D. Hipotesis Tindakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "D. Hipotesis Tindakan"

Transkripsi

1 33 kecil. Namun Pembelajaran Kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa. Dalam Pembelajaran Kooperatif peran dan keaktifan siswa diutamakan. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya dan kemudian mengembangkan pemikirannya tersebut. Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak tipe dan strategi, salah satunya adalah Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered Heads Terstruktur. Tipe ini modifikasi dari tipe Kepala Bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan tipe ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya. Proses pembelajaran yang akan terjadi terdiri dari beberapa siklus. Pada siklus I, siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas empat orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok akan mendapatkan nomor sesuai dengan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Pembagian anggota kelompok dalam penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara heterogen, baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin. Dalam melaksanakan tugasnya, diharapkan siswa dapat bekerja sama dan saling membantu sehingga tercipta interaksi yang dinamis antara siswa dengan kelompok belajarnya serta siswa dapat mengeluarkan ide-ide mereka dengan berbagi kepada teman sekelasnya. Jika pada siklus I target yang diinginkan belum tercapai, maka peneliti akan melanjutkannya ke siklus II. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II harus memiliki perbedaan dengan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan tindakan pada siklus II merupakan refleksi tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini, peneliti harus lebih memfokuskan lagi aktivitas apa yang harus ditingkatkan melalui refleksi tindakan pada siklus I. Selain itu pada siklus II ini peneliti akan memberikan reward berupa nilai tambah kepada kelompok siswa yang telah mengerjakan tugas LKS tepat waktu dan nilai tambah bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar matematika melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

2 34 Bernomor Terstruktur. Jika pada siklus II ini target yang diinginkan belum terpenuhi, maka penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus III dengan tindakan siklus II sebagai refleksinya. Tetapi jika pada siklus II ini target yang diinginkan sudah tercapai, maka penelitian ini akan dihentikan dan berakhir pada siklus II. Pada penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, setiap siswa akan diobservasi untuk diamati pada setiap aktivitas yang dilakukannya di dalam kelas seperti aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dengan cara ini guru dapat mengetahui aktivitas belajar apa yang dilakukan oleh masing-masing siswa. Dengan cara ini juga setiap siswa dapat mengetahui bahwa dalam memahami sesuatu banyak cara dan aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian, berarti model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Diduga penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur pada pelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

3 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1) Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII-B SMP Islam Al-Ikhlas Cipete. 2) Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Maret-Juli ajaran 2009/2010. Tabel 1 Jadwal Penelitian No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli 1 Persiapan dan perencanaan 2 Observasi (studi lapangan) 3 Pelaksanaan pembelajaran 4 Analisis data 5 Laporan penelitian B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. 1 Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. 1 Suharsimi Arikunto, Peneltian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007) Cet ke-4, h. 3.

4 36 Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran. Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dan proses pembelajaran semakin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (prapenelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, 2 dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: a. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja sama dengan kolaborator (guru kelas) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, jurnal harian, lembar wawancara, lembar catatan lapangan dan soal tes untuk akhir siklus. b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan (Acting) Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. c. Pengamatan (Observing) Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti 2 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, h. 20.

5 37 melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, pengamatan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. d. Refleksi (Reflecting) Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan pada penelitian berikutnya. 2. Desain Penelitian Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan dengan alur sebagai berikut.

6 38 Bagan 1 Alur Prosedur Pelaksanaan PTK Permasalahan Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan) Pelaksanaan Tindakan Selesai? Siklus I Refleksi Anaslisis Perencanaan Data Observasi Masalah belum selesai Alternatif pemecahan Pengamatan dan (Rencana Tindakan) pengumpulan data Pelaksanaan Tindakan Selesai? Perencanaan II Refleksi Anaslisis Data Observasi Siklus II Masalah belum selesai Siklus selanjutnya C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil penelitian yang diharapkan sesuai dengan indikator keberhasilan, bahwa hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas mencapai rata-rata 70% diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional.

7 39 D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-B SMP Islam Al-Ikhlas Cipete, observer yang terlibat dalam penelitian ini yaitu guru matematika kelas VII-B sebagai pengamat jalannya penelitian sekaligus berperan sebagai kolaborator. Pada saat pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru matematika juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya. E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran. Kerja sama antara guru matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. 3 3 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, h. 63.

8 40 F. Tahapan Intervensi Tindakan Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya prapenelitian atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan seterusnya. Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: Kegiatan Pendahuluan 1. Observasi proses pembelajaran di kelas 2. Observasi tingkat aktivitas belajar siswa 3. Wawancara dengan guru kelas 4. Wawancara dengan siswa Siklus I 1. Tahap Perencanaan a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara d. Membuat jurnal harian e. Membuat soal tes siklus I untuk siswa 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus I.

9 41 3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa. 4. Tahap Refleksi Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran siklus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya. Siklus II 1. Tahap Perencanaan a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur b. Menyiapkan pedoman observasi c. Menyiapkan pedoman wawancara d. Menyiapkan lembar jurnal harian siswa e. Membuat soal tes siklus II untuk siswa 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus II. 3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.

10 42 4. Tahap Refleksi Mengevalusi proses pembelajaran siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Bagan 2 Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Survei Awal a) Pengamatan keadaan kelas Waktu pelaksanaan : 8, 11, 15 Maret 2010 Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di kelas VII-B SMP Islam Cipete. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika dan aktivitas belajar matematika siswa. b) Wawancara Waktu pelaksanaan : 5 Maret 2010 Wawancara dilaksanakan terhadap guru kelas untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas belajar siswa, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut. c) Analisis dan refleksi Waktu pelaksanaan : 18 Maret 2010 Analisis dan refleksi dari kegiatan prapenelitian (pendahuluan) ini dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada survei awal dan kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk

11 43 mengatasi permasalahan yang muncul sehinggga dapat diberikan tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti. 2. Siklus I a) Tahap perencanaan Waktu Pelaksanaan : 3, 4, 5, 9 Maret 2010 Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, pedoman wawancara untuk guru, serta lembar pertanyaan untuk siswa, dan soal untuk tes pada akhir siklus I ini. b) Tahap pelaksanaan Waktu Pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, 26, dan 29 April 2010 Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan rencana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti yang dalam hal ini sebagai pelaksana tindakan menyampaikan gambaran umum materi yang akan dipelajari kemudian guru mengarahkan siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4 orang siswa. Setiap anggota dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan tugas-tugas yang terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Misal, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dan mencari unsur-unsur yang berhubungan dengan soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa nomor 3 bertugas mencatat jawaban akhir penyelesaian soal dan siswa nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan mengerjakan perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok membagi tugas

12 44 kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. c) Tahap observasi Waktu pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, dan 26 April 2010 Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. d) Tahap analisis dan refleksi Waktu Pelaksanaan : 8 Mei 2010 Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II. 3. Siklus II a. Tahap perencanaan Waktu Pelaksanaan : 10, 11, 12, 13 Mei 2010 Pada tahap ini peneliti membuat skenario dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. b. Tahap pelaksanaan Waktu Pelaksanaan : 17, 20, 24, 27, dan 31 Mei 2010

13 45 Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan rencana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti bermaksud meningkatkan aktivitas yang kurang pada siklus I, kemudian guru memberikan gambaran umum tentang materi yang akan dibahas. Siswa dibuat kembali menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Masing-masing kelompok membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan mengerjakan perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Hanya saja aktivitas yang lebih ditekankan berbeda sesuai dengan aktivitas yang kurang pada siklus I. Selain itu juga peneliti memberikan reward berupa tambahan nilai kepada kelompok yang menyelesaikan tugas LKS tepat waktu dan reward untuk siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS dan dalam menanggapi laporan kelompok. c. Tahap observasi Waktu pelaksanaan : 17, 20, 24, 27 Mei 2010

14 46 Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. d. Tahap analisis dan refleksi Waktu pelaksanaan : 1, 2, 3, dan 4 Juni 2010 Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. G. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Data kualitatif : hasil observasi proses pembelajaran, hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa, hasil observasi aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, dan hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran). 2. Data kuantitatif : nilai hasil tes tiap siklus. Sumber data : sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti. H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi aktivitas belajar matematika siswa; diperoleh dari lembar observasi aktivitas yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan. 2. Observasi aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok; diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

15 47 3. Jurnal harian siswa; digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. 4. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus. 5. Wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa pada tahap pra penelitian dan pada akhir siklus. 6. Catatan lapangan; catatan lapangan ini dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi. 7. Dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus. Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan aktivitas belajar matematika siswa, tentang kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. I. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Instrumen Tes Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.

16 48 Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I Kompetensi No Dasar 1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya Indikator Kemampuan Bentuk C 1 C 2 C 3 Soal Mendefinisikan pengertian segitiga dan Essay jenis-jenis segitiga Menyebutkan sifat-sifat segitiga istimewa. Menentukan jumlah sudutsudut segitiga Menentukan ketidaksamaan pada sisi segitiga Menentukan hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu segitiga Nomor soal Essay Essay 4, 5 Essay 6 Essay 7, 8 Jumlah 8 Keterangan: C 1 = Ingatan C 2 = Pemahaman C 3 = Aplikasi

17 49 Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II No Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya 2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga serta menggunakannya dalam pemecahan masalah Indikator Kemampuan Bentuk C 1 C 2 C 3 Soal Nomor soal Menentukan sudut luar Essay 1, 2 segitiga Menemukan rumus umum keliling segitiga dan Essay 3, 4 menghitung keliling segitiga Menemukan 5 rumus umum Essay luas segitiga 6 dan menghitung luas segitiga. Menentukan luas segitiga dengan alas Essay 7, 8 dan tinggi sekawan Jumlah 8 Keterangan: C 1 = Ingatan C 2 = Pemahaman C 3 = Aplikasi

18 50 2. Instrumen Non Tes Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut: a. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika siswa. Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Item Aktivitas Visual activities Oral activities Membaca 1 Memperhatikan 2 Mengajukan pertanyaan 3 Menanggapi laporan 4 Writing activities Mencatat materi 5 Mental activities Memecahkan masalah 6 Emotional activities Minat/antusias dalam belajar 7 Senang 8

19 51 b. Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kerjasama siswa dalam kelompok selama pembelajaran dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. c. Lembar jurnal harian siswa Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. d. Lembar catatan lapangan Lembar catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi. e. Lembar wawancara Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalahmasalah yang dihadapi di kelas. J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Study Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan saturasi, yaitu : 1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, wawancara siswa, dan memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal. 2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengadakan wawancara dengan guru.

20 52 3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalankejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya. 4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul. Saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri siklus. 4 Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dilakukan dengan penelusuran dari segi isinya (content). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. 5 Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan instrument tes tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang merupakan pakar di bidang evaluasi pendidikan matematika. Hasil validitas isi atau hasil uji coba menyimpulkan siklus I terdiri dari 8 butir soal (lampiran 12) dan siklus II yang terdiri dari 8 butir soal (lampiran 14). K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi, hasil jurnal harian siswa, hasil tes siswa dan catatan komentar observer pada lembar observasi. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Menganalisis hasil observasi proses pembelajaran yaitu hasil observasi terhadap tindakan pembelajaran peneliti dan hasil observasi terhadap proses aktivitas belajar siswa. Setiap kategori pengamatan diinterpretasikan dengan sangat baik (5), baik (4), sedang (3), kurang (2), buruk (1). Begitu pula dengan hasil observasi kerjasama siswa dalam kelompok yang kategori pengamatannya diinterpretasikan dengan baik sekali (4), baik (3), cukup (2), kurang (1). 4 Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, h Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 67.

21 53 Menganalisis jurnal harian dengan mengelompokkan respon siswa ke dalam kelompok berkomentar positif, negatif, netral dan tidak berkomentar kemudian dihitung persentasenya. Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang diperoleh dari berbagai sumber, membaca data, kemudian mengadakan rekapitulasi data dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimatkalimat dan skala penilaian aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna. L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan perencanaan dan persiapan yang cukup panjang, adapun perencanaan tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, soal-soal yang dipergunakan untuk latihan dan soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar matematika siswa serta lembar wawancara untuk guru dan siswa. Peneliti juga dapat menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau yang dianjurkan oleh sekolah.

22 54 Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi berkolaborasi dengan observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu kelancaran penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi membicarakan kegiatan pada siklus selanjutnya.

23 55 BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Survei Pendahuluan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan observasi pembelajaran serta wawancara terhadap guru dan siswa. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4, 5, 8, 11, 15, 18 dan 19 Maret 2010 di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete. Pada tanggal 4 Maret 2010 peneliti menemui kepala sekolah untuk menjelaskan tujuan kedatangan peneliti ke SMP Islam Al-Ikhlas. Diperoleh informasi bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur belum pernah diterapkan di SMP Islam Al-Ikhlas karena biasanya guru matematika menerapkan pembelajaran konvensional dan belum pernah menerapkan pembelajaran berkelompok seperti Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, kepala sekolah menentukan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian yaitu kelas VII-B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini sangat tepat untuk diterapkan di kelas VII-B karena berdasarkan pengamatan bidang kurikulum kelas ini termasuk kategori kelas yang prestasi belajarnya sedang, bukan yang terbaik ataupun terburuk diantara 5 kelas lainnya. Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dalam survei pendahuluan didapat bahwa kemampuan siswa kelas VII B sama seperti kelas VII yang lain, ada siswa yang pintar, ada siswa yang biasa-biasa saja, dan ada juga siswa yang kurang. Pada saat pelajaran dimulai, terlihat sebagian siswa belum siap untuk memulai pelajaran. Guru pun berusaha untuk mengambil perhatian siswa dengan menjelaskan tentang materi Bangun Datar Segi Empat. Metode yang guru gunakan pada saat mengajar adalah ekspositori, tanya jawab, dan penugasan. Selama proses pembelajaran, perhatian siswa pada saat guru menjelaskan materi

24 56 hanya sekitar menit saja selama dua jam pelajaran, itupun masih ada beberapa siswa yang terlihat kurang mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. Siswa terlihat mengobrol dan bercanda pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga guru harus berkali-kali menegur siswa untuk tidak melakukan hal yang tidak bermanfaat selama proses pembelajaran. Hanya beberapa siswa saja yang duduk dibagian depan yang benar-benar memperhatikan. Setiap pertemuan selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara keseluruhan. Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang aktif mengemukakan pendapatnya malah kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk. Begitu pula pada saat teman yang lain bertanya, kebanyakan siswa acuh terhadap pertanyaan temannya. Jarang sekali siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan teman atau guru. Bahkan dari 28 siswa hanya 16 siswa yang mencatat materi yang sudah guru sampaikan dan catatan merekapun kurang lengkap. Mereka akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur guru saja. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti dan malas mengerjakan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa pada tanggal 18 dan 19 Maret 2010, dapat disimpulkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai pelajaran matematika dengan alasan karena matematika itu pelajaran yang sulit dan memusingkan. Siswa terlihat bosan pada saat mengikuti pelajaran matematika. Dari observasi survei pendahuluan didapat bahwa hasil persentase aktivitas belajar siswa, rata-ratanya hanya mencapai 49,34%. Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan tugas pada survei pendahuluan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

25 57 Gambar 1 Aktivitas Mengerjakan Tugas pada Penelitian Pendahuluan Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas dan wawancara tersebut digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti. 2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Pada pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang disampaikan yaitu mengenai jenis-jenis segitiga, sifat-sifat segitiga istimewa, jumlah sudut-sudut segitiga, ketidaksamaan pada sisi segitiga, dan hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu segitiga. a) Tahap perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti juga membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, alat dokumentasi, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta membuat LKS untuk tiap pertemuan dan soal tes untuk akhir siklus I. Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat bantu proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Lembar soal tes siklus I dibuat untuk mengetahui perkembangan kemampuan mengerjakan soal matematika. Lembar observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas

26 58 siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang dilakukan pada setiap pertemuan pembelajaran. Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, target yang ingin dicapai pada siklus 1 ini yaitu siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Aktivitas-aktivitas yang akan ditingkatkan diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. b) Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam enam pertemuan yang terdiri dari 5x pertemuan untuk memberikan materi dan 1x pertemuan untuk tes siklus 1 dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya, yang berlangsung setiap hari Senin dan Kamis mulai tanggal 12 s.d 29 April Rencana Pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada lampiran 1. 1) Pertemuan pertama Pertemuan pertama berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul sampai dengan WIB, pokok bahasan yang dibahas adalah pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kegiatan ini diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran dan apersepsi dengan mengingat kembali bangun datar segitiga. Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa hadir di kelas. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian dicatat pada lembar observasi. Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran tersebut serta

27 59 menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompok terdiri atas 4 orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Peneliti memberi penjelasan bahwa setiap kelompok akan diberikan LKS yang di dalamnya terdapat perintah dan soal latihan, setelah siswa mengerjakan seluruh perintah dan soal latihan dalam LKS (1) kemudian siswa nomor 4 pada setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dan siswa yang lain memberi tanggapan. Siswa nomor 3 dari kelompok tersebut mencatat tanggapan yang diungkapkan oleh kelompok lain. Pembagian kelompok sudah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu pada saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti bersama guru matematika kelas membagi siswa menjadi 7 kelompok dari 28 siswa yaitu 14 perempuan dan 14 laki-laki. Pada awalnya peneliti bersama observer ingin menentukan setiap kelompoknya ada laki-laki dan ada perempuan tetapi banyak siswa yang menolak untuk disatukan antara laki-laki dan perempuan. Setelah dibuat kelompok ada 3 kelompok yang terdiri dari siswa perempuan, 3 kelompok terdiri dari siswa lakilaki, dan 1 kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama kelompok yang telah ditentukan. Keadaan kelas pada saat itu ribut dan gaduh karena ada beberapa siswa yang kurang setuju ditempatkan dengan teman yang bukan teman dekatnya. Berkat arahan guru matematika kelas siswa tersebut menjadi mengerti dan setuju untuk bergabung dengan kelompoknya. Siswa dari setiap kelompok mulai membagi tugas yang sesuai dengan langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat jawaban akhir penyelesaian soal, dan siswa nomor 4 melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas.

28 60 Masing-masing kelompok terlihat ribut karena berebutan tugas dengan teman sekelompoknya. Peneliti mencoba menjelaskan bahwa setiap siswa dalam kelompok akan mendapatkan tugas secara bergiliran sesuai dengan yang terdapat dalam Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam setiap pertemuan tugas akan dirolling. Setelah semua siswa mendengar penjelasan peneliti, keributan di kelas sedikit demi sedikit berkurang dan semua siswa dalam kelompok sepakat atas tugas yang didapatnya Peneliti dibantu observer membagikan LKS (1) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga. Sebelum mengerjakan LKS (1) semua siswa dari masing-masing kelompok ditugaskan untuk membaca LKS terlebih dahulu sebelum mengerjakan. Peneliti meminta setiap siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas LKS (1) dengan tidak mengandalkan salah satu siswa atau siswa yang pintar saja. Siswa mengerjakan tugas yang terdapat dalam LKS (1) sesuai dengan nomor tugas yang telah disepakati. Selama siswa mengerjakan LKS (1), peneliti bersama observer berkeliling memantau aktivitas siswa dari satu kelompok kekelompok lain untuk memberikan pengarahan jika ada kelompok yang kurang mengerti dan pada saat itu pula peneliti bersama observer melakukan observasi pembelajaran terhadap aktivitas belajar matematika siswa dengan lembar yang sudah dipegang. Masing-masing kelompok membaca LKS yang diberikan oleh peneliti. Pada awal pertemuan hanya sedikit kelompok saja yang benar-benar membaca LKS yang diberikan peneliti. Yang lain masih terlihat bercanda dan mengobrol dengan teman kelompoknya, sehingga kelas terdengar berisik. Begitu pula pada saat mengerjakan LKS sebagian besar siswa terlihat kurang memperhatikan apa yang diperintahkan peneliti dan masih terlihat belum kompak dalam bekerja sama. Siswa nomor 2 dari masing-masing kelompok sibuk mengerjakan perintah yang terdapat dalam LKS tersebut. Tapi masih banyak siswa yang terlihat mengandalkan siswa pintar dalam mengerjakan LKS padahal dalam kelompok Kepala Bernomor Terstruktur siswa dituntut untuk bekerja sama walaupun dengan tugas yang berbeda-beda.

29 61 Setelah semua siswa membaca LKS, masing-masing siswa langsung mengerjakan tugas sesuai dengan nomor tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Siswa nomor 1 membaca soal dan mencari data yang berhubungan dengan penyelesaian soal dan membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal. Ada siswa S06 dari kelompok 7 yang bertugas menyelesaikan soal bertanya tentang sudut segitiga kepada peneliti: Bu, ABC sama tidak dengan CBA?. Peneliti menjawab, ABC = CBA. Dari pertanyaan tersebut ternyata masih ada beberapa siswa yang belum mengerti tentang sudut pada segitiga sehingga peneliti harus menjelaskan kembali kepada siswa mengenai sudut segitiga. Dalam menyelesaikan soal, terihat siswa nomor 2 dari 4 kelompok yaitu kelompok 2, 4, 6, 7 masih terlihat mengandalkan teman yang pintar saja. Mereka terlihat kurang bekerja sama walaupun pembagian tugas sudah dilakukan. Peneliti berusaha menegaskan kembali kepada siswa bahwa dalam diskusi kelompok dibutuhkan kerja sama antar anggota kelompok. Setelah siswa nomor 2 dari beberapa kelompok menyelesaikan LKS (1) dalam waktu kurang lebih 40 menit dan siswa nomor 3 mencatat hasil diskusi dari kelompoknya, kini saatnya siswa nomor 4 setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya secara bergiliran. Terlihat siswa nomor 4 dari semua kelompok kurang bersemangat dan malu pada saat mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas. Pada pertemuan pertama ini hanya sedikit siswa yang memberikan tanggapan atas laporan kelompok lain. Berikut ini contoh siswa S28 dari kelompok 3 yang menanggapi hasil laporan kelompok 4 pada saat siswa nomor 4 mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas: Bu, kelompok 4 ada yang salah. Kenapa dalam segitiga sama sisi setiap sudutnya ?, bukannya setiap sudut segitiga sama sisi 60. Dan penelitipun 0 menjawab, iya benar sekali. Setiap sudut pada segitiga sama sisi adalah 60, kalau adalah jumlah besar sudut pada setiap segitiga. Tanggapan kelompok 3 cukup bagus dalam menanggapi hasil laporan kelompok 4. Lalu siswa nomor 3 dari kelompok 4 mencatat tanggapan yang diberikan oleh siswa S28 dari kelompok 3.

30 62 Setelah diskusi selesai, peneliti memotivasi siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari ini dan peneliti membagikan jurnal harian kepada setiap siswa untuk diisi. 2) Pertemuan kedua Peneliti mengawali pembelajaran dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan kabar siswa yang tidak masuk hari tersebut. Tercatat seluruh siswa hadir. Peneliti memotivasi siswa dengan mengingat kembali materi sebelumnya tentang jenis-jenis segitiga. Kegiatan pembelajaran selanjutnya, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran tersebut serta menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompok terdiri atas 4 siswa (seperti pada pertemuan pertama). Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai sifat-sifat segitiga istimewa. Terlihat sebagian siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh peneliti. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama kelompok yang telah ditentukan. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya suasana kelas masih nampak terlihat ribut. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Siswa pada setiap kelompok mulai membagi tugas. Pada pertemuan kedua ini, siswa saling berpindah tugas atau mendapatkan tugas yang berbeda dengan sebelumnya misal siswa yang pertemuan pertama mendapat tugas nomor 1, kini dipertemuan kedua mendapat tugas nomor 2. Begitu juga seterusnya, sehingga ada perollingan tugas pada setiap pertemuan. Hal ini bertujuan agar semua siswa pada setiap kelompok dapat merasakan tugastugas yang terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Walaupun masih ada beberapa siswa yang masih nampak bingung dengan tugas yang mereka dapat. Seperti pertemuan lalu, LKS (2) pun dibagikan, masing-masing kelompok membacanya. Terlihat masih ada saja siswa dari beberapa kelompok yang

31 63 mengobrol dan tidak melakukan apa yang diperintahkan peneliti. Ada 3 kelompok yaitu kelompok 2, 3 dan 5 yang terlihat bekerja sama dalam melakukan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam pertemuan kedua ini, masih terlihat belum banyak siswa yang aktif bertanya kepada peneliti, hanya beberapa saja 0 diantaranya siswa S14 yang menanyakan, Bu, besar sudut siku-siku 90 ya?. Peneliti menjawab, iya benar. Dipertemuan kedua ini siswa nomor 2 juga sepertinya tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS (2), namum masih ada siswa yang masih mengandalkan siswa yang pintar. Setelah semua siswa menyelesaikan LKS (2), setiap siswa nomor 4 dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya. Dari hasil laporan 7 kelompok terlihat sebagian besar kelompok dapat menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS (2). Tapi ada 2 kelompok yang hasil laporannya berbeda dengan kelompok lain yaitu kelompok 2 dan 4. Sehingga ada siswa yang menanggapi perbedaan hasil laporan tersebut. Berkut ini salah satu contoh bagian hasil laporan kelompok 2 yang di tanggapi oleh siswa S13 dari kelompok 5: Hasil laporan kelompok 2: A C B Δ ABC sama kaki, maka: sisi AC = sisi CA BAC = CAB Tanggapan dari siswa S13 terhadap hasil laporan kelompok 2: Hasil laporan kelompok 2 ada yang salah Bu, masa AC=CA dan BAC = CAB?. Seharusnya AC=BC dan BAC = ABC, karena pada segitiga sama kaki mempunyai 2 sisi yang sama panjang dan 2 sudut yang sama besar. Peneliti menjawab, tanggapan dari siswa S13 benar, coba kalian baca lagi sifatsifat segitiga sama kaki pada LKS (2). Siswa nomor 4 pada kelompok 2 terlihat malu, tetapi peneliti memberikan semangat dan motivasi kepada kelompok 2 agar bisa lebih cermat dan teliti lagi dalam membaca dan menjawab soal.

32 64 Setelah semua kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya, peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta diakhir pertemuan peneliti memberikan jurnal harian kepada siswa. 3) Pertemuan ketiga Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengulang sedikit materi sebelumnya, pada pertemuan ketiga ini terdapat 2 orang siswa diantaranya tidak hadir karena sakit yaitu siswa S16 dari kelompok 2 dan siswa S01 dari kelompok 6. Sehingga ada dua kelompok yang merangkap tugas menjadi dua. Prosedur model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur pun dijelaskan. Siswa sudah mulai mengerti bahwa pada setiap pembelajaran sebelum berkumpul dengan kelompoknya, peneliti menyampaikan gambaran umum atau sedikit materi mengenai jumlah sudut-sudut segitiga. Setelah peneliti selesai menyampaikan materi, seperti biasa siswa berkumpul kembali dengan teman kelompoknya. Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut pertemuan-pertemuan yang lalu. Siswa terlihat sibuk membagi tugas Kepala Bernomor Terstruktur kepada teman-teman dalam kelompoknya dan perollingan tugaspun dilakukan. Peneliti membagikan LKS (3) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi jumlah sudut-sudut segitiga dan aktivitas membaca mulai dilakukan. Keadaan pada kelompok 2 dan 6 sedikit ribut karena siswa berebut untuk tidak merangkap tugasnya menjadi 2. Peneliti bersama observer bergegas menuju kelompok 2 dan 4. Peneliti memberi penjelasan kepada kelompok 2 dan observer memberi penjelasan kepada kelompok 4. Peneliti berusaha memberi penjelasan kepada kelompok 2 agar untuk tugas siswa nomor 1 dilakukan secara bersamasama saja, untuk tugas siswa nomor 2, 3, dan 4 silakan atur menurut kesepakatan kelompoknya. Akhirnya kelompok 2 pun mengerti dan mereka mulai membagi tugasnya seperti biasa. Secara bersamaan observer juga memberi penjelasan yang sama kepada kelompok 4 dan kelompok 4 pun mengerti. Selama mengerjakan LKS (3), peneliti bersama observer berkeliling seperti sebelumnya untuk memantau pekerjaan siswa dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Siswa masih sangat ribut ketika mengerjakan LKS (3) dan peneliti senang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Dirgantara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Dirgantara III. METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Dirgantara Bandarlampung kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2010-2011 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27 39 BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Paparan Data Pra Tindakan Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. and Satisfaction) ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. and Satisfaction) ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang berjudul; Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas V MI H. Achmad Ali Benowo - Surabaya melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan penekanan terhadap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di 21 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Raman Utara. Sekolah tersebut berlokasi di Jalan Bali Indah 11 A

Lebih terperinci

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan gabungan (mix) pendekatan kualitatif dan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tahapan-tahapan atau cara dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Miri, dengan subyek penerima tindakan kelas adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menerapkan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang merupakan penelitian model Kemmis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Baleharjo Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri. SDN 1 Baleharjo terletak di lingkungan pedesaan yang jauh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Lokasi yang digunakan peneliti adalah SD Karangduren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Adapun kelas yang digunakan peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas Classroom Action Research (CAR) atau sering disebut dengan PTK. PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2008)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode penemuan terbimbing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode penemuan terbimbing BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode penemuan terbimbing berbantu alat peraga di kelas VB SD Negeri 20 Kota Bengkulu dilaksanakan dalam 3 siklus.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan 24 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang dengan penelitian tindakan kelas yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI IPS 3 di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Sebagaimana diuraikan pada bab III, tindakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan penulis untuk melaksanakan penelitian ini adalah dengan metode classroom action research atau lebih dikenal dengan metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas VIIA MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Kudus tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SD N Ampih yang beralamat di Jalan HM Sarbini, kilometer 4,5, Dukuh Krajan, Desa Ampih, RT: 01 RW:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan rancangan penelitian model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Meskipun SD ini SD inti, tetapi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Selanjutnya dalam penelitian ini diperoleh data-data berupa data kualitatif

METODE PENELITIAN. Selanjutnya dalam penelitian ini diperoleh data-data berupa data kualitatif 18 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini penelitian tindakan dimana peneliti berinteraksi langsung dengan subjek di lapangan, atau sering dinamakan Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Instrumen Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan soal tes akhir siklus. Seluruh instrumen

Lebih terperinci

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn.

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIIA SMP NEGERI 10 PALU Norma Deysi Mawarni 1 Dahlia Syuaib 2 Asep Mahfudz 3 Program Studi PPKn, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian A. Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango pada pelajaran matematika

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA Dhian Arista Istikomah FKIP Universitas PGRI Yogyakarta E-mail: dhian.arista@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metodologi penelitian menurut Sukardi (2004: 19) adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metodologi penelitian menurut Sukardi (2004: 19) adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengertian metodologi penelitian menurut Sukardi (2004: 19) adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan guna menjawab

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin pada awal

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.739 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Kusnati SMPN 3 Ciawigebang;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Bendar Kabupaten Pati. Letak desa Bendar berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Bandar Sakti, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Bandar Sakti, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Bandar Sakti, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah. 3.1.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini disetting sebagai penelitian tindakan kelas di SMAN 3 Gorontalo Kecamatan Kota Tengah Kabupaten Gorontalo. Subjek

Lebih terperinci

Jasmanyah76.wordpress.com

Jasmanyah76.wordpress.com BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46) mengemukakan PTK

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 35 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan

Lebih terperinci

2010, hlm Saminanto, Ayo Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: Rasail,

2010, hlm Saminanto, Ayo Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: Rasail, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kata ini terambil dari bahasa Inggris Classroom Action Research (CAR). PTK ini juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Awal Proses pembelajaran sebelum pelaksanaan PTK, guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional atau hanya ceramah. Guru cenderung mentransfer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA MA Manbaul Ulum Karangawen Demak Tahun Pelajaran 2009-2010 dengan jumlah 38 peserta didik, terdiri dari 12 laki-laki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian sistematik dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognisi siswa kelas III

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah Tempat penelitian ini adalah MI Cepiring yang beralamatkan Desa Cepiring RT 10/RW 04 Cepiring Kabupaten Kendal. Ditinjau dari tenaga pengajarnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Kedungwinangun. Lokasi sekolah dasar tersebut terletak di Desa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran.penelitian tindakan kelas ini hakikatnya merujuk pada suatu gerak

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran.penelitian tindakan kelas ini hakikatnya merujuk pada suatu gerak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tindakan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena untuk memperbaiki pembelajaran.penelitian tindakan kelas ini hakikatnya merujuk pada suatu gerak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu action research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas (Wardhani, 2007:1.3).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mangkuyudan No.2. Lokasi sekolah berada di jalan Samanhudi No.32 Kelurahan Purwosari,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kalimat utama dalam paragraf, STAD

Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kalimat utama dalam paragraf, STAD PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN KALIMAT UTAMA DALAM PARAGRAF PADA SISWA KELAS VIIB SMP 17 AGUSTUS 1945 CLURING MENGGUNAKAN METODE STAD TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR). Menurut (Arikunto dkk, 2009,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kalicari 2 Desa Kalicari Kecamatan Pedurungan Semarang. Peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dalam Bahasa Inggris diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas IVB pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar menjumlahkan bilangan bulat SD Negeri Tlahap

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SDN 1 Krobokan Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SDN 1 Krobokan Kecamatan Juwangi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian sistematik dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dengan subyek penelitian siswa kelas 4 sebanyak 25 siswa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut Classroom Action Research. Di mana merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. di dalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pemilihan metode penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu

Lebih terperinci

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3 19 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3 SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil siklus I, deskripsi hasil perbaikan pada siklus II, pembahasan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 20 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang fokusnya pada kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian tindakan kelas. Aqib,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis Penelitian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian ini mempergunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan penulis untuk mulai mengadakan penelitian sampai menyelesaikannya adalah selama satu bulan, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah PTK. Penelitian tindakan kelas mengandung tiga arti yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Suyadi (2012:18) menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan model Penelitian Tindakan Kelas,

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 2.

1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 2. 70 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan WaktuPenelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Karangnongko yang beralamat di Jagalan Karangnongko, Klaten. Alasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 6 Karanganyar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melihat kondisi awal keaktifan belajar dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas, sebagaimana diungkapkan oleh Trianto (2010 : 13), penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII E SMP 1 Negeri Lasem tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa sebanyak 33 anak, terdiri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V semester II tahun Pelajaran 2013/2014 di SDN Bugel 02 Salatiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam istilah bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR). PTK menurut McNiff

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan dan menggunakan desain penilitian tindakan kelas (classroom action research),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal classroom

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), menurut Susilo ( 2007 : 6 ) PTK adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tahapan-tahapan atau cara dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci