PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI POKOK REAKSI REDUKSI-OKSIDASI KELAS X-A SEMESTER 2 DI SMA AL-FALAH KETINTANG SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI POKOK REAKSI REDUKSI-OKSIDASI KELAS X-A SEMESTER 2 DI SMA AL-FALAH KETINTANG SURABAYA"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI POKOK REAKSI REDUKSI-OKSIDASI KELAS X-A SEMESTER 2 DI SMA AL-FALAH KETINTANG SURABAYA Afrida Trisnawati, Ismono ABSTRAK Pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK) siswa dituntut aktif mengembangkan kompetensi untuk memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar tanpa meninggalkan kerjasama dan solidaritas. Berdasarkan wawancara dengan guru kimia di SMA Al-Falah Ketintang Surabaya bahwa sebagian besar guru kimia sekolah tersebut dalam menyampaikan materi pokok menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk aktif mencari informasi sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada pelajaran kimia khususnya reaksi reduksi-oksidasi, sehingga nilai materi pokok ini rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola kelas, aktivitas siswa, hasil belajar dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok reaksi reduksi-oksidasi dan respon siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam tiga kali putaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola kelas terhadap proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD selama 3 putaran didapatkan ratarata sebesar 63,98%, sehingga mendapatkan penilaian baik. Selain itu pada kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi positif antar siswa di kelas dalam memahami materi pokok reaksi reduksi-oksidasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD seiring dengan meningkatnya aktivitas berdiskusi/bertanya antar siswa yakni pada putaran I sebesar 9,5%, putaran II dan III berurutan yakni sebesar 12,3% dan 22,8%. Dari hasil angket diperoleh respon sebanyak 87% siswa menyatakan pelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat menarik dan tidak membosankan. Sedangkan dari hasil tes, ketuntasan belajar pada putaran I sebesar 73,3%, putaran II dan III berurutan yakni sebesar 86,7% dan 93,3%. Kata Kunci : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 1. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat pesat, maka pendidikan yang merupakan suatu kegiatan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan demi kemajuan suatu bangsa. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum dari kurikulum 2000 menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Pada KBK ini siswa dituntut aktif mengembangkan kompetensi untuk memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar tanpa meninggalkan kerjasama dan solidaritas. Dalam memenuhi harapan KBK, guru harus mampu mengembangkan metode dan keterampilan mengajar. Peran guru adalah membantu para siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip-prinsip bukan memberi ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas (Nur, dkk, 1999: 2). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Al-Falah Ketintang Surabaya pada tanggal 12 Oktober 2006 diketahui sebagian besar guru kimia sekolah tersebut dalam menyampaikan materi pokok menggunakan metode ceramah. Metode ceramah ini menyebabkan siswa 9

2 kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan menjadikan suasana kelas menjadi membosankan. Materi pokok reaksi reduksi-oksidasi menyajikan konsep-konsep sulit yang perlu dipahami dan dimengerti salah satunya siswa dituntut dapat menentukan atom yang mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, penerimaan dan pelepasan elektron dan perubahan bilangan oksidasi serta memberi nama suatu senyawa. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam materi pokok reaksi reduksi-oksidasi dan siswa tidak termotivasi untuk aktif mencari informasi sendiri. Oleh karena itu diperlukan keterlibatan siswa secara aktif selama kegiatan belajar mengajar dengan cara saling berdiskusi, tanya jawab baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Al- Falah Ketintang Surabaya bahwa guru dalam menyampaikan materi reaksi reduksioksidasi menggunakan metode ceramah, sehingga didapatkan ketuntasan pada tahun ajaran hanya mencapai 15%. Di mana hasil ini jauh dari standar ketuntasan yang telah ditetapkan berdasarkan kesepakatan guru kimia SMA Al- Falah Ketintang Surabaya yakni 85%. Hasil angket yang diberikan pada siswa kelas XI diperoleh 59,26% siswa menyatakan kesulitan dalam mempelajari materi reaksi reduksi-oksidasi dan 66,67% siswa tidak tertarik dengan model pengajaran yang digunakan oleh guru mereka, ini menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran materi pokok reaksi reduksi-oksidasi. Di kelas X-A SMA Al-Falah menurut informasi dari guru kimia menyatakan siswa cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil angket yang diberikan kepada siswa kelas X-A diperoleh sebesar 67,86% siswa tidak senang dengan pelajaran kimia, 75% siswa sulit dalam mempelajari kimia dan 67,86% siswa menyatakan guru kurang bervariasi dalam menyampaikan materi kimia. Hal ini menjadikan siswa hanya sebagai pendengar dan pencatat sehingga pengetahuan yang diperoleh tidak bertahan lama dan terbukti dari hasil ulangan kimia pada bab sebelumnya yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru kimia kelas X-A yakni mencapai ketuntasan sebesar 57%. Di mana hasil ini belum menunjukkan standar ketuntasan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan guru kimia SMA Al-Falah Ketintang Surabaya yakni 85%. Untuk itu diupayakan model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah di atas. Salah satu alternatif adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut penelitian Slavin bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibanding pengalaman-pengalaman belajar individu atau kompetitif (Ibrahim, M, dkk, 2000: 16). Pada pembelajaran kooperatif siswa dapat berpartisipasi selama kegiatan belajar mengajar melalui tutorial, karena ada kalanya siswa lebih mudah belajar dari temannya sendiri dan ada pula siswa yang lebih mudah belajar melalui mengajar atau melatih temannya sendiri. Model pembelajaran kooperatif terdiri atas empat tipe yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi kelompok dan pendekatan struktural yaitu terdiri dari Think-Pair-Share (TPS) dan Numbered-Head-Together (NHT) (Ibrahim, M, dkk, 2000). Dalam hal ini digunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang merupakan suatu model pembelajaran yang paling sederhana serta dapat menumbuhkan kemampuan membantu teman. Pada materi pokok reaksi reduksi-oksidasi ini menyajikan konsep-konsep sulit yang perlu dipahami dan 95

3 dimengerti, maka dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dapat belajar bersama dengan kelompok yang heterogen baik dalam kemampuan maupun jenis kelamin dan siswa yang menguasai materi pelajaran lebih dulu harus membantu teman sekelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran. Menurut hasil penelitian dari Anggelita (2006) bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa yakni pada putaran I adalah 5,18%, putaran II adalah 1,07% dan putaran III adalah 17,0% serta dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa yakni pada putaran I adalah 55,77%, putaran II adalah 82,69% dan putaran III adalah 92,31%. Dari uraian di atas penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok reaksi reduksi-oksidasi kelas X-A semester 2 di SMA Al-Falah Ketintang Surabaya. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 3 putaran di mana setiap putaran terdiri dari tahap yakni: 1) Rencana Pada tahap ini meliputi persiapan instrumen penelitian yaitu rencana pembelajaran, LKS, lembar observasi dan soal tes untuk tiap putaran. 2) Kegiatan dan Pengamatan Pada tahap ini meliputi tindakan yang dilakukan peneliti serta mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang telah dilakukan. 3) Refleksi Pada tahap ini penelitian melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan. ) Revisi Pada tahap ini peneliti membuat revisi rancangan untuk dilakukan pada putaran berikutnya. 2.2 Analisis Data Penelitian (1) Analisis Lembar Aktivitas Siswa. Lembar aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan persentase (%), yaitu: frekuensi aktivitas yang muncul % aktivitas x100% total frekuensi aktivitas (2) Analisis Lembar Pengelolaan Pembelajaran. Data kemampuan guru dalam mengelola kelas selama proses kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan menggunakan skala Likert dengan keterangan skor seperti pada tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Keterangan Skor Skala Likert Skor Keterangan 1. Sangat kurang 96

4 kurang Cukup Baik Sangat baik (Riduwan,2005) Data yang diperoleh kemudian diolah dalam bentuk persentase. Skor kriterium = Skor tertinggi x aspek x jumlah observer/pengamat jumlah hasil perhitungan p x100% skor kriterium Perhitungan persentase dilakukan pada tiap aspek penilaian dan keseluruhan aspek penilaian. Hasil persentase yang diperoleh diinterpretasikan seperti pada tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2 Interpretasi Persentase Pengelolaan Pembelajaran No Persentase Kategori %-20% 21%-0% 1%-60% 61%-80% 81%-100% Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik (Riduwan, 2005) a) Analisis Data Hasil Belajar Siswa Analisis untuk mengetahui masing-masing ketuntasan belajar setelah pembelajaran. Secara individual siswa telah tuntas belajar jika mencapai nilainya 69 dengan perhitungan sebagai berikut: B Nilaisiswa x100 N keterangan: B = Banyaknya soal yang dijawab benar N = Banyaknya soal (Surapranata, 200) sedangkan secara klasikal suatu kelas telah tuntas belajar jika terdapat 85% siswa telah mencapai nilai 69 dengan perhitungan sebagai berikut: Jumlahsiswa yangtuntas x100% Jumlah seluruh siswa b) Analisis Angket Siswa Untuk menganalisis hasil angket menggunakan persentase dari jumlah siswa yang telah memilih tiap-tiap alternatif jawaban dengan rumus: F P x100% N Keterangan: P = Persentase F = Jumlah jawaban responden N = Jumlah responden Interpretasi persentase respon siswa seperti pada tabel 2.3 sebagai berikut: 97

5 Tabel 2.3 Interpretasi Persentase Respon Siswa No Persentase Kategori %-20% 21%-0% 1%-60% 61%-80% 81%-100% Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik (Riduwan,2005) 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengelolaan Pembelajaran kooperatif % Rata-rata I II III Putaran Grafik 3.1 Pengelolaan pembelajaran kooperatif Grafik di atas menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif pada putaran I sebesar 59,71% (cukup), pada putaran II meningkat menjadi 65% (baik) dan pada putaran III sebesar 67,23% (baik). Pada putaran I kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sebesar 59,71%, hal ini dikarenakan aktivitas guru ada yang mendapat penilaian kurang baik dalam melatih keterampilan kooperatif kepada siswa dan pengelolaan waktu. Pada pertemuan ini guru dan siswa masih menyesuaikan diri dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa belum terbiasa belajar kelompok dan menggunakan keterampilan kooperatif dengan baik sehingga guru kesulitan untuk melatih siswa menggunakan keterampilan kooperatif. Pada pertemuan ini guru juga kurang baik dalam mengelola waktu yaitu banyak digunakan untuk mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok. Siswa belum terbiasa untuk belajar berkelompok. Pada putaran II, masalah tersebut diperbaiki sehingga penilaian terhadap pengelolaan pembelajaran meningkat yaitu mendapat kriteria baik. Pada putaran ini kemampuan guru dalam melatih keterampilan kooperatif telah meningkat dan guru cukup baik dalam mengatur waktu. Siswa cepat dalam membentuk kelompok sehingga guru tidak memerlukan waktu lama dalam mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok. Guru telah mengingatkan siswa untuk menggunakan keterampilan kooperatif, aktivitas guru ini dapat mendorong siswa untuk menggunakan keterampilan kooperatifnya sehingga suasana pembelajaran pada putaran II ini lebih hidup. Kemampuan guru pada putaran III mendapat penilaian baik (67,23%). Siswa sudah terbiasa belajar secara berkelompok sehingga guru tidak memerlukan waktu lama untuk mengorganisasikan siswa ke dalam kelompoknya. Aktivitas guru yang meningkat pada putaran III yaitu melatih keterampilan kooperatif siswa, ini berarti 98

6 guru berusaha untuk meningkatkan kegiatan belajar dengan menekankan kegiatan pada kelompok kooperatif dan membimbing siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Untuk aktivitas yang lainnya, nilai yang diperoleh sama dengan nilai pada putaran II yang menunjukkan bahwa cara mengajar guru sudah konstan dengan kualifikasi baik dan cukup. Secara keseluruhan diperoleh nilai akhir hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 63,98% (baik), persentase ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan dalam penelitian ini mempunyai penilaian baik. 3.2 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran % Aktivitas Kategori Aktivitas Siswa Putaran I Putaran II Putaran III Grafik 3.2 Kategori aktivitas siswa Keterangan : 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 2. Membaca (buku siswa/ LKS) 3. Berdiskusi/bertanya antar siswa. Berdiskusi/bertanya antar siswa dengan guru 5. Mempresentasikan hasil kerja kelompok 6. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari 7. Mengerjakan postes. Grafik 3.2 menunjukkan bahwa aktivitas berdiskusi/bertanya antar siswa dan berdiskusi/bertanya antar siswa dengan guru mengalami peningkatan pada tiap putaran. Pada putaran I, persentase kedua aktivitas ini masih kecil yakni 9,5% karena pada putaran ini siswa belum menggunakan keterampilan kooperatifnya. Aktivitas berdiskusi/bertanya antar siswa pada putaran II (12,3%) dan putaran III (22,8%), sedangkan berdiskusi/bertanya antar siswa dengan guru pada putaran II (10,5%) dan putaran III (13,%), persentase kedua aktivitas ini meningkat karena siswa sudah terbiasa menggunakan keterampilan kooperatifnya dan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran tiap putaran. Persentase aktivitas mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru pada putaran I (32,3%) dan putaran II (33,3%) mengalami peningkatan, karena pada putaran I dan II siswa masih kurang aktif sehingga guru banyak menjelaskan materi dan memberi informasi tentang model pembelajaran kooperatif. Pada putaran III (19%), persentase aktivitas ini mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga guru tidak 99

7 banyak memberikan informasi tentang materi dan memotivasi siswa dalam menggunakan keterampilan kooperatifnya. Pada putaran I persentase aktivitas membaca (buku siswa/ LKS) sebesar 11,%, putaran II sebesar 6,7% sedangkan putaran III sebesar 5,7%. Persentase aktivitas pada putaran I lebih besar dari putaran II dan III, karena pada putaran I siswa masih bersikap individual sehingga untuk memahami materi siswa lebih menonjolkan aktivitas membaca daripada berdiskusi antar siswa. Pada putaran II dan III, aktivitas ini makin menurun karena siswa sudah menggunakan keterampilan kooperatifnya dalam memahami materi. Aktivitas mempresentasikan hasil kerja kelompok pada putaran I dan II sama yakni sebesar 1,3%, karena siswa belum berani dalam menyampaikan ide/pendapatnya. Pada putaran III, aktivitas ini meningkat yakni sebesar 15,2%, karena siswa sudah berani dalam menyampaikan ide/pendapatnya walaupun berbeda dengan temannya sehingga suasana kelas lebih aktif. Sedangkan aktivitas menyimpulkan materi yang telah dipelajari juga mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena siswa lebih memahami materi ketika menggunakan keterampilan kooperatifnya dan siswa juga lebih berani dalam menyampaikan ide/pendapatnya. Berdasarkan pembahasan aktivitas siswa di atas maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X-A dapat meningkatkan aktivitas siswa. 3.3 Ketuntasan Tes Hasil Belajar Ketuntasan belajar ditetapkan berdasarkan kesepakatan guru kimia SMA Al- Falah Ketintang Surabaya yakni seorang seorang siswa secara individu dikatakan tuntas belajar jika telah memperoleh nilai 69 atau lebih dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut telah terdapat 85% siswa tuntas belajar. % Ketuntasan Klasikal I I II Putaran Grafik 3.3 Ketuntasan belajar siswa secara klasikal Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pada putaran I, siswa yang dikatakan tuntas sebanyak 22 siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa, ketuntasan belajar secara klasikal pada postes tersebut mencapai 73,3% sehingga apabila didasarkan kesepakatan guru kimia SMA Al-Falah maka secara klasikal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X-A ini belum tuntas. Pada putaran II, siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak siswa. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 86,7% sehingga apabila didasarkan kesapakatan guru kimia SMA Al-Falah maka secara klasikal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X-A ini dikatakan tuntas. 100

8 Pada putaran III, siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 2 siswa. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 93,3% sehingga apabila didasarkan kasepakatan guru kimia SMA Al-Falah maka secara klasikal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X-A ini dikatakan tuntas. Berdasarkan pembahasan ketuntasan tes hasil belajar di atas maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X-A dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok reaksi reduksi-oksidasi. 3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Angket respon yang diberikan kepada 30 siswa setelah pembelajaran pada putaran ketiga berakhir. Data angket digunakan untuk menggunakan respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari analisis angket respon siswa diperoleh sebanyak 73% siswa menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memotivasi mereka untuk meningkatkan prestasi belajarnya, sedangkan sebanyak 87% siswa menyatakan bahwa pelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat menarik dan tidak membosankan.. Kesimpulan dan Saran.1 Kesimpulan Berdasarkan pelaksanakan penelitian pada putaran I, II dan III diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD pada putaran I sebesar 59,71% (cukup), putaran II meningkat menjadi 65,00% (baik) dan pada putaran III meningkat menjadi 67,23% (baik). Secara keseluruhan diperoleh rata-rata kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 63,98% yang mendapat penilaian baik. (2) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang meliputi berdiskusi/bertanya antar siswa dengan guru, pada putaran I mendapat persentase 9,5% dan pada putaran II dan III meningkat berturut-turut 10,5% dan 13,%. Aktivitas siswa berdiskusi/bertanya antar siswa juga mengalami peningkatan. Pada putaran I mendapat persentase 9,5% dan pada putaran II dan III meningkat berturut-turut 12,3% dan 22,8%. (3) Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat baik. Hal ini terlihat dari pernyataan mereka bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memotivasi mereka untuk meningkatkan prestasi belajarnya (73%), sedangkan siswa menyatakan bahwa pelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat menarik dan tidak membosankan sebanyak 87%. () Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada putaran I, ketuntasan klasikal siswa mencapai 73,3%, pada putaran II dan III ketuntasan secara klasikal meningkat yaitu 86,7% dan 93,3%..2 Saran-Saran Dari hasil penelitian ini, yang dapat disarankan peneliti sebagai masukan adalah: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu diterapkan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran kimia pada materi pokok yang lain. 101

9 (2) Hendaknya siswa dilatih terlebih dahulu dengan model pembelajaran kooperatif supaya mereka terbiasa belajar kooperatif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. (3) Untuk mengukur supaya siswa tidak terlalu lama dalam membentuk kelompok, maka guru sebaiknya menekankan kepada siswa terutama ketua kelompoknya untuk bertanggung jawab dalam mengorganisasikan anggotanya ke dalam kelompok belajar sebelum belajar dimulai. DAFTAR PUSTAKA Anggelita, Devi Maria Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan non Elektrolit Untuk Mencapai ketuntasan Belajar Siswa Di SMA Antartika Sidoarjo. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Surabaya: UNESA. Arikunto, Suharsimi Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta. Fatmawati, Suci Elliyan Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achivement Division (STAD) Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan non Elektrolit Siswa Kelas II-5 Semester 2 Di SMA Wachid Hasyim 2 Taman. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Surabaya: UNESA. FMIPA Panduan Penulisan Skipsi dan Penilaian Skipsi. Surabaya: UNESA. Ibrahim, Muslim, dkk Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIPRESS. Mulyasa, E Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nur, Muhammad, dkk Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA UNIPRESS. Nur, Muhammad, dkk Pembelajaran kooperatif. Surabaya: UNESA UNIPRESS. Purba, Michael Kimia IB Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Riduwan Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: ALFABETA. Risdiana, Herra Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam mencapai ketuntasan Belajar Kimia Pada Pokok Bahasan Alkana, Alkena dan Alkuna Siswa Kelas 1-9 SMU Kartika V-3 Surabaya. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Surabaya: UNESA. Sutresna, Nana Kimia Untuk Sekolah Menengah Umum Kelas I. Bandunng: Grafindo Media Pratama. Surapranata, Sumarna Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 200. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Tim Pelatih PGSM Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researh). Jakarta: DEPDIKBUD. 102

10 TIPE-TIPE KESEPAKATAN SISWA DALAM MENGIKUTI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA Lutfiah dan Suyono Abstrak: Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui tipe-tipe kesepakatan siswa dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) pada materi ikatan kimia di SMK, (2) Mengetahui persentase setiap tipe kesepakatan siswa, dan (3) Mengetahui kecenderungan antara tipe kesepakatan dengan hasil belajar siswa. Sasaran pada penelitian ini adalah siswa kelas 1 Audio Video-2 SMK Negeri 3 Surabaya yang berjumlah 22 siswa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah The One-Shot Case Study. Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen identifikasi tipe kesepakatan siswa dalam berbagi pendapat pada fase Pair dan lembar penilaian. Prosedur pengumpulan data terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan (proses pembelajaran dan tes), dan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe-tipe kesepakatan siswa dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) pada materi pokok ikatan kimia, adalah: (1) Kedua siswa benar sebelum dan sesudah tukar pendapat (tipe 1; 8,18%), (2) Salah satu siswa benar sebelum dan sesudah tukar pendapat dan siswa yang lain benar ketika sudah tukar pendapat (tipe 2; 26,36%), (3) Salah satu siswa salah sebelum dan sesudah tukar pendapat sedangkan siswa yang lain benar sebelum tukar pendapat dan salah sesudah tukar pendapat (tipe 3; 2,72%), () Kedua siswa salah sebelum dan sesudah tukar pendapat (tipe ; 1,5%), (5) Kedua siswa salah sebelum tukar pendapat dan benar sesudah tukar pendapat (tipe 5; 7,27%), dan (6) Kedua siswa benar sebelum tukar pendapat dan salah sesudah tukar pendapat (tipe 6; 0,91%). Pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share), siswa yang menjawab benar setelah tukar pendapat cenderung memperoleh hasil belajar yang bagus. Kata Kunci: Tipe Kesepakatan, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair- Share, ikatan kimia. PENDAHULUAN Dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2006, mata pelajaran kimia telah diberikan mulai kelas satu pada semua program keahlian. Dimana mata pelajaran kimia berfungsi hanya sebagai penunjang terhadap mata pelajaran program produktif, sehingga siswa kurang tertarik dan cenderung meremehkan mata pelajaran tersebut. Salah satu materi pokok mata pelajaran kimia yang diberikan di SMK kelas satu adalah ikatan kimia. Materi ini merupakan materi pokok yang memiliki sifat teoritis yang memerlukan adanya pemahaman konsep. Dalam materi ini menjelaskan tentang terjadinya ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan logam dan menuliskan senyawa kimia. Sementara itu materi pembelajaran yang bersifat teoritis, kurang memberi contohcontoh yang kontekstual, metode penyampaian bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal seperti metode penyampaian materi ikatan kimia yang

11 digunakan oleh guru SMK Negeri 3 Surabaya yaitu metode ceramah, sehingga siswa merasa jenuh yang menyebabkan siswa kurang aktif. Berdasarkan data ketuntasan belajar siswa kelas 1 audio video tahun ajaran diperoleh 80% yang telah mencapai nilai 60, data tersebut menunjukkan bahwa kelas tersebut belum mencapai skala ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah, yaitu 85%. Seorang guru harus pandai dalam memilih model pembelajaran yang tepat, menciptakan suasana kelas yang kondusif, serta menguasai materi pokok yang diajarkan yaitu mendeskripsikan terjadinya ikatan ion dan ikatan kovalen, menjelaskan ikatan logam dan menuliskan tata nama senyawa kimia. Peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dalam proses pembelajaran dengan menyiapkan lembar jawaban yang berbeda, yaitu lembar jawaban untuk fase Think dan lembar jawaban untuk fase Pair. Dari kedua lembar jawaban tersebut, dapat diklasifikasikan beberapa tipe-tipe kesepakatan siswa dalam berbagi pendapat pada fase Pair. Di mana tipe-tipe kesepakatan yang dibuat pasangan merupakan gambaran dari pemahaman siswa terhadap pertanyaan yang didiskusikan. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan guru memberikan masalah untuk difikirkan secara mandiri beberapa saat (Think), kemudian diselesaikan secara berpasangan (Pair). Setelah itu salah satu pasangan siswa diminta untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang hasil kerjanya dan dilanjutkan untuk pasangan yang lain (Share). Berdasarkan fenomena yang terjadi pada penelitian-penelitian sebelumnya, dalam pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, siswa sering melakukan kesalahan yaitu pada pelaksanaan fase Think, siswa-siswa tidak mengerjakan soal yang diberikan guru secara mandiri, tetapi siswa sudah melakukan berbagi pendapat dengan temannya. Sehingga pemikiran individu siswa tidak terlaksana. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya instrumen pada penelitian-penelitian tersebut yang menjamin bahwa fase Think benar-benar dilaksanakan sebelum melakukan langkah Pair. Padahal terdapat beberapa keuntungan dari model pembelajaran kooperatif diantaranya dapat membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka dan siswa juga lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi, khususnya pada tipe TPS (Think-Pair-Share) siswa diberikan waktu untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain (Ibrahim, 2000). Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi yang dilanjutkan dengan Think, Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar (Pair), Membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi (Share), memberikan penghargaan (Ibrahim, 2000). Pada langkah menyajikan informasi, diperlukan adanya media pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa agar mudah memahami materi yang diajarkan dan supaya pembelajaran tidak bersifat monoton. Media yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah media interaktif. Penyampaian materi dengan menggunakan media ini akan mendorong siswa untuk dapat menemukan sendiri konsep dari materi yang disajikan oleh guru. Interaksi dalam media ini berbentuk materi dan contoh soal yang menampilkan sub pokok materi dan disertai dengan animasi. Dengan menggunakan media ini siswa diharapkan mampu memiliki ketertarikan, senang dan santai dalam proses belajar. Apalagi jika media ini diterapkan dalam pembelajaran kimia, dimana ilmu kimia merupakan ilmu dasar dari ilmu terapan yang dipelajari dalam program produktif di SMK. 10

12 Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul Identifikasi Tipe-Tipe Kesepakatan Siswa dalam Mengikuti Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Materi Pokok Ikatan Kimia di SMK. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab beberapa rumusan masalah, yaitu Bagaimana Tipe-tipe kesepakatan siswa dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok ikatan kimia di SMK?, berapa besar prosentase Tipe-tipe kesepakatan siswa tersebut, bagaimana kecenderungan antara tipe kesepakatan dengan hasil belajar siswa? Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menjadi acuan bagi guru dalam upaya memperkecil kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berlangsung. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini mempunyai bentuk deskriptif dengan rancangan penelitian The One-Shot Case Study. Yang digambarkan sebagai berikut: X O (Arikunto, 2002) Keterangan: X = perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair- Share. O = Pengukuran kemampuan berupa tes hasil belajar. Pendiskripsian tipe-tipe kesepakatan siswa dilakukan selama pembelajaran berlangsung, sedangkan untuk pendiskripsian kecenderungan antara tipe-tipe kesepakatan siswa dengan tes hasil belajar siswa dilakukan setelah pembelajaran berlangsung. Tipe-tipe kesepakatan siswa, yaitu kesepakatan yang diperoleh pada fase pair oleh pasangan siswa atas jawaban pertanyaan yang diberikan guru dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Tipe kesepakatan 1 menyatakan bahwa jawaban siswa I dan II pada saat berpikir secara mandiri sudah benar dan pada saat berbagi pendapat dengan pasangannya, siswa memperoleh kesepakatan jawaban yang benar. 2. Tipe kesepakatan 2 menyatakan bahwa pada saat berpikir secara mandiri jawaban siswa I sudah benar, sedangkan jawaban siswa II masih salah dan pada waktu berbagi pendapat dengan pasangannya, akhirnya memperoleh kesepakatan jawaban yang benar. 3. Tipe kesepakatan 3 menyatakan bahwa pada saat berpikir secara mandiri jawaban siswa I sudah benar, sedangkan jawaban siswa II masih salah dan pada waktu berbagi pendapat dengan pasangannya, akhirnya memperoleh kesepakatan jawaban yang salah.. Tipe kesepakatan menyatakan bahwa jawaban siswa I dan II pada saat berpikir secara mandiri masih salah dan pada saat berbagi pendapat dengan pasangannya, siswa memperoleh kesepakatan jawaban yang salah. 5. Tipe kesepakatan 5 menyatakan bahwa jawaban siswa I dan II pada saat berpikir secara mandiri masih salah dan pada saat berbagi pendapat dengan pasangannya, siswa memperoleh kesepakatan jawaban yang benar. 105

13 6. Tipe kesepakatan 6 menyatakan bahwa jawaban siswa I dan II pada saat berpikir secara mandiri sudah benar dan pada saat berbagi pendapat dengan pasangannya, siswa memperoleh kesepakatan jawaban yang salah. Persentase Tipe-tipe kesepakatan siswa, yaitu perbandingan antara Tipe-tipe kesepakatan siswa yang muncul dengan jumlah seluruh siswa dikali 100. Tipe kesepakatan % X 100 siswa Sasaran pada penelitian ini adalah siswa kelas 1 Audio Video-2 SMK Negeri 3 Surabaya yang berjumlah 30 siswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada sub bab ini memuat tentang penyajian data penelitian yang diikuti dengan hasil analisis masing-masing data dan dilanjutkan pembahasan. 1. Tipe-Tipe Kesepakatan Siswa dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share) Tipe-tipe kesepakatan siswa diperoleh setelah siswa mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan menggunakan lembar jawaban yang berbeda dalam proses pembelajaran, yaitu lembar jawaban untuk fase Think dan lembar jawaban untuk fase Pair. Dari data yang diperoleh dapat diberikan hasil analisis bahwa tipe kesepakatan siswa pada LKS 1, 2 dan 3 dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) ada enam tipe sebagai didefinisikan di atas. Munculnya keenam tipe kesepakatan tersebut menunjukkan bahwa diskusi yang dilakukan oleh dua siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair- Share) berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dan penurunan berfikir siswa setelah bertukar pendapat dengan pasangannya. Peningkatan berfikir siswa terjadi apabila salah satu atau kedua siswa ketika berfikir secara mandiri menjawab salah, kemudian setelah bertukar pendapat dengan pasangannya memperoleh kesepakatan jawaban yang benar. Begitu juga dengan penurunan berfikir siswa terjadi apabila salah satu atau kedua siswa ketika berfikir secara mandiri menjawab benar, kemudian setelah bertukar pendapat dengan pasangannya memperoleh kesepakatan jawaban yang salah. Dilihat dari 6 tipe kesepakatan yang muncul, yang paling berbahaya adalah tipe kesepakatan yang terjadi penurunan berfikir siswa, yaitu kesepakatan di mana salah satu siswa salah sebelum dan sesudah tukar pendapat sedangkan siswa yang lain benar sebelum tukar pendapat dan salah sesudah tukar pendapat karena tipe tersebut merugikan pasangannya, dan kesepakatan di mana kedua siswa benar sebelum tukar pendapat dan salah sesudah tukar pendapat karena terjadi saling merugikan di antara siswa, untuk tipe 5 tidak membahayakan karena sama-sama tidak ada potensinya dan tanggung jawab guru untuk membetulkan konsep bagi siswa yang mempunyai tipe ini. Selain itu terdapat tipe kesepakatan yang tidak mengalami peningkatan atau penurunan berfikir yaitu tipe 1 dimana kedua siswa benar sebelum dan sesudah tukar pendapat dan tipe dimana kedua siswa yang salah sebelum dan sesudah tukar pendapat. Hal ini wajar terjadi pada proses tukar pendapat yang dilakukan oleh dua 106

14 orang, jika dalam berfikir secara mandiri kedua siswa berfikir yang sama, maka hasil diskusi mereka juga menghasilkan apa yang telah difikirkan mereka. 2. Persentase Tipe-Tipe Kesepakatan Siswa dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Persentase tipe-tipe kesepakatan siswa diperoleh dengan membandingkan antara jumlah tipe-tipe kesepakatan siswa yang muncul dengan jumlah seluruh tipe kesepakatan dikali 100. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui jumlah tiap tipe-tipe kesepakatan siswa kelas 1 audio-video 2 dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) pada materi pokok ikatan kimia, diantaranya yaitu tipe kesepakatan 1 sebanyak 106; tipe kesepakatan 2 sebanyak 58; tipe kesepakatan 3 sebanyak 6; tipe kesepakatan sebanyak 32; tipe kesepakatan 5 sebanyak 16 dan tipe kesepakatan 6 sebanyak 2. Dengan demikian dapat diketahui masing-masing persentase tipe kesepakatan siswa dengan membandingkan antara jumlah tipe kesepakatan siswa yang muncul dengan jumlah seluruh tipe kesepakatan dikali 100, sehingga diperoleh tipe kesepakatan 1 dengan persentase 8,18%; tipe kesepakatan 2 dengan persentase 26,36%; tipe kesepakatan 3 dengan persentase 2,72%; tipe kesepakatan dengan persentase 1,5%; tipe kesepakatan 5 dengan persentase 7,27%; dan tipe kesepakatan 6 dengan persentase 0,91%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase peningkatan berfikir (tipe kesepakatan 2 dan 5) lebih besar daripada penurunannya (tipe kesepakatan 3 dan 6). Peningkatan berfikir siswa menunjukkan adanya saling membantu satu sama lain, hal ini mencerminkan bahwa Think-Pair-Share telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, sejalan dengan apa yang diungkapkan Nur (2005) bahwa Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dapat dilihat dari adanya peningkatan dan penurunan berfikir siswa, walaupun dalam penelitian ini terdapat siswa yang tidak mengalami peningkatan atau penurunan berfikir, seperti pada Ke dua siswa benar sebelum dan sesudah tukar pendapat dan Kedua siswa salah sebelum dan sesudah tukar pendapat, akan tetapi hal tersebut wajar terjadi dalam hubungan tukar pendapat antara dua individu, jika kedua individu ketika berfikir secara mandiri memikirkan hal yang sama, maka dalam tukar pendapat mereka menghasilkan seperti apa yang mereka fikirkan. Rata-rata persentase kedua siswa yang benar sebelum dan sesudah tukar pendapat sebesar 8,18%. Angka tersebut masih rendah, sehingga perlu di tingkatkan lagi, sedangkan kedua siswa yang salah sebelum dan sesudah tukar pendapat memperoleh rata-rata persentase sebesar 1,5%. Walaupun angka tersebut lebih kecil dari persentase kedua siswa yang benar sebelum dan sesudah tukar pendapat, namun persentase tersebut (1,5%) perlu diperkecil lagi agar terjadi peningkatan berfikir siswa. 3. Kecenderungan antara Tipe Kesepakatan dengan Hasil Belajar Siswa Kecenderungan tipe kesepakatan siswa terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat setelah mengetahui hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan menggunakan skor hasil belajar. Skor 1 diberikan pada siswa yang menjawab benar dan skor 0 diberikan pada siswa yang menjawab salah. Analisis dilakukan pada tiap-tiap indikator hasil belajar. 107

15 Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui rata-rata skor hasil belajar siswa kelas 1 audio-video 2 dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) pada materi pokok ikatan kimia yang dilihat di setiap indikator, diantaranya yaitu tipe kesepakatan 1 dengan rata-rata skor hasil belajar siswa 0,86; tipe kesepakatan 2 dengan rata-rata skor hasil belajar siswa 0,76; tipe kesepakatan 3 dengan rata-rata skor hasil belajar siswa 0,67; tipe kesepakatan dengan rata-rata skor hasil belajar siswa 0,68; tipe kesepakatan 5 dengan rata-rata skor hasil belajar siswa 0,57 dan tipe kesepakatan 6 dengan rata-rata skor hasil belajar siswa 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa skor hasil belajar yang dihasilkan siswa pada tipe kesepakatan yang terjadi peningkatan berfikir (tipe 2) lebih besar daripada tipe kesepakatan yang terjadi penurunan berfikir (tipe 3) dan (tipe 5) lebih besar daripada (tipe 6). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan berfikir siswa cenderung menghasilkan skor hasil belajar yang lebih besar daripada penurunan berfikir siswa. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair- Share) memberikan pengaruh positif dalam hal berfikir siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibrahim dkk (2000), bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi. Selain itu fenomena tersebut juga sejalan dengan pendapat Nasution (1982) bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika siswa saling mendiskusikan suatu masalah untuk mencapai kesepakatan dengan temannya. Tipe kesepakatan siswa yang dominan muncul pada tiap indikator hanya tipe kesepakatan 1, 2 dan. Apabila dilihat dari hubungan tipe kesepakatan siswa dengan persentase ketercapaian indikator menunjukkan bahwa persentase ketercapaian indikator pada tipe kesepakatan 1 (tidak terjadi peningkatan atau penurunan berfikir) cenderung tinggi, akan tetapi besarnya persentase ketercapaian indikator tersebut disetiap indikator berbeda-beda, ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Seperti pada indikator menjelaskan pembentukan ion memiliki persentase lebih kecil daripada menjelaskan gas mulia. Hal tersebut disebabkan karena untuk mencapai indikator menjelaskan pembentukan ion lebih sulit daripada menjelaskan konfigurasi elektron gas mulia. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang semula ketika secara mandiri berfikir salah, kemudian berpasangan dengan siswa yang semula secara mandiri berfikir benar dan akhirnya memperoleh kesepakatan yang benar hanya muncul pada 2 indikator yaitu indikator 7 dan 10 dengan masing-masing persentase ketercapaian indikator sebesar 59% dan 72%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase ketercapaian indikator pada tipe kesepakatan 2 tidak dapat dipastikan lebih tinggi atau lebih rendah. Seharusnya persentase ketercapaian indikator tersebut cenderung tinggi, karena dalam tipe tersebut akhirnya memperoleh jawaban yang benar. Ketidak sesuaian tersebut dikarenakan perbedaan dalam hal berfikir ketika siswa berfikir secara mandiri, sehingga terjadi pengaruh mempengaruhi dalam bertukar pendapat. Hal ini sesuai dengan salah satu postulat yang diungkapkan oleh French dalam Sarwono (1983) yaitu dalam sebuah hubungan dua orang, seseorang yang dipengaruhi akan mengubah pendapatnya mengikuti pasangannya tetapi tidak diikuti dengan perubahan kognitifnya melainkan dikarenakan kekuasaan dasar yang lebih kuat diantara salah seorang tersebut, seperti kekuasaan rujukan, kekuasaan ganjaran, kekuasaan hukuman, kekuasaan pengabsahan dan kekuasaan keahlian. 108

16 Adapun dua siswa berpasangan yang semula ketika secara mandiri berfikir salah dan pada saat bertukar pendapat memperoleh kesepakatan yang salah hanya muncul pada 2 indikator yaitu indikator 2 dan 5 dengan masing-masing persentase ketuntasan indikator sebesar 59% dan 100%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase ketercapaian indikator pada tipe kesepakatan 2 tidak dapat dipastikan lebih tinggi atau lebih rendah. Seharusnya persentase ketuntasan indikator tersebut cenderung rendah, karena pada tipe tersebut kedua siswa setelah bertukar pendapat masih berfikir salah. Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan adanya perubahan berfikir siswa pada saat fase Share. Pada fase Share salah satu pasangan berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang mereka bicarakan, oleh karena itu pada fase inilah setiap individu memperbaiki pemahaman mereka tentang jawaban yang telah dibicarakan dengan pasangannya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Nur (2005) bahwa diskusi perlu dilakukan di dalam seting seluruh kelompok. Keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa. Seorang siswa telah tuntas belajar bila ia telah mencapai nilai >60 dan suatu kelas dikatakan tuntas bila di kelas tersebut telah mencapai 85% yang telah mencapai nilai >60. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan siswa yang tidak tuntas belajar di kelas 1 Audio-video 2 SMK Negeri Surabaya pada materi pokok ikatan kimia yaitu sebanyak 3 dari 22 siswa dengan masing-masing nilainya 50, 3 dan 50. Dengan demikian, ketuntasan klasikal di kelas tersebut mencapai 86,36%. Secara umum dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dapat menghantarkan siswa mencapai indikator hasil belajar. Hal ini dapat dilihat pada ketuntasan klasikal siswa kelas 1 Audio-Video 2 yang mencapai 86,36%. Besar persentase tersebut telah melebihi batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sekolah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Jika dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair- Share) siswa benar-benar berfikir secara mandiri pada fase Think dan bertukar pendapat pada fase Pair, maka dapat ditemukan tipe-tipe kesepakatan siswa pada materi pokok ikatan kimia di SMK ada 6 tipe, yaitu: a. Tipe kesepakatan 1 menyatakan bahwa jawaban siswa I dan II pada saat berpikir secara mandiri sudah benar dan pada saat berbagi pendapat dengan pasangannya, siswa memperoleh kesepakatan jawaban yang benar. b. Tipe kesepakatan 2 menyatakan bahwa pada saat berpikir secara mandiri jawaban siswa I sudah benar, sedangkan jawaban siswa II masih salah dan pada waktu berbagi pendapat dengan pasangannya, akhirnya memperoleh kesepakatan jawaban yang benar. c. Tipe kesepakatan 3 menyatakan bahwa pada saat berpikir secara mandiri jawaban siswa I sudah benar, sedangkan jawaban siswa II masih salah dan pada waktu berbagi pendapat dengan pasangannya, akhirnya memperoleh kesepakatan jawaban yang salah. d. Tipe kesepakatan menyatakan bahwa jawaban siswa I dan II pada saat berpikir secara mandiri masih salah dan pada saat berbagi pendapat dengan pasangannya, siswa memperoleh kesepakatan jawaban yang salah. 109

17 e. Tipe kesepakatan 5 menyatakan bahwa jawaban siswa I dan II pada saat berpikir secara mandiri masih salah dan pada saat berbagi pendapat dengan pasangannya, siswa memperoleh kesepakatan jawaban yang benar. f. Tipe kesepakatan 6 menyatakan bahwa jawaban siswa I dan II pada saat berpikir secara mandiri sudah benar dan pada saat berbagi pendapat dengan pasangannya, siswa memperoleh kesepakatan jawaban yang salah. 2. Tipe-tipe kesepakatan siswa dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) pada materi pokok ikatan kimia di SMK memiliki persentase yang berbeda-beda, yaitu (1) Kedua siswa benar sebelum dan sesudah tukar pendapat (tipe 1; 8,18%), (2) Salah satu siswa benar sebelum dan sesudah tukar pendapat dan siswa yang lain benar ketika sudah tukar pendapat (tipe 2; 26,36%), (3) Salah satu siswa salah sebelum dan sesudah tukar pendapat sedangkan siswa yang lain benar sebelum tukar pendapat dan salah sesudah tukar pendapat (tipe 3; 2,72%), () Kedua siswa salah sebelum dan sesudah tukar pendapat (tipe ; 1,5%), (5) Kedua siswa salah sebelum tukar pendapat dan benar sesudah tukar pendapat (tipe 5; 7,27%), dan (6) Kedua siswa benar sebelum tukar pendapat dan salah sesudah tukar pendapat (tipe 6; 0,91%). 3. Terdapat kecenderungan antara tipe-tipe kesepakatan dengan hasil belajar siswa yang dilihat pada tipe kesepakatan yang dominan muncul, yaitu (1) Kedua siswa benar sebelum dan sesudah tukar pendapat (tipe 1) cenderung siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi, (2) Salah satu siswa benar sebelum dan sesudah tukar pendapat dan siswa yang lain benar ketika sudah tukar pendapat (tipe 2) cenderung siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi, () Kedua siswa salah sebelum dan sesudah tukar pendapat (tipe ) cenderung siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi jika ada perubahan pemahaman siswa setelah melakukan fase Share. Saran Dari hasil penelitian dan pembahasan serta ditemukannya simpulan-simpulan, penulis mengajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut: 1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jika model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dilaksanakan sesuai dengan prosedur, maka dapat memberikan pengaruh positif pada siswa sehingga peneliti menghimbau agar para guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) pada materi pokok ikatan kimia. 2. Pada penelitian ini masih banyak ditemukan siswa yang berfikir salah setelah bertukar pendapat pada fase Pair. Oleh karena itu peneliti menghimbau agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana upaya untuk mengurangi siswa yang masih berfikir salah pada fase Pair. 3. Perlu diwaspadai bagi guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dengan munculnya tipe kesepakatan yang menyebabkan penurunan berfikir siswa dan untuk mengetahui munculnya tipe-tipe kesepakatan tersebut, sebaiknya guru menggunakan LKS seperti yang digunakan peneliti. Daftar Pustaka 110

18 Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, S Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, M dan Muhammad Nur Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press. Mulyasa Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Muhammad dan Wikandari Pembelajaran Berpusat Pada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya. Slamet Pendidikan Berbasis Kompetensi. Makalah yang disampaikan pada acara Persiapan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Standar Nasional. Jakarta. 111

19 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATERI POKOK BAHAN KIMIA DALAM BAHAN MAKANAN KELAS VII-A DI SMP NEGERI 1 BALONGBENDO SIDOARJO Kristina Mayasari, Ismono Dalam proses pembelajaran, guru kurang menghubungkan materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa sulit mentransfer konsep tersebut dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah. Melalui pembelajaran berdasarkan masalah, guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam KBM sehingga dapat meningkatkan retensi dan memungkinkan siswa menerapkan konsep tersebut pada situasi yang baru atau kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk mengetahui pengelolaan model pembelajaran berdasarkan masalah, aktivitas guru dan siswa, ketuntasan belajar dan respon siswa. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-A di SMP Negeri 1 Balongbendo Sidoarjo. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor ratarata untuk kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari putaran I sampai putaran III sebesar 3,2, 3,9,,5. Aktivitas guru selama proses pembelajaran meningkat seperti menghubungkan pelajaran dengan pengetahuan awal siswa sebesar 5,0%, 5,8%, 6,7%, memotivasi siswa sebesar 9,2%, 10,8%, 12,5%, membimbing siswa melakukan refleksi penyelidikan sebesar 10,0%, 12,5%, 13,3% dan merangkum materi pelajaran sebesar 9,2%, 12,5%, 12,5%. Aktivitas siswa juga meningkat dari putaran I sampai III selama proses pembelajaran seperti membaca (LKS, Hand Out) sebesar 9,5%, 10,5%, 11,0%, melakukan diskusi sebesar 9,0%, 10,5%, 13,5%, meyajikan hasil penyelidikan sebesar 11,5%, 12,0%, 12,5% dan merangkum materi pelajaran sebesar 9,5%, 10,5%, 11,0%. Untuk tiap putarannya, ketuntasan belajar pada putaran I sampai putaran III sebesar 85,0%, 90,0% dan 95,0%. Hasil respon siswa yang merasa senang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalahdari putaran I sampai III sebesar 80,0%, 82,5%, 87,5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran, aktivitas guru dan siswa, ketuntasan belajar siswa dan respon siswa. Kata Kunci: Pembelajaran berdasarkan masalah, materi pokok bahan kimia dalam bahan makanan. 1. PENDAHULUAN SMPN 1 Balongbendo menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sejak tahun Kurikulum Sains merupakan bagian dari Kurikulum Berbasis Kompetensi dimana siswa dituntut mempunyai life skill (kecakapan hidup). Pendidikan sains lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar siswa mampu memahami dan mempelajari fenomena alam sekitarnya. Namun pada kenyataannya dalam proses belajar mengajar, guru masih tetap berperan aktif dalam memberikan informasi kepada siswa. Siswa seharusnya berperan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal inilah yang diharapkan dalam KBK yaitu siswa diarahkan mengembangkan 112

20 pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan, nilai, sikap dan minat agar dapat melakukan sesuatu dalam kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab (Mulyasa, 200). Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Agus Dwi, guru Sains di SMP Negeri 1 Balongbendo Sidoarjo pada tanggal 7 Oktober 2006 bahwa berdasarkan MGMP, siswa dikatakan tuntas belajar secara individual jika mencapai nilai 60 dan dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika terdapat 70% siswa yang memperoleh nilai 60. Kenyataannya, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 80 % dari jumlah siswa seluruhnya, sedangkan yang tuntas sekitar 20 % dari jumlah siswa seluruhnya. Berarti siswa yang belum tuntas belajar yaitu 32 siswa dan yang tuntas belajar hanya 8 orang. Kemudian berdasarkan hasil angket prapenelitian jumlah siswa yang mempunyai kemauan besar untuk mengikuti pembelajaran sains sebesar 89,7 % dan yang menganggap pembelajaran sains menyenangkan sekitar 17,95 %. Jumlah siswa yang menganggap pembelajaran sains khususnya pada materi pokok bahan kimia dalam bahan makanan menarik sebesar 25,6 %. Melihat beberapa permasalahan diatas, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana dalam model pembelajaran ini siswa diajak untuk terlibat aktif dalam memecahkan suatu masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan percobaan dan berdiskusi dalam kelompok dan pada akhirnya siswa dapat menemukan sendiri konsep yang berkaitan dengan bahan kimia dalam bahan makanan. Sedangkan materi pokok yang dipilih dalam penelitian ini adalah bahan kimia dalam bahan makanan. Materi pokok bahan kimia dalam bahan makanan dipilih karena materi ini tergolong sulit. Peneliti memilih kelas VII-A sebagai objek penelitian karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru sains yang mengajar di kelas VII-A bahwa siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar sangat sedikit. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Pokok Bahan Kimia Dalam Bahan Makanan Kelas VII-A di SMP Negeri 1 Balongbendo Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan serta memperbaiki kondisi dimana praktekpraktek pembelajaran dilalakukan (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999: 6). 2. METODE PENELITIAN Sasaran Penelitian Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VII-A pada semester II tahun pelajaran di SMP Negeri 1 Balongbendo. Peneliti memilih kelas VII- A. 2.2 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dalam tiga kali putaran. Setiap putaran terdiri dari tahap yaitu: Tahap 1. Perencanaan (Planning) Tahap 2. Tindakan/ observasi (Action/ Observaton) Tahap 3. Refleksi (Reflective) Tahap. Revisi (Revise) 113

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA DI KELAS X SMAN 3 LAMONGAN Meiliyah Ulfa, Muchlis

Lebih terperinci

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Konsentrasi Larutan dan Perhitungan Kimia Kelas X Teknik Gambar Bangunan A SMK Negeri 3 Palu Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIFASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PLUS

PENINGKATAN MOTIFASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PLUS 14 PENINGKATAN MOTIFASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PLUS Nur Hasanah Ridlwan 1 1 Pengajar di SMP Negeri 1 Sidayu Email: nungqonik@gmail.com Abstract Tujuan

Lebih terperinci

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu problem tersendiri dalam suatu Negara yang menuntut kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi,

Lebih terperinci

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS (Think Pair Share) PADA SISWA KELAS V SDN SIDOMEKAR 07 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Kawit Supriana 14 Abstrak. Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2) Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)-217 123 Upaya Meningkatkan Berkomunikasi dalam Bahasa Inggris Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas XII di

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran

Lebih terperinci

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN Tugas Kegiatan Belajar II Tatang Kurniawan Judul Jurnal : PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Lebih terperinci

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp May 2013

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp May 2013 HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN KOTA KEDIRI 3 PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG LEARNING OUTCOMES OF STUDENTS OF CLASS X-2

Lebih terperinci

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.1, April 2014, hlm

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.1, April 2014, hlm QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.1, April 2014, hlm. 79-86 79 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 3 PARINGIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Langkah 1 : Penomoran Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan. Langkah 3 : Berpikir Bersama Langkah 4 : Menjawab METODE PENELITIAN

Langkah 1 : Penomoran Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan. Langkah 3 : Berpikir Bersama Langkah 4 : Menjawab METODE PENELITIAN Guru mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran yang dilakukan dikelas. Pembelajaran dikelas haruslah dibuat menyenangkan sehingga siswa menjadi bersemangat dalam menerima pelajaran. Pada mata

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Segiempat

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Segiempat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Segiempat PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VII A MTS AL-HIDAYAH KENDAL NGAWI Khoiri 1)

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan Bintang Zaura 1 dan Sulastri

Lebih terperinci

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MELATIH KARAKTER JUJUR, TANGGUNG JAWAB, DAN BERANI MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA KELAS X SMA NEGERI PLUMPANG PADA MATERI ALKANA,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Think-Pair-Share

ABSTRAK. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Think-Pair-Share PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-8 SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Linda Ismiyanti 1, MH. Sukarno 2 dan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 29 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT)

Lebih terperinci

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS V SD NEGERI 106146 MULIOREJO MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri 106146 Muliorejo

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pembimbing Penelitian, P.Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pembimbing Penelitian, P.Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 130-136 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENGGUNAAN MODEL

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA Vol. 3, No. 3, pp. 81-86, September. 2014 PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA IMPLEMENTATION OF SNOWBALLING

Lebih terperinci

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SD MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UMMY SOLOK Rita Oktavinora

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Devi Wahyu Ertanti PGMI, FAI, Universitas Islam Malang (UNISMA)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Pujien Barus Guru IPA SMP Negeri Bangun Purba Surel : Rizkiandriani21@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Kata Kunci: Model Kooperatif Tipe STAD, PowerPoint 2007, Hasil Belajar.

Kata Kunci: Model Kooperatif Tipe STAD, PowerPoint 2007, Hasil Belajar. PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MICROSOFT POWERPOINT PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU Dedy Hamdani Program Studi

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P 5 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII C SMP ANGGREK BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN SCRAMBLE Agisna

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD Nur Qomariyah Nawafilah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Rohani SLBN 1 Palu, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH Oon Rehaeni oon_rehaeni@gmail.com SMK Negeri I Majalengka ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal

Lebih terperinci

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013 PENERAPAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROKARBON DI KELAS X SMA WIDYA DARMA SURABAYA IMPLEMENTATION OF GROUP INVESTIGATION TOWARD STUDIED RESULT FOR HYDROCARBON TOPICS

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) pada Materi Bilangan Bulat

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) pada Materi Bilangan Bulat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) pada Materi Bilangan Bulat PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) PADA MATERI BILANGAN BULAT

Lebih terperinci

Oleh: Endang Mayawati SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

Oleh: Endang Mayawati SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek 46 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI IPS MATERI PELAKU EKONOMI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Lebih terperinci

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X D SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD YANG DIINTERVENSI DENGAN STRATEGI INKUIRI Abas Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATERI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG BIOLOGI DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANAWA Nurmah nurmaharsyad@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PENGUASAAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 NGUTER

Lebih terperinci

Elvinawati Prodi Pendidikan Kimia, JPMIPA FKIP UNIB lvna Abstrak

Elvinawati Prodi Pendidikan Kimia, JPMIPA FKIP UNIB   lvna Abstrak PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN KIMIA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMAN 1 KETAHUN BENGKULU UTARA Elvinawati Prodi Pendidikan Kimia, JPMIPA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA ( PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Colomadu Tahun 2011/2012 ) Oleh

Lebih terperinci

Kata kunci: Model kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar.

Kata kunci: Model kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MENGGUNAKAN LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI SISWA KELAS XI IPA SMA SUNAN GIRI TAHUN AJARAN 2012-2013

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN Dwi Setia Rini 1, Siti Maghfirotun Amin 2 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS Nur Ana, Herlina Fitrihidajati, Endang Susantini Jurusan Biologi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (PHK)

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (PHK) JOURNAL PEDAGOGIA ISSN 289-3833 Volume. 4, No. 1, Februari 215 PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (PHK) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN PERSONAL DAN KECAKAPAN SOSIAL SERTA PRESTASI BELAJAR

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN STRATEGI BEACH BALL PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMAN 22 SURABAYA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN STRATEGI BEACH BALL PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMAN 22 SURABAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN STRATEGI BEACH BALL PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMAN 22 SURABAYA (IMPLEMENTATION OF CLASS DISCUSSION LEARNING MODEL WITH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan pun semakin ketat. Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Penerapan Pembelajaran Kooperatif PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX PUZZLE MATCH PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA-6 DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO Ida Fithria Guru Biologi SMA

Lebih terperinci

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni. JKKP : Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan http://doi.org/10.21009/jkkp DOI: doi.org/10.21009/jkkp.041.03 E-ISSN : 2597-4521 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD

PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD (43423227) PROGRAM STUDI D3-TS-B /2009 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). PTK sendiri memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang digunakan pada pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS XI SMK N 1 KASIHAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Efin Nur Widiastuti

Lebih terperinci

Novi Marlena, Renny Dwijayanti & Retno Mustika Dewi Universitas Negeri Surabaya

Novi Marlena, Renny Dwijayanti & Retno Mustika Dewi Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN RESPON MAHASISWA PADA MATERI KONSEP DIRI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN Novi Marlena, Renny Dwijayanti & Retno Mustika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suhardjono dan Suharsimi menyatakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan (action research)

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK Fandi Kurniawan Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MICROSOFT POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MICROSOFT POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MICROSOFT POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU Dedy Hamdani Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn SISWA PADA MATERI POKOK HAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DI

Lebih terperinci

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Ambelang Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Ambelang Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Ambelang Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mufida. Hi. H. Bikuno, Jamaludin, dan Hasdin Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: ,   Abstrak PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA DAN GARAM Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

17 Media Bina Ilmiah ISSN No

17 Media Bina Ilmiah ISSN No 17 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK HIMPUNAN SISWA KELAS VII.3 SMPN 4 MATARAM TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS Sulistiyawati 1, Susanah 2 Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa 1 email: sulistiyawati34@gmail.com 1, susanah.alfian@gmail.com 2 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 1 di

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 1 di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah sains yang mempelajari fakta, sehingga dalam menyampaikan materi yang berhubungan dengan fakta, seorang guru harus mampu menampilkan fakta-fakta itu

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2013 VOLUME 1, NO. 1. ISSN ABSTRAK

JURNAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2013 VOLUME 1, NO. 1. ISSN ABSTRAK ABSTRAK PENERAPAN PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SUB MATERI POKOK SUDUT PUSAT DAN SUDUT KELILING DI KELAS VIII-A SMPN 9 MOJOKERTO Abdillah, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN 79 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Data hasil yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian pada bab I. Adapun deskriptif data hasil penelitian

Lebih terperinci

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), motivasi dan prestasi belajar

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), motivasi dan prestasi belajar UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS)SISWA KELAS VII C SMP MUHAMMADIYAH 1 MINGGIR Aresti Nurul Sholiha Universitas

Lebih terperinci

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII G SEMESTER 2 SMP NEGERI 2 TOROH GROBOGAN 1 Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI Yeni Sugianti Surel : yeni.sugianti00@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI NGRONGGOT NGANJUK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI NGRONGGOT NGANJUK 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI NGRONGGOT NGANJUK Oleh Umi Bariroh 1 Makbul Muksar 2 Indriati Nurul Hidayah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO Ira Daniati Universitas Negeri Malang Abstrak Observasi awal diketahui bahwa metode pembelajaran Geografi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Akhmad Suyono Universitas Islam Riau gerhanabestari@yahoo.com Abstract: This

Lebih terperinci

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions) Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad (student teams achievement divisions) terhadap prestasi belajar dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi pokok

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI.

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI. METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI Yendina Saragih Guru SMP Negeri 8 Tebing Tinggi Email: saragihyendina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo Oleh : Siti Mutomimah Guru SMAN Negeri I Jogorogo mutomimah_siti@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMA KEGEMARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMA KEGEMARAN Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMA KEGEMARAN Nurul Rahmawati PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan kimia, Jurusan PMIPA,FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

Mahasiswa Program Studi Pendidikan kimia, Jurusan PMIPA,FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2 Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 137-143 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP N 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 11 MATARAM

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 11 MATARAM OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 11 MATARAM ABSTRAK LINA YETTI BUDI ASIH Guru IPA SMP Negeri 11 Mataram

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN Raihanah Sari Universitas Lambung Mangkurat Email: reyhana89.rss@gmail.com

Lebih terperinci

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah.

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah. MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU BAHASA INGGRIS DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DI SMP N 2 TEBING TINGGI SINUR HUTAGAOL Guru SMP Negeri 2 Tebing Tinggi Email: sinurhutagaol@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh : HERI SUTRISNO NIM : ABSTRAK

Oleh : HERI SUTRISNO NIM : ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDISKRIPSIKAN LEMBAGA KEUANGAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE BERMEDIA REALIA BAGI SISWA TUNANETRA KELAS XI SLB NEGERI PANDAAN e-mail : herisutrisnoslbpdn@gmail.com

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 NGADIREJO KECAMATAN MOJOGEDANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN PELUANG SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjabarkan hasil-hasil

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjabarkan hasil-hasil BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjabarkan hasil-hasil

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN T.SERI AMINAH Guru SMP Negeri 29 Medan Email : bangunsardiana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Sumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember

Sumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember PENGGUNAAN METODE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG MENGIDENTIFIKASI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN PADA SISWA KELAS VI SDN DARUNGAN 02 TANGGUL Sumono 38 Abstrak. Penelitian ini diterapkan

Lebih terperinci

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI Suci Rohayati & Dhiah Fitrayati Universitas Negeri Surabaya senouchi3@gmail.com Abstrak Melalui kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LINGKARAN BAGI SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 1 KARANGAWEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Rasiman 1, Wahyu Widayanto

Lebih terperinci