PENGHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
|
|
- Ivan Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 A. PEGAWAI TETAP 1. DENGAN GAJI BULANAN 1.1. Wajib pajak dalam negeri mulai bekerja pada awal tahun pajak. Contoh 1 : Tn Andika adalah pegawai pada PT CIPTA, menikah dan mempunyai 1 orang anak. Setiap bulannya ia memperoleh gaji sebesar Rp , tunjangan keluarga dan tunjangan makan masing-masing Rp dan Rp PT. CIPTA ikut program Jamsostek, premi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian yang dibayar oleh pemberi kerja sebesar Rp dan Rp PT. CIPTA menanggung iuran THT setiap bulan sebesar Rp sedangkan Andika membayar Rp setiap bulannya. PT. CIPTA membayar iuran pensiun untuk Andika ke badan dana pensiun setiap bulannya Rp sedangkan Andika sendiri membayar sebesar Rp Berapakah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Andika tiap bulannya? Perhitungan PPh Pasal 21 : Penghasilan gaji sebulan Rp Tunjangan keluarga Rp Tunjangan makan Rp Premi asuransi kecelakaan kerja Rp Premi asuransi kematian Rp Penghasilan Bruto Rp Biaya Jabatan (5% x Rp ) = Rp Iuran Pensiun = Rp Iuran THT = Rp Jumlah potongan Rp Penghasilan neto sebulan Rp Penghasilan neto setahun Rp P T K P (K/1) : Wajib Pajak = Rp Status kawin = Rp Tanggungan (1) = Rp Jumlah PTKP Rp Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp
2 PPh Pasal 21 terutang selama setahun : 5% x Rp = Rp Pegawai Subyek Pajak Dalam Negeri yang baru bekerja dalam tahun berjalan. Untuk kasus seorang karyawan Indonesia yang memiliki kewajiban subjektifnya sejak awal tahun, tetapi baru mulai atau berhenti bekerja pada pertengahan atau dalam tahun berjalan maka perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilannya tidak perlu disetahunkan tetapi hanya dikalikan dengan banyaknya bulan bekerja dari karyawan yang bersangkutan. Contoh 2 : Desyadi bekerja pada PT. Dream Beach sebagai pegawai tetap sejak 1 September Desyadi sudah menikah tetapi belum mempunyai anak. Gaji sebulan yang ia peroleh sebesar Rp dan tunjangan transport dan makan sebesar Rp Setiap bulan ia harus membayar iuran pensiun sebesar Rp Berapa PPh Pasal 21 yang harus dibayar untuk tahun 2006? Perhitungan PPh Pasal 21 : Penghasilan gaji sebulan Rp Tunjangan transport dan makan Rp Penghasilan Bruto Rp Biaya jabatan (5% x Rp ) = Rp Iuran pensiun = Rp Jumlah potongan Rp Penghasilan Neto sebulan Rp Penghasilan Neto 4 bln (Sept Des) Rp P T K P (K/0) : Wajib Pajak = Rp Status Kawin = Rp Jumlah PTKP Rp Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp PPh Pasal 21 terutang setahun : Rp x 5% = Rp PPh Pasal 21 terutang sebulan : Rp / 4 = Rp Pegawai Asing Tetap yang mulai bekerja pada tahun berjalan atau berakhir dalam tahun berjalan sebagai subyek pajak dalam negeri. Sementara untuk karyawan asing yang kewajiban subjektifnya tidak dimulai sejak awal tahun dan mulai atau berhenti bekerja di Indonesia pada pertengahan atau dalam tahun berjalan maka atas penghasilannya tersebut harus disetahunkan terlebih dahulu. 7
3 Contoh 3: Mr. Moreno (K/2) adalah warga negara Itali mulai bekerja di Indonesia tanggal 2 Mei 2006 pada PT. Yamaha. Ia memperoleh gaji sebulan sebesar Rp , tunjangan jabatan Rp dan tunjangan keluarga Rp Perusahaan menanggung premi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian masing-masing sebesar Rp dan Rp Sementara itu setiap bulan Mr. Moreno membayar iuran THT sebesar 1% dari gaji pokok dan iuran pensiun sebesar Rp Berapakah PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Mr. Moreno untuk tahun 2006? Perhitungan PPh Pasal 21: Penghasilan gaji sebulan Rp Tunjangan jabatan Rp Tunjangan keluarga Rp Premi asuransi kecelakaan Rp Premi asuransi kematian Rp Penghasilan Bruto Rp Biaya jabatan (5% x PB) (Max. diperkenankan) = Rp Iuran pensiun = Rp Iuran THT (1% x Gapok) = Rp Jumlah Potongan Rp Penghasilan Neto sebulan Rp Penghasilan Neto disetahunkan (12 x Rp ) Rp P T K P (K/2) : Wajib Pajak = Rp Status Kawin = Rp Tanggungan (2) = Rp Jumlah PTKP Rp Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp PPh Pasal 21 terutang setahun : 5% x Rp = Rp % x Rp = Rp Rp PPh Pasal 21 terutang sebulan : Rp / 12 =Rp Catatan : Cara perhitungan diatas berlaku juga bagi pegawai yang meninggal dunia dalam tahun berjalan, yaitu untuk menghitung PPh pasal 21 yang terutang atas bagian tahun pajak. 8
4 2. GAJI MINGGUAN Pegawai / karyawan yang berstatus sebagai pegawai tetap, bila menerima gaji secara mingguan maka gaji tersebut harus disebulankan terlebih dahulu dengan mengalikan 4 (empat) sebelum perhitungan pajaknya. Kemudian untuk menentukan pajak mingguan maka pajak sebulan dibagi 4 (empat). Contoh 4 : Darmanto, menikah dengan 1 anak bekerja sebagai pegawai tetap pada PT Farmindo dan menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp PT Farmindo masuk program Jamsostek, premi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1% dan 0,3% dari gaji pokok. PT Farmindo membayar iuran JHT setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Darmanto membayar iuran pensiun Rp dan iuran JHT 2% dari gaji. Perhitungan PPh pasal 21 : Gaji sebulan (4 x Rp ) Rp Premi asuransi kecelakaan kerja Rp Premi asuransi kematian Rp Penghasilan bruto Rp Biaya jabatan (5% x ) Rp Iuran pensiun Rp Iuran JHT Rp Rp Penghasilan neto sebulan Rp Penghasilan neto setahun (12 x ) Rp PTKP : Wajib pajak Rp Status kawin Rp Tanggungan (1) Rp Jumlah PTKP Rp Penghasilan kena pajak Rp PPh Pasal 21 terutang setahun : 5% x Rp = Rp PPh Pasal 21 terutang sebulan : Rp : 12 = Rp PPh pasal 21 mingguan : Rp : 4 = Rp
5 Catatan : Dalam hal wajib pajak menerima gaji harian, maka untuk menghitung PPh pasal 21nya dihitung terlebih dahulu gaji sebulan yaitu gaji sehari dikalikan TERHADAP PENGHASILAN KARYAWATI KAWIN Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari Pemda setempat (serendahrendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP sejumlah Rp setahun dan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungannya. Contoh 5 : Dewi Anggraeni adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja pada PT. Duta dengan gaji sebulan sebesar Rp Dewi membayar iuran pensiun ke dana pensiunyang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat Dewi berdomisili yang diserahkan kepada pemberi kerja diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun karena sakit. Perhitungan PPh pasal 21 : Gaji sebulan Rp Biaya jabatan : 5% x Rp Maks diperkenankan Rp Iuran pensiun Rp Rp Penghasilan neto sebulan Rp Penghasilan neto setahun (12 x ) Rp PTKP : Wajib pajak Rp Status kawin Rp Jumlah PTKp Rp Penghasilan kena pajak setahun Rp PPh pasal 21 setahun : 5% x Rp = Rp PPh pasal 21 sebulan : Rp : 12 = Rp
6 4. TERHADAP PENGHASILAN BERUPA JASA PRODUKSI, TANTIEM, GRATIFIKASI, TUNJANGAN HARI RAYA/TAHUNBARU, BONUS DAN PENGHASILAN LAINNYA YANG SIFATNYA TIDAK TETAP DAN PADA UMUMNYA DIBERIKAN SEKALI SETAHUN Contoh 6 : Bapak Sogi (K/1) memperoleh gaji sebulan sebesar Rp dan mendapat tunjangan jabatan serta tunjangan keluarga masing-masing Rp dan Rp Premi asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian yang dibayarkan perusahaan masing-masing sebesar Rp dan Rp Setiap bulan Bapak Sogi membayar iuran pensiun Rp dan iuran THT Rp Pada bulan Juni ia mendapat bonus sebesar Rp Berapa besarnya pajak yang terutang atas gaji dan bonus yang diterima Bapak Sogi? a. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus Penghasilan Gaji sebulan Rp Tunjangan jabatan Rp Tunjangan keluarga Rp Premi asuransi kecelakaan Rp Premi asuransi kematian Rp Penghasilan Bruto gaji sebulan Rp Penghasilan Bruto gaji setahun Rp Bonus Rp Penghasilan Bruto Gaji dan Bonus Rp Biaya jabatan (5% x Rp ) Maximum diperkenankan = Rp Iuran pensiun (12 x Rp ) = Rp Iuran THT (12 x Rp ) = Rp Jumlah potongan Rp Penghasilan Neto Rp P T K P (K/1) : Wajib Pajak = Rp Status Kawin = Rp Tanggungan (1) = Rp Jumlah PTKP Rp Penghasilan Kena pajak Rp PPh Pasal 21 terutang atas Gaji dan Bonus : 5% x Rp = Rp
7 b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Penghasilan Gaji sebulan Rp Tunjangan jabatan Rp Tunjangan keluarga Rp Premi asuransi kecelakaan Rp Premi asuransi kematian Rp Penghasilan Bruto gaji sebulan Rp Penghasilan Bruto gaji setahun Rp Biaya jabatan (5% x Rp ) = Rp Iuran pensiun = Rp Iuran THT = Rp Jumlah potongan Rp Penghasilan Neto Rp PTKP (K/1) Rp Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp PPh Pasal 21 terutang atas Gaji : 5% x Rp = Rp c. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Bonus PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus = Rp PPh Pasal 21 atas Gaji = Rp PPh 21 atas Bonus = Rp Contoh 7 : Thomas Radzinski (K/3) mulai bekerja di Indonesia sejak Mei 2004 dan berhenti bekerja 1 Mei Selama tahun 2006 dia menerima gaji sebesar Rp perbulan dan pada bulan April 2006 menerima bonus sebesar Rp a. Perhitungan PPh pasal 21 atas gaji : Gaji sebulan Rp Biaya jabatan Maks diperkenankan Rp Penghasilan neto gaji sebulan Rp Penghasilan neto disetahunkan 12 x Rp PTKP : Wajib pajak Rp Status kawin Rp Tanggungan Rp Rp Penghasilan kena pajak Rp
8 PPh pasal 21 setahun atas gaji : 5% x Rp Rp % x Rp Rp % x Rp Rp Rp PPh pasal 21 atas gaji sebulan : Rp : 12 = Rp b. Perhitungan PPh pasal 21 atas gaji dan bonus : Gaji disetahunkan (12 x ) Rp Bonus Rp Penghs bruto gaji + bonus setahun Rp Biaya jabatan maks diperkenankan Rp Penghs neto gaji + bonus setahun Rp PTKP : Wajib pajak Rp Status kawin Rp Tanggungan Rp Rp Penghasilan kena pajak Rp PPh pasal 21 gaji setahun dan bonus : 5% x Rp Rp % x Rp Rp % x Rp Rp Rp c. Perhitungan PPh pasal 21 atas bonus : Rp Rp = Rp ATAS PENGHASILAN YANG SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA DIPEROLEH DALAM MATA UANG ASING. Contoh 8 : Pegawai Van Raad status menikah dengan 1 anak, memperoleh gaji bulan Maret 2006 dalam mata uang asung sebesar US$ 2,000 sebulan. Kurs yang berlaku untuk bulan Maret 2006 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan adalah Rp per US$ Perhitungan PPh pasal 21 : Gaji sebulan : US$ 2,000 x Rp Rp Biaya jabatan 5% x Rp Maksimum diperkenankan Rp Penghasilan neto sebulan Rp
9 Penghasilan neto setahun Rp PTKP Wajib pajak Rp Status kawin Rp Tanggungan Rp Rp Penghasilan kena pajak Rp PPh pasal 21 terutang setahun 5% x Rp Rp % x Rp Rp % x Rp Rp % x Rp Rp % x Rp Rp Rp PPh pasal 21 sebulan : Rp : 12 = Rp PPh PASAL 21 SELURUH ATAU SEBAGIAN DITANGGUNG OLEH PEMBERI KERJA Contoh 9 : Budiman pegawai pada PT. Sinar dengan status menikah dan mempunyai 3 anak menerima gaji sebulan Rp dan PPh ditanggung pemberi kerja. Tiap bulan dia membayar iuran pensiun sebesar Rp Perhitungan PPh pasal 21 : Gaji sebulan Rp Biaya jabatan 5% x Rp Maksimum diperkenankan Rp Iuran pensiun Rp Rp Penghasilan neto sebulan Rp Penghasilan neto setahun 12 x Rp Rp PTKP Wajib pajak Rp Status kawin Rp Tanggungan Rp Rp Penghasilan kena pajak Rp PPh pasal 21 terutang setahun 5% x Rp Rp % x Rp Rp Rp
10 PPh pasal 21 sebulan : Rp : 12 = Rp Pph pasal 21 sebesar Rp ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi kerja. Jumlah sebesar Rp tidak boleh mengurangi penghasilan Kena Pajak dari pemberi kerja dan tidak dikenakan pajak kepada Budiman sebagai wajib pajak PPh pasal ATAS PENGHASILAN PEGAWAI YANG DIPINDAHTUGASKAN DALAM TAHUN BERJALAN. Contoh 10 : Tommy yang berstatus belum menikah adalah pegawai tetap pada PT. UTAMA di Jakarta. Sejak 1 Juni 2006 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung. Gaji Tommy sebesar Rp dan pembayaran iuran pensiun yang dibayar sendiri sebulan sebesar Rp Perhitungan PPh pasal 21 : 1. Kantor Pusat Jakarta Gaji (Jan Mei 2006) 5 x Rp Rp Biaya jabatan 5%x =Rp Maks diperkenankan 5 x Rp Iuran pensiun 5 x Rp Rp Penghasilan neto 5 bulan Rp Penghasilan neto setahun 12/5 x Rp PTKP Wajib pajak Rp Penghasilan kena pajak Rp PPh pasal 21 terutang setahun : 5% x Rp Rp % x Rp Rp Rp PPh pasal 21 sebulan : Rp : 12 = Rp PPh pasal 21 terutang dan harus dipotong untuk masa Januari s.d Mei 2006 adalah : 5/12 x Rp Rp PPh pasal 21 yang sudah dipotong masa Januari s.d Mei 2006 adalah : 5 x Rp Rp PPh pasal 21 kurang (lebih) dipotong N I H I L 5
11 2. Kantor Cabang Bandung Gaji Juni s.d Desember x Rp Rp Biaya jabatan 5%x =Rp Maks diperkenankan 7 x Rp Iuran pensiun 7 x Rp Rp Penghasilan neto di Bandung Rp Penghasilan neto di Jakarta Rp Jumlah penghasilan neto setahun Rp PTKP : Wajib pajak Rp Penghasilan kena pajak Rp PPh pasal 21 terutang setahun : 5% x Rp Rp % x Rp Rp PPh pasal 21 terutang tahun 2006 Rp PPh pasal 21 terutang di Jakarta Sesuai form 1721 A1 Rp PPh pasal 21 terutang di Bandung Rp PPh pasal 21 sebulan yang harus dipotong di Bandung Rp : 7 = Rp PENGISIAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PS 21 (FORM 1721-A1) DI KANTOR BANDUNG Penghasilan Juni s.d Desember Rp Biaya jabatan 5%x =Rp Maks diperkenankan 7 x Rp Iuran pensiun 7 x Rp Rp Penghasilan neto di Bandung Rp Penghasilan neto di Jakarta Rp Jumlah penghasilan neto setahun Rp PTKP : Wajib pajak Rp Penghasilan kena pajak Rp PPh pasal 21 terutang setahun : 5% x Rp Rp % x Rp Rp
12 PPh pasal 21 terutang tahun 2006 Rp PPh pasal 21 terutang di Jakarta Sesuai form 1721 A1 Rp PPh pasal 21 terutang di Bandung Rp PPh ps 21 yang telah dipotong (7xRp ) Rp PPh pasal 21 kurang dipotong N I H I L B. ATAS UANG PENSIUN YANG DIBAYARKAN SECARA BERKALA (BULANAN) Wajib pajak yang menerima penghasilan dari pensiun tetap dikenakan pajak penghasilan atas uang pensiun yang diterimanya. Untuk menentukan penghasilan kena pajak maka penghasilan kotor hanya boleh dikurangi dengan biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan (biaya pensiun) sebesar 5% dari penghasilan bruto dan setingi-tingginya Rp sebulan atau Rp setahun serta dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Contoh 11 : Lukman (K/2) bekerja pada salah satu perusahaan selular di Jakarta dengan gaji sebulan sebesar Rp , tunjangan keluarga Rp dan tunjangan jabatan sebesar Rp Perusahaan membayarkan premi asuransi kecelakaan dan kematian masing-masing Rp dan Rp Lukman sendiri setiap bulan membayar iuran pensiun Rp dan iuran THT Rp Pada tanggal 1 September 2006 ia pensiun dan menerima uang pensiun Rp setiap bulannya. Berdasarkan data teresebut berapakah PPh Pasal 21 terutang atas gaji dan pensiun yang diterima Lukman? Perhitungan PPh Pasal 21: a. Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji 8 bulan (tahun 2006) Penghasilan gaji sebulan Rp Tunjangan keluarga Rp Tunjangan jabatan Rp Premi asuransi kecelakaan Rp Premi asuransi kematian Rp Penghasilan Bruto sebulan Rp Biaya jabatan (5% x Rp ) = Rp Iuran pensiun = Rp Iuran THT = Rp Jumlah potongan Rp Penghasilan Neto sebulan Rp Penghasilan Neto 8 bulan Rp P T K P (K/2) : Wajib Pajak = Rp Status Kawin = Rp Tanggungan (2) = Rp
13 Jumlah PTKP Rp Penghasilan Kena pajak (PKP) Rp PPh Pasal 21 terutang atas gaji 8 bulan : 5% x Rp = Rp b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji 8 bulan dan Pensiun 4 bulan Penghasilan pensiun sebulan Rp Biaya Pensiun (5% x Rp ) Maximum diperkenankan Rp Penghasilan neto pensiun sebulan Rp Penghasilan neto pensiun 4 bulan Rp Penghasilan neto gaji 8 bulan Rp Penghasilan Neto Gaji & Pensiun Rp P T K P (K/2) Rp Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp PPh Pasal 21 terutang atas Gaji & Pensiun 5% x = Rp c. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pensiun Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji & Pensiun = Rp Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji = Rp Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pensiun = Rp d. Perhitungan PPh 21 atas Pembayaran Pensiun Bulanan Mulai Januari Pensiun sebulan Rp Biaya pensiun (5% x Rp ) Maximum diperkenankan Rp Penghasilan neto pensiun sebulan Rp Penghasilan neto pensiun setahun Rp P T K P (K/2) Rp Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp PPh Pasal 21 terutang selama setahun : 5% x Rp = Rp PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp
14 C. ATAS PENGHASILAN BERUPA UANG PESANGON, UANG TEBUSAN PENSIUN DAN TUNJANGAN HARI TUA ATAU JAMINAN HARI TUA YANG DITERIMA SEKALIGUS Atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang disahkan oleh Menteri Keuangan dan Tunjangan Hari Tua dipotong pajak penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan sbb : Penghasilan Bruto 1. Sampai dengan Rp Diatas Rp s/d Rp Diatas Rp s/d Rp Diatas Rp s/d Rp Diatas Rp Tarif Dikecualikan dari pemotongan 5% 10% 15% 25% Contoh 12 : Ferdinand bekerja pada PT. Kondang In selama 15 tahun. Pada bulan Maret 2006, ia berhenti bekerja dan mendapat uang pesangon Rp Hitunglah berapa pajak yang dipotong atas pesangon tersebut! Perhitungan PPh Pasal 21: Penghasilan Bruto Rp Dikecualikan dari pemotongan Rp Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp PPh Pasal 21 terutang : 5% x Rp = Rp % x Rp = Rp Rp catatan : Cara perhitungan PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan berupa uang tebusan pensiun dan Tunjangan Hari Tua yang diterima sekaligus adalah sama dengan contoh diatas. D. ATAS PENGHASILAN PEGAWAI HARIAN, TENAGA HARIAN LEPAS, PENERIMA UPAH SATUAN DAN PENERIMA UPAH BORONGAN. Penghasilan bruto yang diterima pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang dan calon pegawai, dan pegawai tidak tetap lainnya berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah boronganyang jumlahnya tidak melebihi Rp (seratus sepuluh ribu rupiah) sehari, tidak dipotong PPh pasal 21. sepanjang jumlah penghasilan bruto tersebut dalam satu bulan takwim tidak melebihi Rp (satu juta seratus ribu rupiah) dan tidak dibayarkan secara bulanan. Untuk penghasilan yang jumlahnya melebihi Rp sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp , maka PPh pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp
15 Dalam hal penghasilan dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp maka terlebih dahulu dikurangi dengan PTKP harian (PTKP sebenarnya dibagi dengan 360). 1. PENGHASILAN BRUTO DALAM SATU BULAN TAKWIM KURANG DARI Rp Contoh 13 : Upah Harian Ardi dengan status belum menikah pada bulan Januari 2006 bekerja sebagai buruh harian pada PT. Sejahtera. Dia bekerja selama 6 hari dan menerima upah sebesar Rp perhari. Perhitungan PPh pasal 21 : Upah sehari Rp Upah sehari diatas Rp Rp Rp Rp PPh pasal 21 : 5% x Rp = Rp (harian) PPh pasal 21 selama 6 hari = Rp Upah Satuan Heris, status menikah bekerja sebagai perakit televisi pada PT. Sonia. Upah dibayar berdasarkan atas jumlah satuan yang dihasilkan yaitu Rp per unit tv dan dibayar tiap minggu. Dalam 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 30 unit tv dengan upah Rp Perhitungan PPh pasal 21 : Upah sehari Rp : 6 Rp Upah sehari diatas Rp Rp Rp Rp Upah seminggu terutang pajak : Rp x 6 Rp PPh pasal 21 : 5% x Rp Rp (mingguan) Upah Borongan Andi mengerjakan dekorasi rumah dengan upah borongan sebesar Rp , pekerjaan diselesaikan dalam waktu 2 hari. Perhitungan PPh pasal 21 : Upah borongan sehari Rp : 2 Rp Upah sehari diatas Rp Rp Rp Rp Upah borongan terutang pajak : Rp x 2 Rp PPh pasal 21 : 5% x Rp Rp
16 2. PENGHASILAN BRUTO DALAM SATU BULAN TAKWIM JUMLAHNYA MELEBIHI Rp YANG DIBAYARKAN SECARA HARIAN. Contoh 14 : Candra dengan status belum menikah pada bulan Januari 2006 bekerja sebagai buruh harian pada PT. Nusantara. Dia bekerja selama 8 hari dan menerima upah sebesar Rp perhari. Perhitungan PPh pasal 21 : Upah sehari Rp PTKP harian : Rp : 360 Rp Upah harian terutang pajak Rp pembulatan Rp PPh pasal 21 perhari : 5% x Rp Rp E. ATAS HONORARIUM YANG DITERIMA TENAGA AHLI Pemotongan pajak penghasilan atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan tenaga ahli atau persekutuan tenaga ahli, yaitu antara lain : Pengacara Notaris Akuntan Penilai Arsitek Aktuaris Dokter Konsultan Sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan di Indonesia, diterapkan tarif sebesar 15% (lima belas persen) dari perkiraan penghasilan neto. Perkiraan penghasilan neto adalah sebesar 50% dari penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun. Contoh 15 : PT. Laksamana Idol memberikan imbalan sebesar Rp kepada seorang akuntan publik atas jasanya dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Berapakah besarnya pajak penghasilan yang harus dipotong perusahaan atas imbalan yang diberikan? Perhitungan PPh Pasal 21 : Jenis Tenaga Ahli : Akuntan Penghasilan yang diterima Rp Pajak yang dikenakan atas akuntan tersebut : 15% x 50% x Rp Rp catatan : Tarif dan norma tersebut sama untuk semua tenaga ahli menurut peraturan UU Perpajakan No. 17 tahun
17 F. PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN PEGAWAI DENGAN STATUS WAJIB PAJAK LUAR NEGERI YANG MEMPEROLEH GAJI SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA DALAM MATA UANG ASING. Contoh 16 : Michael Filareal adalh pegawai asing yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari. Dia berstatus menikah dan mempunyai 2 orang anak. Ia memperoleh gaji pada bulan Maret 2006 sebesar US$ 2,500 sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp untuk US$ 1,00. Perhitungan PPh pasal 26 : Penghasilan bruto berupa gaji sebulan adalh : US$ 2,500 x Rp Rp PPh pasal 26 terutang : 20% x Rp Rp
18 3
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
1 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 Adalah pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi, yaitu pajak atas penghasilan
Lebih terperinciPertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P)
Pertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P) Pertemuan 3 91 P3.1 Contoh Kasus Contoh Kasus 1 Tn. Yudi (K/3) bekerja pada perusahaan tekstil di Jakarta dengan gaji sebulan sebesar Rp 5.000.000, tunjangan
Lebih terperincib. PPh 21 seminggu = PPh 21 sebulan dibagi empat
PERTEMUAN KE-9 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PPh 21 atas karyawan tetap dengan upah mingguan, harian, dan PPh 21 atas penghasilan pensiunan serta Atas penghasilan tidak teratur 1. PPh 21 Atas karyawan tetap
Lebih terperinciDasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:
PPh Pegawai Tidak Tetap Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil
Lebih terperinciPertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B)
Pertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B) Pertemuan 2 48 P2.1 Tq8eori Pajak Penghasilan Pasal 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-545/PJ/2000 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinciCARA PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN PASAL 26
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-281/PJ./1998 TANGGAL : 28 DESEMBER 1998 CARA PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN PASAL 26 I. UMUM A. Penghitungan PPh Pasal 21 Bulanan atas Penghasilan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2015 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN
Lebih terperinciMINGGU KE DUA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI DAN BONUS
MINGGU KE DUA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI DAN BONUS A. Pajak Penghasilan Pasal 21 Adalah pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi,
Lebih terperinciMakalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21
Makalah Perpajakan Perhitungan PPh 21 Disusun oleh: Kelompok 1 Reza Maulana A (115030201111046) Fidya Gumilang A (115030201111076) Nurul Qomaria (115030201111078) JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK
Lebih terperinciPETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26
Lampiran PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2009 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK
Lebih terperinciPETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-16/PJ/2016 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Lebih terperinciPajak Penghasilan Pasal 21/26
Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,
Lebih terperinciBAGIAN PERTAMA : PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26
Lampiran PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2009 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Lebih terperinciPengertian Pajak Penghasilan 21
Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,
Lebih terperinciPajak Penghasilan Pasal 21/26
Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 0 IDENTITAS PEMOTONG PAJAK NAMA NO. TELEPON - NO. FAKS - JENIS USAHA KLU NAMA PIMPINAN PERUBAHAN DATA ADA, PADA LAMPIRAN TERSENDIRI TIDAK ADA A. DALAM YANG BERSANGKUTAN
Lebih terperinciMODUL PPh PASAL 21/26 & espt PPh Pasal 21
PRISMA UTAMA CONSULTANT MODUL PPh PASAL 21/26 & espt PPh Pasal 21 SERI PERPAJAKAN Ivan Christian K, S.E., M.M. 2010 J L. J U P I T E R U T A M A N O. 10 B A N D U N G 4 0 2 8 6 PENGERTIAN PPh PASAL 21
Lebih terperinciFransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak
Modul ke: Perpajakan I PPh 21 Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi S1. Akuntansi Pemotong PPh Pasal 21/26 pemberi kerja yang terdiri dari: a.orang pribadi dan
Lebih terperinciDASAR-DASAR PERPAJAKAN
DASAR-DASAR PERPAJAKAN A. Definisi dan Unsur Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20 /PJ/2012 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,
6 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan
Lebih terperinciAGENDA. PPh Pasal 26
1 AGENDA 1. PPh Pasal 21 2. PPh Pasal 26 2 Landasan Hukum: UU No 36 Th 2008, Psl 21 UU PPh Peraturan Dirjen Pajak No. PER-31/ PJ/ 2012 3 DEFINISI Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam Negeri
Lebih terperinciPenghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TARIF DAN PENERAPANNYA
Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 04 seri PPh PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TARIF DAN PENERAPANNYA 1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, bukan pegawai yang memiliki NPWP dan menerima
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang) 8. JUMLAH (6 + 7) 8
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 0 PERHATIAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK /DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI IDENTITAS
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 21
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 SUSUNAN SATU NASKAH PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 57/PJ/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JEDNERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Menurut S.I. Djajadiningrat (dalam Siti Resmi, 2011:1), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN
Lebih terperinciPerhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana Meitri Megawati 41209141 3DA03 PENDAHULUAN Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan
BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN II.1. Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Liberti Pandiangan (2010:v) adalah salah
Lebih terperinciLAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
DEPARTEMEN KEUANGAN RI LAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP ATAU PENERIMA PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI TUA / TABUNGAN HARI TUA (THT)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah Keramik Kegiatan kewajiban pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan pasal 21 karyawan, dilaksanakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PPh Pasal 21 Menurut PER-31/PJ/2012 Pasal 1 ayat 2 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat atas penghasilan berupa gaji,
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN
Lebih terperinciKasus : A. Pegawai Tetap
Kasus : A. Pegawai Tetap No-Urut : ---- Gaji Pokok Rp 138.000.000 (A.1) Tunjangan lainnya Rp 21.000.000 (A.3) Honorarium dan Imbalan sejenisnya Rp 15.000.000 (A.4) Jumlah Penghasilan Bruto Teratur (A1s/d
Lebih terperinciPER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA
PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA Contributed by Administrator Friday, 07 August 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA
BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA IV.1 Evaluasi Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Sesuai dengan UU PPh no. 17 Tahun 2000, setiap
Lebih terperinciLatihan di Laboratorium Akuntansi a. Diketahui Penghasilan Kena Pajak Setahun Maftuh Rizqi adalah Rp ,-
PERTEMUAN I PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 By Ely Suhayati SE MSi Ak PPh Pasal 21 adalah pajak yang terutang sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang wajib dipotong dan disetorkan oleh pemberi
Lebih terperinciAPLIKASI BERBASIS WEB UNTUK PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (PPh 21) DENGAN SISTEM MEMBER
APLIKASI BERBASIS WEB UNTUK PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (PPh 21) DENGAN SISTEM MEMBER Risa Rahman Atmojo, Ami Fauzijah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam
Lebih terperinciOLEH: Yulazri M.Ak. CPA
OLEH: Yulazri M.Ak. CPA Pajak Penghasilan (PPh) Dasar Hukum : No. Tahun Undang-Undang 7 1983 Perubahan 7 1991 10 1994 17 2000 36 2008 SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK PENGHASILAN 1. a. Orang Pribadi b. Warisan
Lebih terperinciSOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir)
SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir) 1. PT ABC mempekerjakan Tuan A (Status K3, tanpa NPWP) seorang tukang bangunan, untuk mengganti lantai keramik
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan
BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Sesuai dengan Undang-undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 dan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-545/PJ/2000 sebagaimana
Lebih terperinciPPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com
PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com 1 PPh PASAL 21 Pemotongan pajak atas penghasilan yg diterima/diperoleh WP Orang Pribadi Dalam Negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Perpajakan 1. Pengertian pajak Menurut Rochmat Soemitro seperti dikutip oleh Waluyo ( 2007 : 3 ) mengemukakan bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 39/PJ/2008 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TAHUNAN 2008 BESERTA PETUNJUK PENGISIANYA FORMULIR 1721 DEPARTEMEN KEUANGAN
Lebih terperinciPERTEMUAN 3 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP YANG MENERIMA TUNJANGAN PAJAK
PERTEMUAN 3 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP YANG MENERIMA TUNJANGAN PAJAK Aditya (TK) bekerja pada PT. Kakaku memperoleh gaji sebesar Rp. 3.000.000,00
Lebih terperinciMATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO
MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM
Lebih terperinciUpdate. Pajak Penghasilan Sehubungan dengan. Pekerjaan atau Jabatan, Jasa dan kegiatan, Yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pasal 21 UU No. 7 Th 1983 std UU No. 17 Th 2000 Update UU No. 36 Th 2008 Juklak PMK No. 252/PMK.03/2008 ttg PER. 14/PJ/2013 tgl 18 April 2013 PER. 31/PJ/2012 tgl 27 Des 2012 PMK No. 162/PMK.11/2012 PER.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991;747) yaitu: Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang
Lebih terperinciMODUL PANDUAN PRAKTIKUM PERPAJAKAN
PTA 2013/2014 LABORATORIUM AKUNTANSI LANJUT B (PERPAJAKAN) UNIVERSITAS GUNADARMA MODUL PANDUAN PRAKTIKUM PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN. PAJAK PENGHASILAN PASAL
Lebih terperinci3 Tipe Perhitungan Pajak Penghasilan
3 Tipe Perhitungan Mengelola Tim dan Isu Terkait Legal Mengelola Tim HASIL KOLABORASI OLEH TIM: DITULIS & DIADAPTASI OLEH: Vania Utami Gunawan TERINSPIRASI DARI: Online Pajak,(2015), PPh Pasal 21: Perhitungan
Lebih terperinciPEMOTONGAN PPh PASAL 21
PEMOTONGAN PPh PASAL 21 1 Dasar Hukum 1. Pasal 21, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
Lebih terperinciANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN
ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN Thomas Sumarsan Goh Dosen FE Universitas Methodist Indonesia ABSTRAK PPh Pasal 21 merupakan salah satu sumber pendapatan
Lebih terperinciPENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.
PENGHASILAN Oleh Iwan Sidharta, MM. Penghasilan Penghasilan Dari Kegiatan Usaha Penghasilan Sebagai Karyawan Gaji Upah Tunjangan Honor Komisi, bonus Hadiah Penghasilan Yang Merupakan Objek Pajak Penghasilan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN. karyawannya dan PT. pelangi elasindo menanggung semua PPh Pasal 21 yang
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN Sesuai dengan ketentuan UU PPh No. 17 tahun 2000, setiap pemberi kerja wajib untuk melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan atas
Lebih terperinciSPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26
SPT Masa Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Formulir ini digunakan untuk melaporkan kewajiban Pemotongan Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 SPT rmal SPT Pembetulan Ke- - Tahun Kalender Formulir
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 21
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang telah diubah dengan Undang-Undang
Lebih terperincijumlah pendapatan kotor, tunjangan-tunjangan, potongan-potongan yang
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Tetap PT. Inkordan International merupakan perusahaan yang sedang berkembang sehingga jumlah karyawannya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pajak menurut Soemitro (Resmi, 2016:1) merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
Lebih terperinciPPh Pasal 21. Lingkungan Kewajiban Pajak 12/21/2017
PPh Pasal 21 Lingkungan Kewajiban Pajak sehubungan dengan: 1. Pekerjaan 2. Jabatan PPh Pasal 21 (dikenakan PPh 26 oleh Orang Pribadi 3. Jasa jika diterima oleh 4. Kegiatan Orang Pribadi SPLN) sehubungan
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 545/PJ./2000 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN PASAL 26 SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPeraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah
Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor, tanggal 80 Tahun 2010 20 Desember 2010 Mulai berlaku : 1 Januari
Lebih terperinciMAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM
MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM Disusun oleh : 1. Nanda Rosyid F0311082 2. Nur Aini Kusumaningrum F0311087 3. Nur Chayati
Lebih terperinciBENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II
BAB II BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II BAB II BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Lebih terperinciUU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991
Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991) Pajak merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Karyawan Tetap PT.X PT. X pada tahun 2008 memiliki 2 kelompok karyawan, jumlah karyawan yang bekerja di PT. X ada 422
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Soemitro (Mardiasmo, 2012:7) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (SPT TAHUNAN PPh PASAL 21) (SPT 1721 beserta lampiran-lampirannya)
Lebih terperinciHUTANG JANGKA PENDEK DAN AKUNTANSI UNTUK GAJI DAN UPAH
HUTANG JANGKA PENDEK DAN AKUNTANSI UNTUK GAJI DAN UPAH Hutang merupakan kewajiban untuk memindahkan harta atau memberikan jasa di masa yang akan datang. Kewajiban tersebut muncul karena adanya transaksi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK
BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Ismail Masya, Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan berupa urutan waktu dan tata cara
Lebih terperinciSurat Keterangan Penelitian
Surat Keterangan Penelitian Dengan ini kami menyatakan bahwa mahasiswa : Nama : Merry Ria Hendrawan NIM : 05.60.0160 Perguruan Tinggi Fakultas / Jurusan : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang :
Lebih terperinciDIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN PASAL 26 SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN ORANG PRIBADI (Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-545/PJ./2000
Lebih terperinciPT. Munirah adalah PKP yang bergerak di bidang penjualan elektronik di Makassar. Selama bulan Juli 2014 melakukan transaksi sebagai berikut :
Contoh Soal PPN dan Pembahasan PT. Munirah adalah PKP yang bergerak di bidang penjualan elektronik di Makassar. Selama bulan Juli 2014 melakukan transaksi sebagai berikut : Penjualan langsung ke konsumen
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil dan Pembahasan 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh pasal 21. Perhitungan pajak PPh 21 tidak akan terlepas dari bagian-bagian
Lebih terperinciTUGAS PERKULIAHAN MAHASISWA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TUGAS PERKULIAHAN MAHASISWA PERPAJAKAN Kasus 04 :... Nama :... No.Mhs :... Pengajar : Kesit Bambang Prakosa Semester : GANJIL TA.2015/2016 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciPPh 21 UNTUK PEGAWAI TETAP DENGAN AGEN PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA NAMA : TICHA BUNGA.R NPM : PEMBIMBING : EMMY INDRAYANI, Dr.
PERBEDAAN PEMOTONGAN PPh 21 UNTUK PEGAWAI TETAP DENGAN AGEN PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 NAMA : TICHA BUNGA.R NPM : 40209386 PEMBIMBING : EMMY INDRAYANI, Dr. BAB I PENDAHULUAN Pajak merupakan iuran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Mengenai Pajak 1. Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, khususnya para ahli bidang keuangan negara, ekonomi
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2000 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PENGHASILAN BERUPA UANG PESANGON, UANG TEBUSAN PENSIUN, DAN TUNJANGAN HARI TUA
Lebih terperinciBAB II. rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pajak digunakan untuk membiayai. untuk membiayai penyelenggaraan negara.
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-Dasar Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Dalam suatu Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara, baik
Lebih terperinciMakalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21
Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya setipa masyarakat yang hidup di suatu negara memiliki potensi untuk menjadi wajib pajak.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor
Lebih terperinciMINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000 A.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.
No.691, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Beberapa istilah atau pengertian umum dalam membicarakan perpajakan sesuai pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 adalah
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Kristen Marantha
LAMPIRAN 81 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP - 545/PJ./2000, Tgl. 29-12-2000 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 545/PJ./2000 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG
Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI, ANGGOTA POLRI, DAN PENSIUNANNYA
Lebih terperinciBAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH
BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH 3.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) 3.1.1 Dasar
Lebih terperinci