SETJEN Visi : Mewujudkan pelayanan prima kepada stakeholders Misi : 1. Melayani stakeholders secara profesional dan pro bisnis 2. Menyelenggarakan tata kepemerintahan yang baik dan profesional 1 Terwujudnya Organisasi yang dinamis Terwujudnya Sistem Perencanaan & Pengendalian Industri yang handal 3 Terwujudnya Kualitas Pelayanan & Fungsi Koordinasi Yg Profesional dan Probisnis Terwujudnya SDM industri dan aparatur yang profesional 4 Terwujudnya kebijakan industri yang probisnis dan penyelesaian perkara hukum yang profesional 5 Terwujudnya sistem informasi industri yang terintegrasi dan handal 6 8 Terwujudnya Kualitas Pelayanan Umum dan Hubungan Masyarakat yang profesional 7 Terwujudnya Pengelolaan Keuangan, Sarana dan Prasarana yang baik Terwujudnya Sistem kerjasama yang melindungi kepentingan industri Pelayanan dan Fasilitasi Mengevaluasi Visi, Misi dan Strategi Departemen Melaksanakan Reformasi Birokrasi Memfasilitasi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Memperkuat Database Industri & kemampuan analisis data Meningkatkan kerjasama, promosi investasi dan akses pasar domestik & internasional Mengembangkan E-Government Perumusan Kebijakan Operasional dan Pengelolaan Membangun Sistem Perencanaan Industri yang handal Membangun Sistem Pengembangan Pegawai Meningkatkan Sistem dan Tata Hukum Industri serta pelayanan yang berkualitas di bidang Hukum & Kebijakan Industri Mengembangkan Sistem Pendidikan & Pelatihan Aparatur yang profesional Membangun Sistem Tata Kelola Keuangan yang baik dan benar Mengembangkan Sistem Pendidikan & Pelatihan Berbasis Kompetensi Pengendalian dan Pengawasan Membangun Sistem Pengendalian Internal SDM Organisasi Tata Laksana Meningkatkan Profesionalisme dan Produktivitas Pegawai Menyempurnakan dan Mengoptimalkan Organisasi Memperbaiki Sistem Ketatalaksanaan Membangun Sistem Informasi Berbasis IT

24 STAKE HOLDERS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT JENDERAL NO PERSPEKTIF handal Terwujudnya SDM industri dan aparatur yang profesional STRATEGIC OBJECTIVE & KPI SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T) Terwujudnya Organisasi yang Struktur Organisasi Departemen sesuai Hasil kajian dinamis kebutuhan 1 Terwujudnya Sistem Perencanaan Diterapkannya sistem perencanaan dan & Pengendalian Industri yang pengendalian industri a. Terserapnya jumlah lulusan SDM industri yang bekerja di sektor Industri b. Tersedianya SDM industri yang kompeten akhir 2009 Renstra 1 akhir 2009 Renja 5 setiap Juli DIPA 181 Persentase 100 Orang/Tahun 300 KETERANGAN 4 Terwujudnya kebijakan industri yang probisnis dan penyelesaian Efektifitas penerapan tata hukum industri Persentase 100 perkara hukum yang profesional 5 Terwujudnya sistem informasi a. Tersedianya sistem informasi online Paket 20 industri yang terintegrasi dan b. Informasi yang diakses handal Orang/Tahun Terwujudnya sistem kerjasama Diterapkannya Sistem kerjasama industri 6 yang melindungi kepentingan industri Tahun 5 (mulai 2009) Terwujudnya pengelolaan Terwujudnya "good financial governance" 7 keuangan, sarana dan prasarana yang baik Satker 58 8 Terwujudnya kualitas pelayanan umum dan hubungan masyarakat yang profesional a. Ketepatan pemilihan media dan audience dengan tingkat validitas yang terpercaya Skor 65 b. Meningkatnya hubungan dan kerjasama serta pertukaran informasi Skor 60

25 INTERNAL NO PERSPEKTIF Mengembangkan E-Government b. Efisiensi pemanfaatan teknologi Persentase 30 c. Efisiensi ruangan dan energi Persentase 30 a. Ketersediaan informasi yang cepat, tepat dan akurat Tahun 5 b. Kajian yang diaplikasikan Persentase 100 a. Terbentuknya jaringan kerja internal & eksternal Unit 100 b. Tersedianya informasi kerjasama internasional yang uptodate dan mudah Jenis 50 diakses c. Tercapainya kesepakatan/ perjanjian kerjasama internasional 20 STRATEGIC OBJECTIVE & KPI KETERANGAN SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T) Mengevaluasi Visi, Misi dan Tersedianya Visi, Misi, Strategi sesuai postur Tahun 1 (akhir 2009) Strategi Departemen birokrasi Melaksanakan Reformasi Terwujudnya good governance Tahun 5 Birokrasi Memfasilitasi Kebutuhan Sarana a. Kesesuaian rencana dan kebutuhan Persentase 80 dan Prasarana Memperkuat Database Industri & kemampuan analisis data Meningkatkan kerjasama, promosi, investasi, akses pasar domestik dan internasional Membangun Sistem Perencanaan Industri yang handal MoU/ Agreement Tersedianya jenis aplikasi Aplikasi 10 a. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program Persentase 90 b. Ketepatan dan Kesesuaian usulan program dengan Kebijakan Industri Nasional (KIN) 25 Skor 100

26 CAPACITY BUILDING INTERNAL 21 NO PERSPEKTIF STRATEGIC OBJECTIVE & KPI SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T) KETERANGAN Membangun Sistem a. Formulasi pegawai sesuai kebutuhan Pengembangan Pegawai organisasi Tahun 1 (akhir 2009) b. Standar Kompetensi Jabatan Tahun 1 (akhir 2010) c. Ketersediaan & penempatan Pegawai sesuai kompetensi Tahun 5 d. Diterapkannya Pola Karir, mutasi dan promosi yang konsekuen Tahun 5 e. Adanya penghargaan, kesejahteraan & hukuman Tahun 5 Meningkatkan Sistem dan Tata a. Publikasi Produk Hukum yang sesuai Hukum Industri serta pelayanan kebutuhan Persentase 100 yang berkualitas di bidang Hukum b. Layanan Konsultasi dan Advokasi Hukum & Kebijakan Industri Persentase 100 Mengembangkan Sistem Diterapkannya pola pengembangan Diklat Pendidikan & Pelatihan Aparatur Tahun 5 yang profesional Membangun Sistem Tata Kelola Keuangan yang baik dan benar Mengembangkan sistem pendidikan & pelatihan berbasis kompetensi Membangun Sistem Pengendalian Internal Meningkatkan Profesionalisme dan Produktivitas Pegawai Menyempurnakan dan mengoptimalkan Organisasi Memperbaiki Sistem Ketatalaksanaan Membangun Sistem informasi Berbasis IT Meningkatnya efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan BMN Satker 60 Pedoman diklat Pedoman 30 Tersedianya informasi keuangan di seluruh Satker Tersusunnya standar waktu penyelesaian pekerjaan Tercapainya kesesuaian jumlah pegawai dengan pekerjaan Satker 60 Jenis 3 Persentase 100 Tersusunnya SOP unggulan SOP 100 Tersedianya sistem kearsipan Tahun 1 (mulai 2010)

27 2. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT JENDERAL

28 Pengelolaan SDM Aparat Teknologi Informasi STRATEGIC DRIVER Proses Pelaksanaan Tugas Pokok ITJEN STRATEGIC OUTCOMES Memenuhi Harapan Stakeholders PETA STRATEGI INSPEKTORAT JENDERAL STRATEGIC OBJECTIVE VISI DAN MISI INSPEKTORAT JENDERAL Terwujudnya Pengawasan Internal Yang Efisien dan Efektif Untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Pembangunan Sektor Industri dan Terciptanya Good Governance di Lingkungan Departemen Perindustrian Terwujudnya Pengawasan Berbasis Pembinaan Terciptanya Sistem Pengawasan Berbasis Pembinaan 1 Meningkatnya Profesionalisme 2 Tenaga Pengawas / Auditor PERUMUSAN KEBIJAKAN Merumuskan : 1. Kebijakan Pengawasan; 2. Kebijakan peningkatan kualitas SDM pengawasan; 3. Pedoman pengawasan; 4. Pedoman evaluasi dan pemantauan; 5. Pedoman pemeriksaan tujuan tertentu. 6. Pedoman Reviu Laporan Keuangan dan BMN PELAKSANAAN PENGAWASAN Melakukan Kajian Hasil Audit Kinerja dan Audit dengan tujuan tertentu Melakukan evaluasi hasil reviu dan SPIP Melakukan kajian hasil pemantauan pelaksanaan kebijakan industri Menetapkan program pembinaan dan peningkatan kualitas SDM pengawasan Melakukan Evaluasi Hasil Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan Mengoptimalkan Pemanfaatan Pelaporan Hasil Pengawasan Melaksanakan Koordinasi dan sinkronisasi program pengawasan dengan stakeholder Memberikan penghargaan dan penalti sebagai tindak lanjut hasil pengawasan PENEGAKAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Kebijakan dan Peraturan Perundangundangan. SDM Meningkatkan Kemampuan SDM Aparat Pengawas ORGANISASI Meningkatkan Koordinasi Internal dan Eksternal Meningkatkan ketatalaksanaan Sistem Administrasi INFORMASI Pengembangan Sistem Informasi Pengawasan PERENCANAAN Meningkatkan Kualitas Perencanaan DANA Dukungan Dana yang Memadai

29 INTERNAL STAKEHOLDER INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT JENDERAL STRATEGIC OBJECTIVE & KPI NO PERSPEKTIF SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T) Terciptanya Sistem Menurunnya tingkat penyimpangan/ penyelewengan % 60 1 Pengawasan Berbasis Pembinaan 2 1 Meningkatnya Profesionalisme Tenaga Pengawas / Auditor Merumuskan kebijakan Pengawasan Tenaga Pengawas/ Auditor yang mampu memberikan pembinaan Tenaga Pengawas/ Auditor yang memiliki kompetensi/ sertifikasi Kebijakan pengawasan yang ditetapkan dalam bentuk peraturan orang 40 orang 40 Buah 1 2 Merumuskan kebijakan peningkatan kualitas SDM kebijakan peningkatan kualitas SDM Pengawasan Buah 1 3 Merumuskan pedoman pengawasan ITJEN Tersedianya pedoman pengawasan ITJEN Buah 6 4 Merumuskan pedoman pemantauan dan evaluasi Tersedianya Pedoman pemantauan dan evaluasi Buah 1 KETERANGAN 5 Melakukan Kajian Hasil Audit Kinerja dan Audit dengan tujuan tertentu Laporan Kajian Hasil Audit Kinerja dan Audit tertentu Laporan 5 6 Melakukan Evaluasi Hasil Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan Laporan evaluasi hasil pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan Laporan Mengoptimalkan Pemanfaatan Pelaporan Hasil Pengawasan Menetapkan program pembinaan dan peningkatan kualitas SDM pengawasan Tersedianya laporan hasil pengawasan sebagai bahan pengambilan keputusan Laporan 1 Tersedianya program Pembinaan SDM Pengawasan Program 1 Tersedianya SDM pengawasan yang telah mengikuti diklat Orang 40 Melakukan evaluasi hasil reviu dan SPIP Tersedianya laporan hasil evaluasi reviu dan SPIP Laporan 2

30 CAPACITY BUILDING INTERNAL NO PERSPEKTIF 10 STRATEGIC OBJECTIVE & KPI 25 SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T) Melakukan kajian hasil pemantauan pelaksanaan Tersedianya laporan kajian hasil pemantauan Kegiatan 1 kebijakan industri pelaksanaan kebijakan industri KETERANGAN 11 Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi program pengawasan dengan stakeholder Tersedianya Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Program 1 12 Merumuskan pedoman reviu laporan keuangan dan BMN Tersedianya Pedoman Reviu Laporan Keuangan dan BMN Buah Memberikan penghargaan dan penalti sebagai tindak lanjut hasil pengawasan Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan. Pemberian Piagam penghargaan Jenis 10 Pemberian sanksi Buah 0 Menurunnya jumlah penyimpangan/ temuan % 50 1 Meningkatkan Kemampuan SDM Aparat Pengawas Tersedianya SDM aparat pengawas yang telah mengikuti diklat LHP Meningkatkan Koordinasi Internal dan Eksternal Terlaksananya koordinasi internal dan eksternal Buah Peningkatan 3 Meningkatkan ketatalaksanaan Sistem Terlaksananya tertib administrasi % Penurunan Administrasi 100% Pengembangan Sistem Informasi Pengawasan Tersedianya sistem informasi pengawasan berbasis % Produktivitas 4 teknologi informasi kerja diatas 95 % 5 Meningkatkan Kualitas Perencanaan Berkurangnya tumpang tindih kegiatan pengawasan % 3 % dari pagu anggaran 6 Menetapkan anggaran Tersedianya anggaran sesuai kebutuhan % 98%

31 3. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

32 Pengelolaan SDM Organisasi & Informasi STRATEGIC DRIVER Proses Pelaksanaan Tugas Pokok STRATEGIC OUTCOME Memenuhi harapan stakeholders PETA STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA STRATEGIC OBJECTIVE VISI DAN MISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA Visi : Terwujudnya Industri Agro dan Kimia Yang Berdaya Saing Global Pada Tahun Misi : 1. Meningkatkan Industri yang Berbasis Sumber Daya Alam 2. Pengembangan Inovasi Teknologi dan SDM yang Kompeten 3. Mendukung ketahanan pangan dan ketersediaan energi alternatif 1 Meningkatny a nilai tambah IAK Tumbuh dan berkembangnya IAK yang berkelanjutan 6 Meningkatnya Persebaran IAK Meningkatnya penguasaan 2 pasar produk Meningkatnya Meningkatnya 5 IAK 3 Kompetensi 4 penguasaan SDM IAK teknologi IAK Menguatnya struktur IAK Perumusan Kebijakan Menetapkan kebijakan pengembangan IAK melalui Perencanaan Jangka Panjang, Menengah dan Pendek, serta Peta Panduan Pengembangan Komoditi IAK Mempersiapkan Usulan Kebijakan : 1. Iklim Usaha 2. Standar IAK Jaminan Pasok Bahan baku dan energi Promosi investasi dan produk IAK Revitalisasi/ Restrukturisasi IAK Peningkatan Kemampuan Teknologi IAK PELAYANAN / FASILITASI Pengembangan klaster IAK Penerapan Standar & HKI IAK Pengembangan kompetensi SDM IAK Pengembangan Kerjasama IAK Pemberian Rekomendasi/Perizinan Pengendalian & Pengawasan Monitoring dan Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Kebijakan dan Pelayanan SDM Organisasi & Ketatalaksanaan Informasi Perencanaan & Pelaporan Dana Meningkatkan Kompetensi SDM Aparatur IAK Penguatan organisasi Pengembangan Manajemen Membangun dan Mengembangkan sistim informasi berbasis IT Meningkatkan Kualitas Perencanaan & Pelaporan (LAKIP, SAI, SAP,LAP KEGIATAN) Mengoptimalkan Pengelolaan APBN

33 INTERNAL STAKE HOLDER INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA NO PERSPEKTIF STRATEGIC OBJECTIVE & KPI SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T) 1 Meningkatnya Nilai Tambah IAK Meningkatnya kontribusi sub sektor IAK terhadap PDB % 12,9 Meningkatnya Penguasaan Pasar Produk IAK Meningkatnya Nilai Ekspor Produk IAK % 2,5 2 Meningkatnya pangsa pasar produk IAK di dalam negeri % - Meningkatnya Kompetensi SDM IAK Meningkatnya SDM IAK yang tersertifikasi % - 4 Meningkatnya Penguasaan Teknologi IAK Meningkatnya Penerapan Teknologi Dalam Negeri Perusahaan 2 5 Menguatnya Struktur IAK Tumbuhnya cabang IAK (industri turunan) baru selama 5 tahun Jenis Industi - 6 Meningkatnya Persebaran IAK Berkembangnya IAK di Luar Pulau Jawa Unit Usaha - Menetapkan kebijakan pengembangan IAK melalui Tersusunnya Renstra dan Renja Ditjen IAK Paket 1 1 Perencanaan Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Terususnnya Peta Panduan Pengembangan sertra Peta Panduan Pengembangan Komoditi IAK Komoditi IAK Peta Panduan 12 Mempersiapkan Usulan Kebijakan : 1. Iklim usaha, 2. Tersusunnya konsep usulan kebijakan iklim 2 Standar IAK usaha Paket 4 Tersusunnya konsep usulan standar Paket 42 3 Ketersediaan dan Jaminan Pasokan Bahan Baku dan Jumlah Frekwensi Rapat Koordinasi Energi untuk IAK Kali 52 4 Memfasilitasi promosi investasi dan produk IAK Jumlah promosi investasi Kali 4 Jumlah pameran komoditi Kali 6 KETERANGAN

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

!!!#$%! & ' ((( ( ( ) !"!"!#$%"! & ' ((( ( ( ) *(+(, ( -./ *0$" I. Pendahuluan A. Ciri Umum ILMTA B. Lingkup Industri Binaan Ditjen ILMTA C. Gambaran Umum Perkembangan Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Tahun 2005 s/d 2009

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014 BIRO PERENCANAAN 2015 KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF i Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN 2016 Ringkasan Eksekutif Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 BIRO PERENCANAAN 2015 Ringkasan Eksekutif Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan Lakip Kementerian Perindustrian Tahun 2013 Ringkasan Eksekutif Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Syarif Hidayat

KATA PENGANTAR. Syarif Hidayat Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2015 i KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2010 DAN RENCANA KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2011

PROGRAM KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2010 DAN RENCANA KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2011 PROGRAM KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2010 DAN RENCANA KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2011 Oleh: DIREKTUR JENDERAL ILMTA Dalam Acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Dengan Kabupaten / Kota di Indonesia Wilayah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

RENCANA KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 RENCANA KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2011 KATA PENGANTAR Tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan penyelenggaraan manajemen pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian SS Indikator Target 2015 Realisasi s/d Juni 2015 (a) (b) (c) (d) (e)=(d)/(c/2) (f) Terwujudnya sinkronisasi dan koordinasi kebijakan perekonomian Presentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan telah selesainya penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Periode 2015-2019. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013 BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN JAKARTA - 2012 KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Sekretariat Badan Pengembangan Sumber

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

BIRO HUKUM DAN HUMAS

BIRO HUKUM DAN HUMAS RENCANA KINERJA TAHUNAN 2011 BIRO HUKUM DAN HUMAS BIRO HUKUM DAN HUMAS SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 Kata Pengantar Negara Republik Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan,

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan, PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan, pengendalian dan pemantauan pelaksanaan kegiatan di

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2015 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2015 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggung jawaban dalam mencapai visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/M-IND/PER/11/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Daftar Isi Kata Pengantar Pembentukan struktur organisasi baru Kementerian Perindustrian yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perindustrian nomor 105/M-IND/

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit Eselon

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian Organisasi struktur Kementerian Perindustrian 2 3 Daftar Isi Kata Pengantar 3 4 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kata Pengantar Struktur Organisasi Kementrian Perindustrian Arah Kebijakan Pembangunan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 PANDEGLANG 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.86 Insp/2016 Tentang PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)

IKHTISAR EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY) IKHTISAR EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY) Berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Latar Belakang Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp.

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

II Tahun Anggaran 2013

II Tahun Anggaran 2013 Tahun Anggaran 2013 II Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Fungsi dan Subfungsi Kendala Yang Dihadapi dan Tindak Lanjut Tahun Anggaran 2013

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO Jl. Imam Bonjol 13 Telp/Fax (0342) 801833,812549 Email : diskopum@blitarkab.go.id B L I T A R KEPUTUSAN KEPALA DINAS KOPERASI DAN UM KABUPATEN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006 DIISI OLEH KEPALA SKPD/KEPALA BAPPEDA/MENTERI/KEPALA LEMBAGA LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 32/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 32/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 32/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G PEMBENTUKAN TIM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2018 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No. 39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2012 Laporan Konsolidasi Program Dirinci

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 TAHUN ANGGARAN 6 () () (..) PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN KEBIJAKAN INDUSTRI SATUAN KERJA (43) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri PROPINSI () DKI JAKARTA () KOTA JAKARTA PUSAT PERHITUNGAN TAHUN 6

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.: 021-5255509

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014 RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN JAKARTA, APRIL DAFTAR ISI I. Laporan Rekapitulasi Rencana Kerja Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran II. Rekapitulasi Per Program Rincian kegiatan

Lebih terperinci