I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sudah dirasakan oleh kebanyakan orang di dunia, termasuk di Indonesia sebagai akibat banyaknya penggunaan bahan bakar fosil dan kegiatan alih-guna lahan yang menyebabkan banyaknya produksi gas: karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ) dan nitrous oksida (N 2 O). Gas-gas tersebut dinamakan gas rumah kaca (GRK) yang meneruskan radisasi gelombang pendek dari cahaya matahari, tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat panas, sehingga suhu atmosfir bumi makin meningkat (Murdiyarso, 2003 a ). Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), konsentrasi karbon dioksida (CO 2 ) sebelum pra industri relatif konstan, yaitu berkisar 280 ppmv, tetapi pada sekitar tahun 2000 konsentrasinya sebesar 360 ppmv (Gambar 1). Kenaikannya hampir 28,6% bila dibandingkan dengan era pra industri (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan PT Persero Sucofindo, 2002). Lebih lanjut dinyatakan bahwa sekitar tahun 1900 konsentrasi gas nitrous oksida (N 2 O) relatif konstan sekitar 290 ppmv, akan tetapi pada tahun 2000 dengan bertambah pesatnya industri, konsentrasi gas N 2 O meningkat menjadi 310 ppmv atau meningkat 6,9% bila dibandingkan dengan tahun 1900 (Gambar 1) Lebih lanjut Murdiyarso (2003 a ) menyatakan bahwa bila pola konsumsi, gaya hidup dan pertumbuhan penduduk tidak berubah, maka diperkirakan 100 tahun yang akan datang konsentrasi CO 2 diperkirakan akan meningkat menjadi 580 ppmv atau dua kali lipat dari zaman pra industri yang akibatnya suhu rata-rata bumi akan meningkat sebanyak 4,5 o C dari kondisi sekarang. Dengan suhu sekarang misalkan 35 o C, maka peningkatan 4,5 o C menjadi 39,5 o C akan berdampak terhadap berbagai sektor kehidupan manusia yang luar biasa, seperti: menurunnya produksi pangan, terganggunya fluktuasi dan distribusi ketersediaan air, serta menyebarnya hama dan penyakit tanaman. Untuk itu dilakukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) yang dikenal dengan nama United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) di Rio de Janeiro, Brazil bulan Juni tahun Pada konferensi tersebut para pemimpin dunia sepakat untuk mengadopsi Konvensi Kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United

2 Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC), kemudian dilanjutkan dengan kesepakatan Protokol Kyoto tahun Protokol Kyoto tahun 1997 merupakan dasar bagi negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 5% dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang tahun , tetapi Amerika Serikat Serikat yang merupakan negara penyumbang gas emisi rumak kaca terbesar dunia(36,1%) yang menolak meratifikasi Protokol Kyoto tersebut (Murdiyarso, 2003 b ). Indonesia mera- tifikasi Clean Development Mechanism = CDM atau Mekanisme Pembangunan Bersih = MPB sebagai implementasi dari Protokol Kyoto tersebut. Gambar 1. Konsentrasi Gas Karbon Dioksida (CO 2 ), Metan (CH 4 ) dan Nitrous Oksida (N 2 O) dari Industri sampai Tahun 2000 Sumber : Kantor Meteri Negara Lingkungan Hidup dan PT. Persero Sucofindo (2002) Gas-gas karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ) dan nitrous oksida (N 2 O) sebagai sumber gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global tersebut sangatlah sulit dikurangi mengingat negara Amerika Serikat yang menyumbangkan 36,1% keberadaan gas-gas tersebut di atmosfir menolak meratifikasi Protokol Kyoto dan disisi lain sebagian gas-gas tersebut diantaranya gas karbon dioksida (CO 2 ) dan nitrous oksida (N 2 O) merupakan sebagian gas-gas pembentuk hujan asam bersamasama dengan gas-gas SO x dan gas hidrogen sulfida (H 2 S). Hujan asam terbentuk

3 karena adanya asam nitrit, asam nitrat, asam sulfit, asam sulfat, dan asam karbonat. Asam-asam tersebut terbentuk dari gas-gas N 2 O, SO x, CO 2, dan H 2 S yang berikatan dengan air. Proses pembentukan hujan sebenarnya sama dengan proses penyulingan air yang berawal dari pemanasan air, sehingga air menguap membentuk uap air dan dengan kondensasi karena adanya pendinginan, maka uap air jatuh membentuk air suling, yaitu air murni yang mempunyai ph mendekati netral (ph = 7). Hal ini sama dengan proses hujan, sehingga harusnya ph air hujan mendekati ph netral juga, akan tetapi karena di atmosfir terdapat gas sulfur oksida seperti misalnya sulfur trioksida (SO 3 ) yang bila bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat seperti reaksi berikut: SO 3 + H 2 O H 2 SO 4 Asam sulfat yang terbentuk bersama-sama dengan air dalam bentuk hujan mempengaruhi ph air hujan, karena asam sulfat akan terurai seperti reaksi berikut: H 2 SO 4 H HSO 4 Terbentuknya H + akan menyebabkan ph hujan lebih rendah dari 7,0 (penyebab suasana asam), maka dalam kondisi normal hujan yang jatuh ke permukaan bumi mempunyai kurang dari ph 7,0. Hujan asam terjadi bila ph air hujan lebih rendah dari 5,6 (Saeni, 1995), dan hal ini bisa terjadi bila terdapat gasgas lain yang menyebabkan pembentukan asam-asam dan bila konsentrasi gas-gas pembentuk asam lebih tinggi dari normal. Gas-gas lain yang menyebabkan terbentuk asam adalah gas NO x (berupa gas nitrogen monoksida = NO dan nitrogen dioksida = NO 2 ), gas SO x (berupa sulfur dioksida = SO 2 dan sulfur trioksida = SO 3 ) dan gas hidrogen sulfida (H 2 S). Gas-gas NO, NO 2, SO 2, SO 3, dan gas H 2 S dihasilkan dari: 1) Tingkah laku manusia (antropogenik) yang membakar bahan bakar fosil (seperti batu-bara, minyak dan gas bumi) sebagai akibat dari meningkatnya perkembangan industri dan transportasi, juga akibat dari pembakaran hutan yang menyebabkan tanaman mati dan tidak dapat lagi memanfaatkan gas CO 2 2) Letusan gunung berapi.

4 Nitrogen monoksida berikatan dengan uap air membentuk asam nitrit (HNO 2 ) dan gas nitrogen dioksida bereaksi dengan uap air membentuk asam nitrat (HNO 3 ). Begitu pula gas sulfur dioksida bila bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfit (H 2 SO 3 ) dan gas sulfur trioksida bila berikatan dengan uap air membentuk asam sulfat (H 2 SO 4 ). Baik asam nitrit, asam nitrat, asam sulfit, asam sulfat dan hidrogen sulfida akan menurunkan ph air hujan. Hujan asam terjadi baik secara kering (dry deposition), maupun secara basah (wet deposition). Dry deposition merupakan hujan asam yang terjadi bila gas-gas pembentuk hujan asam tertiup angin, badai dan jatuh ke bumi kemudian bereaksi dengan air hujan. Wet deposition terjadi bila gas-gas pembentuk hujan asam bereaksi dengan uap air membentuk hujan asam, hanya terjadinya di atmosfir. Penurunan ph air hujan akan memungkinkan terjadinya kondisi asam dalam tanah dan terjadinya pencemaran logam berat. Menurut Darmono (1995) tanah yang bersifat asam akan menaikkan daya larut logam, termasuk logam berat. Lebih lanjut dinyatakan bahwa asam-asam mudah mengikat logam-logam berat seperti: timah hitam = plumbum (Pb), kadmium (Cd) dan merkuri (Hg). Logam-logam berat yang larut seperti misalnya As, Pb, Cd dan Hg (Saeni, 1989) memungkinkan diserap oleh tanaman. Hal ini diperkuat dengan penelitian Harahap (2004) yang menyatakan bahwa kandungan timbal pada akar dan daun tanaman teh lebih tinggi di Perkebunan Teh Sidamanik, Pematangsiantar, Sumatera Utara dari pada kandungan timbal di akar dan daun tanaman teh di Perkebunan Teh Gunung Mas, Bogor dan di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan, Bandung. Tingginya kandungan timbal pada akar dan daun tanaman teh di Perkebunan Teh Sidamanik disebabkan karena ph tanah di Perkebunan Teh Sidamanik lebih rendah daripada di Perkebunan Teh Gunung Mas, Bogor dan di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan, Bandung. Tingginya kandungan timbal di akar dan daun tanaman teh pada ph tanah yang lebih rendah menunjukkan bahwa penurunan ph tanah akan meningkatkan kandungan timbal tanah yang larut atau timbal yang mudah diserap tanaman dan timbal tanah yang larut dengan konsentrasi tinggi akan meningkatkan kandungan timbal pada tanaman. Madyiwa et al. (2002) menyatakan bahwa penambahan Pb dalam pot tanaman rumput star grass akan menyebabkan penambahan kandungan Pb di tanaman dan menurunkan produksi rumput star grass pada waktu panen.

5 Kejadian tersebut tak terkecuali akan terjadi pada hijauan makanan ternak. Dengan tingginya kandungan Pb tanah yang larut akibat tanah yang masam akan meningkatkan kandungan timbal pada hijauan makanan ternak dan akan menyebabkan terganggunya proses metabolisme ternak dan memungkinkan meningkatnya kandungan timbal dalam urat daging ternak dan penurunan produksi daging ternak. Disisi lain permintaan akan daging di Indonesia semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (2000) Jumlah populasi penduduk Indonesia lebih dari 200 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan 1,5% per tahun. Dengan meningkatnya penduduk Indonesia, permintaan daging di Indonesia semakin meningkat yang ditunjukkan dengan banyaknya import daging sebesar ton pada tahun 2006 dari penyediaan daging sebanyak ton (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Import daging yang paling banyak berupa daging sapi sebesar ton atau lebih dari sepertiga import daging Indonesia, disisi lain, produksi dan konsumsi daging sapi merupakan urutan kedua di Indonesia setelah daging ayam (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Hal ini terjadi karena jumlah perusahaan peternakan ayam di Indonesia relatif lebih banyak dibanding dengan jumlah perusahaan peternakan sapi. Disamping itu harga daging ayam relatif lebih murah dibanding harga daging sapi, sehingga lebih terjangkau oleh masyarakat ekonomi menengah kebawah. Untuk mengurangi kekurangan daging sapi (daging ternak ruminansia) tersebut sekaligus membantu mengurangi kekurangan konsumsi protein hewani, maka alternatif lain dari ternak ruminansia adalah daging domba yang perlu diupayakan melalui skala usaha indutri, karena masih sedikitnya jumlah pengusaha industri peternakan domba di Indonesia. Disamping itu domba bersifat prolific (beranak banyak), karena dalam 1 tahun bisa beranak dua kali, dan sekali melahirkan (litter size) bisa lebih dari satu ekor. Hal ini ditunjukkan dari hasil data penelitian Romjali et al. (1996) bahwa litter size domba lokal sumatera sebesar 1,54 + 0,65. Berbeda dengan sapi yang hanya beranak satu ekor per sekali kelahiran (litter size = 1) dan hanya bisa beranak dua kali dalam 3 tahun. Produksi peternakan secara umum, tak terkecuali termasuk peternakan domba, sangat tergantung pada faktor dalam dan faktor luar ternak itu sendiri. Faktor dalam yang dimaksudkan adalah faktor genetika ternak atau faktor pengembangannya dalam bentuk pemuliaan ternak (breeding), sedang faktor luar

6 yang dimaksudkan adalah faktor yang mempengaruhi ternak dari luar ternak yang disebut dengan lingkungan (environment), baik berupa cara pemberian pakan (feeding), manajemen atau pemeliharaan ternak maupun lingkungan alamnya. Upaya peningkatan produksi ternak melalui breeding membutuhkan waktu yang relatif lama dan biaya yang relatif mahal, sebaliknya upaya peningkatan produksi ternak melalui feeding, maupun manajemen pemeliharaan ternak tidak terlalu mahal dan relatif murah. Masalah lingkungan alam (environment) merupakan masalah yang sulit diantisipasi terutama adanya fenomena alam. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa pemanasan global sudah terjadi karena tingginya konsentrasi gas-gas karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ) dan nitrous oksida (N 2 O) dan sebagian gas tersebut bersama-sama dengan gas-gas SO x dan gas hidrogen sulfida (H 2 S) akan membentuk hujan asam yang memungkinkan ph tanah menjadi asam. Keasaman tanah yang tinggi akan memungkinkan meningkatnya kandungan Pb di tanaman yang menyebabkan terganggunya proses metabolisme ternak dan penurunan produksi daging ternak. Apalagi kenyataan menunjukkan bahwa pada tahun 2004 terjadi banyak sekali ikan yang mati karena adanya pencemaran logam berat di Teluk Jakarta khususnya pencemaran merkuri (Hg). Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada hewan lain seperti ternak domba, karena adanya masalah seperti hujan asam (acid deposition), peningkatan jumlah industri dan jumlah kendaraan bermotor serta pembakaran hutan. Hal lain yang menurunkan ph air hujan disamping dihasilkannya gas-gas pembentuk asam adalah peningkatan yang tidak normal (peningkatan secara drastis) gas-gas pembentuk asam. Disamping hujan asam pencemaran logam berat juga disebabkan oleh berkembangnya industri dan kendaraan bermotor. Laporan dari Kantor Statistik Kabupaten Bogor (1989) bahwa pada tahun 1988 jumlah mobil angkutan penumpang umum di Kabupaten Bogor yang dimiliki oleh swasta sebanyak 91 buah, dan perusahaan industri sebanyak 425 buah, sedang laporan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2007) pada tahun 2006 jumlah mobil angkutan penumpang berjumlah buah dan jumlah industri menjadi buah. Peningkatan jumlah mobil angkutan penumpang sebanyak lebih kurang 18 kali lipatnya dan peningkatan jumlah industri sebanyak lebih kurang 73 kali lipatnya memungkinkan di Kabupaten Bogor terjadi hujan asam dan menyebabkan

7 pencemaran logam berat sepertii As, Pb, Cd dan Hg. Untuk itu penelitian tentang pencemaran logam berat khususnya timbal (Pb) terhadap produksi ternak domba perlu diteliti Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui terjadinya hujan asam di Kabupaten Bogor dan untuk mengetahui kandungan timbal (Pb) di tanah-tanah Kabupaten Bogor dan dalam hijauan makanan ternak yang biasa dipergunakan oleh peternak di Kabupaten Bogor. b. Untuk mengkaji korelasi kandungan timbal (Pb) antara Pb dalam air hujan dan tanah; tanah dan hijauan makanan ternak. c. Untuk mengkaji dampak timbal (Pb) dalam ransum ternak domba lokal jantan terhadap produksinya dan mengkaji akumulasi timbal (Pb) di feses, darah, hati, ginjal dan daging domba lokal jantan Kerangka Pemikiran Perubahan iklim dunia juga menentukan terhadap perubahan cuaca setempat. Perubahan iklim dan cuaca sangat tergantung pada kondisi setempat seperti: peningkatan transportasi, perkembangan industri, kemajuan pertanian, pembakaran hutan atau penebangan pepohonan. Peningkatan transportasi, perkembangan industri, kemajuan pertanian, pembakaran hutan atau penebangan pepohonan yang banyak akan meningkatkan akumulasi gas-gas di udara seperti karbon dioksida (CO 2 ), metan (CH 4 ), nitrous oksida (N 2 O), sulfur oksida (SO x ) dan hidrogen sulfida (H 2 S). Peningkatan gas-gas seperti (CO 2 ), metan (CH 4 ), nitrous oksida (N 2 O) akan menyebabkan efek rumah kaca dan mengakibatkan pemanasan global. Gas karbon dioksida (CO 2 ), nitrous oksida (N 2 O), sulfur oksida (SO x ) dan hidrogen sulfida (H 2 S) bila berikatan dengan uap air akan membentuk asam dan menyebabkan hujan asam. Hujan asam yang ditandai dengan rendahnya ph akan mudah melarutkan logam-logam berat, termasuk logam-logam berat di tanah. Baik logam berat asal air hujan maupun logam berat asal tanah yang sama-sama mudah larut memungkinkan diserap tanaman tidak terkecuali tanaman makanan ternak yang pada akhirnya bila dikonsumsi oleh ternak akan meengganggu metabolisme dan menurunkan produksi ternak.

8 Produksi ternak dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar ternak. Faktor dalam ternak berupa genetika ternak atau dalam pengembangan genetika ternaknya diistilahkan dengan pemuliaan ternak (breeding), melalui perbaikan genetika bangsa-bangsa ternak dengan cara inseminasi buatan (IB), transfer embrio, kloning atau mutasi gen. Faktor luar ternak diistilahkan dengan lingkungan (environment) bisa berupa feeding atau pemberian pakan pada ternak, manajemen atau cara pemeliharan ternak dan lingkungan alam ternak atau lingkungan tempat ternak dipelihara. Lingkungan alam yang banyak mempengaruhi produksi ternak diantaranya: banyaknya industri dan transportasi di sekitar tempat ternak dipelihara, pengaruh iklim setempat baik suhu dan kelembaban, disamping kondisi hujan asam yang diperkirakan banyak berpengaruh pada produksi ternak. Produksi ternak khususnya produksi daging domba ditunjukkan oleh pertambahan bobot badan domba, atau semakin tinggi pertambahan bobot badan domba akan semakin tinggi pula produksi daging domba. Pertambahan bobot badan domba dipengaruhi oleh proses metabolisme di dalam saluran pencernaan dan dalam tubuh. Proses tersebut dipengaruhi oleh konsumsinya. Selanjutnya konsumsi ternak dipengaruhi oleh cara pemberian pakannya, baik pemberian bahan makanan tambahan (feed additif), pemberian zat perangsang tumbuh (growth promotor) yang berupa hormon, enzim dan antibiotik serta manipulasi pakan. Konsumsi ternak dipengaruhi oleh iklim atau cuaca, pencemaran pakan termasuk pula adanya hujan asam. Untuk lebih jelasnya alur kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak disajikan dalam Gambar Perumusan Masalah Fenomena-fenomena alam sudah mulai banyak terjadi, diantaranya: a. Pada tahun 1980-an, Bogor merupakan kota sejuk yang hampir tiap hari hujan dan masih terlihat sebagian minyak sayur yang ada dalam botol membeku. Pada kenyataannya saat sekarang ini di Bogor sudah relatif panas dan kejadian hujanpun tidak tiap hari. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa pemanasan global sudah terjadi akibat efek rumah kaca yang ditandai dengan. Peningkatan produksi gas-gas: karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ) dan nitrous oksida (N 2 O), seperti yang terlihat pada Gambar 1.

9

10 Gas rumah kaca tersebut meneruskan radisasi gelombang pendek dari cahaya matahari, tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat panas, sehingga terjadi Global Warming atau pemanasan global seperti yang dinyatakan oleh Murdiyarso (2003 a ). b. Awal bulan Mei 2004 di Teluk Jakarta ditemukan banyak ikan yang mati akibat fenomena alam yang salah satunya disebabkan karena pencemaran logam berat, yaitu logam merkuri (Hg). Hal ini dimungkinkan mengingat hasil penelitian Rahman (2006) yang menyatakan bahwa udang dan rajungan/kepiting yang ada di perairan Pantai Batakan dan Pantai Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan mempunyai kandungan logam berat berupa timbal (Pb) yang tinggi, yaitu berkisar 66,995 96,250 ppm untuk udang dan berkisar 75,630 90,515 ppm untuk rajungan/kepiting. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dari batas ambang yang ditentukan oleh FAO yaitu harus kurang dari 2 ppm. Tingginya kandungan Pb di udang dan rajungan/kepiting disebabkan karena tingginya pencemaran Pb baik di udara maupun di laut yang terkontaminasi air hujan yang asam yang mudah mengikat logam berat termasuk Pb. c. Hasil penelitian Harahap (2004) yang menyatakan bahwa keasaman akan mengikat lebih banyak timbal. Hal itu ditunjukkan dengan tingginya kandungan timbal di akar dan daun tanaman teh di Perkebunan Teh Sidamanik, Pematangsiantar, Sumatera Utara daripada kandungan timbal di akar dan daun tanaman teh di Perkebunan Teh Gunung Mas, Bogor dan di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan, Bandung. Tingginya kandungan timbal di akar dan daun tanaman teh yang ada di Perkebunan Teh Sidamanik karena ph tanah di Perkebunan Teh Sidamanik mempunyai ph lebih rendah daripada ph tanah di Perkebunan Teh Gunung Mas, Bogor dan di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan, Bandung. Dari hasil penelitian tersebut bisa saja terjadi pada logam berat lain termasuk air raksa yang ada di Teluk Jakarta. Mengingat sifat dari air raksa yang sangat berbahaya dan langsung dapat menyebabkan kematian pada makhluk hidup termasuk ikan, maka di Teluk Jakarta ditemukan banyak ikan yang mati pada tahun 2004.

11 Teluk Jakarta banyak menampung limbah dari beberapa industri, termasuk limbah perairan yang tercemar limbah industri, sehingga kejadian keracunan air raksa di Teluk Jakarta bisa terjadi. d. Pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) yang dikenal dengan nama United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) di Rio de Janeiro, Brazil bulan Juni tahun 1992, para pemimpin dunia sepakat untuk mengadopsi Konvensi Kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC), kemudian dilanjutkan dengan kesepakatan Protokol Kyoto tahun 1997 yang merupakan dasar bagi negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 5% dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang tahun Seharusnya pada tahun 2008 pemanasan global tidak terjadi, akan tetapi pemanasan global sudah terjadi yang salah satu penyebabnya adalah Amerika Serikat penyumbang sebanyak 36,1% gas emisi rumak kaca terbesar dunia menolak meratifikasi Protokol Kyoto tersebut (Murdiyarso b ) dan dari data laporan pada tahun 2000 konsentrasi gas CO 2 meningkat menjadi 360 ppmv atau meningkat 28,6 % dari tahun 1900 dan konsentrasi gas nitrogen oksida meningkat mencapai 6,9% dari pra industri, seperti terlihat pada Gambar 1 (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan PT Persero Sucofindo, 2002). Dari keempat contoh kasus tersebut adalah suatu hal yang mungkin apabila kasus dampak perubahan iklim khususnya hujan asam (acid deposition) dan pencemaran logam berat akan dan sudah terjadi terutama di Kabupaten Bogor, karena wilayah industri lebih banyak terdapat di Kabupaten Bogor daripada di Kota Bogor. Dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Ciawi pada tanggal 11 agustus 2005, tepatnya pada lebih kurang pukul waktu Indonesia bagian barat, air hujan yang ditampung mempunyai ph sebesar 4,4 dan sebagai perbandingan pada tanggal yang sama, tepatnya pada lebih kurang pukul waktu Indonesia bagian barat, di Kota Depok dilakukan penampungan air hujan dan mempunyai ph sebesar 4,5. Dengan demikian dari data tersebut memungkinkan Kabupaten Bogor dan Kota Depok sudah terjadi hujan asam. Menurut Darmono (1995) kondisi asam

12 mudah mengikat logam-logam berat seperti: timah hitam = plumbum (Pb), kadmium (Cd) dan merkuri (Hg). Mengingat Kabupaten Bogor memungkinkan terjadi hujan asam dan menurut Darmono (1995) kondisi asam akan mengikat logam-logam berat, seperti halnya yang dinyatakan oleh Saeni (1995), maka Kabupaten Bogor memungkinkan terjadinya pencemaran logam berat. Pencemaran logam berat di tanah dan air tanah akan berakumulasi di hijauan makanan ternak. Timbal yang terakumulasi dalam hijauan makanan ternak memungkinkan akan terakumulasi di tubuh ternak yang pada akhirnya juga akan terakumulasi di tubuh manusia, sehingga permasalahannya: a. Apakah hujan asam sudah terjadi di Kabupaten Bogor baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau?. b. Apakah Air hujan baik pada musim hujan maupun kemarau mengikat timbal (Pb)?. c. Apakah keasaman air hujan mempengaruhi keasaman tanah dan memungkinkan terjadi pencemaran timbal (Pb) di tanah. d. Apakah kandungan timbal (Pb) di tanah mempengaruhi kandungan timbal (Pb) di hijauan makanan ternak di Kabupaten Bogor. e. Apakah pencemaran timbal (Pb) di hijauan makanan ternak, akan mempengaruhi kandungan timbal (Pb) di feses, darah, hati, ginjal dan daging ternak domba. f. Apakah pencemaran timbal (Pb) mempengaruhi produksi ternak domba, khususnya terhadap pertambahan bobot badan ternak domba? Hipotesis a. Hujan asam sudah terjadi di Kabupaten Bogor baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau. b. Air hujan yang asam akan meningkatkan kandungan timbal (Pb) air hujan. c. Keasaman air hujan akan menyebabkan keasaman tanah dan menyebabkan pencemaran timbal (Pb) dalam tanah. d. Tanah yang mengandung timbal (Pb) lebih banyak akan terakumulasi dalam hijauan makanan ternak.

13 e. Ransum ternak yang tinggi kandungan timbalnya tidak akan meningkatkan kandungan timbal (Pb) dalam feses, tetapi akan terakumulasi pada darah, hati, ginjal dan daging ternak domba lokal jantan. f. Kandungan timbal (Pb) dalam ransum ternak yang tinggi akan menurunkan produksi ternak khususnya mengurangi pertambahan bobot badan ternak domba lokal jantan Manfaat Penelitian a. Sebagai informasi awal pengaruh pencemaran logam berat terhadap metabolisme dan pertambahan bobot badan domba, sehingga penelitian lanjutan dapat dilaksanakan tentang upaya meminimalkan dampak pencemaran logam berat terhadap pertambahan bobot badan dan mengurangi akumulasi logam berat dalam tubuh ternak. b. Untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran logam berat dalam rangka upaya peningkatan produksi ternak khususnya, dan umumnya untuk pengembangan peternakan. c. Sebagai informasi tentang pencemaran logam berat sehubungan dengan kesehatan penduduk di Bogor khususnya dan umumnya untuk kehidupan manusia. d. Sebagai masukan bagi instansi-instansi terkait termasuk dalam hal ini bagi Dinas Pertanian, sub Dinas Peternakan dan Perikanan Laut di Bogor dan secara umum Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan Novelty (Kebaruan) Penelitian tentang hujan asam termasuk juga penelitian tentang pencemaran timbal (Pb) terhadap tanaman sudah dilakukan, akan tetapi penelitian pencemaran timbal sebagai akibat dari adanya hujan asam dan kaitannya dengan pencemaran timbal dalam ransum ternak, dan akumulasinya dalam tubuh ternak serta bagaimana pencemaran timbal mempengaruhi proses metabolisme dan pertambahan bobot badan ternak domba belum dilakukan. Untuk itu penelitian tentang pencemaran timbal dalam ransum ternak terhadap produksi ternak domba perlu untuk diteliti.

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xviii. DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 14

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xviii. DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 14 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian... 7 1.3. Kerangka Pemikiran..... 7 1.4. Perumusan Masalah.....

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Lampiran 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Oleh : Imam Hambali Pusat Kajian Kemitraan & Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan Pada awal Februari 2007 yang lalu Intergovernmental Panel on Climate

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL MAKALAH PEMANASAN GLOBAL Disusun Oleh : 1. MUSLIMIN 2. NURLAILA 3. NURSIA 4. SITTI NAIMAN AYU MULIANA AKSA 5. WAODE FAJRIANI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang disusunnya makalah ini

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

MENGURANGI EMISI GAS RUMAH KACA

MENGURANGI EMISI GAS RUMAH KACA 2004 Irmansyah Posted 4 June 2004 Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor June 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung

Lebih terperinci

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan. Global Warming Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 C (1.33 ± 0.32 F)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia pada saat ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca yang menurut sebagian

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KOMPONEN IKLIM

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KOMPONEN IKLIM DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KOMPONEN IKLIM Faktor cuaca/iklim belum mampu direkayasa manusia kecuali dalam skala mikro seperti pembuatan rumah kaca. Setiap organisme kehidupannya mempunyai keadaan cuaca/iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrogen oksida (N 2 O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC)

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama pada semua sektor kehidupan. Seiring bertambahnya kebutuhan manusia, maka meningkat pula permintaan energi listrik. Suplai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN KONSEP PENCEMARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran : - Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

Lebih terperinci

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Ozon (O 3 ) mempunyai fungsi melindungi bumi dari radiasi sinar Ultraviolet Ozon sekarang ini

Lebih terperinci

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon Kurikulum 2013 FIsika K e l a s XI PEMANASAN GLOBAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Dapat menganalisis gejala pemanasan global, efek rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Secara alami CO 2 mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup. Tumbuhan sebagai salah satu makhluk hidup di bumi memerlukan makanannya untuk

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 1. Cara mengurangi pencemaran lingkungan akibat rumah tangga adalah... Membakar sampah plastik dan kertas satu minggu

Lebih terperinci

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Nama NIM Tugas :Wiwi Widia Astuti :E1A012060 :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional.

Lebih terperinci

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA Pengelolaan lingkungan diperlukan agar lingkungan dapat terus menyediakan kondisi dan sumber daya yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lingkungan abiotis terdiri dari atmosfer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu

Lebih terperinci

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C)

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) Berkaitan dengan siklus oksigen Siklus karbon berkaitan erat dengan peristiwa fotosintesis yang berlangsung pada organisme autotrof dan peristiwa respirasi yang

Lebih terperinci

FENOMENA GAS RUMAH KACA

FENOMENA GAS RUMAH KACA FENOMENA GAS RUMAH KACA Oleh : Martono *) Abstrak Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO 2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak orang yang membicarakan masalah pemanasan global, bahkan dalam buku pendidikan lingkungan hidup untuk anak SD pun sudah mulai banyak yang membahas pemanasan

Lebih terperinci

Nitratit (NaNO3) mempunyai struktur kristal yang mirip dengan kalsit dan mudah larut dalam

Nitratit (NaNO3) mempunyai struktur kristal yang mirip dengan kalsit dan mudah larut dalam Fungsi Nitrogen Nitrogen (N) merupakan salah satu dari 13 unsur utama (esensial) yang dibutuhkan oleh tanaman. Ketigabelas unsur utama ini disebut sebagai nutrients (makanan). Tanaman membutuhkan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Iklim

Dampak Perubahan Iklim Pemanasan Global, Perubahan Iklim, pencemaran lingkungan Bab Pemanasan III Dampak Global, Perubahan Perubahan Iklim Iklim, & pencemaran lingkungan Dampak Perubahan Iklim Menteri Negara Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect) PEMANASAN GLOBAL Efek Rumah Kaca (Green House Effect) EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini dan perubahan tersebut terjadi akibat dari ulah manusia yang terus mengambil keuntungan dari

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Apakah yang dimaksud dengan Efek Rumah Kaca (ERK) dan penyebabnya? Efek Rumah Kaca dapat divisualisasikan sebagai sebuah proses. Pada kenyataannya, di lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cuaca dan Iklim Menurut Sarjani (2009), cuaca dan iklim merupakan akibat dari prosesproses yang terjadi di atmosfer yang menyelubungi bumi. Cuaca adalah keadaan udara pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi dan lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik pada masa kini maupun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan suatu negara, bangsa, daerah atau wilayah yang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, akan mendorong meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan merupakan unsur terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi, karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hutan juga

Lebih terperinci

EVALUASI BAB IX EFEK RUMAH KACA DAN PEMANASAN GLOBAL : MUHAMMAD FIRDAUS F KELAS : 11 IPA 3

EVALUASI BAB IX EFEK RUMAH KACA DAN PEMANASAN GLOBAL : MUHAMMAD FIRDAUS F KELAS : 11 IPA 3 EVALUASI BAB IX EFEK RUMAH KACA DAN PEMANASAN GLOBAL NAMA : MUHAMMAD FIRDAUS F KELAS : 11 IPA 3 1. Pada proses terjadinya efek rumah kaca, gas CO2 menyebabkan. A. Berkurangnya gas O2 B. Bertambahnya gas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan asam terjadi akibat polutan udara khususnya gas sulfur oksida (SOx) dan gas nitrogen oksida (NOx). Polutan ini bersumber dari alam maupun dari aktivitas manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP A. Kebijakan Lingkungan Hidup dan Kependudukan 1. Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia a. Menjelang konferensi Stockholm (5 Juni 1972)

Lebih terperinci

UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI

UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( 1998 2011 ) RESUME SKRIPSI Disusun Oleh : Pongky Witra Wisesa (151040295) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah BAB VII PERKIRAAN EMISI A. GAS RUMAH KACA Gas rumah Kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang berfungsi menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer. Adanya berbagai aktivitas manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai isu lingkungan global. Salah satu dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

STRUKTURISASI MATERI

STRUKTURISASI MATERI STRUKTURISASI MATERI KOMPETENSI DASAR 3.9 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan 4.8 Menyajikan ide/gagasan pemecahan masalah gejala pemanasan global dan dampaknya

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR Daur Air/H 2 O (daur/siklus hidrologi) 1. Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air 2. Uap air berasal dari air di daratan dan laut yang menguap (evaporasi) karena panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global telah menjadi isu politik dan bisnis yang semakin penting bagi sebagian besar negara. Ada panggilan yang kuat dari lingkungan, bisnis dan pemimpin

Lebih terperinci

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

08/06/2013. Ilmu Kealaman Dasar (IAD) ISU LINGKUNGAN. Pertemuan ke-12

08/06/2013. Ilmu Kealaman Dasar (IAD) ISU LINGKUNGAN. Pertemuan ke-12 Ilmu Kealaman Dasar (IAD) ISU LINGKUNGAN Pertemuan ke-12 I Prepared by AKA-TI UMS 1 Isu lingkungan 2 3 4 QS Ali Imran:191 PERMASALAHAN LINGKUNGAN MULAI AKTIF BERSAMAAN DENGAN REVOLUSI HIJAU + 2 ABAD YANG

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat pendidikan. Peranan kota Kupang

Lebih terperinci

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara di bumi memiliki beberapa unsur yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Udara untuk kehidupan sehari-hari tersebut terdapat di atmosfer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia, karena dari waktu ke waktu manusia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi isu lingkungan yang paling banyak dibicarakan saat ini, baik pada tataran ilmiah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan

Lebih terperinci