Daftar Isi EDITORIAL. TOPIK UTAMA Situasi Penyakit Kanker

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar Isi EDITORIAL. TOPIK UTAMA Situasi Penyakit Kanker"

Transkripsi

1

2 Daftar Isi EDITORIAL TOPIK UTAMA Situasi Penyakit Kanker TULISAN TERKAIT TOPIK Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara di Indonesia Oleh: Mugi Wahidin, SKM, M.Epid Peranan Deteksi Dini Kanker untuk Menurunkan Penyakit Kanker Stadium Lanjut Oleh: dr. Hardina Sabrida, MARS Mewaspadai Gejala Kanker pada Anak Oleh: dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA Mengenal Lebih Dekat Komunitas Taufan Oleh: Andriana dan Dini Wiradinata

3 Salam Redaksi Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan YME, akhirnya Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Edisi Semester I Tahun 2015 ini bisa hadir di hadapan kita semua. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan kali ini mengangkat topik tentang Kanker. Setiap tahunnya, Hari Kanker Sedunia diperingati pada tanggal 4 Februari, dan Hari Kanker Anak Internasional pada tanggal 15 Februari. Momen ini lebih dari sekedar peringatan karena merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pengenalan penyakit kanker. Pengenalan penyakit kanker menjadi penting karena untuk menurunkan kasus baru kanker diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini yang akan lebih mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali. Pada buletin ini juga terdapat artikel-artikel terkait topik utama di atas di antaranya Peranan Deteksi Dini Kanker untuk Menurunkan Penyakit Kanker Stadium Lanjut, Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara di Indonesia , Mewaspadai Gejala Kanker pada Anak, dan Mengenal Lebih Dekat Komunitas Taufan. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buletin ini. Semoga buletin ini bermanfaat bagi kita agar bisa menerapkan pola hidup sehat dan mencegah kanker sedini mungkin. Selamat membaca..! Redaksi

4 Tim Redaksi Pelindung Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Pengarah Oscar Primadi Penanggung Jawab Didik Budijanto Redaktur Nuning Kurniasih Penyunting Ratri Aprianda Desainer Grafis/ Lay Outer Hira Ahmad Habibi Kesekretariatan Ellysa Mitra Bestari Mugi Wahidin Edi Setiawan Tehuteru Dini Wiradinata Istiqomah Ismail Khairani Hardina Sabrida Andriana Alamat Redaksi Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav, 4-9 Jakarta Telp : , Fax : ,

5 Sekapur Sirih Assalaamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh, Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat kasus baru kanker dan kematian akibat kanker di seluruh dunia. Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara. Berdasarkan wawancara Riskesdas tahun 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4%, dengan prevalensi kanker tertinggi berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1%. Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan. Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer Control (UICC) mengangkat tema Not Beyond Us yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh dunia untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan terhadap penyakit kanker. Pengenalan penyakit kanker merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena untuk menurunkan kasus baru kanker diperlukan tindakan pencegahan dan deteksi dini. Tindakan pencegahan dan deteksi dini tersebut akan lebih mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali. Pada Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2015, Menteri Kesehatan telah mencanangkan Komitmen Penanggulangan Kanker di Indonesia. Berkaitan dengan komitmen tersebut, Menteri Kesehatan mengimbau kepada jajaran kesehatan, masyarakat, dan pemangku kebijakan lainnya untuk mendukung penguatan Komitmen Kegiatan Penanggulangan Kanker di Indonesia. Pengendalian penyakit kanker di Indonesia ditentukan oleh keberhasilan penerapan strategi penanganan yang komprehensif, terorganisir, terkoordinasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran Pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat, termasuk organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, kalangan swasta dan dunia usaha, serta seluruh individu dalam masyarakat. Dipilihnya topik Kanker pada edisi Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan kali ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai situasi dan kondisi, permasalahan dan tata laksana kanker. Semoga informasi yang kami sajikan kali ini dapat bermanfaat, dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan ini. Wassalaamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh Jakarta, Juni 2015 Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI drg. Oscar Primadi, MPH

6 TOPIK UTAMA SITUASI PENYAKIT KANKER Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Pendahuluan Setiap tahunnya, Hari Kanker Sedunia diperingati pada tanggal 4 Februari, dan Hari Kanker Anak Internasional pada tanggal 15 Februari. Momen ini lebih dari sekedar peringatan karena merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pengenalan penyakit kanker. Memperingati Hari Kanker Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer Control (UICC) mengangkat tema Not Beyond Us yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh dunia untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan terhadap penyakit kanker. Pengenalan penyakit kanker menjadi penting karena untuk menurunkan kasus baru kanker diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini yang akan lebih mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali. Selain itu, pada momen tersebut juga diadakan berbagai acara untuk memberikan semangat dan motivasi pasien kanker. Diagnosis kanker merupakan momok menakutkan bagi pasien dan dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Oleh karena itu, dengan memberikan perhatian dan dukungan psikososial kepada pasien kanker diharapkan dapat mengatasi tekanan psikologis pasien, serta dapat mempertahankan kualitas hidupnya. Komitmen Pencegahan Kanker Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) merupakan Komite yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.02/MENKES/389/2014 pada 1 Oktober KPKN bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat kanker di Indonesia dengan mewujudkan penanggulangan kanker yang terintegrasi, melibatkan semua unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat. Bertepatan dengan Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2015, Menteri Kesehatan mencanangkan Komitmen Penanggulangan Kanker di Indonesia. Penandatangan komitmen dilakukan bersama-sama dengan Ketua Komite 1

7 TOPIK UTAMA Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) dan perwakilan dari organisasi profesi, yaitu Wakil Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Pencanangan komitmen ini bertujuan untuk: 1. Menjadikan kanker sebagai salah satu prioritas masalah kesehatan nasional; 2. Bersatu dan bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kanker, baik oleh pemerintah, organisasi profesi, dan masyarakat; 3. Meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat tentang kanker dan pola hidup sehat sebagai upaya pencegahan; 4. Merencanakan dan mengimplementasikan program kerja secara paripurna dan berkesinambungan yang mencakup deteksi dini, tatalaksana, rehabilitatif, dan paliatif; 5. Mendorong terbentuknya regulasi publik yang mendukung hidup sehat hindari kanker. Berkaitan dengan komitmen tersebut, Menteri Kesehatan mengimbau kepada jajaran kesehatan, masyarakat, dan para pemangku kebijakan lainnya untuk mendukung penguatan Komitmen Kegiatan Penanggulangan Kanker di Indonesia, dengan memberikan perhatian khusus pada: 1. Peningkatan upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker; 2. Pengembangan upaya deteksi dini dalam rangka menurunkan angka kematian akibat kanker; 3. Pengobatan kanker yang sesuai standar, serta diperlukan pengawasan dan evaluasi tentang efektifitas pengobatan alternatif yang banyak ditawarkan melalui media massa maupun elektronik; 4. Peningkatan kualitas hidup pasien kanker melalui upaya paliatif yang efektif; 5. Dukungan semua elemen masyarakat dalam mengendalikan kanker secara komprehensif dan berkesinambungan. Upaya untuk mencegah kanker didukung pula oleh Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, beserta Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK), yang terdiri dari para pendamping menteri dan unsur eksekutif lain, yang bersifat nonprofit dan berbadan hukum. Organisasi ini mewadahi serangkaian program untuk mendukung tercapainya nawacita Presiden Jokowi yang terkait upaya revolusi mental dan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan berbagai kementerian/institusi/lembaga terkait yang sudah ada sejak lama, secara profesional di masyarakat dengan bersinergi sehingga dapat mendukung tercapainya visi, misi dan tujuan OASE-Kabinet Kerja. Komitmen pencegahan kanker diwujudkan dengan pencanangan program nasional peran serta masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia untuk periode Program nasional "Percepatan Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia" untuk periode dipusatkan di Puskesmas Nanggulan di Kabupaten Kulon Progo dan 10 kota lain di Indonesia. Program tersebut melibatkan ibu-ibu yang tergabung dalam Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dalam rangka sosialisasi program nasional gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia. Pada daerah dengan dokter dan tenaga medis terbatas, TP PKK diharapkan dapat mengidentifikasi dan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan yang akan akan mewujudkan inovasi pelayanan dengan cara "flying health care", yang merupakan salah satu upaya peningkatan akses dan mutu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Situasi Global Penyakit Kanker Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. 2

8 TOPIK UTAMA Gambar 1. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada Penduduk di Dunia Tahun 2012 Sumber: GLOBOCAN 2012 (IARC). Section of Cancer Surveillance. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat kasus baru kanker dan kematian akibat kanker di seluruh dunia. Gambar 1 menunjukkan bahwa kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, 30,%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat kanker. Dilihat pada Gambar 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa kanker paru ditemukan pada penduduk laki-laki, yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%. Gambar 2. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Dunia Tahun 2012 Sumber: GLOBOCAN 2012 (IARC). Section of Cancer Surveillance 3

9 TOPIK UTAMA Faktor Risiko Kanker Tingginya kasus baru kanker dan sekitar 40% dari kematian akibat kanker berkaitan erat dengan faktor risiko kanker yang seharusnya dapat dicegah. Faktor risiko kanker yang terdiri dari faktor risiko perilaku dan pola makan, di antaranya adalah: Indeks massa tubuh tinggi; Kurang konsumsi buah dan sayur; Kurang aktivitas fisik; Penggunaan rokok; Konsumsi alkohol berlebihan; Faktor risiko kanker lainnya, adalah akibat paparan: Karsinogen fisik, seperti ultraviolet (UV) dan radiasi ion; Karsinogen kimiawi, seperti benzo(a)pyrene, formalin dan aflatoksin (kontaminan makanan), dan serat contohnya asbes; Karsinogen biologis, seperti infeksi virus, bakteri dan parasit. Intervensi terhadap faktor risiko kanker tidak hanya bertujuan untuk menurunkan kasus baru kanker, namun juga menurunkan kemungkinan penyakit lainnya yang disebabkan faktor risiko tersebut. Di antara faktor risiko penting penyakit kanker yang dapat dimodifikasi (Ezzati et al., 2004, Danaei et al., 2005, Driscoll et a., 2005 dalam WHO, 200) adalah: Merokok, yang menyebabkan terjadinya sekitar 1,5 juta kematian akibat kanker setiap tahunnya (60% kematian terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah); Kelebihan berat badan, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik, yang menyebabkan kematian akibat kanker setiap tahunnya; Konsumsi alkohol berlebihan, yang menyebabkan sekitar kematian akibat kanker setiap tahunnya; Penularan human papilloma virus (HPV) melalui hubungan seksual, yang menyebabkan sekitar kematian akibat kanker setiap tahunnya; Polusi udara (di luar maupun di dalam ruangan), yang menyebabkan sekitar kematian akibat kanker setiap tahunnya; Karsinogen di lingkungan kerja, yang menyebabkan setidaknya kematian akibat kanker setiap tahunnya. Faktor risiko terbanyak yang menyebabkan kematian akibat kanker berbeda pada negara-negara di dunia. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa faktor risiko penyebab kematian akibat kanker berbeda pada penduduk di negara berpenghasilan rendahmenengah dan negara berpenghasilan tinggi. Merokok merupakan faktor risiko terbesar penyebab kematian akibat kanker di dunia, negara berpenghasilan rendah-menengah, maupun negara berpenghasilan tinggi. Pada penduduk di negara berpenghasilan rendah-menengah, konsumsi alkohol, rendahnya konsumsi buah dan sayur, serta infeksi virus human papilloma (HPV) menyebabkan lebih banyak kematian akibat kanker dibandingkan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi. Namun, merokok serta kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko yang lebih dominan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi. 4 5

10 TOPIK UTAMA Gambar 3. Kontribusi Faktor Risiko terhadap Kematian Akibat Kanker di Dunia, Negara Berpenghasilan Rendah- Menengah, dan Negara Berpenghasilan Tinggi Sumber: Berdasarkan Data Danaei et al., Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa proporsi faktor risiko kanker yang berbeda jauh antara penduduk laki-laki dan perempuan adalah merokok dan obesitas sentral. Penduduk laki-laki yang merokok sebesar 56,%, sedangkan perempuan yang merokok sebesar 1,9%. Namun, penduduk perempuan lebih banyak yang obesitas dibandingkan dengan penduduk lakilaki, yaitu sebesar 42,1%. Gambar 4. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Jenis Kelamin, Tahun 2013 Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Sementara itu, jika dilihat pada Gambar 5, faktor risiko tertinggi pada penduduk semua kelompok umur secara umum adalah kurangnya konsumsi sayur dan buah. Proporsi tertinggi penduduk yang merokok, obesitas, dan sering mengonsumsi makanan berlemak terdapat pada kelompok umur tahun, tahun, dan tahun. Sedangkan kebiasaan mengonsumsi makanan dibakar/dipanggang dan mengonsumsi makanan hewani berpengawet cenderung lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda. Oleh karena itu, karena terdapat perbedaan perilaku dan pola makan pada tiap kelompok umur, maka diperlukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan yang tepat. 5

11 TOPIK UTAMA Gambar 5. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kelompok Umur, Tahun 2013 Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Jika dilihat berdasarkan tingkat sosio ekonomi penduduk melalui pengukuran kuintil indeks kepemilikan (Gambar 6), proporsi konsumsi makanan hewani berpengawet, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah sampai dengan kelompok teratas cenderung meningkat. Sedangkan perilaku merokok serta konsumsi buah dan sayur cenderung menurun. Gambar 6. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kuintil Indeks Kepemilikan, Tahun 2013 Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyakit Kanker di Indonesia Pada kuesioner Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, salah satu pertanyaan adalah apakah penduduk pernah didiagnosis oleh dokter. Berdasarkan wawancara tersebut, didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4. Prevalensi kanker tertinggi berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1, jauh lebih tinggi dibandingkan 6

12 TOPIK UTAMA dengan angka nasional. Prevalensi tertinggi berikutnya berada pada Provinsi Jawa Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1 dan 2,0. Informasi mengenai prevalensi kanker di Indonesia tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Gambar. Prevalensi Kanker pada Penduduk Semua Umur di Indonesia, Tahun 2013 Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan. Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang cepat dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan rutin secara berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini kanker. Berdasarkan data rutin Subdit Kanker Direktorat Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, sampai dengan tahun 2013, program deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara baru diselenggarakan pada 1 Puskesmas dari total Puskesmas di 32 provinsi. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa Puskesmas yang memiliki program deteksi dini masih sangat sedikit atau sekitar,6%. Estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara terbesar, sementara itu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah penderita terkecil dari seluruh provinsi. Tingginya jumlah penderita kanker serviks dan payudara di Indonesia idealnya diimbangi dengan tingginya jumlah provider (pelaksana program, yang terdiri dari dokter umum dan bidan) dan skrining di Puskesmas. Sampai dengan tahun 2013, terdapat provider deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia dengan estimasi jumlah kanker serviks sebanyak

13 TOPIK UTAMA kasus dan kanker payudara sebanyak kasus. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa provider deteksi dini terbanyak berada pada provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Bali, sedangkan di beberapa provinsi lainnya seperti Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara belum ada provider deteksi dini sementara jumlah penderita kanker di provinsi tersebut cukup tinggi. Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orangorang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan. Skrining kanker payudara di Puskesmas Penyelenggara Deteksi Dini dilakukan dengan Clinical Breast Examination (CBE) dan skrining kanker serviks dilakukan dengan tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Jumlah skrining kanker payudara dan kanker serviks terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada Provinsi Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara belum terdapat skrining, sedangkan estimasi jumlah penderita kanker payudara dan kanker serviks pada provinsiprovinsi tersebut cukup banyak. Sampai dengan tahun 2013, terdapat 405 trainer yang bertugas untuk memberikan pelatihan kepada provider deteksi dini di masing-masing provinsi di Indonesia. Trainer tersebut terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter umum, dan bidan. Dari seluruh provinsi di Indonesia, hanya Provinsi Aceh yang belum memiliki trainer deteksi dini, sementara provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki trainer terbanyak, yaitu 36 orang. Diharapkan jumlah trainer akan semakin bertambah sehingga jumlah provider dan skrining akan semakin meningkat pula. Tabel 1. Estimasi Jumlah Kasus, Jumlah Provider, Jumlah Trainer, dan Skrining Kanker Serviks dan Payudara berdasarkan Provinsi, Tahun 2013 Estimasi Jumlah Kasus No Provinsi Kanker Serviks Kanker Payudara Jumlah provider Skrining Jumlah trainer 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta 2, Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat

14 TOPIK UTAMA Tabel 1. (Lanjutan) Estimasi Jumlah Kasus No Provinsi Kanker Serviks Kanker Payudara Jumlah provider Skrining Jumlah trainer 21 Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA Sumber : Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dan Data Rutin Subdit Pengendalian Penyakit Kanker Dit. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI. Kanker pada Anak Terminologi Kanker Anak biasanya digunakan pada diagnosis kanker yang terjadi pada anak sampai usia 18 tahun. Menurut data Union for International Cancer Control (UICC), setiap tahun terdapat sekitar anak yang didiagnosis kanker, yang mayoritas berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah. Meskipun kejadian kanker pada anak di seluruh dunia masih cukup jarang, namun kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian anak setiap tahunnya. Di negara berpenghasilan tinggi, kanker merupakan penyebab kedua terbesar kematian anak umur 5-14 tahun, setelah cedera dan kecelakaan. Sementara itu, di Indonesia terdapat sekitar kasus kanker anak setiap tahunnya, dan terdapat sekitar 650 kasus kanker anak di Jakarta. Jenis penyakit kanker anak cenderung berbeda dengan kanker pada dewasa. Secara umum, sepertiga dari kanker anak adalah leukemia. Penyakit kanker terbanyak lainnya adalah limfoma dan tumor pada sistem saraf pusat. Beberapa jenis tumor yang terjadi hanya pada anak-anak yaitu neuroblastoma, nephroblastoma, medulloblastoma dan retinoblastoma. Hingga kini, hanya beberapa faktor risiko kanker anak yang dapat diidentifikasi, di antaranya adalah radiasi, faktor genetik, karsinogen kimiawi, dan virus. Sejumlah kanker pada anak juga terkait dengan konstitusi genetik. Hal ini diperkirakan karena adanya perbedaan kasus baru kanker anak pada etnis berbeda. Kerentanan individu yang diakibatkan oleh faktor genetik juga merupakan salah satu penyebab kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa virus seperti Epstein-Barr, Hepatitis B, Human Herpes dan HIV dapat berkontribusi pula terhadap peningkatan risiko kanker anak. Sebagian besar kanker anak muncul tanpa tanda dan gejala yang spesifik, sehingga dapat menyebabkan lambatnya kanker tersebut terdeteksi. Di negara berpenghasilan rendah terdapat hambatan untuk melaksanakan deteksi dini yang disebabkan karena kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dan fasilitas diagnostik yang masih kurang memadai. Di negara berpenghasilan tinggi, sekitar 80% anak yang menderita kanker bertahan hidup lima tahun atau lebih setelah didiagnosis 9

15 TOPIK UTAMA kanker. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, prognosis pada anak yang didiagnosis kanker jauh lebih rendah. Lambatnya diagnosis kanker, kurang memadainya peralatan dan obat-obatan di rumah sakit, terjadinya komplikasi penyakit lainnya yang mungkin diderita oleh anak tersebut, serta kurangnya pengetahuan terkait kanker pada penyedia layanan kesehatan primer dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan kanker. Gambar 8. Jumlah Kasus Baru dan Jumlah Kematian Akibat Penyakit Kanker pada Anak di RS Kanker Dharmais, Tahun Sumber: Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS Kanker Dharmais, Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun , leukemia merupakan penyakit dengan jumlah kasus baru dan jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais. Kasus baru dan kematian akibat leukemia cenderung meningkat setiap tahunnya. Limfoma, Wilm s tumor, dan retinoblastoma juga turut berkontribusi terhadap tingginya jumlah kematian akibat kanker pada anak. Dari semua jenis kanker pada anak, hanya retinoblastoma yang dapat dideteksi sejak dini. Semakin awal kasus retinoblastoma dideteksi, maka semakin baik upaya penanganan yang dapat diberikan, sehingga jumlah kematian akibat retinoblastoma dapat ditekan. 10

16 TOPIK UTAMA Dukungan terhadap Pasien Kanker Hasil penelitian Janet M. de Groot menunjukkan bahwa kanker berpengaruh terhadap kondisi psikologis pasien yang mengalami kondisi tertekan atau distress. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi psikologis pasien-pasien kanker dengan kondisi distress yang senantiasa memperoleh dukungan sosial ternyata berhubungan positif terhadap berkurangnya depresi (de Groot, 2002). Besarnya pengaruh dukungan sosial terhadap pasien kanker mencetuskan lahirnya kelompok atau organisasi pendukung pasien kanker yang bertujuan untuk memberikan dukungan psikologis, informasi seputar kanker, dan sekaligus menjadi wadah untuk sharing pengalaman antara sesama pasien. Salah satu di antaranya adalah Yayasan Komunitas Taufan yang merupakan salah satu kelompok yang menggerakkan para relawan untuk memberikan dukungan bagi para penderita kanker terutama anak-anak yang menderita kanker. Diharapkan dengan memberikan dukungan terhadap pasien kanker anak tersebut akan menambah semangat pasien dalam menjalani masa perawatannya. Referensi Danaei, G et al. (2005). Causes of cancer in the world: comparative risk assessment of nine behavioural and environmental risk factors. Lancet, 366: de Groot, Janet M. (2002). The complexity of the role of social support in relation to the psychological distress associated with cancer. Journal of Psychosomatic Research, 52, International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2012). GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence worldwide in Diakses melalui pada tanggal 16 April Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI. World Health Organization. (200). Prevention. cancer control: knowledge into action: WHO guide for effective programmes: module 2). Geneva: World Health Organization. 11

17 TULISAN TERKAIT TOPIK Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara di Indonesia Mugi Wahidin, SKM, M.Epid Sub Direktorat Pengendalian Penyakit Kanker, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Abstrak Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi di Indonesia. Dalam rangka pengendalian kedua kanker tersebut, Kementerian Kesehatan (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Subdit Pengendalian Penyakit Kanker) bekerja sama dengan lintas program terkait, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi profesi, Female Cancer Program (FCP), Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK), serta PKK dalam mengembangkan program deteksi dini. Program tersebut dikembangkan sejak tahun 200, dengan didahului pengembangan pada 6 lokasi pilot project, kemudian dikembangkan ke daerah lain di seluruh Indonesia. Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan tindakan krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim positif), sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) atau Clinicial Breast Examination (CBE). Program deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara ini dicanangkan oleh Ibu Negara. Target program adalah 50% perempuan berusia tahun yang dicapai dalam 5 tahun. Kegiatan deteksi dini dilaksanakan di Puskesmas dengan rujukan ke rumah sakit kabupaten/kota dan rumah sakit tingkat provinsi. Kegiatan pokoknya adalah advokasi dan sosialisasi, pelatihan pelatih (training of trainers), pelatihan provider di kabupaten/kota, pelatihan kader di Puskesmas, promosi, pelaksanaan skrining, pencatatan dan pelaporan (surveilans), serta monitoring dan evaluasi. Data hasil skrining dilaporkan menggunakan formulir baku sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 96 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim serta menggunakan aplikasi Sistem Informasi Surveilans Penyakit Tidak Menular. Sampai dengan tahun 2014, program telah berjalan pada Puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Cakupan hasil kegiatan dari 200 sampai 2014, yaitu telah dilakukan skrining terhadap orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak orang (4,94%), suspek kanker leher rahim sebanyak orang (1,2 per orang), dan tumor payudara sebanyak orang (2,6 per orang). Kegiatan deteksi dini tidak hanya perlu terus diperkuat di daerah yang sudah mengembangkan, namun juga diperluas ke daerah lain yang belum mengembangkan untuk mencapai target dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. 12

18 TULISAN TERKAIT TOPIK Gambar 1. Infografis Situasi Kanker Latar Belakang Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan,5 juta orang meninggal akibat kanker, dan lebih dari 0% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang (WHO dan World Bank,2005). Jenis kanker tertinggi pada perempuan di dunia adalah kanker payudara (38 per perempuan) dan kanker leher rahim (16 per perempuan) (Globocan/IARC 2012). Di Indonesia, prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per penduduk (Riskesdas 2013), serta merupakan penyebab kematian nomor (5,%) dari seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 40 per perempuan dan kanker leher rahim 1 per perempuan (Globocan/IARC 2012). Angka ini meningkat dari tahun 2002, dengan insidens kanker payudara 26 per perempuan dan kanker leher rahim 16 per perempuan (Globocan/IARC 2012). Jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia tahun 2010 adalah kanker payudara (28,%), disusul kanker leher rahim (12,8%). Estimasi tahun 1985, hanya 5% perempuan di negara sedang berkembang yang mendapat pelayanan penapisan, dibandingkan dengan 40% perempuan di negara maju (PATH, 2000). 13

19 TULISAN TERKAIT TOPIK Untuk itu Kementerian Kesehatan, melalui Subdit Pengendalian Penyakit Kanker, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, bekerja sama dengan lintas program terkait, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi profesi, Female Cancer Program (FCP), Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK), serta PKK dalam mengembangkan program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara. Tahun 200 telah dikembangkan pilot proyek deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara di 6 daerah, yaitu Deli Serdang (Sumatera Utara), Gresik (Jawa Timur), Kebumen (Jawa Tengah), Gunung Kidul (D.I. Yogyakarta), Karawang (Jawa Barat), dan Gowa (Sulawesi Selatan). Dalam pengembangan pilot proyek tersebut, Kementerian Kesehatan dibantu secara teknis oleh JHPIEGO, suatu LSM dalam kesehatan perempuan yang berafiliasi dengan John Hopkins University, Amerika Serikat, dan bekerja sama dengan Female Cancer Program (FCP). Program Nasional Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara dicanangkan oleh Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono pada tanggal 21 April 2008, dilanjutkan dengan Pencanangan Program Nasional Peran serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia oleh Ibu Negara Iriana Jokowi. Program ini terus diperkuat dan dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia. Metodologi Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan pengobatan segera dengan krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim positif). Sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) atau Clinical Breast Examination (CBE) dan dengan mengajarkan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Pemeriksaan IVA bertujuan untuk menemukan lesi pra kanker leher rahim, sebelum menjadi kanker, sedangkan SADANIS dan SADARI bertujuan untuk menemukan benjolan pada payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secara dini. Penggunaan metode IVA dan CBE karena metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain: 1) Program IVA dan CBE merupakan pemeriksaan yang sederhana, mudah, cepat, dan hasil dapat diketahui langsung, 2) Tidak memerlukan sarana laboratorium dan hasilnya segera dapat langsung didapatkan, 3) Dapat dilaksanakan di Puskesmas bahkan mobil keliling, yang dilakukan oleh dokter umum dan bidan, 4) Jika dilakukan dengan kunjungan tunggal (single visit approach), IVA dan krioterapi akan meminimalisasi klien yang hilang (loss) sehingga menjadi lebih efektif, 5) Cakupan deteksi dini dengan IVA minimal 80% selama lima tahun akan menurunkan insidens kanker leher rahim secara signifikan (WHO, 2006), 6) Sensitifitas IVA sebesar % (range antara 56-94%) dan spesifisitas 86% (antara 4-94%) (WHO, 2006), ) Skrining kanker leher rahim dengan frekuensi 5 tahun sekali dapat menurunkan kasus kanker leher rahim 83,6% (IARC, 1986), dan 8) Deteksi dini kanker payudara dengan CBE dapat menemukan stadium I dan II (downstaging) sebesar 68% (Regional Workshop NCCP, India 2010 ) Target program adalah 50% perempuan berusia tahun yang dicapai pada tahun Kegiatan deteksi dini dilaksanakan di Puskesmas dengan rujukan ke rumah sakit kabupaten/kota dan rumah sakit tingkat provinsi. Kegiatan pokoknya adalah advokasi dan sosialisasi, pelatihan pelatih (training of trainers), pelatihan provider di kabupaten/kota, pelatihan kader di Puskesmas, promosi, pelaksanaan skrining, pencatatan dan pelaporan (surveilans), serta monitoring dan evaluasi. Pencatatan dan pelaporan data dilakukan dengan menggunakan formulir baku sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 96 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Data dimasukkan ke dalam buku register kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi Sistem Informasi Surveilans Penyakit Tidak Menular. Data diolah dan dianalisis secara otomatis oleh sistem informasi dan dapat diakses secara berjenjang mulai dari Puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan (Direktorat Penanggungan Penyakit Tidak Menular). 14

20 TULISAN TERKAIT TOPIK Hasil Sampai tahun 2014, program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah berjalan pada Puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Pelatih (trainer) deteksi dini berjumlah 430 orang terdiri dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis onkologi, dokter bedah, dokter umum dan bidan. Sedangkan pelaksana (provider) deteksi dini di Puskesmas berjumlah 4.12 orang, yang terdiri dari 2.61 bidan dan dokter umum. Sedangkan untuk cakupan dan hasil, skrining telah dilakukan terhadap orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak orang (4,94%), suspek kanker leher rahim sebanyak orang (1,2 per orang), tumor payudara sebanyak orang (2,6 per orang). Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara masih rendah, yaitu sebesar 2,45%, sehingga memerlukan upaya lebih kuat untuk mencapai target. yaitu deteksi dini terhadap 50% perempuan usia tahun selama 5 tahun. Program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara telah berjalan dengan baik untuk mendeteksi lesi pra kanker leher rahim dan benjolan pada payudara. Program deteksi dini menggunakan metode IVA dan SADANIS sudah sesuai dengan kemampuan sumber daya di daerah. Saran Monitoring lebih intensif ke daerah yang sudah mengembangkan kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara. Advokasi dan sosialisasi ke daerah agar mengembangkan kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara. Peningkatan sumber daya manusia. Pengawasan kualitas pelayanan deteksi dini dan tindak lanjutnya di setiap jenjang agar program dapat mencapai tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim dan payudara. Evaluasi tahunan nasional kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara. 15

21 TULISAN TERKAIT TOPIK Peranan Deteksi Dini Kanker untuk Menurunkan Penyakit Kanker STADIUM LANJUT dr. Hardina Sabrida, MARS Kepala Unit Deteksi Dini RS Kanker Dharmais, Jakarta Pendahuluan Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan tumbuh tidak terkendali serta membelah lebih cepat dibandingkan dengan sel normal. Sel kanker tidak mati setelah usianya cukup, melainkan tumbuh terus dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh dapat terdesak atau malah mati. Di Indonesia, kanker perlahan mulai menggeser posisi serangan jantung sebagai penyebab utama kematian. Data dari Departemen Kesehatan tahun 200 menunjukkan kanker berada pada posisi keempat penyebab kematian akibat penyakit non-infeksi, setelah serangan jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Naiknya posisi kanker sebagai penyebab kematian adalah akibat tingginya jumlah kasus baru kanker yang datang pada stadium lanjut. Dianggap sebagai penyakit yang mengerikan, kanker sebenarnya dapat didiagnosis secara dini. Deteksi dini kanker tidak hanya dapat menurunkan angka kematian akibat kanker, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup penderitanya. RS Kanker Dharmais sebagai pusat rujukan kanker nasional memiliki komitmen besar terhadap deteksi dini kanker yang diwujudkan dengan dibentuknya Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) pada tahun 1999 yang mengusung konsep Penanggulangan kanker terpadu paripurna. Instalasi Deteksi Dini & PKRS memberikan pelayanan komprehensif di dalam gedung maupun di luar gedung untuk satu tujuan utama, yaitu meningkatkan persentase kasus kanker yang didiagnosis secara dini. Klinik Deteksi Dini Kanker melayani pemeriksaan deteksi dini kanker payudara, kanker leher rahim (serviks), kanker kolorektal, kanker hati, kanker prostat dan kanker paru, serta program imunisasi Human Papilloma Virus dan Hepatitis B. Paket deteksi dini ini termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang yang berkaitan (pencitraan dan penanda tumor). Dengan fasilitas laboratorium dan peralatan radiologis yang lengkap, semua pemeriksaan dapat dilakukan di satu atap. Konsep one-stop shopping services ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan lebih bagi pasien. Semua hasil pemeriksaan akan dijelaskan oleh dokter yang bertugas setiap hari kerja di klinik deteksi dini kanker dan bila hasil pemeriksaan mencurigakan ke arah kanker, pasien akan dikonsultasikan ke dokter spesialis yang sesuai. Semua layanan yang ada tidak serta merta menjamin banyak orang datang untuk memeriksakan diri. Dari berbagai survei diketahui bahwa salah satu faktor penyebab tingginya jumlah kasus kanker stadium lanjut adalah keengganan memeriksakan diri ke dokter karena takut didiagnosis kanker. Orang awam seringkali hanya mendengar bahwa kanker penyakit kutukan atau kanker tidak ada obatnya, tanpa pernah memperoleh informasi yang benar tentang kanker. Untuk menjawab tantangan ini, Instalasi Deteksi Dini & PKRS RS Kanker Dharmais telah melakukan kegiatan preventif dan juga promotif yaitu seperti pembuatan media berupa leaflet, poster, banner dan lain sebagainya. Selain itu, dilakukan pula 16

22 TULISAN TERKAIT TOPIK penyebaran informasi melalui penyuluhan tentang kanker baik di dalam maupun di luar gedung, seperti instansi pemerintah/ swasta, yayasan, organisasi masyarakat/agama, sekolah dan universitas serta melalui media cetak dan elektronik. Dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk mau melakukan pemeriksaan kesehatan secara dini agar bisa ditemukan penyakit kanker sedini mungkin. Deteksi dini dapat menurunkan angka penyakit kanker stadium lanjut sehingga angka kesembuhan penyakit kanker menjadi meningkat. Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2030 angka kesakitan penyakit kanker stadium lanjut tidak ditemukan lagi. Faktor Penghambat Deteksi Dini 1. Dari sisi pasien: a. Bisa menutupi kelainan dengan pakaian; b. Kurangnya biaya; c. Kurangnya pengetahuan; d. Takut didiagnosis kanker. 2. Dari sisi dokter: a. Belum cancer minded ; b. Enggan merujuk. 3. Dari sisi rumah sakit: a. Kurang sarana diagnostik, terapi, dan tenaga ahli; b. Rumah sakit selalu penuh. 4. Adanya kesalahan informasi tentang kanker di media, di antaranya yaitu: a. Banyaknya pengobatan alternatif yang diiklankan lewat media cetak (koran, majalah, dan sebagainya); b. Kesalahan informasi tentang kanker di internet; c. Penyiaran berbagai acara pengobatan alternatif di televisi. Alasan pentingnya Deteksi Dini Kanker adalah: 1. Insidens dan prevalensi cukup tinggi di masyarakat; 2. Perkembangan penyakit cukup lama; 3. Ada teknik pemeriksaan yang sensitif dan spesifik; 4. Ada cara pengobatan yang efektif; 5. Pemeriksaan tidak invasif. Penyakit Kanker yang Dapat Dideteksi Dini 1. Kanker Payudara; 2. Kanker Leher Rahim (Serviks); 3. Kanker Usus Besar (Kolorektal); 4. Kanker Prostat; 5. Kanker Hati; 6. Kanker Paru. Gejala Kanker Secara Umum W A S P A D A 1

23 TULISAN TERKAIT TOPIK 1. Waktu buang air besar (BAB) / buang air kecil (BAK) ada perubahan. 2. Alat pencernaan terganggu. 3. Suara serak/batuk tidak sembuh. 4. Payudara/di tempat lain ada benjolan. 5. Andeng-andeng berubah sifat. 6. Darah/lendir abnormal.. Ada koreng yang tidak sembuh. Faktor-faktor Risiko Kanker Tabel 1. Faktor-faktor Risiko Kanker Kanker Payudara Kanker Leher Rahim (Serviks) Usia haid pertama di bawah 12 tahun. Menikah atau memulai aktifitas seksual pada usia muda (kurang dari 18 tahun). Wanita tidak menikah. Berganti-ganti pasangan seks. Wanita menikah tidak mempunyai anak. Sering menderita infeksi di daerah kelamin. Melahirkan anak pertama pada usia di atas 30 tahun. Wanita yang melahirkan banyak anak. Tidak menyusui. Wanita yang merokok. Menggunakan kontrasepsi hormonal dan atau mendapat terapi hormonal dalam waktu yang cukup lama. Usia menopause lebih dari 55 tahun. Pernah operasi tumor jinak payudara. Riwayat kanker dalam keluarga. Wanita yang mengalami stres berat. Konsumsi lemak berlebihan, konsumsi alkohol berlebihan. Perokok aktif & pasif. Kanker Usus Kanker Prostat Usia 50 tahun ke atas. Umur meningkat di usia lebih dari 50 tahun. Riwayat menderita polip di usus. Faktor keturunan Pria dengan riwayat kanker prostat dalam keluarga berisiko 2-3 kali lebih besar. 18

24 TULISAN TERKAIT TOPIK Kanker Usus Riwayat menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative atau penyakit Chron). Riwayat polip ataupun kanker usus besar dalam keluarga. Faktor genetik. Ras dan etnis. Konsumsi berlebih daging merah dan daging olahan Kurang aktivitas fisik Obesitas Konsumsi alkohol yang tinggi (Lanjutan) Faktor-faktor Risiko Kanker Kanker Prostat Kebiasaan makan Diet tinggi lemak telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker prostat. Agen kimia Paparan terhadap bahan kimia seperti cadmium telah terlibat dalam perkembangan kanker prostat. Kanker Hati Riwayat Infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C. Usia 50 tahun ke atas. Kanker Paru Konsumsi alkohol yang berlebihan. Usia 20 tahun ke atas dengan riwayat merokok atau perokok pasif. Penggunaan jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba dapat meningkatkan risiko paparan infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C. Berhenti merokok setelah 15 tahun. Paparan racun jamur (aflatoksin) yaitu jamur yang ditemukan dalam kacang tanah. Riwayat kanker paru dalam keluarga Penyakit perlemakan hati non-alkoholik. Obesitas. Penggunaan steroid anabolic dalam jangka waktu yang lama. Riwayat kanker hati dalam keluarga. Pria mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker hati. Perbandingan pria : wanita = 3 : 1. 19

25 TULISAN TERKAIT TOPIK Data Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais Gambar 1. Kunjungan Pasien Baru dan Lama di Poliklinik Deteksi Dini Kanker, Tahun Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais Dari data di atas terlihat kunjungan pasien ke poliklinik deteksi dini tahun mengalami kenaikan sebesar 3,32%, sedangkan tahun mengalami penurunan sebesar 6,5%. Hal ini disebabkan karena Poliklinik Deteksi Dini sudah tidak menerima pasien-pasien rujukan dari Puskesmas binaan dikarenakan sudah memakai sistem BPJS yang mengikuti sistem alur rujukan. Gambar 2. Jumlah Tindakan Layanan Deteksi Dini di Poliklinik Deteksi Dini Kanker, Tahun Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais Meskipun kunjungan pasien mengalami penurunan dari tahun , tetapi terjadi kenaikan data tindakan yang dapat dilihat pada Gambar 2 di atas. Dari data di atas, terlihat kenaikan jumlah tindakan layanan poliklinik deteksi dini di RSK Dharmais tahun sebesar 2,20% dan tahun sebesar 15,%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah mulai terlihat kesadaran dari masyarakat 20

26 TULISAN TERKAIT TOPIK untuk melakukan deteksi dini lebih dari satu macam penyakit kanker. Sejak tahun 2013 beberapa pemeriksaan sudah tidak dipakai lagi, seperti uji kesehatan Lengkap Wanita (LW) + treadmill, uji kesehatan LW standar, uji kesehatan tanpa kolonoskopi, uji kesehatan Lengkap Pria (LP) + treadmill, uji kesehatan LP tanpa kolonoskopi, dan treadmill karena mengacu ke visi RS Kanker Dharmais. Tabel 2. Jenis Tindakan Deteksi Dini di Poliklinik Deteksi Dini Kanker Tahun No Jenis Tindakan Deteksi Dini Kanker Payudara Deteksi Dini Kanker Payudara Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (dokter) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (bidan) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (dokter) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (bidan) Deteksi Dini Kanker Prostat Deteksi Dini Kanker Hati Deteksi Dini Kanker Kolorektal Deteksi Dini Kanker Paru Uji Kesehatan Standar Uji Kesehatan Lengkap Wanita Uji Kesehatan Lengkap Wanita Uji Kesehatan LW + Treadmill Uji Kesehatan LW Tanpa Kolonoskopi Uji Kesehatan Lengkap Pria Uji Kesehatan LP + Treadmill Uji Kesehatan LP Tanpa Kolonoskopi Treadmill Mobile Mammografi Pap's Smear Mobile Konsul Imunisasi Jumlah tindakan Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais 16 Jumlah kegiatan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah sakit) yang dilakukan di luar RS mengalami penurunan. Sejak tahun 2012, kegiatan PKRS tidak lagi dilaksanakan di Puskesmas binaan dan sekolah/universitas secara rutin setiap bulannya, melainkan dilaksanakan hanya bila ada permintaan dari lembaga pemerintah/swasta, sosial dan agama dikarenakan terbitnya peraturan sistem kesehatan nasional melalui BPJS yang harus memakai sistem rujukan. Sebaliknya, kegiatan PKRS di dalam RS mengalami kenaikan yang disebabkan karena sejak tahun 2014 telah dibuka Unit 21 16

27 TULISAN TERKAIT TOPIK PKRS. Unit ini berfungsi memberikan penyuluhan dan edukasi kepada pasien, keluarga, pengunjung dan masyarakat rumah sakit agar sadar betapa pentingnya melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker dan pola hidup sehat. Gambar 3. Kegiatan Penyuluhan di Luar dan di Dalam RS Kanker Dharmais Tahun Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais Insiden kanker serviks dan payudara masih berada pada urutan pertama dan kedua jenis penyakit kanker terbanyak yang ditemukan di Poliklinik Deteksi Dini Kanker RSK Dharmais, sesuai dengan jumlah angka kunjungan terbanyak yang menggunakan fasilitas pemeriksaan pada Tabel 2. Gambar 4. menunjukkan bahwa insiden suspek kanker payudara dan kanker serviks terbanyak pada tahun Gambar 4. Insiden Suspek Kanker Payudara dan Kanker Serviks berdasarkan Diagnostik di Poliklinik Deteksi Dini RSK Dharmais Tahun Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais 22

28 TULISAN TERKAIT TOPIK Tabel 3. Insiden Kanker Lainnya berdasarkan Diagnostik Poliklinik Deteksi Dini RSK Dharmais Tahun Jenis Kanker Tahun Kanker Hati Kanker Prostat Kanker Usus Kanker Paru Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais Dari Tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa insiden kanker lainnya belum signifikan karena walau terlihat ada sedikit peningkatan, namun kunjungan pasien kanker lainnya ke Poliklinik Deteksi Dini dari tahun ke tahun masih rendah. Bila dilihat dari data penyakit kanker di Indonesia, kelompok penyakit di atas termasuk 10 besar penyakit kanker. Namun dari tabel dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker tersebut masih sangat rendah. Jenis Pelayanan di Poliklinik Deteksi Dini Kanker Gambar 5. Jenis Pelayanan di Poliklinik Deteksi Dini RSK Dharmais DETEKSI DINI KANKER ( DDK ) 1. Paket DDK Leher Rahim 1 & 2 2. Paket DDK Payudara 1 & 2 3. Paket DDK Hati. 4. Paket DDK Usus Besar. 5. Paket DDK Prostat. 6. Paket Deteksi Dini Kanker Paru UJI KESEHATAN (UK). Uji Kesehatan Lengkap Wanita 1 & 2 8. Uji Kesehatan Lengkap Pria. IMUNISASI DEWASA Imunisasi Hepatitis B. Imunisasi HPV (Human Papiloma Virus) MAMMOGRAFI / USG MOBILE & PAP S SMEAR MOBILE PELATIHAN DAN PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT KANKER, DI DALAM MAUPUN DI LUAR RUMAH SAKIT Pada tahun 2014, unit mobile mammografi yang dilaksanakan oleh Poliklinik Deteksi Dini RS Kanker Dharmais bekerjasama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) telah melakukan pemeriksaan mammografi pada 33 orang di 22 lokasi, 23

29 TULISAN TERKAIT TOPIK yang terdiri dari perusahaan, sekolah, dan instansi pemerintah. Dari pemeriksaan mammografi tersebut ditemukan sekitar 1 orang yang diduga (suspek) kanker payudara. Kesimpulan 1. Terlihat dari hasil kegiatan Poliklinik Deteksi Dini RS Kanker Dharmais dari tahun terlihat bahwa minat masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan deteksi dini kanker dari tahun ke tahun terlihat meningkat terutama untuk pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan serviks, namun untuk jenis deteksi dini kanker yang lain terlihat masih rendah. 2. Adapun beberapa kemungkinan alasan melakukan deteksi dini kanker adalah: a. Masyarakat sudah mulai terbuka dan mau mencari informasi tentang penyakit kanker melalui media cetak/ elektronik ataupun pergi ke fasilitas kesehatan. b. Masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya Deteksi Dini kanker terutama kanker payudara dan serviks. c. Semakin berkembangnya media informasi kesehatan saat ini,terutama penyakit kanker yang sudah semakin berkembang dan selalu up-to-date. d. Tarif paket pemeriksaan deteksi dini kanker terjangkau masyarakat, walau kunjungan ke poliklinik tidak begitu signifikan peningkatannya. Saran 1. Menyebarluaskan informasi tentang deteksi dini kanker yang benar dan faktor-faktor resikonya melalui media elektronik/cetak. 2. Perlu pemerataan informasi dan edukasi kedepan tentang penyakit kanker lain terhadap semua kelompok usia dan jenis kelamin. 3. Meningkatkan kerja sama dengan instansi terkait untuk bersama sama melakukan penyuluhan kesehatan khususnya deteksi dini kanker kepada masyarakat luas yang secara rutin dan berkesinambungan. 4. Peningkatan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada petugas kesehatan (dokter umum, bidan dan perawat) untuk mampu melakukan deteksi dini kanker dengan mengikuti pelatihan CBE (clinical breast examination) dan pelatihan IVA test dan Pap Smear test. 5. Peran serta pemerintah untuk kedepannya membuat program nasional untuk melakukan pemeriksaan mammografi dan Pap Smear gratis wajib bagi perempuan usia 40 tahun keatas. 6. Membuat program kerja di setiap layanan kesehatan tingkat primer tentang sosialisasi dan edukasi pentingnya deteksi dini kanker kepada masyarakat di wilayah kerjanya.. Mengusulkan program deteksi dini kanker dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran bagi anak sekolah tingkat SMP dan SMA oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 8. Pemerataan tenaga SDM dan fasilitas kesehatan yang mendukung untuk deteksi dini kanker di seluruh Indonesia. 24

30 TULISAN TERKAIT TOPIK Mewaspadai Gejala Kanker pada Anak dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA Kanker tidak mengenal usia. Anak-anak dan orang dewasa dapat terkena kanker. Salah satu perbedaan antara kanker pada anak dan orang dewasa adalah bahwa kanker pada anak tidak dapat dicegah seperti halnya kanker pada orang dewasa. Jadi tidak ada istilah pencegahan kanker pada anak, melainkan mewaspadai gejala kanker pada anak. Mengacu pada pernyataan di atas, sebagian orang tua tentu bertanya-tanya tentang apakah masih ada gunanya mengajarkan pola hidup sehat kepada anak-anak. Pola hidup sehat tetap harus diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Tujuannya memang bukan untuk mencegah kanker pada anak, namun untuk mencegah kanker yang sekiranya dapat timbul saat anak ini telah dewasa. Sebab, seperti telah ditulis sebelumnya di atas, kanker pada orang dewasa dapat dicegah. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun ada kasus baru kanker pada anak. Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2006, lebih kurang 50% pasien yang datang sudah dalam keadaan stadium lanjut. Berdasarkan penelitian, hal ini disebabkan salah satunya oleh karena orang tua pasien kurang mendapat informasi tentang kanker pada anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui gejala-gejala apa saja yang harus diwaspadai pada anak yang dicurigai terkena kanker. Apabila anak menunjukkan gejala kanker, maka segera bawa ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya, untuk mengonfirmasi apakah benar gejala-gejala yang dijumpai itu suatu kanker. Jika ternyata itu bukan kanker, tentunya kita patut mensyukurinya. Namun, jika ternyata itu benar kanker, tetap kita harus mensyukurinya karena artinya kanker tersebut ditemukan pada stadium awal. Kanker yang dijumpai pada stadium awal tentunya mempunyai kemungkinan untuk sembuh lebih besar dibanding kanker yang dijumpai pada stadium lanjut. Gambar 1. Distribusi Kanker Anak di Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun Sumber : Register Kanker Anak, Departemen Kanker Anak RSK Dharmais 25

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI PENYAKIT KANKER 4 Februari-Hari Kanker Sedunia SITUASI PENYAKIT KANKER Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di

Lebih terperinci

KEGIATAN DALAM RANGKA HARI KANKER SEDUNIA 2013 DI JAWA TIMUR

KEGIATAN DALAM RANGKA HARI KANKER SEDUNIA 2013 DI JAWA TIMUR KEGIATAN DALAM RANGKA HARI KANKER SEDUNIA 2013 DI JAWA TIMUR PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Setiap tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandaidengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser

Lebih terperinci

PANDUAN MEMPERINGATI HARI KANKER SEDUNIA DI INDONESIA TAHUN 2013

PANDUAN MEMPERINGATI HARI KANKER SEDUNIA DI INDONESIA TAHUN 2013 PANDUAN MEMPERINGATI HARI KANKER SEDUNIA DI INDONESIA TAHUN 2013 Apakah Anda Tahu tentang Kanker Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan RI 1 KATA PENGANTAR Panduan ini disusun sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double burden yaitu keadaan di mana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan pada waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada kaum hawa dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang di dunia meninggal akibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang sudah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan serius negara-negara di dunia. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini banyak penyakit yang membuat resah masyarakat, salah satunya yaitu penyakit kanker. Data dari World Health Organization dan Serikat Pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit dewasa ini bergeser dari penyakit menular dan masalah gizi ke penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit mematikan kedua yang sering terjadi pada wanita. Penyakit ini sebanyak 529.800 di dunia pada tahun 2008 dan 85% terjadi di negara berkembang.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Penyakit Kanker di Indonesia Melihat dari website Yayasan Kanker Indonesia, setiap tahunnya tidak kurang dari 15.000 kasus kanker terjadi, dan membuatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan pembangunan di Indonesia memberi dampak pada bergesernya pola penyakit. Selain penyakit infeksi, saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker merupakan penyebab kematian utama nomor dua di dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian, sebanyak 8,2 juta orang meninggal akibat kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar

Lebih terperinci

panduan praktis Skrining Kesehatan

panduan praktis Skrining Kesehatan panduan praktis Skrining Kesehatan 03 02 panduan praktis Skrining Kesehatan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia menurut World Health Organization (WHO) mencapai 289.000 jiwa terbagi atas beberapa negara antara lain Amerika Serikat sebanyak 9300

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim adalah salah satu keganasan atau neoplasma yang terjadi di daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari rahim

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SADARI KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU BANTUL

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SADARI KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU BANTUL PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SADARI KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Setiawati Gusmadi 1610104472 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular dan merupakan penyebab kematian utama di dunia. Dari 57 juta kematian pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat di seluruh dunia. Kanker yang khusus menyerang kaum wanita salah satunya ialah kanker serviks atau kanker leher

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang dengan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Menurut WHO 8-9 % wanita akan mengalami kanker payudara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara. Diperkirakan di dunia setiap dua menit wanita meninggal karena

Lebih terperinci

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di KERANGKA ACUAN POSBINDU PTM PENDAHULUAN A.Latar Belakang Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh

Lebih terperinci

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 1. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun, dengan puncak peringatan pada tanggal 1 Desember. 2. Panitia peringatan Hari AIDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara merupakan penyebab terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim. Perjalanan penyakit ini didahului dengan kondisi lesi pra-kanker leher rahim yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini banyak penyakit yang bermunculan dan di derita oleh manusia, seperti penyakit menular ataupun penyakit tidak menular.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan keganasan yang paling banyak terjadi pada wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada wanita) dan juga berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Papilomavirus (HPV) merupakan virus yang paling umum menginfesi saluran reproduksi. Wanita maupun pria akan terkena infeksi virus ini ketika mereka telah aktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penyakit kanker merupakan penyebab kematian utama kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang melanda negara negara di dunia termasuk Indonesia. Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara epidemiologi, pada tahun 2030 diperkirakan prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double burden, yaitu keadaan di mana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim atau serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada wanita di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Khusus Kanker di Jakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Khusus Kanker di Jakarta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia adalah Indonesia. Urutan tertinggi penderita kanker serviks ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir abad 20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA PADA PUS DI WILAYAH PUSKESMAS KELURAHAN KEMANGGISAN KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for Reasearch on Cancer (IARC)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

PENYULUHAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) di DUSUN CANDIREJO, TEGALTIRTO, BERBAH, SLEMAN

PENYULUHAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) di DUSUN CANDIREJO, TEGALTIRTO, BERBAH, SLEMAN PENYULUHAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) di DUSUN CANDIREJO, TEGALTIRTO, BERBAH, SLEMAN Nonik Ayu Wantini E-mail : nonik_respati@yahoo.co.id Abstrak Periksa payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menekan jaringan tubuh normal sehingga dapat mempengaruhi fungsi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. menekan jaringan tubuh normal sehingga dapat mempengaruhi fungsi tubuh. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah kanker yang dimulai di leher rahim, bagian dari rahim atau rahim yang membuka ke dalam vagina.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI O U T L I N E PENDAHULUAN SITUASI TERKINI STROKE

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal

Lebih terperinci

No. Responden: B. Data Khusus Responden

No. Responden: B. Data Khusus Responden KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN TEST IVA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita. Kanker payudara

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) A. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian pada tahun 2005, (WHO), dan 80 % kematian

Lebih terperinci

Upaya Mencegah Kanker Leher Rahim Melalui Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Inspekulo Visual Asam Asetat (IVA) B. TUJUAN

Upaya Mencegah Kanker Leher Rahim Melalui Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Inspekulo Visual Asam Asetat (IVA) B. TUJUAN KERANGKA ACUAN SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA HARI KESEHATAN NASIONAL Ke 51 TEMA: UPAYA MENCEGAH KANKER LEHER RAHIM MELALUI DETEKSI DINI DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKULO VISUAL ASAM ASETAT (IVA) A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Apakah saya sehat jiwa? Sehat Jiwa Bukan semata-mata tidak adanya penyakit/gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia terdapat banyak kasus yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalah munculnya penyakit, baik menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak terkontrol sehingga berubah menjadi sel kanker (1). Data Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker terbanyak ketiga, pada perempuan di seluruh dunia dan diperkirakan terjadi 529.000 kasus baru setiap tahunnya dan 275.000

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Schneider (2010) menyatakan kanker merupakan suatu peristiwa molekuler yang mengubah sifat normal sel. Dalam sel-sel kanker, sistem kontrol normal yang mencegah pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan proliferasi maligna dari sel epitel pada duktus atau lobulus payudara (Fauci, 2008). Menurut data WHO, kanker payudara menempati posisi kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan dan melakukan metastasis. Sel kanker bersifat ganas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya terjadi pada sistem organ reproduksi.kanker reproduksi meliputi kanker alat kelamin perempuan, kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Data World Health Organization (2012) menunjukkan bahwa dua miliar orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Hepatitis B dan sekitar 600.000 orang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat dan tidak terkendali, dan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sudah tak asing lagi ditelinga. Berbagai jenis kasus baru ditemukan, namun jenis kasus kanker yang paling tinggi di kalangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Oleh : Agus Samsudrajat S, SKM Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan penyebab kematian kelima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang abnormal atau berlebihan, sehingga dapat merusak jaringan sekitarnya. Kanker serviks menyerang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam keadaan normal, reproduksi sel adalah suatu proses yang terkontrol ketat. Rangsangan tertentu dan berbagai faktor pertumbuhan, baik fisiologis maupun patologis, dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti kardiovaskular, stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit paru kronik obstruktif di banyak negara, terutama di negara berkembang

Lebih terperinci