Asset pricing model selection: Indonesian Stock Exchange

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Asset pricing model selection: Indonesian Stock Exchange"

Transkripsi

1 MPA Munch Personal epc Archve Asset prcng model selecton: Indonesan Stock xchange owland Bsmark Fernando Pasaru ABFI Insttute Peranas Jakarta Decemer 010 Onlne at MPA Paper No , posted 9. July 01 0:45 UTC

2 VOL.1. NO.3, DSMB 010 PMILIHAN MODL ASST PICING owland Bsmark Fernando Pasaru ABFI PBANAS INSTITUT

3 PMILIHAN MODL ASST PICING owland Bsmark Fernando Pasaru ABFI PBANAS INSTITUT Astract The Captal Asset Prcng Model CAPM has domnated nance theory or over thrty years; t suggests that the market eta alone s sucent to explan stock returns. However evdence shows that the cross-secton o stock returns cannot e descred solely y the one-actor CAPM. Thereore, the dea s to add other actors n order to complete the eta n explanng the prce movements n the stock exchange. The Artrage Prcng Theory APT has een proposed as the rst multactor successor to the CAPM wthout eng a real success. Later, researchers support that average stock returns are related to some undamental actors such as sze, ook-to-market equty and momentum. Alternatve studes come as a response to the poor perormance o the standard CAPM. They argue that nvestors choose ther portolo y usng not only the rst two moments ut also the skewness and kurtoss. The man contruton o ths paper s comparson etween the CAPM, the Fama and French asset prcng model TPFM and the Four Factor Prcng Model FFPM addng the thrd and ourth moments to calculate expected return o non-nancal Indonesan lsted rms. The selecton o the est model s ased on the hghest coecent o determnaton. The kurtoss-ffpm turned out to e the est model. Keywords: xpected return saham, CAPM, TFPM, FFPM, Skewness, Kurtoss, Koesen determnas, 1

4 1. PNDAHULUAN stmas tngkat pengemalan saham yang dharapkan adalah pentng untuk anyak keputusan keuangan sepert predks aya ekutas keputusan nvestas, manajemen portoolo, penganggaran modal, dan evaluas knerja. Model yang serng dgunakan untuk mengestmas aya modal rata-rata tertmang adalah vers klask CAPM-nya Sharpe 1964, Lntner 1965 dan Mossn 1966 sepert dlaporkan oleh Graham dan Harvey 001. CAPM n menunjukkan ahwa varas lntas sektor dalam tngkat pengemalan yang dharapkan dapat djelaskan hanya dengan eta pasar. Sementara telah anyak ukt peneltan seelumnya yang menunjukkan Fama dan French, 199; Strong dan Xu, 1997; Jagannathan dan Wang, 1996; Lettau dan Ludvgson, 001 ahwa tngkat pengemalan saham lntas sektor tdak sa secara penuh durakan oleh aktor tunggal eta. Peneltan seelumnya menyatakan ahwa, d sampng eta pasar, tngkat pengemalan rata-rata saham erhuungan dengan ukuran perusahaan Banz, 1981, raso earnng/prce Basu, 1983, raso ook-to-market equty osenerg et al., 1985, dan pertumuhan penjualan masa lalu Lakonshok et al., Tngkat pengemalan saham juga memperlhatkan karakter pemalkan jangka panjang Deondt dan Thaler, 1985 dan momentum jangka pendek Jegadeesh dan Ttman, Atas anomal n, para akadems telah menguj knerja model alternat yang dapat menjelaskan leh ak mengena tngkat pengemalan saham. Dalam lteratur asset prcng, model n mengaml tga arah yang terpsah: 1 model multaktor, yang menamahkan eerapa aktor kepada tngkat pengemalan pasar, sepert CAPM antar massa-nya Merton 1973, Model Fama-French; Teor Harga Artrage-nya oss

5 1977 dan; 3 model non-parametrc yang mengkrtk lneartas CAPM sepert d dalam Bansal dan Vswanathan 1993 dan mengkutsertakan moment tamahan yang dgamarkan oleh Harvey dan Sddque 000 serta Dttmar 00. Fama dan French 199 menyatakan ahwa dua varael, yakn ukuran perusahaan dan raso ook-to-market memerkan penjelasan yang leh ak menyangkut nla rata-rata tngkat pengemalan saham lntas sektor dandng CAPM. Seaga konsekuens, Fama dan French 1993 memperluas model aktor tunggal menjad model tga aktor, dengan menamahkan rata-rata sensttvtas tngkat pengemalan saham ke ukuran perusahaan dan raso ook-to-market. Hal n menunjukkan ahwa model penetapan harga tga aktor TFPM dapat menangkap anomal pasar leh esar kecual anomal moment Fama dan French, 1996; Asness,1997. Selanjutnya, Jegadeesh dan Ttman 1993, 001 erpendapat ahwa terdapat ukt-ukt sustansal yang menunjukkan ahwa knerja saham yang ak atau uruk selama tga hngga satu tahun cenderung tdak mengalam peruahan yang sgnkan tetap ak atau uruk untuk perode erkutnya. Strateg tradng moment yang mengeksplotas enomena n secara konssten telah memerkan keuntungan d pasar Amerka Serkat dan d pasar yang sedang erkemang. Menykap konds demkan, Carhart 1997 mengusulkan model penetapan harga empat aktor FFPM dengan menamahkan moment pada model Fama dan French untuk menjelaskan tngkat pengemalan saham rata-rata. Peneltan alternat pun ermunculan dengan gars merah pada latar elakang datang untuk memer penjelasan tamahan atau ahkan modkas ulang atas kurang memadanya knerja CAPM. Mereka mengemangkan CAPM tga Momen, dmana para 3

6 nvestor mempertmangkan skewness dalam plhan portoolonya, seaga dua momen tamahan pada CAPM klask. Dttmar 00 memperluas CAPM tga momen menjad CAPM empat momen dengan menamahkan kurtoss ag preerens nvestor. Peneltan yang mencermat penggunaan aktor moment seaga varan model asset prcng mash elum anyak dlakukan d Indonesa, karenanya erdasarkan uraan sngkat datas, peneltan n ermaksud untuk mengeksploras aktor momentum pada eerapa model asset prcng. Tujuan Peneltan dan Kontrus Peneltan Tujuan utama peneltan n adalah untuk memlh model asset prcng yang terak dalam hal kemampuan proks prem rsko menjelaskan estmas tngkat pengemalan saham yang dharapkan pada emten non-keuangan d Bursa ek Indonesa perode Hasl stud n dharapkan dapat memerkan kontrus terhadap lteratur manajemen keuangan dalam hal komparas model asset prcng untuk mengestmas tngkat pengemalan saham yang dharapkan, khususnya yang mempertmangkan model prcng tga momen dan empat momen yang dperluas dengan aktor skewness dan kurtoss. TINJAUAN LITATU DAN HIPOTSIS Karena ketdakpuasan atas model asset prcng aktor tunggal dalam menjelaskan ekspektas tngkat pengemalan saham, peneltan seelumnya menyatakan ahwa penympangan dar resko trade-o dan tngkat pengemalan CAPM memlk huungan dantara varael-varael lannya; ukuran perusahaan Banz, 1981, earnng yeld Basu, 4

7 1977 dan 1983, leverage Bhandar, 1988 dan raso nla uku perusahaan terhadap nla pasarnya Stattman, 1980; osenerg et.al 1985; Chan, Hamao dan Lakonshok, Secara khusus, Basu 1977, 1983, Banz 1981, enganum 1981, Lakonshok dan Shapro 1986, Kato dan Shallhem 1985 dan tter 003, melakukan stud emprs mengena pengaruh earnng yeld dan ukuran perusahaan terhadap tngkat pengemalan saham. Kraus dan Lntzenerg 1976 mengusulkan moment-skewness erkutnya seaga aktor tamahan, sementara Harvey dan Sddque 000 menjelaskan ahwa nvestor tu menyuka portolo yang memlk skewness ke kanan dandng portolo yang arah skewness-nya ke kr. Karenanya, asset dengan tngkat pengemalan memlk skewness ke arah kr leh dngnkan dan menghaslkan tngkat pengemalan yang dharapkan yang tngg, demkan sealknya. Hal n memerkan pertmangan ag model CAPM 3 Moment SCAPM. Dttmar 00 memperluas preerens nvestor n dengan menamah pertmangan skewness dan kurtoss. Moment keempat, kurtoss dtamahkan untuk menjelaskan proaltas hasl yang esktrm yakn hasl yang sangat menympang dar rata-rata. Fama dan French 1993, 1996 mengusulkan model tga aktor dmana ekspektas tngkat pengemalan suatu asset tergantung pada senstvtas tngkat pengemalannya terhadap tngkat pengemalan pasar dan tngkat pengemalan pada dua portoolo yang dprokskan seaga tamahan aktor rsko mengacu pada ukuran perusahaan dan raso B/M. Penggunaan kedua proks n ddukung oleh Huerman dan Kandel 1987 serta Chan et al Mengena proks SMB, Huerman dan Kandel 1987 menyatakan ahwa terdapat korelas antara pengemalan dan saham kecl tdak terdeteks oleh pengemalan pasar. Sementara perhal HML, Chan et al 1985 menyatakan ahwa 5

8 korelas antara tngkat pengemalan dan level dstress relat perusahaan yang dukur dengan raso B/M tdak terdeteks portolo pasar. Penggunaan proks WML untuk menjelaskan tngkat pengemalan saham telah dlakukan oleh Jegadeesh dan Ttman 1993 yang menunjukkan ahwa terdapat asosas antara tngkat pengemalan dan knerja saham perode seelumnya yang tdak terdeteks oleh portoolo pasar, ukuran perusahaan, dan aktor dstress-relatve. Leh lanjut, Carhart 1997 menyatakan ahwa kelehan tngkat pengemalan dar suatu saham dapat djelaskan oleh portoolo pasar dan model tga aktor yang drancang untuk menru varael resko ukuran yang dhuungkan dengan ukuran perusahaan, raso ook-tomarket B/M dan moment. Bennaceur dan Cha 007, memodkas peneltan Fama dan French 1996, Carhart 1997 serta Dttmar 00 untuk predks tngkat pengemalan saham yang dharapkan dalam mengestmas aya ekutas emten d Tunsa. Hasl peneltannya menyatakan ahwa model asset prcng-nya Carhart 1997 superor dandng model asset prcng lannya. Berdasarkan uraan datas, maka hpotess peneltan n adalah: Penamahan proks skewness dan kurtoss pada model asset prcng empat aktor memlk kemampuan yang leh esar dandng model asset prcng lannya dalam menjelaskan varas tngkat pengemalan saham yang dharapkan pada emten nonkeuangan d Bursa ek Indonesa perode

9 3. MTODOLOGI PNLITIAN 3.1 Sumer Data Untuk melakukan peneltan n penuls memutuhkan data keuangan tap emten nonkeuangan yang erupa harga saham, market value, dan ook value perode ulanan, IHSG, dan SBI-1 Bulan selama perode , sehngga data-data yang dperlukan oleh penuls dalam peneltan n merupakan data hstors. Adapun krtera pemlhan emten untuk djadkan sampel adalah: a emten non-nansal; telah menertkan laporan keuangan tahunan mnmal tahun 003; c tdak memlk ook value negat selama perode peneltan. Berdasarkan krtera terseut terplh sejumlah 171 emten untuk djadkan sampel peneltan. Selanjutnya akan dhtung tngkat pengemalan saham perode ulanan dar 4 aktor dasar m-, SMB, HML, dan WML. Adapun cara penuls memperoleh data terseut adalah seaga erkut : a Untuk data keuangan tap emten selama perode tahun dperoleh dengan cara men-download melau weste BJ yatu hhtp:// Sedangkan untuk mendapatkan data-data IHSG untuk perode yang sama, penuls memperolehnya selan dar weste BJ. c Stud pustaka atau lteratur dlakukan untuk mendukung pemahaman konsepkonsep yang erkatan langsung dengan peneltan. Stud pustaka yang dlakukan melput hasl-hasl peneltan seelumnya, uku-uku lteratur, jurnal dan lan seaganya. 7

10 3. Pementukkan Portolo Peneltan n menggunakan prosedur Fama dan French 1993 dalam menyusun enam portoolo ukuran perusahaan raso B/M. Saham dperngkatkan dar yang terkecl sampa yang teresar erdasarkan kaptalsas pasar. Nla medan dgunakan untuk memsahkan sampel ke dalam dua kelompok, kecl dan esar. Sampel kemudan dperngkatkan lag tap-tap tahun erdasarkan raso ook-to-market dan krtera low, medum, dan hgh. Penentuan krtera raso B/M adalah: 30% terawah adalah low; 40% adalah medum, dan 30% teratas adalah hgh. Nla uku adalah nla uku ekutas dkalkan harga penutupan per tap ulan. Perusahaan dengan nla raso B/M negat tdak dkutsertakan seaga sampel. Dar nterseks pada dua ukuran kaptalsas pasar dan tga kelompok raso B/M, terentuk 6 portolo sze-b/m: Small/Low, Small/Medum, Small/Hgh, Bg/Low, Bg/Medum dan Bg/Hgh. Sama sepert proses pengelompokkan erdasarkan raso B/M, aktor moment dhtung mengkut prosedur L Her et al. 004, dmana perngkat saham erdasarkan nla raso B/M 30% datas nla medan danggap seaga saham wnner, sealknya perngkat saham 30 persen dawah nla medan danggap saham looser. ange antara saham wnner dan saham looser 40% danggap seaga saham netral. Sehngga erdasarkan krtera terseut dpadu dengan aktor ukuran perusahaan akan terentuk enam portolo: Small/Looser, Small/Neutral, Small/Wnner, Bg/Looser, Bg/Neutral dan Bg/Wnner. Pemerngkatan dlakukan pertahun untuk 1 portolo yang terentuk. Selanjutnya adalah menghtung prem resko yang erasosas dengan portolo ukuran perusahaan SMB, hgh ook-to-market equty HML dan portolo saham wnner WML. Untuk tap-tap ulan, SMB adalah peredaan nla rata-rata tngkat 8

11 pengemalan portolo saham erkaptalsas pasar kecl Small/Low, Small/Medum, dan Small/Hgh dan rata-rata tngkat pengemalan portolo saham erkaptalsas pasar esar Bg/Low, Bg/Medum, Bg/Hgh. HML adalah peredaan antara rata-rata tngkat pengemalan portolo saham dengan raso B/M yang tngg Small/Hgh dan Bg/Hgh dan rata-rata tngkat pengemalan portolo saham dengan raso B/M yang rendah Small/Low dan Bg/Low. WML adalah peredaan antara rata-rata tngkat pengemalan portolo saham wnner Small/Wnner dan Bg/Wnner dan rata-rata tngkat pengemalan portolo saham looser Small/Looser dan Bg/Looser. Fama dan French 004 menympulkan ahwa kelemahan pendekatan CAPM adalah ahwa model terseut nvald. Berdasarkan teor CAPM, nvestor memlk plhan atas tngkat pengemalan portolo yang datas nla rata-rata dan varans-nya. Bagamanapun, terdapat anyak ukt yang menunjukkan ahwa dstrus tngkat pengemalan tdak cukup dterangkan oleh nla rata-rata dan varan tu sendr. Kraus dan Lntzenerg 1976 mengusulkan moment-skewness erkutnya seaga aktor tamahan. Harvey dan Sddque 000 menjelaskan ahwa nvestor tu menyuka portolo yang memlk skewness ke kanan dandng portolo yang arah skewness-nya ke kr. Karenanya, asset dengan tngkat pengemalan memlk skewness ke arah kr leh dngnkan dan menghaslkan tngkat pengemalan yang dharapkan yang tngg, demkan sealknya. Hal n memerkan pertmangan ag model CAPM 3 Moment SCAPM mengkut prosedur, dmana tngkat pengemalan yang dharapkan dar saham djelaskan dengan persamaan erkut: 1 = 1 m m 9

12 Dmana 1, dan adalah slope dar regres erkut: t = α 1 = 1, K, n; t = 1, K, T m t t m t t Dttmar 00 memperluas preerens nvestor dengan menamah pertmangan skewness dan kurtoss. Moment ke 4, kurtoss dtamahkan untuk menjelaskan proaltas hasl yang ekstrm yakn hasl yang sangat menympang dar rata-rata. Darlngton 1970 menjelaskan kurtoss seaga tngkat derajat untuk dmana pada varan tertentu suatu dstrus dharga ke arah ekor-nya. Dengan pertmangan terseut, erdasarkan CAPM empat moment KCAPM, tngkat pengemalan saham yang dharapkan djelaskan oleh persamaan erkut: 3 3 = 1 m m 3 m Dmana 1,, dan 3 adalah slope dar regres erkut: 3 4 t = α 1 m m 1,, n; t 1,, T mt t t t 3 = K = K t t Fama dan French 1993, 1996 mengusulkan suatu model 3 aktor dmana tngkat pengemalan yang dharapkan dar suatu asset tergantung pada senstvtas tngkat pengemalannya terhadap tngkat pengemalan pasar dan tngkat pengemalan pada portolo yang dmaksud untuk menru tamahan aktor resko sehuungan dengan ukuran perusahaan dan B/M equty. Persamaan tngkat pengemalan yang dharapkan pada model 3 aktor untuk saham, = 1, n adalah seaga erkut: 5 = s SMB h HML m dmana, s dan h adalah slope dalam regres erkut: 6 = α s SMB h HML = 1, K, n; t = 1, K, T t m Penggunaan SMB Small Mnus Bg dalam menjelaskan tngkat pengemalan adalah sejalan dengan ukt peneltan Huerman dan Kandel Mereka 10

13 menyatakan ahwa terdapat korelas antara pengemalan dan saham kecl tdak terdeteks oleh pengemalan pasar. Selanjutnya pertmangan mengena HML Hgh Mnus Low terhadap tngkat pengemalan yang dharapkan sependapat dengan ukt peneltan Chan et al Mereka menyatakan ahwa korelas antara tngkat pengemalan dan level dstress relat perusahaan yang dukur dengan raso B/M tdak terdeteks portolo pasar. Model Prcng mpat Faktor Carhart 1997 menyatakan ahwa kelehan tngkat pengemalan dar suatu saham dapat djelaskan oleh portolo pasar dan model 3 aktor yang drancang seaga replkas varael resko ukuran yang dhuungkan dengan ukuran perusahaan, raso ook-to-market B/M dan moment. Menurut FFPM, tngkat pengemalan yang dharapkan saham adalah seaga erkut: 7 = s SMB h HML w WML m dmana, s, dan h, dan w adalah slope dalam regres erkut: 8 = α s SMB h HML w WML t m = 1, K, n; t = 1, K, T Penggunaan proks WML Wnner Mnus Looser untuk menjelaskan tngkat pengemalan sejalan dengan ukt peneltan Jegadeesh dan Ttman 1993 yang menunjukkan ahwa terdapat asosas antara tngkat pengemalan dan knerja saham perode seelumnya yang tdak terdeteks oleh portolo pasar, ukuran perusahaan, dan aktor dstress-relatve. Salah satu dar kontrus utama peneltan n adalah memperluas model CAPM, model Fama-French TFPM dan model Carhart FFPM terhadap penggunaan proks skewness dan kurtoss. Karenanya, dperoleh SCAPM, KCAPM, STFPM, KTFPM, SFFPM dan KFFPM. Persamaan tngkat pengemalan yang dharapkan saham pada TFPM 3 Moment STFPM adalah seaga erkut: 9 = m m s SMB dmana 1,, s, dan h adalah slope dalam regres erkut: h HML 11

14 1 T t n HML h SMB s m m t, 1, ;, 1, 10 K K = = = α Perluasan TFPM 3 Moment kepada TFPM 4 Moment KFTPM dengan mengkutsertakan aktor kurtoss. Pada model n, tngkat pengemalan saham yang dharapkan equal dengan: HML h SMB s m m m = dmana 1, dan, 3, s, dan h adalah slope dar regres erkut: T t n HML h SMB s t mt t mt t mt t, 1, ;, 1, K K = = = α Pada model selanjutnya aktor skewness dtamahkan ke FFPM, dan persamaan tngkat pengemalan saham yang dharapkan pada FFPM 4 Moment SFFPM pada saham sama dengan: T t n w WML HML h SMB s m m, 1, ;, 1, 13 1 K K = = = dmana 1, dan, s, h dan w adalah slope dan regres erkut: T t n w WML HML h SMB s t mt t mt t, 1, ;, 1, 14 1 K K = = = α Perluasan FFPM 3 moment kepada FFPM 4 moment KFFPM juga dlakukan dengan penamahan aktor kurtoss, dan persamaan tngkat pengemalan saham yang dharapkan pada saham sama dengan: regreserkut: slopedan hadalah dan,,s, dan, dmana w WML HML h SMB s m m m t = T t n WML w HML h SMB s t mt t mt t mt t, 1, ;, 1, K K = = = α Dalam rangka memlh model terak dantara semlan model yang telah djelaskan datas dalam menjelaskan tngkat pengemalan saham lntas sektor Indonesa, peneltan n menggunakan dua krtera: Akake s Inormaton Crteron AIC dan Schwarz Crteron SC. Krtera speskas ormal n ddesan untuk memantu dalam pemlhan model

15 pertukaran yang terak. Peneltan n menghtung AIC dan SC untuk tap model, nla yang terendah mengndkaskan knerja model terak. Selan tu, penetapan knerja model terak juga dlakukan dengan mengacu pada koesen determnas mengkut krtera pada peneltan seelumnya Bryant dan leswarapu, 1997; Bartholdy dan Peare, 003, 005; Drew dan Veeraraghavan, 003. Model estmas terak erdasarkan krtera n adalah yang memlk koesen tertngg. Sedangkan uj hpotess dlakukan dengan pendekatan sgnkans smultan dan parsal. PMBAHASAN Statstk Deskrpt Tael 1 Statstk Deskrpt Varael N Mn Maks Bg/Hgh Bg/Medum Bg/Low Small/Hgh Small/Medum Small/Low Bg/Wnner Bg/Neutral Bg/Looser Small/Wnner Small/Neutral Small/Looser Mkt Pada agan n akan dahas mengena statstk deskrpt tngkat pengemalan pasar, tngkat pengemalan portolo saham erdasarkan krtera kaptalsas pasar, raso B/M, dan momentum saham. Tael 1 memperlhatkan statstk deskrpt mengena tngkat pengemalan saham rata-rata untuk masng-masng kategor portolo. Nla rata- 13

16 rata mnmal tngkat pengemalan untuk seluruh portolo adalah negat dmana yang terkecl terdapat pada portolo saham dengan kaptalsas kecl dan netral S/N. Sementara nla negat teresar justru untuk portolo saham yang kaptalsas pasar yang esar dan raso B/M yang tngg B/H. Portolo yang memerkan nla rata-rata return tertngg selama perode adalah saham-saham wnner yang kaptalsas pasarnya esar B/W yatu 9,7%. Nla maksmal rata-rata return pasar selama adalah seesar 4%. Pengujan Hpotess Berdasarkan tael panel A.1 dperoleh normas, ahwa secara parsal proks pasar hanya erpengaruh sgnkan terhadap enam portolo: Bg/Low, Small/Hgh, Small/Low, Bg/Looser, Small/Wnner, Small/Looser. Model CAPM rata-rata hanya mampu menjelaskan varas tngkat pengemalan yang dharapkan seesar 7,4% pada dua elas portolo yang terentuk. Nla koesen determnas tertngg dhaslkan oleh portolo dengan raso B/M yang rendah low. Untuk model SCAPM Panel.A., penamahan aktor skewness secara keseluruhan menngkatkan kemampuan model dalam mengestmas tngkat pengemalan yang dharapkan, nla rata-rata koesen determnas untuk keseluruhan portoolo adalah seesar 14,3%. Penamahan aktor n terutama menngkatkan koesen secara sgnkan pada koesen determnas 4 portolo Bg/Low, Small/Low, Bg/Looser, dan Small/Looser. Untuk model KCAPM Panel.A.3, penamahan aktor kurtoss secara keseluruhan menngkatkan kemampuan model dalam mengestmas tngkat pengemalan yang dharapkan, nla rata-rata koesen determnas untuk keseluruhan portolo adalah seesar 17,9%. Penamahan aktor kurtoss terutama menngkatkan koesen determnas secara 14

17 sgnkan pada 4 portolo Bg/Low, Small/Low, Bg/Looser, dan Small/Looser. Secara parsal, aktor kurtoss hanya erpengaruh sgnkan pada portolo Small/Low dan Small/Looser. Model 3 aktor Panel B.1 memlk nla rata-rata agregate yang leh ak dandng model 1 aktor dalam mengestmas tngkat pengemalan saham yang dharapkan, yakn 8,9%, secara khusus penngkatan n terjad pada portolo erkaptalsas esar yang memlk raso B/M tngg dan kategor wnner. Secara parsal, kedua proks erpengaruh sgnkan terhadap 7 portolo Bg/Hgh, Bg/Low, Small/Low, Bg/Wnner, Bg/Neutral, Bg/Looser, Small/Looser. Penamahan skewness pada model 3 aktor, secara rata-rata agregate menngkatkan kemampuan model untuk mengestmas tngkat pengemalan yang dharapkan pada saham seesar 34,7%. Proks skewness Panel B. erpengaruh sgnkan pada 7 portolo saham Bg/Hgh, Bg/Low, Small/Hgh, Small/Low, Bg/Looser, Small/Wnner, Small/Looser, secara khusus, penngkatan koesen determnas terjad pada portolo saham erkaptalsas esar Bg/Hgh dan Bg/Wnner. Untuk penamahan proks kurtoss Panel B.3, kemampuan model untuk mengestmas tngkat pengemalan saham yang dharapkan secara rata-rata agregate menngkat menjad 38,1%, dmana penngkatan n palng esar terjad pada juga pada saham erkaptalsas esar Bg/Hgh dan Bg/Wnner. Proks kurtoss secara parsal sgnkan pada 4 portolo saham yakn, Bg/Hgh, Small/Low, Bg/Wnner, dan Small/Looser Pada model 4 aktor Panel C.1, secara parsal ke 4 aktor erpengaruh sgnkan terhadap semlan portoolo Bg/Hgh, Bg/Low, Small/Hgh, Small/Low, Bg/Wnner, Bg/Looser, Bg/Neutral, Small/Wnner, dan Small/Looser. Proks moment WML 15

18 secara parsal erpengaruh sgnkan terhadap saham erkaptalsas esar Bg/Wnner dan Bg/Looser. Nla rata-rata agregate koesen determnas adalah 31,3%, penngkatan n palng esar terjad pada portoolo saham erkaptalsas esar Bg/Hgh dan Bg/Wnner. Penamahan proks skewness pada model 4 aktor Panel C. menngkatkan nla rata-rata agregate koesen determnas menjad 37,1%, dmana penngkatan teresar terjad pada portolo saham erkaptalsas esar; yakn Bg/Hgh 73,14% dan Bg/Wnner 76,53%. Secara parsal, proks skewness erpengaruh sgnkan terhadap tujuh portolo Bg/Low, Small/Hgh, Small/Low, Bg/Wnner, Bg/Looser, Small/Wnner, Small/Looser. Penamahan proks kurtoss pada model 4 aktor Panel C.3 menngkatkan nla rata-rata agregate koesen determnas menjad 40,9%, dmana penngkatan teresar terjad pada portolo saham erkaptalsas esar; yakn Bg/Hgh 79,89% dan Bg/Wnner 84,18%. Secara parsal, proks skewness erpengaruh sgnkan terhadap 4 portolo Bg/hgh, Small/Low, Bg/Wnner, dan Small/Looser. Knerja Model Terak Tael 3 panel A. adalah hasl rekaptulas agregat dar dua ukuran knerja model AIC dan SC. Hasl menunjukkan ahwa model KCAPM mengarah pada knerja model prcng yang terak. Dengan menggunakan ndeks harga saham gaungan seaga acuan tngkat pengemalan pasar menngkatkan entuk model KCAPM dar -0,56 CAPM Klask menjad untuk CAPM empat-moment KCAPM. 16

19 Hal sealknya justru terjad pada model Fama dan French 3 aktor dan Model Carhart 4 aktor. Untuk model Fama dan French selanjutnya dseut TFPM dan model empat aktor FFPM, memasukkan momen atas mean dan varan justru semakn menghaslkan knerja yang uruk dalam konteks kekuatan menjelaskan tngkat pengemalan saham. Dengan kata lan para nvestor yang menggunakan model multaktor pada ursa eek Indonesa agar tdak mempertmangkan aktor lannya atas mean dan varan tngkat pengemalan portolo untuk plhan nvestas mereka. Secara agregat dar ketga model asset prcng, yang memlk knerja model terak menurut krtera AIC dan SC adalah model CAPM empat momen KCAPM. Untuk krtera koesen determnas tael 3 panel B. secara umum dapat dkatakan ahwa penggunaan model asset prcng 4 aktor memang leh superor dandng dua model lannya 3 aktor dan 1 aktor la dlhat dar rata-rata koesen determnas agregate ataupun per tap portolo. Hal n memuktkan ahwa tdak cukup hanya aktor pasar dalam mengestmas proks resko tap juga aktor ukuran perusahaan, raso B/M, dan moment, skewness dan kurtoss. Dalam hal penamahan proks skewness ke dalam model CAPM, hasl peneltan n secara umum kurang sependapat dengan Harvey dan Sddque 000, karena erdasarkan hasl uj parsal, ternyata proks skewness hanya erpengaruh sgnkan terhadap portolo saham yang rendah raso B/M-nya dan saham looser. Sementara untuk saham-saham wnner kurang egtu memperhatkan proks skewness n. Untuk model 3 aktor, secara umum peneltan n mendukung peneltan Fama dan French, ahwa model 3 aktor memlk kemampuan yang leh memada dandng model CAPM-nya Sharpe dan kawan-kawan dalam menjelaskan aktor lan selan rsko pasar yang 17

20 menjelaskan tngkat pengemalan saham yang dharapkan, secara khusus hasl peneltan juga sependapat dengan Huerman dan Kandel 1987, ahwa proks SMB tdak erpengaruh sgnkan terhadap portoolo saham erkaptalsas kecl. Sedangkan untuk proks HML, peneltan n tdak sependapat dengan Chan et al 1985, karena erdasarkan hasl uj parsal, proks HML erpengaruh sgnkan terhadap 6 portoolo Bg/Hgh, Bg/Low, Small/Low, Bg/Wnner, Bg/Looser, Small/Looser. Tamahan lannya, ahwa proks HML secara parsal tdak erpengaruh sgnkan terhadap portoolo kategor medum dan netral. Untuk model FFPM, peneltan n sependapat dengan Carhart 1997 dan Jegadeesh and Ttman 1993, ahwa penamahan aktor WML dapat menngkatkan kemampuan model dalam menjelaskan tngkat pengemalan saham yang dharapkan. Bahkan hal n semakn dpertegas setelah menamahkan aktor skewness dan kurtoss ke dalam model. 5. KSIMPULAN, KTBATASAN PNLITIAN, DAN IMPLIKASI Peneltan n ertujuan untuk mengetahu model asset prcng yang terak dar semlan model yang ada erdasarkan ndkator koesen determnas guna mengestmas tngkat pengemalan saham yang dharapkan pada emten saham non-keuangan d Bursa ek Indonesa perode Dalam hal menetapkan knerja model yang terak untuk mengestmas aya ekutas, peneltan n menggunakan dua pendekatan krtera normas dan kemampuan menjelaskan varas memerkan hasl hasl yang ertolak elakang satu sama lan perhal penamahan momen ke dalam pementukan model asset prcng: dengan pendekatan krtera normas model terak adalah model CAPM empat momen SCAPM, sementara erdasarkan krtera koesen determnas dapat dsmpulkan ahwa secara umum penggunaan model asset prcng 4 aktor memang leh superor dandng dua model lannya 3 aktor dan 1 aktor dlhat dar rata-rata koesen determnas agregate ataupun tap portolo yang terentuk dmana konds n 18

21 ahkan semakn dpertegas setelah menamahkan aktor skewness dan kurtoss ke dalam model. Peneltan n juga memlk eerapa keteratasan: a Sampel peneltan yang dgunakan hanya emten yang tergaung dalam ndustr non-keuangan dan; perode peneltan yang pendek Sehngga dharapkan pada peneltan selanjutnya akan leh memada la sampel yang ergerak d ndustr keuangan juga dkutsertakan, adapun perhal ormat analssnya sa secara poolng data atau parsal erdasarkan ndustr. Selanjutnya perode peneltan dperpanjang, agar dperoleh hasl yang leh komprehens dan penggunaan pendekatan model asset prcng yang lan, msalnya model GACH raso kovaran terhadap varan dan model aktor lner dnamk memuat asums perhal agamana rsko sstematk eruah. Dapat juga relevan untuk menngkatkan model peneltan dengan menggunakan model yang dentuk untuk pasar sedang erkemang Godrey dan spnosa, 1996; r et. al, 1996; Damodaran, 1998 serta; strada, 000. Akhrnya seagamana leralsas pasar modal yang terjad, akan leh menark untuk dlakukan komparas model antara ndeks gloal dan ndeks pasar nternasonal lannya sejak keterkatan ursa eek Indonesa yang semakn terntegras dengan ursa saham kawasan lannya. 19

22 FNSI Asness, C.S The nteracton o value and momentum strateges. Fnancal Analysts Journal, March/Aprl, Bansal,. dan Vswanathan, S No artrage and artrage prcng. Journal o Fnance 48, Banz,.W The relatonshp etween return and market value o common stocks. Jounal o Fnancal conomcs, 9, Barnes, M.L. dan Lopez, J.A Alternatve measures o the Federal eserve Banks cost o equty captal. Journal o Bankng and Fnance, 30; Banz, ol W The elatonshp Between eturn and Market Value o Common Stock. Journal o Fnancal conomcs. Vol. 9, pp Basu, S Investment Perormance o Common Stocks n elaton to Ther Prce- arnng atos: A Test o the cent Market Hypothess. Journal o Fnance, 1: Basu, S The relatonshp etween earnngs yeld, market value, and return or NYS common stocks: Further evdence. Journal o Fnancal conomcs, 1, Bartholy, J. dan Peare, P Unased estmaton o expected return usng CAPM. Internatonal evew o Fnancal Analyss 1, Bartholy, J. dan Peare, P stmaton o expected return: CAPM vs Fama and French. Internatonal evew o Fnancal Analyss, 14, Bennaceur, Samy dan Hasna Cha The est asset prcng model or estmatng cost o equty: vdence rom the Stock xchange o Tunsa. SSN Papers d97913 Berkovtz, M.K. dan Qu, J Common rsk actors n explanng Canadan equty returns. Workng Paper, Unversty o Toronto. Bhandar, L Det/quty ato and xpected Common Stock eturns: mprcal vdence. Journal o Fnance, 43: Black, Fsher Captal Market qulrum wth estrcted Borrowng. Journal o Busness 45: Bruner,.F., ades, K.M., Harrs,.S. dan Hggns,.C Best practces n estmatng the cost o captal: Survey and syntheses. Journal o Fnancal Practces and ducaton 7, Bryant, P.S, dan leswarapu, V Cross-sectonal determnants o New Zealand share market returns. Accountng and Fnance 37, Carhart, M.M On persstence on mutual und perormance. Journal o Fnance 5,

23 Chan, K. C., Chen, N. dan Hseh, D An exploratory nvestgaton o the rm sze. Journal o Fnancal conomcs, v.14, p , Set. Chan L., Hamao Y., dan Lakonshok J Fundamentals and Stock eturns n Japan. Journal o Fnance, Vol. XLVI, No 5. Darlngton,.B Is kurtoss really peakedness? The Amercan Statstcan 4, 19-. DeBondt, W.F.M. dan Thaler,.H Does the stock market overreact. Journal o Fnance 40, Dttmar,. 00. Non-lnear prcng kernels, kurtoss preerence and cross-secton o equty returns. Journal o Fnance 57, Drew, M.. dan Veeraraghvan, M Beta, rm sze, ook-to-market equty and stock returns: Further evdence rom emergng markets. Journal o the Asa Pacc conomy 8, Fama,.F. dan French,.F The cross-secton o expected stock returns. Journal o Fnance 47, Fama,.F. dan French,.F Common rsk actors n the returns on stocks and onds. Journal o nancal conomcs 33, Fama,.F. dan French,.F The CAPM s wanted, dead or alve. Journal o Fnance 51, Fama,.F. dan French,.F The captal asset prcng model: Theory and evdence. Workng Paper, Unversty o Chcago. Fletcher, J. dan Khanda, J An examnaton o alternatve CAPM-ased models n UK stock returns. Journal o Bankng and Fnance 9, Graham, J. dan Harvey, C The theory and practce o corporate nance: evdence rom the eld. Journal o Fnancal conomc 60, Harvey, C.. dan Sddque, A Condtonal skewness n asset prcng tests. Journal o Fnance, 55, Hansen, L.P dan Jagannathan, Assessng speccaton errors n stochastc dscount actor models. Journal o Fnance, 5, Huerman, G. dan Shmuel Kandel Mean-varance spannng. Journal o Fnance, vol. 4, ssue 4. Jagannathan,. dan Wang, Z The condtonal CAPM and the cross-secton o expected returns. Journal o Fnance 51, Jegadeesh, N. dan Ttman, S eturns to uyng wnners and sellng losers: mplcatons or stock market ecency. Journal o Fnance, 48, Kato, K., dan J. Shallhem Seasonal and Sze anomales n the Japanese stock market. Journal o Fnancal and Quanttatve Analyss 0, Knez, P., dan M. eady On the roustness o sze and ook-to-market n cross-sectonal regressons. Journal o Fnance, Vol. LII, No. 4. 1

Asset pricing model selection: Indonesian Stock Exchange

Asset pricing model selection: Indonesian Stock Exchange MPA Munch Personal epc Archve Asset prcng model selecton: Indonesan Stock xchange owland Bsmark Fernando Pasaru ABFI Insttute Peranas Jakarta Decemer 010 Onlne at https://mpra.u.un-muenchen.de/36978/ MPA

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

menyelesaikan permasalahan dalan penulisan.

menyelesaikan permasalahan dalan penulisan. BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM Ba n mengurakan proses pengolahan data dengan program yang akan dgunakan yatu SPSS yang memantu dalam menyelesakan permasalahan dalan penulsan. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi diperkenalkan oleh seorang yang bernama Francis Gulton dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi diperkenalkan oleh seorang yang bernama Francis Gulton dalam BAB LANDASAN TEORI Pengertan Regres Istlah regres dperkenalkan oleh seorang yang ernama Francs Gulton dalam makalah erjudul Regresson Towerd Medacraty n Heredtary Stature Menurut hasl peneltan elau, meskpun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab n dbag menjad dua bagan, yatu objek peneltan dan desan peneltan. III.1 Objek Peneltan Objek peneltan dalam skrps n adalah nla perusahaan LQ 45 perode 2009-2011.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB LANDASAN TEORI Unverstas Sumatera Utara . Pengertan Regres Istlah regres pertama kal dperkenalkan oleh Francs Galtom. Menurut Galtom, analss regres erkenaan dengan stud ketergantungan dar satu varael

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan seaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (8 9). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, ang selanjutna dnamakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, LIQUIDITY, ASSETS GROWTH DAN ASSETS SIZE TERHADAP BETA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, LIQUIDITY, ASSETS GROWTH DAN ASSETS SIZE TERHADAP BETA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, LIQUIDITY, ASSETS GROWTH DAN ASSETS SIZE TERHADAP BETA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA Chrstan Hery Masrendra Alumnus Fakultas Ekonom Jurusan Manajemen Unverstas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumer daya kelautan dan perkanan adalah salah satu sumer daya alamyang merupakan aset negara dan dapat memerkan sumangan yang erharga ag keseahteraan suatu angsa termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tga konsep dasar yang perlu dketahu untuk memaham pembentukan portofolo optmal, yatu: portofolo efsen dan portofolo optmal fungs utltas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan penting bahwa TFM merupakan sebuah asset pricing model yang valid dan dapat diaplikasikan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

CAPITAL ASSET PRICING MODEL

CAPITAL ASSET PRICING MODEL CAPITAL ASSET PRICING ODEL 1. Konsep CAP 2. Perumusan CAP (CL dan SL) 3. Pelonggaran CAP unya Alteza Konsep Dasar CAP Drumuskan oleh Sharpe, Lntner & ossn (1960an) odel yang menghubungkan expected return

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INDEKS TUNGGAL PORTOFOLIO SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

ANALISIS MODEL INDEKS TUNGGAL PORTOFOLIO SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) AALISIS ODEL IDEKS TUGGAL POTOFOLIO SAHA PADA PEUSAHAA AUFAKTU IDOESIA YAG TEDAFTA DI BUSA EFEK IDOESIA (BEI) Apryan Wdya Turangga luphyaya@ymal.com Dnnul Alfan Akbar dnnul_alfan_akbar@yahoo.com Jurusan

Lebih terperinci

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 4 No. 2, hal: 63-76, Juli 2003 ISSN:

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 4 No. 2, hal: 63-76, Juli 2003 ISSN: Jurnal Akuntans dan Investas Vol. 4 No. 2, hal: 63-76, Jul 2003 ISSN: 1411-6227 Pengaruh Indkator Raso Keuangan Perusahaan Prce Earnng Rato (PER) dan Prce to Book Value (PBV) terhadap Return Portfolo Saham

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI

RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI 1 Return (Imbal hasl) nvestas Expected return (Return ekspetas) return yang dharapkan akan ddapat oleh nvestor d masa depan Actual return/ Realzed return (Return aktual)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

PENGARUH BETA DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP RETURN SEKURITAS PORTOFOLIO PERUSAHAAN: STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA

PENGARUH BETA DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP RETURN SEKURITAS PORTOFOLIO PERUSAHAAN: STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA Jurnal keuangan & Bsns Volume 4 No.1, Maret 2012 PENGARUH BETA DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP RETURN SEKURITAS PORTOFOLIO PERUSAHAAN: STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA Nurzamah Zen

Lebih terperinci

PENGARUH EFISISENSI PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP PENCAPAIAN LABA PADA PT. GALATTA LESTARINDO PANCUR BATU MEDAN

PENGARUH EFISISENSI PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP PENCAPAIAN LABA PADA PT. GALATTA LESTARINDO PANCUR BATU MEDAN WAHANA INOVASI VOLUME 6 No.1 JAN-JUNI 017 ISSN : 089-859 PENGARUH EFISISENSI PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP PENCAPAIAN LABA PADA PT. GALATTA LESTARINDO PANCUR BATU MEDAN Ilham Dosen Fakultas Ekonom Al-Ahzar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

Analisis Model Indeks Tunggal Portofolio Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode

Analisis Model Indeks Tunggal Portofolio Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Analss Model Indeks Tunggal Portofolo Saham d Bursa Efek Indonesa (BEI) Perode 009-011 Mrah (mrah_vezmle@ymal.com) Trsnad Wjaya (trsnad@mdp.ac.d) Jurusan Manajemen STIE MDP Abstrak : Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN. APT (Arbritage Pricing Theory) Overview. Pengujian CAPM. CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar.

CAKUPAN PEMBAHASAN. APT (Arbritage Pricing Theory) Overview. Pengujian CAPM. CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar. http://www.deden08m.wordpress.com CAKUPAN PEBAHASAN Overvew CAP (Captal Asset Prcng odel) Portofolo pasar Gars pasar modal Gars pasar sekurtas Estmas Beta Pengujan CAP APT (Arbrtage Prcng Theory) 1/40

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

Model Regresi Berganda

Model Regresi Berganda Model Regres Berganda Huungan lnear (dlm parameter) antara peuah tak eas & atau leh peuah eas Intersep-Y Populas Slope Populas Random Error Y 0 p p Ŷ 0 p p e Peuah tak eas (Respons) utk sampel Peuah eas

Lebih terperinci

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method Model Regres Varabel dengan Metode Selsh Mutlak Moderatng Varable Regresson Model wth an Absolute Dfference Method Desy Ika Rachmawat 1, Des Yunart, dan Darnah And Nohe 3 1 Mahasswa Program Stud Statstka

Lebih terperinci

Optimasi Penampang Persegi Panjang pada Elemen Balok Prategang (Studi Kasus pada Hotel Alila Surakarta)

Optimasi Penampang Persegi Panjang pada Elemen Balok Prategang (Studi Kasus pada Hotel Alila Surakarta) Optmas Penampang Perseg Panjang pada Elemen Balok Prategang Stud Kasus pada Hotel Alla Surakarta) Dweky Anugerah 1), Steanus Ad Krstawan 2), Edy Purwanto 3) 1) Mahasswa Program Stud Teknk Spl, Fakultas

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV TRIP GENERATION

BAB IV TRIP GENERATION BAB IV TRIP GENERATION 4.1 PENDAHULUAN Trp Generaton td : 1. Trp Producton 2. Trp Attracton j Generator Attractor - Setap tempat mempunya fktor untuk membangktkan dan menark pergerakan - Bangktan, Tarkan

Lebih terperinci

JURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN (JAM)

JURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN (JAM) ISSN: 0853-1259 Vol. 21, No. 3, Desember 2010 J URNA L AKUNTANSI & MANAJEMEN Tahun 1990 JURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN (JAM) Baldric Siregar STIE YKPN Yogyakarta Dody Hapsoro STIE YKPN Yogyakarta Eko Widodo

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Portofolio Optimal Constant Correlation Model Pada Saham Syari ah dengan Menggunakan Metode Sortino, Treynor Ratio dan M 2

Analisis Kinerja Portofolio Optimal Constant Correlation Model Pada Saham Syari ah dengan Menggunakan Metode Sortino, Treynor Ratio dan M 2 JURNAL FOURIER Oktober 016, Vol. 5, No., 85-9 ISSN 5-763X; E-ISSN 541-539 Analss Knera Portoolo Optmal Constant Correlaton Model Pada Saham Syar ah dengan Menggunakan Metode Sortno, Treynor Rato dan M

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENELITIAN DOSEN PEMULA Kode/Nama Rumpun Ilmu : 56 / Akuntans PENELITIAN DOSEN PEMULA ANALISIS PORTOFOLIO UNTUK MENENTUKAN EXPECTED RETURN OPTIMAL DAN RISIKO MINIMAL PADA SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagan besar peneltan-peneltan bdang statstka berhubungan dengan pengujan asums dstrbus, bak secara teor maupun praktk d lapangan. Salah satu uj yang serng dgunakan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB 73 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneltan Objek peneltan n adalah nla tambah sektor pertanan untuk PDRB Jawa Barat berupa data tme seres perode 1985-005. selan tu penuls memlh varabel yang mempengaruhnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneltan n penuls bermaksud untuk menelt bagamana pengaruh perubahan kebjakan moneter terhadap jumlah kredt yang dberkan oleh bank pada beberapa kelompok bank berdasarkan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM-SAHAM PADA PERIODE BULLISH DI BURSA EFEK INDONESIA

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM-SAHAM PADA PERIODE BULLISH DI BURSA EFEK INDONESIA PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM-SAHAM PADA PERIODE BULLISH DI BURSA EFEK INDONESIA Suramaya Suc Kewal Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Mus Palembang suramayasuc@yahoo.com Abstrak: Pembentukan Portofolo Optmal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN 1 PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN Pembmbng: Surtkant, SE., M.S Penuls: Ecatarna Febola Annsa Program Stud Akuntans Fakultas Ekonom Unverstas

Lebih terperinci

PORTOFOLIO DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL DAN METODE Z

PORTOFOLIO DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL DAN METODE Z Jurnal Manajemen, Vol.1, o., Me 013 POTOFOLIO DEGA MEGGUAKA MODEL IDEKS TUGGAL DA METODE Z Oleh: Werner. Murhad Unverstas Surabaya Abstract: Ths study amed to establsh the optmal portfolo usng a sngle

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group Jurnal EKSPONENSIAL Volume 6, Nomor, Nopember 05 ISSN 085-789 Pemodelan Regres Varabel Moderas Dengan Metode Sub-Group Regresson Modelng of Moderatng Varable wth a Method of Sub Group Rsna Septawat, Des

Lebih terperinci

Dan untuk memperoleh persentase tingkat pengembalian selama setahun adalah:

Dan untuk memperoleh persentase tingkat pengembalian selama setahun adalah: 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI ANAJEEN PORTOFOLIO anajemen portofolo berkatan erat dengan nvestas. enurut Relly dan Brown, nvestas adalah komtmen untuk menyshkan uang (pendapatan) dalam suatu perode

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET SKRIPSI ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO, TOTAL ASSET TURN OVER, EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN CURRENT RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci