LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2010"

Transkripsi

1 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

2 KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr.Wb. Dengan Rahmat Allah SWT "Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010" ini dapat disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta memuat informasi tentang, Tekanan terhadap Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan serta Analisis Hasil Kebijaksanaan, yang dilaporkan dalam 2 (dua) bagian. Buku pertama memuat laporan dalam bentuk narasi dan buku kedua memuat data numerik secara rinci. Harapan Saya, semoga Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunan rencana pembangunan dan pengambilan keputusan, dalam rangka mewujudkan kota Jakarta yang nyaman untuk semua. Akhirnya, kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penyusunan laporan ini, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Jakarta, Maret 2010 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, TTD FAUZI BOWO

3 KATA PENGANTAR Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan pada pokoknya tertuju pada peningkatan kesejahteraan, peningkatan SDM dan sekaligus memberikan jaminan kepentingan terhadap aspirasi generasi masa kini dan masa yang akan datang. Tujuan pembangunan berwawasan lingkungan dapat berhasil, apabila dalam memenuhi tuntutan rencana pembangunan memperhatikan perubahan kependudukan, peningkatan kebutuhan penduduk, peningkatan kegiatan sosial ekonomi yang dapat memberikan tekanan pada sumber daya alam. Untuk itu agar dapat tersusun rencana pembangunan berkelanjutan diperlukan informasi yang lengkap, akurat dan aktual dari berbagai aspek. Agar dapat menyusun rencana pembangunan dalam rangka implementasi konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan diperlukan Informasi yang akurat dan aktual yang terangkum dalam buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta yang penyusunannya didasarkan pada pedoman umum penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Mengingat luas cakupan data dan informasi yang berkaitan dengan kualitas lingkungan hidup, maka disadari bahwa penyusunan buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta masih belum cukup sempurna. Untuk itu saran dan masukan dari semua pihak guna peningkatan kualitas buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta senantiasa kami harapkan. Kepada seluruh anggota Tim Penyusun serta pihak lain yang telah turut berpartisipasi menyusun dan mengembangkan kualitas buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah ini, saya ucapkan terima kasih. Semoga niat mulia kita semua dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup ini senantiasa mendapat petunjuk dan ridho Tuhan Yang Maha Esa. Jakarta, 24 Maret 2011 KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TTD Ir. PENI SUSANTI, Dipl. Est NIP

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR GUBERNUR KDKI JAKARTA KATA PENGANTAR KEPALA BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GRAFIK... viii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi ABSTRAK... I BAB 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah... 1 C. Metodologi Penyusunan Sumber Data Pendekatan Penyusunan... 2 D. Prosedur Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Proses Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan... 4 E. Sistematika Penyajian... 4 F. Isu-isu Utama Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Sumber Daya dan Lingkungan Hidup Bidang Sarana dan Prasarana Kota Bidang Ekonomi Bidang Sosial Budaya Kependudukan dan Ketenagakerjaan... 6 G. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta Visi dan Misi Pemerintah Provinsi dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta Prioritas Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta Prioritas Pengalokasian APBD BAB 2 KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA...14 A. Lahan dan Hutan Lahan Hutan i

5 B. Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman Ekosistem Keanekaragaman Spesies C. Air Air Tanah Situ-situ (Waduk) Sungai D. Udara Kualitas Udara Ambien Metode Sesaat (manual) Dampak Kualitas Udara Ambien Terhadap Kesehatan Masyarakat E. Laut, Pesisir dan Pantai Kondisi Umum Hidro-Oseanografi di Wilayah Pantura Arti Penting Wilayah Pesisir Teluk Jakarta Gambaran Ancaman terhadap Wilayah Pesisir Teluk Jakarta Mangrove Perairan Teluk F. Iklim G. Bencana Alam BAB 3 TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. Kependudukan Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Sebaran dan Kepadatan Penduduk B. Permukiman Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk Sanitasi Lingkungan Akses Terhadap Infrastruktur Permukiman (Air Bersih, Listrik, dsb) Kemiskinan Kebakaran C. Kesehatan Status Kesehatan dan Gizi Upaya Perbaikan Kesehatan dan Gizi D. Pertanian E. Industri F. Pertambangan G. Energi ii

6 H. Transportasi I. Pariwisata Pengembangan Atraksi Pariwisata Pengembangan Tata Ruang Pariwisata J. Limbah B BAB 4 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. Rehabilitas Lingkungan B. Amdal C. Penegakan Hukum D. Peran Serta Masyarakat E. Kelembagaan LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA iii

7 DAFTAR TABEL Halaman Tabel : II.1 Tabel : II.2 Inventarisasi Sumberdaya Lahan Menurut Klasifikasi Penggunaan Lahan, Jumlah Sumberdaya Hutan Menurut Fungsi dan Tipe Hutan di DKI Jakarta Tahun Tabel : II.3 Lokasi Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, Tabel : II.4 Jenis Vegetasi di Kawasan Lindung Muara Angke, Angke Kapuk dan Kamal, Tahun Tabel : II.5 Fauna yang dilindungi di suaka margasatwa Muara Angke, Tahun Tabel : II.6 Neraca Sumberdaya Air : Air Permukaan Provinsi DKI Jakarta, Tabel : II.7 Neraca Sumberdaya Air : Air Tanah Provinsi DKI Jakarta, Tabel : II.8 Kondisi Pemukiman Pemantauan Kualitas Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta Tahun Tabel : II.9 Jarak Sumur dengan Septik Tank di Provinsi DKI Jakarta Tahun Tabel : II.10 Kisaran Kualitas Fisik Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta Tahun Tabel : II.11 Persentase Parameter Fisik Air Tanah Yang Melebihi Baku Mutu, Tahun Tabel : II.12 Kisaran Kadar Kimia Organik/Anorganik Air Tanah, Tabel : II.13 Tabel : II.14 Tabel : II.15 Tabel : II.16 Tabel : II.17 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Besi (Fe) Provinsi DKI Jakarta, Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Mangan (Mn) Provinsi DKI Jakarta, Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Detergent Provinsi DKI Jakarta, Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Organik Provinsi DKI Jakarta, Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Coliform Provinsi DKI Jakarta, Tabel : II.18 Status Mutu (Indeks Pencemaran) Air Tanah Provinsi DKI Jakarta, Tabel : II.19 Lokasi Pengambilan Sampel Situ/Waduk di DKI Jakarta Tahun Tabel : II.20 Peralatan Sampling Air Situ/Waduk Tabel : II.21 Nilai Indeks Pencemar (IP) Air dan Kategorinya Tabel : II.22 Kondisi Umum Lokasi Pemantauan Situ Tahun iv

8 Tabel : II.23 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Timur Tahun Tabel : II.24 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Barat Tahun Tabel : II.25 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Utara Tahun Tabel : II.26 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Selatan Tahun Tabel : II.27 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Pusat Tahun Tabel : II.28 Kisaran Konsentrasi Mikrobiologi Situ/Waduk DKI Jakarta Tahun Tabel : II.29 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Tahun Tabel : II.30 Peralatan Sampling Air Sungai Tabel : II.31 Nilai Indeks Pencemar (IP) Air Sungai dan Kategorinya Tabel : II.32 Klasifikasi Derajat Pencemaran Berdasarkan Shannon-Wiener Tabel : II.33 Rerata Kualitas Fisik Sungai Ciliwung Tahun Tabel : II.34 Rerata Kualitas Biologi Sungai Ciliwung Tahun Tabel : II.35 Rerata Kualitas Fisik DAS Cipinang Tahun Tabel : II.36 Rerata Kualitas Biologi Sungai Cipinang Tahun Tabel : II.37 Rerata Kualitas Fisik Sungai Mookervart Tahun Tabel : II.38 Rerata Kualitas Fisik Sungai Sunter Tahun Tabel : II.39 Rerata Kualitas Biologi DAS Sunter Tahun Tabel : II.40 Jumlah Titik Pemantauan dan Status IP Sungai di DKI Jakarta Tahun Tabel : II.41 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara Ambien DKI Jakarta dan Peruntukannya Tahun Tabel : II.42 Metode Analisa Kualitas Udara Tabel : II.43 Kualitas Udara Ambien Parameter Debu (TSP) DKI Jakarta Tahun Tabel : II.44 Kualitas Udara Ambien Parameter NO 2 DKI Jakarta Tahun Tabel : II.45 Kualitas Udara Ambien Parameter SO 2 DKI Jakarta Tahun Tabel : II.46 Kualitas Udara Ambien Parameter Pb DKI Jakarta Tahun Tabel : II.47 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Kuningan, Jakarta Selatan (Peruntukan Perkantoran) Tabel : II.48 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Tebet, Jakarta Selatan (Peruntukan Pemukiman) Tabel : II.49 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Kawasan PT. JIEP, Jakarta Timur (Peruntukan Industri) Tabel : II.50 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Istiqlal, Jakarta Pusat (Peruntukan Niaga) v

9 Tabel : II.51 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara (Kawasan Rekreasi) 170 Tabel : II.52 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Cilincing, Jakarta Utara (Peruntukan Industri dan Pemukiman) 171 Tabel : II.53 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Lubang Buaya, Jakarta Timur (Peruntukan Pemukiman) Tabel : II.54 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Kahfi, Jakarta Selatan (Peruntukan Pemukiman) Tabel : II.55 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Kalideres, Jakarta Barat (Peruntukan Pemukiman) Tabel : II.56 Vegetasi Mangrove di Kawasan Pesisir Teluk Jakarta Bagian Barat Tabel : II.57 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove Tabel : II.58 Tabel : II.59 Keberadaan Jenis Karang batu Pada beberapa Pulau di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu Keberadaan Jenis Ikan Karang di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu Tabel : II.60 Posisi koordinat stasiun di Teluk Jakarta Tabel : II.61 Jumlah Penduduk DKI Jakarta, Tabel : II.62 Persentase Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Administrasi Tahun Tabel : II.63 Rata-rata Anak Lahir Hidup per Perempuan menurut Kelompok Umur, Tabel : II.64 CDR, IMR dan Angka Harapan Hidup (e0) Tabel : II.65 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Menurut Jenis Kelamin di DKI Jakarta, Tabel : II.66 Migran Masuk Selama Hidup Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tabel : II.67 Tabel : II.68 Tabel : II.69 Kegiatan Utama Penduduk Usia Tahun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2000 dan 2010 (Ribu Orang) Partisipasi Angkatan Kerja Usia Tahun Menurut Tingkat Pendidikan, 2010 (Persen) Komposisi Penduduk Usia Tahun yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010 (Persen) Tabel : II.70 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai di DKI Jakarta, Tabel : II.71 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai di DKI Jakarta, Tabel : II.72 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Terbanyak di DKI Jakarta, Tabel : II.73 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum Tahun, vi

10 Tabel : II.74 Persentase Rumah Tangga Menurut Cara Memperoleh Air Minum di DKI Jakarta, Tabel : II.75 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di DKI Jakarta, Tahun Tabel : II.76 Tabel : II.77 Angka Kesakitan, Rata-rata Lama Sakit dan Rata-rata Lama Pemberian Asi di DKI Jakarta, Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Tenaga Medis dan Jarak Rata-rata Fasilitas Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Administrasi Tabel : II.78 Penolong persalinan balita di DKI Jakarta, Tabel : II.79 Besarnya Bagi Hasil yang Diperoleh Provinsi DKI Jakarta Tabel : II.80 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tabel : II.81 Distribusi Bahan Bakar Berdasarkan Sektor Pengguna (Liter) Tabel : II.82 Jumlah Kendaraan di Provinsi DKI Jakarta Tabel : II.83 Panjang dan Luas Jalan Menurut Kota Administrasi dan Jenis Jalan, Tabel : II.84 Panjang, Luas dan Status Jalan Menurut Jenisnya, Tabel : II.85 Tabel : II.86 Tabel : II.87 Tabel : II.88 Tabel : II.89 Jumlah Penumpang Kapal yang Datang dan Berangkat Melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok, Jumlah Barang yang Dibongkar dan Dimuat Melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok, (Ton) Jumlah Penumpang dan Barang yang diangkut Melalui Pelabuhan Tanjung Priok Menurut Jenis Pelayaran dan Jasa Pelayaran Pelabuhan, Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang Melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta, Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang Melalui Pelabuhan Udara Halim Perdana Kusuma, Tabel : II.90 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke DKI Jakarta, Tabel : II.91 Perusahaan Penghasil Limbah B3, Jenis Limbah dan Volumenya Tabel : II.92 Tabel : II.93 Perusahaan yang Mendapat Izin Untuk Penyimpanan, Pengumpulan, Pengolahan, Pemanfaatan, dan Pemusnahan (Land fill) Limbah B Perusahaan yang Mendapat Rekomendasi dan Izin dari Perhubungan Untuk Pengangkutan Limbah B Tabel : III.94 Rekomendasi Amdal/UKL-UPL Tabel : III.95 Pelaksanaan Legal Sampling dan Tindak Lanjut Tahun Tabel : III.96 Hasil Pengawasan dan Penertiban Pemanfaatan Air Bawah Tanah di DKI Jakarta Tahun vii

11 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik : II.1 Konsentrasi BOD Situ/Waduk di Wilayah Jakarta Timur, Grafik : II.2 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur, Grafik : II.3 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur, Grafik : II.4 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur, Grafik : II.5 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur Tahun Grafik : II.6 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur Tahun Grafik : II.7 Konsentrasi BOD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun Grafik : II.8 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun Grafik : II.9 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun Grafik : II.10 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun Grafik : II.11 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun Grafik : II.12 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun Grafik : II.13 Konsentrasi BOD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun Grafik : II.14 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun Grafik : II.15 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun Grafik : II.16 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun Grafik : II.17 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun Grafik : II.18 Konsentrasi Detergent Situ/waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun Grafik : II.19 Konsentrasi BOD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun Grafik : II.20 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun Grafik : II.21 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat, Grafik : II.22 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun Grafik : II.23 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun Grafik : II.24 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun Grafik : II.25 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun Grafik : II.26 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun Grafik : II.27 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun viii

12 Grafik : II.28 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun Grafik : II.29 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun Grafik : II.30 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah DKI Jakarta Tahun Grafik : II.31 Persentase Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah DKI Jakarta Tahun Grafik : II.32 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur Tahun Grafik : II.33 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun Grafik : II.34 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun Grafik : II.35 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun Grafik : II.36 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun Grafik : II.37 Konsentrasi Phospat Sungai Ciliwung Tahun Grafik : II.38 Konsentrasi Detergent Sungai Ciliwung Tahun Grafik : II.39 Konsentrasi Organik Sungai Ciliwung Tahun Grafik : II.40 Konsentrasi BOD Sungai Ciliwung Tahun Grafik : II.41 Konsentrasi COD Sungai Ciliwung Tahun Grafik : II.42 Konsentrasi DO Sungai Ciliwung Tahun Grafik : II.43 Konsentrasi Phospat Sungai Cipinang Tahun Grafik : II.44 Konsentrasi Detergent Sungai Cipinang Tahun Grafik : II.45 Konsentrasi Organik Sungai Cipinang Tahun Grafik : II.46 Konsentrasi BOD Sungai Cipinang Tahun Grafik : II.47 Konsentrasi BOD Sungai Cipinang Tahun Grafik : II.48 Konsentrasi DO Sungai Cipinang Tahun Grafik : II.49 Konsentrasi Phospat Sungai Angke Tahun Grafik : II.50 Konsentrasi Detergent Sungai Angke Tahun Grafik : II.51 Konsentrasi Organik Sungai Angke Tahun Grafik : II.52 Konsentrasi BOD Sungai Angke Tahun Grafik : II.53 Konsentrasi COD Sungai Angke Tahun Grafik : II.54 Konsentrasi DO Sungai Angke Tahun Grafik : II.55 Konsentrasi Phospat Sungai Mookervart Tahun Grafik : II.56 Konsentrasi Detergent Sungai Mookervart Tahun Grafik : II.57 Konsentrasi Organik S. Mookervart Tahun ix

13 Grafik : II.58 Konsentrasi BOD S. Mookervart Tahun Grafik : II.59 Konsentrasi COD Sungai Mookervart Tahun Grafik : II.60 Konsentrasi DO Sungai Mookervart Tahun Grafik : II.61 Konsentrasi Phospat Sungai Grogol Tahun Grafik : II.62 Konsentrasi Detergent Sungai Grogol Tahun Grafik : II.63 Konsentrasi Organik Sungai Grogol Tahun Grafik : II.64 Konsentrasi BOD Sungai Grogol Tahun Grafik : II.65 Konsentrasi COD Sungai Grogol Tahun Grafik : II.66 Konsentrasi DO Sungai Grogol Tahun Grafik : II.67 Konsentrasi Phospat Sungai Sunter Tahun Grafik : II.68 Konsentrasi Detergent Sungai Sunter Tahun Grafik : II.69 Konsentrasi Organik Sungai Sunter Tahun Grafik : II.70 Konsentrasi BOD Sungai Sunter Tahun Grafik : II.71 Konsentrasi COD Sungai Sunter Tahun Grafik : II.72 Konsentrasi DO Sungai Sunter Tahun Grafik : II.73 Konsentrasi Phospat Sungai Pesanggrahan Tahun Grafik : II.74 Konsentrasi Detergent Sungai Pesanggrahan Tahun Grafik : II.75 Konsentrasi Organik Sungai Pesanggrahan Tahun Grafik : II.76 Konsentrasi BOD Sungai Pesanggrahan Tahun Grafik : II.77 Konsentrasi COD Sungai Pesanggrahan Tahun Grafik : II.78 Konsentrasi DO Sungai Pesanggrahan Tahun Grafik : II.79 Konsentrasi Phospat Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun Grafik : II.80 Konsentrasi Detergent Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun Grafik : II.81 Konsentrasi Organik Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun Grafik : II.82 Konsentrasi BOD Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun Grafik : II.83 Konsentrasi COD Sungai Krukut & tarum barat Tahun Grafik : II.84 Konsentrasi DO Sungai Krukut & tarum barat Tahun Grafik : II.85 Konsentrasi Phospat S. Cengkareng Drain & Kali Baru Timur Tahun Grafik : II.86 Grafik : II.87 Konsentrasi Detergent Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun Konsentrasi Organik Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun x

14 Grafik : II.88 Grafik : II.89 Grafik : II.90 Konsentrasi BOD Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun Konsentrasi COD Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun Konsentrasi DO Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun Grafik : II.91 Grafik : II.92 Grafik : II.93 Konsentrasi Phospat Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun Konsentrasi Detergent Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun Konsentrasi Organik Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun Grafik : II.94 Konsentrasi BOD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun Grafik : II.95 Konsentrasi COD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun Grafik : II.96 Konsentrasi DO Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun Grafik : II.97 Konsentrasi Phospat Sungai Petukangan dan Sungai kamal Tahun Grafik : II.98 Konsentrasi Detergent Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Grafik : II.99 Konsentrasi Organik Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun Grafik : II.100 Konsentrasi BOD Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun Grafik : II.101 Konsentrasi COD Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun Grafik : II.102 Konsentrasi DO Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun Grafik : II.103 Beban Pencemar COD di Sungai Ciliwung Tahun Grafik : II.104 Beban Pencemar BOD di Sungai Ciliwung Tahun Grafik : II.105 Beban Pencemar COD di Sungai Cipinang Tahun Grafik : II.106 Beban Pencemar BOD di Sungai Cipinang Tahun Grafik : II.107 Beban Pencemar COD di Kali Angke Tahun Grafik : II.108 Beban Pencemar BOD di Kali Angke Tahun Grafik : II.109 Beban Pencemar COD di Sungai Mookervart Tahun Grafik : II.110 Beban Pencemar BOD di Sungai Mookervart Tahun Grafik : II.111 Beban Pencemar COD di Sungai Grogol Tahun Grafik : II.112 Beban Pencemar BOD di Sungai Grogol Tahun Grafik : II.113 Beban Pencemar COD di Sungai Sunter Tahun Grafik : II.114 Beban Pencemar BOD di Sungai Sunter Tahun Grafik : II.115 Beban Pencemar COD di Sungai Pesanggrahan Tahun xi

15 Grafik : II.116 Beban Pencemar BOD di Sungai Pesanggrahan Tahun Grafik : II.117 Grafik : II.118 Grafik : II.119 Grafik : II.120 Grafik : II.121 Grafik : II.122 Beban Pencemar COD di Sungai Krukut dan Sungai Tarum Barat Tahun Beban Pencemar BOD di Sungai Krukut dan Sungai Tarum Barat Tahun Beban Pencemar COD di S.Cengkareng Drain dan Sungai Kali Baru Timur Tahun Beban Pencemar BOD di S.Cengkareng Drain dan Sungai Kali Baru Timur Tahun Beban Pencemar COD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun Beban Pencemar BOD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun Grafik : II.123 Beban Pencemar COD di Sungai Petukangan dan Kamal Tahun Grafik : II.124 Beban Pencemar BOD di Sungai Petukangan dan Kamal Tahun Grafik : II.125 Indeks Pencemaran Sungai Ciliwung Tahun Grafik : II.126 Indeks Pencemaran Sungai Cipinang Tahun Grafik : II.127 Indeks Pencemaran Sungai Angke Tahun Grafik : II.128 Indeks Pencemaran Sungai Mookervart Tahun Grafik : II.129 Indeks Pencemaran Sungai Grogol Tahun Grafik : II.130 Indeks Pencemaran Sungai Sunter Tahun Grafik : II.131 Indeks Pencemaran Sungai Pesanggrahan Tahun Grafik : II.132 Indeks Pencemaran Sungai Krukut dan Tarum Barat Tahun Grafik : II.133 Indeks Pencemaran Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun Grafik : II.134 Indeks Pencemaran Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun Grafik : II.135 Indeks Pencemaran Sungai Petukangan dan Kamal Tahun Grafik : II.136 Kualitas Udara Ambien Parameter Debu (TSP) DKI Jakarta Tahun Grafik : II.137 Kualitas Udara Ambien Parameter NO 2 DKI Jakarta Tahun Grafik : II.138 Kualitas Udara Ambien Parameter SO 2 DKI Jakarta Tahun Grafik : II.139 Kualitas Udara Ambien Parameter Pb DKI Jakarta Tahun Grafik : II.140 Komposisi Jenis Zooplankton di Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.141 Kelimpahan Zooplankton (ind/m3) di Perairan Laut Teluk Jakarta xii

16 Grafik : II.142 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Grafik : II.143 Komposisi Jenis Zooplankton di Perairan Muara Teluk Jakarta (Pasang) Grafik : II.144 Kelimpahan Zooplankton (ind/m3) di Perairan Muara Teluk Jakarta (Pasang) Grafik : II.145 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Grafik : II.146 Komposisi Jenis Zooplankton di Perairan Muara Teluk Jakarta (Surut) Grafik : II.147 Kelimpahan Zooplankton (ind/m 3 ) di Perairan Muara Teluk Jakarta (Surut) Grafik : II.148 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Grafik : II.149 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Laut Teluk Jakarta Grafik : II.150 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Muara Pada Saat Surut Grafik : II.151 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Muara Pada Saat Pasang Grafik : II.152 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.153 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.154 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta Grafik : II.155 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta Grafik : II.156 Komposisi Jenis Zooplankton Perairan Muara Saat Pasang Surut Grafik : II.157 Kelimpahan Jenis Zooplankton Perairan Muara Saat Pasang Surut Grafik : II.158 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Zooplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Surut Grafik : II.159 Komposisi Jenis Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.160 Kelimpahan Jenis Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.161 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.162 Komposisi Jenis Fitoplankton Perairan Muara Saat Pasang Surut Grafik : II.163 Kelimpahan Jenis Fitoplankton di Perairan Muara Saat Pasang Surut Grafik : II.164 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Fitoplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Surut Grafik : II.165 Komposisi Jenis Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.166 Kelimpahan Jenis Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta xiii

17 Grafik : II.167 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.168 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.169 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.170 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta Grafik : II.171 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta Grafik : II.172 Grafik : II.173 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Keseragaman (E), dan Dominansi (D) Perairan Laut Teluk Jakarta Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Keseragaman (E), dan Dominansi (D) Perairan Muara Teluk Jakarta Grafik : II.174 Komposisi Jenis Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.175 Sebaran kelimpahan Fitoplankton (sel/m 3 ) Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.176 Grafik : II.177 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta Komposisi Jenis Fitoplankton yang ditemukan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Surut Grafik : II.178 Sebaran kelimpahan Fitoplankton (sel/m 3 ) Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Grafik : II.179 Sebaran kelimpahan Fitoplankton (sel/m 3 ) Muara Teluk Jakarta Saat Surut. 235 Grafik : II.180 Grafik : II.181 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Fitoplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Fitoplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Surut Grafik : II.182 Komposisi Jenis Zooplankton yang ditemukan Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.183 Sebaran kelimpahan Zooplankton (ind/m3) Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.184 Grafik : II.185 Grafik : II.186 Grafik : II.187 Grafik : II.188 Grafik : II.189 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta Komposisi Jenis Zooplankton yang ditemukan Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Komposisi Jenis Zooplankton yang ditemukan Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Surut Sebaran kelimpahan Zooplankton (ind/m 3 ) di Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Zooplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Surut Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Zooplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang xiv

18 Grafik : II.190 Komposisi Jenis Makrozoobentos di Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.191 Kepadatan Makrozoobentos di Perairan Laut Teluk Jakarta Grafik : II.192 Komposisi Jenis Makrozoobentos di Perairan Muara Teluk Jakarta Grafik : II.193 Kepadatan Makrozoobentos di Perairan Muara Teluk Jakarta Grafik : II.194 Komposisi Jenis Makrozoobentos di Perairan Kepulauan Seribu Grafik : II.195 Kepadatan Makrozoobentos di Perairan Kepulauan Seribu Grafik : II.196 Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun (ribuan) Grafik : II.197 Distribusi Penduduk Menurut Kotamadya, Tahun Grafik : II.198 Perkembangan Penduduk Miskin DKI Jakarta, xv

19 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar : II.1 Lokasi Pemantauan Kualitas Air Tanah Dangkal di DKI Jakarta, Gambar : II.2 Lokasi Pengambilan sample Kualitas Air Situ/Waduk Tahun Gambar : II.3 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Tahun Gambar : II.4 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara Ambien DKI Jakarta Tahun Gambar : II.5 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara (Metode Sesaat) Gambar : II.6 Interaksi Antara Tiga Ekosistem Utama di Pesisir (dimodifikasi dari Ogden dan Gladfelter, 1983) Gambar : II.7 Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air Muara Sungai Gambar : II.8 Peta Genangan Air Hujan di Provinsi DKI Jakarta, xvi

20 DAFTAR LAMPIRAN 1. SK Gubernur KDKI Nomor 1822/2002 tentang Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2. SK Kepala BPLHD Nomor 13/2010 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran Peta Pemantauan Kualitas Air Tanah. 4. Peta Pemantauan Kualitas Air Situ/Waduk Provinsi DKI Jakarta. 5. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai di Wilayah DKI Jakarta Tahun Lokasi Pemantauan Kimiawi Air Sungai di Wilayah DKI Jakarta Tahun Peta Pemantauan Kualitas Air Muara dan Teluk. 9. Peta Lokasi Pemantauan Perairan dan Muara Teluk Jakarta Tahun Lokasi Pemantauan Perairan dan Muara Teluk Jakarta Tahun Pulau-pulau di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. 12. Peta Lokasi Pemantau Kualitas Udara Provinsi DKI Jakarta Metode Sesaat. 13. Peta Lokasi Pemantau Kualitas Udara Provinsi DKI Jakarta Metode Kontinue. xvii

21 ABSTRAK Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 adalah suatu gambaran secara umum mengenai kondisi lingkungan dan sebuah jabaran dari segala aktifitas manusia/masyarakat dalam mengelola lingkungan dan pengaruhnya pada permasalahan sosial, ekonomi dan kesehatan. Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia yang berada di dataran rendah pantai utara bagian barat Pulau Jawa, terletak pada 106 O 48 bujur timur dan 6 O 12 lintang selatan yang mempunyai luas wilayah 650 km 2, dimana pada kota ini mengalir sekitar 13 (tiga belas) sungai baik alami maupun buatan. Sungai-sungai besar yang ada di kota Jakarta adalah sungai Ciliwung, sungai Moorkervart dan sungai Cipinang. Provinsi DKI Jakarta yang terletak pada dataran rendah dengan ketinggian antara 0 10 meter diatas permukaan laut, berbatasan secara administratif di bagian barat dengan Tangerang (Banten), bagian selatan dengan Bogor (Jawa Barat), bagian timur dengan Bekasi (Jawa Barat) dan di bagian utara dengan Laut Jawa. Suhu rata-rata tahunan mencapai 27 O C dan iklim dipengaruhi oleh angin muson. Tinggi curah hujan setiap tahun rata-rata mm dengan maksimum curah hujan tertinggi pada bulan Januari, sedang temperatur bervariasi antara 23,42 O C (minimum) sampai 31,7 O C (maksimum), dan kelembaban (nisbi) 77,97 persen. Pada penulisan Pendahuluan memuat tentang latar belakang penulisan, isu utama lingkungan hidup dan tingkat kesadaran berbagai lapisan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Adapun isu utama lingkungan hidup yang terjadi di tahun 2010 tidak berbeda jauh dengan tahun 2009 walaupun sudah banyak dilakukan pembenahan secara signifikan dalam hal pengelolaan lingkungan di wilayah provinsi DKI Jakarta tetapi masalah banjir, pencemaran (Situ, Sungai, Laut, Udara), limbah padat dan cair, transportasi, selain itu dalam hal penulisannya juga memuat kebijakan pembangunan daerah berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta, yang meliputi kebijakan pembangunan lingkungan hidup, kebijakan tata ruang dan kebijakan sosial, ekonomi dan budaya. Bab I memuat tentang, yang meliputi tentang Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati, Air, Udara, Laut Pesisir dan Pantai, Iklim, Bencana Alam beserta perbandingan dengan baku mutu (standar/kriteria), perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu, serta analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum dan rata-rata). Bab II memuat tentang Tekanan Terhadap Lingkungan yang meliputi tentang Kependudukan, Permukiman, Kesehatan, Pertanian, Industri, Pertambangan, Energi, Transportasi, Pariwisata, Limbah B3 beserta perbandingan dengan baku mutu (standar/kriteria), perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu, serta analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum dan rata-rata). Bab III memuat tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan yang meliputi tentang Rehabilitasi Lingkungan, Pengawasan Amdal, Penegakan Hukum, Peran serta masyarakat, dan Kelembagaan serta perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu, serta analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum dan rata-rata). Rekomendasi bagi pengelolaan lingkungan di tahun 2010 disajikan secara umum, isi rekomendasi menekankan pada keberlanjutan dan upaya peningkatan program pengelolaan yang telah ada, upaya peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat serta koordinasi antar lembaga dan antar wilayah administrasi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Data bagi penulisan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 ini berasal dari berbagai sumber termasuk instansi-instansi terkait di wilayah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, hasil penelitian dan pemberitaan dari media massa.

22 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahkluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya, sehingga kualitas lingkungan hidup perlu dijaga dan dikelola dengan bijaksana. Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber penting bagi kehidupan umat manusia dan mahkluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktivitasnya sehingga pengelolaan sumber daya alam harus mengacu pada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara dan pusat kegiatan dan pesatnya pembangunan di berbagai sektor selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga dapat menambah beban pada lingkungan terutama akibat meningkatnya limbat padat, cair, gas serta eksploitasi sumber daya alam telah memberikan dampak pada semakin berkurangnya daya dukung lahan dan lingkungan. Perjalanan pembangunan kota yang pada tahap awalnya hanya ditekankan pada peningkatan produktivitas/pertumbuhan ekonomi telah mulai bergeser pada upaya-upaya yang lebih proporsionil antara kepentingan ekonomi dan keseimbangan lingkungan melalui proses perencanaan pembangunan yang lebih partisipatif yang melibatkan peran serta para pelaku pembangunan (stake holder) dan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan guna terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance). B. Tujuan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Tujuan utama penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah : 1. Menyediakan dasar bagi perbaikan pengambilan keputusan pada semua tingkat; 2. Meningkatkan kesadaran dan kefahaman akan kecenderungan dan kondisi lingkungan; 3. Memfasilitasi pengukuran kemajuan menuju keberlanjutan. Laporan ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses informasi lingkungan yang terkini dan akurat Pendahuluan Halaman I - 1

23 secara ilmiah bagi publik, industri, organisasi non-pemerintah, serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan SLHD juga menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan bagi pengambil kebijakan sehingga memungkinkan dapat menjadi kebijakan yang baik dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan di masa kini dan masa datang. C. Metodologi Penyusunan 1. Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk menyusun buku laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah data dan informasi yang dikumpulkan oleh instansi yang ada di lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan data yang bersumber dari laporan penelitian tahun Pendekatan Penyusunan Untuk mencapai maksud dan tujuan penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta sebagaimana dikemukakan di atas, diupayakan koordinasi penyusunan dengan memperhatikan beberapa aspek, terutama : Aspek fungsional, yakni penelusuran adanya kaitan kegiatan dan keterpaduan fungsi antara satu instansi dengan instansi lainnya yang menangani urusan yang telah menjadi kewenangan Pemda DKI Jakarta. Selain itu diidentifikasi juga tugas pemerintahan dan tugas pembangunan yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat. Aspek formal, yakni upaya penerapan petunjuk tingkat nasional, yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan DKI Jakarta. Aspek struktural, yakni penelusuran kaitan dan koordinasi kerja setiap tingkatan instansi. Aspek material, yakni penelusuran adanya kaitan dan koordinasi antar instansi dalam penyajian dan pemanfaatan data. Aspek operasional, yakni penelusuran adanya kaitan dan keterpaduan dalam penentuan langkah-langkah penyusunan, baik dari segi waktu dan lingkup data. Untuk mencapai tujuan dan sasaran buku Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta ini, pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut : Penelusuran kembali berbagai dokumen yang memuat rumusan kebijaksanaan baik produk Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, baik tentang pembangunan sektoral di daerah maupun tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pendahuluan Halaman I - 2

24 Pengumpulan data Tekanan terhadap lingkungan tahun 2010 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta, dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta. Data kegiatan diperoleh dari BAPEDA DKI Jakarta, BPS Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Pertanian, Dinas Kesehatan, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BPLHD Provinsi DKI Jakarta dan instansi terkait lainnya. Data tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan diperoleh dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Dearah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta. D. Prosedur Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah 1. Proses Kegiatan 1.1. Tahap Pemantauan Pemantauan dilakukan terhadap semua aspek kependudukan dan lingkungan hidup, melalui pengumpulan data yang dilakukan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD), Dinas Teknis lainnya secara berkala yang selanjutnya disusun menjadi data dasar oleh Badan Pusat Statistik DKI Jakarta Tahap Evaluasi Evaluasi diarahkan pada tiga aspek utama, yaitu : Kegiatan sosial ekonomi yang potensial menimbulkan dampak pada komponen kependudukan dan lingkungan hidup. Upaya pengendalian dampak baik yang telah dilaksanakan oleh masing-masing instansi sesuai dengan tugas pokoknya maupun melalui koordinasi instansi terkait. Gambaran tentang kualitas lingkungan hidup DKI Jakarta tahun Tahapan Penyusunan Buku Laporan dan Buku Data Penyusunan Buku Laporan (Buku I) dan Buku Data (Buku II) dilaksanakan secara simultan. Data Lingkungan yang terkumpul baik berasal dari sektor maupun hasil monitoring dan evaluasi (monev) BPLHD Provinsi DKI Jakarta disusun dan dianalisis secara komprehensif. Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta meliputi pemantauan kualitas lingkungan hidup di wilayah DKI Jakarta, pengumpulan dan pengolahan data, analisis data, Pendahuluan Halaman I - 3

25 dokumentasi kebijakan, dan penyajian laporan dengan menggunakan pendekatan model P-S-R (Pressure-State-Response). Ruang lingkup pedoman ini meliputi : a b c Kualitas lingkungan hidup berdasarkan media air, udara, dan lahan. Kualitas dan kuantitas sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati. Kualitas penduduk dan sosial ekonomi. 2. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 paralel dengan kegiatan rutin BPLHD dan didukung berbagai sektor terkait termasuk pengumpulan data monev yang dilakukan sepanjang tahunnya. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1822 tahun 2002 tentang Pembentukan Tim Penyusun Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta merupakan landasan legal yang menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. E. Sistematika Penyajian (1) Buku II (Buku Data) Penyusunan Buku Data didasarkan pada data lingkungan hidup yang benar, akurat dan ilmiah, sedangkan analisis dalam penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta, tergantung dan didasarkan pada data dasar yang digunakan sebagai informasi bagi peningkatan kesadaran dan keterlibatan masyarakat serta para pengambil keputusan dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Buku II (Buku Data) merupakan kumpulan data dasar tentang, Tekanan Terhadap Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan. Data tersebut dikumpulkan menurut prosedur pendataan sesuai dengan kaidah data yang benar. Walaupun kondisi dan permasalahan Provinsi DKI Jakarta relatif berbeda dengan Daerah Tingkat I lainnya, namun tetap diupayakan untuk memenuhi jumlah dan jenis data (tabel data) semaksimal mungkin. (2) Buku I (Buku Laporan) Buku I merupakan penjelasan hasil identifikasi dan analisis data yang disajikan pada buku II. Buku I tersebut disistematisir menjadi tiga bab yaitu : Bab 1 menjelaskan. Bab 2 menjelaskan Tekanan Terhadap Lingkungan. Bab 3 menjelaskan Upaya Pengelolaan Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pendahuluan Halaman I - 4

26 F. Isu-isu Utama Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Secara umum gambaran isu-isu yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 adalah sebagai berikut : 1. Sumber Daya dan Lingkungan Hidup Jakarta dengan jumlah penduduk yang besar dan pendapatan masyarakat yang relatif tinggi dibanding masyarakat lainnya di Indonesia, menghadapi dua persoalan besar berkaitan dengan isu SDA dan lingkungan hidup, yaitu [1] terus berlangsungnya dalam mengkonsumsi produk yang berasal dari SDA seperti, BBM dan air tanah; [2] pola dan perilaku masyarakat dan dunia bisnis cenderung kurang bersahabat pada lingkungan hidup, sehingga pencemaran Jakarta masih terus berlangsung. Beberapa catatan berikut ini menunjukkan keriusan sebagian besar masyarakat pada masalah SDA dan lingkungan hidup di Jakarta : [1] terus berlangsungnya peningkatan konsumsi BBM tanpa upaya penghematan serta kesadaran yang rendah pada pemanfaatan energi alternatif; [2] meningkatnya produksi sampah kota dan belum tersedianya pola penanganan yang efektif dan efisien; [3] bahaya banjir tetap mengancam setiap tahun, karena pesatnya pembangunan dan sistem drainase yang kurang baik; [4] Jakarta sangat polutif dan merupakan kota yang memiliki tingkat pencemaran tinggi, [5] belum optimalnya penataan ruang dan peruntukan penggunaan lahan. 2. Bidang Sarana dan Prasarana Kota Persoalan menonjol yang memerlukan perhatian serius berkaitan dengan prasarana dan sarana publik adalah : [1] belum berhasilnya penanganan permukiman kumuh melalui ressetlement; [2] banjir yang terus terjadi setiap tahun di sejumlah lokasi walaupun saat ini sifatnya hanya genangan sementara; [3] belum tertanganinya masalah sampah dengan teknologi modern; [4] belum memadainya fasilitas jalan, trotoar; [5] belum optimalnya penataan ruang dan peruntukan penggunaan lahan; [6] masih buruknya prasarana dan sarana pelayanan publik. 3. Bidang Ekonomi Meskipun Pemerintah DKI Jakarta telah berupaya melakukan terobosan namun hasilnya belum terlihat maksimal, dimana roda perekonomian belum berjalan secara optimal. Kesenjangan ekonomi baik antar pelaku ekonomi maupun antar golongan pendapatan masih cukup tajam dan terjadi pada segala aspek kehidupan, sehingga struktur dan fundamental ekonomi sangat rentan terhadap gejolak yang terjadi. Pendahuluan Halaman I - 5

27 4. Bidang Sosial Budaya Bidang sosial budaya mencakup aspek yang sangat luas meliputi aspek kehidupan beragama, kesejahteraan sosial, pemberdayaan masyarakat, seni budaya, permuseuman, olah raga dan kepemudaan. Namun demikian dalam banyak hal dalam berbagai aspek ini saling kait-mengait yang memerlukan penanganan secara terpadu. Beragamnya masyarakat yang tinggal di DKI Jakarta dapat menimbulkan terjadinya peristiwaperistiwa yang bersifat primordial dan partisan. Sebagian dari mereka terutama akar rumput (grassroot) sangat fanatik terhadap kelompoknya sendiri dan menganggap kelompok lain sebagai saingan dan musuhnya. Kondisi ini dapat menimbulkan ketegangan dalam masyarakat sehingga mudah emosi dan ter-provokasi menjadi perkelahian antar warga masyarakat. Konflik sosial semacam ini sering terjadi di sejumlah wilayah dengan latar belakang dan penyebab yang sangat kecil. Masalah sosial lainnya yang timbul akibat krisis dan sulitnya lapangan kerja adalah semakin banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Sebagian dari mereka adalah pengamen, pedagang di lampu lalu lintas, pengemis dan anak jalanan yang memerlukan perhatian dan pertolongan di satu sisi tetapi juga dibutuhkan ketegasan dalam penanganannya di lain pihak, karena berpotensi mengganggu ketentraman dan ketertiban umum. Sementara itu, jumlah pengguna narkoba juga semakin bertambah. Banyaknya masyarakat yang terpuruk akibat krisis multi dimensi yang lalu, bukan hanya menyebabkan pendapatan mereka turun drastis, tetapi juga banyak diantara golongan masyarakat kecil itu kehilangan pekerjaan ataupun usahanya menjadi bangkrut. Tentunya kondisi ini tidak boleh berlangsung secara terus menerus dan harus ditanggulangi segera, sehingga program-program tentang penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat perlu terus dilanjutkan. 5. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Persoalan kependudukan di DKI Jakarta pada dasarnya adalah jumlah penduduk yang terlalu besar jika dibanding dengan daya tampung wilayah dan pelayanan yang bisa diberikan oleh kota. Besarnya jumlah penduduk ini antara lain disebabkan oleh tingginya angka kelahiran serta banyaknya pendatang dari luar daerah ke Provinsi DKI Jakarta. Hal ini menjadi masalah ketika kota tidak mampu untuk menyediakan fasilitas kehidupan yang layak bagi pendatang dan keluarga kurang mampu dengan angka kelahiran yang tinggi. Sehingga akhirnya mereka harus tinggal di pemukiman yang padat dengan kualitas lingkungan hidup yang tidak sehat. Pendahuluan Halaman I - 6

28 Beberapa permasalahan bidang kependudukan di Provinsi DKI Jakarta : 1. Pelayanan mengenai kependudukan dirasakan masih belum memadai. 2. Urbanisasi ke Provinsi DKI Jakarta masih sulit dikendalikan. 3. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dalam Kerangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta belum berjalan baik.. 4. Rendahnya sikap dan pengetahuan tentang kesehatan keluarga dan kesejahteraan keluarga terutama di kalangan penduduk miskin. Berkait dengan masalah kependudukan di Provinsi DKI Jakarta, masalah ketenagakerjaan yang muncul adalah pengangguran dan kualitas tenaga kerja yang masih belum memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang tersedia. Persoalan semacam ini tentu saja menjadi kendala pembangunan Provinsi DKI Jakarta yang dituntut memiliki sumber daya manusia yang produktif dan efektif dalam bekerja, terutama dalam era perdagangan bebas AFTA Beberapa masalah yang menonjol yaitu : 1. Tingginya tingkat pengangguran. 2. Pencari kerja melebihi ketersediaan lapangan kerja. 3. Ketidaksesuaian antara kualitas angkatan kerja dengan persyaratan lapangan kerja. 4. Penduduk Provinsi DKI Jakarta kurang berminat jadi TKI. 5. Ketaatan terhadap peraturan ketenagakerjaan masih rendah. Provinsi DKI Jakarta yang berperan ganda baik sebagai pemerintahan daerah juga sebagai Ibu Kota Negara memiliki kompleksitas permasalahan terutama dibidang pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Walaupun demikian sangat dipahami dalam proses realisasi pembangunan tersebut (pra-konstruksi, konstruksi, dan operasional) dipastikan akan menimbulkan dampak negatif dan dampak positif yang besar ataupun yang penting bagi lingkungan hidup disekitarnya, namun demikian bukan berarti pembangunan terhambat maka yang perlu dilakukan adalah pengelolaan pembangunan yang ramah lingkungan. Dalam upaya mengantisipasi dan mengelola perubahan-perubahan yang timbul akibat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang berpotensi menimbulkan dampak-dampak penting, maka diwajibkan kepada pemrakarsa dan pelaku usaha untuk membuat/memiliki dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) serta Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), dalam konteks menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan dan bertanggung jawab. Pendahuluan Halaman I - 7

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2011

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2011 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2011 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BPLHD) PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 B. Pemanfaatan dari Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 1.3. Manfaat SLHD Provinsi DKI Jakarta 1.3.1. Manfaat Bagi Pemerintah Daerah Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi DKI Jakarta dimanfaatkan

Lebih terperinci

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2015

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2015 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BPLHD) PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dengan baik. Kegiatan ini adalah kelanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 E. Kelembagaan 17.1. Profil BPLHD Provinsi DKI Jakarta Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 230 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL ) Nomor : / /2014 Banda Aceh, Maret 2014 M Lampiran : 1 (satu) eks Jumadil Awal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 3/2017 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa lingkungan laut beserta sumber

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 DITERBITKAN DESEMBER 2008 DATA OKTOBER 2007 SEPTEMBER 2008 PEMERINTAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2013 0 BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM... 2 BAB II LANDASAN PENGELOLAAN AIR TANAH... 3 Bagian Kesatu Umum... 3 Bagian Kedua Kebijakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 D. Peran Serta Masyarakat Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di DKI Jakarta Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BAGI USAHA MIKRO BATIK DENGAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH KOMUNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD BLHD a. Visi Dalam rangka mewujudkan perlindungan di Sulawesi Selatan sebagaimana amanah Pasal 3 Ung-Ung RI Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik No.1048, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion. Norma. Standar. Prosedur. Kriteria. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah; LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. WALIKOTA SALATIGA, bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA Oleh : Novita Delima Putri 1 Fadillah Hisyam 2 Dosen Universitas

Lebih terperinci