ANALISIS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA OLAHRAGA KOTA BANJARBARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA OLAHRAGA KOTA BANJARBARU"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA OLAHRAGA KOTA BANJARBARU Tamjiddin ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini dan untuk mengetahui pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru agar sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari Untuk melakukan analisis terhadap pengenaan PPh Pasal 21 pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru, maka penulis menggunakan alat analisis deskriptif, yaitu metode analisis dengan cara membandingkan penyajian data yang berasal dari masalah yang dihadapi pihak kedinasan, dari masalah-masalah itu dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan yang didasarkan pada teori-teori yang ada yaitu peraturan Undang- Undang Perpajakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini dapat dikatakan belum berhasil guna dan tepat guna, karena pihak Kedinasan masih menggunakan dan mengacu perhitungan pada ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang lama yaitu UU No. 36 Tahun 2008 sedangkan yang terbaru adalah PMK No. 162 Tahun 2013, dimana terjadi perubahan amandemen dari Menteri Keuangan terhadap perhitungan PTKP. Terdapat selisih atau salah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru pada tahun 2012 dan perhitungan sampai bulan Juni Kesalahan perhitungan terjadi karena kesalahan penggunaan dasar Undang Undang. Kata Kunci : Gaji PNS, PPh Pasal 21 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Amandemen atas Undang- Undang Pajak Penghasilan (PPh) yang baru kini sudah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Beberapa tarif pajak dipotong, sehingga diperkirakan potensi kehilangan pajaknya mencapai Rp. 40 Triliun. Wajib pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) akan dikenakan pajak yang lebih tinggi. Pokok-pokok pikiran dalam UU PPh yang baru disahkan oleh DPR, di gedung DPR, Senayan, Jakarta pada tanggal 2 September 2008 dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga yang relatif lebih rendah, meningkatkan daya saing dalam negeri, mengurangi beban pajak dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (WP). Menurut Hilariu (2005 : 25) menjelaskan bahwa pajak yang 272

2 273 dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Pengenaan pajak dilakukan terhadap penghasilan yang diterima secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarim anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiunan, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun dengan mekanisme gaji bruto yang didapat oleh yang bersangkutan. Pencairan gaji yang termuat terkhusus untuk gaji pegawai negeri sipil yang bekerja bagi Pemerintah Daerah. Langkah pencairan tidaklah mudah, karena diatur oleh Peraturan Daerah. Mekanisme pencairan yang tidak mudah ini perlu disosialisasikan pada masyarakat luas. Untuk itu, penulis memaparkan mekanisme atas pencairan gaji pegawai negeri sipil sesuai dengan Peraturan yang telah disusun Pemerintah Daerah. Pemaparan yang dijelaskan merupakan hasil dari pengamatan atas kegiatan pencairan gaji yang selama ini terjadi. Pencairan gaji pegawai negeri sipil melibatkan pihak penting yang terkait. Pihak tersebut yang nantinya akan melaksanakan anggaran dan bertanggung jawab atas cairnya anggaran. Pihak yang terkait harus menjalankan tugas yang diberikan sesuai yang diatur oleh Peraturan Daerah. Meski tidak semua pegawai negeri sipil dapat mencairkan anggaran gaji tapi bukan berarti pihak yang terlibat dalam pencairan gaji sedikit. Dalam pembahasan akan dijelaskan pihak- pihak yang terkait dalam pencairan gaji pegawai negeri sipil. Pembahasan memaparkan pihak yang terkait dan tugas yang selama ini telah dilakukan apakah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pihak yang terkait dirasa perlu dipaparkan untuk mengetahui lebih jauh peran setiap pihak dalam proses pencairan gaji pegawai negeri sipil. Bukan hanya pihak yang terkait dan mekanisme pencairan gaji yang diatur oleh Pemerintah Daerah tetapi juga dokumen yang digunakan. Dokumen yang digunakan merupakan syarat syarat tertulis yang harus dipenuhi dan diajukan untuk dapat mencairkan anggaran. Dokumen tersebut memuat surat dari awal permintaan anggaran sampai dokumen yang menunjukkan perintah untuk mencairkan dana pada bank yang ditunjuk. Dokumen untuk mencairkan anggaran terdiri dari beberapa surat, dan surat tersebut tidaklah sedikit, untuk itu perlu adanya suatu pembahasan untuk menunjukkan surat surat yang diperlukan dalam proses cairnya anggaran gaji. Pembahasan tersebut akan menjelaskan dokumen yang harus dipenuhi di dalam proses pencairan gaji berlandaskan atas pengamatan yang dilakukan pada proses pencairan gaji pegawai negeri sipil. Gaji atas Pegawai negeri sipil yang sudah cair juga terutang pajak penghasilan pasal 21. Pajak yang terutang tersebut harus disetorkan ke kas Negara. Penyetoran pajak penghasilan menggunakan dokumen yang diperlukan untuk diserahkan ke kantor pajak. Dalam penyetoran

3 274 pajak penghasilan atas gaji pegawai negeri sipil terdapat mekanisme yang harus ditaati. Perlu adanya pembahasan yang menunjukkan mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai negeri sipil yang selama ini terjadi apakah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pembahasan yang dilakukan atas dasar kegiatan prosedur dan pengenaan penggajian yang selama ini terjadi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru. Berdasar latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengambil judul penelitian Analisis Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimanakah pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini? 2. Bagaimanakah pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru agar sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini. 2. Mengetahui pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru agar sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini ditinjau dari aspek akademis, aspek pengembangan ilmu pengetahuan dan aspek praktis adalah : 1. Aspek Akademis Penulis berharap penelitian yang telah disusun ini dapat bermanfaat mengenai pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai Negeri Sipil yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar atau informasi untuk menambah wawasan dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. 2. Aspek Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai dasar sumber informasi bagi penelitian yang akan datang, serta dapat dijadikan untuk membandingkan antara teori yang satu dengan teori yang lain selama perkuliahan dan dapat mengembangkan daya fikir yang sistematis. 3. Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk mengambil keputusan yang objektif dalam usahanya untuk menanggulangi masalah yang terkait dengan pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji

4 275 pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan perpajakan. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pajak Menurut Smeets seperti yang dikutip oleh Suandy (2007 : 8) mendefinisikan pajak sebagai prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Munawir (2009 : 23) yang mengutip pernyataan Soemitro mendefinisikan pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang Undang dengan tidak mendapatkan jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak yaitu iuran kepada kas Negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan - peraturan, dengan tidak mndapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Pudyatmoko, 2007 : 12). Beberapa definisi pajak diatas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian pajak sesuai dengan karakteristik pajak yaitu pajak merupakan iuran pada Negara yang dipungut oleh pemerintah berdasar peraturan perundang undangan yang dapat dipaksakan, tanpa mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah. Sistem Pemungutan Pajak Sistem Pemungutan Pajak dapat dibagi menjadi : a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. b. Self Assessment System Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dam melaporkan sendiri besarnya pajak terutang. c. Withholding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga, bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pajak Penghasilan Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan pajak penghasilan, tepatnya dalam pendahuluan. Pernyataan SAK No adalah sebagai berikut : Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan. PPh dipungut berdasarkan UU Republik Indonesia Tahun 1983 tentang PPh yang selanjutnya mengalami beberapa kali amandemen karena disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Perubahan pertama, dimuat dalam UU RI No. 7 Tahun 1991, yang selanjutnya UU RI No. 10 Tahun 1994, UU RI No. 17 Tahun 2000, UU RI No. 36 Tahun 2008 dan yang terakhir adalah PMK Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013.

5 276 Pajak Penghasilan Pasal 21 a. Dasar Hukum 1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. 3. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang nomor 7 tahun Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1991 tentang perubahan atas Undang Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 5. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. b. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 Subjek Pajak Penghasilan pasal 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan pasal 21, yang terdiri dari : 1. Pegawai (termasuk pegawai negeri sipil, pegawai tetap dan pegawai lepas yang memperoleh penghasilan dari pemberi kerja secara berkala). 2. Penerima pensiun. 3. Penerima honorarium. 4. Penerima upah. 5. Orang pribadi yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dari pemotong pajak. c. Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan Pasal Kantor perwakilan negara asing. 2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersamasama mereka dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. 3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota. 4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. d. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk

6 Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya. 2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. 3. Laba usaha. 4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. 5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak. 6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. 7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun. 8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak. 9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. 11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing. 13. Penghasilan lain yang diatur dalam Undang Undang. e. Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan Pasal Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat, harta hibahan yang ketentuannya diatur Peraturan Menteri Keuangan. 2. Warisan. 3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b. 4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit). 5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi. 6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah. 7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai. 8. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif. 9. Dan yang lainnya sesuai Undang- Undang. f. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai. 2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. 3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang

7 278 pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun. 4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas. 5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan. g. Pengurangan Yang Diperbolehkan 1. Dasar pengenaan PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan adalah Penghasilan Kena Pajak. 2. Besarnya Penghasilan neto bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau Anggota POLRI ditentukan berdasarkan jumlah seluruh penghasilan tetap dan teratur setiap bulan dikurangi dengan : a) biaya jabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang biaya jabatan; dan b) iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau Anggota POLRI kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. 3. Besarnya penghasilan neto sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bagi pensiunan ditentukan berdasarkan seluruh penghasilan tetap dan teratur setiap bulan dikurangi dengan biaya pensiun sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang biaya pensiun. 4. Besarnya Penghasilan Kena Pajak ditentukan berdasarkan penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak. a) Rp ,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi. b) Rp ,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin. c) Rp ,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami. d) Rp ,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. i. Tarif Pajak Yang Diterapkan Atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Adapun tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri dapat dilihat pada tabel berikut :

8 279 Tabel 1 Tarif pajak No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak 1 Sampai dengan Rp ,- 5% 2 Diatas Rp ,- s/d Rp. 15% ,- 3 Diatas Rp ,- s/d Rp. 25% ,- 4 Diatas Rp ,- 30% Sumber : Dirjen Pajak, 2013 PPh Pasal 21 Tahun 2013 Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, dan Pensiunannya Atas Penghasilan Yang Menjadi Beban APBN dan APBD a. Penghitungan PPh Pasal 21 Untuk Penghasilan Tetap dan Teratur Setiap Bulan Penghitungan PPh Pasal 21 untuk penghasilan tetap dan teratur setiap bulan dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT masa PPh Pasal 21, selain masa pajak Desember atau masa pajak terakhir, 2. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian 1721 A2 dan pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang untuk masa pajak Desember atau masa pajak terakhir. Penghitungan pada masa pajak Desember dilakukan bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, POLRI yang bekerja sampai akhir tahun takwim dan bagi pensiunan yang menerima penghasilan pensiun sampai akhir tahun takwim. Penghitungan masa atau bulanan selain masa pajak Desember atau masa pajak penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI dan Anggota POLRI meliputi 1. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan terlebih dahulu dihitung seluruh penghasilan bruto yang diterima selama sebulan yang meliputi seluruh gaji dan tunjangan, 2. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan netto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan dan iuran pensiun, 3. Selanjutnya dihitung penghasilan netto setahun yaitu jumlah penghasilan netto sebulan dikalikan 12 bulan, 4. Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau anggota POLRI mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan netto setahun dihitung dengan mengalikan penghasilan netto sebulan dengan banyaknya bulan sejak Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, maupun Anggota POLRI mulai bekerja sampai dengan bulan Desember, 5. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak yaitu sebesar penghasilan netto setahun sebagaimana dimaksud pada angka 3 atau 4 dikurangi dengan PTKP, 6. Penghasilan PPh Pasal 21 terutang atas perkiraan penghasilan setahun dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 UU PPh terhadap PKP, 7. Selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh Pemerintah sebulan, yaitu : a) Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan sebagaimana angka 3 dibagi dengan 12, b) Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 4 dibagi banyaknya bulan yang

9 280 menjadi faktor pengali sebagaimana dimaksud pada angka 4. Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Pensiunan meliputi : 1. Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan penerima pensiun pada tahun pertama pensiun adalah sebagai berikut : a) Terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, kemudian dikalikan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan pensiun sampai dengan bulan Desember, b) Selanjutnya penghasilan netto pensiun sebagaimana huruf a) ditambah dengan penghasilan netto dalam tahun yang bersangkutan yang diterima sebelum Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau Anggota POLRI pensiun sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun, c) Untuk menghitung PKP, jumlah penghasilan pada huruf b) tersebut dikurangi dengan PTKP dan selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap PKP tersebut, d) PPh Pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan dihitung dengan cara mengurangi PPh Pasal 21 dalam huruf c) dengan PPh Pasal 21 yang terutang dari Bendahara sebelum Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, maupun Anggota POLRI pensiun sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun, e) PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh Pemerintah sebulan adalah sebesar PPh Pasal 21 seperti tersebut dalam huruf d) dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana dimaksud dalam huruf a). 2. Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang diterima pensiun pada tahun kedua dan seterusnya adalah sebagai berikut : a) Terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, b) Selanjutnya dihitung perkiraan penghasilan netto setahun yaitu jumlah penghasilan netto sebulan dikalikan 12, c) Untuk menghitung PKP jumlah penghasilan pada huruf b) tersebut dikurangi dengan PTKP dan selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap PKP tersebut, d) Selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan yang ditanggung Pemerintah yaitu sebesar jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf c) dibagi dengan 12. Apabila kepada Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI maupun Anggota POLRI dan pensiunan diberikan gaji, uang pensiun dan tunjangan ke 13 atau rapel gaji

10 281 dan atau tunjangan maka PPh Pasal 21 dihitung dengan cara sebagai berikut : 1. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang disetahunkan ditambah dengan penghasilan berupa gaji uang pensiun dan tunjangan ke 13 (ketiga belas). 2. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang disetahunkan tanpa gaji dan tunjangan ke 13 (ketiga belas) atau uang pensiun dan tunjangan ke 13 (ketiga belas). 3. Selisih antara PPh Pasal 21 menurut perhitungan angka 1 dan angka 2 adalah PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa gaji dan tunjangan ke 13 (ketiga belas) atau uang pensiun dan tunjangan ke 13 (ketiga belas). 4. Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI maupun Anggota POLRI dan Pensiunan baru mulai bekerja atau pensiun setelah bulan Januari maka PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan ke 13 (ketiga belas) atau uang pensiun dan tunjangan ke 13 (ketiga belas) tersebut dihitung dengan cara sebagaimana angka 1 sampai dengan angka 3 dengan memperhatikan ketentuan mengenai perhitungan PPh Pasal 21 bulanan atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan. 5. Apabila kepada Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI maupun Anggota POLRI dan Pensiunan dibayar (rapel gaji), maka PPh Pasal 21 dihitung dan dipotong dengan cara sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai angka 3. Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat teratur dan tetap setiap bulan yang pembayarannya terpisah dan pembayaran gaji kepada seorang Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI maupun Anggota POLRI baik karena ditugaskan pada Satuan Kerja lain atau adanya tambahan tunjangan tertentu, maka PPh Pasal 21 dihitung dengan cara sebagai berikut : 1. Bendahara yang membayarkan gaji pokok melakukan perhitungan PPh Pasal Bendahara yang membayarkan tambahan penghasilan tetap dan teratur setiap bulan melakukan perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut : a) Dihitung PPh Pasal 21 atas keseluruhan penghasilan tetap dan teratur yang diterima setiap bulan yang disetahunkan maupun atas tambahan penghasilan. b) PPh Pasal 21 yang terutang atas tambahan penghasilan yang bersifat tetap dan teratur setiap bulan adalah sebesar selisih antara PPh Pasal 21 dihitung yang disetahunkan dan tambahan penghasilan. Penghitungan PPh Pasal 21 selain penghasilan gaji tetap dan teratur setiap bulan berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun meliputi : 1. PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif PPh Final atas jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran, 2. Tarif PPh Final diterapkan dengan memperhatikan golongan dari PNS dan golongan pangkat bagi anggota TNI dan anggota POLRI, 3. Dalam hal jumlah penghasilan bruto atas honorarium atau imbalan lain sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak dapat dipisahkan dari jumlah pembayaran lainnya sehubungan

11 282 dengan pembayaran yang bersifat lump sum maka besarnya penghasilan bruto yang menjadi dasar penerapan tarif PPh Final adalah sebesar jumlah seluruh pembayaran lump sum tersebut. PPh Pasal 21 Untuk PNS Semua Golongan / Pangkat PPh Final Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang bersifat final adalah sebagai berikut : a. Uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan Tunjangan Hari Tua atau Tabungan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara Jamsostek, b. Uang pesangon, c. Hadiah atau penghargaan perlombaan, d. Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi, e. Tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun yang menjadi beban APBN atau APBD 1. Sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya; 2. Sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya; 3. Sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bagi Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013 Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap besarnya bagian penghasilan pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 206/PMK.011/2012 tertanggal 17 Desember 2012 sebagai pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 254/PMK.03/2008. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Tahun 2013 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.011/2012 tanggal 22 Oktober 2012 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.011/2012, maka besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2012 berubah menjadi sebagai berikut : 1. Rp ,00 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; 2. Rp ,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; 3. Rp ,00 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami; 4. Rp ,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga; Ketentuan penyesuaian besarnya PTKP tersebut berlaku mulai tanggal 1 Januari Berikut tabel perbandingan PTKP berdasarkan PMK Nomor

12 283 Status 162/PMK.011/2012 dengan sebelumnya : Tabel 2 Perbandingan PTKP No. 254/PMK.03/2008 No. 162/PMK.011/2012 Lama Baru Baru/bln TK/0 15,840,000 24,300,000 2,025,000 K/0 17,160,000 26,325, K/1 18,480,000 28,350, K/2 19,800,000 30,375, K/3 21,120,000 32,400, K/I/3 36,960,000 56,700, Sumber : Dirjen Pajak, 2013 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Riset Kepustakaan (Library Research) Yaitu metode yang digunakan untuk mencari data yang bersifat sekunder, biasanya data yang berasal dari luar Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru. Data ini diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, menelaah dan menganalisis sumber pustaka yang relevan berhubungan dengan masalah yang diteliti guna memperoleh tinjauan pustaka yang dapat dijadikan panduan dalam penulisan ini seperti penelitian terdahulu, Undang-Undang Perpajakan dan pendapat para ahli. 2. Riset Lapangan (Field Research) Riset lapangan ini menggunakan teknik pengumpulan yang menggunakan 3 (tiga) bagian sebagai berikut : a. Pengamatan Pengamatan ini dilakukan langsung di lokasi penelitian untuk mendapat informasi yang sebenarnya yang dibutuhkan tentang permasalahan yang diangkat. b. Wawancara Penulis melakukan pengumpulan data dengan mewawancarai setiap pihak yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat untuk mendapat informasi yang lebih akurat. c. Dokumentasi Dokumen yang dijadikan sumber informasi bagi penulis adalah dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat penulis. Dokumen tersebut dapat berupa catatan, arsip serta perundang undangan dan dokumen lain yang mendukung pencarian informasi yang diperoleh dari objek penelitian. Teknik Analisa Data Metode analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis deskriptif. Metode ini merupakan penyajian data yang berasal dari masalah yang dihadapi perusahaan, dari masalahmasalah itu dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan yang didasarkan pada teori-teori yang ada yaitu peraturan Undang-Undang Perpajakan. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru yang beralamatkan di Jalan Basuki Rahmat No. 03 Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Sejarah Singkat Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru

13 284 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah memberikan kewenangan yang luas untuk membuka peluang bagi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru dalam menetapkan kebijakankebijakan untuk meningkatkan jasa pelayanan kepada masyarakat. Pembangunan di sektor kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru ini dilakukan melalui upaya pemikiran dengan suatu visi dan misi yang nantinya dapat mengantisipasi tantangan berat yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah pada umumnya dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga pada khususnya. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru Suatu organisasi bisnis baik pemerintahan maupun swasta memiliki visi dan misi sebagai acuan untuk menjalankan fungsi dan tugasnya agar tujuannya tercapai. Visi merupakan suatu pandangan perusahaan yang jauh ke depan yaitu kemana organisasi tersebut akan dibawa dan dikembangkan agar dapat mempertahankan eksistensinya. Sebuah visi dapat menjadi motivasi suatu organisasi untuk selalu inovatif dan kreatif. Misi merupakan rumusan umum yang bersifat lebih luas dan bersifat jangka panjang mengenai maksud dan sifat dari sebuah organisasi. Misi mengandung filosofi bisnis, mensyaratkan citra yang ingin dipancarkan serta mencerminkan konsep diri perusahaan. Misi juga merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Mengacu pada tugas pokok dan fungsinya serta dapat menentukan arah dan tujuan organisasi agar dapat menentukan arah dan tujuan organisasi agar dapat konsisten dan eksis, maka visi dan misi dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru adalah sebagai berikut : a. Visi Terdepan Dalam Budaya, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga. b. Misi Meningkatkan Prestasi dan Daya Saing di Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga. Hasil Penelitian a. Daftar Pegawai PNS Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru dan Golongan/Pangkat Pegawai adalah makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi setiap organisasi. Mereka menjadi perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi. Pegawai ini menjadi pelaku yang menunjang tercapainya tujuan, mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikap-sikapnya terhadap pekerjaannya. Berikut ini disajikan tabel jumlah PNS, golongan/pangkat dan penghasilan pegawai Negeri Sipil Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Juni 2013.

14 285 Tabel 4.1 Daftar Pangkat, Golongan dan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru No. Pangkat Golongan Status Gaji Pokok Tunj. Istri/Suami Tunj. Anak Tunj. Struktural Tunj. Beras Tunj. Lain Total 1 Pembina Tk I IV/b K/2 3,782, ,290-2,025, ,100-6,302,290 2 Pembina Tk I IV/b K/3 4,151, ,170 83,034 1,260, ,150 6,084,054 3 Pembina IV/a K/3 3,743, , ,743 1,260, ,200 5,760,013 4 Pembina IV/a K/3 3,983, , , , ,200 5,753,162 5 Pembina IV/a K/3 3,629, ,940 72, , ,150 5,219,158 6 Pembina IV/a K/3 3,861, , , , ,200 5,174,424 7 Pembina IV/a K/3 3,518, ,860 70, , ,150 4,654,982 8 Penata Tk I III/d K/3 3,482, ,210 69, , ,150 4,614,102 9 Penata Tk I III/d K/3 3,482, ,210 69, , ,150 4,614, Penata Tk I III/d K/3 3,272, ,270 65, , ,150 4,379, Penata Tk I III/d K/3 3,075, , , , ,200 4,278, Penata III/c K/3 2,688, , , , ,000 3,482, Penata Muda Tk I III/b K/2 2,661,100-53, , ,100 3,370, Penata Muda Tk I III/b K/3 3,306, , , , ,000 4,186, Penata Muda Tk I III/b K/1 3,205, , ,000 3,448, Penata Muda Tk I III/b K/1 3,205, ,000 58,050 3,528, Penata Muda Tk I III/b K/1 2,920, , ,000 3,163, Penata Muda Tk I III/b K/1 2,661, , ,000 2,904, Penata Muda Tk I III/b K/1 2,661, , ,000 2,904, Penata Muda Tk I III/b K/3 2,501, ,100 50, , ,000 3,160, Penata Muda Tk I III/b K/3 2,424, ,170 96, , ,000 3,181, Penata Muda III/a K/1 2,475, , ,000 2,718, Penata Muda III/a K/3 2,399, ,950 47, , ,000 3,046,590

15 Penata Muda III/a K/1 2,326, , ,000 2,569, Penata Muda III/a K/1 2,255, , ,000 2,493, Pengatur II/c K/3 2,012, ,250 40, , ,000 2,608, Pengatur II/c K/0 2,012, , ,000 2,250, Pengatur II/c K/0 2,012, , ,000 2,250, Pengatur Muda Tk I II/b K/0 2,552, , ,000 2,790, Pengatur Muda Tk I II/b K/0 2,185, , ,000 2,423, Pengatur Muda Tk I II/b K/3 2,119, ,910 84, , ,000 2,827, Pengatur Muda Tk I II/b K/3 2,119,100-84, , ,000 2,558, Pengatur Muda Tk I II/b K/1 2,054, , ,000 2,292,450 Sumber : Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru

16 287 Pembahasan 1. Pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini Pengenaan PPh Pasal 21 atas gaji PNS dan dokumen yang dibutuhkan untuk penyetoran pajak penghasilan pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Menghitung dan memotong PPh Pasal Dasar penghitungan PPh Pasal 21 adalah penghasilan dan tunjangan-tunjangan yang sebenarnya diterima atau diperoleh oleh pegawai. 2. Gaji tersebut kemudian dikurangkan dengan biaya jabatan dan PTKP yang kemudian menghasilkan penghasilan netto 3. Untuk menghitung PPh Pasal 21 yang terutang yaitu dengan mengalikan penghasilan netto dengan tarif pengenaan PPh Pasal 21 b. Menyetorkan PPh Pasal 21 atas pegawai 1. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru mendaftarkan diri sebagai pemotong pajak ke KPP di Banjarbaru 2. Penyetoran PPh Pasal 21 dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang diisi sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan pemotong pajak c. Pemotong pajak memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 kepada pegawai 3. Melaporkan surat pemberitahuan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru sebagai pemotong pajak wajib melaporkan Surat Pemberitahuan tahunan PPh Pasal 21 beserta lampirannya, SSP dan perhitungan PPh Pasal 21 yang terutang ke KKP di Banjarbaru. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yaitu pengurangan pajak yang besarnya ditentukan berdasarkan status. Besarnya PTKP kena pajak yang dipakai dalam pengisian SPT Masa/Tahunan wajib pajak PPh Pasal 21 dan SPT Tahunan Orang Pribadi pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru adalah sebagai berikut : Tabel 2 Pengenaan PTKP No. PTKP Nominal 1 TK/0 Rp ,00 2 K/0 Rp ,00 3 K/1 Rp ,00 4 K/2 Rp ,00 5 K/3 Rp ,00 6 K/1/0 Rp ,00 Sumber Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru 2.Pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru agar sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162

17 288 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013 Mekanisme pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 Atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru sudah sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013 namun dasar perhitungannya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku sekarang yaitu Penghasilan Tidak Kena Pajak. Adapun Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2013 adalah sebagai berikut : Atas dasar ketentuan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2013 tersebut, maka perhitungan PPh Pasal 21 yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013 pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru adalah sebagai berikut : Tabel 3 Penghasilan Tidak Kena Pajak Menurut PMK No. 162 Tahun 2013 No. PTKP Nominal 1 TK/0 Rp K/0 Rp K/1 Rp K/2 Rp K/3 Rp K/I/3 Rp Sumber : Dirjen Pajak, 2013

18 Tabel 4 Perhitungan PPh Pasal 21 (Yang Disarankan) Terhitung 01 Januari s/d 31 Desember 2012 Biaya Jabatan Iuran Pensiun Pengh. Netto Setahun PKP PPh 21 Terutang No. Pangkat Golongan Status Total (4,75% x gaji PTKP (i - j) (5% x total) pokok) (e-f-g) (h x 12) (k x 5%) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) 1 Pembina Tk I IV/b K/2 6,271, , ,645 5,769,081 69,228,966 19,800,000 49,428, ,954 2 Pembina Tk I IV/b K/3 5,953, , ,585 5,452,816 65,433,796 21,120,000 44,313, ,641 3 Pembina IV/a K/3 5,629, , ,185 5,165,377 61,984,528 21,120,000 40,864, ,269 4 Pembina IV/a K/3 5,622, , ,165 5,146,889 61,762,667 21,120,000 40,642, ,344 5 Pembina IV/a K/3 5,109, , ,470 4,677,230 56,126,761 21,120,000 35,006, ,862 6 Pembina IV/a K/3 5,073, , ,080 4,631,673 55,580,074 21,120,000 34,460, ,584 7 Pembina IV/a K/3 4,554, , ,930 4,156,303 49,875,635 21,120,000 28,755, ,815 8 Penata Tk I III/d K/3 4,514, , ,105 4,119,292 49,431,503 21,120,000 28,311, ,965 9 Penata Tk I III/d K/3 4,514, , ,105 4,119,292 49,431,503 21,120,000 28,311, , Penata Tk I III/d K/3 4,279, , ,635 3,906,960 46,883,524 21,120,000 25,763, , Penata Tk I III/d K/3 4,267, , ,295 3,901,187 46,814,246 21,120,000 25,694, , Penata III/c K/3 3,581, , ,445 3,263,043 39,156,512 21,120,000 18,036,512 75, Penata Muda Tk I III/b K/2 3,270, , ,055 2,978,846 35,746,151 19,800,000 15,946,151 66, Penata Muda Tk I III/b K/3 4,085, , ,310 3,720,695 44,648,335 21,120,000 23,528,335 98, Penata Muda Tk I III/b K/1 3,348, , ,260 3,025,578 36,306,930 18,480,000 17,826,930 74, Penata Muda Tk I III/b K/1 3,428, , ,260 3,101,578 37,218,930 18,480,000 18,738,930 78, Penata Muda Tk I III/b K/1 3,063, , ,025 2,769,348 33,232,170 18,480,000 14,752,170 61, Penata Muda Tk I III/b K/1 2,804, , ,055 2,535,888 30,430,650 18,480,000 11,950,650 49, Penata Muda Tk I III/b K/1 2,804, , ,055 2,535,888 30,430,650 18,480,000 11,950,650 49, Penata Muda Tk I III/b K/3 3,060, , ,050 2,787,207 33,446,478 21,120,000 12,326,478 51,360 Sumber : Data Diolah 289

19 290 Tabel 4.7 Perhitungan PPh Pasal 21 (Yang Disarankan) Terhitung 01 Januari s/d 30 Juni 2013 No. Pangkat Golongan Status Total Biaya Jabatan Iuran Pensiun Pengh. Netto Setahun (5% x total) (5% x gaji pokok) (e-f-g) (h x 12) PTKP PKP (i - j) PPh 21 Terutang (k x 5%) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) 1 Pembina Tk I IV/b K/2 6,302, , ,145 5,798,031 69,576,366 30,375,000 39,201, ,678 2 Pembina Tk I IV/b K/3 6,084, , ,585 5,572,266 66,867,196 32,400,000 34,467, ,227 3 Pembina IV/a K/3 5,760, , ,185 5,284,827 63,417,928 32,400,000 31,017, ,483 4 Pembina IV/a K/3 5,753, , ,165 5,266,339 63,196,067 32,400,000 30,796, ,634 5 Pembina IV/a K/3 5,219, , ,470 4,776,730 57,320,761 32,400,000 24,920, ,673 6 Pembina IV/a K/3 5,174, , ,080 4,722,623 56,671,474 32,400,000 24,271, ,262 7 Pembina IV/a K/3 4,654, , ,930 4,246,303 50,955,635 32,400,000 18,555, ,630 8 Penata Tk I III/d K/3 4,614, , ,105 4,209,292 50,511,503 32,400,000 18,111, ,929 9 Penata Tk I III/d K/3 4,614, , ,105 4,209,292 50,511,503 32,400,000 18,111, , Penata Tk I III/d K/3 4,379, , ,635 3,996,960 47,963,524 32,400,000 15,563, , Penata Tk I III/d K/3 4,278, , ,795 3,911,137 46,933,646 32,400,000 14,533, , Penata III/c K/3 3,482, , ,445 3,173,993 38,087,912 32,400,000 5,687,912 47, Penata Muda Tk I III/b K/2 3,370, , ,055 3,068,846 36,826,151 30,375,000 6,451,151 53, Penata Muda Tk I III/b K/3 4,186, , ,310 3,811,645 45,739,735 32,400,000 13,339, , Penata Muda Tk I III/b K/1 3,448, , ,260 3,115,578 37,386,930 28,350,000 9,036,930 75, Penata Muda Tk I III/b K/1 3,528, , ,260 3,191,578 38,298,930 28,350,000 9,948,930 82, Penata Muda Tk I III/b K/1 3,163, , ,025 2,859,348 34,312,170 28,350,000 5,962,170 49, Penata Muda Tk I III/b K/1 2,904, , ,055 2,625,888 31,510,650 28,350,000 3,160,650 26, Penata Muda Tk I III/b K/1 2,904, , ,055 2,625,888 31,510,650 28,350,000 3,160,650 26, Penata Muda Tk I III/b K/3 3,160, , ,050 2,877,207 34,526,478 32,400,000 2,126,478 17,721 Sumber : Data Diolah

20 291 No Pangkat Penelitian dan perbandingan perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai telah dilakukan. Berikut disajikan tabel rekapitulasi perbandingan hasil perhitungan pajak yang dilakukan oleh Dinas dan Penulis untuk lebih mudah melihat perbedaan yang terjadi. Tahun 2012 Tabel 4.8 Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 berdasar Penghitungan Kedinasan dan Perhitungan Penulis Kedinasan Jan s/d Juni 2013 Tahun 2012 Penulis Jan s/d Juni 2013 Selisih (Lebih Bayar) Tahun Jan s/d 2012 Juni Pembina Tk I Pembina Tk I Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Penata Tk I Penata Tk I Penata Tk I Penata Tk I Penata Penata Muda Tk I Penata Muda Tk I Penata Muda Tk I Penata Muda Tk I Penata Muda Tk I Penata Muda Tk I Penata Muda Tk I Penata Muda Tk I Jumlah Sumber : Diolah Penulis Dari perhitungan yang penulis lakukan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru sejumlah 20 orang pegawai (dijadikan contoh) mengalami salah hitung Pajak Penghasilan Pasal 21. Kesalahan penghitungan oleh pihak Dinas menyebabkan jumlah Pajak Penghasilan yang disetor ke Kantor Pajak terjadi Lebih Bayar. Selisih tersebut terjadi dikarenakan penggunaan dasar Undang Undang yang berbeda antara penulis dan pihak Kedinasan. Data yang dijadikan dasar penghitungan diatas adalah data gaji para pegawai pada tahun 2012 dan sampai bulan Juni Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan yang baru yaitu PMK No. 162 Tahun 2013 seharusnya berlaku mulai 1 Januari 2013 akan tetapi pada Januari 2013 pihak Kedinasan tetap melakukan penggenaan Pajak Penghasilan yang lama yaitu berdasar Undang- Undang No. 17 tahun 2000 dan No. 46 Tahun 2008, hal itulah penyebab dari kesalahan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai. Perbedaan antara Undang Undang No 17 Tahun 2000 dan Undang Undang No 36 Tahun 2008 serta PMK No. 162 Tahun 2013 terletak pada Penghasilan Tidak Kena Pajak. a. Menurut Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarbaru menggunakan ketentuan Perpajakan yang lama, yaitu: Berdasar Undang No 36 Tahun 2008 PTKP : WP Pribadi Rp WP Menikah Rp WP Tanggungan (3) Rp masing-masing tanggungan b. Menurut penulis menggunakan ketentuan Perpajakan yang terbaru, yaitu: Berdasar PMK No. 162 Tahun 2013 PTKP : WP Pribadi Rp WP Menikah Rp WP Tanggungan (3) Rp masing-masing tanggungan Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: 1. Pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru selama ini dapat dikatakan tepat guna, karena pihak Kedinasan masih menggunakan dan mengacu perhitungan pada ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang lama. 2. Pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai

21 292 negeri sipil pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru terdapat selisih lebih bayar atau salah penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Olahraga Kota Banjarbaru pada tahun 2012 dan perhitungan PPh 21 hingga bulan Juni 2013 Saran Berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangan berdasar kesimpulan diatas : 1. Seharusnya dilakukan koreksi atas perhitungan yang dilakukan. Koreksi tersebut dapat membandingkan dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162 yang berlaku tanggal 01 Januari 2013 sehingga perhitungan yang dilakukan sesuai dan efektif, jika kesalahan atau lebih bayar telah terjadi pihak Dinas dapat mengajukan restitusi pada Kantor Pajak setempat 2. Perlu diajarkan juga tentang prosedur dalam melaporkan penghasilan yang diterima dan pajak yang disetor ke Negara pada tiap masanya. Setiap pegawai negeri sipil perlu diberitahukan bahwa atas gaji yang diterima juga dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong oleh Pemerintah Pusat. DAFTAR PUSTAKA Hilariu, 2005, Perpajakan I, Yogyakarta : Andi Offset Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), PSAK 2010, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Mardiasmo, Perpajakan. Yogyakarta : Andi Offset. Munawir, 2009, Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Pada PT. Panaroma Travel Banjarmasin, Skripsi (Tidak Dipublikasikan), Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162 tentang Perubahan Amandemen PTKP, (diakses pada tanggal 10 Januari 2014) Pudyatmoko, 2007, Penerapan Perhitungan PPh Pasal 21 dengan UU Perpajakan No. 36 Tahun 2008 Pada PT. Global Borneo Mandiri Banjarmasin, Skripsi (Tidak Dipublikasikan), Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Republik Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/ atau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi. Suandy, Rochmat, 2007, Analisis Mekanisme dan Perhitungan PPh Pasal 21 Pada PT. Kharisma Inti Serasi Banjarmasin, Skripsi (Tidak Dipublikasikan), Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Waluyo Perpajakan Indonesia. Bandung : Salemba Empat. Zain, Muhammad, 2009, Perencanaan Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang

Lebih terperinci

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor, tanggal 80 Tahun 2010 20 Desember 2010 Mulai berlaku : 1 Januari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Perpajakan 1. Pengertian pajak Menurut Rochmat Soemitro seperti dikutip oleh Waluyo ( 2007 : 3 ) mengemukakan bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pajak menurut Soemitro (Resmi, 2016:1) merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 14 BAB II ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pajak Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang

Lebih terperinci

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan Kelompok 3 Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan Pajak penghasilan, subjek, objek pajak dan objek pajak BUT Tata cara dasar pengenaan pajak Kompensasi Kerugian PTKP, Tarif pajak dan cara

Lebih terperinci

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000 A.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Anastasia Diana dan Lilis Setiawati. 2011. Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta. Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 57/PJ/2009 tentang Pedoman

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Yang termasuk subjek pajak Orang pribadi Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

Lebih terperinci

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata serta partisipasi masyarakat dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI, DAN PENSIUNANNYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Menurut S.I. Djajadiningrat (dalam Siti Resmi, 2011:1), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional : 3 PAJAK PENGHASILAN Tujuan Instruksional : A. Umum Mahasiswa diharapkan mendapatkan pemahaman tentang pajak penghasilan secara umum B. Khusus o Mahasiswa mengetahui subjek pajak dan bukan subjek pajak.

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

KULIAH PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Oleh : Mustofa, S.Pd., M.Sc. Dosen Pendidikan Ekonomi FE UNY. PPh UMUM 1

KULIAH PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Oleh : Mustofa, S.Pd., M.Sc. Dosen Pendidikan Ekonomi FE UNY. PPh UMUM 1 KULIAH PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Oleh : Mustofa, S.Pd., M.Sc. Dosen Pendidikan Ekonomi FE UNY PPh UMUM 1 STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan konsep dan prosedur dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan. No.691, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan 6 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi pajak menurut para ahli antara lain : 1. Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) Kita telah memasuki masa milenium dan akan memasuki perdagangan bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Sommerfeld, Anderson, dan Brok dalam Zain (2003:11) berikut ini. Pajak adalah pengalihan sumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Perpajakan 2.2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum Perpajakan Tahun 2007, Pajak didefinisikan sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Beberapa ahli dalam bidang perpajakan memberikan definisi yang berbeda menegenai pajak. Namun demikian, berbagai definisi tersebut pada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pengaturan PPh UU No. 7/1983 UU No. 7/1991 UU No. 10/1994 UU No. 17/2000 UU No. 36/2008 tentang PPh Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat subjektif (berdomisili

Lebih terperinci

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 262/PMK.03/2010 TENTANG : TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI DAN PENSIUNANNYA ATAS PENGHASILAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Nama/NPM Pembimbing : Kanip/24213760 : Widada, SE., MM.

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Undang-Undang No. 10 Tahun 1994 Tanggal 9 Nopember 1994 DENGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014 ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014 Oleh : Santi Endriani * Abstrak Penghasilan adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 3.1 Pajak 3.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN II.1. Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Liberti Pandiangan (2010:v) adalah salah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK 2011 Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN A. Definisi dan Unsur Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Pajak merupakan salah satu pungutan negara terhadap rakyatnya. Pada hakekatnya, pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta Wajib

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II BAB II BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II BAB II BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK A. NPWP : 0 7 4 5 6 1 2 3 0 0 1 3 0 0 0 B. C. JENIS USAHA : SPESIFIKASI USAHA : D. ALAMAT : Pegawai Swasta JL. BATU TULIS NO. 33 E. KELURAHAN / : KECAMATAN F. KOTA / KODE POS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991) Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan bertugas memberikan layanan kesehatan kepada pasien dalam rangka membantu menyembuhkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 10-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 50, 1983 FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Di Indonesia, pajak atas penghasilan sudah dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu. Dimulai dari dikenalkannya Paten Recht

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 7 Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan pungutan dari negara terhadap rakyatnya. Pemungutan pajak untuk saat ini harus memenuhi berbagai syarat agar pajak tersebut diterima oleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1993 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian Umum Perpajakan Ketentuan umum dan tata cara perpajakan diatur dalam undang-undang No. 6 tahun 1983 yang telah di ubah dengan undang-undang No.9 tahun 1994 dan terakhir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo, 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang. Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang. Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Koperasi 1. Definisi Koperasi a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi: Koperasi adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAGIAN PERTAMA: PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21. I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

BAGIAN PERTAMA: PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21. I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI DAN PENSIUNANNYA ATAS PENGHASILAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012 Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

Penghitungan PPh Akhir Tahun

Penghitungan PPh Akhir Tahun PPh Orang Pribadi disampaikan Oleh: Bubun Sehabudin Penghitungan PPh Akhir Tahun Lanjut A Lanjut B Lanjut C Lanjut D A. Penghasilan Neto Fiskal B. Zakat C. Kompensasi Kerugian D. Pengh Tdk Kena Pajak (PTKP)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

Magdalena Judika Siringoringo. Oloan Simanjuntak

Magdalena Judika Siringoringo. Oloan Simanjuntak ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 MENURUT UU NO. 36 TAHUN 2008 SEBUAH KAJIAN INTERPRETIVE PADA KANTOR DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR Magdalena Judika Siringoringo Oloan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Soemitro (Mardiasmo, 2012:7) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2015-12-22 Tinjauan Atas Penerapan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2013:1) Pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 Pasal 1 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang. Pengertian pajak tersebut juga tercantum dalam pasal 1 angka 1 UU No.28 tahun 2007

Lebih terperinci

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 SPT Masa Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Formulir ini digunakan untuk melaporkan kewajiban Pemotongan Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 SPT rmal SPT Pembetulan Ke- - Tahun Kalender Formulir

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21 Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya setipa masyarakat yang hidup di suatu negara memiliki potensi untuk menjadi wajib pajak.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN

Lebih terperinci

A. Pengertian Laporan Keuangan

A. Pengertian Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah kesimpulan dari hasil pencatatan yang disusun secara sistematis berdasarkan standar akuntansi yang di terima umum dan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991;747) yaitu: Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA OLEH: Yulazri M.Ak. CPA Pajak Penghasilan (PPh) Dasar Hukum : No. Tahun Undang-Undang 7 1983 Perubahan 7 1991 10 1994 17 2000 36 2008 SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK PENGHASILAN 1. a. Orang Pribadi b. Warisan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL 10 S SPT AN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MEMPUNYAI PENGHASILAN : DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DALAM NEGERI LAINNYA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL PERHATIAN SEBELUM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 SUSUNAN SATU NASKAH PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 57/PJ/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JEDNERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang - undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara

Lebih terperinci