JAWABAN SOAL RESPONSI UAS HUKUM AGRARIA 2015
|
|
- Yandi Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JAWABAN SOAL RESPONSI UAS HUKUM AGRARIA 2015 oleh: Ghaida Mastura FHUI 2012 disampaikan pada Tentir Hukum Agraria Senin, 1 Juni 2015 Hanya boleh menggunakan Peraturan Perundang-undangan saja untuk menjawab soal ujian, baik yang ada dalam Buku Himpunan maupun Lembar Lepas; Untuk menghindari kecurangan, maka Pertuaran Perundang-undangan yang boleh dipergunakan harus bersih dari catatan-catatan dan dilarang saling pinjam meminjam Peraturan Perundang-undangan dan alat tulis; Jawablah secara singkat dan tepat, tidak berbelit-belit, dan berurutan sesuai nomor pertanyaan; Tidak ada dispensasi bagi mahasiswa yang tidak mengikuti ujian, tidak akan diberikan ujian susulan. Petunjuk Sebelum mengerjakan soal berikut, sebaiknya terlebih dahulu menyiapkan beberapa regulasi di bawah ini: 1. UU Pokok Agraria No. 5 Tahun UU Hak Tanggungan No. 4 Tahun UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum 4. PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 5. Peraturan Mentri Negara Agraria No. 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi 6. Peraturan Mentri Negara Agraria No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan 7. Keputusan Mentri Negara Agraria No. 21 Tahun 1994 tentang Tata Cara Perolehan Tanah bagi Perusahaan dalam Rangka Penanaman Modal 8. Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah 9. Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
2 I. Soal Kasus Maraknya pembangunan sektor properti dapat dilihat dari alokasi tanah Deli Serdang, Sumatra Utara. Dari luas tanah sebesar hektar. Sampai akhir tahun 2014, telah dialokasikan tanah untuk sektor perumahan sebesar hektar atau 39,85 persen. Total alokasi tanah yang dikeluarkan sampai tahun 2014 mencapai hektar. Alokasi tanah itu sudah melebihi tanah yang seharusnya dapat dialokasikan. Salah satu pengembang swasta di sana adalah PT. Gajah Makmur (PT GM) membangun model rumah real estate (landed house) dan rumah susun di atas tanah seluas 17 hektar yang dilengkapi sarana dan prasarana umum, seperti pasar, rumah sakit, fasilitas rekreasi, dan sekolah hingga jenjang SMA. Dari total 17 hektar tanah yang direncanakan untuk proyek PT GM tersebut, dilihat dari status tanahnya adalah 2 hektar masuk dalam Tanah Hak Pakai PemKab Deli Serdang, dan sisanya 15 hektar di luarnya yang notabene adalah perkampungan penduduk lokal yang status tanahnya ada yang berupa Hak Milik, Hak Guna Bangunan, dan bekas Hak Milik Adat yang belum bersertipikat, serta tanah Hak Ulayat seluas 6 hektar. Adapun pertimbangan PT GM secara bisnis adalah terkait dengan rencana pembangunan bandara Kualanamu yang tidak jauh letaknya dengan lokasi perumahan yang akan dibangunnya. Hal itu tentunya akan menambah animo masyarakat untuk membeli rumah yang tidak jauh dari lokasi bandara yang akan segera dibangun yang berarti pula akan membuka pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi baru di wilayah itu. 1. Menurut hukum yang berlaku, PT GM harus melakukan perolehan tanah yang sudah direncanakan, maka dengan mengingat status tanah 17 hektar yang diperlukan: a. Ijin apakah yang harus diperoleh PT GM sebelum melakukan perolehan tanah di lokasi proyek tersebut? Pada status dan lokasi tanah yang mana ijin tersebut diharuskan? Apa dasar hukumnya? Izin Lokasi. Pada tanah 1) Hak Pakai, 2) Hak Milik, 3) Hak Guna Bangunan, 4) bekas Hak Milik Adat, dan 5) Hak Ulayat. Pasal 2 (1) PMNA 2/99. b. Adakah pengecualian keberlakuan ijin tersebut sesuai kasus di atas? Apa dasar hukumnya? Ya, ada. Pasal 2 (2) PMNA 2/99. c. Siapakah pejabat yang berwenang menerbitkan ijin tersebut dan berikan dasar hukumnya? (perhatikan letak tanahnya) Bupati Deli Serdang. Pasal 6 (2) PMNA 2/99.
3 2. Dalam rangka pembangunan proyek perumahan oleh PT GM dalam kasus di atas, maka: a. Hak atas tanah apa yang paling tepat dan berapa lama jangka waktu haknya? Apa dasar hukumnya? Hak Guna Bangunan. Jangka waktu: 30 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun. Pasal 35 UUPA. b. Siapa pejabat yang berwenang memberikan hak atas tanah sesuai luas tanah yang akan dikuasai PT GM tersebut? Apa dasar hukumnya? (Perhatikan letak dan luas tanahnya) Kepala Badan Pertanahan Nasional. Pasal 13 PerKaBPN 2/ Ha = m 2 Pemberian HGB untuk Badan Hukum oleh: Kepala Kantor Pertanahan (Kab) <= m 2 : Pasal 4 Kepala Kanwil BPN (Prov).> m m 2 : Pasal 9 Kepala BPN (Pusat) di atas m 2 : Pasal Dalam rangka perolehan tanah, di lokasi itu ternyata masih banyak bidang tanah yang belum seluruhnya terdaftar karena pendaftaran tanah masih bersifats poradik, bahkan masih ada tanah hak ulayat. a. Jelaskan tata cara perolehan tanah oleh PT GM terhadap tanah hak ulayat yang terletak pada lokasi tersebut? 1) Pelepasan Hak PT GM bermusyawarah dengan penguasa Masyarakat Hukum Adat ybs dan meminta untuk melepaskan Hak Ulayatnya, dengan memberikan ganti rugi. Setelah sepakat, tanah tsb menjadi tanah negara. 2) Permohonan dan Pemberian Hak atas Tanah Selanjutnya PT GM memohonkan HGB terhadap tanah tsb kepada pemerintah melalui acara pemberian hak atas tanah. b. Terhadap tanah HGB seluas 500 m 2 milik Oloan Hutapea, bagaimana prosedur PT GM agar dapat menguasai tanah tersebut? Jelaskan dan berikan dasar hukumnya! Prosedurnya: Pemindahan Hak. Sebab, tanah yang hendak diperoleh tsb berstatus HGB yang sama jenisnya dengan hak yang diperlukan PT GM untuk usahanya (Pasal 3 (2) Keputusan Men. Neg. Agraria 21/94).
4 PT GM meminta Oloan melakukan pemindahan hak dengan cara jual beli, tukar menukar, atau hibah. Setelah sepakat, HGB beralih menjadi milik PT GM. c. Dapatkah PT GM melakukan jual beli terhadap tanah Hak Milik kepunyaan Nyonya Saaidah seluas 2 hektar? Berikan analisis hukum Anda terhadap rencana PT GM tersebut dan berikan dasar hukumnya! Tidak dapat. Jual beli adalah sah bila syarat materilnya terpenuhi, yaitu: 1) Penjual berhak menjual tanah ybs 2) Pembeli berhak membeli tanah ybs 3) Tanah hak ybs boleh diperjualbelikan menurut hukum 4) Tanah hak ybs tidak dalam sengketa PT GM tidak memenuhi syarat sebagai pembeli yang berhak membeli tanah Hak Milik. Sebab, PT GM yang merupakan badan hukum swasta bukanlah subjek Hak Milik yang ditentukan dalam Pasal 21 UUPA. Oleh karena itu, PT GM tidak dapat melakukan jual beli terhadap tanah Hak Milik Ny. Saaidah. d. Menurut hukum tanah nasional, prosedur apa yang harus dilakukan PT GM untuk menguasai tanah Hak Milik Nyonya Saidah? Apa alasan harus dilakukannya prosedur tersebut? Prosedurnya: Pelepasan Hak yang diikuti dengan Permohonan dan Pemberian Hak Atas Tanah. Sebab, tanah yang hendak diperoleh tsb berstatus Hak Milik yang tidak sesuai dengan jenis hak yang diperlukan PT GM untuk usahanya, yaitu HGB. (Pasal 3 (3) Keputusan. Men. Neg. Agraria 21/94). e. Sebutkan urutan lengkap prosedur yang Anda maksud (dalam soal 3d) hingga tanah tersebut secara hukum sah dikuasai PT GM (ingat: jawab lengkap sesuai lokasi kasusnya! 1) Pelepasan Hak PT GM bermusyawarah dengan Ny. Saidaah dan meminta untuk melepaskan Hak Miliknya, dengan memberikan ganti rugi. Setelah sepakat, tanah tsb menjadi tanah negara. 2) Permohonan dan Pemberian Hak atas Tanah Kemudian PT GM memohonkan HGB terhadap tanah tsb kepada pemerintah melalui acara pemberian hak atas tanah, yaitu kepada Kepala Kantor Pertanahan Kab. Deli Serdang (Pasal 4b PerKaBPN 2/2013).
5 f. Jika Nyonya Saadah tidak bersedia melepaskan haknya secara suka rela, apakah PT GM dapat menempuh upaya pencabutan hak? Jelaskan argumen Anda beserta dasar hukumnya? Tidak dapat. Sebab berdasarkan Pasal 18 UUPA, pencabutan hak dilakukan bila tanah akan diperuntukkan bagi kepentingan umum. Sedangkan dalam hal ini, PT GM akan melaksanakan pembangunan yang bukan merupakan kualifikasi kepentingan umum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10 UU 2/12. Oleh karena itu, PT GM tidak dapat melakukan pencabutan hak. 4. PT GM memperoleh kredit dari Bank Tabungan Negara (BTN) sebesar Rp 32,5 M untuk pembangunan proyek tersebut. Perjanjian kreditnya telah dibuat di hadapan Nyonya Marcella Zalianty, S.H., notaris di Jalan Wolter Monginsidi No. 19, Jakarta Selatan pada tanggal 26 Mei 2014 dengan jaminan berupa pembebanan Hak Tanggungan atas tanah seluas 15 hektar dan proyek perumahan yang akan di bangun. a. Bagaimanakah pengaturan terhadap penunjukan sebagai objek pembebanan Hak Tanggungan berupa tanah dan proyek yang akan dibangun PT GM dalam kasus ini? Apa dasar hukumnya? Objek yang dijaminkan dengan HT pada kasus ini adalah hak atas tanah HGB 15 Ha berikut bangunan yang akan ada. Pasal 4 (4) UU 4/96 (UUHT). b. Uraikan secara singkat prosedur pembebanan Hak Tanggungan yang diberikan PT GM hingga secara yuridis BTN berstatus sebagai kreditor pemegang Hak Tanggungan dan berikan dasar hukumnya. (Ingat: lokasi tanahnya dan kewenangan pejabat setempat yang terkait dalam kasus ini dalam rangka memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas). Prosedur Pembebanan HT I. Tahap Pemberian HT PT GM melakukan pemberian HT kepada BTN dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh PPAT di Kab. Deli Serdang (Pasal 10 (2) UUHT jo. Pasal 3 (1) PerKaBPN 1/2006), dan wajib dihadiri oleh PT GM, BTN, PPAT, dan 2 saksi. Asas spesialitas dalam APHT wajib dicantumkan (Pasal 11 (1) UUHT): 1) Nama dan identitas para pihak 2) Domisili para pihak 3) Penunjukan utang-utang yang dijamin 4) Nilai tanggungan 5) Uraian tentang objek HT
6 II. Kemudian PPAT mengirimkan APHT kepada Kantor Pertanahan Kab. Deli Serdang untuk didaftarkan, paling lambat 7 hari kerja setelah APHT di ttd oleh semua pihak yang hadir (Pasal 13 (1-2) UUHT). Tahap Pendaftaran HT (Pasal 13 (3-5) UUHT) Asas Publisitas Pendaftaran HT dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan: 1) membuat Buku Tanah HT; 2) mencatatnya dalam Buku Tanah hak atas tanah yang menjadi objek HT; dan 3) menyalin catatan tsb pada Sertipikat Hak atas tanah Hak Tanggungan lahir pada tanggal yang dicantumkan pada Buku Tanah HT, yaitu hari ke-7 setelah surat-surat untuk pendaftaran diterima lengkap. Namun jika hari ke-7 itu adalah hari libur, maka Buku Tanah HT diberi tanggal hari kerja berikutnya. c. Apa tanda bukti lahirnya hak tanggungan dan sebutkan bagian-bagian tanda bukti tersebut? Sertifikat Hak Tanggungan. Bagian-bagiannya yaitu: - Salinan Buku Tanah HT - Salinan APHT d. Dalam kasus ini, siapa yang berwenang menerbitkan tanda bukti tersebut dan apa dasar hukumnya? Kepala Kantor Pertanahan Kab. Deli Serdang. Pasal 14 (1) UUHT. e. Apa artinya secara yuridis bagi BTN sebagai kreditor PT GM atas lahirnya Hak Tanggungan? BTN menjadi Kreditor Preferen yang mempunyai hak didahulukan dari kreditor lainnya dalam mendapat pelunasan piutang, bila PT GM wanprestasi. (Pasal 6 jo. Pasal 20 (1) UUHT). 5. Jawablah dengan singkat dan tepat pertanyaan teoritik berikut ini: a. Apa fungsi pendaftaran tanah dalam rangka permohonan/perolehan hak atas tanah? 1) Sebagai syarat konstitutif lahirnya suatu hak 2) Untuk keperluan pembuktian b. Apa fungsi pendaftaran tanah dalam rangka pembebasan hak tanggungan tanah? 1) Sebagai syarat konstitutif lahirnya hak tanggungan 2) Untuk keperluan pembuktian
7 c. Apa fungsi pendaftaran tanah dalam rangka jual beli tanah? 1) Untuk memperkuat pembuktian 2) Untuk memperluas pembuktian d. Apa arti istilah SERTIPIKAT (hak atas tanah) sebagai alat bukti yang kuat? Artinya siapa nama yang tercantum dalam sertipikat tsb menjadi bukti bahwa ia adalah pemilik hak atas tanah ybs. e. Jelaskan pengertian Rechtsverwerking? Apa kaitannya dengan pendaftaran tanah? Rechtsverwerking artinya jika seseorang selama sekian waktu membiarkan tanahnya tidak dikerjakan, kemudian ada orang lain yang mengerjakan tanah tsb dengan itikad baik, maka hilanglah hak untuk menuntut kembali tanah tsb. Terdapat dalam Pasal 27, 34, dan 40 UUPA. Penerapannya juga tercermin dalam Pasal 32 ayat (2) PP 24/1997 bahwa setelah 5 tahun terbit, sertipikat hak atas tanah tidak dapat diganggu gugat lagi. Kaitannya dengan pendaftaran tanah ialah, ketika tanah tsb telah didaftarkan oleh si yang beritikad baik tadi, maka berdasarkan Pasal 11 PP 24/97, orang lain sekalipun ia adalah pemegang hak atas tanah yang sah terhadap tanah tsb tidak dapat menuntutnya lagi. Belajarlah selayaknya kau tidak tahu apa-apa Lalu kerjakanlah layaknya kau yakin melampaui asa Setelah itu, percayalah selayaknya kau percaya.. bahwa Tuhan itu sangat dekat. Fadhel Maulana Ramadhan Ketua BEM FHUI 2015
8 PEMBAHASAN SOAL UAS DI BELAKANG DIKTAT HLM. 17 (PENGETAHUAN TEORI) 1. Uraikan pengertian terkait dengan rumah susun berikut ini: a. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun HMSRS adalah kepemilikan atas sarusun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan/hak pakai di atas tanah negara, serta hak guna bangunan/hak pakai di atas tanah hak pengelolaan. Meliputi pemilikan perseorangan berupa satuan rumah susun, dan pemilikan bersama berupa bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Dapat dijadikan jaminan utang. b. Satuan Rumah Susun Satuan Rumah Susun adalah unit rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai sarana penghubung ke jalan umum. c. Tanah Bersama Tanah bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan. d. Bagian Bersama, apa saja contohnya? Bagian bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun. Contoh: Pondasi, lantai, atap, tangga, lift, selasar, jaringan listrik, jarinan pipa, dsb. e. Benda Bersama, apa saja contohnya? Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun melainkan bagian yang dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama. Contoh: Taman, lapangan parkir, lapangan bermain, kolam renang, dsb. f. Roya Parsial
9 Penghapusan hak tanggungan sebagian dengan syarat harus diperjanjikan terlebih dahulu dalam APHT. Artinya, ada lebih dari 1 objek yang dibebankan HT. Satuan rumah susun yang telah dilunasi pembayarannya akan terbebas dari HT yang semula membebaninya, sehingga HT hanya membebani sisa objek yang utangnya belum dilunasi. 2. a. Uraikanlah perbedaan tujuan dari fiscaal cadaster dengan legal cadaster dalam rangka pendaftaran tanah! Fiscaal Cadaster Legal Cadaster Pendaftaran tanah untuk Pendaftaran tanah untuk memungut pajak tanah menjamin kepastian hukum b. Tujuan pendaftaran manakah yang sesuai dengan PP No. 24/1997? Sebutkan dasar hukumnya di dalam PP No. 24/1997. Gabungan fiscaal dan legal cadaster. (Pasal 3 PP No. 24/1997). c. Jelaskan perbedaan antara sistem publikasi negatif dan sistem publikasi positif dalam pendaftaran tanah. Sist. Publikasi Negatif Sist. Publikasi Positif Dilihat dari proses pembuatan tanda bukti hak: Pejabat pelaksana pasif, mencari kebenaran Pejabat pelaksana aktif, mencari kebenaran formil. materil. Bila terjadi kekeliruan, atas putusan hakim keterangan dalam sertipikat dapat diubah oleh pejabat pendaftaran tanah. Orang yang berhak tetap terlindungi. Bila terjadi kekeliruan, keterangan dalam sertipikat tidak dapat diubah Orang yang tadinya berhak bisa menjadi tidak berhak. Dilihat dari kekurangan pembuktian tanda bukti hak yang dihasilkan: Memberi perlindungan terhadap pemegang Memberi perlindungan baik terhadap hak saja pemegang hak maupun pihak ke-3 Pendaftaran tidak membuat seseorang, Pendaftaran membuat seseorang, yang yang memperoleh tanah dari pihak yang namanya terdaftar, mempunyai hak yang tidak berhak, menjadi pemegang hak yang tidak dapat diganggu gugat (indefeasible baru. title), walau kemudian terbukti bahwa ia Berlaku asas nemo plus juris: tidak berhak menjadi pemegang hak. orang tidak dapat menyerahkan atau
10 memindahkan hak melebihi apa yang dia sendiri punyai d. Jelaskan sistem publikasi yang dianut oleh negara kita. Sertakan dengan dasar hukumnya. Sistem negatif tendensi positif. Dalam hal praktek pelaksanaannya; dalam jangka waktu tertentu, jika terdapat kekeliruan dan ada yang menggugat, keterangan dalam sertipikat masih dapat berubah. (negatif) Dalam hal ketelitiannya, pejabat pendaftaran tanah bersikap aktif, teliti, dan berhati-hati dalam memeriksa keterangan-keterangan tertulis, sehingga sertipikat menjadi alat pembuktian yang kuat. (positif) Dasar hukum: Pasal 32 ayat (2) PP No. 24/1997 e. Apa yang dimaksud dengan lembaga Rechtsverwerking? Apa hubungannya dengan sistem publikasi negara kita? Rechtsverwerking diadopsi dari hukum adat yang menjelaskan bahwa jika seseorang selama sekian waktu membiarkan tanahnya tidak dikerjakan, kemudian ada orang lain yang mengerjakan tanah tersebut dengan itikad baik, maka hilanglah hak untuk menuntut kembali tanah tersebut. Terdapat dalam Pasal 27, 34, dan 40 UUPA. Penerapannya juga tercermin dalam Pasal 32 ayat (2) PP 24/1997 bahwa setelah 5 tahun terbit, sertipikat hak atas tanah tidak dapat diganggu gugat lagi. Hubungannya dengan sistem publikasi negara kita; ketika suatu sertipikat diterbitkan, orang lain masih dapat menggugat, namun setelah 5 tahun, sertipikat tersebut menjadi alat pembuktian mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. 3. a. Apakah yang dimaksud dengan jual beli tanah menurut hukum tanah nasional? Sebutkan syarat sahnya jual beli menurut hukum tanah nasional. Berikan dasar hukumnya (yurisprudensinya). Jual beli tanah menurut hukum tanah nasional adalah pemindahan hak atas tanah untuk selama-lamanya. Artinya begitu terjadi jual beli, pada saat yang bersamaan terjadi pemindahan hak atas tanah dan pembayaran harga, dan sejak saat itu putus hubungan antara pemegang hak yang lama dengan tanahnya untuk selamalamanya. Syarat sah jual beli tanah:
11 1) Penjual berhak menjual tanah ybs 2) Pembeli berhak membeli tanah ybs 3) Tanah ybs boleh diperjualbelikan menurut hukum 4) Tanah ybs tidak dalam sengketa Dasar hukum: Putusan MA No. 123/1970 b. Apa fungsi pendaftaran tanah dalam rangka jual beli tanah? 1) Untuk memperkuat pembuktian 2) Untuk memperluas pembuktian c. Apa fungsi pendaftaran tanah dalam rangka permohonan hak? 3) Sebagai syarat konstitutif lahirnya suatu hak 4) Untuk keperluan pembuktian d. Apa fungsi pendaftaran tanah dalam rangka pendaftaran Hak Tanggungan? 1) Sebagai syarat konstitutif lahirnya suatu hak tanggungan 2) Untuk keperluan pembuktian
PEMBAHASAN RESPONSI UAS HUKUM AGRARIA SEMESTER GENAP TAHUN 2016
PEMBAHASAN RESPONSI UAS HUKUM AGRARIA SEMESTER GENAP TAHUN 2016 Oleh: Ghaida Mastura FHUI 2012 Disampaikan pada Tentir UAS Hukum Agraria Senin, 30 Mei 2016 Daftar Peraturan Perundang-undangan Terkait 1.
Lebih terperinciCONTOH SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER HUKUM AGRARIA
CONTOH SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER HUKUM AGRARIA Petunjuk : Jawablah secara singkat dan tepat, tidak berbelitbelit dan berurutan sesuai nomor pertanyaan. Hanya diperkenankan membuka Peraturan Perundang-undangan/Himpunan
Lebih terperinciHAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG
HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA DEFINISI Hak Tanggungan adalah: Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut/tidak
Lebih terperinciPENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
PENDAFTARAN TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA LATAR BELAKANG PENDAFTARAN TANAH Belum tersedia Hukum Tanah Tertulis yang Lengkap dan Jelas Belum diselenggarakan Pendaftaran Tanah yang Efektif
Lebih terperinciBAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN
BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN A. Hak Guna Bangunan Ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor
Lebih terperinciMengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah
Mengenai Hak Tanggungan Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah Tentang Hak Tanggungan PENGERTIAN HAK TANGGUNGAN Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah dibebankan pada hak atas tanah
Lebih terperinciTATA CARA MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
TATA CARA MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA TATA CARA MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH Mengenai tata cara memperoleh hak atas tanah, Hukum Tanah Nasional (HTN) menyediakan
Lebih terperinciPERMOHONAN/PEMBERIAN HAK DAN PEMINDAHAN/PERALIHAN HAK
PERMOHONAN/PEMBERIAN HAK DAN PEMINDAHAN/PERALIHAN HAK Keperluan Perorangan (NON-komersial) Perolehan Tanah secara langsung (Pemindahan Hak-Jual Beli) Keperluan Perusahaan (Komersial-bisnis) Harus memperoleh
Lebih terperinciBAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT
56 BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT 1. Hak Tanggungan sebagai Jaminan atas Pelunasan Suatu Utang Tertentu Suatu perjanjian utang-piutang umumnya
Lebih terperinciBAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL
1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperincimemperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
101 kepemilikannya, bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut. Namun kepastian hukum dan perlindungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bisnis perbankan, penyaluran kredit merupakan kegiatan utama. Dana yang dihimpun dari para penabung dan para deposan disalurkan kepada penerima kredit.
Lebih terperinciDimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum
PROSUDUR PEMINDAHAN HAK HAK ATAS TANAH MENUJU KEPASTIAN HUKUM Oleh Dimyati Gedung Intan Dosen Fakultas Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK Tanah semakin berkurang, kebutuhan tanah semakin meningkat,
Lebih terperinciPertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Hak penguasaan atas tanah memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk
Lebih terperinciBAB 2 PEMBAHASAN. 2.1 Pendaftaran Tanah
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pendaftaran Tanah 2.1.1 Pengertian Pendaftaran Tanah UUPA merupakan peraturan dasar yang mengatur penguasaan, pemilikan, peruntukan, penggunaan, dan pengendalian pemanfaatan tanah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciPRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG
PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH Oleh: Drs. H. MASRUM MUHAMMAD NOOR, M.H. A. DEFINISI
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PENGETAHUAN TENTANG RUMAH SUSUN. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
POKOK-POKOK PENGETAHUAN TENTANG RUMAH SUSUN Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah
Lebih terperinciHak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2
1 Oleh: Agus S. Primasta 2 Pengantar Secara awam, permasalahan perkreditan dalam kehidupan bermasyarakat yang adalah bentuk dari pembelian secara angsuran atau peminjaman uang pada lembaga keuangan atau
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBERBAGAI PERMASALAHAN YANG BERKAITAN DENGAN TAKE OVER KREDIT & PENGIKATAN JAMINAN ATAS TANAH & BANGUNAN SERTA SATUAN RUMAH SUSUN
BERBAGAI PERMASALAHAN YANG BERKAITAN DENGAN TAKE OVER KREDIT & PENGIKATAN JAMINAN ATAS TANAH & BANGUNAN SERTA SATUAN RUMAH SUSUN Oleh : Edna Hanindito Disajikan pada acara Pertemuan Antar Daerah Pengurus
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai
Lebih terperinci*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/1997, PENDAFTARAN TANAH *35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah
34 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 mengatur tentang Pendaftaran Tanah yang terdapat di dalam
Lebih terperinciBab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas
Bab II HAK HAK ATAS TANAH A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas tanah adalah Pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53. Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan adanya dua satuan ukur yaitu panjang dan lebar. Tanpa disadari oleh manusia, tanah mempunyai
Lebih terperinciPengertian Hak Milik Hak Milik adalah hak atas tanah yang turun temurun, terkuat dan terpenuh. Kata terkuat dan terpenuh tidak berarti bahwa hak milik itu merupakan hak yang mutlak, tidak dapat diganggu
Lebih terperinciHukum Agraria dan Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria dan Pendaftaran Tanah DTSS PENILAIAN PROPERTI DASAR ANGKATAN II DIREKTORAT PENILAIAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA July 2016 Materi: Pengertian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG
MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN MENTERI NEGARA AGRARIA/
Lebih terperinciPEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN
PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN Disampaikan pada Seminar dengan Tema HGU & HGB : Problem, Solusi dan Perlindungannya bedasarkan UU No. 25 Tahun
Lebih terperinciBAB III KEABSAHAN JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH BUKAN PEMILIK TANAH. 1. Jual Beli Hak Atas Tanah
BAB III KEABSAHAN JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH BUKAN PEMILIK TANAH 1. Jual Beli Hak Atas Tanah Jual beli tanah sebagai suatu lembaga hukum, tidak secara tegas dan terperinci diatur dalam UUPA. Bahkan,
Lebih terperinciHAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA
HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA Oleh : Dr. Urip Santoso, S.H, MH. 1 Abstrak Rumah bagi pemiliknya di samping berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, juga berfungsi sebagai aset bagi
Lebih terperinciBAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai
14 BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA 3.1. Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai Pentingnya kegiatan pendaftaran tanah telah dijelaskan
Lebih terperinciBAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam
BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam Meminjam Di Kabupaten Sleman Perjanjian adalah suatu hubungan
Lebih terperinciPEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN TERHADAP HAK ATAS TANAH SEBAGAI OBYEK JAMINAN
PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN TERHADAP HAK ATAS TANAH SEBAGAI OBYEK JAMINAN I KADEK ADI SURYA KETUT ABDIASA I DEWA NYOMAN GDE NURCANA Fakultas Hukum Universitas Tabanan Email :adysurya10@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF. Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai
BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF G. Pengertian Perjanjian Jaminan Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai pada Pasal 1131 KUHPerdata dan penjelasan Pasal 8 UUP, namun
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V P E N U T U P Dari uraian pada bab-bab terdahulu dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut ; 1. Kesimpulan a. Hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan penurunan nilai rupiah terhadap nilai dolar Amerika yang dimulai sekitar bulan Agustus 1997, telah
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG BENTUK SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, AKTA
Lebih terperinciBAB II. A. Tinjauan Umum Hak Tanggungan. 1. Pengertian Hak Tanggungan. Pengertian Hak Tanggungan secara yuridis yang diatur dalam ketentuan Pasal
31 BAB II KEDUDUKAN BANK SELAKU PEMEGANG HAK TANGGUNGAN ATAS BERAKHIRNYA SERTIPIKAT HAK GUNA BANGUNAN DIATAS HAK PENGELOLAAN (HPL) YANG MENJADI OBJEK JAMINAN A. Tinjauan Umum Hak Tanggungan 1. Pengertian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari itu tanah juga
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan faktor yang sangat penting dan paling utama, karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Manusia hidup di atas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN DI KAWASAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada
BAB I PENDAHULUAN Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada umumnya, Perjanjian Pinjam Meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain
Lebih terperinciBAB 2 ISI 2.1. Hukum Tanah Nasional
BAB 2 ISI 2.1. Hukum Tanah Nasional Sebelum tahun 1960, di Indonesia berlaku sistem dualisme hukum agraria yang membingungkan, dimana dalam satu waktu yang bersamaan berlaku dua perangkat hukum yang positif
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG BENTUK SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, AKTA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan Adanya unifikasi hukum barat yang tadinya tertulis, dan hukum tanah adat yang tadinya tidak tertulis
Lebih terperinciSarles Gultom Dosen Fakultas Hukum USI
Tinjauan Hukum Hak Milik Atas Tanah Sebagai Objek Hak tanggungan Sarles Gultom Dosen Fakultas Hukum USI Abstrak Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciPengertian Perjanjian Kredit
SKRIPSI HUKUM PIDANA APHT, SKMHT dan Pinjaman Kredit - Author: Swante Adi Krisna APHT, SKMHT dan Pinjaman Kredit Oleh: Swante Adi Krisna Tanggal dipublish: 29 Nov 2016 (one month ago) Tanggal didownload:
Lebih terperinciUU 21/1997, BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
Copyright (C) 2000 BPHN UU 21/1997, BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN *9928 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 1997 (21/1997) TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN
Lebih terperinciBADAN PERTANAHAN NASIONAL
BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPERLUAN PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI KEPALA BADAN PERTANAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia. Di atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Sudah sewajarnya jika setiap manusia mempunyai tempat tinggal yang layak sehingga
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. bertentangan dengan Pasal 19 ayat (2) huruf C UUPA yang menetapkan
126 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari keseluruhan uraian dalam tesis ini maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan, yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG LUASNYA TIDAK LEBIH DARI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : perlu diadakan peraturan tentang pendaftaran tanah sebagai yang dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN,
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK
Lebih terperinciAKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN
Contoh Akta Pemberian Hak Tanggungan atas obyek hak atas tanah. AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN No : 40123981023/ 00200700 Lembar Pertama/Kedua Pada hari ini, Senin ksdjf tanggal 12 ( dua belas ---------------------------------)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH A. Pengertian Tanah Menarik pengertian atas tanah maka kita akan berkisar dari ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960, hanya saja secara rinci pada ketentuan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan serta analisis yang telah penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1996 TENTANG FORMASI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA
Lebih terperinciOLEH : KEPALA KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI DKI JAKARTA
OLEH : KEPALA KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI DKI JAKARTA I. Latar Belakang 1 1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tingga dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat kebutuhan
Lebih terperincipada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)
Definisi pinjam-meminjam menurut Pasal 1754 KUHPerdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian,
Lebih terperinciKEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005
Lebih terperinciBEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembagunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciJAWABAN SOAL RESPONSI UTS HUKUM AGRARIA 2015
JAWABAN SOAL RESPONSI UTS HUKUM AGRARIA 2015 oleh: Ghaida Mastura FHUI 2012 disampaikan pada Tentir Hukum Agraria 27 Maret 2015 I. PENGETAHUAN TEORI: 1. a. Jelaskan apa yang dimaksud Domein Verklaring
Lebih terperinciLEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1 of 10 LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 42, 1996 TANAH, HAK TANGGUNGAN, Jaminan Utang, Sertipikat. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3632). UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyahkt yang adil dan makmur
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN
BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN A. Pengalihan Hak Atas Bangunan Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah: Penjualan, tukarmenukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN
BAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN II.1. PERANAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PADA PENDAFTARAN TANAH Sejak berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia Menimbang: a. Bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kebutuhan yang sangat besar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5
23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN A. Pengertian Hak Tanggungan Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, maka Undang-Undang tersebut telah mengamanahkan untuk
Lebih terperinciBAB II PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN ATAS OBJEK HAK TANGGUNGAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT
34 BAB II PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN ATAS OBJEK HAK TANGGUNGAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT A. Tinjauan Umum Tentang Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Pemberian Kredit Pada Bank Hak Tanggungan adalah salah
Lebih terperinciPROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)
PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan disegala bidang ekonomi oleh masyarakat memerlukan dana yang cukup besar. Dana tersebut salah satunya berasal dari kredit dan kredit
Lebih terperinci8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS
8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS A. Pendahuluan Berdasarkan ketentuan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, pendaftaran tanah karena perubahan data yuridis termasuk dalam lingkup
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang
BAB III PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang PT. BPRS Suriyah Semarang dalam memberikan Produk Pembiayaan, termasuk Pembiayaan Murabahah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah Pasal 19 ayat (1) UUPA menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau
26 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wakaf dan Tujuannya Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinci