IDENTIFIKASI KAPANG DAN KHAMIR PENYEBAB PENYAKIT MANUSIA PADA SUMBER AIR MINUM PENDUDUK PADA SUNGAI CILIWUNG DAN SUMBER AIR SEKITARNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI KAPANG DAN KHAMIR PENYEBAB PENYAKIT MANUSIA PADA SUMBER AIR MINUM PENDUDUK PADA SUNGAI CILIWUNG DAN SUMBER AIR SEKITARNYA"

Transkripsi

1 ISSN VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009 IDENTIFIKASI KAPANG DAN KHAMIR PENYEBAB PENYAKIT MANUSIA PADA SUMBER AIR MINUM PENDUDUK PADA SUNGAI CILIWUNG DAN SUMBER AIR SEKITARNYA Noverita Fakultas Biologi Universitas Nasional ABSTRACT Ciliwung is a major river in Jakarta. This river has become part of the livelihood of people on the flood plains. Except for drinking, people use the river water for many purposes, such as bathing, washing, even for trashing. This river is now heavily polluted, with dirty and cloudy water. Contaminated water allows various types of pathogenic micro-organisms flourished. This research was carried out in order to identify various kinds of molds and yeast present in drinking water sources and in Ciliwung River s water, particularly those related to human health. Results obtained showed that from ten sampling points there are nine types of fungi. This consists of seven mold isolates and two types of yeast isolates. Four types of which are types of molds and yeasts harmful to human health, namely: Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Candida albicans and Rhodotorulla sp. two types are pathogens mold on plants, namely; Candida sp. and Rhizocsolenia solani. Another type found: Penicilium Eupenicillium and Aspergillus niger are potential in industry and food processing. Keyword; identify, molds and yeast, drinking water, Ciliwung PENDAHULUAN Air merupakan materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan tersusun dari air (Suryawirya, 1993) Kandungan air di bumi sangat berlimpah, volume seluruhnya mencapai km 3. Lebih kurang 97% merupakan air laut (air asin) yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung dalam kehidupan manusia. Dari 3% sisanya, 2% berupa gunung-gunung es di kedua kutub bumi. Selebihnya 0,75% merupakan air tawar yang mendukung kehidupan makhluk hidup di darat, di danau, sungai dan di dalam tanah (Suryawirya, 1993). Air tawar tersebut berasal dari siklus air (daur hidrologi) secara alami. Meskipun demikian, untuk mendapatkan air tawar yang sangat diperlukan manusia tidaklah mudah. Oleh karena itu, hemat dalam pemakaian air dan mencegah pencemaran air merupakan langkah yang harus diambil. Pencemaran air merupakan suatu permasalahan yang samapai saat ini belum juga dapat diatasi, terutama di kota-kota besar terutama di Jakarta. Sumber pencemar dapat berasal dari limbah domestik (limbah rumah tangga, seperti pasar dan jalanan) dan limbah non domestik (limbah industri). Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses pengolahan yang Noverita 12

2 dilakukan belum memadai. Akibat dari pencemaran air ini dapat mengganggu peredaran air dan memungkinkan kualitas air menurun sehingga tidak dapat dipakai sebagai air minum dan membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya (Wardhana, 2001). Jenis pencemar dapat berupa pencemaran fisik, pencemaran kimia dan pencemaran biologi. Pencemaran biologi seperti yang disebabkan oleh bakteri Vibro cholerae; Shigella dysenteriae; Salmonella typhosa; dan Salmonella paratyphi merupakan suatu permasalah yang cukup membahayakan bagi kesehatan manusia. Selain bakteri, mikroba patogen lain yang sering ditemukan pada badan air yang tercemar juga sangat membahayakan kesehatan manusia. Mikroba yang dimaksud adalah kapang dan khamir. dan khamir merupakan kelompok mikroorganisme yang termasuk filum Fungi. Kehadiran mikroorganisme di lingkungan terutama di perairan dapat bersifat menguntungkan, karena kemampuannya dalam merombak senyawa organik komplek menjadi senyawa sederhana yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai sumber nutriennya. Fungsi lain dari fungi adalah menghasilkan berbagai jenis enzim, vitamin, hormon tumbuh, asam-asam organik dan antibiotik. Sementara itu dari segi merugikan, kehadiran fungi ini dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang membahayakan bagi organisme lain terutama manusia. Beberapa contoh kapang dan khamir penyebab penyakit yang dapat ditemukan di perairan, baik pada kolam, sungai, danau maupun laut adalah; Aspergillus spp, Penicillium spp., Pythiopsis, Saprolegnia parasitica, Isoachlya, Leptolegnia, Candida spp, dan Rhodotorulla spp. (Suryawirya, 1993). Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai besar di Pulau Jawa. Wilayah yang dilintasi sungai ini adalah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Jakarta. Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur; tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta- Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Di daerah Manggarai aliran Ciliwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air Istiqlal jalur lama tidak ditemukan lagi karena dibuat kanal-kanal, seperti di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Veteran. Di Manggarai, dibuat Banjir Kanal Barat yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit. Kondisi Sungai Ciliwung sudah sangat tercemar. Kondisi sungai yang tercemar dan begitu keruh bukan tanpa sebab. Buangan limbah rumah tangga, limbah industri besar dan kecil antara lain menjadi penyebab. Menurut data IPK PWSCC, setidaknya sepuluh industri yang membuang limbahnya ke sungai ini mulai dari percetakan sampai elektronik. Ditambah lagi industri kecil yang memanfaatkan air Ciliwung. Terdapat lebih dari industri kecil skala rumah tangga di sepanjang Ciliwung. Meski kotor dan keruh, Ciliwung telah menjadi bagian dari kehidupan warga bantaran sungai. Kecuali minum, warga menggunakan air sungai untuk banyak hal, diantaranya untuk mencuci, mandi, dan buang air besar. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi berbagai macam kapang dan Noverita 13

3 khamir yang terdapat pada sumber air minum dan air sungai Ciliwung, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi tentang keberadaan kapang dan khamir yang berbahaya bagi kesehatan manusia, yang ada pada sumber air minum penduduk dan air sungai Ciliwung, sehingga pencegahan penyakit kiranya dapat dilakukan. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus Lokasi pengambilan sample dilakukan di 5 lokasi, yaitu Depok 2, Srengseng Sawah, Condet, Manggarai dan Matraman. Identifikasi sample dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika, Fakultas Biologi - Universitas Nasional, Jakarta. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari; sample air, media Potato Detrosa Agar (PDA), Larutan garam fisiologi 0,85%, Alkohol 75%, Spirtus, Es batu, KOH 10%, lactophenol, kapas dan tissu. Alat yang digunakan terdiri dari; cawan Petri, labu Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet mikro dan tip, botol sampel, tali rapia, oven, autoklaf, lampu spirtus, botol semprot, tabung reaksi, kaca objek dan kaca penutup, jarum aose dan mikroskop. C. Cara Kerja Persiapan dan sterilisasi Alat alat kaca seperti botol sample, cawan Petri, labu Erlenmeyer, tabung reaksi dicuci bersih, kemudian disterilkan di dalam oven pada suhu 180 o C selama 2 jam Media PDA untuk pertumbuhan kapang dan khamir, ditimbang sesuai dengan takaran yang sudah ditentukan, kemudian dilarutkan dengan 1000 ml akuades, selanjutnya dipanaskan sampai mendidih dan homogen, selanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit. Pengambilan sample air dan isolasi kapang dan khamir Sampel air diambil secara aseptik dengan mengunakan botol sample yang sudah disterilkan. Sampel air diambil pada 5 lokasi yang sumbernya terletak paling dekat dengan titik pengambilan air sungai. Selanjutnya sample-sampel air diencerkan dengan tingkat pengenceran 10-2 sampai dengan 10-4, dengan mengunakan larutan fisiologis steril. Sebanyak 0,1 ml sample air yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi PDA padat steril, lalu diratakan dan diinkubasikan selama 3-7 hari pada suhu kamar. Setelah masa inkubasi dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan koloni khamir dan kapang, secara makroskopis dan mikroskopis. Pembacaan hasil Hasil dinyatakan positif bila pada media PDA terdapat koloni kapang dan khamir. Selanjutnya, bila pada pengamatan mikroskopis ditemukan adanya miselium atau hifa dan spora, dilaporkan sebagai adanya kapang, dan bila pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan adanya sel bertunas dilaporkan sebagai khamir. Terhadap kapang dan khamir yang sudah diperoleh kemudian dilakukan identifikasi berdasarkan penampakan makroskopis dan mikroskopi. Noverita 14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan koloni kapang dan khamir pada media PDA, dari sepuluh titik pengambilan sample air (lima titik air sungai dan lima titik sumber air minum), maka diperoleh hasil sebagaimana terlihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1.Koloni kapang dan khamir yang ditemukan pada lima titik pengambilan sampel Kelompok Fungi Lokasi sampel (Sumber Air Minum) Lokasi sampel (Air Sungai) Khamir Keterangan: + : ditemukan koloni - : tidak ditemukan A B C D E A B C D E + + _ _ _ Pada tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa dari sepuluh titik pengambilan sampel (lima titik di sumber air minum dan lima titik di air sungai), lebih dari separuhnya ditemukan kapang dan khamir, tepatnya 80% ditemukan di sumber air minum dan 70% di sungai. Data ini menunjukkan bahwa secara umum kedua lokasi tersebut sudah terkontaminasi oleh kapang dan khamir yang kehadirannya dapat membahayakan bagi kesehatan. Seteleh dilakukan identifikasi jenis terhadap isolat kapang dan khamir yang ditemukan, maka diperoleh sebanyak 9 jenis yang terdiri dari 7 jenis isolat kapang dan 2 jenis isolate khamir. Data dari ke 9 jenis isolate tersebut ditampilkan pada table 2. Tabel 2 memperlihatkan bahwa dari 7 jenis-jenis kapang yang ditemukan, 2 jenis diantaranya adalah jenis kapang yang membahayakan bagi kesehatan manusia, yaitu Aspergillus flavus dan Aspergillus fumigatus. Kedua jenis kapang ini menghasilkan berbagai jenis toksin. Menurut Makfoeld (1993), kapang A. flavus dan A.fumigatus menghasilkan berbagai jenis toksin, diantaranya adalah ; aflatoksi, asam aspergilat, asam kojat, palmotoksin B o dan G o dihasilkan A.flavus dan famagilin, fumigatoksin dan asamhelvenat dihasilkan A.fumigatus. Toksin-toksin tersebut sangat membahayakan dan bersifat akut pada manusia. dari jenis Penicillium sp, Eupenicicillium serta Aspergillus niger, walaupun secara umum merupakan kapang yang potensial dalam bidang industri dan pangan, yaitu berpotensi dalam produksi antibiotik (Penicillium dan Eupenicillium) dan asam sitrat (Aspergillus niger), namun dapat juga menimbulkan efek yang merugikan bagi manusia karena dapat mengkontaminasi makanan yang menyebabkan makanan menjadi jamuran dan busuk, serta spora yang dihasilkan bila termakan dapat menyebabkan alergi bagi orang-orang tertentu. Noverita 15

5 Pratini (2006), menyatakan bahwa sejumlah besar senyawa biologi seperti enzim, protein dan antibiotik serta spora mikrobial telah diketahui kemampuannya membentuk alergen. Gejala alergi muncul ketika zat alergen kontak dengan kulit atau membran mucosa. Sensitivitas senyawa alergen dan berkembangnya sifat alergi berbeda pada setiap individu. Alergen yang berbahaya dapat mengancam hidup orang yang mudah terpengaruh oleh alergi Tabel 2. Jenis-jenis fungi yang ditemukan pada tiap-tiap lokasi No Jenis fungi Keterangan Aspergillus niger Aspergillus flavus Aspergillus fumigatus Curvularia Candida albicans Eupenicilium sp Penicilium sp Rhizoctonia solani Rhodotorulla sp Khamir Khamir Dua jenis kapang lainnya yang ditemukan adalah kapang Curvularia sp. dan Rhizoctonia solani. Kedua jenis kapang ini merupakan dua contoh jenis kapang yang biasanya merupakan kapang patogen pada tanaman, terutama pada tanaman sayur-sayuran dan palawija. Walaupun kedua kapang ini tidak menimbulkan penyakit pada manusia, namun karena sifatnya patogen pada tanaman dan bila air yang sudah terkontaminasi ini digunakan untuk irigasi atau menyiram tanaman, tentunya akan berpotensi menimbulkan penyakit pada tanaman dan hal ini merugikan petani. Dua jenis khamir yang ditemukan merupakan khamir yang membahayakan, karena khamir tersebut dapat menimbulkan penyakit pada manusia, terutama Candida albicans. Candida dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia (Brown dkk.,2005). Populasi yang meningkat dapat menimbulkan masalah. Salah satu spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik pada manusia maupun hewan adalah Candida. albicans. C. albicans merupakan fungi opportunistik penyebab sariawan (Kumamoto dan Vinces, 2004), lesi pada kulit (Bae dkk., 2005), vulvavaginistis (Wilson, 2005), gastrointestinal candidiasis yang dapat menyebabkan gastric ulcer (Brzozowski dkk 2005), atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker (Dinubile dkk, 2005). Pada wanita, C. albicans sering menimbulkan vaginitis dengan gejala utama fluor albus yang sering disertai rasa gatal. Infeksi ini terjadi akibat tercemar setelah defekasi, tercemar dari kuku atau air yang digunakan untuk membersihkan diri; sebaliknya vaginitis Candida dapat menjadi sumber infeksi di kuku, kulit di sekitar vulva dan bagian lain. Noverita 16

6 Kehadiran khamir Rhodotorulla juga merupakan suatu permasalah yang cukup penting untuk diwaspadai.. Khamir ini sebelumnya diyakini bersifat nonpathogenik, atau hanya bersifat virulensi rendah, kini ditemukan penyebab penting morbiditas dan kematian, terutama pada pasien dengan penyakit yang mendasarinya parah dan membahayakan pertahanan tuan rumah. Khamir Rhodotorula, sebagian besar terkait dengan kasus fungemia, yang memenuhi syarat sebagai semacam pathogen pada pria Deskripsi kapang dan khamir Aspergillus niger Koloni Aspergillus niger pada saat muda berwarna putih, dan akan berubah menjadi berwarna hitam setelah terbentuk koniospora.(gambar 1). Kepala konidia (Conidialhead) berwarna hitam, berbentuk bulat (radiate). Kodiofor berdinding halus, hialin sampai kecoklatan. Vesikula berbentuk bulat sampai semi bulat. Fialid duduk pada metule, konidia berbentuk bulat sampai semi bulat, berwarna coklat tua hitam, dan berornamen. Menurut Samson dkk. (1981), Koloni A.niger pada media Czapek Agar suhu 25 0 C umur 7 hari mencapai diameter 4 7 cm, terdiri dari masa koloni yang kompak berwarna putih dan kuning pada permungkaan bawah koloni, yang akan berobah warna menjadi coklat gelap sampai hitam setelah terbentuk konidiospora (konidia). Kepala konidia radiat. Tangkai konidia (konidiofor) berdinding halus, hialin, tetapi sering berwarna coklat. Vesikel bulat sampai semi bulat, berdiameter µm. fialid duduk pada metule, berukuran 7,0 9,5 x 3 4 µm. Metule hialin sampai coklat, sering bersekat, berukuran x 4,5 6,0 µm. konidia bulat sampai semi bulat, diameter 3,5-5µm, coklat, dengan ornamen. Gambar 1. Bentuk makroskopis dan mikroskopis Aspergillus niger Aspergillus flavus Koloni Aspergillus flavus pada saat muda berwarna putih, dan akan berubah menjadi berwarna hijau kekuningan setelah membentuk konidia (gambar 2). Kepala konidia berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua kekuninggan, berbentuk bulat, konidiofor berdinding kasar, hialin.. Vesikula berbentuk bulat hingga semi bulat. Fialid langsung duduk pada vesikula atau pada metule, konidia berbentuk bulat hingga semi bulat, berwarna hijau pucat. Menurut Samson dkk, (1999), koloni kapang A. flavus berwarna hijau kekuningan. Kepala konidia khas berbentuk bulat, kemudian merekah menjadi beberapa kolom, dan berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua kekuningan. Konidiofor berwarna hialin, Noverita 17

7 kasar. Vesikula berbentuk bulat hingga semi bulat, berdiameter µm. Fialid duduk lansung pada vesikel atau metule, berukuran 6 10 x 4,5 5,5 µm. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, dimeter 3-6µm, hijau dan berduri. Gambar 2. Bentuk makroskopis dan mikroskopis A. Flavus Aspergillus fumigatus Koloni saat muda berwar putih dan dengan cepat berubah menjadi hijau seiring dengan terbentuknya konidia (gambar 3). Kepala konidia berbentuk kolumnar, koniofor pendek, berdinding halus, berwarna hijau. Vesikula berbentuk gada, berwarna hijau. Konidia bulat sampai semi bulat, berwarna hijau, berdinding kasar. Menurut Samson dkk (1999), kapang A.fumigatus mempunyai koloni berwarna hijau tua karena lebatnya konidiofor yang terbentuk dari miselia yang ada di agar dan juga dari miselium aerial. Kepala konidia berbentuk kolumnar. Konidiofor pendek, berdinding halus, dan berwarna hijau (khusus pada bagian atas). Vesikula berbentuk gada yang lebar, diameter µm. Fialid terbentuk langsung pada vesikula, seringkali berwarna hijau, berukuran 6 8 x 2 3 µm. Konidia berbentuk bulat hingga semi bulat, dimeter 2,5 3 µm, berwarna hijau, dan berdinding kasar hingga berduri. Gambar 3. Bentuk makroskopis dan mikroskopis A. fumigatus Curvularia Koloni saat muda berwarna putih dan dengan cepat berubah menjadi krem sampai coklat muda seiring dengan terbentuknya konidia. Konidiofor coklat, umumnya sederhana, menghasilkan konidia (makrokonidia) pada bagian ujung. Noverita 18

8 Konidia gelap, dengan bagian-bagian sel yang bercahaya, terdiri dari 3 sampai 5 sel, bentuk fisiform (Gambar 4). Menurut Barnet dan Hunter (1998), kapang Curvularia memiliki konidiofor berwarna coklat, dengan konidia yang menempel pada bagian ujung atau pada percabangan simpodial baru. Konidia (porospores) gelap, bagian ujung sel konidia bercahaya, terdiri atas 3 sampai 5 sel. Bersifat parasit atau saprofit. Gambar 4. Bentuk makroskopis dan mikroskopis Curvularia sp Candida albicans Pertumbuhan koloni khamir ini pada medium agar Sabouraud Dekstrosa, umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Warna koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape. C. albicans merupakan khamir dimorfik karena mampu tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora, berkecambah membentuk hifa semu. Blastospora berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong (Gambar 5) Menurut Lodder (1970), pertumburan khamir C.albicans pada media Sabaroud dextrose agar atau glucose-yeast extract- peptone water berbentuk bulat atau oval dengan ukuran (3,5-6) x (6-10) μm. Koloni berwarna krem, agak mengkilat dan halus. Pada media cornmeal agar dapat membentuk clamydospora dan lebih mudah dibedakan melalui bentuk pseudomycelium. Pada pseudomycelium terdapat kumpulan blastospora,terdapat pada bagian terminal atau interkalar. Gambar 5. Bentuk makroskopis dan mikroskopis C. Albicans Noverita 19

9 Eupenicilium sp Koloni saat muda berwarna putih dan dengan cepat berubah menjadi hijau seiring dengan terbentuknya konidia. Permukaan bawah koloni (reverse side) koloni berwarna merah kecoklatan. Hifa bersekat, Konidiofor tunggal (mono-nematous) atau budled (symnematous, pada bagian ujung konidiofor terbentuk fialid yang mendukung konidia. Menghasilkan spora seksual berupa askospor di dalam askus (gambar 6). Gambar 6. Bentuk makroskopis Eupenicilium sp Penicilium sp Koloni tumbuh lambat, saat muda berwarna putih dan berubah menjadi hijau kebiruan seiring dengan terbentuknya konidia (gambar 3). Tekstur koloni seperti beludru (velvety), dengan tetes eksudat berwarna hialin. Hifa kapang ini bersekat. Menurut Samson dkk.(1981), pertumbuhan koloni kapang yang termasuk marga Penicillium lambat, diameter koloni dapat mencapai 52 mm setelah sepuluh hari inokubasi. Koloni datar, dengan lapisan tepung, permukaan hijau kebiru-biruan yang dikelilingi oleh pinggiran berwarna putih. Selanjutnya Barnett dan Hunter (1998), konidiofor muncul dari miselium satu persatu atau kadang-kadang dalam synnemata, bercabang pada bagian ujung, penicillate, yang akhirnya terkumpul dalam bentuk fialid. Konidia (phialospora) hialin atau dalam masa sel yang berwarna, satu sel, umunya bulat atau oval, membentuk rantai basipetal. Gambar 7.Bentuk makroskopis Penicillium sp Noverita 20

10 Rhizoctonia solani Koloni saat muda berwarna putih dan dengan cepat berubah menjadi hitam, tekstur seperti kapas, padat. Miselim hialin sampai gelap (hitam). Miselium biasanya panjang, bersepta dan bercabangcabang. Tubuh buah aseksual dan konidia tidak ditemukan (gambar 8). Rhizoctonia merupakan salah satu jenis patogen yang paling umum menyerang bibit tanaman kehutanan di persemaian. patogen ini termasuk suku Agonomycetaceae, ordo Agonomycetales dan kelas Deuteromycetes. Rhizoctonia dikenal sebagai myselia sterelia, karena tidak menghasilkan konidia (Alexopoulus, 1996). Gambar 8. Bentuk makroskopis Rhizoctonia solani. KESIMPULAN Setelah dilakukan identifikasi kapang dan khamir penyebab penyakit manusia pada sumber air minum penduduk dari Sungai Ciliwung dan sumber air sekitarnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut; 1. Dari sepuluh titik pengambilan sampel (lima titik di sumber air minum dan lima titik di air sungai), ditemukan sebanyak sebanyak 9 jenis fungi, yang terdiri dari 7 jenis isolat kapang dan 2 jenis isolat khamir. 2. Empat jenis diantaranya adalah jenis kapang dan khamir yang membahayakan bagi kesehatan manusia, yaitu; Aspergillus flavus, Aspergillus fumigates, Candida albicans dan Rhodotorulla sp. 3. Dua jenis merupakan kapang pathogen pada tanaman, yaitu; Curvularia sp. dan Rhizocsolenia solani 4. Jenis lain yang ditemukan adalah; Penicillium, Eupenicillium dan Aspergillus niger berpotensi dalam bidang industri dan pangan, namun sporanya dapat sebagai penyebab alergi. DAFTAR PUSTAKA Alexopoulos CJ, Mims CW, dan Blackwell M. Introductory Mycology, Fourth Edition, John Wiley & Sons, Inc Bae Gv, Lee Hw, Chang Se, Moon Kc, Lee Mw, Choi Jh And Koh Jk. Clinicopathologic Review 0f 19 Patients With Systemic Candidiasis With Skin Lesions. Int J Dermathol. 44(7): Barnett,H.L. dan Hunter, B.B. Ilustrated Genera of Imperfect Fungi. Fourth Edition. APS Pres. America Noverita 21

11 Brzozowski T, Zwolinska-Weislo M, Konturek PC, Kwiecien S, Drozdowicz D, Konturek Sj, Stachura J, Budak A, Bogdal J, Pawlik Ww And Habn Eg.. Influence of gastric colonization with Candida albicans on ulcer healing in rats: effect of ranitidine, aspirin and probiotic therapy. Scand J Gastroenterol. 40(3): Brown M.R., Thompson C.A dan Mohamed F.M. Systemic Candidiasis In An Apparently Immunocompetent Dog. J Vet Diagn Invest. 2005, 17(3): Dinubile MJ, Bille D, Sable CA a dan Rtsonis NA.. Invasive candidiasis in cancer patients: observations from a randomized clinical trial. J Infect (5): il.php?id=764,candida albicans dan Keputihan, Gandjar I, Sjamsuridzal W dan Oetari A. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, Kumamoto C. A dan Vinces M.D. Alternative Candida albicans lifestyles: growth on the surfaces. Annu Rev Microbiol (Epub Ehead of print) Lodder J. The yeast. A taxonomic study. Nort-Holland Publishing Company Manfoeld,D. Mikotoksin Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada. Kanisius. Yokyakarta.1993 Moor L dan Landecker. Fundamentals of The Fungi, Fourt Edition,Pratice Hall, Inc. New Jersey, 1996 Priatni.S. Hati Hati Gunakan Bahan Biologi. Peneliti Bidang Bahan Alam Pangan dan Farmasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Samson R.A., Hoekstra E.S. dan Van Oorschot C.A. Introduction To Food- Borde Fungi.Centraalbureau Voor Schimmelcultures Suryawirya, U. Mikrobiologi Air. Penerbit Alumni. Bandung Wardhana W.A. Dampak pencemaran lingkungan. ANDI. Yogyakarta Wilson C.. Recurrent Vulvovaginitis Candidiasis; An Overview Of Traditionaland Alternative Therapies. Adv Nurse Pract. 13(5): Noverita 22

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri. LAMPIRAN Lampiran 1. Ciri makroskopis dan mikroskopis fungi yang ditemukan pada serasah A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas 1. Aspergillus sp.1 Ciri makroskopis

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juli 2015. Sempel tanah diambil pada dua tempat yaitu pengambilan sempel tanah hutan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Jumlah jamur yang terdapat pada dendeng daging sapi giling dengan perlakuan dan

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) III. METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) Pengambilan sampel tanah dekat perakaran tanaman Cabai merah (C.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA Koloni Trichoderma spp. pada medium Malt Extract Agar (MEA) berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua. Trichoderma spp. merupakan kapang Deutromycetes yang tersusun atas banyak

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Survei Buah Sakit Survei dilakukan di kebun percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, di lahan ini terdapat 69 tanaman pepaya. Kondisi lahan tidak terawat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Program Studi Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi Agroekoteknologi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI SUNDARI 1 1 Dosen Pada Program Studi Pendidikan Biologi Email: sundari_sagi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Lokasi pengambilan sampel berada di dua tempat yang berbeda : lokasi pertama, Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor memiliki ketinggian + 400 m dpl (diatas permukaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Medium PDA ( Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Medium PDA ( Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999) 48 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Medium PDA ( Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999) Komposisi : Potato 200 gram Dekstrose.. 20 gram Agar.. 15 gram Aquades 1 liter Proses pembuatan : Kentang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Cendawan Rhizosfer Hasil eksplorasi cendawan yang dilakukan pada tanah rhizosfer yang berasal dari areal tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara VIII, Jalupang, Subang,

Lebih terperinci

*

* Identifikasi Cendawan Mikroskopis yang Berasosiasi dengan Penyakit Busuk Pangkal Batang Tanaman Lada (Piper nigrum L.) di Desa Batuah Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara Ayu Laila Dewi 1,*, Linda Oktavianingsih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspergillus sp Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur, dan termasuk dalam mikroorganisme eukariotik. Aspergilus sp secara mikroskopis dicirikan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme terdapat di berbagai tempat seperti tanah, debu, air, udara, kulit dan selaput lendir. Mikroorganisme dapat berupa bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPANG ENDOFIT PADA. BATANG DAN DAUN GINGSENG JAWA (Talinum paniculatum) SKRIPSI

ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPANG ENDOFIT PADA. BATANG DAN DAUN GINGSENG JAWA (Talinum paniculatum) SKRIPSI ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPANG ENDOFIT PADA BATANG DAN DAUN GINGSENG JAWA (Talinum paniculatum) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dari rizosfer tanaman Cabai merah (Capsicum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. 10 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Hutan mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Analisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Dendeng daging sapi giling yang diperoleh dari

Lebih terperinci

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 Pendahuluan JAMUR FUNGI KAPANG MOLD KHAMIR YEAST JAMUR MUSHROOM 4/3/2016 2 Karakteristik Fungi: Apakah fungi termasuk tanaman? Fungi heterotrophs. -

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. Isolasi dan karakterisasi penyebab penyakit dilakukan di Laboratorium Penyakit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Subclass Order Family Genus

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uk'ntiflkasi.lamur Ri/o.sfir Tanaman Ncna» Bcrdasarkan hasil identifikasi di laboratorium, ditemukan beberapa mikroorganisme rizosfir dari tanaman nenas di lahan petani nenas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni Hypoxylon sp. koleksi CV.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB (PKBT-IPB) Pasir Kuda, Desa Ciomas, Bogor, dan Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan,

Lebih terperinci

A. Aspergillus sp. 17 (umur 7 hari) pada media PDA; B. Bentuk mikroskopik (perbesaran 10x40) dengan ; (a). Konidia; (b). Konidiopor.

A. Aspergillus sp. 17 (umur 7 hari) pada media PDA; B. Bentuk mikroskopik (perbesaran 10x40) dengan ; (a). Konidia; (b). Konidiopor. LMPIRN. Ciri makroskopik dan mikroskopik fungi yang ditemukan pada serasah Daun R. apiculata yang belum dan telah mengalami Dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas. a. spergillus sp. 17 (umur 7 hari)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dilaboraturium Mikrobiologi Akademi Analis Kesehatan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE meliputi daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman Kilemo di daerah Jawa banyak ditemui pada daerah dengan ketinggian 230 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini terutama banyak ditemui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR POTENSIAL PENDEGRADASI SELULOSA PADA LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT DI DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR POTENSIAL PENDEGRADASI SELULOSA PADA LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT DI DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU Bio-site. Vol. 02 No. 1, Mei 2016 : 1-51 ISSN: 2502-6178 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR POTENSIAL PENDEGRADASI SELULOSA PADA LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT DI DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU ISOLATION AND

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit 5 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman dan Kebun Percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI MIKROBA ASAL EKSTRAK BUAH YANG DIAPLIKASIKAN PADA PERTANAMAN JERUK ORGANIK DI KABUPATEN PANGKEP Dian Ekawati Sari e-mail: dianekawatisari@rocketmail.com Program Studi Agroteknologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Penyakit oleh B. theobromae Penyakit yang disebabkan oleh B. theobromae pada lima tanaman inang menunjukkan gejala yang beragam dan bagian yang terinfeksi berbeda-beda (Gambar

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS I. PENDAHULUAN A. L a t a r b e l a k a n g Arsip kertas yang berbahan dasar selulosa tidak luput dari serangan mikrobiologi yang dapat merusak arsip

Lebih terperinci

KEBERADAAN KAPANG PENGKONTAMINASI KEMIRI (Aleurites moluccana Willd.) YANG DIJUAL DI PASAR RAYA PADANG. Oleh : ABSTRACT

KEBERADAAN KAPANG PENGKONTAMINASI KEMIRI (Aleurites moluccana Willd.) YANG DIJUAL DI PASAR RAYA PADANG. Oleh : ABSTRACT KEBERADAAN KAPANG PENGKONTAMINASI KEMIRI (Aleurites moluccana Willd.) YANG DIJUAL DI PASAR RAYA PADANG Oleh : Zelvia Misdar 1, Mades Fifendy 2, Nurmiati 3 1 Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji efektivitas jamu keputihan dengan parameter zona hambat dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerusakan material akibat jamur pada ruang penyimpanan arsip merupakan masalah serius yang

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) Nurhidayati Febriana, Fajar Prasetya, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA Sandy Saputra 05031381419069 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi adalah sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Taksonomi tanaman padi adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Familia Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Poales

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisika dan Kimia Air Sumur Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

IV. KULTIVASI MIKROBA

IV. KULTIVASI MIKROBA IV. KULTIVASI MIKROBA PENDAHULUAN Untuk memperoleh kultur murni hasil isolasi dari berbagai tempat maka dibutuhkan alat, bahan dan metode seperti ilistrasi di bawah ini : Media Umum Diferensial Selektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE

II. MATERI DAN METODE II. MATERI DAN METODE 2.1 Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 2.1.1 Materi Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, pembakar spiritus, pipet, jarum ose, erlenmeyer,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 Fax. (4238210) PROBOLINGGO 67271 POTENSI JAMUR ANTAGONIS Trichoderma spp PENGENDALI HAYATI PENYAKIT LANAS DI PEMBIBITAN TEMBAKAU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih kecil dari 0.1 mm, mata kita tidak akan dapat mengidentifikasinya sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih kecil dari 0.1 mm, mata kita tidak akan dapat mengidentifikasinya sama BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrobiologi Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang organisme yang terlalu kecil untuk diidentifikasi oleh mata manusia tanpa alat bantu,

Lebih terperinci

ISOLASI JAMUR ENDOFIT DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA (L.) LESS)

ISOLASI JAMUR ENDOFIT DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA (L.) LESS) ISOLASI JAMUR ENDOFIT DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA (L.) LESS) Jessie Elviasari, Rolan Rusli, Adam M. Ramadhan Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB.

PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB. PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB. PEKALONGAN Tuti Suparyati, Akademi Analis Kesehatan Pekalongan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan kumbung

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai isolasi khamir pada cider nanas. Cider merupakan suatu produk pangan berupa minuman hasil fermentasi dengan kandungan alkohol antara 6,5% sampai sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Candida albicans 1. Klasifikasi Berdasarkan toksonomi menurut Dumilah (1992) adalah sebagai berikut : Divisio Classis Ordo Familia Sub Familia Genus Spesies : Eumycotina : Deuteromycetes

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, III. BAHAN DAN METODE 3.LTcinpat dan waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Rumah Kasa Fakultas Pertanian, Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi pengujian sampel. Untuk lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrobiologi Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. Mikroorganisme itu sangat kecil, biasanya bersel tunggal, secara individual tidak dapat dilihat dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian dimulai dari September

Lebih terperinci

PENICILLIUM CHRYSOGENUM

PENICILLIUM CHRYSOGENUM PENICILLIUM CHRYSOGENUM Oleh : Andriani Diah I. B1J012011 Istiqomah B1J012019 Yenita Riani B1J012102 TUGAS TERSTRUKTUR MIKOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KAPANG TOLERAN URANIUM PADA LIMBAH CAIR TRIBUTIL FOSFAT (TBP) KEROSIN YANG MENGANDUNG URANIUM

KARAKTERISASI KAPANG TOLERAN URANIUM PADA LIMBAH CAIR TRIBUTIL FOSFAT (TBP) KEROSIN YANG MENGANDUNG URANIUM KARAKTERISASI KAPANG TOLERAN URANIUM PADA LIMBAH CAIR TRIBUTIL FOSFAT (TBP) KEROSIN YANG MENGANDUNG URANIUM Dwi Slamet SR 1, Anna Rahmawati 1, M. Yazid 2 1. Program Studi Bioologi, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fardiaz,1993).

LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fardiaz,1993). LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fardiaz,1993). Bahan yang digunakan : Kentang 200 g Dextrose 20 g Agar 20 g Akuades 1000 ml Cara kerja : Kentang dibersihkan kemudian dipotong

Lebih terperinci

EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri)

EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri) EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri) Herry Nirwanto dan Tri Mujoko ABSTRACT Results of the

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan survei serta rancangan deskriptif dan eksploratif. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK INDUKSI KETAHANAN KULTUR JARINGAN PISANG TERHADAP LAYU FUSARIUM MENGGUNAKAN Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK Arif Wibowo, Aisyah Irmiyatiningsih, Suryanti, dan J. Widada Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003).

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003). 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, karena hanya memberikan gambaran terhadap fenomenafenomena tertentu,

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya ANALISIS CEMARAN MIKROBA

Lebih terperinci

UJI PERTUMBUHAN IN VITRO

UJI PERTUMBUHAN IN VITRO UJI PERTUMBUHAN IN VITRO PATOGEN LODOH Rhizoctonia solani PADA BERBAGAI TINGKATAN ph DAN JENIS MEDIA TUMBUH 1) Oleh : Nanang Herdiana 2) ABSTRAK Lodoh (damping-off) merupakan kendala yang dapat menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi mukosa yang disebabkan oleh Candida spp. Sebanyak 85-90% dari jamur yang diisolasi dari vagina adalah spesies Candida (Sobel,

Lebih terperinci

ISOLASI DAN SELEKSI JAMUR PENDEGRADASI AMILOSA PADA EMPELUR TANAMAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.)

ISOLASI DAN SELEKSI JAMUR PENDEGRADASI AMILOSA PADA EMPELUR TANAMAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) a. 10-102 ISOLASI DAN SELEKSI JAMUR PENDEGRADASI AMILOSA PADA EMPELUR TANAMAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) Filza Yulina Ade Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP - Universitas Pasir Pengaraian (Pasir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ceratocystis fimbriata. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom : Myceteae, Divisi : Amastigomycota,

Lebih terperinci