PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM WACANA LISAN BAHASA JAWA Wiwin Erni Siti Nurlina

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM WACANA LISAN BAHASA JAWA Wiwin Erni Siti Nurlina"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM WACANA LISAN BAHASA JAWA Wiwin Erni Siti Nurlina 1. Pendahuluan 1.1 latar Belakang Dalam berkomunikasi digunakan kalimat, atau lebih tepatnya ujaran-ujaran. Ujaranujaran yang digunakan sebagai alat ungkap persaan dan pikiran itu merupakan hasil olah-pikir yang memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu. Melalui percakapan, dibentuk hubungan dengan orang lain; dijalin kerja sama, dibangun pertengkaran, dipertahankan hubungan, atau terbukanya hubungan yang lebih jauh, dan sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut, dikatakan oleh Grice (1975:15) bahwa percakapan merupakan aktivitas kooperatif, yaitu tergantung pada penutur dan mitra tutur yang bersamasama memahami sejumlah asumsi tentang apa yang sedang terjadi. Misalnya terjadi percakapan berikut. (1) A: Wah, tintaku entek, mangka mung kurang rong lembar anggonku nge-print. Wah, tintaku habis, padahal hanya kurang dua lembar menge-print-ku. B: Ya kono yen arep nganggo tintaku. Ya silakan jika mau memakai tintaku. Percakapan di atas merupakan percakapan yang memenuhi prinsip kooperatif, khususnya maksim kuantitas dan maksim relevansi. Pelaksanaan maksim kuantitas dapat dilihat bahwa apa yang dikehendaki A (yaitu berupa tuturan keluhan tentang tinta yang habis dan ingin mendapatkan tinta) terpenuhi oleh B dengan memberikan ujaran Ya kono yen arep nganggo tintaku, yang maksudnya, jawaban sesuai dengan apa yang diperlukan. Bersamaan itu pula maksim relevansi dilaksanakan. Hal itu terbukti bahwa pesan yang diungkapkan lewat ujaran tersebut dapat cepat diterima oleh mitra tutur dengan memberikan jawaban yang sesuai. Di dalam percakapan atau peristiwa komunikasi --termasuk percakapan yang menggunakan bahasa Jawa--aspek-aspek yang berkaitan dengan bahasan percakapan seperti dikatakan di atas masih jarang dilakukan, khususnya aspek prinsip kooperatif. Ujaran-ujaran yang terbentuk atas pelaksanaan prinsip kerja sama tersebut mestinya memiliki ciri-ciri tertentu. Untuk itu, pembahasan dengan topik prinsip kerja sama dalam wacana lisan ini masih menarik 1

2 untuk dibahas agar kekhasan komunikasi yang ada dalam bahasa Jawa dapat diketahui dan dipahami. Sebagai bahan tambahan wawasan dapat dikemukakan beberapa tulisan yang berkaitan dengan topik pembahasan di sini, di antaranya yaitu sebagai berikut. (a) Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa: Kajian Sosiopragmatik (Paina, 2009) (b) Prinsip Kesopanan dalam Bahasa Jawa (Nurlina, 2010) (c) Konsep Kesopanan Berbicara oleh Wanita dalam Budaya Jawa (Sudartini, 2010) Pada tulisan Paina (2009) diuraikan beberapa tindak tutur komisif dalam tuturan bahasa Jawa sesuai dengan situasi tuturnya, misalnya tindak tutur berjanji, bersumpah, meminta. Pada tulisan Nurlina (2010) diuraikan tentang maksim-maksim prinsip kesopanan dalam tuturan bahasa Jawa, yaitu maksim kebijaksanaan; maksim penerimaan; maksim kemurahan; maksim kerendahan hati; maksim kecocokan; dan maksim kesimpatisan. 1.2 Masalah Sebagai inti masalah dalam kajian ini ialah bagaimana pelaksanaan prinsip kerja sama dalam komunikasi lisan bahasa Jawa. Masalah tersebut dapat dirinci menjadi sub-submasalah berikut. (a) Bagaimanakah pelaksanaan maksim kuantitas? (b) Bagaimanakah pelaksanaan maksim kualitas? (c) Bagaimanakah pelaksanaan maksim relevansi? (d) Bagaimanakah pelaksanaan maksim cara? 1.3 Tujuan dan Manfaat Sesuai dengan uraian rumusan masalah, tujuan dalam tulisan ini ialah diperolehnya sebuah gambaran tentang pelaksanaan prinsip kooperatif/kerja sama dalam wacana lisan bahasa Jawa. Pelaksanaan prinsip kerja sama yang dimaksudkan ialah realisasi pelaksanaan maksimmaksim prinsip kerja sama, Pada dasarnya pembahasan ini bertujuan untuk meperoleh deskripsi pelaksanaan prinsip kerja sama dalam ujaran bahasa Jawa yang terinci dalam empat hal yaitu pelaksanaan (a) maksim kuantitas, (b) maksim kualitas, (c) maksim relevansi, dan (d) maksim cara. Dengan diketahuinya pelaksanaan prinsip kerja sama dalam tuturan sebuah, dapat dimanfaatkan untuk melihat budaya yang tercermin dari bahasa yang bersangkutan. Cerminan 2

3 budaya tersebut merupakan konsep yang dimiliki masyarakat penutur bahasa yang bersangkutan, dalam hal ini bahasa Jawa. 2.1 Landasan Teori Kajian di sini menggunakan pendekatan pragmatis, dengan mengikuti konsep Levinson (1991), Leech (1983), dan Grice (1975). Untuk itu, beberapa konsep yang perlu dikemukakan dalam pembahasan di sini ialah (a) pengertian wacana, (b) konsep pendekatan pragmatis, ( c) konsep situasi tutur, (d) konsep tindak tutur, dan (e) konsep prinsip kerja sama. 2.1 Pengertian Wacana Dalam pembicaraan ini, bahan dasar analisis berupa ujaran. Diketahui bahwa wacana dapat berupa sebuah ujaran. Untuk itu, pengertian wacana perlu dikemukakan sebagai berikut. Di dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana, 1993:231) wacana diberi pengertian sebagai satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Tarigan (1987:27) juga menjelaskan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Berkaitan dengan pengertian itu, dikatakan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang lebih besar daripada kalimat (Kartomihardjo, 1993:21; Stubbs, 1983:10). Oleh Brown and Yule (1983:1) dijelaskan bahwa The analysis of discourse is, necessarily, the analysis of language in use. As such, it cannot be restricted to description of linguistic forms independent of the purposes or functions whict those forms are desined to cerve in human affairs. 2.2 Pendekatan Pragmatis Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memperhatikan bahasa dan konteksnya, seperti dikatakan oleh Levinson (1991:9), Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language. Leech (1983 ) mengatakan bahwa secara praktis, pragmatik dapat didefinisikan sebagai studi mengenai makna ujaran dalam situasi-situasi tertentu. Lebih lanjut, Leech ( 1983:x) 3

4 menyimpulkan bahwa ranah pragmatik dapat diberi batasan yang membedakannya dari tata bahasa, tetapi sekaligus juga memperlihatkan gabungan dua bidang itu dalam suatu kerangka studi linguistik yang terpadu. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pragmatik pada intinya bersifat evaluatif dan berorientasikan tujuan. 2.3 Situasi Tutur dan Tindak Tutur Pembicaraan makna dalam pragmatik itu kaitannya dengan situasi tutur ( speech situation). Situasi tutur yang berbeda akan menimbulkan maksud tuturan yang berbeda (Wijana, 1997:9). Leech (1983:13-14) mengatakan bahwa ada beberapa aspek situasi tutur, yaitu adanya (a) penutur, (b) mitra tutur, (c) konteks tuturan, (d) maksud tuturan, (e) tindak tutur, dan (f) aktivitas verbal. Konsep lain yang penting untuk dikemukakan di sini ialah tindak tutur. Oleh Austin (1962) dalam Wardhaugh (1988: 274) dikatakan bahwa satu hal yang dilakukan ujaran ialah membuat proposisi, khususnya berbentuk penyataan dan pertanyaan, walaupun bentuk-bentuk proposisi yang lain juga dimungkinkan. 2.4 Prinsip Kerja Sama Pembicaraan prinsip komunikasi termasuk dalam bahasan tentang hubungan wacana dengan pembicara. Hubungan wacana dengan pembicara berkenaan dengan prinsip pemroduksian wacana, yang mencakupi dua prinsip yaitu (a) prinsip kooperatif dan (b) prinsip kesopanan. Dalam tulisan ini, dibahas pelaksanaan prinsip kooperatif. Pengertian prinsip kerja sama (cooperative principles), diikuti dari pendapat-pendapat sebagai berikut. Dalam International Encyclopedia of Linguistics dijelaskan mengenai prinsip kooperatif sebagai berikut. Cooperative Principle. Like other social activity, language interchange requires that participants mutually recognize certain convention. Grice (1975:45) wrote of it: Make your conversational contribution such as is required, at the stage at which it occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you are engaged. One might label C(ooperative) P(rinciple) (Bright. Ed., 1992: 310; Asher. Ed., 1994: 759). 4

5 Dikatakan oleh Grice (1975: 44-45) bahwa ujaran-ujaran itu sebagai tindakan dari berbagai jenis percakapan dan berbagai perubahan perbuatan yang disebut perubahan tindakan. Dilakukannya perubahan tersebut karena partisipan (pembicara dan mitra wicara) memahami tujuan umum dalam percakapan yang bersangkutan, serta cara-cara khusus untuk mencapai tujuannya. Selanjutnya, Grice menjelaskan bahwa ada prinsip-prinsip yang membuat percakapan itu dibutuhkan, yaitu yang disebut prinsip kooperatif. Prinsip tersebut merupakan kebutuhan dalam percakapan dalam menentukan tujuan atau arah perubahan pembicaraan yang dikehendaki. Oleh karena itu, dalam percakapan penutur harus bertindak sesuai dengan prinsip umum yang dipakai bersama mitra tutur agar menguntungkan kedua belah pihak, yaitu saling memahami. Jadi, prinsip kooperatif yaitu prinsip yang membuat percakapan dibutuhkan di lingkungan peristiwanya, memiliki tujuan atau arah yang dikehendaki dari perubahan pembicaraan yang bersangkutan, dan peserta tutur terlibat. Oleh karena itu, dalam percakapan penutur harus bertindak sesuai dengan prinsip umum yang dipakai bersama dengan mitra tutur dalam suatu aktivitas yang menguntungkan kedua belah pihak, yaitu saling memahami. Untuk melaksanakan prinsip kerja sama setiap pembicara harus mematuhi empat jenis maksim percakapan ( conversational maxim), yaitu (1) maksim kuantitas, (2) maksim kualitas, (3) maksim relevansi, dan (4) maksim pelaksanaan/ cara. Berkaitan dengan prinsip kooperatif itu, Grice (1975:45) menjelaskan masing -masing maksim sebagai berikut. Untuk lebih jelasnya, pengertian masing-masing maksim disertai kutipan yang diambil dari buku International Encyclopedia of Linguistics, Volume 1 (Bright, W. ed., 1992). a. Maksim Kuantitas Maksim kuantitas menghendaki penutur untuk menjadikan apa yang dikatakannya sesuai dengan apa yang diperlukan. b. Maksim Kualitas Maksim kualitas menghendaki penutur untuk tidak mengatakan apa yang menurut penutur salah atau tidak punya bukti yang kuat dan cukup. c. Maksim Relevansi Maksim relevansi menghendaki penutur membuat pesan kuat yang sederhana dan relevan. d. Maksim Pelaksanaan /Cara 5

6 Maksim pelaksanaan (yang disebut Grice dengan istilah cara) menghendaki penutur untuk menghindari ungkapan yang ambigu dan tidak jelas. Lebih jelas dan ringkas, keempat maksim tersebut diformulasikan oleh Grice (1975) dalam Asher (1994:754) sebgai berikut. Quantity :Make your contribution as is requiered (for the current purpose of the exchange). Do not make your contribution more informative than is required. Quality : Do not say what you believe to be fals Do not say that for which you lack adequate evidence. Relation : Be relevant. Manner : Avoid obscurity of expression. Avoid ambiguity. Be brief (avoid unnecessary prolixity) Be orderly. 3. Metode Metode yang digunakan dalam tulisan dipilah dalam tiga bagian yaitu dalam melaksanakan (a) penjaringan data, (b) analisis data, dan (c) penyajian hasil. Masing-masing tahapan diuraikan berikut ini. Untuk mendapatkan data digunakan metode penjaringan data melalui data lisan. Dalam mengumpulkan data dibantu dengan metode simak yang disertai teknik sadap dan teknik catat. Dalam melaksanakan teknik sadap sering dibantu dengan teknik lanjutan, yaitu keterlibatan dalam percakapan. Pada prinsipnya metode pengumpulan data di dalam penelitian ini mengikuti pendapat Sudaryanto yang dinamakan metode simak (1993:133 ). Dalam analisis data digunakan metode padan dan metode agih, yang dibantu dengan beberapa teknik analisis, antara lain teknik pilah dan teknik perluas. Teknik pilah digunakan untuk membagi atau mengelompokkan ujaran-ujaran yang sejenis. Untuk pemaknaan yang bersifat harafiah dibantu dengan membuka kamus, di antaranya Kamus Basa Jawa (Tim Penyusun 2001), Baoesastra Djawa (Poerwadarminta,1939), dan kamus dwibahasa Kamus 6

7 Jawa-Indonesia (Nardiati, dkk., 1994). Untuk analisis makna kontekstual, digunakan metode padan pragmatis (seperti yang digunakan dalam tulisan Indiyastini dkk., 2010:19-20), yaitu pemaknaan dengan mempertimbangkan aspek konteks secara pragmatis. Dalam pemaknaan ini dibantu dengan teknik perluas digunakan untuk menjelaskan makna dan maksud ujaran. Hasil analisis disajikan dalam bentuk deskripsi verbal dengan metode informal (Sudaryanto, 1993:145), yaitu perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminology yang teknis sifatnya. Dalam deskripsi hasil pemaknaan pragmatis (maksud ujaran) diekspresikan dalam bentuk bahasa verbal dengan tulisan miring (italic). 4. Sumber data Data penelitian ini ialah ujaran-ujaran yang dapat diambil dari berbagai topik dalam kehidupan masyarakat Jawa. Ujaran-ujaran tersebut berupa bahasa lisan. Data yang berupa bahasa lisan diambil dari ujaran yang dituturkan masyarakat pemakai bahasa Jawa, khususnya di keluarga Jawa, yang dijumpai oleh penulis. Bahasa tulis yang berupa percakapan juga diambil sebagai data pendukung keberadaan data analisis. Bahasa tulis yang berupa percakapan, yaitu teks-teks percakapan, yang dijumpai penulis dalam berbagai buku, majalah, dan koran berbahasa Jawa secara acak. 5. Pembahasan 5.1 Pelaksanaan Prinsip Kerjasama dalam Wacana Peristiwa tintak ujar itu terjadi dengan cara direalisasikan melalui kata-kata. Kata-kata yang diucapkan tersebut berada dalam latar lingkungan tertentu. Dengan kata lain, peristiwa tindak ujar sangat erat hubungannya dengan dengan situasi tutur. Seperti dicontohkan Leech (1993: 286) suatu tindak ujar pada peresmian pembukaan suatu jembatan baru. Tindak ujar pada peristiwa tersebut harus dilakukan pada situasi sebagai berikut: di muka umum, di tempat diadakannya pembukaan jembatan baru, dan pada waktu yang sesuai/ yang telah ditentukan. Sehubungan dengan itu, pelaksanaan maksim-maksim prinsip kerja sama yang terdapat pada tindak ujar juga erat hubungannya dengan situasi tutur yang bersangkutan. Pelaksanaan maksim-maksim kerja sama belum tentu selalu ada di setiap tuturan. Jadi, sebuah tuturan kadang hanya melaksanakan satu atau beberapa maksim, tetapi kadang ada juga sebuah tuturan yang melaksanakan keempat maksim sekaligus. Berikut ini uraian masing-masing pelaksanaan 7

8 maksim-maksim prinsip kerja sama beserta situasi tutur yang mendukungnya, yang kaitannya dengan tuturan dalam bahasa Jawa. 5.2 Pelaksanaan Maksim Kuantitas Maksim kuantitas menghendaki penutur untuk menjadikan apa yang dikatakannya sesuai dengan apa yang diperlukan. Maksim ini dapat difungsikan, misalnya, pada tuturan menguatkan (seuatu), tuturan penegasan, tuturan sumpah. Contoh: (1) Pancen bener apa kang dingendikake Pak Hembing bab lelara kuwi. Memang benar apa yang dikatakan Pak Hembing tentang penyakit itu. Tuturan (1) dituturkan oleh penutur dalam bentuk dialogis. Mitra tuturnya yaitu teman penutur yang sifatnya netral. Konteks tuturan yang dibicarakan ialah suatu penyakit. Sebagai tindak verbal, tuturan itu berupa kalimat tunggal nominal yang bersusun inversi. Tuturan (1) itu terjadi dengan melaksanakan maksim kuantitas. Pelaksanaan maksim ini menghendaki penutur memberikan tuturan yang dibutuhkan oleh mitra tutur, yaitu agar mitra tutur memperoleh suatu penguatan pendapat yang dibutuhkannya. Maksim kuantitas pada tuturan tersebut jika diverbalkan menjadi sebagai berikut. Penutur mengharapkan mitra tutur untuk mengetahui tuturan yang digunakan sebagai penguatan pendapat bersangkutan, yaitu menguatkan apa yang dikatakan Pak Hembing tentang penyakit itu. (2) Doni wis sumpah karo bulikmu menawa dheweke ora arep ngrokok meneh gara-gara paru-parune wis kena. Doni sudah bersumpah kepada bibimu bahwa dia tidak akan merokok lagi gara-gara paru-parunya sudah terkena. Tuturan (2) tersebut dituturkan oleh penutur (seorang ibu) dalam bentuk dialogis. Mitra tuturnya yaitu anak penutur yang yang bersifat tingkat tutur ke bawah. Maksudnya, penutur berkedudukan lebih hormat dibanding mitra tutur karena penutur merupakan orang tua mitra tutur. Konteks tuturan yang dibicarakan ialah tentang pengucapan sumpah yang informasinya 8

9 dibutuhkan oleh mitra tutur. Sebagai tindak verbal, tuturan itu berupa kalimat majemuk. Maksim kuantitas pada tuturan tersebut jika diverbalkan menjadi sebagai berikut. Penutur mengharapkan mitra tutur untuk mengetahui tuturan yang berupa sumpah seseorang yang ada kaitannya dengan mitra tutur, yaitu bahwa Doni sudah bersumpah kepada bibimu bahwa dia tidak akan merokok lagi gara-gara paru-parunya sudah terkena. 5.3 Pelaksanaan Maksim Kualitas Maksim kualitas menghendaki penutur untuk tidak mengatakan apa yang menurut penutur salah atau tidak punya bukti yang kuat dan cukup. Maksim ini dapat difungsikan, misalnya, pada tuturan dugaan, tuturan peramalan/prediksi, tuturan tuntutan, tuturan anjuran Contoh: (3) Ndelok saka biji-biji ulanganmu, kowe bisa munggah kelas 5. Melihat dari nilai-nilai ulanganmu, kamu dapat naik kelas lima Tuturan (3) tersebut dituturkan oleh penutur (seorang guru privat) dalam bentuk dialogis. Mitra tuturnya yaitu murud privat penutur. Konteks tuturan yang dibicarakan ialah kemungkinan prestasi yang akan diperoleh mitra tutur, yaitu kenaikan kelas. Sebagai tindak verbal, tuturan itu berupa kalimat majemuk. Tuturan itu terjadi karena diperlukan agar mitra tutur memperoleh suatu informasi yang benar atau yang mempunyai cukup bukti, yaitu berupa suatu prediksi. Maksim kuantitas pada tuturan tersebut jika diverbalkan menjadi sebagai berikut. Penutur mengharapkan mitra tutur untuk mengetahui tuturan yang digunakan sebagai pemberian informasi yang tidak salah atau punya bukti dengan hal yang bersangkutan, yaitu jika melihat nilai-nilai ulangan kamu mitra tutur, kamu dapat naik kelas lima. (4) Apike kowe blaka wae karo wong tuwamu supaya ora dadi golekan. Sebaiknya kamu berterus terang saja pada orang tuamu supaya tidak dicari. Tuturan (4) tersebut dituturkan oleh penutur dalam bentuk dialogis. Mitra tutu rnya yaitu teman penutur yang bersifat netral. Konteks tuturan yang dibicarakan ialah sebuah anjuran 9

10 kepada mitra tutur, yaitu mitra tutur agar melakukan perbuatan untuk berterus terang. Sebagai tindak verbal, tuturan itu berupa kalimat majemuk. Tuturan itu terjadi karena diperlukan agar mitra tutur memperoleh sesuatu yang benar yang dibutuhkannya, yaitu suatu anjuran. Maksim kualitas pada tuturan tersebut jika diverbalkan menjadi sebagai berikut. Penutur mengharapkan mitra tutur untuk mengetahui tuturan sebagai anjuran (pemberitahuan) yang benar, yaitu sebaiknya kamu (mitra tutur) berterus terang saja pada orang tuanya supaya tidak dicari. 5.4 Pelaksanaan Maksim Relevansi Maksim relevansi menghendaki penutur membuat pesan kuat yang sederhana dan relevan. Maksim ini dapat difungsikan, misalnya, pada tuturan pengumuman, tuturan larangan, tuturan perintah, tuturan pemberian janji, tuturan merasa ikut simpati, tuturan ucapan selamat, tuturan terima kasih, tuturan memberian maaf, tuturan ucapan maaf, tuturan berkaul, tuturan penundaan, tuturan pemberian veto, tuturan penjatuhan hukuman Contoh: (5) Anggone gawe pager ditunda merga saiki durung duwe dhuwit. Pembuatan pagernya ditunda karena belum punya uang. Tuturan (5) tersebut dituturkan oleh penutur (sorang ayah) dalam bentuk dialogis. Mitra tuturnya yaitu keponakan penutur yang menjadi tukang batu. Konteks tuturan yang dibicarakan ialah sebuah penundaan kegiatan pada mitra tutur, yaitu mitra tutur agar menunda melakukan pembuatan pagar. Sebagai tindak verbal, tuturan itu berupa kalimat majemuk.tuturan itu terjadi karena maksim ini menghendaki penutur membuat pesan kuat yang sederhana dan relevan yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Maksim relevansi pada tuturan tersebut jika diverbalkan menjadi sebagai berikut. Penutur mengharapkan mitra tutur untuk mengetahui tuturan yang berisi pesan yang relevan dengan kebutuhan, yaitu penundaan pembuatan pagar. Contoh lain yaitu sebagai berikut. (6) Merga kowe durung ngerti tenan sapa Toni kuwi, mula kowe taklarang cedhak-cedhak karo dheweke. 10

11 Karena kamu belum mengetahui betul siapa Toni itu, makanya kamu kularang dekatdekat dengan dia. Tuturan (6) tersebut dituturkan oleh penutur (seorang ibu) dalam bentuk dialogis. Mitra tuturnya yaitu keponakan penutur. Konteks tuturan yang dibicarakan ialah sebuah larangan kepada mitra tutur, yaitu mitra tutur agar tidak berteman dekat dengan seseorang yang telah mereka ketahui dalam percakapan yang bersangkutan. Sebagai tindak verbal, tuturan itu berupa kalimat majemuk. Tuturan itu terjadi karena diperlukan agar mitra tutur memperoleh sesuatu yang benar yang dibutuhkannya. Maksim relevansi pada tuturan tersebut jika diverbalkan menjadi sebagai berikut. Penutur mengharapkan mitra tutur untuk mengetahui tuturan yang berisi pesan yang relevan dengan kebutuhan, yaitu melarang mitra tutur untuk tidak dekat-dekat dengan Toni karena mitra tutur belum tahu siapa sebernarnya si Toni itu. 5.5 Pelaksanaan Maksim Cara Maksim pelaksanaan (yang disebut Grice dengan istilah cara) menghendaki penutur untuk menghindari ungkapan yang ambigu dan tidak jelas. Maksim ini dapat difungsikan, misalnya, pada tuturan tuturan penawaran, tuturan penawaran diri, tuturan untuk mendesak, tuturan penegasan, tuturan pemberian veto, tuturan penjatuhan hukuman. Contoh: (7) Piye, yen aku wae sing methuk Bu Tofa ing Semarang, sisan aku arep tilik ponakanku. Bagaimana, jika saya saja yang menjemput Bu Tofa di Semarang, sekalian saya mau menengok keponakan saya. Tuturan (7) tersebut dituturkan oleh penutur dalam bentuk dialogis. Mitra tuturnya yaitu teman penutur. Konteks tuturan yang dibicarakan ialah sebuah penawaran diri penutur kepada mitra tutur, yaitu mitra tutur melakukan suatu perbuatan/ tidakan yang akan mereka sepakati. Sebagai tindak verbal, tuturan itu berupa kalimat majemuk. Tuturan itu terjadi karena maksim 11

12 ini menghendaki penutur untuk menghindari ungkapan yang ambigu dan tidak jelas yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Maksim cara pada tuturan tersebut jika diverbalkan menjadi sebagai berikut. Penutur mengharapkan mitra tutur untuk mengetahui tuturan yang berisi informasi yang jelas berkaitan dengan kebutuhan mitra tutur, yaitu penawaran diri (penutur) untuk menjemput Bu Tofa di Semarang, sekalian mau menengok keponakannya. Contoh lain yaitu sebagai berikut. (8) Kowe cepet-cepet ndhaptarke lomba merga pesertane dibatesi Kamu secepatnya kau daftarkan lomba sebab persertanya dibatasi. Tuturan (8) tersebut dituturkan oleh penutur dalam bentuk dialogis. Mitra tuturnya yaitu murid penutur. Konteks tuturan yang dibicarakan ialah sebuah desakan kepada mitra tutur(yaitu seorang murid) agar mendaftarkan lomba. Sebagai tindak verbal, tuturan itu berupa kalimat majemuk.tuturan itu terjadi karena maksim ini menghendaki penutur untuk menghindari ungkapan yang ambigu dan tidak jelas yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Maksim cara pada tuturan tersebut jika diverbalkan menjadi sebagai berikut. Penutur mengharapkan mitra tutur untuk mengetahui tuturan yang berisi desakan yang jelas berkaitan dengan kebutuhan mitra tutur, yaitu bahwa secepatnya mitra tutur mendaftarkan diri ikut lomba sebab persertanya dibatasi. 6. Simpulan Dari uraian di atas, ada beberapa simpulan yang dapat dikemukakan, yaitu sebagai berikut. 1. Peristiwa tindak ujar sangat erat hubungannya dengan dengan situasi tutur. Sehubungan dengan itu, pelaksanaan maksim-maksim prinsip kerja sama yang terdapat pada tindak ujar juga erat hubungannya dengan situasi tutur yang bersangkutan. 2. Pelaksanaan maksim-maksim prinsip kerja sama memiliki tugas atau fungsi sendirisendiri dalam suatu tuturan. 3. Maksim kuantitas menghendaki penutur untuk menjadikan apa yang dikatakannya sesuai dengan apa yang diperlukan. 12

13 4. Maksim kualitas menghendaki penutur untuk tidak mengatakan apa yang menurut penutur salah atau tidak punya bukti yang kuat dan cukup. 5. Maksim relevansi menghendaki penutur membuat pesan kuat yang sederhana dan relevan. 6. Maksim pelaksanaan (yang disebut Grice dengan istilah cara) menghendaki penutur untuk menghindari ungkapan yang ambigu dan tidak jelas. 7. Dalam suatu ujaran ketika terjadi komunikasi, belum tentu keempat maksim dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Austin, J.L How to DO THINGS with WORDS. J.O. Urmson (Ed.) New York: Oxford University Press. Asher, R. E The Encyclopedia Language and Lingustics. New York: Pergamon Ltd. Baryadi, I. Praptomo Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli. Bright, William. ed., International Encyclopedia of Linguistics, Volume 1. New York,: Oxford University Press. Grice, H.P Logic and Conversation, dalam Syntax and Semantics, Speech Act, 3. New York : Academic Press. Indiyastini, Titik dkk Wacana Konsultasi Tulis dalam Bahasa Jawa. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey Principles of Pragmatics. New York: Longman Group Limited. Leech, Geoffrey Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan: M.D.D. Oka. Jakarta: Penerbit Uneversitas Indonesia. Levinson, Stephen C Pragmatics. (Cetakan ke -6). Cambridge: Cambridge University Press. Nardiati, Sri dkk Kamus Bahasa Jawa-Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 13

14 Nurlina, Wiwin Erni Siti Prinsip Kesopanan dalam Wacana Lisan Bahasa Jawa. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta. Paina Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa: Kajian Sosiopragmatik. Desertasi. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Poerwodarminta, W.J.S Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudartini Konsep Kesopanan Berbicara oleh Wanita dalam Budaya Jawa. Dalam Widyaparwa Volume 38, Nomor 1, Juni Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa. Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa). Yogyakarta: Kanisius. Wardhaugh, Ronald An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Blackwell Wijana, I Dewa Putu Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.. Wijana, I Dewa Putu Wacana Berita Provokatif: Sebuah Pendekatan Praagmatik dalam Sudaryanto dan Sulistiyo (Ed). Ragam Bahasa Jurnalistik dan pengajaran Bahasa Indonesia. Semarang: Citra Almamater, halaman

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS Tinjauan Pragmatik Skripsi diusulkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Diajukan oleh: Ardison 06184023 JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dideskripsikan, serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam novel Dom Sumurup Ing

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung verianingtias@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji prinsip kerja sama pada sinetron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

ANALISIS PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA BUKU HUMOR SEHAT KARYA PUJO RAHARJO SKRIPSI

ANALISIS PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA BUKU HUMOR SEHAT KARYA PUJO RAHARJO SKRIPSI ANALISIS PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA BUKU HUMOR SEHAT KARYA PUJO RAHARJO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PEMATUHAN PRINSIP KERJASAMA ANTARA PELAKU PERCAKAPAN PADA NOVEL BERJUDUL HARRY POTTER DAN BATU BERTUAH

PEMATUHAN PRINSIP KERJASAMA ANTARA PELAKU PERCAKAPAN PADA NOVEL BERJUDUL HARRY POTTER DAN BATU BERTUAH PEMATUHAN PRINSIP KERJASAMA ANTARA PELAKU PERCAKAPAN PADA NOVEL BERJUDUL HARRY POTTER DAN BATU BERTUAH Ida Ayu Panuntun (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unikal) Abstract Cooperative Principle is

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO

PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO Titi Puji Lestari Universitas Negeri Semarang titipujilestari29@gmail.com Abstrak Humor dapat disampaikan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER oleh Erha Aprili Ramadhoni, Totok Suhardiyanto Program Studi Indonesia,

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

THE FLOUTING OF COOPERATIVE PRINCIPLE OF QUANTITY MAXIM IN DETECTIVE CONAN COMIC VOLUME BY AOYAMA GOSHO

THE FLOUTING OF COOPERATIVE PRINCIPLE OF QUANTITY MAXIM IN DETECTIVE CONAN COMIC VOLUME BY AOYAMA GOSHO 1 THE FLOUTING OF COOPERATIVE PRINCIPLE OF QUANTITY MAXIM IN DETECTIVE CONAN COMIC VOLUME 65-67 BY AOYAMA GOSHO Liska Mahdalena, Zuli Laili Isnaini, Merri Silvia Basri liskaamahdalena@gmail.com 085265417382,

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, surat kabar telah menjadi kebutuhan bagi manusia. Melalui surat kabar kita bisa memperoleh berbagai informasi yang sedang aktual atau sedang hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu ujaran kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND. Sucy Kurnia Wati

TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND. Sucy Kurnia Wati TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND Sucy Kurnia Wati Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mengetahui menjelaskan tindak ilokusi yang digunakan dalam tuturan remaja komplek perumahan UNAND dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan gagasan, pikiran maupun suatu informasi. Bahasa sebagai media penyampai gagasan, pikiran,

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU 194 PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU Titje Puji Lestari, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia Universitas Dehasen Bengkulu titjepujilestari90@yahoo.com

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Alba-Juez, Laura Perspective on Discourse Analysis: Theory and Practice. UK: Cambridge Scholars Publishing.

DAFTAR PUSTAKA. Alba-Juez, Laura Perspective on Discourse Analysis: Theory and Practice. UK: Cambridge Scholars Publishing. 244 DAFTAR PUSTAKA Alba-Juez, Laura. 2009. Perspective on Discourse Analysis: Theory and Practice. UK: Cambridge Scholars Publishing. Aprilia, Fransiska. 2013. Pencitraan Partai Demokrat di Harian Kompas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:

Lebih terperinci

KAJIAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK)

KAJIAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK) KAJIAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia OLEH: TITA HAIRUL NUGRAHA

Lebih terperinci

ABSTRACT Keywords: rhetoric interpersonal, pragmatic, speech act, lecture, students ABSTRAK

ABSTRACT Keywords: rhetoric interpersonal, pragmatic, speech act, lecture, students ABSTRAK RETORIKA INTERPERSONAL PRAGMATIK DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA DALAM KEGIATAN AKADEMIK (Studi Kasus di Politeknik Indonusa Surakarta) Ratna Susanti 1 ; Sumarlam 2 ; Djatmika 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu sering melakukan percakapan. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara (speaker) dan seorang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya untuk komunikasi. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk komunikasi. Fungsi bahasa tersebut bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi dengan media tulisan, seperti SMS (Short Message Service), surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi dengan media tulisan, seperti SMS (Short Message Service), surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam masyarakat. Bahasa ditinjau dari segi fungsinya, memiliki fungsi beraneka ragam. Salah satu diantaranya yang paling menonjol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat dikaji melalui 2 cara yakni melalui metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Percakapan adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan ide, pendapat, komentar, atau perasaannya. Sebagai makhluk

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Vol. 4 No.1 Juli 2014 ISSN 2089-3973 ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article is aimed to explain the disobedience

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

RPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

RPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER RPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER Nama Mata Kuliah : SOSIOPRAGMATIK Kode : LKB524 Sks : 3 Nama Dosen : Dr. Ike Revita, M.Hum. Dr. Fajri Usman, M.Hum. Prodi : S2 Linguistik PROGRAM

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: BERLIANA NITA KUMALASARI A 310090010 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang telekomunikas. Saat ini untuk berkomunikasi dengan orang lain sangatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh penuturnya. Bahasa dipisahkan menjadi dua kelompok besar, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Sebagaimana yang

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON SKRIPSI Oleh JANJI WIJANARKO NIM 09340080 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN 12 BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN Pada bab ini peneliti menguraikan beberapa landasan teori yang akan diperlukan untuk menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah EKO CAHYONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Progam Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian bahasa sebagai sarana komunikasi kurang begitu diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. Mereka berfikir bahwa yang terpenting dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci