RAHASIA SOAL LATIHAN APLIKASI DINAS STAF DAN TAKTIK. Hari :... Tanggal :... Pukul :... OPERASI TRISULA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAHASIA SOAL LATIHAN APLIKASI DINAS STAF DAN TAKTIK. Hari :... Tanggal :... Pukul :... OPERASI TRISULA"

Transkripsi

1 SEKOLAH STAF DAN KOMANDO ANGKATAN DARAT PANITIA SELEKSI TINGKAT II SOAL LATIHAN APLIKASI DINAS STAF DAN TAKTIK Hari : Tanggal :... Pukul :... OPERASI TRISULA Penunjukan : Peta : JAWA TIMUR Kedar : 1 : (diperbesar 200%) Tahun : 2007 Lembaran : No. 53/XLIII B (WLINGI) No. 53/XLIII D (DONOMULYO) No. 54/XLIII A (KEPANJEN) No. 54/XLIII C (PAGAK) Lampiran : A. (Cuplikan analisa daerah operasi) B. (Bagan gerakan operasi NEGASOR) C. (Cuplikan doktrin dan data satuan NEGASOR) D. (Data satuan sendiri) E. (Tabel kerugian personel) 1. KEADAAN UMUM. a. Perkembangan Situasi. 1) Global. a) Dinamika lingkungan strategis global yang masih diwarnai krisis ekonomi di Eropa memberikan dampak yang sangat luas terhadap negara-negara maju, hal ini ditunjukkan dengan lambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. Sementara negara-negara maju mengalami perang kurs yang menyebabkan hubungan dagang antar negara tidak sehat, disisi lain negara-negara berkembang mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat tajam dan sekaligus menjadi mesin utama dalam pemulihan ekonomi global. Hal tersebut mengarahkan perubahan orientasi perekonomian negara-negara maju sebagai pusat pengaruh (centre of influence) di abad ke-21 dari Eropa ke Asia Timur dan Asia Tenggara, disinilah potensi benturan kepentingan antar negara kuat akan terjadi.

2 2 b) Sementara disisi lain isu geopolitik global yang selama ini didominasi oleh Amerika Serikat bergeser kearah multipolar dengan semakin besarnya pengaruh negara Rusia, Uni Eropa dan China dipercaturan politik dunia, demikian juga konflik antar negara dengan berbagai tingkat intensitasnya masih terjadi dibeberapa kawasan seperti kawasan Timur Tengah, Afrika dan Eropa Timur termasuk konflik Israel-Palestina yang dimanfaatkan negara Main Power untuk menjadi media yang seolah-olah telah ikut berusaha untuk menciptakan perdamaian dikawasan tersebut. Isu demokratisasi masih menjadi upaya-upaya negara besar untuk menerapkan nilainilai demokrasi universal sebagai parameter untuk menentukan kebijakan luar negeri dalam rangka memenuhi kepentingannya, sedangkan bagi negara berkembang merupakan isu global yang beresiko memunculkan pertentangan antar elemen masyarakat yang mengarah kepada instabilitas keamanan nasional negara berkembang. Sedangkan isu lain yang dapat dijadikan alasan untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain adalah isu HAM dan pelanggaran oleh negara pemilik senjata nuklir (nuclear state weapon) yang tidak memegang komitmen nuclear nonproliferation treatry (NPT) dan kebijakan nuclear free zone area. 2) Regional. a) Penegasan AS sebagai kekuatan Asia-Pasifik, maka AS memproyeksikan 60% kekuatan ke kawasan tersebut sehingga hal ini terjadi pergeseran kekuatan (shifting power) dari beberapa sektor di dunia, seperti Eropa, Asia Selatan dan Timur Tengah menuju ke Pasifik. Sebagai konsekuensi lain AS harus melakukan revitalisasi kerjasama keamanan bilateral maupun kerjasama multilateral dengan negara-negara Asia Pasifik termasuk dengan Australia (ANZUS). Terpilihnya kembali PM Abe di Jepang telah menyatakan perlunya peningkatan anggaran militer Jepang dan merevisi artikel 9 UU Jepang yang dapat mendorong terwujudnya kembali quadrilateral power (AS-Jepang-Australia-India) dimana PM Abe menghendaki dimasukkannya India sebagai salah satu pilar untuk mengurangi pengaruh China di kawasan. b) Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam wadah organisasi ASEAN, ternyata tingkat ambivalensinya dalam menyikapi perkembangan politik global sangat tinggi, belum pernah seluruh negara ASEAN menjadi satu suara dalam menyikapi suatu perkembangan di tingkat global, selalu saja ada negara anggota ASEAN yang meninggalkan kepentingan ASEAN dan bergeser menuruti kemauan negara-negara kuat yang menjadi sekutunya demi alasan pragmatis kepentingan nasional negara tersebut. c) Sinyalemen lain Australia yang memiliki cadangan gas nomor 12 terbesar di dunia yaitu sebesar 110 trilyun kaki kubik dan akan menjadi negara pengekspor gas nomor 4 terbesar di dunia. Sementara Amerika Serikat melalui revolusi teknologi shale gas berhasil menguasai cadangan gas ke- 5 terbesar dunia yaitu sebesar

3 3 273 trilyun kaki kubik. Dengan demikian Australia dan AS memiliki kesamaan kepentingan yaitu pasar di Asia-Pasifik dan jaminan keamanan jalur perdagangan laut yang menghubungkan AS dan Australia menuju negara pembeli terutama Jepang, Korea Selatan, India, Taiwan dan lainnya. Dari sisi geopolitik, AS dan Australia memiliki kepentingan bersama mengamankan kawasan Laut China Selatan, dan terdapat kerawanan terbesar menghadapi China yang terus berusaha menyatakan klaim bahwa seluruh kawasan Laut China Selatan adalah wilayah kedaulatan China. Namun yang terpenting bahwa tempat pertemuan poros Indo-Pacific berada/melintas di kawasan teritorial Indonesia yaitu dari Lautan India, Selat Malaka, Laut China Selatan atau dari Lautan India, Selat Sunda, Laut Jawa dan lautan pedalaman lainnya serta beberapa alternatif lainnya dalam wilayah Indonesia. Oleh karena itu kepentingan pengusaan terhadap sebagian atau seluruh wilayah Indonesia akan menjadi sangat penting dan menentukan dalam melindungi kepentingan negara-negara kuat, tidak terkecuali Australia yang setiap saat dapat berubah menjadi NEGASOR. 3) Nasional. a) Idiologi. Pemahaman Pancasila sebagai falsafah dan pedoman hidup bangsa INDONESIA telah diterima oleh sebagian besar masyarakat di Wilayah MALANG dan BELITAR, namun mengalami degradasi pemahaman serta penghayatan tentang makna berbangsa dan bernegara sejalan dengan perkembangan kehidupan demokrasi dan terbuka keinginan dari kelompok tertentu untuk mengubah Pancasila dengan Ideologi lain yang berorientasi kepada agama, faham liberal, sosialis dan komunis. b) Politik. Aktifitas organisasi kemasyarakatan sangat aktif untuk mengkritisi kinerja pemerintah khususnya masalah pengentasan kemiskinan dan penegakan hukum yang belum bisa dirasakan oleh masyarakat kalangan bawah. c) Ekonomi. (1) Perekonomian nasional disamping sangat dipengaruhi oleh dinamika politik/keamanan dalam negeri, juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global yang saat ini masih mengalami penurunan akibat belum pulihnya krisis di Eropa dan Amerika. Sementara dibidang pertanian, membanjirnya komoditas pertanian dari luar membuat petani kalah bersaing. (2) Penyuluhan-penyuluhan dari petugas PPL guna mencapai hasil yang diharapkan termasuk peningkatan pendapatan petani melalui KUD/KUT, untuk meningkatkan perekonomian rakyat terus dilakukan. d) Sosial Budaya. 1) Adat Istiadat. Secara umum adat istiadat di beberapa daerah di Indonesia tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah

4 4 lain, taat kepada ajaran agama sesuai yang dianut. Tokoh Ulama dan Adat masih memegang peranan penting didalam setiap upaya pemecahan permasalahan yang timbul di lingkungan masyarakat. 2) Kebudayaan daerah berkembang dengan baik, namun dalam menjalankan syariat agama masih dipengaruhi budaya leluhur misalnya menyediakan sesajen pada malam hari tertentu dan memanjatkan do a ditempat-tempat yang dianggap keramat. e) Hankam. Situasi dan kondisi keamanan didaerah masih adanya tindak kejahatan perbankan, kejahatan Narkoba, korupsi, pemalsuan uang, pencurian kekayaan alam dan tindakan kriminal perampokan, penodongan dan pembunuhan. Perkembangan situasi saat ini dinilai cenderung meningkat terutama dalam bentuk kejahatan bersenjata api, senjata tajam dan semakin berkembang unsur sadisme serta tidak segan-segan melakukan upaya pembunuhan. b. Keadaan Musuh. 1) Sejak awal MAR 201B, NEGASOR telah melakukan kegiatan cipta kondisi dengan menyusupkan infiltrannya ke wilayah Indonesia melalui misi perdagangan, jurnalistik, kesenian, kebudayaan, lembaga swadaya masyarakat, secara legal maupun ilegal. Jaring intelijen NEGASOR yang berhasil dimasukan dan ditanamkan di Indonesia telah mengembangkan kegiatannya untuk melakukan upaya adu domba antar masyarakat untuk memecah belah dan meruntuhkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sehingga memudahkan NEGASOR mempengaruhi masyarakat guna mendukung tujuannya. 2) Pada JUN 201B, NEGASOR meningkatkan kegiatannya untuk mempercepat invasinya ke wilayah Indonesia dengan cara menarik simpati negara koalisinya dan dunia Internasional serta mengembangkan isu-isu bahwa pemerintah Indonesia melindungi terorisme dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), khususnya terhadap masyarakat keturunan NEGASOR. 3) Pada SEP 201B, NEGASOR semakin memantapkan rencananya untuk invasi ke Indonesia karena mendapat dukungan dari negara koalisinya. Rencana invasi NEGASOR akan mengerahkan kekuatan militer sebanyak 1 (satu) GRUP yang terdiri dari 2 (dua) KORPS dan akan menggunakan P. KARANG (diluar peta) sebagai Pangkalan Aju. Invasi akan dilakukan dengan 4 (empat) tahapan operasi militer yang terencana dan sistematis yaitu melakukan bombardemen untuk menghancurkan pusatpusat pemerintahan dan instalasi penting militer, pada waktu yang bersamaan dilaksanakan operasi laut dilanjutkan dengan operasi pendaratan gabungan melalui laut dan udara dengan pasukan Linud serta Mobud yang diakhiri serangan darat dalam rangka memperbesar hasil.

5 5 4) Pada DES 201B, NEGASOR tanpa mempedulikan himbauan Dewan Keamanan PBB, nota protes negara-negara ASEAN dan pemerintah RI tetap akan melakukan invasinya ke wilayah Indonesia dengan mengerahkan pasukan militernya yang akan didaratkan di P. KARANG sebagai Pangkalan Aju. Rencana invasi NEGASOR ke Indonesia sebagai berikut : a) KORPS-I NEGASOR, bergerak untuk merebut dan menguasai JAWA. b) KORPS-II NEGASOR, sebagai eselon susulan tetap di Pangkal Ajunya di P. KARANG. 5) Pada DES 201B, NEGASOR berhasil mendaratkan kekuatan militernya di P. KARANG, saat ini NEGASOR sedang melaksanakan konsolidasi dan mereorganisasi pasukannya serta menyusun rencana invasinya untuk menguasai Indonesia. c. Keadaan Pasukan Sendiri. 1) Sejak medio MAR 201B, perkembangan situasi di Indonesia semakin memburuk, berbagai konflik horizontal dan vertikal yang dilatar belakangi oleh kasus-kasus SARA terus terjadi dan dimanfaatkan oleh NEGASOR untuk terus menyusupkan infiltrannya. Kepolisian RI dibantu TNI maupun Pemda telah berupaya untuk meredam dan mengatasinya, namun kegiatan infiltran belum dapat terungkap dengan jelas. Disisi lain pemerintah RI terus berupaya menyampaikan klarifikasi dan statemen-statemen di forum dunia Internasional menyangkut kebijaksanaan pemerintah RI dalam menangani masalah internal NKRI. 2) Pada JUN 201B, pemerintah RI mengajukan nota protes dan keberatan atas tudingan bahwa pemerintah Indonesia melindungi terorisme, pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan melakukan diskriminisasi terhadap warga negara asing khususnya keturunan NEGASOR serta rencana invasi NEGASOR ke wilayah Indonesia. 3) Pada SEP 201B, Pemerintah RI melaksanakan kegiatan diplomasi yang dibantu oleh Dewan Keamanan PBB dan negara-negara ASEAN guna membatalkan rencana NEGASOR melakukan invasi ke wilayah Indonesia, namun upaya yang dilakukan pemerintah RI tidak membuahkan hasil dan mengalami kegagalan. 4) Pada DES 201B, setelah mencermati perkembangan situasi yang semakin memburuk, maka PRESIDEN RI atas persetujuan DPR RI pada JAN 201C menyatakan Negara dalam KEADAAN PERANG. Selanjutnya PRESIDEN RI memerintahkan PANGLIMA TNI untuk menggelar operasi militer guna menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI dan melindungi segenap bangsa serta seluruh tumpah darah Indonesia. 5) Pada DES 20B, berdasarkan instruksi PRESIDEN RI, PANGLIMA TNI melaksanakan rapat yang dihadiri para Kas Angkatan, Pangkotamaops TNI, Ka Bais TNI dan satuan terkait untuk membahas

6 6 situasi dan menyampaikan status Negara dalam Keadan Perang serta memberlakukan RO RENCANA KONTIJENSI menjadi Perintah Operasi yang merupakan perintah kepada para PANGKOTAMA yang berisi : a) Para PANGDAM agar memberlakukan Rencana Operasi penindakan di masing-masing KOTAMA menjadi Perintah Operasi dan menunjuk para PANGDAM bertindak selaku PANG- KOGASGABRAT di wilayah masing-masing khususnya PANGDAM- V/BRW sebagai PANGKOGASGABRAT JATIM agar mempersiapkan Rencana Operasi TRISULA. b) Para PANGKOTAMA TNI-AL agar membentuk KOGASGABLA guna melaksanakan operasi blokade laut di palagan luar dan palagan utama dalam rangka menggagalkan invasi NEGASOR. c) Para PANGKOTAMA TNI-AU agar membentuk KOGASUD guna melaksanakan operasi penyekatan udara di palagan luar dan palagan utama dalam rangka menggagalkan invasi NEGASOR. d) PANGKOSTRAD agar menyiapkan satuannya dan siap memberikan perkuatan bila diperlukan, selanjutnya ditunjuk sebagai PANGKOGAB TNI. e) DANPUSPENERBAD agar memberikan perkuatan 1 DEN PENERBAD kepada PANGKOGASGABRAT JATIM. 2. KEADAAN KHUSUS. a. Keadaan Musuh. 1) Pada JAN 201C, KORPS-II NEGASOR bergerak dari P. KARANG ke JAWA dalam rangka menguasai JAWA, NEGASOR bergerak dengan menggunakan 3 (tiga) poros : a) DIVISI GAB-11, untuk menguasai JAWA BARAT. b) DIVISI GAB-12, untuk menguasai JAWA TENGAH. c) DIVISI GAB-13, untuk menguasai JAWA TIMUR. 2) Pada PEB 201C, NEGASOR dari DIVISI GAB-11 yang berusaha menguasai JAWA BARAT dan DIVISI GAB-12 yang berupaya menguasai JAWA TENGAH dapat digagalkan oleh KOHANUDNAS, KOGASUD dan KOGASGABLA yang menggelar operasi di palagan luar dan utama sehingga NEGASOR kembali ke Pangkal Ajunya di P. KARANG. 3) Pada PEB 201C, DIVISI GAB-13 NEGASOR yang akan menguasai JAWA TIMUR dalam perjalanannya berhadapan dengan KOHANUDNAS, KOGASUD dan KOGASGABLA di palagan luar dan utama. Dalam pertempuran tersebut NEGASOR berhasil memukul mundur KOGASUD dan KOGASGABLA, namun beberapa kapal NEGASOR yang mengangkut pasukan, munisi dan persenjataan ARMED kaliber 155 mm serta sebagian kekuatan MENKAV berhasil ditenggelamkan di perairan SAMUDERA INDONESIA. Dalam pergerakannya untuk menguasai JAWA

7 7 TIMUR, NEGASOR berencana akan mendaratkan pasukannya di Pantai POPOH. 4) Pada PEB 201C, DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR terlibat pertempuran sengit dengan SATGAS HANTAI PARI yang berupaya mempertahankan Pantai POPOH (luar peta) dalam rangka mengagalkan operasi pendaratan NEGASOR. 5) Pada PEB 201C, DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR berhasil mendaratkan pasukannya di Pantai POPOH, tetapi mengalami kerugian personel dan materiil yang cukup besar dan saat ini diperkirakan kekuatan NEGASOR tinggal ± 85%. Komposisi DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR : a) POKKO DIVISI GAB-13. b) MENIF-131. c) MENIF-132. d) MENKAV-133 (-). e) MENART- 134 (-). f) YONKAV INTAI-135. g) YONHANUD-136. h) YON ZENI-137. i) YON HUB-138. j) YON KES-139 k) YON ANG-1310 l) KIPAM b. Keadaan Pasukan Sendiri. 1) Pada PEB 201C, KOHANUDNAS, KOGASUD dan KOGASGABLA yang menggelar melaksanakan operasi pertahanan udara, penyekatan udara dan operasi blokade laut di palagam luar dan utama berhasil mengagalkan NEGASOR dari DIVISI GAB-11 yang berusaha menguasai JAWA BARAT dan DIVISI GAB-12 yang akan menguasai JAWA TENGAH sehingga NEGASOR tidak mampu melanjutkan gerakannya dan kembali ke Pangkal Ajunya di P. KARANG. 2) Pada PEB 201C, KOHANUDNAS, KOGASUD dan KOGASGABLA yang melaksanakan operasi pertahanan udara, penyekatan udara dan operasi blokade laut di palagam luar dan utama terhadap DIVISI GAB-13 NEGASOR yang akan berusaha menguasai JAWA TIMUR dan terjadi pertempuran yang sengit. Dalam pertempuran tersebut KOHANUDNAS, KOGASGABLA dan KOGASUD gagal memukul mundur NEGASOR, namun berhasil menenggelamkan kapal NEGASOR yang mengangkut personel, munisi dan persenjataan ARMED kaliber 155 mm serta sebagian kekuatan MENKAV di perairan laut SAMUDERA INDONESIA. Dalam pergerakannya untuk menguasai JAWA TIMUR, NEGASOR berencana akan mendaratkan pasukannya di Pantai POPOH. 4) Pada PEB 201C, dengan segala kemampuan yang dimiliki KOGASGABLA dan KOGASUD untuk menggagalkan rencana DIVISI GAB- 13 (-) NEGASOR tetapi karena tekanan musuh yang sangat kuat maka KOGASGABLA dan KOGASUD melaksanakan lepas libat sambil

8 8 mengarahkan musuh ke daerah pertahanan pantai SATGAS HANTAI PARI yang berusaha untuk mempertahankan Pantai POPOH. 5) Pada PEB 201C, SATGAS HANTAI PARI terlibat pertempuran sengit dengan DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR untuk mempertahanakan Pantai POPOH sehingga berakibat jatuhnya korban yang besar dari kedua belah pihak, tetapi tidak berhasil menghambat dan menghentikan gerak maju musuh. Selanjutnya pada PEB 201C, SATGAS HANTAI PARI lepas libat kearah SURABAYA guna konsolidasi dan reorganisasi kembali satuannya. 6) Pada PEB 201C, PANGKOGASGABRAT JATIM menerima BP BRIGIF L-18/TS/K dan BRIGIF-9/DY/K beserta perkuatannya dari DIVIF- 2/K dan pada PEB 201C sudah berada di Posko Kota MALANG (diluar peta 25 Km Timur Laut NGEBRUK KV. 2782), dengan kekuatan : a) BRIGIF-9/DY/K : (1) Satuan Organik BRIFIF-9/DY/K terdiri dari : (a) (b) (c) (d) MA DENMA BRIGIF-9/DY/K. YONIF-509/BY/K. YONIF-514/R/K. YONIF-515/UTY/K. (2) Satuan yang memperkuat BRIGIF-9/DY/K terdiri dari : (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) KIKAV-A/8/TANK/K. YON ARMED-11/GG/K. RAI MERIAM ARHANUDRI-A/2/ABW/K. KI ZIPUR-A/10/JP/K. KIANG YON BEKANG-2/MM/K. KI KESLAP-A/2/YBH/K. TON HUBYAN/2/K. TON POM-1/2/K. b) BRIGIF L-18/TS/K : (1) Satuan Organik BRIGIF L-18/TS/K terdiri dari : (a) (b) (c) (d) MA DENMA BRIGIF L-18/TS/K. YONIF L-501/BY/K. YONIF L-502/UY/K. YONIF L-503/ABY/K. (2) Satuan yang memperkuat BRIGIF L-18/TS/K terdiri dari : (a) (b) (c) (d) (e) (f) KIKAV-B/8/TANK/K. YON ARMED-12/ANG/K. RAI MERIAM ARHANUDRI-B/2/ABW/K. KI ZIPUR-B/10/JP/K. KIMU YON BEKANG-2/MM/K. KI KESLAP-B/2/YBH/K.

9 9 (g) (h) TON HUBLAP/2/K. TON POM-2/2/K. 7) Pada PEB 201C, mencermati perkembangan situasi yang terjadi PANGKOGASGABRAT JATIM memberlakukan RENCANA OPERASI TRISULA menjadi PERINTAH OPERASI, guna melaksanakan operasi penindakan terhadap DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR yang akan menguasai JATIM, dengan pokok-pokok pelaksanaan sebagai berikut : a) BRIGIF-16/WY dengan perkuatannya menghambat mulai MAR 201C selama 12 (dua belas) hari, 6 (enam) hari di GH-I CAMPUR DARAT (13 Km selatan dari TULUNG AGUNG) dan 6 (enam) hari dan di GH-II G. PANJI (10 Km Barat Daya dari BLITAR), beralih ke operasi selanjutnya atas perintah dalam rangka operasi penindakan KOGASGABRAT JATIM. b) BRIGIF-9/DY/K dengan perkuatannya bertahan mulai MAR 201C di Garis Pertahanan Akhir (GPA) rangkaian G. SELOKAJANG GT , GD melindungi pemunduran BRIGIF-16/WY, menghancurkan musuh dalam petak, beralih ke operasi selanjutnya atas perintah dalam rangka operasi penindakan KOGASGABRAT JATIM. c) BRIGIF L-18/TS/K bertindak sebagai cadangan KOGASGABRAT JATIM berkedudukan di MALANG, bergerak atas perintah. d) Unsur Lain KEADAAN KHUSUS LANJUTAN - 1. a. Keadaan Musuh. 1) Pada PEB 201 C, DIVISI GAB-21 (-) NEGASOR saat ini sedang melaksanakan konsolidasi serta reorganisasi di wilayah Pantai POPOH KOMPLEK (30 Km Selatan TULUNG AGUNG) untuk menyiapkan gerak majunya dalam rangka menguasai Kota SURABAYA. 2) Pada MAR 201C, DIVISI GAB-21 (-) NEGASOR melanjutkan gerak majunya ke wilayah JAWA TIMUR, bergerak dari Pantai POPOH untuk menguasai Kota SURABAYA dengan formasi : a) Pasukan pelindung sebagai Eselon-I : MENIF-131, YONKAV INTAI-135, YONKAV (ABG)-1331, YONMER/105 MM-1341, RAI SAM/GS/A/136, KIZIPUR-A/137 dan KI INTAI KAV-131. b) Pasukan induk sebagai Eselon-II : POKKO DIVISI GAB-13, MENKAV-133 (-), MENIF-132, MENART-134 (-), YONHANUD-136(-), YON ZENI-137 (-), YON HUB-138, YON KES-139, YON ANG-1310 dan KIPAM-1311

10 10 3) Pada MAR 201C, dalam gerak majunya terlibat pertempuran dengan BRIGIF-16/WY yang melakukan penghambatan di GH-I CAMPUR DARAT (13 Km Selatan dari TULUNG AGUNG). DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR berhasil memukul mundur penghambatan BRIGIF-16/WY. 4) Pada MAR 201C, DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR terlibat pertempuran dengan BRIGIF-16/WY di GH-II G. PANJI (10 Km Barat Daya dari Blitar). DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR kembali berhasil memukul mundur penghambatan BRIGIF-16/WY tetapi mengalami kerugian personel dan materiil diperkirakan sebanyak 10% dipihak NEGASOR. 5) Pada MAR 201C, DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR setelah berhasil memukul mundur BRIGIF-16/WY selanjutnya melaksanakan konsolidasi sementara di BLITAR (luar peta) untuk mempersiapkan gerak majunya dalam rangka menguasai Kota SURABAYA. Rencana gerak maju musuh akan menggunakan poros Pantai POPOH CAMPUR DARAT TULUNG AGUNG BLITAR KEPANJEN MALANG PANDAAN SURABAYA. 6) Dalam rangka merebut Kota SURABAYA, NEGASOR diperkirakan bergerak paling cepat pada MAR 201C. b. Keadaan Pasukan Sendiri. 1) Pada PEB 201C, DANBRIGIF jajaran KOGASGABRAT JATIM setelah menerima perintah operasi selanjutnya melaksanakan langkah-langkah Proshub Komandan dan Staf yang saat ini telah selesai menyampaikan Petunjuk Perencanaan kepada Perwira Stafnya. Pokokpokok Jukcan DANBRIGIF-9/DY/K berisi antara lain : a) Tugas Pokok b) Keadaan Daerah Operasi (Lihat Lampiran-A Cuplikan Analisa Daerah Operasi). c) Musuh. (1) Musuh yang dihadapi adalah DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR kekuatannya diperkirakan tinggal 85% dan masih mampu untuk melanjutkan gerakannya. (2) Komposisi DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR terdiri dari 2 MENIF diperkuat 1 MENKAV (-), 1 MENART (-), 1 YON HANUD, SATBANPUR dan SATBANMIN. (3) Moril pasukan musuh masih cukup tinggi walaupun banyak jatuh korban. (4) Musuh tidak mendapatkan simpati dari masyarakat setempat karena selalu bertindak semena-mena. (5) Kondisi logistik musuh terbatas.

11 11 (6) Kemampuan udara musuh. Dibantu AUTIS secara terbatas. d) Pasukan Kawan. (1) KOGASGABRAT JATIM melaksanakan operasi penindakan di wilayah JAWA TIMUR dalam rangka operasi penindakan KOGAB TNI. (2) KOREM 081/DJ, KOREM 082/CPJ, KOREM 083/BDJ dan KOREM 084/BJ melaksanakan operasi di wilayah. (3) BRIGIF-16/WY melaksanakan operasi penghanbatan di GH-I CAMPUR DARAT (13 Km Selatan dari TULUNG AGUNG) dan GH-II G. PANJI (10 Km Barat Daya dari Blitar) dalam rangka operasi penindakan KOGASGABRAT JATIM. (4) BRIGIF L-18/TS/K sebagai cadangan KOGASGABRAT JATIM berkedudukan di MALANG. (5) WING TEMPUR-02 KOOPS AU-I memberikan BANUDTIS berupa SUL 3 Sorti/hari atas permintaan. (6) DEN PENERBAD memberikan BANTEM sebanyak 5 Sorti/hari untuk kepentingan taktis dan bantuan administrasi atas permintaan. e) Pokok-pokok keinginan Komandan. (1) Penentuan titik berat pertahanan agar memperhatikan disposisi dan kekuatan musuh serta keadaan medan, agar menjamin kekenyalan dalam pertahanan. (2) Penggunaan Bantem ARMED, PENERBAD dan BANUDTIS harus dapat mendukung semua cara bertindak yang dipilih. (3) Manfaatkan SAT ZIPUR untuk memperkuat pertahanan BRIGIF-9/DY/K dengan pemasangan ranjau dan rintangan di depan BDDT serta inti pertahanan. (4) Perhitungkan kekuatan personel untuk mendukung operasi yang dilaksanakan 95 % TOP, tawanan perang dan tahanan sipil dikirim ke Kota MALANG oleh unsur POM dan diperlakukan sebagaimana mestinya. (5) Dukungan dan pelayanan logistik operasi dilaksanakan dengan menggunakan sistem pelayanan satuan. (6) Penyusunan markas di daerah operasi agar disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku untuk memudahkan pelayanan terhadap operasional kegiatan.

12 12 (7) Memaksimalkan fungsi POSLONGYON dan PATOBRIG untuk perawatan ringan sampai sedang. Evakuasi korban dilaksanakan lewat darat, penggunaan helikopter untuk evakuasi sesuai prioritas. Pelayanan kesehatan menggunakan PATOBRIG dan disiapkan RSU MALANG di MALANG sebagai RS rujukan khususnya bagi pasien darurat. 2) Keterangan lain yang didapat dari Komando Atas dan satuan tetangga adalah sebagai berikut : a) Saat ini DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR sedang melaksanakan konsolidasi sementara di Pantai POPOH KOMPLEK dan mereorganisir pasukannya yaitu mengganti unsur-unsur pasukan depan dengan pasukan cadangannya. b) Beberapa penduduk yang mengungsi ke arah KEDIRI (luar peta) melihat orang asing berbadan tegap di Pantai POPOH KOMPLEK berwatak keras dan sering bertindak sewenang-wenang, diketahui yang bersangkutan bernama STUTH GART. c) Musuh merupakan prajurit yang rata-rata masih muda usianya dan secara umum belum berpengalaman dalam melaksanakan tugas operasi didaerah tropis. d) Tentara NEGASOR memanfaatkan rakyat untuk mencari informasi tentang pasukan kita karena kemampuan aparat intelijennya terbatas, tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup. e) Kemungkinan gerak maju pasukan NEGASOR yang akan merebut SURABAYA dengan menggunakan 1 (satu) poros, yaitu melalui jalan kelas-i Pantai POPOH CAMPUR DARAT TULUNG AGUNG BLITAR KEPANJEN MALANG PANDAAN SURABAYA. 3) Keterangan tambahan yang diterima dari para ASISTEN KOGAS GABRAT JATIM sebagai berikut : a) ASINTEL KOGASGABRAT JATIM. (1) Disposisi terakhir dari DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR sedang melaksanakan konsolidasi sementara di Pantai POPOH KOMPLEK. (2) Dalam rangka melanjutkan gerak majunya merebut Kota SURABAYA, DIVGAB-13 (-) NEGASOR menempatkan pasukan pelindung dan kawal depan jauh di depan untuk melindungi induk pasukannya. (3) Hingga saat ini tidak ditemukan indikasi bahwa musuh memiliki satuan GERILYA, juga tidak ada indikasi bahwa musuh akan menggunakan kemampuan NUBIKA.

13 13 (4) Informasi dari KODIM-0818/MLG, bahwa rakyat sangat terpukul dan membenci tindakan tentara musuh dan masyarakat siap membantu pasukan TNI untuk melawan musuh. (5) Masyarakat melihat kendaraan militer dan pasukan dalam jumlah yang banyak disekitar Pantai POPOH. (6) Kehidupan masyarakat pada masa lalu cukup tenteram, namun sejak adanya beberapa provokator dan tentara asing, kehidupan masyarakat mulai terganggu dengan munculnya tindakan kriminal seperti pencurian, perampokan, penculikan bahkan tindakan pembunuhan. b) ASOPS KOGASGABRAT JATIM. (1) Paling lambat pada MAR 201C, DANBRIGIF- 9/DY/K harus sudah memberikan perintah operasi kepada semua jajarannya. (2) Kondisi kekuatan BRIGIF-9/DY/K saat ini baru mencapai 80% TOP dan dalam pelaksanaan operasi harus terpenuhi 95% TOP dengan perkuatannya, paling lambat pada MAR 201C. (3) Dari data latihan, BRIGIF-9/DY/K sudah melaksanakan geladi lapangan tingkat YONIF dengan hasil baik. (4) Direncanakan pada APR 201C seluruh pasukan sudah berada di DP Aju BRIGIF-9/DY/K di NGEBRUK KV dan siap melaksanakan tugas sesuai perintah. (5) Laksanakan koordinasi terus-menerus dengan satuan tetangga selama pelaksanaan operasi. (6) KODIM-0818/MLG BKO kepada BRIGIF-9/DY/K mulai MAR 201C. c) ASPERS KOGASGABRATJATIM. (1) Disiplin dan moril prajurit baik dan siap melaksanakan tugas operasi. (2) Pengurusan tawanan perang dan tahanan sipil di daerah belakang serta pencatatan makam dilakukan oleh KODIM-0818/MLG. (3) Garis Kelana Yudha akan ditempatkan Pos POM di sepanjang jalan yang menghubungkan KARANGKATES KV dengan MINTORAGAN KV di belakang daerah pertahanan BRIGIF-9/DY/K.

14 14 d) ASLOG KOGASGABRAT JATIM. (1) Selama pelaksanaan operasi BRIGIF-9/DY/K mendapat dukungan logistik yang cukup. Bekal awal disiapkan 6 hari bekal dan bekal ulang didukung sesuai kebutuhan. (2) Kebutuhan logistik disiapkan paling lambat pada hari H- 10 sebelum pelaksanaan operasi pertahanan. (3) Pelayanan logistik operasi dilakukan oleh SATUAN DUKMIN KOGASGABRAT JATIM yang telah tergelar di MALANG. (4) Suku cadang RANPUR, RANTIS dan SENBAN akan dipenuhi sesuai kebutuhan. (5) Evakuasi korban dilaksanakan lewat darat dengan menggunakan ambulan. Penggunaan Helikopter hanya untuk evakuasi sesuai prioritas dan atas perintah. (6) Pelayanan kesehatan menggunakan PATOBRIG dan disiapkan RSU MALANG sebagai RS rujukan khususnya bagi pasien yang darurat. (7) Bekal ulang logistik yang tersedia. (a) Bekal-I selama 6 hari bekal. (b) Bekal-II dan IV sesuai kebutuhan operasi. (c) Bekal-III sesuai kebutuhan kendaraan operasional selama operasi. (d) Bekal V tersedia 6 x BP. e) ASTER KOGASGABRAT JATIM. (1) Selama pelaksanaan operasi agar dihindari pembumi hangusan daerah operasi dan tetap memegang teguh ketentuan Hukum Humaniter dan HAM. (2) Penduduk BLITAR dan WLINGI sudah 80% mengungsi. Dalam pelaksanaan pengungsian dibantu APWIL dari KODIM- 0808/BTR. (3) Penduduk BLITAR, WLINGI dan MALANG yang militan, telah dikoordinir dan diorganisir oleh aparat KODIM untuk mendukung pelaksanaan tugas TNI. (a) Keadaan Teritorial (lihat cuplikan ADO). (b) Pemahaman Pancasila sebagai falsafah dan pedoman hidup bangsa telah diterima oleh sebagian besar masyarakat di Wilayah MALANG dan BELITAR, namun mengalami degradasi pemahaman dan penghayatan sejalan dengan adanya keinginan dari kelompok tertentu untuk

15 15 mengubah Pancasila dengan Ideologi lain yang berorientasi kepada agama, faham liberal, sosialis dan komunis. (c) Keadaan ekonomi masyarakat di daerah operasi pada umumnya cukup baik, sehingga sulit untuk dipengaruhi oleh NEGASOR. (d) Pada umumnya masyarakat di daerah operasi adalah penduduk pribumi dan sebagian kecil pendatang, namun mereka sudah membaur dan dibina oleh KODIM setempat. (e) Masyarakat masih memegang teguh adat istiadat dan budaya tradisional serta taat dalam menjalankan agama sesuai keyakinan masing-masing. (f) Persoalan Hankam yang menonjol adalah terjadinya penyelundupan senjata ke Pantai POPOH dan TULUNG AGUNG. (4) Masyarakat di daerah operasi siap mendukung operasi pasukan TNI. 4) Pada MAR 201C, BRIGIF-16/WY terlibat pertempuran dengan DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR di GH-I GH-I CAMPUR DARAT (13 Km Selatan dari TULUNG AGUNG) dalam rangka menghambat gerak maju DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR yang akan merebut Kota SURABAYA, tetapi musuh dapat memukul mundur penghambatan tersebut. 5) Pada MAR 201C, BRIGIF-16/WY terlibat pertempuran dengan DIVISI-13 (-) NEGASOR di GH-II G. PANJI (10 Km Barat Daya dari BLITAR) tetapi dapat dipukul mundur oleh NEGASOR namun pihak NEGASOR mengalami kerugian personel serta materiil sebanyak ± 10%. 6) Pada MAR 201C, BRIGIF-16/WY setelah melaksanakan penghambatan di GH-II, selanjutnya mundur ke Kota MALANG melalui BLITAR SUMBER PUCUNG KEPANJEN. c. Persoalan 1. Saudara adalah MAYOR INF ARIFI NRP KASI-1/INTEL BRIGIF-9/DY/K. Buatlah PERKIRAAN INTELIJEN (kecuali pasal 1). Sebagai saran kepada DANBRIGIF-9/DY/K yang harus diterima paling lambat pada MAR 201C. Perkiraan Intelijen sebelumnya no KEADAAN KHUSUS LANJUTAN 2. a. Keadaan Musuh. 1) Kedudukan NEGASOR sampai saat ini masih melaksanakan konsolidasi di Pantai POPOH KOMPLEK dalam rangka mempersiapkan pasukan untuk gerak maju merebut Kota SURABAYA.

16 16 2) Moril pasukan musuh mulai menurun, kondisi logistik terbatas dan kurang mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat. b. Keadaan Pasukan Sendiri. 1) Setelah menerima petunjuk perencanaan dari DANBRIGIF-9/DY/K para KASI BRIGIF-9/DY/K merumuskan Cara Bertindak yang akan dilaksanakan. Dalam menjabarkan petunjuk perencanaan DANBRIGIF- 9/DY/K, secara simultan Perwira Staf melakukan koordinasi dan membuat perkiraan keadaan sebagai saran kepada Komandan. 2) Rapat staf yang dipimpin oleh KASBRIGIF-9/DY/K dirumuskan 2 (dua) Cara Bertindak sebagai berikut : a) CB- I. Bertahan mulai MAR 201C di Garis Pertahanan Akhir (GPA) G. SELOKAJANG GT , GD , melindungi pemunduran BRIGIF-16/WY, menghancurkan musuh dalam petak dengan 2 YONIF diperkuat 2 TON KAV TANK di depan serta 1 YONIF dan 1 KI KAV TANK (-) sebagai cadangan, titik berat pertahanan di petak kanan. b) CB- II. Bertahan mulai MAR 201C di Garis Pertahanan Akhir (GPA) G. SELOKAJANG GT , GD , melindungi pemunduran BRIGIF-16/WY,menghancurkan musuh dalam petak dengan 2 YONIF diperkuat 2 TON KAV TANK di depan serta 1 YONIF dan 1 KI KAV TANK (-) sebagai cadangan, titik berat pertahanan di petak kiri. c. Persoalan 2. Sekarang adalah PEB 201C. Saudara adalah MAYOR INF SUGARA NRP KASI-2/OPS BRIGIF-9/DY/K, setelah menerima Petunjuk Perencanaan DANBRIGIF-9/DY/K. Buatlah Perkiraan Operasi (KIR OPS), kecuali pasal 1 dan pasal 2a1), 2a2), 2b. Perkiraan operasi sebelumnya no KEADAAN KHUSUS LANJUTAN 3. a. Keadaan Musuh. NEGASOR sampai saat ini masih konsolidasi dan reorganisasi di Pantai POPOH KOMPLEK dalam rangka mempersiapkan pasukan untuk gerak maju selanjutnya. b. Keadaan Pasukan Sendiri. 1) Pada PEB 201C KASI-3/PERS BRIGIF-9/DY/K tengah mempelajari beberapa catatan berkaitan dengan pemeliharaan kekuatan personel, moril dan pelayanan personel, pemeliharaan disiplin, hukum dan tata tertib serta pembinaan markas, sebagai berikut : a) Di KP. KESAMBEN KV tengah terjangkit penyakit demam berdarah.

17 17 b) Pada PEB 201C, DANYONIF-515/UTY/K menginformasikan sebanyak 5 orang anggota dari KIPAN-A telah meninggalkan satuan tanpa ijin dan sampai saat ini belum kembali. c) Posko BRIGIF-9/DY/K selama operasi di KP. NGREOO KV ) Pelayanan kesehatan dan pelayanan obat-obatan bagi para pengungsi dilayani oleh kesehatan Pemerintah Daerah setempat. c. Persoalan 3. Sekarang adalah PEB 201C, saudara adalah MAYOR INF GHOLIB NRP sebagai KASI-3/PERS BRIGIF- 9/DY/K. Buatlah Perkiraan Keadaan Personel (KIRPERS) lengkap kecuali pasal 1, pasal 2a, 2b, 2c, 2d, 2f dan 2g. Kir Pers sebelumnya no. 02. Catatan : - Perhitungan kerugian personel selama pelaksanaan operasi hanya dihitung pada hari pertama (satu hari). 6. KEADAAN KHUSUS LANJUTAN 4. a. Keadaan Musuh. Disposisi, komposisi dan kegiatan musuh tidak ada perubahan. b. Keadaan Pasukan Sendiri. 1) Pada PEB 201C, KASI-4/LOG BRIGIF-9/DY/K melaksanakan pemeriksaan kondisi Alpal di satuan jajarannya dengan rincian sebagai berikut : a) Truk ¼ Ton = 80 unit. b) Truk ¾ Ton = 95 unit. c) Truk 2 ½ Ton = 48 unit. d) Trailer air = 8 unit. e) Ambulance ¾ Ton = 6 unit. f) Mobil Unit Hub = 2 unit. g) Mobil Unit Har = 1 unit. h) Truk Dapur = 12 unit. i) Truk Munisi = 8 unit. j) Truk Bek I = 4 unit. k) Truk Bek II = 6 unit. l) Truk Kap Sat Lap = 6 unit. m) SPM = 28 unit. 2) Pada PEB 201C, DENPAL-2/2/K telah menarik beberapa Ranmor yang rusak berat sebagai berikut : a) Truk ¼ Ton = 5 unit. b) Truk ¾ Ton = 5 unit. c) Truk 2 ½ Ton = 8 unit. d) Trailer air = 3 unit. e) Mobil Unit Hub = 1 unit. f) SPM = 3 unit.

18 18 c. Selanjutnya pada PEB 201C, KASI-4/LOG menerima berita telepon dari ASLOG DIVIF-2/K bahwa untuk BRIGIF-9/DY/K akan mendapat Ranmor pengganti sebagai berikut : a) Truk ¼ Ton = 3 unit. b) Truk ¾ Ton = 3 unit. c) Truk 2 ½ Ton = 5 unit. d) Mobil Unit Hub = 1 unit. e) SPM = 3 unit. d. Keterangan lain yang diperoleh KASI-4/LOG BRIGIF-9/DY/K bahwa pengambilan BBM ditentukan di TEPBEK I yang berada di KEPANJEN (10 Km selatan dari MALANG diluar peta). e. Persoalan 4. Sekarang adalah PEB 201C, saudara adalah MAYOR INF DARWANTO NRP sebagai KASI-4/LOG BRIGIF- 9/DY/K akan merencanakan pemindahan pasukan dari Kota MALANG ke DP Aju. Buatlah perkiraan Kebutuhan BBM dan minyak pelumas. Catatan : 1) Untuk pedoman perhitungan, gunakan rumus : T = [ { JT + ( 0,2 x JP) + KL } x KS ] + 10%. T = Taksiran kebutuhan BBM. JT = Jarak Tempuh. JP = Jarak Pembekalan. KL = Kebutuhan Lainnya (BRIGIF : 10 KM, YONIF : 5 KM). KS = Kilometer Satuan. (1 per indeks pemakaian BBM x jumlah kendaraan). 2) Untuk pelumas = 4% x seluruh kebutuhan BBM. 3) Indeks pemakaian BBM (Kilometer/Liter) : a) Truk 2 ½ Ton = 2,1 Km/l. b) Truk ¾ Ton = 5 Km/l. c) Truk ¼ Ton = 5,5 Km/l. d) Truk air = 2,1 Km/l. e) Ambulance ¾ Ton = 5 Km/l. f) Truk Dapur = 4 Km/l. g) Truk Kap Satlap = 5 Km/l. h) Truk Bek I = 5 Km/l. i) Truk Bek II = 5 Km/l. j) Truk Munisi = 3,5 Km/l. k) Mobil Unit Hub = 5 Km/l. l) Mobil Unit Har = 5 Km/l. m) S P M = 15 Km/l.

19 19 7. KEADAAN KHUSUS LANJUTAN 5. a. Keadaan Musuh. 1) Pada MAR 201C, DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR beserta unsur-unsurnya masih melanjutkan kegiatan konsolidasi di Pantai POPOH KOMPLEK. 2) Disposisi, komposisi dan kekuatan DIVISI GAB-13 (-) NEGASOR tidak mengalami perubahan. b. Keadaan Pasukan Sendiri. 1) Pada MAR 201C, para Perwira Staf BRIGIF-9/DY/K dalam paparannya menyampaikan hal-hal penting kepada DANBRIGIF-9/DY/K sebagai berikut : a) Informasi dari KASI-1/INTEL BRIGIF-9/DY/K. (1) Kemampuan musuh yang paling mungkin saat ini adalah menyerang paling cepat pada MAR 201C dari kedudukan sekarang dengan kekuatan 1 DIVISI GAB (-) diperkuat unsur BANTEM, BANPUR dan BANMIN serta bantuan AUTIS secara terbatas. (2) Kekuatan personel musuh 50% adalah prajurit baru dan belum berpengalaman operasi, kondisi moril pasukan musuh menurun dan Komandan NEGASOR memiliki temperamen yang keras, logistik musuh terbatas serta musuh tidak mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat di sekitar daerah operasi. b) Informasi dari KASI-2/OPS BRIGIF-9/DY/K. (1) Menyarankan dalam pelaksanaan pertahanan dengan menempatkan 2 YONIF diperkuat 2 TON KAV TANK di depan serta 1 YONIF dan 1 KI KAV TANK (-) sebagai cadangan dengan titik berat di petak kiri. (2) BRIGIF-9/DY/K sudah melaksanakan geladi lapang tingkat YONIF. Pembinaan satuan berjalan dengan baik, sehingga moril pasukan saat ini tinggi. (3) Operasi pertahanan BRIGIF-9/DY/K direncanakan akan dilaksanakan selama 6 hari operasi. (4) Alat kendali pertahanan BRIGIF-9/DY/K antara lain sebagai berikut : (a) BDDT : Mulai Co Co Co (b) Garis batas satuan : Mulai Co Co Co Co

20 20 (c) Batas kiri : Co Co Co Co (d) Batas kanan : Co Co Co Co (5) DEN PENERBAD memberikan BANTEM sebanyak 5 Sorti/hari kepada BRIGIF-9/DY/K, disiapkan mulai MAR 201C untuk kepentingan taktis dan bantuan administrasi atas permintaan. (6) WING TEMPUR-02 KOOPS AU-I memberikan BANUDTIS berupa SUL sebanyak 3 Sorti/hari kepada BRIGIF- 9/DY/K, disiapkan mulai MAR 201C atas permintaan. (7) Stelling SAT ARMED berada pada KV c) Informasi dari KASI-3/PERS BRIGIF-9/DY/K. (1) Disiplin prajurit baik dan siap melaksanakan tugas operasi. (2) Pengurusan tawanan perang dan tahanan sipil serta pengungsian diharapkan dapat dilakukan dengan cepat, sehingga tidak mengganggu dinamika operasi dan dikoordinasikan dengan satuan KOWIL setempat. (3) Pembinaan markas. Prioritas pada sistem pengamanan markas komando dengan memperhatikan kemungkinan serangan udara musuh. d) Informasi dari KASI-4/LOG BRIGIF-9/DY/K. (1) Selama pelaksanaan operasi BRIGIF-9/DY/K mendapat dukungan logistik yang cukup. (a) Bekal-I : 3 x Bekal ransum T-2. 3 x Bekal ransum natura. (b) Bekal-II/IV : Didukung Set, dipenuhi selama operasi. (c) Bekal-III : Sesuai kebutuhan. (d) Bekal-V : (i) MKK : 6 x BP, untuk setiap senjata. (ii) MKB : 6 x BP, untuk setiap senjata. (2) Materiil dan pelayanan. Dalam pendistribusian logistik diharapkan mengalir dari belakang ke satuan depan. (a) Materiil. (i) Bekal-I, bekal awal dan bekal ulang menggunakan sistem distribusi satuan.

RAHASIA SOAL LATIHAN APLIKASI DINAS STAF DAN TAKTIK. Hari :... Tanggal :... Pukul :... OPERASI MANDAU

RAHASIA SOAL LATIHAN APLIKASI DINAS STAF DAN TAKTIK. Hari :... Tanggal :... Pukul :... OPERASI MANDAU SEKOLAH STAF DAN KOMANDO ANGKATAN DARAT PANITIA SELEKSI TINGKAT II SOAL LATIHAN APLIKASI DINAS STAF DAN TAKTIK Hari :... Tanggal :... Pukul :... OPERASI MANDAU Penunjukan : Peta : KALIMANTAN BARAT Kedar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pertahanan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.696, 2015 KEMENHAN. TNI. Penanggulangan Bencana. Pelibatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TNI

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.398, 2016 KEMHAN. Pasukan. Misi Perdamaian Dunia. Pengiriman. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGIRIMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH Oleh : Uci Sanusi, SH., MH PENGERTIAN BELA NEGARA Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

RAHASIA. CUPLIKAN ANALISA DAERAH OPERASI (Hanya digunakan untuk kepentingan ujian)

RAHASIA. CUPLIKAN ANALISA DAERAH OPERASI (Hanya digunakan untuk kepentingan ujian) SEKOLAH STAF DAN KOMANDO ANGKATAN DARAT PANITIA SELEKSI TINGKAT II Lampiran A pada OPERASI TRISULA CUPLIKAN ANALISA DAERAH OPERASI (Hanya digunakan untuk kepentingan ujian) PENUNJUKAN : Peta : JAWA TIMUR

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Angkatan Darat merupakan bagian dari sistem pertahanan darat yang dimiliki TNI dan mengambil peran yang tetap di wilayah pertahanan darat, oleh sebab

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

Staf 2 / Operasi. Fungsi Umum. digariskan oleh Komandan. oleh Komandan. Kapten Kav Budiman

Staf 2 / Operasi. Fungsi Umum. digariskan oleh Komandan. oleh Komandan. Kapten Kav Budiman Staf 2 / Operasi Kapten Kav Budiman FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 2 / OPS Fungsi Umum. 1. Mengumpulkan dan meyediakan keterangan tentang keadaan taktis. 2. Mengadakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Batalyon Infanteri 143 Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi organisasi disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan instruksi KSAD NO:2/KSAD/Instr/52

Lebih terperinci

KAJIAN Tentang LIAISON OFFICER (LO) TNI AL DAN TNI AU DI KODAM DAN KOSTRAD JAJARAN TNI AD BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN Tentang LIAISON OFFICER (LO) TNI AL DAN TNI AU DI KODAM DAN KOSTRAD JAJARAN TNI AD BAB I PENDAHULUAN MARS BESAR ANGTAN DARAT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO JIAN Tentang LIAISON OFFICER (LO) TNI AL DAN TNI AU DI KO DAN KOSTRAD JAJARAN TNI AD BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Kodam dan Kostrad sebagai komando utama

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1318, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pembangunan. Pertahanan Negara. Perencanaan. Sistem. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016 JUDUL: PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN

DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Menyikapi dinamika perubahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia khususnya dibidang pertahanan negara, TNI tengah melaksanakan

Lebih terperinci

METHODE. 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah :

METHODE. 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah : METHODE 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah : 1) Pengertian umum. Dharma Bakti TNI dalam perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita nasional. 2) Pengertian khusus. Pelibatan TNI sebagai komponen

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL ANATOMI KEAMANAN NASIONAL Wilayah Negara Indonesia Fungsi Negara Miriam Budiardjo menyatakan, bahwa setiap negara, apapun ideologinya, menyeleng garakan beberapa fungsi minimum yaitu: a. Fungsi penertiban

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL. BAB

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL. BAB LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2015 SOSIAL. Stabilitas Nasional. Konflik. Penanganan. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5658) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kebijakan. Sistem Informasi. Pertahanan Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Tgl 17 Agustus 2010 Final RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional

Lebih terperinci

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009 Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, 05-10-09 Senin, 05 Oktober 2009 Â AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN TNI KE-64 DI MABES TNI, CILANGKAP, JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI Tindak pidana desersi merupakan tindak pidana militer yang paling banyak dilakukan oleh anggota TNI, padahal anggota TNI sudah mengetahui mengenai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN TUGAS BANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM, PENGUNGSIAN DAN BANTUAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA FAREWELL PRESIDEN DENGAN PERWIRA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya

BAB I PENGANTAR. Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya peran logistik perbekalan. Salah satu gambaran tentang peran perbekalan dapat dilihat dalam perang

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warrahmatullah Wa Barakatuh

Assalamu alaikum Warrahmatullah Wa Barakatuh No. : Hal : Lampiran : 4 lembar Jakarta, 7 Januari 2013 Assalamu alaikum Warrahmatullah Wa Barakatuh Dengan ini saya yang bertandatangan di bawah ini menjelaskan tentang alasan yang membuat kami yakin

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN No Prioritas/ Fokus Prioritas/ Kegiatan Prioritas Rencana Tahun Prakiraan Pencapaian Rencana Prakiraan Maju

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1224, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Penanggulangan. Bencana. Bantuan. Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG PERNYATAAN KEADAAN BAHAYA DENGAN TINGKATAN KEADAAN DARURAT MILITER DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

Formulir I Himpunan RKAKL MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI, FUNGSI, PROGRAM DAN SUMBER DANA Halaman 1 dari 101 KODE DAN URAIAN BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI, FUNGSI, PROGRAM DAN SUMBER DANA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN DALAM

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa saat ini masih terdapat permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya 1. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya 1. Karena itu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan suatu angkatan bersenjata tidak akan terlepas dari struktur formal negara. Terkait dengan hal tersebut, salah satu ahli teori kenegaraan ternama Thomas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN DALAM RANGKA OPERASI LILIN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian Yang Saya

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BUKU KEDUA TINDAK PIDANA BAB I TINDAK PIDANA TERHADAP KEAMANAN NEGARA Bagian Kesatu Tindak Pidana terhadap Ideologi Negara Paragraf 1 Penyebaran Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme Pasal 212 (1) Setiap

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2015 TENTANG SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL (ILLEGAL FISHING)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2015 TENTANG SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL (ILLEGAL FISHING) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2015 TENTANG SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL (ILLEGAL FISHING) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci