DRAFT SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DRAFT SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH"

Transkripsi

1 DRAFT SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH DAERAH DEPARTEMEN KEUANGAN R I Mei 2002

2 DAFTAR ISI Bab I Pendahuluan Latar belakang Tujuan dan manfaat Sistematika penyajian Bab II Format dan Penjelasan Pos Neraca Penjelasan umum Format neraca Penjelasan masing-masing pos neraca Bab III Prosedur Opname Fisik Opname fisik persediaan Opname fisik aset tetap Lampiran - lampiran

3 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai dengan PP 105 /2000 tentang Pengelolan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pemerintah daerah diwajibkan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang terdiri dari Laporan Perhitungan Anggaran, Neraca, dan Laporan Aliran Kas. Sebagai salah satu laporan keuangan pokok neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan pemerintah daerah pada suatu tanggal tertentu yang terdiri dari aset, hutang dan ekuitas dana. Penyajian neraca di akhir tahun tidak dapat lepas dari penyajian neraca awal. Nilai yang muncul di neraca akhir pada dasarnya berasal dari nilai yang ada di neraca awal di tambah perubahan yang disebabkan oleh transaksi yang terjadi selama satu periode akuntansi. Dengan demikian neraca akhir tidak dapat disajikan dengan nilai yang benar tanpa dilakukan dulu penyusunan neraca awal. Sebagai hasil dari beberapa seri sosialisasi draft Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, pada saat ini pemerintah daerah sudah menyadari pentingnya Neraca Awal tersebut. Namun demikian karena berbagai sebab mereka menghadapi kesulitan menyusunnya Neraca Awal. Salah satu sebab utama adalah belum adanya petujuk teknis penyusunan neraca awal yang dapat dipahami dengan mudah oleh para aparat pemerintah daerah. Untuk itu dirasa perlu menyusun buku Petunjuk Teknis Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah. II. Tujuan atau Manfaat Tujuan penyusunan buku ini adalah: a. sebagai pedoman kepada pemerintah daerah dan pihak lain dalam rangka penyusunan neraca awal pemerintah daerah, b. memudahkan pemerintah daerah dalam menyajikan neraca awal, dan c. meningkatkan keterbandingan neraca awal pemerintah daerah satu dengan pemerintah daerah lainnya, III. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian buku ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Latar belakang Tujuan dan manfaat Sistematika penyajian Bab II Format dan Penjelasan Pos Neraca Penjelasan umum Format neraca Penjelasan masing-masing pos neraca Bab III Prosedur Opname Fisik Opname fisik persediaan Opname fisik aset tetap Lampiran - lampiran BAB I - 1

4 I. Penjelasan Umum BAB II FORMAT DAN PENJELASAN POS NERACA Buku petunjuk pelaksanaan penyusunan neraca awal ini membahas langkahlangkah yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka menyusun neraca awal. Langkah-langkah tersebut adalah a. pengumpulan data, b. penentuan penilaian, c. pengklasifikasian kembali aset dan hutang ke dalam perkiraan akuntasi, d. pembuatan memo penyesuaian dan e. memasukkan data yang ada ke dalam sistem akuntansi. Langkah pengumpulan data dan penentuan penilaian merupakan langkah yang sangat sulit dalam pelaksanaannya dan sering kali timbul pertanyaan di lapangan. Langkah pengumpulan data dan penentuan nilai akan sangat terbantu jika sistem administrasi pengelolaan kekayaan dan administrasi hutang pemerintah daerah sudah baik. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan opname fisik barang/kekayaan pemerintah daerah dan hutanghutang pemerintah daerah. Jika sistem administrasi sudah baik maka tujuan dari opname fisik tersebut adalah menguji kebenaran catatan yang ada. Jika sistem tersebut sudah baik maka disarankan sistem tersebut dipertahankan. Jika sistem administrasinya belum ada maka satu-satunya jalan untuk dapat menyusun neraca awal adalah dengan melakukan opname fisik. Sebagian besar penjelasan yang ada disini adalah menyangkut aset tetap dan persediaan karena pedoman ini bertitik tolak dari pedoman inventarisasi barang milik kekayaan pemerintah. Alasan lainnya adalah karena pengelompokan aset pemerintah daerah sangat banyak jenisnya dan dikelompokkan sampai ke sub-sub kelompok serta pengelompokan tersebut tidak sesuai dengan pengelompokan aset di neraca. II. Format Neraca Tujuan akhir dari semua langkah ini adalah Neraca Awal dengan format dan akun-akun sebagai berikut: NERACA AWAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA/PROPINSI PER 1 JANUARI 20X2 (Dalam rupiah) No. Uraian 20X2 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah XXX 4 Kas di Pemegang Kas XXX 5 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran XXX 6 Bagian Lancar Pinjaman kpd BUMN/D/Pem. Pusat/Daerah Otonom & Lbg. XXX Internasional 7 Bagian Lancar TGR XXX 8 Piutang Pajak XXX 9 Piutang Lain-lain XXX 10 Persediaan XXX 11 Jumlah Aset Lancar ( XXX BAB I I - 1

5 12 INVESTASI PERMANEN 13 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX 14 Pinjaman kpd BUMN/BUMD/Pem. Pusat/Daerah Otonom & Lbg. Internasional XXX 15 Penyertaan Modal dlm Proyek Pembangunan XXX 16 Investasi Permanen Lainnya XXX 17 Jumlah Investasi Permanen ( ) XXX 18 ASET TETAP 19 Tanah XXX 20 Peralatan dan Mesin XXX 21 Gedung dan Bangunan XXX 22 Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX 23 Aset Tetap Lainnya XXX 24 Konstruksi dalam pengerjaan 25 Jumlah Aset Tetap ( ) XXX 26 ASET LAINNYA 27 Tagihan Penjualan Angsuran XXX 28 Built Operating Transfer XXX 29 Dana Cadangan XXX 30 Lain-lain Aset XXX 31 Jumlah Aset Lainnya ( ) XXX 32 TOTAL ASET ( ) XXXX 33 HUTANG 34 HUTANG JANGKA PENDEK 35 Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang XXX 36 Hutang PFK XXX 37 Jumlah Hutang Jangka Pendek (35+36) XXX 38 HUTANG JANGKA PANJANG 39 Hutang Luar Negeri XXX 40 Hutang kepada Pemerintah Pusat XXX 41 Hutang kepada Pemerintah Daerah Otonom Lainnya XXX 42 Hutang kepada BUMN / BUMD XXX 43 Hutang kepada Bank / Lembaga Keuangan XXX 44 Hutang Dalam Negeri Lainnya XXX 45 Hutang Bunga XXX 46 Jumlah Hutang Jangka Panjang ( ) XXX 47 TOTAL HUTANG (37+46) XXX 48 NET ASET (32-47) XXXX 49 EKUITAS DANA 50 Ekuitas Dana Lancar 51 Akumulasi SiLPA XXX 52 Cadangan Piutang XXX 53 Cadangan Persediaan XXX 54 Dana Yang Harus Disediakan utk Pembayaran Hutang Jangka Pendek XXX 55 Total Ekuitas Dana Lancar ( ) XXX 56 Ekuitas Dana Yang Diinvestasikan 57 Diinvestasikan dalam Investasi Permanen XXX 58 Diinvestasikan dalam Aset Tetap XXX 59 Diinvestasikan dalam Aset Lain-lain XXX 60 Dana Yang Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang XXX 61 Total Ekuitas Dana Yang Diinvestasikan ( ) XXX 62 Ekuitas Dana Yang Dicadangkan 63 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan XXX 64 Total Ekuitas Dana Yang Dicadangkan XXX 65 NET EKUITAS DANA ( ) XXXX BAB I I - 2

6 III. Penjelasan Masing Masing Pos Neraca Berikut ini disampaikan penjelasan masing-masing pos neraca berikut penilaian, pengakuan dan bagaimana memeperoleh data untuk menyusun neraca awal. 1. Kas di Kas Daerah (1110) Kas adalah alat pembayaran yang sah yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Kas di Kas Daerah merupakan saldo seluruh kas pemerintah daerah yang berada di rekening Kas Daerah pada bank-bank persepsi yang ditunjuk oleh pemerintah daerah. Pengakuan: seluruh kas atau ekuivalen kas milik pemerintah daerah, selain yang berada di Pemegang Kas UUDP (UYHD). Penilaian: apabila disajikan sebesar nilai rupiah tersebut, apabila terdapat kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah BI pada tanggal laporan. Pengumpulan data: untuk menentukan nilai saldo awal kas di neraca, pemerintah daerah dapat meminta bank terkait untuk mengirim Rekening Koran Pemerintah per tanggal 31 Desember tahun sebelumnya. 2. Kas di Pemegang Kas (1120) Kas di Pemegang Kas merupakan Kas yang menjadi tanggungjawab/dikelola oleh Pemegang Kas (Bendaharawan Pembayar). Pengakuan: perkiraan ini mencakup seluruh uang logam, uang kertas, dan lain-lain kas yang sumbernya berasal dari dana UUDP (UYHD) yang belum dipertanggungjawabkan per 31 Desember. Perkiraan Kas di Pemegang Kas yang disajikan dalam Neraca suatu pemerintah daerah harus mencerminkan kas yang benar-benar ada pada tanggal disusun neraca. Penilaian: apabila disajikan sebesar nilai rupiah tersebut, apabila terdapat kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah BI pada tanggal laporan. Pengumpulan data: untuk mendapatkan saldo Kas di Pemegang Kas perlu dilakukan: a. Kas Opname untuk mendapatkan saldo kas per 31 Desember tahun sebelumnya atas seluruh uang kartal yang ada di tangan seluruh Pemegang Kas UUDP (UYHD). b. Kas Opname untuk mendapatkan saldo kas per 31 Desember tahun sebelumnya atas seluruh Uang Giral yang menjadi tanggung jawab seluruh Pemegang Kas UUDP (UYHD). c. Lakukan rekonsiliasi dengan catatan yang ada di Pemegang Kas. 3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (1130) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek. Reklasifikasi ini dilakukan karena adanya tagihan angsuran jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun berjalan. Reklasifikasi ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca karena pembayaran atas tagihan penjualan angsuran akan mengurangi perkiraan Tagihan Penjualan Angsuran bukan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran. Pengakuan: seluruh bagian lancar dari penjualan angsuran yang dimiliki pemerintah daerah. Penilaian: jumlah tagihan penjualan angsuran yang BAB I I - 3

7 harus diterima dalam waktu satu tahun. Pengumpulan data: untuk mendapatkan saldo Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, pada saat penyusunan neraca perlu dihitung berapa bagian dari Tagihan Penjualan Angsuran yang akan jatuh tempo dalam tahun depan. Data ini biasanya terdapat di Biro Keuangan pemerintah daerah. 4. Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional (1140) Bagian Lancar pinjaman kepada BUMN/BUMD dan lembaga internasional merupakan reklasifikasi Piutang pinjaman kepada BUMN/BUMD dan lembaga internasional yang jatuh tempo dalam tahun anggaran berikutnya. Reklasifikasi ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca karena penerimaan kembali dari Pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional akan mengurangi perkiraan Pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional bukan Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional. Pengakuan: seluruh bagian lancar dari pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional yang harus diterima dalam waktu satu tahun. Penilaian: sebesar nilai rupiah jumlah bagian lancar piutang pinjaman kepada BUMN/BUMD. Pengumpulan data: untuk mendapatkan saldo Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional, pada saat penyusunan neraca perlu dihitung berapa bagian dari Pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional yang akan jatuh tempo dalam tahun depan. Data ini biasanya terdapat di Biro Keuangan pemerintah daerah. 5. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (1150) Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR) merupakan reklasifikasi lainlain aset yang berupa TGR ke dalam aset lancar disebabkan adanya TGR jangka panjang yang jatuh tempo tahun berikutnya. Reklasifikasi ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca karena penerimaan kembali dari Tuntutan Ganti Rugi akan mengurangi perkiraan Tuntutan Ganti Rugi bukan Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi. Pengakuan: seluruh bagian lancar dari Tuntutan Ganti Rugi yang harus diterima dalam waktu satu tahun. Penilaian: nilai rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam waktu satu tahun. Pengumpulan data: untuk mendapatkan saldo Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi, pada saat penyusunan neraca perlu dihitung berapa bagian dari Tuntutan Ganti Rugi yang akan jatuh tempo dalam tahun depan. Data ini biasanya terdapat di Biro Keuangan pemerintah daerah. 6. Piutang Pajak (1160) Piutang Pajak merupakan piutang yang diakui atas pajak daerah yang sudah ada surat ketetapannya (SKP/SKPT). Perkiraan ini untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan pengakuan piutang pajak daerah yang sudah ditetapkan dengan suatu surat ketetapan. Dokumen sumber Piutang Pajak ini adalah Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Tambahan. Perkiraan Piutang Pajak hanya dimunculkan pada saat penyusunan Neraca karena penerimaan kas dari pajak tidak mengurangi perkiraan Piutang Pajak namun langsung diakui sebagai Pendapatan Pajak. Pengakuan: seluruh piutang pajak yang sudah keluar ketetapan pajaknya namun belum ditagih. Penilaian: sebesar nilai BAB I I - 4

8 rupiah pajak-pajak yang belum ditagih. Pengumpulan data: informasi saldo piutang pajak dapat diperoleh dari dinas pendapatan atau dinas lain yang menerbitkan surat ketetapan pajak. 7. Piutang lain lain. (1170) Perkiraan ini untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan pengakuan piutang lain-lain yaitu piutang di luar bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar pinjaman kepada BUMN/BUMD dan lembaga internasional, Bagian Lancar TGR dan piutang pajak. Pengakuan: seluruh piutang yang tidak termasuk dalam kelompok yang telah disebutkan sebelumnya. Penilaian: sebesar nilai rupiah piutang lain-lain. Pengumpulan data: informasi mengenai piutang lain-lain dapat diperoleh dari seluruh satuan kerja.. 8. Persediaan. (1180) Persediaan adalah barang pakai habis yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah dan barangbarang yang maksudkan untuk dijual/diserahkan dalam rangka pelayanan masyarakat. Pembukuan persediaan dilakukan bukan pada saat perolehan dan penggunaan persediaan tetapi pada akhir tahun anggaran sesuai dengan hasil inventarisasi fisik persediaan untuk menentukan volume barang persediaan. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan dimasukkan dalam konstruksi dalam pengerjaan tidak dimasukkan sebagai persediaan dalam kelompok ini. Pengakuan: seluruh persediaan yang dimiliki atau dikuasai pemerintah daerah. Penilaian: Apabila diperoleh dengan pembelian persediaan dinilai dengan menggunakan harga pembelian persediaan yang terakhir. Apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri dinilai dengan belanja yang dikeluarkan. Apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi atau rampasan dinilai dengan harga atau nilai wajar atau estimasi nilai penjualannya. Pengumpulan data: untuk mendapatkan informasi mengenai persediaan dilakukan dengan opname fisik sebagaimana dijelaskan kemudian. 9. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah. (1210) Penyertaan modal Pemda menggambarkan jumlah yang dibayar oleh pemerintah untuk penyertaan modal dalam badan usaha milik negara/daerah di dalam dan di luar negeri serta lembaga-lembaga keuangan dimana pemerintah memiliki 51% atau lebih dari saham ekuitas dari setiap badan usaha tersebut. Pengakuan: seluruh penyertaan modal pemerintah daerah ke dalam BUMN/BUMD dan lembaga keuangan internasional. Penilaian: penyertaan modal dalam BUMN/BUMD dan lembaga internasional dibukukan berdasarkan harga perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal transaksi. Bila investasi saham dalam suatu BUMN/BUMD dijual atau ditukar dengan aset yang lain, maka nilai saham yang dijual/ditukar ditetapkan harga pokoknya dengan menggunakan metode penilaian harga perolehan rata-rata. Aset moneter dalam valuta asing harus dinyatakan dalam rupiah dengan BAB I I - 5

9 menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal neraca. Selisih yang terjadi karena perbedaan nilai tukar dibukukan sebagai ekuitas dana lancar. Pengumpulan data: informasi mengenai penyertaan modal ini dapat diperoleh di Biro Keuangan atau unit lain yang menangani penanaman modal pemerintah daerah. 10. Pinjaman kepada BUMN, BUMD, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lainnya dan Lembaga Internasional. (1220) Perkiraan ini menggambarkan jumlah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk pinjaman yang diberikan kepada BUMN, BUMD, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lainnya dan Lembaga Internasional. Pengakuan: seluruh pinjaman yang diberikan oleh pemerintah kepada kepada BUMN, BUMD, Pem. Pusat, Pem. Daerah Lainnya dan Lembaga Internasional. Penilaian: pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Pusat/Daerah Otonom Lainnya dan lembaga internasional dibukukan sebesar nilai nominal pinjaman. Aset moneter dalam valuta asing harus dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal neraca. Selisih yang terjadi karena perbedaan nilai tukar dibukukan sebagai ekuitas dana lancar. Pengumpulan data mengenai pinjaman ini dapat diperoleh di Biro Keuangan atau unit lain yang menangani pinjaman pemerintah daerah. 11. Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan. (1230) Penanaman modal dalam proyek pembangunan adalah akumulasi dana yang dikeluarkan ke proyek yang dilaksanakan dengan maksud untuk mengalihkan sepenuhnya atau sebagian kepemilikan proyek tersebut kepada pihak ketiga setelah proyek mencapai tingkat penyelesaian tertentu. Contoh proyek pembangunan adalah proyek perkebunan inti rakyat. Penilaian: penanaman modal dalam proyek pembangunan dibukukan berdasarkan harga perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal transaksi. Pengumpulan data mengenai penyertaan modal dalam proyek pembangunan dapat diperoleh di dinas pertanian atau dinas lain yang menangani proyek pembangunan. 12. Investasi Permanen Lainnya. (1290) Investasi permanen lainnya menggambarkan semua biaya investasi permanen lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu perkiraan investasi permanen di atas. Penilaian: investasi permanen lainnya dibukukan berdasarkan harga perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal transaksi. Data mengenai investasi permanen lainnya dapat diperoleh di biro keuangan atau instansi lain yang menangan investasi permanen lainnya. BAB I I - 6

10 13. Tanah. (1310) Tanah menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh tanah sampai dengan tanah tersebut siap pakai. Biaya ini meliputi antara lain harga pembelian serta biaya untuk memperoleh hak, biaya yang berhubungan dengan pengukuran dan penimbunan. Nilai tanah juga meliputi biaya pembelian bangunan tua yang terletak pada sebidang tanah yang dibeli untuk melaksanakan pembangunan sebuah gedung yang baru jika bangunan tua itu dimaksudkan untuk dibongkar. Tanah dicatat sebagai aset negara pada saat diterima dan hak kepemilikan berpindah. Pengakuan: tanah yang dimiliki oleh pemerintah daerah sesuai dengan bukti kepemilikan yang sah atau dikuasai oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undang harus dicatat dan disajikan dalam neraca. Penilaian: khusus untuk penyusunan neraca awal nilai tanah dinyatakan di neraca awal digunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Untuk pencatatan transaksi perolehan tanah setelah penyusunan neraca awal tanah dinilai menggunakan harga perolehan. Data mengenai tanah dapat diperoleh dari Laporan Barang Milik/Kekayaan Daerah atau melalui opname fisik. Prosedur opname fisik dan pengelompokan lebih lanjut dijelaskan di bab berikut. 14. Peralatan dan Mesin. (1320) Peralatan dan Mesin, menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh peralatan dan mesin sampai siap pakai. Biaya ini meliputi antara lain harga pembelian dan biaya instalasi serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan aset sehingga dapat digunakan. Untuk peralatan dan mesin yang berasal dari hibah dinilai berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau harga gantinya. Peralatan dan Mesin baru dapat dicatat sebagai aset negara pada saat diterima dan hak kepemilikan berpindah. Peralatan dan Mesin dinyatakan dalam neraca dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Bila penilaian peralatan dan mesin dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka nilai peralatan dan mesin tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasikan. Harga perolehan peralatan dan mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung, termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan hingga aset tersebut siap dipergunakan. Bila biaya perolehan suatu peralatan dan mesin dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset itu akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan. Data mengenai peralatan dan mesin dapat diperoleh dari Laporan Barang Milik/Kekayaan Daerah atau melalui opname fisik. Prosedur opname fisik dan pengelompokan lebih lanjut dijelaskan di bab berikut. 15. Gedung dan Bangunan. (1330) Gedung dan Bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi antara lain harga beli, biaya pembebasan, biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak. Biaya konstruksi yang dicakup oleh suatu kontrak BAB I I - 7

11 konstruksi akan meliputi harga kontrak ditambah dengan biaya tidak langsung lainnya yang dilakukan sehubungan dengan konstruksi dan dibayar pada pihak selain dari kontraktor. Biaya ini juga mencakup biaya bagian dari pembangunan yang dilaksanakan secara swakelola, jika ada. Gedung dan Bangunan baru dapat dicatat sebagai aset pemerintah daerah pada saat diterima dan hak kepemilikan berpindah. Khusus untuk penyusunan neraca awal nilai Gedung dan Bangunan dinyatakan dalam neraca awal digunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Untuk pencatatan transaksi perolehan gedung dan bangunan setelah penyusunan neraca awal gedung dan bangunan dinilai menggunakan harga perolehan. Harga perolehan gedung dan bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung, termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan hingga aset tersebut siap dipergunakan. Bila biaya perolehan suatu gedung dan bangunan dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset itu akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan. Data mengenai gedung dan bangunan dapat diperoleh dari Laporan Barang Milik/Kekayaan Daerah atau melalui opname fisik. Prosedur opname fisik dan pengelompokan lebih lanjut dijelaskan di bab berikut. 16. Jalan, Irigasi dan Jaringan. (1340) Jalan, irigasi dan jaringan, menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi antara lain biaya perolehan dan biaya-biaya lain sampai dengan jaringan tersebut siap pakai. Jalan, irigasi dan jaringan baru dapat dicatat sebagai aset negara pada saat diterima dan hak kepemilikan berpindah. Jalan irigasi dan jaringan dinyatakan dalam neraca dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Bila penilaian Jalan, irigasi dan Jaringan dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka Jalan, irigasi dan jaringan tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasikan. Harga perolehan jalan irigasi dan jaringan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung, termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan hingga aset tersebut siap dipergunakan. Bila biaya perolehan suatu Jalan Irigasi dan Jaringan dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset itu akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan. Data mengenai jalan, irigasi dan jaringan dapat diperoleh dari Laporan Barang Milik/Kekayaan Daerah atau melalui opname fisik. Prosedur opname fisik dan pengelompokan lebih lanjut dijelaskan di bab berikut. 17. Aset Tetap Lainnya. (1390) Aset tetap lainnya, menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap lainnya sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan semua aset tetap lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dengan tepat kedalam aset tetap yang telah diuraikan sebelumnya. Aset Tetap Lainnya baru dapat dicatat sebagai aset negara pada saat diterima BAB I I - 8

12 dan hak kepemilikan berpindah. Aset tetap lainnya dinyatakan dalam neraca dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Bila penilaian Aset tetap lainnya dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka Aset Tetap Lainnya tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasikan. Bila biaya perolehan suatu aset tetap lainnya dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset itu akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan. Data mengenai jalan, irigasi dan jaringan dapat diperoleh dari Laporan Barang Milik/Kekayaan Daerah atau melalui opname fisik. Prosedur opname fisik dan pengelompokan lebih lanjut dijelaskan di bab berikut. 18. Konstruksi dalam Pengerjaan. (1350) Konstruksi dalam pengerjaan, menggambarkan biaya yang diakumulasikan sampai pada tanggal laporan posisi keuangan dari semua jenis aset tetap dalam pengerjaan yang belum selesai dibangun. Konstruksi dalam pengerjaan baru dapat dicatat sebagai aset negara pada saat biaya telah dikeluarkan. Bangunan dalam pengerjaan dinyatakan dalam neraca dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Bila penilaian bangunan dalam pengerjaan dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka bangunan dalam pengerjaan tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasikan.bila biaya perolehan suatu bangunan dalam pengerjaan dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset itu akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan. 19. Tagihan Penjualan Angsuran. (1410) Tagihan penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan rumah dan kendaraan dan tagihan angsuran lainnya kepada pegawai pemerintah. Perkiraan dibagi ke dalam sub perkiraan Tagihan angsuran rumah dan Piutang angsuran penjualan kendaraan dan tagihan angsuran lainnya. Tagihan Penjualan angsuran dinilai dengan nilai nominal dari kontrak. 20. Kemitraan dengan Pihak Ketiga. (1420) Kemitraan Dengan Pihak Ketiga menggambarkan nilai hak yang akan diperoleh atas suatu aset yang dibangun dengan cara kemitraan pemerintah dan swasta berdasarkan perjanjian. Aset berdasarkan kemitraan dengan pihak ketiga dinilai berdasarkan nilai perolehan pada saat aset tersebut selesai dibangun. 21. Dana Cadangan. (1430) Dana cadangan adalah dana yang dibentuk untuk membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan berkaitan dengan transaksi pembentukan dana cadangan sebagai special fund. Dana cadangan dinilai sebesar akumulasi dana yang berasal dari pembentukan dana cadangan yang tercantum dalam APBD (nominal) ditambah dengan hasil yang diperolehnya. 22. Lain-lain Aset. (1490) Lain-lain aset adalah aset di luar tagihan penjualan angsuran, Kemitraan dengan pihak ketiga dan Dana Cadangan antara lain meliputi tagihan BAB I I - 9

13 kepada para pegawai pemerintah yang terbukti menyalahgunakan pemerintah dan tagihan TGR pada pihak ketiga. 23. Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang. (2110) Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang yang jatuh tempo merupakan sebagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu periode akuntansi. Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang merupakan reklasifikasi hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam tahun anggaran. Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang dibukukan sebesar nilai nominal. Hutang dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi. Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang diakui pada saat pembayaran jatuh tempo dalam satu periode akuntansi melalui reklasifikasi. 24. Hutang PFK. (2120) Hutang Perhitungan fihak ketiga (PFK) adalah hutang jangka pendek kepada fihak ketiga yang berasal dari jumlah yang dipotong dari Surat Perintah Membayar (SPM). Dokumen sumber yang terkait dengan Hutang perhitungan Fihak Ketiga adalah Surat Perintah Membayar (SPM) Khusus, serta bukti-bukti tagihan dari Askes, Taspen, BULOG dan lain-lain yang sejenis. Hutang Perhitungan Fihak Ketiga dibukukan sebesar nilai nominal. 25. Hutang Biaya Pinjaman. (2130) Hutang Biaya Pinjaman merupakan hutang yang terjadi sebagai ikutan hutang pokok, yang berupa Bunga, denda dan commitment fee. Hutang Biaya Pinjaman sebesar nilai nominal. Hutang dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi. Hutang Biaya Pinjaman diakui pada akhir tahun anggaran. 26. Hutang Jangka Panjang. (2210) Hutang jangka panjang merupakan hutang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Hutang jangka panjang dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hutang (pinjaman) jangka panjang hanya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana yang merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan penerimaan (baik langsung maupun tidak langsung) untuk pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyrakat. Hutang (pinjaman) jangka panjang tidak dapat digunakan untuk membiayai belanja administrasi umum serta belanja operasional dan pemeliharaan. (PP 107 Tahun 2000 pasal 7). Hutang Jangka Panjang diakui pada saat dana tersebut diterima dan dibukukan sebesar nilai nominal. Hutang dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi. Hutang Jangka Panjang dalam Neraca diklasifikasikan ke dalam a. Hutang Luar Negeri b. Hutang Kepada Pemerintah Pusat c. Hutang Kepada Pemerintah Daerah Otonom Lainnya d. Hutang Kepada BUMN/D BAB I I - 10

14 e. Hutang Kepada Bank / Lembaga Keuangan f. Hutang Dalam Negeri Lainnya 27. Hutang Bunga. (2220) Hutang bunga merupakan kewajiban kepada kreditur atas pinjaman jangka panjang yang harus dibayar kembali/jatuh tempo lebih dari 1 (satu) satu periode akuntansi. Hutang Bunga diakui pada saat Hutang tersebut terjadi dan dibukukan sebesar nilai nominal. Hutang dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi. 28. Ekuitas Dana Lancar. (3100) Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara jumlah nilai aset lancar dengan jumlah nilai hutang lancar. Ekuitas Dana Lancar, terdiri atas: a. SiLPA Tahun Pelaporan adalah perkiraan ringkasan operasi pemerintah selama tahun berjalan yang diperoleh dari selisih antara seluruh penerimaan Kas Daerah dan pengeluaran Kas Daerah. (3110) b. Akumulasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) adalah perkiraan yang menampung akumulasi saldo SiLPA tahun-tahun sebelumnya dan tahun berjalan setelah dikurangi dengan penggunaannya dalam anggaran. (3120) c. Cadangan untuk Piutang adalah kekayaan bersih pemerintah yang tertanam dalam piutang jangka pendek. Perkiraan ini merupakan perkiraan lawan dari Piutang. (3150) d. Cadangan untuk Persediaan adalah kekayaan pemerintah yang tertanam dalam persediaan. Perkiraan ini merupakan perkiraan lawan dari Persediaan. (3160) e. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka pendek. adalah perkiraan lawan Hutang Jangka Pendek. (3170) 29. Ekuitas Dana Yang Diinvestasikan. (3200) Ekuitas Dana yang Diinvestasikan merupakan selisih antara jumlah nilai investasi permanen, aset tetap, aset lainnya (tidak termasuk Dana Cadangan) dengan jumlah nilai hutang jangka panjang. Ekuitas Dana yang Diinvestasikan meliputi: a. Diinvestasikan dalam Investasi Permanen. (3210) b. Diinvestasikan dalam Aset Tetap. (3220) c. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya. (3230) d. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka panjang. (3240) 30. Ekuitas Dana Yang Dicadangkan (3310) Ekuitas Dana yang Diinvestasikan merupakan ekuitas dana yang dicadangkan untuk tujuan tertentu. Perkiraan ini merupakan pasangan dari perkiraan Dana Cadangan. Saldo perkiraan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan disajikan sebesar akumulasi dana yang diinvestasikan dalam Dana Cadangan. BAB I I - 11

15 BAB III PROSEDUR OPNAME FISIK Perkiraan persediaan dan perkiraan-erkiraan Aset Tetap adalah pos Neraca yang menyajikan aset yang berwujud barang. Karena kekhasan perkiraan tersebut yang dalam penyajiannya terlebih dulu dilakukan opname fisik maka bab ini memberikan petunjuk mengenai prosedur mengenai Persediaan dan Aset Tetap. Rancangan format formulir yang disediakan semata-mata dimaksudkan untuk memudahkan petugas opname fisik dalam mengumpulkan data aset di lapangan. Oleh karenanya, untuk mendapatkan nilai aset yang berupa barang baik yang termasuk dalam Persediaan maupun Aset Tetap diperlukan pekerjaan tambahan yaitu pengikhtisarkan data yang tercatat dalam formulir ke dalam klasifikasi yang sesuai perkiraan yang sesuai dengan pos neraca. A. Opname Fisik Persediaan Opname fisik persediaan yang ditujukan untuk penyusunan Neraca awal dilakukan menjelang saat penyusunan neraca. Nilai persediaan yang disajikan harus menunjukkan kondisi persediaan pada tanggal Neraca. Metode pencatatan persediaan yang digunakan adalah metode persediaan fisik. Dalam metode ini, pencatatan mutasi persediaan cukup dilakukan dengan kartu persediaan yaitu suatu kartu yang berfungsi sebagai kontrol atas keluar masuknya barang. Sedangkan nilai persediaan yang disajikan di Neraca adalah sebesar jumlah persediaan yang masih ada pada tanggal Neraca dikalikan dengan harga satuan barang pada pembelian terakhir. Prosedur opname fisik persediaan: 1. Menjelang penyusunan Neraca, Kepala Satuan Kerja menetapkan petugas pelaksana opname fisik persediaaan. 2. Petugas pelaksana opname fisik melakukan opname atas persediaan di masingmasing bagian Satuan Kerja dengan menggunakan formulir FORMAFI (lihat lampiran) sebagai media pencatatan hasil opname fisik. Formulir ini harus ditandatangani petugas opname fisik dan Kepala Satuan Kerja penanggung jawab persediaan tersebut. 3. Hasil opname fisik tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk Berita Acara Opname Fisik Persediaan yang memuat kuantitas persediaan yang ada, harga beli satuan terakhir, dan nilai total persediaan. 4. Berita Acara Opname Fisik Persediaan tersebut digunakan sebagai dasar pelaporan Persediaan di Neraca. B. Opname Fisik Aset Tetap Opname fisik aset tetap yang ditujukan untuk penyusunan Neraca awal dilakukan menjelang saat penyusunan neraca. Nilai aset tetap yang disajikan dalam Neraca harus menunjukkan posisi Aset Tetap pada tanggal Neraca. Prosedur Opname Fisik Aset Tetap: 1. Menjelang penyusunan Neraca awal, Kepala Satuan Kerja membentuk Tim Opname Fisik Aset Tetap. 2. Kepala Satuan Kerja memberikan deskripsi pekerjaan dan pengarahan Tim opname fisik serta menunjuk Ketua Tim Opname Fisik. 3. Ketua Tim Opname Fisik menjelaskan kepada anggota tim mengenai jenis-jenis barang yang akan diopname dan menyamakan persepsi terhadap identifikasi BAB III - 1

16 barang. Ini dilakukan dengan menunjukkan contoh-contoh barang yang ada dan membuat kesepakatan mengenai nama barang-barang tersebut. 4. Tim Opname Fisik membuat denah (pemetaan) ruangan tempat Aset Tetap berada, menetapkan nomor ruangan, dan mendeskripsikan nama-nama ruangan tersebut. 5. Ketua Tim Opname Fisik membagi lingkup penugasan kepada anggota tim: yang bertugas melakukan opname fisik aset yang ada di ruangan; yang bertugas melakukan opname fisik tanah; yang bertugas melakukan opname fisik gedung dan bangunan; yang melakukan opname fisik alat angkutan bermotor; yang bertugas melakukan opname fisik jalan, irigasi dan jaringan; dan yang melakukan opname fisik aset lainnya. 6. Atas dasar pembagian pada poin 5, Ketua Tim Opname Fisik membaginya lebih lanjut menurut lokasi tempat aset berada. 7. Ketua Tim Opname Fisik membagikan formulir opname fisik (FORMOFA-1, FORMOFA-2, FORMOFA-3, FORMOFA-4, FORMOFA-5, dan FORMOFA-6) berdasarkan lingkup penugasan sebagaimana disebut pada poin 5 dan 6 dan membuat label barang. 8. Anggota Tim Opname Fisik melaksanakan opname fisik dan mendokumentasikannya pada formulir opname fisik yang sesuai. Tim Opname Fisik memberikan label pada aset yang telah dihitung untuk menghindarkan penghitungan ganda. 9. Hasil opname fisik yang tertuang di tiap-tiap formulir kemudian diiktisarkan ke dalam klasifikasi akun neraca dan dituangkan dalam Berita Acara Hasil Opname Fisik Aset Tetap. 10. Berdasarkan Berita Acara Hasil Opname Fisik Aset Tetap tersebut, petugas akuntansi menyajikan nilai Aset Tetap ke dalam Neraca. BAB III - 2

17 PEMERINTAH DAERAH (1) FORMOFA-01 Nama Satuan Kerja (2) KODE SATUAN KERJA: (3) Kode Ruangan : (4) Nama Ruangan : (5) FORMULIR OPNAME FISIK ASET DI RUANGAN No. Nama Aset Kode Aset Merk/ Tahun Jumlah Harga Total Harga Kondisi Status Keterangan Nomor Seri Perolehan Satuan B RR RB Kepemilikan (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19), (20) Mengetahui, Tim Opname Fisik, Kepala Satuan Kerja (21) (22) 1. (23), (24) 2. (25), (26) BAB III - 3

18 PEMERINTAH DAERAH (1) FORMOFA-02 Nama Satuan Kerja (2) KODE SATUAN KERJA: (3) FORMULIR OPNAME FISIK TANAH No. Nama Aset Kode Aset Lokasi Tahun Jumlah Harga Total Kondisi Status Keterangan Perolehan Satuan Harga B RR RB Kepemilikan (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17), (18) Mengetahui, Tim Opname Fisik, Kepala Satuan Kerja (19) (20) 1. (21), (22) 2. (23), (24) BAB III - 4

19 PEMERINTAH DAERAH (1) FORMOFA-03 Nama Satuan Kerja (2) KODE SATUAN KERJA: (3) FORMULIR OPNAME FISIK GEDUNG DAN BANGUNAN No. Nama Aset Kode Aset Lokasi Tahun Jumlah Harga Satuan Total Harga Kondisi Status Keterangan Perolehan B RR RB Kepemilikan (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17), (18) Mengetahui, Tim Opname Fisik, Kepala Satuan Kerja (19) 1. (21), (22) 2. (23), (2) (20) BAB III - 5

20 PEMERINTAH DAERAH (1) FORMOFA-04 Nama Satuan Kerja (2) KODE SATUAN KERJA: (3) FORMULIR OPNAME FISIK ALAT ANGKUTAN BERMOTOR No. Nama Aset Kode Aset No. Bukti Nomor Pemegang Tahun Total Kondisi Status Keterangan Kepemilikan Mesin Aset Perolehan Harga B RR RB Kepemilikan (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17), (18) Mengetahui, Tim Opname Fisik, Kepala Satuan Kerja (19) 1. (21), (22) 2. (23), (24) (20) BAB III - 6

21 PEMERINTAH DAERAH (1) FORMOFA-05 Nama Satuan Kerja (2) KODE SATUAN KERJA: (3) FORMULIR OPNAME FISIK JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN No. Nama Aset Kode Aset Lokasi/ Tipe Tahun Perolehan Jumlah Harga Satuan Total Harga Kondisi B RR RB Status Kepemilikan Keterangan (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17), (18) Mengetahui, Tim Opname Fisik, Kepala Satuan Kerja (19) 1. (21), (22) 2. (23), (24) (20) BAB III - 7

22 PEMERINTAH DAERAH (1) FORMOFA-06 Nama Satuan Kerja (2) KODE SATUAN KERJA: (3) FORMULIR OPNAME FISIK ASET LAIN No. Nama Aset Kode Aset Lokasi/Tipe /Jenis Tahun Perolehan Jumlah Harga Satuan Total Kondisi Harga B RR RB Status Kepemilikan Keterangan (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17), (18) Mengetahui, Tim Opname Fisik, Kepala Satuan Kerja (19) 1. (21), (22) 2. (23), (24) (20) BAB III - 8

23 Formulir FORMOFA-01 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik aset yang ada di dalam ruangan di gedung instansi pemerintah daerah. Semua aset yang ada di ruangan dicatat dalam formulir ini. Petunjuk pengisian: (1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (4) Diisi kode ruangan tempat aset berada. (5) Diisi nama ruangan tempat aset berada. (6) Diisi nomor urut. (7) Diisi nama aset menurut jenis barang (sub-sub kelompok). (8) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (7) menurut kode pada tabel barang. (9) Diisi merk barang dan nomor seri barang (untuk aset seperti komputer dan barang lainnya yang ada serial number-nya) (10) Diisi tahun perolehan aset yang bersangkutan. (11) Diisi jumlah aset. (12) Diisi harga satuan barang. (13) Diisi total harga barang (jumlah x harga satuan). (14). Diisi kondisi barang yang bersangkutan (15). B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan, (16). RB untuk Rusak Berat. (17) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri, Kepemilikan pihak ke tiga, atau Kepemilikan dalam sengketa (Pilih salah satu yang sesuai). (18) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 12. Misalnya, atas dasar harga mana nilai barang dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan). (19) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan. (20) Diisi tanggal opname fisik dilakukan. (21) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja. (22) Diisi nama Kepala Satuan Kerja. (23) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (24) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (25) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. (26) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. BAB III - 3

24 Formulir FORMOFA-02 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik aset yang berupa tanah. Petunjuk pengisian: (1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (4) Diisi nomor urut. (5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelmpok. (6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode pada tabel barang. (7) Diisi alamat lokasi tanah. (8) Diisi tahun perolehan tanah yang bersangkutan. (9) Diisi luas tanah. (10) Diisi harga tanah per meter2. (11) Diisi total harga barang (jumlah x harga satuan). (12). Diisi kondisi barang yang bersangkutan (13). B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan, (14). RB untuk Rusak Berat. (15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa (Pilih salah satu yang sesuai). (16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 12. Misalnya, atas dasar harga mana nilai tanah dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan). (17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan. (18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan. (19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja. (20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja. (21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. (24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. BAB III - 4

25 Formulir FORMOFA-03 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik aset yang berupa Gedung dan Bangunan. Jenis barang yang tercakup dalam lingkup Gedung dan Bangunan meliputi: Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu-rambu, dan Tugu Titik Kontrol/Pasti. Petunjuk pengisian: (1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (4) Diisi nomor urut. (5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelompok. (6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode pada tabel barang. (7) Diisi alamat lokasi Gedung/Bangunan. (8) Diisi tahun perolehan Gedung/Bangunan. (9) Diisi jumlah satuan Gedung/Bangunan. (10) Diisi harga Gedung/Bangunan per satuan. (11) Diisi total harga Gedung/Bangunan. (12). Diisi kondisi barang yang bersangkutan (13). B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan, (14). RB untuk Rusak Berat. (15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa (Pilih salah satu yang sesuai). (16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 15. Misalnya, atas dasar harga mana nilai aset dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan). (17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan. (18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan. (19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja. (20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja. (21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. (24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. BAB III - 5

26 Formulir FORMOFA-04 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik aset yang berupa Alat Angkutan Bermotor. Yang termasuk dalam klasifikasi aset ini antara lain: Alat Angkutan Darat Bermotor, Alat Angkutan Apung Bermotor, Alat Angkutan Bermotor Udara. Petunjuk pengisian: (1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (4) Diisi nomor urut. (5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelompok. (6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode pada tabel barang. (7) Diisi Nomor Bukti Kepemilikan aset. (8) Diisi Nomor Mesin. (9) Diisi nama pemegang (penanggung jawab) aset. (10) Diisi tahun perolehan aset. (11) Diisi harga aset. (12). Diisi kondisi barang yang bersangkutan (13). B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan, (14). RB untuk Rusak Berat. (15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa (Pilih salah satu yang sesuai). (16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 15. Misalnya, atas dasar harga mana nilai tanah dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan). (17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan. (18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan. (19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja. (20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja. (21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. (24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. BAB III - 6

27 Formulir FORMOFA-05 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik Jalan, Irigasi dan Jaringan. Jenis barang yang tercakup dalam lingkup Jalan, Irigasi dan Jaringan meliputi: Jalan dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan. Petunjuk pengisian: (1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (4) Diisi nomor urut. (5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelompok. (6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode pada tabel barang di lampiran. (7) Diisi lokasi/tipe aset. (8) Diisi tahun perolehan aset. (9) Diisi jumlah satuan aset. (10) Diisi harga satuan aset. (11) Diisi total harga aset (jumlah x harga satuan). (12). Diisi kondisi aset yang bersangkutan (13). B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan, (14). RB untuk Rusak Berat. (15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa (Pilih salah satu yang sesuai). (16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 12. Misalnya, atas dasar harga mana nilai aset dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan). (17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan. (18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan. (19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja. (20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja. (21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. (24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. BAB III - 7

28 Formulir FORMOFA-06 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik untuk aset yang tidak tertampung di dalam formulir FORMOFA-01 hingga FORMOFA-05. Petunjuk pengisian: (1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset. (4) Diisi nomor urut. (5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelompok. (6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode pada tabel barang di lampiran. (7) Diisi alamat lokasi/tipe/jenis aset. (8) Diisi tahun perolehan aset. (9) Diisi jumlah satuan aset. (10) Diisi harga satuan aset. (11) Diisi total harga aset (jumlah x harga satuan). (12). Diisi kondisi barang yang bersangkutan (13). B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan, (14). RB untuk Rusak Berat. (15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa (Pilih salah satu yang sesuai). (16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 15. Misalnya, atas dasar harga mana nilai aset dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan). (17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan. (18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan. (19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja. (20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja. (21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik. (23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. (24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik. BAB III - 8

29 PEMERINTAH DAERAH (1) FORMOFI-01 Nama Satuan Kerja (2) KODE SATUAN KERJA: (3) FORMULIR OPNAME FISIK PERSEDIAAN No. Jenis Persediaan Kode Aset Merk Jumlah Harga Total Harga Kondisi Keterangan Satuan B RR RB (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) Jumlah (15), (16) Mengetahui, Tim Opname Fisik, Kepala Satuan Kerja (17) (18) 1. (19), (20) 2. (21), (22) BAB III - 3

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. Sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 Sesuai dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI A. KEBIJAKAN PELAPORAN Dalam penyajian Catatan Atas Laporan Keuangan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mengacu pada karakteristik kualitatif laporan keuangan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI 3.1. ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI 3.1. ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI 3.1. ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH a. Neraca Tujuan entitas pelaporan keuangan untuk menunjukan entitas akuntansi pada pusat-pusat pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BULETIN TEKNIS SAP NOMOR 01 PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT

BULETIN TEKNIS SAP NOMOR 01 PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT BULETIN TEKNIS SAP NOMOR 01 PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT 1 PENGERTIAN Buletin teknis ini merupakan informasi yang diterbitkan oleh KSAP yang memberikan arahan/pedoman bagi entitas akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, pemerintah pusat maupun Pemda menyusun dan menyajikan laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Buletin Teknis Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah BAB I PENDAHULUAN

Buletin Teknis Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah BAB I PENDAHULUAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 BAB I PENDAHULUAN A. REFORMASI MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH Pemerintah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA LAMPIRAN B.III : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4. Kebijakan Akuntansi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Grobogan terkait dengan perlakuan akuntansi dalam sistem pencatatan administrasi pengelolaan keuangan daerah yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL. 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah XXXX 4 Kas di Bendahara Pengeluaran XXXX 5 Kas di Bendahara Penerimaan XXXX 6 Piutang Pajak XXXX 7 Piutang Retribusi XXXX 8 Bagian Lancar TGR XXXX 9 Piutang Lainnya

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD A. Kerangka Hukum Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Lampiran I BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN NERACA AWAL

PENYUSUNAN NERACA AWAL PENYUSUNAN NERACA AWAL 121 121 Modul Akuntansi Pemerintah Daerah 122 122 BAB VI PENYUSUNAN NERACA AWAL A. P SKPD A.1. Definisi Neraca awal SKPD menyajikan informasi tentang posisi keuangan SKPD mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG eputusan Presiden Nomor 17 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara khususnya mengenai Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran, yaitu dalam

Lebih terperinci

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) 0 0 0 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 0 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

SISTEM PENCATATAN (Aplikasi Pembukuan pada DT II Kota/Kab.) Penyusunan Neraca Awal,

SISTEM PENCATATAN (Aplikasi Pembukuan pada DT II Kota/Kab.) Penyusunan Neraca Awal, SISTEM PENCATATAN (Aplikasi Pembukuan pada DT II Kota/Kab.) Penyusunan Neraca Awal, Penyusunan Neraca Awal. Neraca : Laporan yang menyajikan posisi keuangan pemerintah pada tanggal tertentu. Yang dimaksud

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

BULETIN TEKNIS SAP NOMOR 02 PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMDA. Copyright KSAP

BULETIN TEKNIS SAP NOMOR 02 PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMDA. Copyright KSAP BULETIN TEKNIS SAP NOMOR 02 PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMDA Copyright KSAP 2006 1 PENGERTIAN Buletin teknis ini merupakan informasi yang diterbitkan oleh KSAP yang memberikan arahan/pedoman bagi entitas akuntansi

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO. URUT URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 (%) REALISASI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi laporan arus kas adalah mengatur penyajian

Lebih terperinci

Modul Belajar 02- Akuntansi Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN

Modul Belajar 02- Akuntansi Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan dengan

Lebih terperinci

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) 0 0 0 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 0 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah) PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah) No URAIAN 2012 2011 1 ASET 978,440,450.00 907,148,461.00 2 ASET LANCAR 399,500.00 9,190,011.00

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung Jalan. Caringin No. 103 Bandung Telp/Fax (022) 5410403 PEMERINTAH KOTA BANDUNG KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) 0 0 0 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN A. UMUM 1. Definisi Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan. 2. Klasifikasi Konstruksi Dalam Pengerjaan

Lebih terperinci

BAB VII AKUNTANSI BELANJA YANG MASIH HARUS DIBAYAR

BAB VII AKUNTANSI BELANJA YANG MASIH HARUS DIBAYAR BAB VII AKUNTANSI BELANJA YANG MASIH HARUS DIBAYAR A. Pengertian Belanja Yang Masih Harus Dibayar Pengertian Belanja Yang Masih Harus Dibayar dalam pedoman ini mencakup: 1. Kewajiban yang timbul akibat

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN 1 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN Berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah, Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dalam penyusunan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pemerintah Kota Bandung yang sudah membuat laporan keuangan berdasarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pemerintah Kota Bandung yang sudah membuat laporan keuangan berdasarkan 35 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Neraca per 31 Desember 2012 BKD Kota Bandung merupakan salah satu SKPD yang ada dibawah Pemerintah Kota Bandung yang sudah membuat laporan keuangan berdasarkan PP No. 24

Lebih terperinci

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) 0 0 0 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca Aset Lancar. 31 Desember Desember , ,24. 1 Kas di Kas Daerah

4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca Aset Lancar. 31 Desember Desember , ,24. 1 Kas di Kas Daerah 4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca 4.2.1 Aset Lancar 1 Kas di Kas Daerah 116.164.546.318,61 68.969.942.094,24 Saldo Kas di Kas Daerah sebesar Rp 116.164.546.318,61 merupakan saldo Kas Pemerintah Kota Cimahi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK. Phone:

SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK.    Phone: SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK http://mahsina1.wordpress.com Email: Mahsina_se@hotmail.com Phone: +62-82115522262 Pengertian Siklus Keuangan Siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK

LAPORAN KEUANGAN POKOK LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NERACA DAERAH PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2007 (dalam rupiah) No Uraian 2008 2007 I ASET A. ASET LANCAR 1. Kas 26,237,044,323.93

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. Neraca Komparatif NERACA PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Per 31 Desember 2009 Dan 2008 (Dalam Rupiah)

LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. Neraca Komparatif NERACA PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Per 31 Desember 2009 Dan 2008 (Dalam Rupiah) LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. Neraca Komparatif NERACA PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Per 31 Desember 2009 Dan 2008 No. Uraian Ref. Tahun 2009 Tahun 2008 1. ASET 5.1.1 1.1 ASET LANCAR 5.1.1.a 1.1.1 Kas 1.1.1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006 43 Lampiran 1 Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006 No. Uraian Anggaran Setelah Perubahan Realisasi I PENDAPATAN DAERAH 1.142.122.565.100 1.153.474.367.884

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014 KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014 U R A I A N JUMLAH Tahun 2015 Tahun 2014 ASET ASET LANCAR Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013 JUMLAH (Rp.) BERTAMBAH / (BERKURANG) KD. REK. URAIAN ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN REALISASI (Rp.) % 1 2 3 4.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 No Uraian Reff (dalam rupiah) 1 ASET 2 ASET LANCAR 4.5.1.1 3 Kas di Kas Daerah 4.5.1.1.1) 90.167.145.260,56

Lebih terperinci

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat dan ridhonya semata Pemerintah Kabupaten Sampang dapat menyelesaikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012.

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012. PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 No. Uraian 2013 2012 1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi 2 Arus Masuk Kas 3 Pendapatan Pajak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA

PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA Lampiran II Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : 20 Tahun 2012 Tanggal : 31 Desember 2012 PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011 URAIAN 2012 2011 ASET ASET LANCAR 542.612.350.899,40

Lebih terperinci

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat dan ridhonya semata Pemerintah Kabupaten Sampang dapat menyelesaikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN B.IV : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring

Lebih terperinci

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA C. PENJELASAN ATAS POS POS NERACA C.1. PENJELASAN UMUM NERACA . Penjelasan atas pospos neraca

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan 1.1.1 Maksud Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah disusun untuk

Lebih terperinci

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah TAMBAHAN LAMPIRAN LAPORAN KEUANGAN Per 31 Desember 2015

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah TAMBAHAN LAMPIRAN LAPORAN KEUANGAN Per 31 Desember 2015 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah TAMBAHAN LAMPIRAN LAPORAN KEUANGAN Per 31 Desember 2015 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor : 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NERACA AUDITED Per 31 Desember 2008 dan 2007

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NERACA AUDITED Per 31 Desember 2008 dan 2007 1. NERACA KOMPARATIF LAPORAN KEUANGAN POKOK PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NERACA AUDITED Per 31 Desember 2008 dan 2007 URAIAN 2008 2007 A S E T ASET LANCAR 10.358.455.445,83 9.673.091.225,83

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur LAMPIRAN C.3 : PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR : 3 Tahun 2010 TANGGAL: 6 Januari 2010 Laporan Keuangan Deskripsi Prosedur Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

Gerung, 13 Januari 2014 Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lombok Barat, H. ILHAM, S.Pd, M.Pd NIP

Gerung, 13 Januari 2014 Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lombok Barat, H. ILHAM, S.Pd, M.Pd NIP KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor : 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 tentang perbendaharaan negara, Peraturan Pemerintah Nomor : 8 tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perbandingan Struktur, Klasifikasi dan Pos-pos Akun. Antara Kepmendagri 29/2002 dengan PP 24/2005

Lampiran 1. Perbandingan Struktur, Klasifikasi dan Pos-pos Akun. Antara Kepmendagri 29/2002 dengan PP 24/2005 Lampiran 1 Perbandingan Struktur, Klasifikasi dan Pos-pos Akun Antara Kepmendagri 29/2002 dengan PP 24/2005 1.1 PERBANDINGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN: STRUKTUR APBD DAN KLASIFIKASI APBD Struktur APBD

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU NERACA Per 31 Desember 2008 dan 2007

PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU NERACA Per 31 Desember 2008 dan 2007 LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU NERACA Per 31 Desember 2008 dan 2007 U R A I A N 31 Desember 2008 31 Desember 2007 ASET ASET LANCAR 94.045.349.685,03 117.364.626.222,84

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008 1. NERACA KOMPARATIF LAPORAN KEUANGAN POKOK PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008 (dalam rupiah) Ref 31 Desember 2009 31 Desember 2008 1 ASET 4.1.1. 2 ASET

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO. Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO. LEBIH / URAIAN ANGGARAN REALISASI URUT (KURANG) 2 BELANJA 33,283,583,941 21,428,982,849

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG LAPORAN ARUS KAS A.

LAMPIRAN VII PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG LAPORAN ARUS KAS A. LAMPIRAN VII PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Tujuan kebijakan akuntansi ini adalah mengatur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH NOMOR : 1 TAHUN 2015 TANGGAL : 24 AGUSTUS 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

CATATAN LAPORAN KEUANGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG TAHUN 2015

CATATAN LAPORAN KEUANGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG TAHUN 2015 CATATAN LAPORAN KEUANGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG TAHUN 2015 PENJELASAN LAPORAN KEUANGAN 1. PENJELASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN 1). Pendapatan Realisasi pendapatan tahun 2015 sebesar

Lebih terperinci

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1 LAPORAN KEUANGAN 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN AGAM N E R A C A PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (AUDITED) NO. U R A I A N 2,014.00 2,013.00 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah 109,091,924,756.41

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAMPIRAN VI : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 46 TAHUN 20097 TAHUN 2007 TANGGAL : 11 NOVEMBER 20094 SEPTEMBER 2007 TENTANG : KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO. KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR LAPORAN ARUS KAS

PEMERINTAH KOTA DENPASAR LAPORAN ARUS KAS Lampiran III : Peraturan Daerah Nomor : 6 TAHUN 2015 Tanggal : 20 AGUSTUS 2015 PEMERINTAH KOTA DENPASAR LAPORAN ARUS KAS Per 31 Desember 2014 dan 2013 URAIAN Ref 2014 2013 Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Laporan Keuangan Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan disusun dan disediakan sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan 1 Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan Disampaikan oleh: Mohamad Hardi, Ak. MProf Acc., CA Inspektur I Kementerian Ristek Dikti Pada Rapat Koordinasi Pengawasan 2 Februari 2017 1. PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB III PENJELASAN ATAS AKUN - AKUN NERACA

BAB III PENJELASAN ATAS AKUN - AKUN NERACA BAB III PENJELASAN ATAS AKUN - AKUN NERACA ASET LANCAR 1. Kas di Kas Daerah Rp. 124.383.974.829,00 Jumlah tersebut merupakan saldo kas per 31 Desember 2006 yang terdiri dari : - Saldo Bank Rp. 123.401.019.525,00

Lebih terperinci

NERACA PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH Per 31 Desember Uraian Ref

NERACA PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH Per 31 Desember Uraian Ref 1. Neraca Komparatif LAPORAN KEUANGAN POKOK No. NERACA PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH Per 31 Desember Uraian Ref (dalam rupiah) Saldo Akun Tahun (Audited) 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah V.5.1.1.a.(1)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA Lampiran III.2 Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA I. PENDAHULUAN I.1. Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

PROGRAM S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI

PROGRAM S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI PROGRAM S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI Perihal Kepada Yth : Pemilihan Judul Skripsi : Ketua Departemen Akuntansi Program S-1 Extensi FE-USU Di- Medan Dengan

Lebih terperinci

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Anggaran Realisasi Realisasi Cat

Anggaran Realisasi Realisasi Cat PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Untuk Tahun yang Berakhir Sampai dengan 31 Desember 2016 dan 2015 Anggaran Realisasi Realisasi Uraian % Rasio

Lebih terperinci

KULIAH UMUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

KULIAH UMUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA KULIAH UMUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA SKENARIO PENYUSUNAN LK PEMDA 1. Penyusunan Neraca Awal 2. Transaksi Anggaran dan Realisasi 3. Penyusunan Laporan Keuangan A. PENYUSUNAN NERACA AWAL SKENARIO

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 No. Uraian Anggaran Setelah Perubahan 2015 2014

Lebih terperinci

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp) LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 REALISASI 2015 LEBIH/ (KURANG)

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP LAPORAN KEUANGAN SKPD TAHUN ANGGARAN 06 PEMERINTAH KOTA BINJAI DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN Kata Pengantar Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Lebih terperinci

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI (Rp)

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI (Rp) LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI 2014 LEBIH/ (KURANG)

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 2014

LAPORAN KEUANGAN 2014 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (dalam rupiah) Uraian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG A. PIUTANG JANGKA PENDEK 1. Definisi Piutang adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA

PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA Lampiran II Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : - Tanggal : 31 Desember 2013 PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA Per 31 Desember 2013 dan 2012 URAIAN 2013 2012 ASET ASET LANCAR 927.934.198.221,54 542.612.350.899,40

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN -1- LAMPIRAN XI PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN A. KEBIJAKAN

Lebih terperinci

IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Akuntansi Pemerintahan. Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Akuntansi Pemerintahan. Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM A.1. Profil dan Kebijakan Teknis Pengadilan Tinggi Agama Kupang Dasar Hukum Entitas dan Rencana Strategis Tahun 2014 merupakan bagian dari rencana strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa guna untuk menyediakan

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD LAMPIRAN IV : PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TANGGAL : 8 MARET 2012 SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD I. SISTEM AKUNTANSI SKPD A. Prosedur Akuntansi

Lebih terperinci