TAHAP 1: MERUMUSKAN MASALAH
|
|
- Yuliana Widyawati Jayadi
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Contoh Studi Tahapan Monitoring dan Evaluasi Kebijakan TAHAP 1: MERUMUSKAN MASALAH Dalam studi kasus tersebut, langkah-langkah yang diambil dalam merumuskan masalah meliputi: 1. Memikirkan masalah yang ada dengan cara mengumpulkan secara cepat data empiris yang ada dan menilai pihak-pihak yang terlibat. Adanya campur tangan pemerintah dalam penentuan kebijakan di daerah bahakan hingga tingkat terbawah yaitu desa. Pemerintah bahkan berkeinginan melakukan kebijakan sentralisasi, birokratisasi, penyeragaman (uniformitas) pemerintahan dan komunitas pada tingkat desa. Munculnya program-program baru untuk melakukan simpan pinjam sehingga memberikan banyak alternative bagi masyarakat untuk gali lubang tutup lubang. Hal tersebut juga menyebabkan munculnya persaingan-persaingan baru dalam kelompok yang memiliki perbedaan program. Pihak-pihak yang terlibat diantaranya: - Pemerintah pusat, pemerintah daerah - Kelompok masyarakat (Banjar) - Pelaku ekonomi - Permufakatan desa (Paruman) - Pemimpin desa adat - Anggota desa adat 2. Menetapkan batasan permasalahan Tingkat perkembangan program perekonomian yang terkait aturan adat dan kebiasaan dalam masyarakat. 3. Pengembangan bukti permasalahan Berekembangnya program perekonomian yaitu untuk program simpan pinjam hingga menyebabkan adanya persaingan antara pengurus dan kelompok. 4. Menentukan tujuan dan sasaran Mengkaji kebijakan lembaga perkereditan dan simpan pinjam yang menerapkan aturan adat ke dalam system pegelolaanya Mengevaluasi efektifitas pelaksanaan kebijakan aturan adat dan dampaknya dalam program perekonomian rakyat. Perumusan Masalah: 1. Bagaimana efektifitas penerapan kebijakan aturan adat dalam peningkatan perekonomian rakyat. 2. Bagaimana dampak lembaga yang menganut aturan adat dalam sistemnya terhadap perekonomian rakyat.
2 TAHAP 2: PENENTUAN KRITERIA EVALUASI Berdasarkan perumusan permasalahan yang ada, akan ditetapkan kriteria evaluasi untuk menganalisis efektifitas kebijakan dan regulasi penanggulangan banjir yang telah ada dan menganalisis kebijakan yang sesuai untuk diterapkan dalam menangani masalah banjir khususnya pada daerah rawan banjir yang melibatkan partisipasi masyarakat. Tipe Kriteria Pertanyaan Kriteria Evaluasi Efektifitas Efisiensi Kecukupan Perataan (equity) Responsivitas Apakah kebijakan pemerintah di bidang Koperasi dan UKM yang telah ada sudah mencapai hasil yang telah diinginkan? Seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang telah diinginkan? Seberapa jauh pencapaian hasil kebijakan di bidang koperasi dan UKM dapat mningkatkan kegiatan pembangunan UMKM di Indonsia Apakah manfaat dari kebijakan penanggulangan banjir tersebut sudah merata kepada seluruh masyarakat dan pelaku usaha yang ada Apakah hasil kebijakan UMKM tersebut dapat memuaskan bagi para pelaku ekonomi? Ukuran tingkat efektifitas dapat dilihat dari: Kebijakan koperasi danukm dapat menyelesaikan masalah pembangunan KUMKM yang diyakini mampu menjadi penyannga bagi perekonomian nasional Ukuran efisiensi dilihat dari: Sejauh mana peranan pemerintah dan stakeholders lainnya dalam merumuskan kebijakan UMKM Sejauh mana partisipasi masyarakat dan pengusaha dalam mendukung pembangunan UMKM Kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah dan stakeholder lainnya dapat meningkatkan pembangunan KUMKM Masyarakat berpartisipasi aktif dalam meningkatkan pembangunan KUMKM Kebijakan di bidang Koperasi dan UKM dapat dirasakan manfaatnya bagi pemerintah, pelaku ekonomi, dan masyrakat. Kebijakan UMKM yang dirumuskan sesuai untuk diterapkan dalam pembangunan UMKM dengan melibatkan partisipasi pelaku ekonomi dan masyarakat dalam setiap proses didalamnya. Ukuran yang digunakan adalah kebijakan tersebut benar-benar dapat menanggulangi masalah lambannya Pembangunan UMKM di Indonesia Ketepatan Apakah hasil dari kebijakan di bidang koperasi dan UMKM tersebut sudah tepat untuk mengatasi lambannya pembangunan UMKM di Indonesia TAHAP KETIGA: IDENTIFIKASI ALTERNATIF KEBIJAKAN Pada tahapan yang ketiga ini, akan dicari berbagai alternatif yang didasarkan pada permasalahan dan kriteria evaluasi yang ada, yaitu: Alternatif tanpa tindakan (no action alternative) Dengan cara tetap mempertahankan kebijakan di bidang Koperasi dan UKM yang selama ini diterapkan pada zaman orde baru, yaitu kebijakan yang bersifat sektoral, sentralistik, dan top down tanpa adanya kebijakan partisipasi masyarakat, yaitu Pemerintah yang sepenuhnya mengurus koperasi dan UKM Alternatif mempertahankan sistem yang lama dengan membuat beberapa aturan tambahan
3 Alternatif ini tetap mempertahankan kebijakan Mengurangi peran pemerintah dalam monopoli hal yang berkaitan dengan pembangunan koperasi dan UKM dengan Penyediaan pembiayaan bagi para pelaku KUMKM Alternatif berdasarkan kebijakan yang baru Alternatif kebijakan yang baru disini yaitu dengan kebijakan dilakukannya pemberdayaan di bidang Koperasi dan UKM melalui pemeberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi Tahap 4 Evaluasi Alternatif Kebijakan Pada tahap 4 ini, setiap alternatif dievaluasi berdasarkan pada permasalahn yang dijabarkan pada masing-masing altenatif tersebut. Adpun evaluasi dari masing-masing alternatif adalah sebagai berikut: Alternatif Tanpa Tindakan (No Action Alternative) Menggunakan kebijakan yang lama, yaitu kebijakan yang bersifat sektoral, sentralistik, dan top down tanpa adanya kebijakan partisipasi masyarakat, yaitu Pemerintah yang sepenuhnya mengurus koperasi dan UKM. Evaluasi alternatif didasarkan pada: Proyeksi : Jika partispasi masyarakat tidak diprioritaskan dalam perkembangan unit koperasi dan UKM, dimana yang berkuasa sepenuhnya adalah pemerintah maka usaha ekonomi Evaluasi : Dengan tetap menggunakan kebijakan lama, maka para pelaku ekonomi dan masyarakat susah berkembang dalam bidang usaha Alternatif mempertahankan sistem yang lama dengan membuat beberapa aturan tambahan Alternatif ini dimana Mengurangi peran pemerintah dalam monopoli hal yang berkaitan dengan pembangunan koperasi dan UKM dengan Penyediaan pembiayaan bagi para pelaku KUMKM Evaluasi alternatif didasarkan pada: Proyeksi : pelaku ekonomi dapat terus meningkatkan masing-masing usaha yang dijalaninya, tetapi harus tetap memperhatikan aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Evaluasi : Diharapkan dengan adanya kebijakan ini, para pelaku ekonomi dapat berkembang dalam kegiatan usaha yang dijalaninya. Alternatif berdasarkan kebijakan yang baru Untuk mendukung pola kemitraan antara pelaku ekonomi dan meningkatakan kegiatan usaha formal diperlukan upaya untuk mengkaji ulang Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 2005 dimana Pemberdayaan KUMKM dilakukan melalui pemberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi Proyeksi : Berhasilnya peningkatan peran pelaku ekonomi dalam kegiatan usaha dengan tujuan Meningkatnya produktvitas UMKM, Meningkatnya proporsi usaha kecil formal melalui pemberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi Evaluasi : Peran pelaku ekonomi dapat berkembang, Sehingga pelaku ekonomi dapat terus berkembang untuk meningkatkan perannya dan dalam hal ini kesejahteraan masyarakat khususnya para pelaku informal juga diperhatikan. Tahap 5 Penunjukan dan Pemilihan Berbagai Alternatif
4 Pada tahap 5 ini, setiap alternatif akan dipilih sesuai dengan evaluasi yang telah dilakukan. Adapu penunjukan dan pemilihan alternatif adalah sebagai beikut: Pemilihan Alternatif Dampak Bagi Kelompok Pemerintah yang sepenuhnya mengurus koperasi Alternatif Mengurangi peran pemerintah dengan Penyediaan pembiayaan bagi KUMKM Pemberdayaan KUMKM melalui pemberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi Pemerintah A B A Pelaku ekonomi C B A Masyarakat D B A Catatan: A adalah konsekuensi terbaik, dan D adalah konsekuensi terburuk Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa alternatif yang paling baik adalh alternatif ketiga, yaitu alternatif yang mendukung pola Pemberdayaan KUMKM melalui pemeberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi kemitraan sehingga dapat membantu para pelaku ekonomi Tahap 6 Monitoring dan Evaluasi Keluaran Kebijakan Dimana dilakukan Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program. Monitoring dan Evaluasi Monitoring terhadap contoh kebijakan di atas direkomendasikan dilakukan tiap satu periode waktu tertentu selama masa implementasinya. Berdasarkan level of monitoring, meliputi:
5 Kondisi awal Input Output Matrik Level Of Monitoring Dimensi Indikator Cara dan Sumber Data Laju produktivitas UKM bertendensi menurun, Survei sekunder data-data Belum tercapainya laju pertumbuhan PDB UKM 5,4 terkait % sedang laju pertumbuhan ekonomi nasional 5,6 % : Kementrian Koperasi dan Sulit tercapainya proporsi usaha kecil formal UKM, dan Dinas UKM, BPS Sulit Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai jati diri koperasi Belum Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha berbasis IPTEK Outcome Impacts Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah di bidang pembangunan KUKM, baik pada tingkat pusat dan daerah Data perekonomian nasional Data kinerja dan produktivitas UKM secara nasional Data usulan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan pemerintah di bidang KUKM Data kondisi perekonomian daerah Meningkatnya produktvitas UMKM dengan laju pertumbuhan tinggi dari laju pertumbuhan produktivitas nasional Meningkatnya proporsi usaha kecil formal Meningkatnya nilai ekspor produk UKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha berbasis IPTEK Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai jati diri koperasi ( unit koperasi berkualitas) KUMKM dapat berperan sebagai dinamisator dan stabilisator perekonomian nasional KUMKM dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan Positif: Meningkatkan produktivitas KUMKM Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Tantangan: Diperlukan efektifitas kebijakan pemerintah di bidang koperasi dan UKM. Kurang tepat sasarannya kebijakan pemerintah di bidang koperasi dan UKM Survei sekunder data-data terkait : Kementrian Koperasi dan UKM, dan Dinas UKM, BPS Laporan PDRB nasional dan tiap kota perencanaan terkait Evaluasi Pelaksanaan evaluasi dilakukan annually, baik pada tahap perencanaan, atau pasca pelaksanaan. Urutan kegiatan dalam evaluasi kebijakan terdiri dari ex ante, maintenance, monitoring, dan ex post. Pelaksanaan evaluasi kebijakan koperasi dan UKM di Indonesia menggunakan ex-ante evaluation, karena evaluasi tersebut dilaksanakan pada tahap perencanaan (kebijakan belum disahkan secara hukum, masih dalam tahap penggodokan).
6 Evaluasi Terhadap Kriteria Kebijakan di Bidang Koperasi dan UKM Tipe Kriteria Pertanyaan Evaluasi Efektivitas Efisiensi Kecukupan Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? Berapa banyak dipergunakan sumber daya? Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan telah memecahkan masalah? Belum dapat dipastikan karena kebijakannya masih dalam bentuk rencana, namun selama ini perkembangannya cenderung lamban. Untuk mencapai target kebijakan diperlukan penegakan hukum yang tegas di masing-masing wilayah di Indonesia dengan memberikan sanksi bagi para pelanggarnya. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang konsekuen demi tercapainya tujuan kebijakan. Pencapaian hasil yang optimal ialah apabila kebijakan pemerintah di bidang koperasi dan UKM telah berhasil mencapai pembangunan koperasi dan UKM Perataan Responsivitas Ketepatan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok target yang berbeda? Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok tertentu? Apakah hasil yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai? Manfaat kebijakan didistribusikan untuk kepentingan nasional dengan menyelamatkan penggunaan alokasi dana yang inovatif untuk pemberian pinjaman dana bagi pelaku ekonomi Kebijakan di bidang UMKM didukung oleh para stakeholders terkait, terutama para pelaku ekonomi, masyarakat Indonesia secara keseluruhan, maupun para investor yang ingin menanam modal di Indonesia. Pengadaan kebijakan di bidang UMKM lahan pertanian pangan sebenarnya merupakan langkah yang tepat untuk Meningkatkan produktvitas UMKM, Meningkatkan proporsi usaha kecil formal, dan nilai ekspor produk UKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi
7
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciAgenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur
IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan
Lebih terperinciKementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
=============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang memuat pasal tentang kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan, membuat isu Corporate Social
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Perkembangan Koperasi dan UMKM ini langsung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tabel 1.1 menunjukkan data statistik mengenai total pendapatan (PDB), jumlah populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena
Lebih terperinciSemakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd
BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Perjanjian Kinerja merupakan salah satu tahapan dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang
Lebih terperinciStrategi UKM Indonesia
Strategi UKM Indonesia I WAYAN DIPTA Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ILO/OECD Workshop for Policy Makers on Productivity and Working Conditions in
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bidang yang sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran UMKM dalam perekonomian
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan publik dan memiliki wilayah yang lebih luas serta lebih kompleks daripada sektor swasta atau sektor
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN
1. Visi Terwujudnya, Usaha Mikro, Kecil dan berperan sebagai pelaku utama dalam perekonomian daerah 2. Misi 1. Mewujudkan yang berkualitas dan sehat 2. Meningkatnya pertumbuhan koperasi dan UMKM serta
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciPROGRAM REFORMASI KOPERASI
PROGRAM REFORMASI KOPERASI Tim Reformasi Koperasi Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, 21 Desember 2015 LATAR BELAKANG (1) a. Selama 15 tahun terakhir perekonomian Indonesia tumbuh ratarata 6% per tahun,
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
- 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan
Lebih terperinciBAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH
BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH 7.1. Isu Strategis Berbagai masalah yang dialami oleh miskin menggambarkan bahwa kemiskinan bersumber dari ketidakberdayaan dan ketidakmampuan dalam memenuhi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih
Lebih terperinci4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah
4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinciPengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014
Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mulai populer setelah ada kewajiban setiap BUMN menyisihkan 1% -3% keuntungan untuk program kredit
Lebih terperinciREVISI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PERANGKAT DAERAH
REVISI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PERANGKAT DAERAH Kabupaten / Kota : Banyuasin Perangkat Daerah : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan. Tugas : Membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciRancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017 Oleh : Ir. Braman Setyo, M.Si Deputi Bidang Pembiayaan Bali,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun
Lebih terperinciGAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG
GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung adalah salah satu perangkat daerah di lingkungan Pemerintah
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MII(RO" KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam menjabarkan dan mengimplementasikan Visi dan Misi Pembangunan Kota Banjar Tahun 2014-2018 ke dalam pilihan program prioritas di masing-masing
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan ekonomi, karena bidang ekonomi merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam mendorong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat yang memiliki berbagai potensi yang belum dikembangkan secara optimal. Kabupaten Bogor dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciBAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian. Dalam perkembangannya UMKM banyak memberikan kontribusi bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada masa Orde Baru dilakukan secara sentralistik, dari tahap perencanaan sampai dengan tahap implementasi ditentukan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengakui bahwa usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) memainkan peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara
Lebih terperinciRINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )
Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460
Lebih terperinciRINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1
Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang disetiap periode. Dalam setiap periode daerah regional tertentu berupaya untuk meningkatkan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciKuliah 6. Marlan Hutahaean 1
Kuliah 6 Evaluasi Kebijakan Marlan Hutahaean 1 Agenda Pengertian dan Kriteria Evaluasi Kendala dalam Evaluasi Marlan Hutahaean 2 Pengertian dan Kriteria Evaluasi Marlan Hutahaean 3 Pengertian dan Kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
Lebih terperinci5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,
urusan perumahan rakyat, urusan komunikasi dan informatika, dan urusan kebudayaan. 5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) Pembangunan di tahun kelima diarahkan pada fokus pembangunan di urusan lingkungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA MATERI PEMAPARAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PADA RAKORBANGPUS 16 SEPTEMBER 2002 KEMENTERIAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil output yang dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang
Lebih terperinciEVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG
EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Rifka S. Akibu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja,
Lebih terperinciSLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
B. Pemanfaatan dari Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 1.3. Manfaat SLHD Provinsi DKI Jakarta 1.3.1. Manfaat Bagi Pemerintah Daerah Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi DKI Jakarta dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kecil dan menengah di berbagai negara termasuk di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. Hal ini karena kebanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,
Lebih terperinciHAMDAN SYUKRAN LILLAH, SHALATAN WA SALAMAN ALA RASULILLAH. Yang terhormat :
SAMBUTAN KADISTAN ACEH PADA ACARA WORKSHOP/PERTEMUAN PERENCANAAN WILAYAH (REVIEW MASTER PLAN) PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH DI GRAND NANGGROE HOTEL BANDA ACEH TANGGAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda seluruh dunia dalam pola interaksi hubungan ekonomi dan perdagangan antar negara. Terjadinya
Lebih terperinciVI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN
VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator
Lebih terperinciPROFILE DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
PROFILE DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH VISI DAN MISI DAERAH KABUPATEN KARAWANG Visi Daerah Kabupaten Karawang : Visi Kabupaten Karawang adalah Karawang yang sejahtera berbasis Pembangunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi pemahaman yang sama dengan pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1988:4-5). Pertumbuhan ekonomi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia merupakan salah satu kelompok usaha yang paling banyak jumlahnya. UMKM dapat membantu mempercepat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang menarik untuk dicermati dan disikapi. Usaha mikro kecil dan menengah memiliki andil dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan
Lebih terperinciRencana Strategis
kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan
Lebih terperinciDisampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014 Deputi Menteri Bidang Produksi Jakarta, Desember 2014
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012
1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang
Lebih terperinci