PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PENGELOLAAN PKBM MANDIRI DAN BERKUALITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PENGELOLAAN PKBM MANDIRI DAN BERKUALITAS"

Transkripsi

1 A

2

3 PENGELOLAAN PKBM MANDIRI DAN BERKUALITAS Praktik Cerdas ini didukung oleh Proyek BASICS melalui mekanisme BASICS Responsive Initiative pada tahun Penulis Tim BASICS Penyunting Theresia Erni Penasehat Tim Babcock Kontributor Pemerintah Kota Baubau, Sulawesi Tenggara Dicetak di Jakarta April 2014 Publikasi ini didanai oleh Department of Foreign Affairs, Trade and Development (DFATD) Canada melalui Proyek BASICS. Sebagian atau seluruh isi buku ini, termasuk ilustrasinya, boleh diperbanyak dengan syarat disebarkan secara gratis dan mencantumkan sumbernya. Versi elektronik dokumen ini dapat diunduh dari situs internet

4

5 PENGELOLAAN PKBM MANDIRI DAN BERKUALITAS Proyek BASICS mendefinisikan Praktik Cerdas sebagai beragam upaya yang berhasil dilakukan pemerintah daerah bersama masyarakat dalam menjawab tantangan pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan dan berkontribusi pada pencapaian SPM dan MDGs di bidang kesehatan dan pendidikan dasar. i

6 ii

7 SEKILAS TENTANG PROYEK BASICS BASICS (Better Approaches for Service Provision through Increased Capacities in Sulawesi) atau Peningkatan Pelayanan Dasar melalui Pengembangan Kapasitas di Sulawesi, adalah proyek inisiatif kerjasama antara Pemerintah Kanada melalui Canadian International Development Agency (CIDA) dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Dalam Negeri yang ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman pada tanggal 25 September 2007 di Jakarta. Cowater International dipilih sebagai Badan Pelaksana Kanada untuk melaksanakan seluruh proyek termasuk administrasi keuangan dan pengelolaan teknis proyek dalam dokumen Project Implementation Plan (PIP) yang disepakati bersama. Proyek BASICS bekerja di 10 Kabupaten/Kota di Propinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara dalam rangka berkontribusi bagi percepatan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan dan pendidikan, dan Millennium Development Goals (MDGs). Lima kabupaten/kota Propinsi Sulawesi Utara terdiri atas: Kota Bitung, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Utara, Kab. Siau Tagulang dan Biaro, dan Kab. Kepulauan Sangihe. Sedangkan lima kabupaten/kota Propinsi Sulawesi Tenggara meliputi Kota Baubau, Kab. Buton Utara, Kab. Wakatobi, Kab. Konawe Selatan dan Kab. Kolaka Utara. Pada tahun 2014, Proyek BASICS menambah 4 kabupaten sebagai mitra kerja di Propinsi Sulawesi Utara (Kab. Kepulauan Talaud dan Kab. Minahasa Tenggara) dan Propinsi Sulawesi Tenggara (Kab. Bombana dan Kab. Konawe Utara). Proyek BASICS mempunyai dua komponen utama. Komponen pertama adalah pengembangan kapasitas (Capacity Development) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para pihak (eksekutif, legislatif, dan organisasi masyarakat sipil) di daerah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, melalui: (1) peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam perencanaan dan penganggaran untuk meningkatkan pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan; (2) penguatan kapasitas DPRD bersama Organisasi Masyarakat Sipil dalam mendukung dan mengawasi kinerja pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan di daerah; dan (3) pengarusutamaan gender dalam perencanaan dan penganggaran pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan. Komponen kedua adalah BASICS Responsive Initiative (BRI) yang merupakan dana hibah yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendukung inovasi atau praktik cerdas yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan untuk percepatan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan dan pendidikan dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs). Informasi lebih lanjut tentang Proyek BASICS dapat dilihat pada iii

8 iv

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRAKSI BAB I MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? A. Latar Belakang B. Tujuan C. Landasan Hukum D. Ruang Lingkup E. Pemanfaat BAB II KONSEP DASAR, STRATEGI DAN MEKANISME A. Konsep Dasar dan Pengertian B. Strategi Penanganan C. Mekanisme Operasional BAB III LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN A. Analisis Masalah dan Potensi B. Pertemuan Konsolidasi PKBM C. Membangun Komitmen Bersama Pemerintah Daerah dan Dunia Usaha D. Membangun Kerjasama Pelaksanaan Program 1. Peningkatan Kualitas PKBM Melalui Pelibatan Guru Sekolah dalam Kegiatan Pembelajaran 2. Peningkatan Kemandirian PKBM Melalui Kegiatan Usaha Produktif E. Pembiayaan Program Peningkatan Kualitas PKBM F. Monitoring dan Evaluasi vii ix v

10 vi

11 KATA PENGANTAR Salah satu komponen Proyek BASICS yang secara langsung mengembangkan berbagai inovasi peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan adalah BRI (BASICS Responsive Initiative). Komponen ini mendukung berbagai usulan inovatif pemerintah daerah mitra kerja BASICS dalam upaya mendorong percepatan pencapaian MDGs dan SPM pada bidang kesehatan dan pendidikan dasar. Kedua bidang tersebut menjadi urusan wajib pemerintah daerah. Salah satu strategi yang dikembangkan dalam rangka percepatan pencapaian MDGs bidang pendidikan adalah pengembangan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). PKBM merupakan satu strategi yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mendukung program wajib belajar nasional atau dalam tujuan MDGs tercermin dalam tujuan kedua, pendidikan bagi semua. PKBM merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah sejak lama dengan fokus untuk menjaring anak putus sekolah yang sulit untuk kembali ke sekolah ataupun menjaring masyarakat yang belum pernah sekolah (buta huruf dan buta aksara). Umumnya, anak-anak putus sekolah sebagian dapat kembali ke sekolah melalui berbagai pengarahan atau pembinaan, namun seringkali hal tersebut sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan. Hal tersebut umumnya disebabkan usia yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk bergabung dengan anak usia sekolah pada umumnya ataupun keadaan ekonomi yang memaksa anak tersebut harus bekerja untuk membantu kehidupan keluarga setiap hari. PKBM merupakan kelembagaan yang dimiliki, dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat dengan pembinaan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan, Bidang Non Formal dan Informal. Untuk menjaga kualitas lulusan PKBM setara dengan lulusan sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyusun berbagai panduan pengajaran (paket A, B dan C) dan standar ujian kelulusan bagi peserta didik di PKBM. Pada sisi lain, PKBM yang dikelola oleh masyarakat juga membutuhkan sumber daya-sumber daya yang mendukung untuk pembiayaan operasional seharihari atau keberlanjutannya. Hal ini tentu tidak lepas akibat alokasi anggaran yang tidak cukup mendukung bagi PKBM. Berbeda dengan sekolah fomal yang memiliki alokasi dana seperti: dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), BSM (Bantuan Siswa Miskin), insentif bagi guru sertifikasi dan lainnya. Biaya pengajar, biaya alat tulis untuk pembelajaran dan biaya operasional pengelolaan PKBM tidak ada yang rutin didukung oleh pemerintah atau pada umumnya harus diperoleh sendiri oleh PKBM tersebut. vii

12 Karena dua hal terkait dengan kualitas pembelajaran dan keberlanjutan tersebut, beberapa pemerintah daerah mitra kerja Proyek BASICS mengembangkan PKBM yang lebih kreatif. Daerah-daerah tersebut diantaranya adalah Kota Baubau, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Minahasa Utara. Panduan ini mengekstraksi pengalaman-pengalaman tersebut, utamanya pada upaya menjaga kualitas pembelajaran dan keberlanjutan PKBM. Dalam rangka menjaga kualitas pembelajaran di PKBM, inisiatif yang didukung oleh BRI adalah memfasilitasi Dinas Pendidikan untuk mendorong peran guru sekolah dalam melatih tutor PKBM dan terlibat dalam proses mengajar di PKBM. Kehadiran guru sekolah yang notabene memiliki kemampuan dalam metode mengajar dan pemahaman atas kurikulum pendidikan, sangat berguna dalam menjaga kesetaraan kualitas pembelajaran di PKBM. Tentu saja hal ini harus dikelola dengan baik dan adil oleh Pemerintah Daerah. Insentif tambahan atas hal tersebut menjadi penting untuk dipertimbangkan. Sedangkan untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan PKBM dilakukan melalui upaya peningkatan hasil produksi yang dapat dibuat oleh PKBM atau siswa yang belajar di PKBM. Untuk optimalisasi tersebut dikembangkan upaya-upaya dalam mendukungnya, seperti mengembangkan upaya pemasaran produk, upaya peningkatan hasil produksi maupun upaya dalam mencari akses untuk mendukung produksi itu sendiri. Inovasi yang dikembangkan melalui mekanisme BASICS Responsive Initiative (BRI) pada tahun ini telah ikut berkontribusi pada percepatan pemenuhan indikator SPM Pendidikan dasar di beberapa Kabupaten/Kota tersebut, khususnya yang terkait peningkatan kompetensi guru dalam mengajar. Panduan ini memberikan gambaran tentang pentingnya peningkatan kualitas dan keberlanjutan PKBM serta langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukannya. Harapan kami semoga Buku Panduan ini dapat membantu memberikan masukan bagi pengambil kebijakan dan kelompok-kelompok masyarakat pemerhati pendidikan di daerah-daerah dengan permasalahan yang sama. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama dan berkontribusi dalam pengembangan praktik cedas ini sekaligus menyampaikan apresiasi kepada seluruh kontributor yang mendukung penyusunan panduan ini. Maret 2014 Bill Duggan Project Director BASICS viii

13 ABSTRAKSI Panduan penerapan praktik cerdas ini disusun untuk membagikan pengalaman salah satu mitra kerja Proyek BASICS dalam mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang mandiri dan berkualitas. Peningkatan kualitas PKBM tersebut dilakukan dengan dua strategi. Pertama, peningkatan kualitas proses belajar mengajar di PKBM dengan melibatkan guru sekolah formal untuk mengajar di PKBM. Kedua, peningkatan kemandirian PKBM dilakukan melalui kegiatankegiatan usaha produktif untuk peningkatan pendapatan dan mendukung keberlanjutan proses belajar mengajar di PKBM. Selain Pemerintah Daerah, peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM juga melibatkan pelaku usaha. Pemerintah Daerah bertanggung jawab melakukan pembinaan, melakukan pelatihan dan memberikan dukungan anggaran. Sedangkan dunia usaha melalui kerjasama dalam pengembangan usaha produktif yang dilakukan PKBM. ABSTRACT These guidelines on the implementation of smart practises in the field of outof-school education were developed to share the experiences of one of BASICS Project s partners in managing a good quality self-supporting Community Learning Center (CLC). There are two strategies to develop the capacity of the CLC. The first approach, improving the quality of the teaching process in CLCs by involving formal school teachers to teach there. This can be a challenge for some teachers in oversupplied urban areas. The second approach is increasing the self-reliance of the CLC through productive business activities to generate income and support the sustainability of the CLC. Beside the local government, capacity building for CLC can also be supported by local entrepreneurs. Local Government is responsible in providing guidance, training and some financial support, while the entrepreneurs support the development of the CLC s productive businesses. ix

14 DAFTAR SINGKATAN APM MDGs SPM PKBM SD/MI Kemenag Angka Partisipasi Murni Millenium Development Goals Standar Pelayanan Minimal Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SMP/MTs Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah UPTD Unit Pengelola Teknis Dinas Kementerian Agama x

15 Semua tempat adalah ruang belajarku A

16 B

17 BAB I MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? A. Latar Belakang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai salah satu lembaga mitra kerja pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan non formal diharapkan mampu menumbuhkan minat belajar masyarakat dengan berbagai program yang dikembangkan secara keswadayaan oleh dan untuk masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam bentuk pendidikan non formal ini menitikberatkan pada keswadayaan masyarakat, gotong royong dalam peningkatan pendidikan dan keterampilan masyarakat sekitar lokasi dimana PKBM tersebut berdiri. PKBM adalah lembaga yang berbasis pada masyarakat (community based institution). Sebagai lembaga yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat, PKBM tentu memiliki ciri, kekhasan dalam berbagai program-program dan kegiatan yang dilakukan. Atas tuntutan kebutuhan masyarakat, PKBM menjadi wadah untuk mengembangkan potensi masyarakat sekitar agar mampu mengasah kecerdasan, terampil dalam berbagai hal dan menambah produktifitas masyarakat untuk kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu PKBM pada dasarnya mendorong partisipasi warga yang berorientasi pada potensi yang ada pada masyarakat setempat untuk menggerakkan roda organisasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Seiring dengan bertambahnya kebutuhan pembelajaran masyarakat, tuntutan terhadap PKBM juga semakin bertambah dengan berbagai paket-paket program atau kebutuhan belajar masyarakat yang beraneka ragam. Kebutuhan belajar masyarakat tersebut perlu dikelola dan dirancang dengan baik, Misalnya dalam sebuah PKBM, dapat diselenggarakan berbagai program pembelajaran yang mengarah pada keberdayaan masyarakat, mandiri dan produktif. Meskipun kebutuhan masyarakat akan hal tersebut terus meningkat, sumber daya manusia (tutor/instruktur dll.) yang ada di PKBM juga penting menjadi perhatian. Selain itu sarana dan prasarana, alat peraga dan lainnya merupakan pendukung yang tidak bisa dikesampingkan. Oleh karena itu, PKBM sebagai lembaga yang dibentuk atas partisipasi masyarakat dalam mengembangkan pendidikan perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, antara lain pemerintah dan dunia usaha. MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM Dukungan terhadap PKBM dengan sejumlah program yang diselenggarakan, ternyata masih perlu pembenahan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraannya. Hal ini terjadi karena ada kesan pembentukan PKBM hanya asal jadi namun setelah itu tidak lagi memperhatikan pembelajaran apa yang akan diselenggarakan, sarana dan prasarana, ketenagaan, keberlanjutan, serta manajemen pengelolaannya. 1

18 Sebagai lembaga yang dibentuk oleh masyarakat dengan fokus pada peningkatan pendidikan tentu masih memiliki banyak kelemahan dan tantangan yang harus dihadapi. Membutuhkan strategi untuk mengatasi problemproblem yang ada dan menjamin keberlangsungan program kegiatan di PKBM tetap diminati untuk pengembangan masyarakat. Oleh karena tuntutan itulah, panduan ini dihadirkan sebagai petunjuk dalam rangka peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM yang diselenggarakan dan dikelola oleh masyarakat. Kualitas dan kemandirian adalah dua hal yang fundamental dalam pengembangan PKBM. Konsep ini pula yang mendorong buku panduan ini dibuat sebagai pedoman pengelola dan para pihak yang peduli pada pendidikan masyarakat. B. Tujuan Panduan ini bertujuan untuk mendukung masyarakat, pemerintah daerah atau pihak lain dalam memperkuat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berkualitas dan mandiri. Peningkatan kualitas utamanya dilakukan melalui peran guru formal (SD/MI dan SMP/MTs) untuk mendukung kualitas proses belajar di PKBM, sedangkan peningkatan kemandirian didukung melalui peran forum PKBM. C. Landasan Hukum 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945; 2. Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 3. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 4. Undang-Undang nomor 9 tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan; 5. Undang-Undang nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 6. Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah; 7. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 8. Peraturan Pemerintah nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar; 9. Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; 10. Permendiknas nomor 49 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Non Formal; dan 11. Permendiknas nomor 15 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar; 2

19 D. Ruang Lingkup Panduan Ruang lingkup panduan ini meliputi langkah-langkah dan pola pembinaan untuk peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM. Peningkatan kualitas dan kemandirian tersebut melalui dua strategi: 1. Peningkatan kualitas pembelajaran melalui peran guru-guru sekolah formal yang mengajar di PKBM sebagai bagian dari persyaratan 24 jam mengajar dalam 1 minggu bagi guru-guru sertifikasi; dan 2. Peningkatan kemandirian melalui forum PKBM untuk peran koordinasi dan kerjasama dengan dunia usaha dalam kegiatan usaha produktif. MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? E. Pemanfaat Panduan Panduan ini dibuat dengan harapan akan bermanfaat untuk pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Dengan demikian, maka sasaran atau pemanfaat buku panduan ini terutama ditujukan pada: 1. Pemerintah Daerah Membantu Pemerintah Daerah dalam upaya mendorong pencapaian tujuan pembangunan di bidang pendidikan sebagai urusan wajib Pemerintah Daerah. Membantu Pemerintah Daerah mewujudkan program prioritas pada sektor pendidikan dalam rangka pencapaian visi misi daerah. 2. Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota Membantu Dinas Pendidikan dalam pemetaan dan pendataan status dan kondisi pendidikan masyarakat terkait dengan buta huruf/aksara, anak putus sekolah, anak usia sekolah yang tidak sekolah dan lain-lain. Dengan demikian program dan kegiatan Dinas Pendidikan yang terkait dengan hal tersebut dapat lebih tepat sasaran. Pola penanganannya pun bisa dipersiapkan dengan matang oleh Dinas Pendidikan dan UPTD (Unit Pengelola Teknis Dinas) di kecamatan. 3. Dunia Usaha Membantu dunia usaha dalam membangun kerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat sipil untuk program community development (pengembangan masyarakat). Dunia usaha dapat memanfaatkan panduan ini untuk membangun kerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sekaligus menjalin kerjasama program kegiatan usaha produktif bersama dengan warga belajar di PKBM. PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM 3

20 4. Pengelola PKBM Pengelola PKBM dapat memanfaatkan panduan ini untuk menjalin koordinasi dengan berbagai pihak, antara lain Dinas Pendidikan untuk peningkatan kualitas pengajaran di PKBM dan pihak lain misalnya dunia usaha untuk pengembangan program kegiatan usaha produktif, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk pengembangan PKBM. 4

21 MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM PENDIDIKAN ADALAH SENJATA YANG PALING AMPUH UNTUK MENGUBAH DUNIA 5

22 6

23 BAB II PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI A. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan satuan pendidikan nonformal sebagai tempat pembelajaran dan sumber informasi yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat yang berorientasi pada pemberdayaan potensi setempat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya ( MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? PKBM didirikan pada dasarnya berangkat dari, oleh dan untuk masyarakat. Filosofi ini memberi arti bahwa PKBM adalah lembaga yang berbasis pada masyarakat (community based institution). Dari masyarakat, artinya pendirian PKBM merupakan inisiatif dari masyarakat yang sadar akan pentingnya peningkatan mutu kehidupan melalui suatu proses transformasi dan pembelajaran. Inisiatif ini didapat dengan sosialisasi kepada masyarakat yang dimotori oleh pemerintah maupun pihak lain dalam rangka memperkenalkan PKBM dengan segala kegiatannya. Dengan demikian masyarakat punya inisiatif dan kesadaran untuk mendirikan PKBM sekaligus menjaga perkembangan, kemandirian dan keberlangsungannya. Oleh masyarakat, artinya penyelenggaraan PKBM, pengembangan PKBM dan kesinambungannya sepenuhnya menjadi tanggungjawab masyarakat. Penyelenggaraan program dan kegiatan PKBM oleh masyarakat merupakan semangat kemandirian yang dimiliki para pengelola PKBM dengan memperhatikan potensi yang ada di masyarakat setempat dengan tetap melibatkan partisipasi dan kontribusi dari pihak luar, seperti: pemerintah, perorangan, asosiasi dunia usaha, lembaga sosial, keagamaan dan lainnya. Untuk masyarakat, artinya keberadaan PKBM untuk tujuan kemajuan kehidupan masyarakat dimana lembaga PKBM tersebut berada, maka program kegiatan PKBM yang diselenggarakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Masyarakat sekitar merupakan subyek sekaligus obyek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan, karena kegiatan PKBM merupakan kegiatan yang mengarah pada kegiatan pengembangan masyarakat. PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM 7

24 PKBM adalah cermin partisipasi masyarakat dalam pembangunan di bidang pendidikan dan berkembang atas inisiatif masyarakat, maka PKBM memiliki nilai dan karakter tersendiri. Karakter menunjukkan nilai penjiwaan kegiatan yang terdapat di PKBM. Beberapa karakter yang harus dimiliki, antara lain: Kepedulian kepada mereka yang mengalami kekurangan; Manfaat dan makna dari setiap program kegiatan yang diselenggarakan; Keluwesan program kegiatan dan penyelenggaraan; Kemitraan dengan pihak lain; Kemandirian dalam penyelenggaraan; Kebersamaan dan kegotongroyongan dalam meningkatkan kemajuan; dan Inovasi dalam pengembangan program secara berkesinambungan. B. Strategi Penanganan Anak Putus Sekolah Konsep dasar untuk strategi peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM. Konsep dasar dalam panduan ini yang akan dibangun adalah: (1) Peningkatan Kualitas PKBM Konsep ini didasarkan pada pengelolaan PKBM untuk kegiatan pembelajaran dengan tutor/pendidik yang melibatkan guru-guru sekolah. Konsep ini dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran di PKBM yang akan diperkaya dengan pengalaman pembelajaran pada sekolah formal. Oleh karena itu, pada konsep ini, PKBM akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama untuk memberikan kesempatan guru-guru sekolah dan madrasah untuk mengajar pada PKBM dengan jumlah jam tertentu. (2) Peningkatan Kemandirian PKBM Filosofi pembentukan PKBM dari oleh dan untuk masyarakat mencerminkan bahwa PKBM dibangun dari prinsip keswadayaan, gotong royong dan kemandirian. Prinsip-prinsip ini perlu dikembangkan untuk keberlanjutan PKBM. Konsep kemandirian yang akan dikembangkan dalam panduan ini adalah kegiatan usaha produktif oleh warga belajar. Melalui warga belajar, diharapkan berkembang usaha produktif yang menopang organisasi menjadi lebih mandiri. Dibutuhkan jejaring kerjasama dengan dunia usaha dan mitra kerja lainnya untuk ikut berpartisiasi dalam pengembangan PKBM. C. STRATEGI PENGELOLAAN PKM MANDIRI DAN BERKUALITAS 1. Mekanisme Integrasi Panduan ini dibuat sebagai pedoman bagi pengelola dan penyelenggaraan PKBM dalam meningkatkan kualitas dan kemandirian PKBM. Peningkatan kualitas pendidikan di PKBM dengan memaksimalkan peran guru sekolah untuk menambah jam pelajaran dengan mengajar di 8

25 PKBM dalam rangka memberikan pendidikan dan pengajaran. Sementara peningkatan kemandirian PKBM dilakukan melalui Forum PKBM yang berperan sebagai koordinasi dan kerjasama kegiatan usaha produktif. Oleh karena itu, urgensi dan substansi panduan ini dibuat dengan beberapa alasan dan pertimbangan: 1. Menjamin kualitas pembelajaran di PKBM dengan melibatkan guru sekolah dalam memberikan pengajaran bagi warga belajar setara dengan sekolah formal; 2. Memberikan inovasi tentang cara-cara belajar dengan metode dan model pembelajaran modern yang menghendaki peserta didik atau warga belajar untuk aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan dalam belajar dengan menjadikan peserta didik sebagai sumber belajar; 3. Membantu mayarakat tidak hanya dalam pengentasan buta huruf atau buta aksara akan tetapi membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan atau keahlian masyarakat, sehingga terarah pada pendidikan yang berkarakter dan dapat berkompetisi merebut peluang kerja. 4. Menjamin warga belajar dan masyarakat sekitar untuk mendapatkan tambahan penghasilan melalui kemitraan dengan dunia usaha dalam melakukan pendampingan dalam pelatihan usaha produktif, kegiatan produksi maupun pemasaran hasil produksi. MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM 9

26 10

27 MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM KECERDASAN DAN KARAKTER ADALAH TUJUAN SEJATI PENDIDIKAN 11

28 12

29 BAB III LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM Langkah-langkah peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM berdasarkan ruang lingkup panduan ini dilakukan dengan berbagai strategi yang memungkinkan program kegiatan PKBM bisa membuahkan hasil atau output yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? A. Analisis Masalah dan Potensi Analisa masalah dilakukan oleh pengelola PKBM terhadap perkembangan organisasi dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM. Masalah-masalah dalam lingkungan internal PKBM perlu diidentifikasi, demikian halnya dengan lingkungan eksternal yang baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi. Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas PKBM, beberapa data awal yang diperlukan adalah: 1. Jumlah warga belajar. Data ini sebaiknya terpilah gender agar dapat diketahui kecenderungan anak laki-laki atau anak perempuan yang banyak terlibat dalam kegiatan di PKBM; 2. Latar belakang, sifat dan karakteristik warga belajar. Data ini penting untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan metode belajar yang lebih efektif; 3. Jumlah ketersediaan instruktur/tutor PKBM. Data ini penting untuk menentukan apakah diperlukan tambahan tutor untuk mata pelajaran tertentu; 4. Kurikulum dan metode belajar yang dikembangkan PKBM. Informasi ini penting bila dikaitkan kebutuhan, sifat dan karakteristik warga belajar; dan 5. Kegiatan-kegiatan selain belajar mengajar yang dikembangkan di PKBM. Beberapa PKBM mengembangkan kegiatan usaha produktif untuk meningkatkan keterampilan dan penghasilan bagi warga belajarnya. Kegiatan ini perlu disesuikan dengan kebutuhan warga belajar dan potensi yang ada untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut. Sementara keterkaitan dengan peningkatan kemandirian PKBM, beberapa hal yang perlu jadi perhatian, antara lain: PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM 1. Sumber-sumber pendanaan PKBM; 2. Bagaimana peluang-peluang yang ada di luar lingkungan PKBM yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan PKBM; 3. Potensi usaha produktif di lingkungan PKBM, apakah memungkinkan dikelola oleh PKBM dengan melibatkan masyarakat setempat?; dan 4. Apakah PKBM memiliki program untuk kegiatan usaha produktif?. 13

30 Dalam melakukan identifikasi masalah dan menganalisanya dapat menggunakan SWOTAnalysis dengan melakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang melingkupi PKBM yang selanjutnya dipetakan dan menempatkan hasil identifikasi tersebut dalam sebuah kategori kekuatan/ masalah dan peluang/tantangan, selanjutnya menyusun strategi dari hasil identifikasi yang sudah dikategorisasi. B. Pertemuan Konsolidasi PKBM Berdasarkan hasil analisa masalah yang telah dilakukan terkait dengan kualitas dan kemandirian PKBM, maka tahapan selanjutnya adalah konsolidasi untuk mendiskusikan langkah-langkah strategis untuk peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM. Konsep dasar ini perlu pengawalan sehingga juga perlu dibentuk Forum PKBM yang akan mengkonsolidasikan dan mengkoordinasikan konsep dasar ini kepada para pihak, baik pada Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama untuk peningkatan kualitas maupun dunia usaha untuk kemandirian PKBM. Kualitas sangat terkait dengan pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia (tutor/instruktur) dan lain-lain yang mendukung kualitas PKBM, khususnya kualitas warga belajar setelah terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di PKBM. Sementara kemandirian PKBM terkait dengan kemampuan organisasi utuk hidup mandiri dari, oleh, dan untuk masyarakat. Kedua konsep dasar dalam panduan ini perlu kerja sama berbagai pihak dalam implementasinya. Kerjasama tersebut untuk mendukung upaya masyarakat memajukan pembangunan di bidang pendidikan lewat partisipasinya dalam pendidikan non formal melalui PKBM. C. Membangun Komitmen Bersama Pemerintah Daerah dan Dunia Usaha Peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM bukan hanya didorong oleh masyarakat, akan tetapi keterlibatan banyak pihak yang terkait dengan pengembangan PKBM juga sangat dibutuhkan. Pemerintah Daerah dan pelaku usaha adalah bagian yang harus turut serta dalam memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan PKBM. 1. Komitmen dengan Pemerintah Daerah Konsep dasar untuk peningkatan kualitas PKBM harus diikuti dengan komitmen Pemerintah Daerah. Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk tertulis antara Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). 2. Komitmen dengan Pelaku Usaha Konsep dasar untuk membangun kemandirian PKBM dengan melibatkan dunia usaha dilakukan dalam rangka kemitraan untuk pelaksanaan program kegiatan usaha produktif. Program PKBM yang diarahkan pada kegiatan usaha produktif bagi warga belajar perlu diikat dengan sebuah komitmen tertulis dalam bentuk MOU antara pelaku usaha dengan pengelola PKBM. 14

31 D. Membangun Kerjasama Pelaksanaan Program 1. Peningkatan Kualitas PKBM Melalui Pelibatan Guru Sekolah dalam Kegiatan Pembelajaran Setelah melakukan pemetaan dan analisa masalah terkait dengan kualitas PKBM serta komitmen Pemerintah Daerah untuk peningkatan kualitas pembelajaran, maka komitmen tersebut segera diwujudkan melalui kerja sama program. Untuk kerjasama program kegiatan pembelajaran antara Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan yang secara teknis diatur oleh UPTD kecamatan dengan PKBM dilakukan dengan melibatkan guru sekolah untuk menambah waktu/jam pelajaran untuk mengajar di PKBM. Strategi ini dipandang efektif untuk membantu PKBM dalam peningkatan kualitas pembelajaran. MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? Kegiatan pembelajaran, meliputi kegiatan pembelajaran untuk masyarakat sekitar sebagai upaya melakukan transformasi kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual dengan program-program kegiatan yang dapat dilakukan sebagai berikut: - Program Pendidikan Anak Usia Dini; - Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional; - Program Pendidikan Kesetaraan (paket A setara SD, paket B setara SMP, paket C setara SMA); - Program Pendidikan Keterampilan (lifeskills, beasiswa, magang atau sejenisnya); - Program Pendidikan Kerumahtanggaan; - Program Pendidikan Mental dan Spiritual; - Program Pendidikan Kewirausahaan; - Program Pendidikan Kewarganegaraan; - Program Pendidikan Olahraga, Seni dan Budaya; dan - Program Pendidikan Hobi dan Minat. Program pembelajaran tersebut di atas dapat dilakukan oleh PKBM dengan membangun kerja sama Pemerintah Daerah. Implementasinya untuk masing- masing program sangat tergantung dengan kondisi dan minat warga belajar dimana PKBM tersebut dibentuk. Beberapa langkahlangkah yang dilakukan antara lain: Mengidentifikasi Kebutuhan dan Minat Belajar Masyarakat Pengelola PKBM melakukan identifikasi kebutuhan dan minat belajar masyarakat setempat. Identifikasi tersebut dengan turun langsung melakukan pengamatan/observasi di masyarakat, melakukan diskusi dan membuat pencatatan atas hasil-hasil identifikasi tersebut. Minat, bakat, dan kebutuhan belajar masyarakat didokumentasikan dalam sebuah bank data yang akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam menentukan target atau sasaran warga belajar atau kelompok binaan PKBM. Perlu diupayakan agar tidak ada bias gender dalam hal ini, dengan memberi pemahaman pada masyarakat bahwa setiap PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM 15

32 bidang pembelajaran terbuka luas bagi laki-laki dan perempuan dan tidak boleh dianggap bahwa bidang-bidang tertentu hanya pantas untuk laki-laki atau untuk perempuan. Menentukan Jenis Kegiatan Pembelajaran PKBM menentukan jenis pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan atau minat warga belajar berdasarkan dengan analisa awal yang telah dilakukan. Jenis kegiatan apa saja yang dibutuhkan warga belajar akan difasilitasi oleh PKBM bersama dengan guru sekolah yang ditugaskan oleh Dinas Pendidikan (melalui UPTD Kecamatan) dan Kantor Kementerian Agama (untuk guru-guru yang mengajar di SD/MI dan SMP/MTs) Koordinasi Antara PKBM, Dinas Pendidikan, Kantor Kemenag, UPTD Kecamatan, Sekolah dan Guru Kebutuhan warga belajar akan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan membutuhkan koordinasi berbagai pihak dalam lingkungan Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama. Oleh karena itu koordinasi penting untuk dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama bersama dengan UPTD kecamatan dan pihak sekolah yang menjadi rekomendasi PKBM yang akan ditempati mengajar. Guru-guru dari sekolah (SD/MI dan SMP/MTs) tersebut perlu mengetahui kondisi warga belajar PKBM, lingkungan sekitar yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Pengangkatan Guru Sekolah Sebagai Tutor PKBM Hasil koordinasi di internal Dinas Pendidikan/Kantor Kemenag dengan PKBM untuk penempatan dan penambahan jam mengajar guru di PKBM selanjutnya oleh Dinas Pendidikan/Kantor Kemenag dan atau melalui UPTD kecamatan mengangkat guru sekolah/madrasah sebagai tutor PKBM. Pengangkatan guru sekolah/madrasah sebagai tutor PKBM dilakukan melalui Surat Keputusan dari Dinas Pendidikan/ Kantor Kemenag. Mobilisasi Sumber Daya Guru sebagai Tutor PKBM Setelah SK pengangkatan guru sekolah untuk kegiatan pembelajaran di PKBM telah dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan/Kantor Kemenag, maka mobilisasi guru sebagai tutor di PKBM mulai menjalankan tugasnya. Setiap guru yang mengajar mendapatkan honor berdasarkan jumlah waktu/jam mengajar di PKBM sama halnya ketika mengajar di sekolah formal. Guru sekolah mengajar di PKBM, harapannya agar pembelajaran di pendidikan formal dapat direplikasi di pendidikan non formal. Replikasi tersebut dilihat dari segi substansi pembelajaran, meskipun metodenya bisa berbeda-beda berdasarkan kondisi warga belajar yang ada di masingmasing PKBM. 16

33 2. Peningkatan Kemandirian PKBM Melalui Kegiatan Usaha Produktif Kegiatan usaha produktif dilakukan setelah melakukan pemetaan potensi yang ada di sekitar lingkungan PKBM. Hasil pemetaan tersebut dengan potensi yang dimiliki baik oleh PKBM maupun masyarakat sekitar menjadi modal utama untuk membangun komitmen dengan dunia usaha. Komitmen ini diwujudnyatakan dengan membangun kerja sama melalui program kegiatan usaha produktif. Kegiatan usaha produktif, meliputi kegiatan yang berupaya untuk peningkatan pemberdayaan ekonomi yang merupakan unit usaha PKBM. Program kegiatan usaha produktif yang dapat dilakukan antara lain: Kelompok belajar usaha, Pengembangan usaha warga belajar, Peningkatan produktivitas masyarakat, Pengembangan kerjasama dengan usaha masyarakat, Menciptakan lapangan kerja baru dan lain-lain. Program-program tersebut di atas adalah pilihan yang memungkinkan dilakukan oleh warga belajar di PKBM. Pilihan tersebut sangat tergantung dari kebutuhan masyarakat setempat dengan ketersediaan sumber daya yang ada termasuk sokongan dari dunia usaha untuk program tersebut. Beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam kerja sama ini: Mengidentifikasi Potensi dan Minat Usaha Produktif Warga Tahap awal yang dilakukan adalah melakukan identifikasi potensi dan minat usaha produktif warga setempat. Identifikasi dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pengelola menentukan kegiatan yang tepat bagi warga setempat untuk usaha produktif serta koordinasinya dengan dunia usaha yang akan menjalin kemitraan dengan PKBM dalam membantu warga lebih produktif dengan usaha yang ditekuni. Pada tahap ini perlu diupayakan agar tidak terjadi bias gender, yaitu membatasi laki-laki dan perempuan mengikuti kegiatan yang dianggap cocok berdasarkan jenis kelaminnya (seperti perempuan diberi keterampilan menjahit dan laki-laki diberi keterampilan sebagai montir). Perlu diupayakan agar semua keterampilan dan usaha produktif yang dikembangkan di PKBM dapat diikuti baik oleh lakilaki maupun perempuan sesuai dengan minat dan kemampuannya. Menentukan Pilihan Kegiatan Usaha Produktif PKBM menentukan jenis kegiatan usaha produktif berdasarkan potensi dan minat yang dimiliki oleh warga belajar. Pilihan jenis kegiatan ini disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh dunia usaha sebagai mitra PKBM. Memobilisasi Sumber Daya Pilihan kegiatan usaha produktif yang sudah dilakukan berdasarkan dengan hasil pemetaan masalah dan potensi yang dimiliki, maka pilihan kegiatan tersebut menjadi milik MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM 17

34 bersama, baik PKBM maupun dunia usaha yang menjadi mitra kerja PKBM. Oleh karena itu segenap sumber daya yang ada baik di PKBM maupun mitranya segera diberdayakan. Warga belajar yang memiliki minat untuk kegiatan usaha produktif dipersiapkan. Peralatan, perlengkapan dan segenap sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan ini dipersiapkan dengan matang, termasuk SDM dari mitra PKBM untuk memberikan pelatihan usaha produktif kepada warga belajar. Pelaksanaan Kegiatan Usaha Produktif Berdasarkan komitmen tertulis antara PKBM dengan dunia usaha yang dituangkan dalam bentuk MOU, maka komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk kerja nyata. Mitra PKBM dari dunia usaha akan berkontribusi dalam mendorong PKBM agar lebih mandiri dengan melatih warga belajar menjadi produktif. Melalui PKBM dengan modal keterampilan yang didapatkan warga belajar, ia dapat menghidupi diri dan keluarganya serta PKBM sebagai lembaga yang memberikan ruang kesempatan bagi masyarakat untuk berkarya. Pada tataran implementasi pelaksanaan kegiatan usaha produktif ini, mitra kerja PKBM akan memberikan pendampingan dalam hal: (1) Pelatihan Keterampilan: Mitra PKBM akan memberikan pelatihan kepada warga belajar tentang kegiatan usaha produktif yang diminatinya hingga warga belajar mendapatkan keterampilan usaha yang bakal menjamin hidup diri dan keluarganya. (2) Kegiatan Produksi: Mitra PKBM akan membantu warga belajar yang sudah cakap berdasarkan hasil pelatihan untuk mengembangkan kecakapan hidup (life skills) seperti: pengasapan ikan dan pembuatan abon tuna untuk PKBM di pesisir pantai; pembuatan kerajinan tangan untuk daerah pariwisata, dll. Termasuk dalam tahapan ini adalah bantuan modal usaha bagi mereka yang terpilih berdasarkan kriteriakriteria yang telah ditentukan. (3) Pemasaran Hasil Produksi: Hasil produksi yang dihasilkan warga belajar akan didampingi oleh mitra PKBM dalam pemasarannya. Sebagai tahapan akhir dari pendampingan mitra PKBM dalam kegiatan usaha produktif, tentu sudah nampak seberapa banyak warga belajar yang berhasil hingga tahap akhir pendampingan. Termasuk warga belajar yang memiliki kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa hasil pendampingan mitra PKBM. 18

35 E. Pembiayaan Program Peningkatan Kualitas PKBM Sumber pembiayaan PKBM bisa berasal dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, pihak swasta, dan usaha swadaya masyarakat. Pos pembiayaan untuk pelaksanaan program peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM ini antara lain diperuntukan bagi: 1. Kegiatan pendataan/survey awal; 2. Pembentukan Forum PKBM; 3. Pertemuan koordinasi multipihak (pemerintah, Forum PKBM, dunia usaha) 4. Biaya operasional PKBM meliputi: biaya pendataan warga belajar (termasuk pendataan minat, bakat dan kebutuhan warga belajar); biaya honorarium pengelola PKBM, guru/tutor, pengajar keterampilan; biaya penyediaan alat tulis warga belajar; biaya penyediaan bahan-bahan pembelajaran (termasuk buku-buku dan alat peraga pembelajaran); biaya penyediaan bahan dan peralatan untuk pelatihan keterampilan/ usaha produktif, biaya pemeliharaan ruangan PKBM (listrik, air bersih); biaya evaluasi hasil belajar warga belajar (termasuk penyediaan ijazah); dana stimulan wirasusaha bagi warga belajar; dan biaya-biaya lain sesuai kebutuhan. 5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi berkala. F. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kerja sama dengan Pemerintah Daerah melalui kegiatan pembelajaran dan kerja sama dengan dunia usaha melalui kegiatan usaha produktif berjalan dengan baik. Dengan demikian pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan mempunyai nilai manfaat bagi warga belajar maupun masyarakat yang ada dilingkungan sekitar PKBM. 1. Monitoring Kegiatan pembelajaran dengan melibatkan guru sekolah untuk meningkatkan kualitas serta kemandirian PKBM melalui kegiatan usaha produktif dengan kerjasama dunia usaha dapat berjalan dengan baik jika terpantau dan dapat dimonitor pelaksanaannya sejak dari penandatanganan kerja sama dengan Pemerintah Daerah maupun dunia usaha hingga pelaksanaan kerja sama program di lapangan. Monitoring dapat dilakukan setiap saat baik oleh masyarakat maupun Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan UPTD Kecamatan. Monitoring dapat dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat dan juga Pemerintah Daerah untuk memastikan kerjasama dengan PKBM berjalan dengan baik. MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM 19

36 Monitoring dan pemantauan partisipatif oleh masyarakat Monitoring dan pemantauan oleh masyarakat dapat dilakukan melalui individu-individu maupun kelompok masyarakat sipil peduli pendidikan. Dapat dilakukan dengan pemantauan langsung di PKBM dan juga melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap kinerja PKBM yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk perbaikan managemen pengelolaan PKBM agar dapet lebih baik dari sebelumnya. Monitoring dan pemantauan oleh Pemerintah Daerah dan Mitra Kerja PKBM Monitoring dan pemantauan oleh Pemerintah Daerah dilakukan melalui Dinas Pendidikan atau UPTD kecamatan serta mitra kerja PKBM lebih difokuskan pada poin-poin kerja sama yang disepakati antara PKBM dengan mitra kerjanya. Pemerintah Daerah akan menfokuskan monitoringnya pada peningkatan kualitas pembelajaran dan dunia usaha lebih pada peningkatan kemandirian PKBM dengan melihat capaian warga belajar dari hasil pelatihan usaha produktif, kegiatan produksi hingga pemasaran hasil produksi. 2. Evaluasi Evaluasi adalah pemantauan untuk melihat sejauh mana dampak keberhasilan yang diperoleh terkait dengan strategi PKBM untuk membangun kemitraan dengan Pemerintah daerah melalui kegiatan pembelajaran dengan melibatkan guru sekolah sebagai tutor di PKBM dan kegiatan usaha produktif yang dikerja samakan dengan dunia usaha. Evaluasi dilakukan setiap tiga bulan sekali. Keberhasilan yang diperoleh dapat diukur dari indikator-indikator berikut: Angka buta aksara/buta huruf menurun; Pendidikan kesetaraan (Paket A, B, dan C) lebih berkualitas; Partisipasi masyarakat sekitar dalam penyelenggaraan programprogram yang diselenggarakan PKBM semakin meningkat. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan warga belajar dan masyarakat di lingkungan sekitar PKBM dalam mengelola sumber daya yang ada dilingkungannya untuk kepentingan sehari-hari; Pendapatan masyarakat bertambah yang ditandai dengan produtifitas mayarakat yang meningkat; PKBM memiliki dukungan pendanaan yang memadai secara mandiri; dan, Terbukanya kesempatan bagi warga belajar dalam mengelola usaha sebagai sumber mata pencaharian. 20

37 MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM 21

38 22

39 MENGAPA, UNTUK APA, DAN UNTUK SIAPA PANDUAN INI DIBUAT? PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN STRATEGI LANGKAH LANGKAH PENINGKATAN KUALITAS DAN KEMANDIRIAN PKBM Designed by PT Ekselensi Kreasi Komunika ( 23

40 Panduan penerapan praktik cerdas ini disusun untuk membagikan pengalaman salah satu mitra kerja Proyek BASICS dalam mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang mandiri dan berkualitas. Peningkatan kualitas PKBM tersebut dilakukan dengan dua strategi. Pertama, peningkatan kualitas proses belajar mengajar di PKBM dengan melibatkan guru sekolah formal untuk mengajar di PKBM. Kedua, peningkatan kemandirian PKBM dilakukan melalui kegiatan- kegiatan usaha produktif untuk peningkatan pendapatan dan mendukung keberlanjutan proses belajar mengajar di PKBM. Selain Pemerintah Daerah, peningkatan kualitas dan kemandirian PKBM juga melibatkan pelaku usaha. Pemerintah Daerah bertanggung jawab melakukan pembinaan, melakukan pelatihan dan memberikan dukungan anggaran. Sedangkan dunia usaha melalui kerjasama dalam pengembangan usaha produktif yang dilakukan PKBM.

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PENANGANAN PENDIDIKAN ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI KERJASAMA MULTIPIHAK

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PENANGANAN PENDIDIKAN ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI KERJASAMA MULTIPIHAK A PENANGANAN PENDIDIKAN ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI KERJASAMA MULTIPIHAK Praktik Cerdas ini didukung oleh Proyek BASICS melalui mekanisme BASICS Responsive Initiative pada tahun 2010-2013 Penulis Tim BASICS

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan urusan wajib yang harus dipenuhi oleh pemerintah

Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan urusan wajib yang harus dipenuhi oleh pemerintah PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.17 - September 2013 Komitmen Sultra Peran Pemerintah Provinsi dalam Mempercepat Pencapaian SPM dan MDGs di Sulawesi Tenggara Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Lebih terperinci

PROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA

PROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No. 11 - September 2013 PROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA

Lebih terperinci

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS JAMINAN RUJUKAN PERSALINAN BAGI IBU HAMIL RISIKO TINGGI

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS JAMINAN RUJUKAN PERSALINAN BAGI IBU HAMIL RISIKO TINGGI A JAMINAN RUJUKAN PERSALINAN BAGI IBU HAMIL RISIKO TINGGI Praktik Cerdas ini didukung oleh Proyek BASICS melalui mekanisme BASICS Responsive Initiative pada tahun 2010-2013 Penulis Tim BASICS Penyunting

Lebih terperinci

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PROGRAM GURU TIDAK TETAP DI DAERAH TERPENCIL DAN KEPULAUAN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PROGRAM GURU TIDAK TETAP DI DAERAH TERPENCIL DAN KEPULAUAN A PROGRAM GURU TIDAK TETAP DI DAERAH TERPENCIL DAN KEPULAUAN Praktik Cerdas ini didukung oleh Proyek BASICS melalui mekanisme BASICS Responsive Initiative pada tahun 2010-2013 Penulis Tim BASICS Penyunting

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak

Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.18 - Desember 2013 Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak Masalah dan Peluang Provinsi

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Syarif Hidayat, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian akhir disertasi ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang kesimpulan dan rekomendasi. A. Kesimpulan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010

LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010 LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL 6.1. Faktor Pendukung Kegiatan Keaksaraan Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran bahwa Pemerintah Kabupaten karawang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa dalam mewujudkan masyarakat Bantul

Lebih terperinci

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan Bagaimana Kegiatan Dilaksanakan? Siswa-siswi SDN Kwangsan 02 di Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar Jawa Tengah melakukan demo PHBS dalam rangkaian program Pamsimas. Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar

MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.9 - Februari 203 MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar 27 Indikator Standar Pelayanan

Lebih terperinci

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 1. Memiliki Landasan dan Wawasan Pendidikan a. Memahami landasan pendidikan: filosofi, disiplin ilmu (ekonomi, psikologi, sosiologi, budaya, politik), dan

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pada dasarnya penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menemukan model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang lahir dari kesadaran tentang betapa

Lebih terperinci

MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK

MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK MATERI MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK Oleh: Muhammad Satria, S.Sos., M.Si 1 INDIKATOR KOMPETENSI Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, peserta dapat: a. Mengidentifikasi Aspek yang diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN A. Dasar Pemikiran Pilar utama Perkumpulan adalah kemitraan dengan multi pihak yang tidak bersinggungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung atau belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diwujudkan melalui upaya peningkatan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM

BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM Indonesia memerlukan tambahan sekitar 20 juta unit usaha baru di luar sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR, Menimbang : a. bahwa program kepemudaan

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PENANGANAN KEKURANGAN BIDAN DI DAERAH TERPENCIL

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PENANGANAN KEKURANGAN BIDAN DI DAERAH TERPENCIL A PENANGANAN KEKURANGAN BIDAN DI DAERAH TERPENCIL Praktik Cerdas ini didukung oleh Proyek BASICS melalui mekanisme BASICS Responsive Initiative pada tahun 2010-2013 Penulis Tim BASICS Penyunting Theresia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan dapat mempermudah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO SINKRONISASI PRIORITAS NASIONAL DENGAN BELANJA DAERAH DALAM APBD TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO SINKRONISASI PRIORITAS NASIONAL DENGAN BELANJA DAERAH DALAM APBD TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO SINKRONISASI DENGAN BELANJA DAERAH DALAM APBD TAHUN ANGGARAN 2013 NO. 1 Prioritas 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemantapan Tata Kelola Pemerintahan yang Lebih baik

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi 1 Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi i ii Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Kompetensi SAMBUTAN Direktur

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP Oleh : Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Disampaikan Pada Acara Koordinasi dan Sinkronisasi Pengarusutamaan Gender dalam Mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA TERNATE, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL I. PENDAHULUAN Muatan lokal, sebagaimana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI 6.1 GAMBARAN UMUM STRUKTUR PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan bagian pengendalian yang tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016

Lebih terperinci

KLA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERWUJUDAN HAK ANAK

KLA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERWUJUDAN HAK ANAK KLA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERWUJUDAN HAK ANAK Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mempunyai visi yaitu terwujudnya kesetaraan gender, dan misi adalah mewujudkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci