SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER"

Transkripsi

1 PEDOMAN SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA 2013 Revisi 13 April 2013

2 DAFTAR ISI Daftar Isi 2 SK PP IAI Tentang Petunjuk Pelaksanaan Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 3 I. PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang 4 B. Tujuan 5 C. Pasal-Pasal Terkait Sertifikasi Dalam PP 51 Th 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian 5 D. Dasar hukum 7 E. Definisi 7 II. SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER (SKA) 10 III. RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER 19 A. Bentuk Kegiatan Resertifikasi Kompetensi Apoteker Beserta Bobot Nilai 19 B. Tata Cara Resertifikasi 27 C. Pelaksanaan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 30 IV. PENUTUP 33 LAMPIRAN Standar Kompetensi Apoteker Indonesia Pedoman Akreditasi Dan Sertifikasi Kegiatan Ilmiah Borang Rencana Pengembangan Diri Untuk Resertifikasi Kompetensi Apoteker Formulir Registrasi Resertifikasi Apoteker Formulir Self Assessment Resertifikasi Apoteker Borang Verifikasi Praktik Profesi Apoteker Ikatan Apoteker Indonesia Contoh Portofolio Apoteker Petunjuk Teknis Resertifikasi Apoteker Dengan Metoda Satuan Kredit Partisipasi (SKP) Pada Masa Transisi Tabel Satuan Kredit Partisipasi Untuk Resertifikasi Kompetensi Apoteker Di Sarana Produksi (Industri Farmasi) Evaluasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker Pada Sarana Distribusi 82 Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 2

3 Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor :../SK/IAI/./. Tentang Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 3

4 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang merupakan perubahan nama dari Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) adalah satu-satunya organisasi profesi apoteker di Indonesia. Perubahan nama ini merupakan konsekuensi logis adanya Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (yang selanjutnya disebut PP51/2009). Pada pasal 1 Ketentuan Umum dinyatakan bahwa: Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Kemudian dinyatakan juga pada poin berikutnya bahwa :Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, sedang Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Artinya bahwa perubahan nama tersebut merupakan satu hal yang tidak dapat dihindari dengan segala konsekuensinya. Kehadiran Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian merupakan babak baru perjalanan apoteker Indonesia sebagai suatu profesi tenaga kesehatan, karena dengan adanya peraturan tersebut perlahan namun pasti apoteker sebagai suatu profesi mulai terdefinisikan dari mulai kewenangan, area kerja, kompetensi beserta unjuk kerjanya bahkan instrument untuk melaksanakan praktek antara lain standar prosedur operasional (SPO). Sudah menjadi kelayakan bahwa seorang profesi harus mampu membuat dan melaksanakan serta menevaluasi SPO sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, sehingga bukan hal yang aneh apabila SPO dari suatu fasilitas kefarmasian akan berbeda dengan fasilitas kefarmasian yang lain. Namun demikian untuk memudahkan sejawat profesi Apoteker Pemerintah beserta Ikatan Apoteker Indonesia telah menyusun Good Pharmacy Practice (Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik) yang memebrikan contoh-contoh bagaimana SPO dibuat. Pada pasal-pasal berikutnya PP51/2009 mewajibkan bahwa setiap tenaga kefarmasian wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendokumentasikan seluruh kegiatan yang terkait pekerjaan kefarmasian yang dilakukan baik oleh Apoteker maupun Tenaga Teknis Kefarmasian. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 4

5 Oleh karena itu Sertifikat Kompetensi adalah merupakan bukti penting yang harus dimiliki oleh seorang Apoteker yang dianggap layak untuk melakukan pekerjaan secara kontinu sebagai Apoteker. Untuk perlu dibuat Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi bagi Apoteker untuk menggantikan Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) yang selama ini berjalan. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mendorong peningkatan profesionalisme setiap apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai seorang profesional secara uji diri (self assessment) melalui pemenuhan angka kredit minimum untuk memperoleh sertifikat kompetensi dan resertifikasi dari sertifikat kompetensi sebagai apoteker untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada level umum yang meliputi kompetensi di ranah kognitif, psikomotorik maupun.afektif. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan Kinerja Profesional Apoteker b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan apoteker dalam menjalankan praktik kefarmasian c. Menjamin perilaku dan sikap etis apoteker dalan menjalankan praktik kefarmasian sesuai dengan kewenangannya. C. PASAL-PASAL TERKAIT SERTIFIKASI DALAM PP 51 TH 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN Pasal 13 Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang produksi dan pengawasan mutu. Pasal 18 Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi atau penyaluran. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 5

6 Pasal 28 Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Artinya bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian, apoteker sebagai aktor utama tenaga kefarmasian harus selalu menjaga dan meningkatkan kompetensinya sehingga layanan yang diberikan oleh apoteker semakin berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun ilmiah. Lebih jauh PP51/2009 mengatur tentang prasyarat untuk melaksanakan praktek antara lain berupa sertifikat kompetensi sebagaimana disebutkan pada Pasal 37 (1) Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi profesi. (2) Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung setelah melakukan registrasi. (3) Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker tetap akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara registrasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. Bahkan pada pasal yang lain ketentuan mengenai sertifikat Kompetensi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yaitu : Pasal 40 (1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan: a. memiliki ijazah Apoteker; b. memiliki sertifikat kompetensi profesi; c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker; d. mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik; dan Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 6

7 e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Sambil menunggu ketentuan lebih lanjut berupa peraturan yang mengatur tentang tata cara sertifikasi dan Pengembangan Pendidikan Berkelanjutan maka perlu disusun tata cara melakukan bagaimana menjamin agar kompetensi apoteker selalu terjaga bahkan meningkat seiring berjalannya waktu. Oleh karena itulah maka diperlukan antara lain Pedoman pelaksanaan tentang Pendidikan Profesi Berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD) yang akan menjadi pedoman bagaimana melaksanakan Pendidikan Berkelanjutan sebagai salah satu instrument reserfitikasi bagi apoteker. D. DASAR HUKUM 1. Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1962 tentang Lafal Sumpah/janji Apoteker 4. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 5. Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia (AD/ART IAI) Hasil Kongres Nasional ISFI tahun Kode Etik Apoteker Indonesia Hasil Kongres Nasional ISFI tahun Hasil Rakernas IAI tanggal Desember 2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Apoteker 11. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia E. DEFINISI 1. Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan adalah serangkaian upaya sistematis pembelajaran seumur hidup untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi apoteker yang meliputi berbagai pengalaman/pelatihan keprofesian setelah pendidikan formal dasar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 7

8 keterampilan dan moral serta sikap professional apoteker agar apoteker senantiasa layak untuk menjalankan profesinya. 2. Standar Kompetensi Apoteker adalah seperangkat tindakan cerdas dan bertanggungjawab yang dimiliki oleh seorang apoteker sebagai syarat untuk dinyatakan mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan profesinya. Unsur standar kompetensi adalah (a) landasan kepribadian; (b) penguasaan ilmu dan ketrampilan; (c) kemampuan berkarya; (d) sikap dan perilaku dalam berkarya; dan (e) pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya. 3. Sertifikasi Apoteker adalah proses pemberian keterangan sebagai pengakuan bahwa oleh Ikatan Apoteker Indonesia sebagai organisasi profesi apoteker bahwa seorang apoteker dinilai telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia. Sertifikasi bagi apoteker untuk pertama kali dilakukan melalui uji kompetensi. 4. Sertifikasi Ulang (re-sertifikasi) adalah proses pemberian keterangan tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang apoteker untuk menjalankan praktek kefarmasian di seluruh Indonesia setelah melalui serangkaian program pengembangan pendidikan berkelanjutan yang memenuhi persyaratan. 5. Sertifikat Kompetensi adalah surat keterangan yang diberikan kepada seorang apoteker oleh Ikatan Apoteker Indonesia yang menyatakan bahwa apoteker yang bersangkutan kompeten untuk menjalankan praktek kefarmasian. 6. Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A), adalah serangkaian dokumentasi aktifitas profesi apoteker yang dilakukan yang terkait dengan praktek kefarmasian yang antara lain dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan penilaian dan evaluasi diri dalam aktifitas professional selanjutnya digunakan untuk merencanakan peningkatan kualitas aktifitas profesi sebagai apoteker 7. Rekomendasi Ikatan Apoteker Indonesia adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia bagi seorang apoteker Untuk keperluan pengurusan surat ijin kerja atau surat ijin praktek apoteker setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 8. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker adalah lembaga semi otonom yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas untuk melakukan pembinaan dan peningkatan kompetensi apoteker melalui program pengembangan pendidikan berkelanjutan. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 8

9 9. Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker adalah Tim yang dibentuk oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker dan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia yang mempunyai tugas untuk mengelola program pengembangan Pendidikan Keprofesian Apoteker Berkelanjutan dan melakukan verifikasi dan konversi satuan kredit partisipasi. 10. Satuan Kredit Profesi (SKP) adalah ukuran kegiatan Pendidikan Berkelanjutan profesi yang dilakukan dan dibutuhkan antara lain sebagai salah satu persyaratan dalam pengajuan registrasi dan sertifikasi profesi serta hal-hal lain yang berhubungan dengan legalitas kewenangan sebagai apoteker. (yang merupakan standar atau acuan baku bagi setiap kegiatan yang diakreditasi. Satuan Kredit Profesi Ikatan Apoteker Indonesia merupakan bukti kesertaan seorang apoteker dalam program pendidikan apoteker berkelanjutan) 11. Apoteker adalah apoteker yang melaksanakan praktek baik di komunitas yaitu apotek dan puskesmas, industri farmasi, industri obat tradisional, kosmetika, makananminuman, alat kesehatan maupun rumah sakit yang belum melakukan spesialisasi. 12. Portofolio adalah adalah merupakan sekumpulan informasi pribadi yang merupakan catatan dan dokumentasi atas pencapaian prestasi seseorang dalam praktik profesi atau pendidikannya. 13. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat pusat 14. Pengurus Daerah adalah Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat propinsi 15. Pengurus Cabang adalah Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat Kabupaten/kota atau gabungan beberapa kabupaten/kota.. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 9

10 BAB II SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER (SKA) Sebagaimana disebutkan di Bab I bahwa sertifikat kompetensi apoteker merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi sebelum apoteker diregistrasi dan dapat menjalankan praktek kefarmasian. Oleh karena itu perlu diatur bagaimana metode yang paling representatif untuk melakukan sertifikasi bagi apoteker. Serangkaian kegiatan untuk mendapatkan sertifikat Kompetensi apoteker disebut sebagai Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA). A. PENYELENGGARA Penyelenggara SKA adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia dan dapat bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Farmasi yang terakreditasi A dan B. B. TARGET Semua Apoteker yang akan melaksanakan praktik kefarmasian telah memiliki sertifikat kompetensi apoteker. C. PESERTA 1. Peserta adalah Apoteker yang belum memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker dan atau Apoteker yang Sertifikat Kompetensi Apotekernya telah habis masa berlakunya. 2. Persyaratan peserta: a. Mendaftarkan diri kepada panitia SKA dan mengisi form pendaftaran b. Foto kopi identitas diri (KTP/SIM/Pasport/dll) yang masih berlaku. c. Foto kopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir 1 lembar. d. Pas foto berwarna 3x4 dan 4x6 masing-masing sebanyak 2 lembar (terbaru) e. Membayar biaya penyelenggaraan yang besarnya ditentukan oleh masingmasing penyelenggaran. f. Pernyataan bersedia mengikuti SKA dengan sungguh-sungguh dan melaksanakan praktek profesi apoteker sesuai standar profesi. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 10

11 D. SERTIFIKASI KOMPETENSI 1. Bentuk SKA: a. Workshop dan pelatihan studi kasus (modul tematik) b. Ujian Praktik dengan metode OSCE (Objective Structured Clinical Examination) 1. Materi Materi Sertifikasi Kompetensi Apoteker mengacu pada bagaimana apoteker dapat memenuhi kompetensi apoteker sebagaimana Standar Kompetensi Apoteker Indonesia dengan menggunakan model yang paling mendekati untuk merepresentasikan kompetensi apoteker. Mengingat begitu luasnya kompetensi apoteker maka Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) dilakukan dengan menggunakan model tematik yaitu berdasarkan tema penyakit tertentu misalnya Diabetes Mellitus, Hipertensi, Asma, Diare, Infeksi saluran Pernapasan (ISPA), reumatioid dan sebagainya 2. Pemateri. Pemateri adalah orang yang telah memiliki kualifikasi sebagai berikut: a. Pemateri adalah orang yang berpengalaman dalam bidang farmasi atau bidang pendukung lainnya i. Telah mengikuti, lulus, dan mendapat sertifikat kompetensi apoteker. ii. Telah mengikuti, lulus dan mendapat sertifikat penatar SKA iii. Praktisi pelatihan/penatar > 5 tahun atau praktisi profesi farmasi >10 tahun b. Penatar yang menguasai / ahli di bidang akademik sesuai topic penataran, pengajar S2, pengalaman profesi terkait 5 tahun, atau pengajar S3, atau pengajar Lektor kepala. c. Pemateri dengan pengalaman organisasi IAI> 10 tahun. d. Pemateri dari luar (profesi lain yang terkait) yang diakui kepakarannya. 3. Assessor Assessor adalah orang yang bertugas menilai hasil kerja peserta uji kompetensi dengan kualifikasi sebagai berikut : a. Apoteker yang telah memiliki sertifikat kompetensi apoteker melalui SKA b. Memahami konsep, tujuan setiap tahapan Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) c. Memiliki pengalaman sebagai penilai/menjalankan tugas sebagai Assessor d. Bersikap adil, objektif dan jujur Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 11

12 e. Mendapatkan SK dari PD dan atau Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia sebagai Assessor SKA f. Bersedia mengikuti aturan dan tatacara penilaian yang telah ditetapkan dalam SKA 4. Uji Kompetensi Uji Kompetensi Apoteker menggunakan format OSCE (Objectetive Structured Clinical Examination) dan soal MCQ Sistem penilaian meliputi : a. knowledge (30%), minimum passing grade 20% b. aplikasi (50%), minimum passing grade 30% c. praktek (20%), minimum passing grade 20% Lembar penilaian 1. Rekap nilai kehadiran dan diskusi No Nama Kehadiran Aktivitas Kerjasama Hasil diskusi TOTAL H TH B C K B C K B C K H = Hadir, TH = tidak hadir, B = > 80, C = 60 80, K = <60 Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 12

13 2. Rekap Nilai SKA No Nama Knowledge (30%) 30 poin DRP 20 poin Aplikasi (50%) Praktik (20%) TOTAL C & D 15 poin KIE 15 poin PMR 10 poin UU dan Etik 10 poin DRP C&D KIE : Drug Related Problem : Compounding dan Dispensing : Konsultasi Informasi dan Edukasi PMR : Patien Medication Record 5. Waktu dan tempat pelaksanaan. a. Tempat : yang representatif b. Waktu : 2 (dua) hari dengan perincian : 1. Hari pertama : Workshop 2. Hari Kedua : Uji Kompetensi 6. Mekanisme SKA a. Peserta mendaftarkan diri kepada Panitia SKA Daerah dengan persyaratan dan waktu yang telah ditentukan. b. Pelaksanaan SKA adalah 2 hari, hari I peserta menerima materi dan pelatihan dengan tema tertentu dan mendapatkan penjelasan tentang Sertifikasi Kompetensi Apoteker dan cara mengisi portofolio. c. Peserta diwajibkan membuat resume/makalah singkat hasil pelatihan pada hari I sebagai syarat mengikuti Uji Kompetensi pada hari II, yang dikumpulkan pada saat daftar ulang Uji Kompetensi di hari II. d. Uji Kompetensi terdiri dari ujian tertulis dan praktek. e. Ujian tertulis terdiri dari 15 soal MCQ untuk mengukur kompetensi yang terkait dengan pengetahuan (knowledge) (Station 1) Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 13

14 f. Ujian praktek terdiri dari 4 (station yang terdiri dari station assessment, swamedikasi, KIE dan PMR untuk mengukur hardskill dan softskill peserta. g. Penilaian dilakukan oleh assessor yang sudah memiliki sertifikat assessor/tot dengan menggunakan tools yang sudah disiapkan dan pada hari yang sama hasil ujian dapat dilihat dan diumumkan. h. Peserta yang tidak lulus diwajibkan mengikuti treatment khusus pada hari yang sama i. Peserta yang tidak lulus pada ujian khusus pada hari tersebut, dipersilajkan mengikuti Uji Kompetensi pada pelaksanaan berikutnya dengan tidak dikenakan biaya. j. Sertifikat Uji Kompetensi diupayakan dapat diterima peserta pada saat Penutupan SKA. k. Evaluasi SKA dilakukan oleh PD IAI setelah selesai proses SKA baik peserta, assessor maupun panitia l. Hasil pelaksanaan SKA dilaporkan kepada PP IAI paling lambat 1 bulan setelah pelaksanaan SKA. E. JADWAL ACARA Jadwal acara SKA terlampir F. BIAYA Biaya SKA terdiri dari biaya sertifikat dan biaya penyelenggaraan. Biaya seertifikat kompetensi ditentukan oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia sebesar Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah) per sertifikat. Sedangkan biaya penyelenggaraan ditentukan oleh masing-masing penyelenggara (Pengurus Daerah IAI) sesuai dengan tingkat harga di tiap daerah. G. ALUR SKA Skema alur SKA terlampir Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 14

15 CONTOH SUSUNAN ACARA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI APOTEKER PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER INDONESIA Tanggal 2013 Hari Kegiatan Narasumber Sabtu, Registrasi peserta pelatihan Panitia Pembukaan acara SKA Panitia Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hyme IAI Sambutan Ketua PD IAI Sambutan Ketua PP IAI Drs. M. Dani Pratomo, MM.,Apt Epidemiolagi dan Patofisiologis Penyakit Diare Dokter praktisi Farmakoterapi dan penatalaksanaan Diare Apoteker Rehat Siang dan Ishoma o0 Diskusi dan pemecahan kasus Pendalaman Materi (Tim Assessor) Penjelasan Uji Kompetensi dan Portofolio Panitia Ahad, Uji Kompetensi Panitia Achievement Motivation Training : Praktik Apoteker Sebagai Tenaga Kesehatan Optional Evaluasi pelaksanaan Pembagian Sertifikat dan Berkas Portofolio Penutupan -Menyanyikan lagi Hymne IAI -Menyanyikan lagu Bagimu Negeri - Sambutan penutup -Doa Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 15

16 PESERTA PENDAFTARAN PANITIA PENYELENGGARA (PD IAI. DAPAT BEKERJA SAMA DGN PTF) PELATIH AN TIM PELATIHAN Tidak PENUGAS AN Dikerjakan UJI KOMPETENS I TIM UJI KOMPETENSI EVALUASI TIM DOKUMENTASI Tidak Lulus SERTIFIKAT SKEMA ALUR SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI APOTEKER INDONESIA Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 16

17 STATIO N KEGIATAN PESERT A ASSESSO R PASIE N STATION I MCQ (KNOWLEDGE ) Mengerjakan 15 Soal MCQ Menilai Pekerjaan Peserta STATION II SKRINING RESEP, (APLIKASI) MENJAWAB PERTANYAAN ttg SKRINING RESEP Menilai Pekerjaan Peserta STATION III COMPOUNDI NG DISPENSING (APLIKASI) Menghitung Dosis dan Menyiapkan Obat dan Membuat Etiket Menilai Pekerjaan Peserta STATION IV PER UU- ETIK DAN PMR Mengerjaan Soal Kasus per-uu dan Etika Membuat PMR Menilai Pekerjaan Peserta STATION V KIE PASIEN Melakukan KIE kapada Pasien Menilai KIE yang dilakukan Peserta Sebagai Pasien dengan sekenario yang ditetapkan Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 17

18 H. PENUTUP Pada prinsipnya, SKA hanya dilaksanakan sekali, untuk selanjutnya hendaklah melakukan mekanisme RESERTIFIKASI yaitu melalui proses Continuing Professional Development (CPD) yang sesuai dengan bidang pekeerjaan masing-masing apoteker untuk mendapatkan sertifikat kompetensi Apoteker. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 18

19 BAB III RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER Pada prinsipnya Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) hanya dilakukan sekali seumur hidup, akan tetapi karena sertifikat kompetensi apoteker berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun maka untuk memperbaharui sertifikat kompetensi seorang apoteker harus mengikuti proses Resertifikasi Kompetensi Apoteker (RKA) yang selanjutnya disebut sebagai Resertifikasi Apoteker. Sebagai upaya pembinaan apoteker, Resertifikasi Apoteker juga harus menjamin bahwa yang bersangkutan layak menjalankan praktek apoteker. Oleh karena itu sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia merupakan bukti bahwa seorang apoteker selalu melaksanakan kegiatan yang bernilai pendidikan selama praktek sebagai apoteker. Resertifikasi direpresentasikan dengan pengumpulan nilai Satuan Kredit Profesi dari berbagai kegiatan baik yang termasuk kategori Program Pengembangan Praktik Profesi Apoteker (P3A) maupun Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD) A. Bentuk Kegiatan Resertifikasi Apoteker beserta Bobot Nilai Satuan Kredit Profesi (SKP) IAI merupakan bukti kesertaan seorang apoteker dalam program Resertifikasi Apoteker. Kredit ini diberikan baik untuk kegiatan yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian, syarat perolehan SKP untuk resertifikasi adalah 150 SKP untuk lima tahun yang terdistribusi dalam berbagai ranah kegiatan. Untuk mengajukan proses resertifikasi setiap apoteker wajib melaksanakan praktik profesi minimal kumulatif 2000 jam untuk 5 (lima) tahun yang terdistribusi secara proporsional yang setara dengan 30 SKP Aktivitas untuk mendapatkan SKP Apoteker dilakukan melalui Program Pengembangan Praktik Profesi Apoteker (P3A). Program ini merupakan program utama dari proses resertifikasi apoteker dengan pengumpulan Satuan Kredit Profesi (SKP) untuk kepentingan pengurusan registrasi ulang dan perpanjangan surat ijin kerja atau surat ijin praktek apoteker. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 19

20 Nilai kredit (untuk peserta, penyaji makalah/pembicara/nara sumber, moderator, panitia) dari sebuah kegiatan Resertifikasi dibedakan berdasarkan kegiatan yang diikuti oleh peserta dengan skala : 1. Lokal/daerah; 2. Nasional 3. Internasional. Perhitungan nilai kredit juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Kedalaman materi atau topik 2. Kualitas/kompetensi pembicara/pengajar 3. Lama pelaksanaan 4. Pengaruh /dampak pengetahuan yang diperoleh terhadap pelaksanaan praktik : a) Tidak ada pengetahuan maupun ketrampilan yang dipelajari namun informasi yang diterima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan b) Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan c) Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang ditingkatkan dan dikuasai setelah mengikuti kegiatanyang secara langsung mempengaruhi praktek atau pelayanan kepada pasien. Nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri misalnya sebagai pembicara /peserta/moderator di suatu kursus atau simposium di luar negeri akan disesuaikan dengan nilai yang berlaku di Indonesia. Demikian pula nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan yang tidak mendapatkan SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia, misalnya mengikuti kegiatan workshop yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) atau organisasi profesi atau pemerintah akan dikonversi ke dalam SKP IAI. Sepanjang materinya terkait dengan peningkatan kompetensi apoteker Proporsi domain kegiatan yang tercakup hendaknya seimbang untuk menjamin dicapainya kompetensi yang harus dikuasai. Untuk domain kegiatan professional wajib ada sekurang-kurangnya 10 SKP demikian pula untuk kegiatan Pengabdian masyarakat sekurang-kurangnya 4 SKP pertahun. Secara lebih detail proporsi cakupan ranah yang dipersyaratkan terlihat pada tabel 1. Mengingat pembinaan dalam bentuk Tim Resertifikasi ini merupakan suatu hal yang baru bagi apoteker, dan saat ini berada dalam Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 20

21 masa transisi maka untuk apoteker yang akan melakukan resertifikasi sekurangkurangnya 3 ranah yaitu : 1. Ranah Kegiatan Profesian (praktek profesi) 2. Ranah Pembelajaran 3. Ranah Pengabdian Masyarakat Namun pada resertifikasi berikutnya setiap apoteker diharuskan untuk mencakup juga kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian secara bertahap apoteker akan mengalami transformasi menjadi apoteker yang berkualitas. 1. Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A) Kegiatan yang dapat diberi kredit dikelompokkan menjadi 5 (lima) domain yaitu : a. Praktik Profesi : yaitu kegiatan Praktik Apoteker yang dilakukan sehubungan dengan fungsinya sebagai apoteker sehingga memberinya kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dam ketrampilan kefarmasiannya misalnya praktek melayani pasien (menjelaskan dan menguraikan segala sesuatu tentang obat, memberikan konseling, pendampingan pasien dan home care). b. Kegiatan Pembelajaran (learning) : yaitu kegiatan yang dilakukan oleh apoteker untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan misalnya membaca artikel di jurnal, menelusuri informasi ataupun uji mandiri, diskusi peer group dan sebagainya c. Kegiatan Pengabdian Masyarakat : yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai pengabdian kepada masyarakat umum masyarakat profesi yang memberikan kesempatan untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan kefarmasiannya misalnya memberikan penyuluhan kesehatan, penyalahgunaan narkoba, HIV/AID s, Posyandu, kegiatan penanggulangan bencana, menjadi pengurus atau kelompok kerja di Ikatan Apoteker Indonesia baik pusat, daerah maupun cabang atau menjadi panitia salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Ikatan Apoteker Indonesia d. Kegiatan Publikasi Ilmiah atau popular di bidang kefarmasian : yaitu kegiatan yang menghasilkan karya tulis yang dipublikasikan misalnya menulis buku, (dengan ISBN) menerjemahkan buku dibidang ilmunya (dengan ISBN) menulis laporan kasus, menulis tinjauan pustaka yang dipublikasikan di jurnal (yang terakreditasi) mengasuh rubrik ilmiah/populer kefarmasian. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 21

22 e. Kegiatan Pengembangan Ilmu dan Pendidikan : yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan bidang ilmu yang bersangkutan misalnya melakukan penelitian di bidang pelayanan primer, mendidik, mengajar termasuk membuat soal uji maupun jadi penguji, menjadi supervisor, menjadi pembimbing Praktik Kerja Lapangan/Praktik Kerja Apoteker. Proporsi domain kegiatan yang dicakup hendaknya seimbang untuk menjamin dicapainya kompetensi yang harus dikuasai. Untuk domain kegiatan profesional wajib ada sekurang-kurangnya 12 SKP demikian pula untuk kegiatan Pengabdian masyarakat sekurang-kurangnya 4 SKP pertahun. Secara lebih detail proporsi cakupan ranah yang dipersyaratkan terlihat pada tabel 1. Mengingat pembinaan dalam bentuk resertifikasi ini merupakan suatu hal yang baru bagi apoteker, dan saat ini berada dalam masa transisi maka untuk apoteker yang akan melakukan resertifikasi sekurang-kurangnya 2 ranah resertifikasi tersebut harus terpenuhi tanpa melihat besaran proporsinya. Namun pada resertifikasi berikutnya setiap apoteker diharuskan untuk mencakup juga kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian secara bertahap apoteker akan mengalami transformasi menjadi apoteker yang berkualitas. Tabel 1. Pencapaian Nilai SKP No Domain Kegiatan Porsi Pencapain yang dianjurkan Nilai Maksimum dalam 1 tahun Nilai Maksimum dalam 5 tahun a) Praktik Profesi 40-50% b) Kegiatan Pembelajaran 40-50% c) Kegiatan Pengabdian Masyarakat d) Kegiatan Publikasi Ilmiah atau popular di bidang kefarmasian e) Kegiatan Pengembangan Ilmu dan Pendidikan 5-15% 1,5-4,5 7,5 22,5 0-25% 0-7,5 0-37,5 0-25% 0-7,5 0-37,5 Oleh karena itu Nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diselenggarakan oleh pihak eksternal dan tidak mendapatkan SKP dari IAI) dengan tema yang berhubungan dengan kompetensi apoteker akan dikonversi berdasarkan tingkat Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 22

23 kompetensi yang dituntut dari seorang apoteker. Diharapkan perhitungan konversi ini dapat dilakukan secara mandiri, agar apoteker dapat memperhitungkan perolehan SKP yang telah dikumpulkannya. Namun sesungguhnya tugas konversi merupakan tugas utama dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker Pengurus Daerah. Sedangkan kegiatan eksternal yang telah memperoleh SKP dari IAI atau kegiatan yang dilakukan oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker yang jelas peruntukannya bagi apoteker tidak perlu dikonversi lagi. Diharapkan nantinya setiap kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan atau keterampilan bagi apoteker bekerja sama dengan Tim Sertifikasi Apoteker PD IAI atau mendapatkan pengakuan dari SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia. Untuk keperluan penjaminan mutu, maka kegiatan tersebut perlu pengesahan bukti, dokumen bukti pendukung harus disertakan sebagai lampiran dari borang Paktek Profesi. Daftar kegiatan di bawah ini (tabel) hanya merupakan contoh dan sangat mungkin untuk dikembangkan dengan kegiatan lain yang mempunyai nilai pendidikan professional. Nilai SKP untuk suatu pengetahuan atau keterampilan juga berbeda berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang apoteker demikian pula urgensi pengetahuan dan keterampilan bagi seorang apoteker. Diharapkan nantinya setiap kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan atau keterampilan bagi apoteker bekerja sama dengan Tim Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI atau mendapatkan pengakuan dari SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia. Tabel 2. Konstanta Konversi SKP dari Kegiatan yang dilakukan tanpa SKP dari IAI No Perolehan Pengetahuan/Keterampilan sesudah mengikuti kegiatan Konstanta Konversi 1. Tidak ada pengetahaun/keterampilan tapi informasi yang diperoleh memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan 2. Ada peningkatan pengetahuan/keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan. 3. Ada peningkatan pengetahaun/keterampilan yang secara langsung mempengaruhi praktek atau pelayanan kepada pasien. 0,25 0,5 0,75 Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 23

24 Domain Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A) terdiri dari : 1) KINERJA PRAKTIK PROFESI Adalah aktifitas yang terkait dengan praktek apoteker sehari-harinya Tabel 3. Aktivitas CPD Kinerja Praktik Profesi NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP 1 Melakukan Tinjauan Kasus 2 SKP 2 Mengkaji Dan Melaporkan ESO 2 SKP 3 Menjadi Pendamping Minum Obat 2 SKP /Pasien / Paket Memberi Edukasi Ke Kelompok Pasien (Minimal 10 Orang) Kajian Peer Review: Penyaji Peserta Aktif Ket (Minimal Anggota Peer Adalah 3 Orang) Diskusi Kefarmasian Bersama Pakar (Minimal Peserta Diskusi 5 Orang Apoteker) 3 SKP Penyaji = 3 SKP Pendengar = 2 SKP Penyaji = 3 SKP Pendengar = 2 SKP 7 Terlibat Dalam Pokja Kefarmasian 2 SKP / Surat Keputusan (SK) Nilai SKP Praktik Profesi harus ada dan dan tergantung dari oleh jumlah kasus yang ditangani, tetapi ada batas minimal yaitu 12 SKP dan batas maksimal yaitu 15 SKP, karena jumlah pasien yang ditangani dengan nilai pembelajaran tidaklah linear demikian juga dengan mutu layanan. Di samping itu, pembatasan nilai SKP pada kinerja pelayanan pasien juga dimaksudkan untuk mendorong apoteker melakukan kegiatan lain dalam Praktik Profesi apoteker yang berperan dalam memperbaiki mutu layanan professional apoteker. Jadi dalam satu tahun apoteker sekurangkurangnya harus memperoleh sekurang-kurangnya 12 SKP dari kinerja pelayanan pasien. 2) KINERJA PEMBELAJARAN Selama ini sarana belajar yang popular adalah menghadiri seminar/symposium atau mengikuti pelatihan atau workshop, padahal itu hanya salah satu kegiatan eksternal pembelajaran yang belakangan diragukan dampaknya terhadap praktek apoteker. Pembelajaran dapat juga dilakukan sendiri atau berlangsung ketika seorang apoteker menjalankan tugasnya atau berpraktek di apotek. SKP untuk kinerja pembelajaran ini per tahun nilainya antara maksimal 12 SKP (atau dalam 5 tahun 60 SKP) Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 24

25 Tabel 4. Aktivitas CPD Kinerja Pembelajaran NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP 1 Membaca Jurnal Dan Menjawab Pertanyaan Uji Diri 2 Partisipasi Dalam Seminar 3 Partisipasi Dalam Workshop 4 Partisipasi Dalam Kursus 2 SKP Peserta (nilai SKP per 2-3 jam) Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP Pembicara Nasional = 3 SKP Internasional = 4,5 SKP Moderator Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP Panitia Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP Peserta (nilai SKP per 2-3 jam) Nasional = 1,5 SKP Internasional = 2,25 SKP Pembicara Nasional = 3 SKP Internasional = 4,5 SKP Fasilitator / Instruktur Nasional = 2 SKP Internasional = 3 SKP Panitia Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP Pelaksanaan max 8 jam/hari : max 3 hari, lebih dr 3 hari dihitung hanya 3 hari 24 jam x 1,5 SKP = 36 SKP 3) KINERJA PENGABDIAN MASYARAKAT Apoteker dalam setiap tahunnya harus melakukan pengabdian masyarakat baik masyarakat umum maupun masyarakat profesi. Tabel 5. Aktivitas CPD Kinerja Pengabdian Masyarakat NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP 1 Menjadi Pengurus Aktif Di IAI Dan Himpunan Seminat 5 SKP / tahun 2 Melakukan Penyuluhan Narkoba/HIV/AIDS/TB Dll 3 SKP 3 Melakukan Baksos Pengobatan Masal 2 SKP / kegiatan ( 8 jam ) 4 Melakukan Pembinaan POS YANDU/LANSIA 2 SKP Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 25

26 Dalam setiap tahunnya apoteker harus mengumpulkan SKP dari Pengabdian masyarakat ini sekurang-kurangnya 3 SKP dan maksimal 6 SKP; 4) KINERJA PUBLIKASI Tidak semua apoteker memiliki kinerja publikasi namun kinerja publikasi harus dihargai karena merupakan kegiatan yang terkait dengan peningkatan pengetahuan dan atau ketrampilan apoteker. Nilai SKP setiap tahunnya antara 0 sampai dengan 3 SKP. (Selama lima tahun maksimal 5 SKP) Tabel 6. Aktivitas CPD Kinerja Publikasi NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP 1 Tinjauan Kasus Yang Di Publikasikan 3 SKP 2 Studi Pustaka Membuat Resume 3 SKP 3 Menulis/Menerjemahkan Buku 4 Editing Buku Yang terkait dengan Profesi Apoteker 6 SKP 5 Karya Ilmiah Popular 3 SKP 6 Mengasuh Rubrik Kesehatan/ Kefarmasian Di Media 3 SKP Sendiri = 10 SKP Bersama = 20 SKP Monograf = 4/2 SKP 5) KINERJA PENGEMBANGAN ILMU Tidak semua apoteker terlibat dalam pengembangan ilmy pengetahuan kefarmasian secara langsung, walaupun demikian apoteker yang memiliki aktifitas pengembangan ilmu mendapatkan pengakuan SKP sebagai berikut : Tabel 7. Aktivitas CPD Kinerja Pengembangan Ilmu NO AKTIVITAS CPD NILAI SKP 1 Penelitian Sendiri/Bersama 10 SKP 2 Supervisor Dalam Jurnal Club/Case Reiew 2 SKP 3 Memberikan Ceramah Kepada Sesama Apoteker 3 SKP 4 Menjadi Preseptor PKPA 3 SKP / Surat Keputusan (SK) 5 Penguji Komprehensif 3 SKP / SK IAI 6 Menjadi Preseptor Magang 7 Menjadi Peserta Magang 3 SKP / bulan (minimal magang 1 bulan) 3 SKP / bulan (minimal magang 1 bulan) *) Keterangan : Pengembangan ilmu yang diakui Hanya yang terkait dengan pengembangan profesi apoteker Untuk kinerja pengembangan ilmu SKP maksimal yang diakui sebanyak 7,5 per tahun atau 37,5 SKP per lima tahun. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 26

27 B. TATA CARA RESERTIFIKASI Pendaftaran Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan dilakukan dengan mengisi borang pendaftaran yang terdapat dalam BUKU LOG RESERTIFIKASI APOTEKER dan mengirimkan kepada Tim SERTIFIKASI APOTEKER Pengurus Daerah IAI melalui Pengurus Cabang IAI yang bersangkutan yang dilampiri rencana pengembangan diri. Mekanisme Resertifikasi Apoteker dari : a. Mekanisme Manual (kertas) b. Mekanisme Online (tanpa kertas) Mekanisme baku Resertifikasi Apoteker adalah manual namun sedang dikembangkan software untuk mekanisme online sehingga akan meningkatkan efisiensi dan untuk menghindari kesalahan. Untuk mekanisme manual, setiap apoteker harus mengisi BUKU LOG RESERTIFIKASI APOTEKER secara rutin kemudian melaporkan kepada tim Sertifikasi Apoteker Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia melalui pengurus cabang IAI setempat secara berkala lengkap dengan dokumen pendukungnya. Apoteker yang akan menggunakan mekanisme online dapat langsung mengakses ke dan mengikuti cara registrasi untuk mendapatkan nama/nomor diri (access account). Sangat dianjurkan untuk melaporkan perolehan SKP setiap tahun sehingga kekurangan nilai SKP pada akhir masa resertifikasi dapat diantisipasi. 1. PENILAIAN DIRI Penilaian diri dalam Resertifikasi Apoteker pada dasarnya dipercayakan kepada integritas masing-masing anggota. Nilai kegiatan pribadi dan kegiatan internal dihitung sendiri oleh yang bersangkutan (perhitungan mandiri), sedangkan dokumen pendukung yang diserahkan ke Tim Sertifikasi Apoteker untuk diverifikasi atau konversi. Secara acak Tim Sertifikasi Apoteker akan melakukan verifikasi secara langsung untuk menjamin kebenaran data 2. PERENCANAAN DAN DOKUMENTASI Untuk keperluan pengembangan keprofesian setiap apoteker diharapkan merencanakan kegiatan CPD-nya kemudian mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang dilakukannya dalam buku log sehingga dapat dilaporkan dan dinilai Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 27

28 kinerjanya. Berikut langkah-langkah penyusunan rencana pengembangan diri (RPD) apoteker : 1. Isilah buku log dengan Mempertimbangkan beberapa hal berikut : a. Pekerjaan sejawat apoteker selama ini khususnya kesalahan, kekurangan, ketidakpuasan sehingga sejawat dapat merasakan bahwa sejawat perlu meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. b. Kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan sejawat apoteker praktek sehingga sejawat dapat melihat apa yang sejawat dapat lakukan sebagai seorang apoteker yang bertanggungjawab untuk melakukan perbaikan. c. Visi pribadi sejawat d. Misi pribadi sejawat, baik jangka pendek maupun jangka panjang e. Jadwalkan pencapaian misi sejawat tersebut. 2. Tetapkan prioritas dari apa yang ingin sejawat capai selama 5 (lima) tahun mendatang yang dapat dirinci per tahunnya 3. Pertimbangkan karir jangka panjang sejawat 4. Susun daftar kegiatan PPAB sejawat untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan skala prioritas, pertimbangkan betul-betul kepentingan pengetahuan dan keterampilan untuk itudalam rangka untuk meningkatkan kualitas praktek sejawat. 5. Buat perencanaan kapan masing-masing kegiatan PPAB itu akan diambil atau dilakukan 3. HASIL PENILAIAN Hasil penilaian dapat dibedakan menjadi 2 kategori di bawah ini. Hasil akan disampaikan secara tertulis langsung kepada yang bersangkutan. a. DISETUJUI Untuk mendapatkan sertifikat kompetensi : memenuhi SKP minimal b. DITOLAK : Tidak memenuhi SKP minimal, maka harus mengikuti UJI KOMPETENSI 4. PENDANAAN Sumber dana untuk kegiatan PPAB ditanggung oleh apoteker yang bersangkutan yang meliputi : a. Biaya CPD b. Biaya Resertifikasi (termasuk biaya verifikasi SKP) Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 28

29 5. KELENGKAPAN DOKUMEN RESERTIFIKASI APOTEKER Sebagaimana dijelaskan diatas, setiap apoteker yang akan melakukan resertifikasi harus menyerahkan dokumen PPAB/CPD kepada Tim SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI APOTEKER PD IAI melalui PC IAI pada akhir periode 5 tahun untuk resertifikasasi. Dokumen tersebut terdiri dari : 1. Borang Pendaftaran 2. Berbagai borang penilaian diri 3. Dokumen bukti pendukung a. BORANG PENDAFTARAN Borang pendaftaran (lampiran 1) dimaksudkan untuk mendapatkan data anggota yang akan menjalani program Resertifikasi Apoteker. Berdasarkan data yang tercantum dalam borang, Tim Sertifikasi apoteker mengkatifkan mekanisme pencatatan seorang apoteker di system online Resertifikasi Apoteker untuk selanjutnya digunakan dalam proses resertifikasi bagi yang bersangkutan. Setelah seorang apoteker terdaftar, yang bersangkutan akan menerima pemberitahuan berikut nama/nomor diri untuk akses ke system online. Apoteker yang menggunakan mekanisme online dapat memanfaatkan nama/nomor diri ini kapan saja untuk memperbaharui (up date) data Resertifikasi-nya. Sedangkan apoteker yang menggunakan mekanisme manual memperbaharui data Resertifikasi nya kepada PD IAI melalui Pengurus Cabang IAI untuk diteruskan ke KOMITE SERTIFIKASI PP IAI. b. BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI Borang Rencana Pengembangan Diri (RPD) dimaksudkan untuk membantu seorang apoteker merancang pembelajaran dirinya. Ikatan Apoteker Indonesia sebagai organisasi profesi yang mengayomi apoteker mulai dari tingkat cabang (kabupaten/kota) daerah (propinsi) sampai tingkat pusat juga dapat memanfaatkan borang ini untuk merencanakan kegiatan organisasinya c. BORANG PRAKTEK PROFESI Salah satu karakter profesi apoteker adalah long life learner (pembelajar sepanjang hayat), maka kegiatan professional (praktek profesi) merupakan salah satu domain dari 5 domain kegiatan apoteker merupakan sarana utama untuk Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 29

30 belajar. Tabel berikut merupakan contoh kinerja professional sehingga dapat menghasilkan nilai SKP-IAI. Nilai dan bobot pembelajaran tentu tidaklah sama. Sebagai contoh, kasus nyata yang ditangani kemudian dipelajari dan disajikan dalam suatu forum (table 4..) akan membuat si penyaji belajar lebih banyak dari pada pendengarnya. Bila pada kesempatan itu diundang pula seorang pakar baik akademisi maupun praktisi untuk kasus yang dibahasmaka semua tentu berpeluang untuk lebih banyak belajar. C. PELAKSANAAN RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER 1. Enam bulan sebelum sertifikat kompetensi apoteker berakhir masa berlakunya, apoteker hendaklah sudah mengajukan Pendaftaran Resertifikasi (hal ini untuk menghindari apabila verifikasi SKP belum mencukupi masih ada waktu untuk melengkapi). 2. Apoteker Pemohon mengajukan permohonan sebagai Peserta Resertifikasi kepada PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat melalui PC-IAI setempat dengan cara mengisi Formulir Registrasi Resertifikasi dan Formulir Self Assessment ( sebagaimana terlampir LAMPIRAN 1 ) dengan melampirkan : a. Fotocopy KTP yang masih berlaku b. Fotocopy KTA yang masih berlaku c. Fotocopy STRA yang masih berlaku d. Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh e. Fotocopy SIA/SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh f. Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri) g. Fotocopy Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker yang akan habis masa berlakunya h. Fotocopy sertifikat Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah. 3. Pemohon membayar biaya registrasi sebesar Rp ,- ( seratus ribu rupiah ) kepada PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat guna keperluan verifikasi data dan isian self assesment Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 30

31 4. Pemohon membayar biaya resertifikasi sebesar Rp ,- ( lima ratus ribu rupiah ) kepada PP-IAI melalui PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat 5. PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat melakukan verifikasi terhadap permohonan yang diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima, meliputi verifikasi permohonan dan Self Assessment serta dokumen terlampir. 6. PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat menyampaikan secara tertulis hasil verifikasi kepada pemohon melalui PC-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak dilakukan verifikasi, dengan ketentuan hasil sebagai berikut : a. Ter-Sertifikasi ( Certified ), memenuhi 150 SKP artinya anggota tersebut lolos verifikasi dan berhak memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker atau b. Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ), tidak memenuhi 150 SKP artinya anggota tersebut tidak lolos verifikasi dan tidak berhak memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker 7. Pemohon yang memperoleh hasil Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ) berhak melakukan klarifikasi kepada PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat melalui PC-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil verifikasi diterima pemohon. 8. Pemohon yang memperoleh hasil Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ) diharuskan melengkapi kekurangan SKP-nya untuk bisa mendapatkan sertifikat kompetensi apoteker. 9. PD-IAI setempat mengajukan permohonan blanko sertifikat kompetensi kepada PP- IAI dengan melampirkan softcopy : - Formulir Registrasi Resertifikasi, - Formulir Self Assessment - Lembar Portofolio Resertifikasi apoteker - Rekap Perolehan SKP 10. PP-IAI mengirimkan blanko Sertifikat Kompetensi Apoteker dan BUKU LOG RESERTIFIKASI APOTEKER kepada PD-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari sejak permohonan diterima. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 31

32 11. PD-IAI setempat menyerahkan Sertifikat Kompetensi dan BUKU LOG RESERTIFIKASI APOTEKER kepada pemohon melalui PC-IAI setempat. 12. Untuk selanjut Apoteker pemohon mengisi BUKU LOG RESERTIFIKASI APOTEKER untuk kepentingan Resertifikasi 5 tahun berikutnya. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 32

33 BAB IV PENUTUP Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian yang dipayungi oleh Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan telah memberikan pengakuan yang mendasar tentang kedudukan hukum (legal standing) Praktik Apoteker. Terlepas bahwa rumusan normative dalam Peraturan Perundang-undangan tersebut masih jauh dari kenyataan dan harus diikhtiari untuk bisa dibumikan dalam praktik pelayanan kesehatan di Indonesia, akan tetapi sudah seharusnya apoteker memanfaatkan momentum ini untuk juga melakukan perubahan yang mendasar tentang kultur (budaya praktik), kompetensi dan internalisasi nilai kode etik Apoteker Indonesia sehingga profil apoteker betul-betul memenuhi tuntutan peraturan perundang-undangan dan tuntutan untuk melayani pasien dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain. Salah satu factor yang mendasar untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, apoteker harus terus melakukan upaya menjaga dan meningkatkan kompetensi seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dan system pelayanan kesehatan. Harus disadari bahwa kompetensi seorang apoteker akan menurun seiring dengan berjalannya waktu, apalagi tuntutan dari pengguna layanan apoteker semakin tinggi sehingga mau tidak mau, suka tidak suka upaya untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi apoteker harus terus dilakukan secara sadar, sengaja dan sistematis dan berkelanjutan. Oleh karena itu, Ikatan Apoteker Indonesia sebagai satu-satunya organisasi profesi apoteker harus beruipaya keras untuk melakukannya dengan berbagai cara dari mulai hal yang sederhana. Sehingga kita tidak kehilangan momentum untuk melakukan dan mengawal perubahan m,enuju praktek apoteker yang sesungguhnya. Upaya tersebut antara lain dengan mendorong dan memfasilitasi apoteker untuk melakukan praktek profesi yang sesungguhnya. Salah satu upaya untuk menjaga kompetensi tersebut dengan melakukan sertifikasi dan resertifikasi yang dilalui dengan Program Pengembangan Praktik Profesi Apoteker (P3A) dan Program Pendidikan Apotekr Berkelanjutan (CPD) yang diharapkan menjadi pegangan bagi apoteker dalam menjaga kompetensinya melalui berbagai kegiatan yang mungkin mendapatkan pengakuan. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 33

34 Oleh karena itulah maka dengan hadirnya Petunjuk Pelaksanaan Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker termasuk tentang Pedoman pelaksanaan tentang Pendidikan Profesi Berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD) akan menjadi pegangan bagi apoteker untuk selalu meningkatkan kompetensi. Terlepas dari segala kesalahan, kekurangan dari pedoman ini, semoga bermanfaat bagi semuanya. Semoga Allah Yang Maha Kuasa selalu membimbing langkah-langkah kita apoteker Indonesia untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia dan Kemanusiaan. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker 34

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 007/ PP.IAI/1418/IV/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 007/ PP.IAI/1418/IV/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 007/ PP.IAI/1418/IV/2014 Tentang PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGAJUAN PENILAIAN DAN PENGAKUAN SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) PROGRAM

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 005/ PP.IAI/1418/IV/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 005/ PP.IAI/1418/IV/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 005/ PP.IAI/1418/IV/2014 Tentang PETUNJUK TEKNIS SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI APOTEKER (SKPA) 2014 IKATAN APOTEKER INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 006/ PP.IAI/1418/IV/2014

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 006/ PP.IAI/1418/IV/2014 SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 006/ PP.IAI/1418/IV/2014 Tentang PETUNJUK TEKNIS RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER DENGAN METODA SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) 2014

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor: PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGAJUAN PENILAIAN DAN PENGAKUAN SATUAN KREDIT

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER DENGAN METODA SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER DENGAN METODA SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) TAHUN 2015 Lampiran SK No. Kep. 053/ PP.IAI/1418/II/2015 PETUNJUK TEKNIS RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER DENGAN METODA SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) TAHUN 2015 A. PENDAHULUAN Dengan diberlakukannya Pedoman Resertifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesi Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu menegakkan diri dan diterima oleh masyarakat sebagai seorang yang memiliki ketrampilan

Lebih terperinci

TIM SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI PENGURUS CABANG IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) GROBOGAN

TIM SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI PENGURUS CABANG IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) GROBOGAN TIM SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI PENGURUS CABANG IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) GROBOGAN BIDANG PELAYANAN KEFARMASIAN BIDANG DISTRIBUSI KEFARMASIAN BIDANG PRODUKSI/INDU STRI KEFARMASIAN BIDANG PELAYANAN

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 004/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 004/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 004/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER INDONESIA JAWA TIMUR

PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER INDONESIA JAWA TIMUR KEPUTUSAN PENGURUS DAERAH Nomor : 120/IAI-JATIM/SK/IX/2012 TENTANG STANDAR JASA PROFESI APOTEKER DI APOTIK Menimbang : a. bahwa perjanjian Kerja Sama penyertaan modal Apoteker Penanggung Jawab dan Pemilik

Lebih terperinci

BUKU LOG & BORANG PENGISIAN

BUKU LOG & BORANG PENGISIAN BUKU LOG & BORANG PENGISIAN PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN DOKTER SPESIALIS BEDAH ANAK INDONESIA BP2KB PERBANI BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN PROGRAM P2KB UNTUK DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

PENGUMUMAN TATA CARA PEMENUHAN SKP YANG KURANG BAGI SEJAWAT YANG TELAH LULUS RESERTIFIKASI

PENGUMUMAN TATA CARA PEMENUHAN SKP YANG KURANG BAGI SEJAWAT YANG TELAH LULUS RESERTIFIKASI No PENGUMUMAN TATA CARA PEMENUHAN SKP YANG KURANG BAGI SEJAWAT YANG TELAH LULUS RESERTIFIKASI 1. Porsi Pemenuhan SKP dalam 5 tahun Domain Kegiatan Porsi Pencapain yang dianjurkan Nilai Maksimum SKP dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PERDOKLA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KELAUTAN (PERDOKLA)

BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PERDOKLA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KELAUTAN (PERDOKLA) BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PERDOKLA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KELAUTAN (PERDOKLA) JAKARTA, I. Identitas Anggota Nama Lengkap :.. NPA IDI :... NPA PERDOKLA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT - CPD) VERIFIKASI CPD DOKTER PRAKTIK UMUM

PROGRAM PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT - CPD) VERIFIKASI CPD DOKTER PRAKTIK UMUM PROGRAM PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT - CPD) VERIFIKASI CPD DOKTER PRAKTIK UMUM Dyah Agustina Waluyo BP2KB Program P2KB - Sertifikasi / Resertifikasi

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA Nomor:2284/SK/DPP-PERSAGI/XI/2014 T E N T A N G

SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA Nomor:2284/SK/DPP-PERSAGI/XI/2014 T E N T A N G SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA Nomor:2284/SK/DPP-PERSAGI/XI/2014 T E N T A N G PANDUAN PERHITUNGAN SATUAN KREDIT PROFESI (SKP) KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PERSATUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

Buku Log P2KB PERDAFKI dan Borang Pengisian BP2KB PERDAFKI

Buku Log P2KB PERDAFKI dan Borang Pengisian BP2KB PERDAFKI Buku Log P2KB PERDAFKI dan Borang Pengisian BP2KB PERDAFKI I. BORANG PENGISIAN BUKU LOG A. Kinerja Pembelajaran Selama ini sarana belajar yang dikenal adalah menghadiri seminar/simposium atau menjalani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan 2.1.1. Pengertian Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian

Lebih terperinci

Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia. Sosialisasi Sistem Informasi Portofolio CPD Online Tenaga Kesehatan.

Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia. Sosialisasi Sistem Informasi Portofolio CPD Online Tenaga Kesehatan. Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia Sosialisasi Sistem Informasi Portofolio CPD Online Tenaga Kesehatan www.patelki.cpdnakes.org Apa sich CPD? Proses pengembangan keprofesian yang meliputi

Lebih terperinci

LOG BOOK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) DOKTER Edisi II

LOG BOOK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) DOKTER Edisi II LOG BOOK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) DOKTER Edisi II 2015 1 DATA PESERTA PROGRAM P2KB DPU Nama Lengkap (sesuai Ijazah) Tempat / Tanggal Lahir Alamat Handphone Email Data Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN ORGANISASI IKATAN APOTEKER INDONESIA

PERATURAN ORGANISASI IKATAN APOTEKER INDONESIA PERATURAN ORGANISASI SURAT KEPUTUSAN NO: 001 /PO/PP-IAI/V/2010 TENTANG PERATURAN ORGANISASI TENTANG REGISTRASI ANGGOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA PENGURUS PUSAT, Menimbang : 1. Bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan merupakan visi dari Kementerian Kesehatan RI dan telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA PENGURUS PUSAT PPNI JANUARI 2013 KATA PENGANTAR Undang-Undang RI no 36 th 2009 mengamanatkan bahwa Setiap orang mempunyai hak dalam

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 094/ PP.IAI/1418/X/2016

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 094/ PP.IAI/1418/X/2016 SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 094/ PP.IAI/1418/X/2016 Tentang TATA LAKSANA PELAPORAN SKP TAHUNAN PROGRAM RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER DENGAN METODA SATUAN KREDIT

Lebih terperinci

Persyaratan permintaan perpanjangan STR yang diajukan setiap 5 (lima) tahun sekali adalah sebagai berikut:

Persyaratan permintaan perpanjangan STR yang diajukan setiap 5 (lima) tahun sekali adalah sebagai berikut: A. PERSYARATAN RE REGISTRASI Cara mengajukan perpanjangan STR adalah dengan mengirimkan borang penilaian diri (portofolio) yang sudah diisi, dan melampirkan bukti fisik setiap kegiatan pengembangan keprofesian

Lebih terperinci

BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CPD / P2KB)

BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CPD / P2KB) BUKU LOG DAN BORANG PENGISIAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CPD / P2KB) IKATAN AHLI UROLOGI INDONESIA (IAUI) KOMISI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA

PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA 0 PEDOMAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) PERAWAT INDONESIA PENYUSUN Departemen DIKLAT Pengurus Pusat PPNI PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA Sekretariat: Jl. Jaya Mandala Raya No. 15 Patra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting yang dapat menunjang aktivitas kehidupan manusia. Apabila kesehatannya baik maka aktivitas yang dijalankan

Lebih terperinci

Buku Log KEGIATAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM

Buku Log KEGIATAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM Buku Log KEGIATAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM INDONESIA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM (PAPDI) BUKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan setiap umat manusia karena aktivitasnya dapat terhambat apabila kondisi kesehatan tidak baik.

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BUKU I BUKU PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PROFESIONALISME KEDOKTERAN BERKELANJUTAN Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI) Jakarta, April 2008 0 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A)

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A) STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A) Majelis Assosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia I. PENDAHULUAN II. KOMPONEN STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER 1. Visi, Misi dan tujuan 2. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

SOSIALISASI PANDUAN. Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

SOSIALISASI PANDUAN. Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia SOSIALISASI PANDUAN Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia PENGURUS BP2KB PB IDI Periode 2012-2015 DR.Dr.Aida Suriadiredja,Sp.KK (K) FINS-DV

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pola pikir masyarakat semakin berkembang sesuai dengan perkembangan dunia saat ini. Demikian juga dalam hal kesehatan, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sekarang ini, dunia kesehatan semakin berkembang pesat dengan ditemukannya berbagai macam penyakit yang ada di masyarakat dan segala upaya untuk mengatasinya.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TENAGA AHLI KONSTRUKSI (menurut Perlem no 13 tahun 2014)

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TENAGA AHLI KONSTRUKSI (menurut Perlem no 13 tahun 2014) PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TENAGA AHLI KONSTRUKSI (menurut Perlem no 13 tahun 2014) Jimmy Siswanto Juwana Ketua Komite Kerjasama Luar Negeri Lembaga Pengembangan jasa Konstruksi Nasional TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, sedangakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, sedangakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, sedangakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TENAGA AHLI KONSTRUKSI (menurut Perlem no 13 tahun 2014) BAPEL Lembaga Pengembangan jasa Konstruksi Nasional

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TENAGA AHLI KONSTRUKSI (menurut Perlem no 13 tahun 2014) BAPEL Lembaga Pengembangan jasa Konstruksi Nasional PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TENAGA AHLI KONSTRUKSI (menurut Perlem no 13 tahun 2014) BAPEL Lembaga Pengembangan jasa Konstruksi Nasional TUJUAN PKB menjaga terjaminnya pelayanan penyelenggaraan

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN USULAN VERIFIKASI. Kepada Yth. Ketua DPD PPNI Kabupaten/ Kota...

FORMULIR PERMOHONAN USULAN VERIFIKASI. Kepada Yth. Ketua DPD PPNI Kabupaten/ Kota... Lampiran 1 Perihal : Permohonan Verifikasi SKP FORMULIR PERMOHONAN USULAN VERIFIKASI Kepada Yth. Ketua DPD PPNI Kabupaten/ Kota...... Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap (termasuk

Lebih terperinci

MEKANISME REGISTRASI DAN RE- REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

MEKANISME REGISTRASI DAN RE- REGISTRASI TENAGA KESEHATAN MEKANISME REGISTRASI DAN RE- REGISTRASI TENAGA KESEHATAN MAJELIS TENAGA KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA DISAMPAIKAN PADA SEMINAR KEPERAWATAN, DPD PPNI PROVINSI SUMATERA UTARA, MEDAN, 11 FEBRUARI 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakikatnya kesehatan adalah hak dasar yang senantiasa dimiliki oleh setiap manusia, tak terkecuali seluruh rakyat Indonesia. Menurut Undang - Undang Republik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK KODE ETIK APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pada umumnya, mulai memperhatikan kesehatannya dengan cara mengatur pola makan serta berolahraga secara teratur. Kesadaran mengenai pentingnya kesehatan

Lebih terperinci

PEDOMAN RE-SERTIFIKASI APOTEKER Dan PENENTUAN NILAI SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP)

PEDOMAN RE-SERTIFIKASI APOTEKER Dan PENENTUAN NILAI SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) PEDOMAN RE-SERTIFIKASI APOTEKER Dan PENENTUAN NILAI SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) KOMITE FARMASI NASIONAL 2014 Pengantar Puji dan syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi.

Peraturan Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi. Peraturan Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi. Mengapa Perlu peraturan mengenai praktik kefarmasian Perangkat

Lebih terperinci

BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN IDI Cabang :... BORANG UJI-DIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN IKATAN DOKTER INDONESIA WILAYAH BANTEN Sekretariat IDI Wilayah Banten Jln. A. Yani No. 9. Tangerang 15111 Telp.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dan utama dalam kehidupan. Dengan menjaga kesehatan, manusia dapat memenuhi pekerjaan atau aktivitas sehari-hari dengan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup didunia memiliki hak untuk hidup sehat. Kesehatan merupakan suatu keadaan dimana tubuh dan jiwa yang tiap orang miliki mampu melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BUKU ISIAN PELAKSANAAN DAN PENILAIAN KEGIATAN P2KB (BUKU LOG) PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI INDONESIA DAN KOLEGIUM RADIOLOGI INDONESIA

BUKU ISIAN PELAKSANAAN DAN PENILAIAN KEGIATAN P2KB (BUKU LOG) PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI INDONESIA DAN KOLEGIUM RADIOLOGI INDONESIA BUKU ISIAN PELAKSANAAN DAN PENILAIAN KEGIATAN P2KB (BUKU LOG) PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI INDONESIA DAN KOLEGIUM RADIOLOGI INDONESIA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI INDONESIA 2007 KATA

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATACARA RE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER

PEDOMAN DAN TATACARA RE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER PEDOMAN DAN TATACARA RE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA TAHUN 2013 Pengantar Puji dan syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENERBITAN SERTIFIKAT KOMPETENSI DOKTER DAN DOKTER SPESIALIS

KEBIJAKAN PENERBITAN SERTIFIKAT KOMPETENSI DOKTER DAN DOKTER SPESIALIS KEBIJAKAN PENERBITAN SERTIFIKAT KOMPETENSI DOKTER DAN DOKTER SPESIALIS PENDAHULUAN Peraturan perundang-undangan yang mendasari praktek kedokteran di Indonesia antara lain berasal dari: Undang-Undang Praktek

Lebih terperinci

MAKALAH FARMASI SOSIAL

MAKALAH FARMASI SOSIAL MAKALAH FARMASI SOSIAL KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DENGAN ASUHAN KEFARMASIAN DAN KESEHATAN DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 DIANSARI CITRA LINTONG ADE FAZLIANA MANTIKA JURUSAN FARMASI FAKULTASMATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEMBINAAN PRAKTIK KEFARMASIAN DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN IKATAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI DATA BASE DAN PORTOFOLIO CPD ONLINE IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA SUNARTO ANGGOTA MTKI WAKIL IFI

SISTEM INFORMASI DATA BASE DAN PORTOFOLIO CPD ONLINE IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA SUNARTO ANGGOTA MTKI WAKIL IFI SISTEM INFORMASI DATA BASE DAN PORTOFOLIO CPD ONLINE IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA SUNARTO ANGGOTA MTKI WAKIL IFI Pegembangan Sistem Informasi Data Base Anggota IFI Tahun Sistem Jumlah Anggota Jumlah Lulusan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017 TENTANG PENDAFTARAN ANGGOTA IKATAN APOTEKER INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017 TENTANG PENDAFTARAN ANGGOTA IKATAN APOTEKER INDONESIA SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT Nomor : TENTANG PENDAFTARAN ANGGOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA PENGURUS PUSAT Menimbang : a. bahwa tuntutan pengelolaan organisasi profesi senantiasa berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, perlindungan dan diarahkan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI APOTEKER ( SKPA )

PANDUAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI APOTEKER ( SKPA ) PANDUAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI APOTEKER ( SKPA ) PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA JAKARTA 2014 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I. PENDAHULUAN II. MAKSUD DAN TUJUAN III. RUANG LINGKUP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sumber daya manusia yang baik dan berkualitas diperoleh dari tubuh yang sehat. Kesehatan sendiri merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN Andrie Fitriansyah D I S A M PA I K A N PA D A : P E RT E M U A N P E N I N G K ATA N MUTU P E L AYA N A N K E FA R M A S I A N G O R O

Lebih terperinci

BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI

BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN ( P2KB ) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia ( PERKI ) PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

MISI PD IAI JAWA TIMUR

MISI PD IAI JAWA TIMUR VISI PD IAI JAWA TIMUR 2014-2018 v Menjadi organisasi profesi kesehatan yang dipercaya dan dibanggakan anggotanya, dikenal masyarakat Jawa Timur karena citra dan peran yang bermanfaat v Dapat berdampingan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM P2KB

BUKU PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM P2KB BUKU PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM P2KB UNTUK DOKTER SPESIALIS FORENSIK P2KB PERHIMPUNAN DOKTER FORENSIK INDONESIA KATA PENGANTAR Buku ini dibuat untuk menjalankan amanat UUPK bahwa setiap dokter yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang penting dalam pelayanan kesehatan. Cara pelayanan kefarmasian yang baik menyangkut seluruh aspek pelayanan kefarmasian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM. an Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 157); 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Sertifikat Kompetensi Profesi Pengakuan terhadap kompetensi apoteker untuk dapat menjalankan praktik profesi di seluruh Indonesia Sertifikasi

Sertifikat Kompetensi Profesi Pengakuan terhadap kompetensi apoteker untuk dapat menjalankan praktik profesi di seluruh Indonesia Sertifikasi 1 Sertifikat Kompetensi Profesi Pengakuan terhadap kompetensi apoteker untuk dapat menjalankan praktik profesi di seluruh Indonesia Sertifikasi Kompetensi bagi Apoteker hanya dilakukan sekali melalui proses

Lebih terperinci

LOG BOOK. LAPORAN DAN RE-SERTIFIKASI Bidang Distribusi Kefarmasian. Fasilitas : PEDAGANG BESAR FERMASI. Borang ini berisi :

LOG BOOK. LAPORAN DAN RE-SERTIFIKASI Bidang Distribusi Kefarmasian. Fasilitas : PEDAGANG BESAR FERMASI. Borang ini berisi : LOG BOOK LAPORAN DAN RE-SERTIFIKASI Bidang Distribusi Kefarmasian Fasilitas : PEDAGANG BESAR FERMASI Nama Apoteker :.. Nomor Anggota :.. Surel (e-mail) :.. No. Telp./HP :.. Provinsi (Kode) : Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu unsur kesejahteraan dan hak asasi manusia adalah kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang harus dipenuhi karena termasuk kebutuhan pokok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan penting dari setiap manusia. Hidup sehat bukan hanya tujuan dari setiap individu melainkan juga tanggung jawab dan tujuan dari setiap

Lebih terperinci

IKATAN APOTEKER INDONESIA

IKATAN APOTEKER INDONESIA SURAT KEPUTUSAN PENGURUS DAERAH JAWA TIMUR NOMOR: Kep-058/PD IAI/Jawa Timur/VIII/2015 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PERMOHONAN PENILAIAN SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) DI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

PEDOMAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT

PEDOMAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT PEDOMAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT PENGURUS PUSAT IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 2017 0 PASAL 1 PENDAHULUAN Tenaga kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

RE-REGISTRASI STR BIDAN

RE-REGISTRASI STR BIDAN RE-REGISTRASI STR BIDAN Netti Herlina Ketua PD Ikatan Bidan Indonesia Prov. Jatim Jl.Kutisari Indah Utara 2/2 Surabaya Email: pd_ibijatim@yahoo.com www.ibijatim.com Latar belakang 1.Undang-undang RI nomor

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Satuan Kredit Profesi (SKP) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) PENDAHULUAN

Satuan Kredit Profesi (SKP) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) PENDAHULUAN Satuan Kredit Profesi (SKP) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) PENDAHULUAN Perlu disadari bahwa perangkat organisasi harus lengkap sehingga bisa memenuhi kebutuhan anggota dalam menghadapi

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002 / PP.IAI/1418/IX/2016

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002 / PP.IAI/1418/IX/2016 SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002 / PP.IAI/1418/IX/2016 PERATURAN ORGANISASI TENTANG REKOMENDASI SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PENGURUS

Lebih terperinci

IKATAN APOTEKER INDONESIA

IKATAN APOTEKER INDONESIA FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI IJIN PRAKTIK KERJA IKATAN APOTEKER INDONESIA (isi dengan huruf kapital) Kepada Yth. Ketua PC IAI Badung Untuk Permohonan Sebagai Apoteker di Industri Farmasi & Pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan

Lebih terperinci

TEKNIS PELAKSANAAN RESERTIFIKASI DAN SKP

TEKNIS PELAKSANAAN RESERTIFIKASI DAN SKP TEKNIS PELAKSANAAN RESERTIFIKASI DAN SKP LOG BOOK adalah buku/dokumen yang berisi rangkuman tertulis yang disampaikan oleh Apoteker guna memenuhi ketentuan Re- Sertifikasi. Isi Log Book : Borang Registrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, pembangunan dalam bidang kesehatan memiliki peran yang penting. Kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik bagi dirinya. Pengertian kesehatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern, menyebabkan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kesehatan,

Lebih terperinci

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 157). 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 51/PRT/M/2015 tentang Tata Cara Pemilihan Pengurus,

Lebih terperinci