S A R I 1. PENDAHULUAN 2. KEADAAN GEOLOGI. Oleh : Eddy R. Sumaatmadja dan Iskandar Sub Direktorat Batubara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "S A R I 1. PENDAHULUAN 2. KEADAAN GEOLOGI. Oleh : Eddy R. Sumaatmadja dan Iskandar Sub Direktorat Batubara"

Transkripsi

1 PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH NIBUNG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI; KABUPATEN BATANGHARILEKO DAN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Eddy R. Sumaatmadja dan Iskandar Sub Drektorat Batubara S A R I Daerah penyeldkan adalah bagan Cekungan Sumatera Selatan yang ds oleh dua peroda sedmentas sejak Awal Terser hngga Kuarter. Peroda pertama adalah fase transgres yang menghaslkan Formas Talang Akar dan Guma. Peroda kedua merupakan fase regres menghaslkan Formas-Formas Ar Benakat, Muaraenm dan Kasa. Evaluas terhadap keadaan geolog daerah Nbung dan Sektarnya dapat dsmpulkan bahwa hanya Formas Muaraenm yang mengandung endapan batubara berpotens besar untuk dkembangkan, dan terdapat dalam 3 (tga) anggota yatu M1, M2 dan M3. Dar hasl korelas sngkapan batubara dan dtunjang data pemboran, terdapat 8 lapsan batubara, yatu : Lapsan Klad >1,00->6,50m, Merap 1,00-1,50m, Suban >1,00-10,75m, Mangus >2,00-15,10m, Burung 1,00->2,80m, Gantung 2 1,00->2,80m, Benuang 1,00->4,00m dan Gantung 1 >0,50m. Analsa kma terhadap conto nt bor dengan dasar kerng udara (adb) memberkan nla panas berksar dar kal/gr, kandungan abu 3,10-12,90%, sulfur kurang 0,40% dan nla HGI Batubara n umumnya mempunya kandungan ar total (ar) sangat tngg berksar dar 43,75-47,00%, sedangkan ar tertambat (adb) 10,15-10,95%. Dar hasl analsa tersebut ranknya menunjukan Kelas Sub-btumnous Lgntc. Hasl analsa petrograf batubara menunjukan batubara d daerah penyeldkan ddomnas oleh maseral vtrnt (>87%), sedangkan maseral lan <6,00% dan nla reflektansnya 0,19-0,25 yang termasuk kelas Lgntc. Perhtungan sumberdaya batubara hngga overburden 50 m memberkan angka kurang lebh juta ton. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan dberlakukannya OTONOMI DAERAH tahun 2001, konsekwensnya Pemerntah Daerah harus dapat membaya operasonalnya yatu dar PAD (Pendapatan Asl Daerah). Untuk tu dalam perlu dlakukan penngkatan PAD dar segala sektor, salah satunya dar sektor pertambangan batubara Lokas Penyeldkan Secara admnstratf daerah penyeldkan termasuk wlayah Kec. Batanghar Leko, Kab. Mus Banyuasn dan Kec. Rawas Ilr, Kab. Mus Rawas, Provns Sumatera Selatan serta Kec. Pauh, Kab. Sarolangun Provns Jamb. Secara geografs barada pada koordnat BT dan LS (Gambar 1). 2. KEADAAN GEOLOGI 2.1. Geolog Regonal Secara regonal geolog daerah Nbung dan Sektarnya termasuk ke dalam Cekungan Sumatera Selatan yang merupakan Beckdeep Basn atau cekungan pendalaman belakang (Koesoemadnata dan Hardjono, 1978). Cekungan Sumatera Selatan dpsahkan dar Cekungan Sumatera Tengah oleh suatu tnggan yatu Pegunungan Tga Puluh; kedua cekungan n

2 memlk kesamaan dalam cr-cr sedmentasnya yang terbentuk akbat pergerakan ulang sesar bongkah pada batuan dasar Pra-Terser yang dkut oleh kegatan volkank. Stratgraf umumnya memperlhatkan bahwa pembentukan batubara hampr bersamaan dengan proses sedmentas Terser yatu pada saat pengendapan Formas Talang Akar, Ar Benakat dan Muaraenm. Akumulas endapan batubara hanya pada sklus pertengahan regres pada saat pengendapan Formas Muaraenm, yatu dalam Anggota M1 (Lapsan Merap dan Klad), M2 (Lapsan Mangus, Suban dan Peta), M3 (Lapsan Burung dan Benuang) dan M4 (Lapsan Nru, Lematang, Benakat/Babat, Enm dan Kebon) Geolog Daerah Penyeldkan Morfolog Daerah penyeldkan terdapat dsebelah tmur Pegunungan Bukt Barsan dan secara umum terdr dar Satuan Morfolog Perbuktan Bergelombang dan Pedataran. Satuan Morfolog Perbuktan Bergelombang menempat hampr seluruh daerah penyeldkan yang ltolognya dsusun oleh batuan sedmen klastka halus dengan kemrngan lereng antara dan berada pada ketnggan m datas permukaan ar laut. Pedataran menempat bagan sebelah baratdaya daerah penyeldkan dengan ketnggan berksar dar meter datas permukaan ar laut. Ltolog penyusunnya terdr dar tufa, batulempung tufaan dan batupasr tufaan. Pola alran sunga dkerngkan oleh sunga utama yatu Sunga Kelumpang (sebelah barat) dan Sunga Batanghar Leko, nduk sunga n dengan anak-anak sunga membentuk pola alran dendrtk dan trals dengan tngkat eros dewasa. Stratgraf Stratgraf d daerah penyeldkan membentuk suatu antklnorum dan berdasarkan Peta Geolog Lembar Sarolangun (1994) dan Shell (1978), stratgraf daerah penyeldkan mencakup 4 (empat) formas dar tua ke muda yatu Formas Guma, Ar Benakat, Muaraenm dan Kasa (Tabel 1). Formas Guma (Tmg) merupakan batuan tertua dan terdapat d sebelah baratlaut. Ltolognya terdr dar serph dengan sspan batupasr halus dan setempat napal dan batugampng. Umurnya adalah Akhr Mosen Awal Awal Mosen Tengah; dendapkan dalam lngkungan laut dalam (Nertk). Formas Ar Benakat (Tma) tersngkap dsebelah tengah-utara dengan ltolog terdr dar perselngan antara batulempung dan batupasr, dengan sspan konglomerat gampngan, napal dan batulanau. Umurnya adalah Akhr Mosen Tengah Awal Mosen Akhr, dendap-kan secara selaras datas Formas Guma dalam lngkungan laut dangkal. Formas Muaraenm (Tmpm) tersngkap dseluruh daerah penyeldkan yang dendapkan secara selaras datas Formas Ar Benakat dalam lngkungan laut dangkal sampa peralhan. Umurnya dperkrakan Mosen Akhr. Formas n dbag 4 anggota yatu : Anggota M1 terdapat 2 lapsan batubara (Lapsan Klad dan Merap). Ltolognya dsusun oleh oleh batuan sedmen klastka halus yang terdr dar batupasr dan batulempung dengan sspan batulempung batubaraan dan batubara tps. Batupasr berwarna abu-abu terang, rapuh, bersfat tufaan, domnan kuarsa, pta-pta batubara. Batulempung berwarna abu-abu terang sampa abu-abu tua, padu. Batubara berwarna htam kecoklatan, mengklapkusam, struktur kayu mash terlhat. Berdasarkan data sngkapan, dtemukan sebanyak 13 lokas yang umumnya terendam ar/lumpur; lapsan n dtembus oleh lobang bor RH 03 yatu Lapsan Merap dengan ketebalan 1,55m.

3 Anggota M2 terdapat 2 (dua) lapsan utama yatu Lapsan Suban dan Mangus. Anggota n sebagan dtembus oleh lubang bor RWS-01, RWS-02, RWS- 04, RWS-06, RWS-07, RWS-10 RWS-11, BMR-02, RH-17, RH-02 dan RH-12. Anggota n dkenal berdasarkan kandungan batubaranya yatu Lapsan Mangus yang dcrkan oleh sspan batulempung tufa-an dengan kandungan mneral bott. Lapsan Mangus merupakan batas atas Anggota M2, sedangkan batas bawahnya adalah Lapsan Peta. Ltolognya dsusun oleh perselngan batulanau dengan batulempung; sspan batupasr dan batubara. Batulanau berwarna abu-abu muda sampa abu-abu kecoklatan, kompak, terdapat nodul-nodul prt, tebal lapsan 1,50 - >15,00m. Batulempung berwarna abuabu muda sampa abu-abu kehjauan, lunak-padu, mengandung ssa-ssa tumbuhan, struktur sedmen khas lentkular, tebal lapsan 0,50 7,75m. Batupasr berwarna abu-abu terang, halus-sedang, tufaan, rapuh-keras, domnan kuarsa, struktur sedmen flacer, gelembur gelombang, paralel lamnas dan graded beddng. Berdasarkan hasl penyeldk terdahulu dbagan selatan, anggota n dapat dtembus oleh beberapa lobang bor dengan ketebalan sampa dengan 27,29m ; sedangkan dar data sngkapan dtemukan d 37 lokas yang umumnya terendam ar/lumpur. Anggota M3 terdapat 2 (dua) lapsan utama yatu Lapsan Burung dan Bnuang. Batas atasnya adalah Lapsan Kebon (Anggota M4) dan batas bawah adalah Lapsan Mangus (Anggota M2) Ltolognya terdr dar batupasr, batulanau, batulempung dan batubara. Batu-pasr berwarna abu-abu terang, halussedang, domnan kuarsa, rapuh. Batulanau, berwarna abu-abu terang kehjauan kecoklatan, kompak, jejak tumbuhan. Batu-lempung bertndak sebaga lapsan pengapt batubara, berwarna abu-abu sampa abu-abu kecoklatan, lunak-padu, jejak tumbuhan. Anggota n dapat dtembus oleh lobang bor RWS-12 dan dtemukan d 23 lokas yang umumnya terendam ar/lumpu. Anggota n ber-dasarkan penyeldk terdahulu dtembus oleh satu lobang bor RH 06. Anggota M4 d daerah penyeldkan lapsan batubara tdak dtemukan. Ltolognya terdr dar batupasr, batulanau, batulempung dan batubara. Batupasr berwarna abu-abu terang, halus-sedang, domnan kuarsa, rapuh. Batulanau, berwarna abu-abu terang ke-hjauan kecoklatan, kompak, jejak tumbuhan. Batulempung, berwarna abu-abu sampa abu kecoklatan, lunak-padu, jejak tumbuhan. Formas Kasa ( QTk) djumpa d bagan tengah daerah penyeldkan, ltolognya terdr dar tufa dan tufa batuapung dengan sspan batu-lempung tufaan dan batupasr tufaan; setempat konglomeratan dan terdapat kayu terkerskan. Umur formas n adalah Plosen Akhr Plstosen Awal yang dendapkan secara tdak selaras datas Formas Muaraenmdalam lngkungan darat. Struktur Geolog Pola struktur d daerah penyeldkan mempunya kecenderungan berarah baratdaya-tmur-laut. Pola struktur lpatan adalah hasl gaya kompres dar gaya tegasan utama yang berarah baratdayatenggara. Struktur sesar yang dtemukan adalah sesar normal Kepahangan 1, Kepahangan 2 dan Sunga Malam; Sesar Geser Sunga Kruh serta Sesar Nak Sunga Penjagoan, yang arahnya baratdaya-tmur laut. Sedangkan struktur lpatan yang dtemukan adalah struktur antkln (Antkln Kepahangan, Terentang, Tajau Pecah dan Sunga Malam) dan snkln (Snkln Kepahangan, Batanghar Leko dan Ar Mat) yang berarah baratlaut-tenggara. 3. GEOLOGI BATUBARA 3.1. Endapan Batubara Untuk mendapatkan dmens dan pelamparan lapsan batubara d daerah Nbung dan Sektarnya, perlu dlakukan pengelompokan lapsan

4 batubara berdasarkan hasl pemetaan geolog permukaan, data bawah permukaaan dar pemboran nt batubara dan dbantu hasl nterpretas geofska loggng. Dar hasl pemetaan geolog, pemboran nt dan dbantu nterpretas geofska loggng, maka dbuat peta geolog yang terdr dar Peta Geolog daerah Nbung dan Sektarnya skala 1 : (Peta 1) Sngkapan Batubara Hasl penyeldkan d daerah Nbung dan Sektarnya dtemukan 73 lokas sngkapan batubara yang terdapat pada Formas Muaraenm yatu pada Anggota M 1, M 2 dan M 3; sedangkan dalam Anggota M 4 tdak dtemukan lapsan batubara. Hasl Pemboran Int Dar hasl pemetaaan geolog, telah dlakukan pemboran sebanyak 13 lubang bor dengan kedalaman berksar dar 15,80 73,10m, jumlah total kedalaman 701,90m dan 1 (satu) lubang bor yatu BMR 02 dkerjakan oleh Tm Pauh Lubuk Napal. Korelas Lapsan Batubara Dar hasl pemetaan geolog dan korelas lubang bor serta berdasarkan kedudukan batubara secara stratgraf dbuat penampang korelas lubang bor dengan nama lapsan batubaranya yang mengkut kepada stratgraf Shell, 1978; selan tu korelas n dpaka sebaga acuan gambaran pola sedmentas dalam lngkungan pengendapannya. Sngkapan batubara umumnya terendap ar dan lumpur, sehngga dalam penentuan ketebalan sebenarnya sangat sult dan umumnya dcantumkan tebal yang terukur. Berdasarkan korelas tersebut dar atas kebawah, d daerah Nbung dan Sektarnya dalam Formas Muaraenm (Anggota M1, M2 dan M3), dtemukan palng tdak 8 (delapan) lapsan batubara. ANGGOTA M1 Anggota M1 terdapat d kedua sayap antkln maupun snkln, dtemukan sebanyak 13 lokas sngkapan batubara, dengan jumlah lapsan sebanyak 2 (dua) lapsan batubara ; yatu Lapsan Klad dan Merap. Lapsan Klad Lapsan Klad merupakan lapsan palng bawah dar Formas Muaraenm, dtemukan d 4 (empat) lokas (E-17, E-30, K-23 dan R-01) dengan ketebalan berksar dar >1,00 - >6,50m dan kemrngan Berdasarkan data sngkapan batubara, Lapsan Klad sebarannya tdak menerus dan tdak semua sayap antkln maupun snkln dtemukan sngkapan batubara. Lapsan Merap Lapsan Merap terletak datas Lapsan Klad, dtemukan d 9 (semblan) lokas dengan ketebalan berksar dar 1,00 1,50m dan kemrngan , dantaranya K-14, R-02, R-17, R-02 dan R- 06. Lapsan Merap sebarannya tdak menerus dan tdak semua sayap antkln maupun snkln dtemukan sngkapan batubara. Dar hasl penyeldkan terdahulu lapsan n dbagan selatan dtembus oleh lobang bor RH 03 dengan ketebalan 1,55m. ANGGOTA M2 Dalam Anggota M1 dtemuka sebanyak 37 lokas sngkapan batubara, dengan jumlah lapsan sebanyak 2 (dua) lapsan batubara yatu Lapsan Suban (9 lokas) dan Mangus 28 lokas) yang umumnya terendam ar/lumpur. Lapsan Suban Lapsan Suban terletak datas Lapsan Peta, dtemukan d 11 lokas dengan ketebalan berksar dar >1,00 7,00m, kemrngan dan dtembus oleh lubang bor BMR 02. Sebaran Lapsan Suban umumnya menerus dan kearah

5 tenggara umumnya menebal; sedangkan kearah barat laut spt menjad 2 (dua) lapsan dengan ketebalan 3,10m dan 3,25m. Lapsan Mangus Lapsan Mangus terletak datas Lapsan Suban, dtemukan d 26 lokas dengan ketebalan >2,00 10,25m, kemrngan 8 o 65 o dan dtembus oleh lubang bor RWS-01, RWS-02, RWS-04, RWS- 06, RWS-07, RWS-10, RWS-11 dan BMR-02 serta berdasarkan penyeldk terdahulu d bagan selatan dtembus oleh lobang bor RH-17, RH-12 dan RH-02 dengan ketebalan 18,5-27,29m ; lapsan n d sebelah tmurlaut splt menjad 2 (dua) yatu Lapsan Mangus 1 dan Mangus 2. ANGGOTA M3 Anggota M3 terdapat d kedua sayap antkln maupun snkln, dtemukan sebanyak 23 lokas sngkapan batubara, dengan jumlah lapsan sebanyak 4 (empat) lapsan batubara ; yatu Lapsan Burung, Gantung 1, Benuang dan Gantung 2. Lapsan Burung Lapsan Burung merupakan lapsan palng bawah dar Anggota M3, dtemukan d 8 (delapan) lokas dengan ketebalan berksar dar 1,00 - >2,80m dan kemrngan Berdasarkan data sngkapan batubara, Lapsan Burung sebarannya tdak menerus dan tdak semua sayap antkln maupun snkln dtemukan sngkapan batubara. Lapsan Gantung 2 Lapsan Gantung 2 terletak datas Lapsan Burung, dtemukan d 8 (delapan) lokas dengan ketebalan berksar dar 1,00 - >2,80m dan kemrngan Berdasarkan data sngkapan batubara, Lapsan Burung sebarannya tdak menerus dan tdak semua sayap antkln maupun snkln dtemukan sngkapan batubara. Lapsan Benuang Lapsan Benuang merupakan lapsan palng atas dar Anggota M3, dtemukan d 6 (enam) lokas dengan ketebalan berksar dar 1,00 - >4,00m dan kemrngan , lapsan n dtembus oleh bor RWS-12. Berdasarkan data sngkapan batubara, Lapsan Burung sebarannya tdak menerus dan tdak semua sayap antkln maupun snkln dtemukan sngkapan batubara. Lapsan Gantung 1 Lapsan Gantung 1 berupa lensa terletak datas Lapsan Burung, dtemukan d 2 (dua) lokas dengan ketebalan tdak jelas (sumur penduduk) Lngkungan Pengendapan Batubara Penafsran lngkungan pengendapan dperoleh dar hasl dskrps nt bor dan korelas penampang lubang bor. Dar data ltolog menunjukan adanya sekuen penghalusan butran kearah atas mula dar batupasr, batulanu dan batulempung; juga terdapat struktur sedmen berupa strultur lentkular, flaser, gelembur gelombang, parallel lamnas dan graded beddng. Dar data karakterstk ltolog dan struktur sedmen tersebut dperkrakan lngkungan pengendapan sedmen d daerah pennjauan berada pada daerah fluval hngga delta Kualtas Batubara Batubara yang danalsa kma sebanyak 41 conto play sample dan 16 conto kompost, terdr dar Lapsan Suban, Mangus, Burung dan Benuang. Jens analsa yang dlakukan adalah analsa proksmat dengan dasar udara kerng (adb), analsa ultmat dengan dasar bebas abu (daf), analsa komposs abu dan penentuan nla HGI Analsa Proksmat Rngkasan hasl analsa proksmat conto batubara daerah Nbung dan Sektarnya dsarkan

6 dalam. Dar data hasl analsa proksmat dapat dsarkan sebaga berkut : Kandungan ar total (TM) dar lapsan terbawah ke lapsan teratas umumnya adanya penngkatan yatu berksar 37,10-42,60%, kecual Lapsan Burung kandungan ar total sebesar 33,75%. Kandungan ar tertambat (M) menunjukan adanya penurunan dar lapsan palng bawah ke atas; yatu berksar dar 10,10-10,80%. Kandungan Volatle Matter (VM) 41,55-49,70%. Kandungan Abu 5,60 7,80%, kecual Lapsan Burung sebesar 11,10%. Kandungan Sulphur kurang dar 0,40%. Nla kalor kal/gr. Nla kekerasan batubara berksar dar 49-73, sehngga batubara tersebut tergolong lunak, kecual Lapsan Suban sangat keras HGInya 21. Dar hasl analsa kma batubara, kualtasnya termasuk Kelas Sub-btumnous Lgntc. Analsa Ultmat Dar hasl analsa, unsur karbon (C) berksar dar 68,08 72,82%; hdrogen ( 4,71 5,74% dan oksegen (O 2 ) 20,69 23,32%. Sedangkan unsur ntogen dan sulphur umumnya sangat kecl. Dar hasl analsa abu sebanyak 16 conto (lhat lampran) dapat dketahu sebaga berkut : Lapsan Benuang, unsur SO 2 24,79%, Al 2 O 3 19,66%, Fe 2 O 3 24,42%, CaO 15,78%, MgO 2,35% dan HD 2,66%. Lapsan Burung, unsur SO 2 28,65%, Al 2 O 3 17,65%, Fe 2 O 3 14,26%, CaO 10,72%, MgO 5,43% dan HD 3,56%. Lapsan Mangus, unsur SO 2 31,28%, Al 2 O 3 18,61%, Fe 2 O 3 12,64%, CaO 13,64%, MgO 2,11% dan HD 4,24%. Lapsan Suban, unsur SO 2 44,34%, Al 2 O 3 41,60%, Fe 2 O 3 3,20%, CaO 1,28%, MgO 1,00% dan HD 6,38%. Analsa Petrograf Batubara Hasl analsa petrograf terlhat bahwa batubara ddomnas oleh maceral vtrnt yatu berksar dar 87,40-92,90% yang merupakan bahan pembentuk batubara. Sedangkan maceral lan umumnya relatf kecl kurang dar 6,60%. Nla reflektans mencrkan rank batubara, dmana ksaranya antara 0,19-0,25 dan lapsan Mangus terlhat relatf tng dbandngkan dengan lapsan lan. Berdasarkan klasfkas Cook (1982) rangknya adalah Lgnt Sumberdaya Batubara Perhtungan sumberdaya batubara berdasarkan sngkapan yang dtemukan (terndkas) dan data hasl pemboran nt, dengan krtera sebaga berkut : Sebaran ke arah jurus perlapsan batubara ddasarkan atas sngkapan batubara dan bor yang dapat dkorelaskan, dbatas sampa meter dar sngkapan. Sebaran ke arah kemrngan dhtung sampa kedalaman 50m tegak lurus (vertkal) dar permukaan sngkapan / pemboran. Berat jens batubara berdasarkan hasl analsa. Tebal batubara yang dhtung > 1,00 meter. Daerah penyeldkan dbag menjad 3 (tga) blok yatu Blok Pauh, Batanghar Leko dan Rawas. Dar hasl perhtungan sumberdaya batubara terndkas d daerah Nbung dan sektarnya adalah sebaga berkut : Blok Pauh ton Blok Batanghar Leko ton Blok Rawas ton Jumlah sumberdaya ton

7 3.5. Kemungknan Pengembangan Batubara Hasl penyeldkan ketga blok, terdapat daerah-daerah yang mungkn dapat dkembangkan lebh lanjut adalah : Blok Rawas merupakan perortas pertama dengan jumlah sumberdaya sebesar 178 juta ton dan mash bsa dkembangkan lebh lanjut. Blok Batanghar Leko merupakan perotas kedua, karena data yang dperoleh mash kurang dan mash bsa dkembangkan lebh lanjut. Blok Pauh, walaupun sebarannya terbatas, tetap sumberdayanya cukup besar. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Dar hasl pengkajan batubara bersstm dalam Cekungan Sumatera Selatan d daerah Tanah Abang dan Sektarnya, dapat dambl beberapa kesmpulan sebaga berkut : 1. Daerah Nbung dan Sektarnya, ltolog penyusunnya terdr dar Formas Guma, Ar Benakat, Muaraenm dan Kasa yang umurnya Mosen Awal Plosen. Formas pembawa batubara adalah Formas Muaraenm. 2. Endapan batubara yang berkembang terdapat dalam Formas Muaraenm, palng tdak terdapat 8 lapsan batubara, yatu dar atas muda ke tua terdr dar : Lapsan Klad, tebal >1,00->6,50m dan kemrngan ; Lapsan Merap, tebal 1,00 1,50m dan kemrngan ; Lapsan Suban, tebal > 1,00 7,00m, kemrngan ; Lapsan Mangus, tebal > 2,00 10,25m, kemrngan 8 o 65 o ; Lapsan Burung, tebal berksar dar 1,00 - > 2,80m dan kemrngan ; Lapsan Gantung 2, tebal berksar dar 1,00 - > 2,80m dan kemrngan ; Lapsan Benuang, tebal berksar dar 1,00 - > 4,000m dan kemrngan dan Lapsan Gantung 1, tdak jelas (sumur penduduk). 3. Kualtas Batubara batubara daerah Nbung dan Sektarnya, Kandungan ar total Volatle Matter (VM) 43,75-47,00%, Abu 3,10-12,90%, Sulphur (St) kurang dar 0,40%, Nla kalor (CV) kal/gr dan Kekerasan batubara (HGI) berksar dar 50-64, sehngga batubara tersebut tergolong lunak dan ranknya Sub-btumnous- Lgntc. 4. Hasl analsa petrograf terlhat bahwa batubara ddomnas oleh maceral vtrnt 87,40-92,90%, sedangkan maceral lan kurang dar 6,60%. Nla reflektans mencrkan rank batubara, dmana ksaranya antara 0,19-0,25. Berdasarkan klasfkas Cook (1982), termasuk kedalam Brown Coal /Lgntc. 5. Sumberdaya batubara d daerah Nbung dan sektarnya dhtung dengan ketebalan > 1,00m dan sampa kedalaman 50m sebesar ton. 6. Prospek pengembangan batubara d daerah Nbung dan Sektarnya, umumnya dapat dkembangkan lebh lanjut mengngat data-data yang dperoleh mash kurang terutama Blok Batanghar Leko, akan tetap sumberdaya cukup besar.

8 DAFTAR PUSTAKA And Mangga S., dkk., 1983; Peta Geolog Lembar Jamb, Sumatera skala 1: , Pusat Peneltan dan Pengembangan Geolog. De Coster G.L., 1974; The Geology of the Central Sumatera Basns, Proceedng Indonesan Petroleum Assoc., 4 th Annual Conventonn. Geoservce Report No , 1980; Recent Development n Indonesa Coal Geology, (Unpublshed). Hardjono dan Sufra Ilyas, 1989: Batubara Sunga Malam, Sumatera Selatan, Laporan eksploras akhr untuk memenuh persyaratan permohonan KP. Eksplotas dar KP DU 1290 dan 1291, Mus Rawas, PT. Trayan, Jakarat. Koesoemadnata, R.P., dan Hardjono., 1977; Kerangka sedmenter endapan batubara Terser Indonesa. Pertemuan Ilmah Tahunan ke VI, IAGI. Reneck, H.E., and Sgh. I.B, 1980; Depostonal Sedmentary Envronments, Sprnger-Verlag, Berln. Suwarna, Suharsono, Gafoer, Amn, Kusnama, Hermanto, 1994; Geolog Lembar Sarolangun, Sumatera, Skala 1 : Shell Mjnbouw, 1978; Geologcal Map of the South Sumatera Coal Provnce, Scale 1: Smandjuntak T.O., dkk., 1981; Peta Geolog Lembar Muara Bungo, Sumatera, skala1: , Pusat Pengembangan dan Peneltan Geolog, Bandung.

9 PROVINSI JAMBI ' BT ' BT ' BT 2 00' LS Mandangn Pauh Sarolangun Bayunglncr Sungsang 3 00' LS Muaralaktan SEKAYU PROVINSI SUMATERA SELATAN Babat Betung PALEMBANG LUBUKLINGGAU Tebngtngg Talangub MUARAENIM Gelumbang KAYUAGUNG PRABUMULIH Lokas daerah penyeldkan Gambar 1. Peta lokas dan kesampaan daerah penyeldkan

10 Tabel 1. Kesebandngan Stratgraf Daerah Nbung dan Sektarnya dengan Cekungan Sumatera Selatan U m u r Formas Daerah Nbung - Jamb - Sumatera Selatan (Eddy RS, 2001) Deskrps Lapsan Lapsan Cekungan Sumatera Selatan (Daerah Langgaran - Shell, 1978) Deskrps Plosen Kasa (QTk) Lempung tufaan, pasr tufaan, warna terang, pasr batuapungan, lensa-lensa batubara Batupasr tufaan, lempung tufaan, abu-abu puth, bru-hjau, batuapung M o s e n A k h r M u a r a E n m (Tmpm) M4 M3 M2 M1 Batulempung hjau-bru, abu-abu, kaya materal volkank, sspan batupasr abu-abu hjau dan puth, beberapa lapsan batubara. Tebal m. Perselngan batupasr abu-abu muda dan batulempung abu-abu hjau serta sspan lapsan batubara, batulempung dan batupasr mengandung nodul ronstone dengan rongga-rongga gas. Tebal m. Perselngan batulempung coklat dan batupasr abu-abu kehjauan, lapsan batubara dengan kandungan tuf bott terpudarkan. Tebal m. Batupasr hjau-bru, batulempung hjau dan sspan batulanau. Tebal m. Benuang Burung 1 Mangus 2 Suban Merap Klad N r u Lematang Benakat/Babat Enm Kebon Benuang Burung 1 Mangus 2 Suban Peta Merap Klad Lempung tufaan, hjau-bru, dan lempung pasran, pasrhalus-kasar, abu-abu & puth, glaukontan, lapsan batuapung Perselngan batupasr dan batulanau menndh lempung bru-hjau dan abu-abu, horzon batupasr tebal 3-6 m Batulempung coklat, abu-abu, batulempung pasran, batupasr halus, hjau-abu-abu d bagan bawah, sedmen nterseam Mangus batupasr tufaan mengandung bott Batupasr, batulanau, batulempung coklat, abu-abu, dengan batupasr glaukontan T e n g a h Ar Benakat (Tma) Batulempung abu-abu kecoklatan, batupasr abu-abu kekunngan, glaukontan, mengandung cangkang moluska dan foramnfera Batulempung abu-abu - coklat, bru, serph pasran hjau - abu-abu, hjau, glaukontan A w a l Guma (Tmg) Perselngan serph, napal dan batulempung. Napal setempat mengandung prt. Perselngan serph, napal dan batulempung gampngan Catatan : Horzon Marker

11

12 P ROVI NSI JAMBI '00'' '00'' 2 15'00'' P ALEM BA NG T mg P ROVI NSI S UMA TERA S ELA TAN T mg P ETA INDEK U B A r M e QTk r a n t QTk SKALA 1 : Km K ETER ANGAN F ormas K asa F ormas M uaraenm F orm as A rbenakat ar Ses S es ar geser S esar normal ah a nga n F ormas Gum a h K ru Ar se r Ge S esar nak S ebaran bat ubara ga Su ng ng a K e c Ke p l A ng Lokas l ubangbor a U P enam pang Geolog Su ng D No. Lok as, k et ebal an dan arahjurus/kemrngan a an h t S unga P u n K ont ur ketnggan oa No. Lok as dan arah j urus / k em rngan lapsanbatuan a ag Ge J al an t anah dankampung g nj r I nd kas adanya batubara n S ma T S u ga n Pe sa go a Pe n y a n gg K u l m Se un A S u ng a QTk S u n g a g a Su n K r u h bat ubara ja en r P se 2 30'00'' DEP ARTE ME N ENERGI DAN S UM BE R DAYA M INERAL DIREK TORA T JE NDERAL GEOLOGI DAN S UM BE R DA YA M INERAL D IR EK TORA T IN VENT AR ISASI SU MB ER D AYA MINERAL P ENAMPANG GEOLOGI S KA LA 1 : DAF TAR IS IAN KE GI AT AN S UP LE ME N ( DI K - S ) PE TA G EO LO GI DAN SEBARAN BATUBARA A B DA ER AH N IB UN G DA N SEKITARNYA PR OVIN SI JAMBI D AN SUMATER A SELATAN 1

INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU OLEH: TARSIS A D Kelompok Program Peneltan Energ Fosl ABSTRAK Dengan dberlakukannya otonom daerah tahun 2001, konsekwensnya Pemerntah Daerah

Lebih terperinci

S A R I. Oleh : Asep Suryana dkk Sub Direktorat Batubara, DIM

S A R I. Oleh : Asep Suryana dkk Sub Direktorat Batubara, DIM PENGKAJIAN BATUBARA BERSISTEM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH SUNGAI PINANG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS DAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Asep Suryana dkk

Lebih terperinci

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Nanan S. Kartasumantri Sub. Direktorat Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM S A R I Daerah penyelidikan terletak

Lebih terperinci

By : Kohyar de Sonearth 2009

By : Kohyar de Sonearth 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi fosil merupakan energi yang tidak terbarukan atau energi habis pakai seperti yang kita gunakan pada saat ini yakni minyak dan gas bumi. Karenanya dengan peningkatan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI Dede I. Suhada, Untung Triono, Priyono, M. Rizki R. Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya

Lebih terperinci

EKSPLORASI BATUBARA DI DAERAH BABAT KAB. MUSI BANYUASIN DALAM RANGKA PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA SUMATERA SELATAN

EKSPLORASI BATUBARA DI DAERAH BABAT KAB. MUSI BANYUASIN DALAM RANGKA PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA SUMATERA SELATAN EKSPLORASI BATUBARA DI DAERAH BABAT KAB. MUSI BANYUASIN DALAM RANGKA PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA SUMATERA SELATAN Oleh : Deddy Amarullah Sub Dit. Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM S A R I Dalam rangka

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Sukardi & Asep Suryana Sub Dit. Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM S A R I Penyelidikan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOFISIKA BATUBARA DENGAN METODA WELL LOGGING DI DAERAH MUSI BANYUASIN, MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN ( LEMBAR PETA

PENYELIDIKAN GEOFISIKA BATUBARA DENGAN METODA WELL LOGGING DI DAERAH MUSI BANYUASIN, MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN ( LEMBAR PETA PENYELIDIKAN GEOFISIKA BATUBARA DENGAN METODA WELL LOGGING DI DAERAH MUSI BANYUASIN, MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN ( LEMBAR PETA 091-5 dan 091-61) Oleh: Edie Kurnia Djuanaedi, Maman Somantri, Imanuel.

Lebih terperinci

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh Robert L. Tobing, Priyono, Asep Suryana KP Energi Fosil SARI

Lebih terperinci

SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Agus Subarnas Sub Direktorat Batubara, DISM SARI Dalam Tatanan Stratigrafi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN BATUBARA BERSISTEM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH LUBUKMAHANG, KEC. BAYUNGLINCIR, KAB. MUSIBANYUASIN, PROP.

PENGKAJIAN BATUBARA BERSISTEM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH LUBUKMAHANG, KEC. BAYUNGLINCIR, KAB. MUSIBANYUASIN, PROP. PENGKAJIAN BATUBARA BERSISTEM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH LUBUKMAHANG, KEC. BAYUNGLINCIR, KAB. MUSIBANYUASIN, PROP. SUMATERA SELATAN Oleh : Sukardi dan A.Suryana Sub Dit. Eksplorasi Batubara

Lebih terperinci

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Lembar Peta No. 1916-11 dan 1916-12) O l e h : Syufra Ilyas Subdit Batubara, DIM S A

Lebih terperinci

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Agus Pujobroto Sub Dit. Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM S A R I Daerah penyelidikan termasuk

Lebih terperinci

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Nanan S. Kartasumantri dan Hadiyanto Subdit. Eksplorasi Batubara dan Gambut SARI Daerah

Lebih terperinci

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU Oleh : Deddy Amarullah dan Dede Ibnu Suhada Kelompok Program Penelitian Energi Fosil ABSTRAK Sesuai dengan kebijakan

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Kusdarto Maryun Supardan, dan Andi Sutandi S Kelompok Program Penelitian Mineral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

SURVAI TINJAU BATUBARA DAERAH KOTANEGARA KABUPATEN OKU, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SURVAI TINJAU BATUBARA DAERAH KOTANEGARA KABUPATEN OKU, PROVINSI SUMATERA SELATAN SURVAI TINJAU BATUBARA DAERAH KOTANEGARA KABUPATEN OKU, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Eko Budi Cahyono dan Martua Radja Subdit Batubara dan Min. Industri S A R I Secara keseluruhan, Kotanegara dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BATUBARA DI DAERAH LONGIRAM DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BATUBARA DI DAERAH LONGIRAM DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BATUBARA DI DAERAH LONGIRAM DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Soleh Basuki Rahmat KELOMPOK PROGRAM PENELITIAN ENERGI FOSIL S A R I Inventarisasi endapan batubara di

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto (Kelompok Kerja Penelitian Mineral) Sari Kegiatan eksplorasi umum endapan besi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Stuktur DNF terletak kurang lebih 160 kilometer di sebelah barat kota Palembang. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Pegunugan Tigapuluh 4. Kepulauan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DAERAH NIBUNG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN. Oleh: Sigit Arso W.

KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DAERAH NIBUNG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN. Oleh: Sigit Arso W. KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DAERAH NIBUNG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh: Sigit Arso W. Pusat Sumber Daya Geologi Jln. Soekarno - Hatta No. Bandung SARI Gas metana(ch) merupakan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN BATUBARA BERSISTEM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH MUSIRAWAS DAN SEKITARNYA PROPINSI SUMATERA SELATAN DAN PROPINSI JAMBI

PENGKAJIAN BATUBARA BERSISTEM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH MUSIRAWAS DAN SEKITARNYA PROPINSI SUMATERA SELATAN DAN PROPINSI JAMBI PENGKJIN BTUBR BERSISTEM DLM CEKUNGN SUMTER SELTN DI DERH MUSIRWS DN SEKITRNY PROPINSI SUMTER SELTN DN PROPINSI JMBI Oleh : Sukardi, Yunianto, gus Gurniwa Sub Direktorat Batubara SRI Secara geologi daerah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Pulau Sumatra berada pada daerah busur kepulauan antara lempeng Indo- Australia yang relatif bergerak ke utara dengan lempeng Asia yang relatif bergerak ke arah selatan. Kegiatan

Lebih terperinci

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH SENYIUR, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (LEMBAR PETA I816-24

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH SENYIUR, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (LEMBAR PETA I816-24 INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH SENYIUR, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (LEMBAR PETA I816-24 skala 1: 50.000) oleh: TARSIS A.D. Subdit Batubara,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandr yatu pada hutan prmer (BLOK RKT 01), Logged Over Area (LOA) berumur tahun (Blok RKT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Wawang Sri Purnomo dan Fatimah Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Lokasi Penyelidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Regional Berdasarkan penelitian terdahulu urutan sedimentasi Tersier di Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap genang laut dan tahap

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA I. DATA UMUM Record Jenis Laporan* DIP DIKS Judul Laporan KERJA SAMA TRIWULAN TAHUNAN BIMTEK Lainlain Instansi Pelapor Penyelidik Penulis Laporan Tahun Laporan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI. Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI. Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana SARI Daerah Tanjung Lanjut dan sekitarnya termasuk daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH PAINAN, KABUPATEN PAINAN PROPINSI SUMATERA BARAT

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH PAINAN, KABUPATEN PAINAN PROPINSI SUMATERA BARAT EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH PAINAN, KABUPATEN PAINAN PROPINSI SUMATERA BARAT Oleh : Eddy R. Sumaatmadja Subdit. Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM SARI Daerah yang diselidiki secara administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. Oleh: Robert L. Tobing, Wawang S, Asep Suryana KP Bnergi Fosil SARI Daerah penyelidikan secara administratif terletak

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU Oleh : A. D. Soebakty Sub. Direktorat Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM SARI Daerah Lubuk Jambi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ( Lembar Peta : 1916-11 ) Oleh : Nanan S. Kartasumantri dkk Sub.Direktorat Batubara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL 9 II.1 Fisiografi dan Morfologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL Area Penelitian Gambar 2-1 Pembagian zona fisiografi P. Sumatera (disederhanakan dari Van Bemmelen,1949) Pulau Sumatera merupakan salah

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI Oleh: Nmas Puspto Pratw Dosen Pembmbng : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T Nur Lala Hamdah, ST.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan memegang peranan penting saat ini. Peranannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM PADA CEKUNGAN SUMATERA SELA- TAN, DAERAH MUARAKILIS DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI.

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM PADA CEKUNGAN SUMATERA SELA- TAN, DAERAH MUARAKILIS DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI. PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM PADA CEKUNGAN SUMATERA SELA- TAN, DAERAH MUARAKILIS DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI Dahlan Ibrahim Kelompok Program Penelitian Energi Fosil, PSDG SARI Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH BENAKAT MINYAK DAN SEKIRANYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH BENAKAT MINYAK DAN SEKIRANYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH BENAKAT MINYAK DAN SEKIRANYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Tarsis A. D. Sub Direktorat Batubara, DIM SARI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR Rudy Gunradi 1 1 Kelompok Program Penelitian Konservasi SARI Sudah sejak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Keadaan Geografi Daerah Penelitian 2.1.1 Lokasi Penambangan Daerah penyelidikan berdasarkan Keputusan Bupati Tebo Nomor : 210/ESDM/2010, tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci