4 UN-REDD POLICY BRIEF. Peran Sektor Swasta dalam REDD+: Kasus untuk Keterlibatan dan Opsi untuk Intervensi. Pesan kunci.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 UN-REDD POLICY BRIEF. Peran Sektor Swasta dalam REDD+: Kasus untuk Keterlibatan dan Opsi untuk Intervensi. Pesan kunci."

Transkripsi

1 04 UN-REDD P R O G R A M M E POLICY BRIEF U NE P Peran Sektor Swasta dalam REDD+: Kasus untuk Keterlibatan dan Opsi untuk Intervensi Penulis: Iain Hendersona, Jacinto Coelloa, Remco Fischera, Ivo Muldera, Tim Christophersenb Pesan kunci Sektor swasta merupakan sumber pelaksanaan, inovasi dan investasi dan merupakan pemangku kepentingan kunci dalam REDD+. Keterlibatan sektor swasta harus diperluas untuk memperlambat, menghentikan dan membalikkan hilangnya hutan. Dua kelompok sektor swasta utama dalam konteks REDD+: a) mereka yang berfokus pada menghasilkan penurunan emisi terverifikasi (verified emission reduction, VER) dan b) mereka yang terlibat dalam rantai pasokan komoditi yang membahayakan hutan. Tidak ada strategi sisi permintaan atau sisi penawaran tunggal yang bisa menjadi senjata ampuh intervensi harus digunakan dengan cara mengkombinasikannya dan harus saling menguatkan guna mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan untuk keterlibatan dibagi ke dalam empat kategori: insentif, perangkat mitigasi risiko, penetapan standard minimal dan kondisi pendukung. UN-REDD Programme bisa membantu negara-negara mitra dalam melibatkan sektor swasta melalui pertemuan, katalisasi dan berbagi pengalaman dan pembelajaran. Pendahuluan Ikhtisar kebijakan ini bertujuan untuk mendorong para perencana dan praktisi REDD+ sektor publik untuk terlibat dengan dan memobilisasi sektor swasta melalui banyak kemungkinan intervensi. Ikhtisar kebijakan ini mengidentifikasi para pelaku sektor swasta terkait, dan menguraikan potensi peran mereka, dalam konteks REDD+. Ikhtisar kebijakan ini menjelaskan mengapa keterlibatan yang lebih kuat harus dilakukan dan mempertimbangkan berbagai intervensi yang bisa merubah dampak yang diberikan oleh sektor swasta pada tata guna lahan. a b UNEP FI UNEP Ikhtisar kebijakan ini juga menguraikan bentuk-bentuk dukungan yang UN-REDD Programme bisa berikan kepada negara. Ikhtisar kebijakan ini ditutup dengan serangkaian studi kasus yang meneliti potensi dari terlibat dengan perantara keuangan (financial intermediary) untuk memperlambat, menghentikan dan membalikkan hilangnya hutan1 dan degradasi hutan. Menurunkan deforestasi dan degradasi hutan dan merestorasi hutan bisa memberikan banyak manfaat bagi mata pencaharian, iklim dan keanekaragaman hayati. Perkembangan ekonomi dan kesejahteraan

2 manusia tergantung pada ekosistem hutan yang sehat, yang memberikan tempat berteduh, makanan, lapangan kerja, obat-obatan, air, peraturan iklim dan energi kepada lebih dari satu miliar orang 2. Walaupun nilai tegakan hutan sangat besar 3, dan ada beberapa bukti menurunnya laju deforestasi, wilayah hutan dunia terus berkurang 4. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan hutan didominasi oleh kegiatan-kegiatan ekstraktif dan sering melibatkan perubahan hutan ke jenis guna lahan yang lain. Investasi dalam pengelolaan hutan dunia secara lestari saat ini memiliki tingkat yang rendah. Pada hakikatnya, pola perilaku ini tidak lestari, karena mengancam empat dari sembilan batas daya dukung bumi (planetary boundaries), yang merupakan kondisi yang tidak bisa dinegosiasikan yang perlu dihormati dan dijaga oleh umat manusia guna memastikan kondisi yang mendukung peradaban manusia 5 : perubahan iklim, penggunaan air tawar di tingkat global, perubahan sistem lahan, dan keanekaragaman hayati. Arah pembangunan saat ini juga menentang logika ekonomi dalam kerangka waktu yang lebih panjang dan skala besar: Diperkirakan rata-rata manfaat dari menghentikan deforestasi melebihi tiga kali lipat rata-rata biayanya 6. REDD+ merupakan suatu mekanisme yang bisa membantu masyarakat menghilangkan arah pembangunan saat ini yang tidak berkelanjutan 7, sementara juga mengurangi tekanan pada batas daya dukung bumi. REDD+ memberikan kesempatan untuk berkontribusi kepada transisi menuju ekonomi hijau dan guna menyelaraskan pilihan-pilihan pembangunan nasional dengan sasaran-sasaran iklim dan keanekaragaman hayati global yang vital 8. Agar kesempatan yang diberikan oleh REDD+ terwujud, sektor swasta harus terlibat. Para pelaku sektor swasta memiliki peran mendasar yang harus dimainkan sebagai perancang, pengembang, operator dan enabler inisiatif-inisiatif yang ramah hutan pada berbagai skala. Walaupun para pelaku sektor swasta merupakan agen perubahan yang signifikan, keterlibatan dengan sektor swasta dalam REDD+ sejauh ini masih terbatas. Kurangnya keterlibatan ini dikarenakan sejumlah faktor, termasuk lambatnya laju dan ketidakpastian seputar negosiasi-negosiasi REDD+ di bawah Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC); risiko-risiko politik, ekonomi dan keuangan yang terkait dengan ketidakpastian ini; dan kurangnya pemahaman bersama tentang apa yang dimaksud dengan REDD+ dan bagaimana cara terbaik untuk memperlambat, menghentikan dan membalikkan hilangnya hutan Apa yang dimaksud dengan sektor swasta? Pelaku sektor swasta sangat beragam, dan oleh karena itu membuat generalisasi tentang sektor swasta dan mengkonseptualisasi sektor swasta sebagai satu kesatuan merupakan tantangan. Definisi yang diberikan oleh PBB tentang sektor swasta mencakup perusahaan atau badan usaha perorangan, yang mencari laba, dan komersial; asosiasi dan koalisi badan usaha serta yayasan perusahaan donor 10. Dilihat dari besarannya, sektor swasta bisa meliputi mulai dari badan usaha perorangan hingga perusahaan multinasional terbesar yang mempekerjakan jutaan orang. Dari sudut pandang motivasi, sektor swasta mencakup berbagai macam, mulai dari badan-badan usaha yang penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan keluarga (subsisten) hingga perusahaan-perusahaan yang berfokus pada mendapatkan laba yang tinggi. Sektor swasta di sini meliputi sektor 02

3 formal dan informal 11, baik perusahaan asing maupun perusahaan dalam negeri, dan mencakup para pelaku di sepanjang rantai pasokan dan rantai nilai. Mengingat tingkat keragaman ini, memperinci kelompok-kelompok dalam sektor swasta yang terkait dengan REDD+ perlu dilakukan. Ada dua kelompok sektor swasta yang penting, yaitu kelompokkelompok yang terlibat dalam produksi dan penjualan VER dan kelompok-kelompok yang terkait dengan pendorong deforestasi dan degradasi 12. Kelompok pertama terdiri dari para pelaku yang terlibat dalam produksi dan penjualan VER, yang bisa dijual kepada pihakpihak yang tertarik untuk membelinya baik secara sukarela ataupun dikarenakan kewajiban peraturan. Kelompok ini bisa mencakup para pengembang proyek, para penyedia jasa teknis, penyandang dana dan pembeli VER. Transaksi-transaksi VER yang dilaporkan pada tahun 2011 berjumlah US$237 juta yang terkait dengan penurunan 26 MtCO 2 e 13. VER-VER ini berasal dari berbagai aforestasi/reforestasi (A/R Mekanisme Pembangunan Bersih), REDD+, pengelolaan kehutanan yang lebih baik dan proyek dan program agro-kehutanan. Kategori kedua terdiri dari para pelaku sektor swasta yang terkait dengan pendorong deforestasi dan degradasi hutan 14, yang pelaku terbesarnya adalah rantai produksi dan rantai pasokan komoditi pertanian 15. Para pelaku dalam kategori ini bisa meliputi para produsen bahan mentah, pemasok, manufaktur, pedagang, pedagang eceran, konsumen, penyandang dana dan penyedia jasa teknis. Ada banyak variasi dalam kategori ini. Di wilayah-wilayah Amerika Latin, para pelaku skala besar dalam pertanian komersial yang menghasilkan barang untuk ekspor, yang sering menggunakan dana yang diperoleh di pasar-pasar modal internasional, merupakan pendorong deforestasi dan degradasi yang signifikan. Bertentangan dengan situasi di wilayah-wilayah Congo Basin, hilangnya hutan sebagian besar didorong oleh produsen skala kecil dan produsen subsisten yang menjual barang seperti arang di pasar setempat, yang biasanya tidak terlalu membutuhkan pendanaan 16. Kategori sektor swasta ini juga mencakup para pelaku yang lebih besar daripada kategori mereka yang terlibat dalam produksi dan penjualan VER. Perkiraan nilai produsen tahunan untuk kelapa sawit, daging sapi dan kedelai adalah US$31 miliar, 14 miliar dan 47 miliar, masing-masing di tahun Upaya yang sedikit jumlahnya untuk melibatkan sektor swasta dalam konteks REDD+ umumnya diarahkan pada kelompok pelaku pertama, sementara potensi untuk melibatkan kelompok kedua untuk mencapai REDD+ tetap tidak tergali. Kedua kelompok ini sangat penting bagi keberhasilan REDD+, tetapi harus diingat bahwa pengelompokan ini bersifat sederhana dan tidak mencakup setiap pelaku sektor swasta terkait. Misalnya, para pelaku sektor swasta yang terlibat dalam panen hasil hutan bukan kayu bisa menjadi pengurus hutan yang penting yang tidak mendorong hilangnya hutan dan tidak masuk ke dalam kategori manapun yang telah disebutkan di atas. Dari sudut pandang makro, pengembangan ekonomi harus terpisah dari konsumsi sumber daya hutan agar REDD+ berhasil. Paradigma baru dibutuhkan, yang akan melibatkan pilihan-pilihan ekonomi dan pembangunan yang berbeda dengan pilihan-pilihan yang dibuat oleh negara lain di masa lalu. Hal ini akan melibatkan perluasan ekonomi rendah karbon dan non ekstraktif yang baru di luar hutan yang akan memiliki bukan hanya keberlanjutan lingkungan sebagai intinya, melainkan juga harus bisa dilaksanakan secara ekonomi, sosial dan politik. Beragam pelaku sektor swasta akan memainkan peran penting dalam menciptakan paradigma baru ini. UN-REDD PolicyBrief 03

4 2. Mengapa sektor swasta penting dalam perencanaan dan pelaksanaan REDD+? Secara historis, pada hakikatnya deforestasi dan degradasi hutan terkait dengan pengembangan ekonomi. Selama seabad ini, tingkat deforestasi dan degradasi tertinggi telah bergeser, dari iklim sedang ke iklim tropis 18. Pergeseran ini mempengaruhi banyak hutan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan kaya karbon, yang menjadi sumber mata pencaharian banyak rakyat termiskin di dunia. Pergeseran geografis hilangnya hutan dibarengi dengan naiknya ekonomi pasar global. Transisi ini telah memberikan kepada sektor swasta, kebebasan yang lebih besar dalam membuat keputusankeputusan tentang tata guna lahan dan telah meningkatkan pentingnya keputusan-keputusan yang mereka buat tentang hutan. Kenaikan jumlah penduduk dunia dan kekayaan, dikombinasikan dengan pergeseran pola konsumsi pangan dan bahan bakar menunjukkan bahwa tekanan pada lahan akan lebih besar selama beberapa dekade mendatang 19. Tekanan-tekanan ini bisa diperparah oleh faktor-faktor seperti perubahan struktural siklus hidrologi 20 dan degradasi lahan tanpa henti 21. Walaupun beberapa segmen sektor swasta saat ini mendorong deforestasi dan degradasi di banyak belahan dunia, segmensegmen sektor swasta ini dan para pelaku sektor swasta lainnya juga merupakan bagian penting dari solusinya 22. Khususnya, sektor swasta bisa berkontribusi kepada REDD+ dalam tiga bidang utama: inovasi, investasi dan pelaksanaan. Inovasi: Salah satu ciri utama sektor swasta adalah pengembangan dan penyebaran teknologi baru dan inovasi. Perusahaan-perusahaan komersial harus merespons tekanan pasar dan perlu tetap memiliki daya saing dalam lanskap lingkungan, hukum, peraturan dan fiskal yang berkembang. Perusahaan-perusahaan swasta ini melakukannya dengan memasukkan sistem, pengetahuan, teknologi dan praktik baru ke dalam operasi mereka untuk mendorong efisiensi, produktivitas dan laba. Keahlian dan kapabilitas ini akan dibutuhkan untuk memisahkan pertumbuhan dari konsumsi sumber daya dan degradasi lingkungan. Investasi: Transisi menuju ekonomi hijau akan membutuhkan perubahan struktural pada pola investasi saat ini dan pola investasi masa depan. Laporan Ekonomi Hijau UNEP menyiratkan bahwa rata-rata investasi tambahan tahunan senilai US$40 miliar akan dibutuhkan untuk menghentikan deforestasi global sebelum tahun 2030 dan untuk menaikkan reforestasi dan aforestasi sebanyak 140 persen sebelum tahun 2050, di bawah skenario business as usual 23. Mengingat tegangnya keadaan keuangan publik tingkat global saat ini, sebagai akibat dari beberapa krisis keuangan, modal sektor swasta akan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan ini. 04

5 Pelaksanaan: Inovasi dan investasi membutuhkan berbagai bentuk pelaksanaan untuk memberikan hasil di lapangan. Pada akhirnya, sebagai pengguna lahan terbesar di bumi ini, sektor swasta akan sangat terlibat dalam kegiatan-kegiatan di lapangan yang dibutuhkan untuk transisi menuju ekonomi hijau. Agar potensi sektor swasta bisa terbuka, paradigma yang ada perlu diubah, dan persoalan struktural yang besar perlu diatasi. Tanda-tanda pasar yang bisa dipengaruhi oleh subsidi, perpajakan, penetapan harga, peraturan dan persoalan penguasaan lahan seringkali berkontribusi dalam membuat deforestasi menjadi kegiatan yang menguntungkan 24. Memastikan bahwa paradigma baru ini efisien, efektif dan berkeadilan akan membutuhkan koordinasi dan kolaborasi menyeluruh antara sektor publik, sektor swasta dan masyarakat sipil. 3. Melibatkan sektor swasta dalam REDD+ Sektor swasta bisa ikut aktif dan terlibat lebih jauh dalam REDD+ melalui beragam intervensi dan kegiatan. Intervensi dan kegiatan ini akan bervariasi tergantung pada situasi nasional, serta pada sifat sektor swasta di suatu negara tertentu. Proses keterlibatan bisa memiliki banyak fase, yang bisa meliputi mengidentifikasi pemangku kepentingan, berbagi informasi, konsultasi dan membina kemitraan 25. Keterlibatan sangat penting, karena bukan hanya akan memastikan penerimaan luas dan ketertarikan dalam REDD+, melainkan juga akan membangun kepercayaan dan mendukung kapasitas pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dan mencapai REDD+ dengan cara yang berarti dan efektif. Keterlibatan langsung sektor swasta dalam REDD+ sejauh ini masih terbatas dan sebagian besar terkait dengan pasar karbon sukarela. Kendati demikian, lebih banyak pengalaman telah didapatkan tentang pelibatan sektor swasta dalam kegiatan-kegiatan terkait, seperti inisiatif sertifikasi, perundingan komoditi dan moratorium, yang semuanya bisa membantu menurunkan deforestasi dan degradasi hutan. Strategi REDD+ nasional akan memiliki pengaruh tidak langsung pada sekelompok besar sektor swasta, dengan banyak kemungkinan implikasi bagi pengguna lahan langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu, proses pelibatan akan harus lebih komprehensif lagi dibandingkan yang ada saat ini guna mencerminkan heterogenitas kegiatan sektor swasta di luar pasar karbon. Keterlibatan luas sektor swasta merupakan hal yang penting selama pengembangan strategi dan juga pada fase rancangan kebijakan guna memastikan pemberlakuan mekanisme-mekanisme sosial, keuangan, ekonomi dan politik yang efisien dan efektif untuk memperlambat, menghentikan dan membalikkan hilangnya hutan. UN-REDD Programme bisa memanfaatkan netralitas PBB dalam memfasilitasi, mempromosikan dan mendukung dialog kebijakan REDD+. Program ini bisa mendukung negara-negara REDD+ dalam melibatkan sektor swasta melalui penciptaan dialog pemangku kepentingan nasional, dan juga mendukung inisiatif yang ada di dalam negeri untuk berkontribusi kepada pengembangan kerangka kerja yang bisa diterima umum demi kemajuan REDD+. UN-REDD Programme bisa memberikan keahlian dalam berbagai bidang terkait dan memobilisasi para pakar nasional dan internasional untuk meningkatkan pengembangan kapasitas. Dukungan ini 05

6 akan berkontribusi kepada pengembangan strategi-strategi praktis untuk memperlambat, menghentikan dan membalikkan hilangnya hutan. 4. Mempengaruhi perilaku sektor swasta berbagai jenis intervensi Intervensi yang mengubah dampak yang diberikan oleh sektor swasta pada guna lahan bisa meliputi pelaksanaan kebijakan hingga penciptaan perangkat keuangan, pengembangan skema sertifikasi dan intervensi-intervensi lainnya yang bersifat sukarela. Intervensiintervensi ini mempengaruhi perilaku melalui berbagai tingkat legalitas, harga dan kesadaran Intervensi sektor publik Intervensi sektor publik dibutuhkan untuk mengatasi kegagalan pasar, kebijakan dan pemerintahan yang merupakan faktor penyebab signifikan dari deforestasi dan degradasi hutan global 27. Intervensi-intervensi sektor publik yang mempengaruhi sektor swasta bisa dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan yang luas, dan beragam alat yang tersedia di dalam pendekatan-pendekatan ini bisa digunakan. Seperti masalah kompleks lainnya, satu rangkaian intervensi kebijakan optimal pun tidak tersedia, dan efektivitas intervensi akan tergantung pada sejauh mana mereka berhasil beradaptasi dengan konteks setempat. Keempat pendekatan luas tersebut adalah: Insentif: Mekanisme insentif bisa bersifat positif atau negatif. Insentif digunakan untuk mengarahkan perilaku, tetapi pada akhirnya membiarkan keputusan untuk dibuat oleh pelaku yang sedang dipengaruhi. Contoh dari intervensi yang memberikan insentif kepada perilaku yang ramah hutan mencakup: i) insentif yang tidak terkait dengan keuangan, seperti klarifikasi penguasaan lahan dan memberikan hak yang jelas atas penggunaan lahan 28 ; dan ii) insentif keuangan, yang bisa berupa pembayaran di muka, seperti hibah atau perpajakan, atau pembayaran berdasarkan hasil, seperti pembayaran untuk jasa lingkungan, yang bisa mencakup karbon. Perangkat mitigasi risiko: Seringkali diberikan oleh komunitas internasional atas dasar pembangunan atau lingkungan dalam konteks bantuan pembangunan resmi atau pendanaan iklim internasional. Dengan tidak adanya reformasi ekonomi yang lebih menyeluruh (lihat kondisi pendukung di bawah), perangkat strategi ini bisa digunakan untuk mengurangi atau berbagi risiko yang terkait dengan kegiatankegiatan khusus. Contoh dari perangkat ini mencakup asuransi risiko keuangan, komersial dan politik, jaminan dan perangkat lain yang memitigasi risiko 29. Standar minimal perilaku: Standar-standar ini bisa berlaku dalam beragam skenario untuk mencegah praktik-praktik yang tidak berkelanjutan. Standar-standar ini bisa berlaku atas lahan, seperti ketika dikembangkan di bawah moratorium atau Kitab Undang-undang Kehutanan di banyak negara; bisa berlaku atas informasi, seperti melalui standard wajib untuk 06

7 pelabelan dan pelaporan; bisa berlaku atas perdagangan, seperti melalui UU Lacey; dan bisa berlaku atas keuangan, melalui peraturan keuangan atau melalui kriteria sosial dan lingkungan yang ditetapkan oleh organisasi seperti UN-REDD Programme, UNFCCC atau International Finance Corporation. Kondisi pendukung: Solusi mitigasi risiko sebagaimana yang digambarkan di atas merupakan solusi jangka pendek untuk menarik investasi dan membangun kepercayaan. Namun, dalam jangka panjang, hanya pemerintah nasional yang bisa melaksanakan proses reformasi yang lebih mendasar dalam struktur politik, struktur hukum, struktur ekonomi dan struktur masyarakat yang akan mengatasi pendorong utama kategori risiko terkait. Rangkaian intervensi struktural ini bukan intervensi strategi bisa mencakup reformasi kelembagaan dan peningkatan kapasitas, investasi dalam penelitian dan pembangunan infrastruktur, meningkatnya koordinasi antara kementerian dan badan pemerintah, penciptaan sistem informasi yang efektif, investasi dalam pendidikan, kerangka hukum yang sehat, meningkatkan transparansi melalui kerangka pelaporan dan kerangka akuntansi, kapasitas penegakan hukum, tanda-tanda yang jelas tentang kemauan politik yang kuat dan konsultasi pemangku kepentingan Intervensi sisi permintaan dan penawaran Walaupun upaya untuk memberikan label yang berlainan pada semua intervensi bisa menjadi upaya yang menantang, cara lain untuk mengkategorisasikan intervensi-intervensi sektor swasta adalah dengan membandingkan langkah-langkah sisi permintaan dengan langkahlangkah sisi penawaran. Langkah-langkah sisi permintaan mengacu pada langkah-langkah yang diambil dimana komoditi digunakan atau dikonsumsi, dan langkah-langkah sisi penawaran mengacu pada langkah-langkah yang diambil dimana komoditi dihasilkan. Seperti banyak masalah kompleks lainnya, langkah-langkah ini kurang efektif jika diambil secara terpisah, dan hasil positif lebih memungkinkan jika menggunakan kombinasi kebijakan yang saling mendukung 31. Intervensi sisi permintaan: Bisa berkisar dari strategi-strategi yang melibatkan paksaan (hukum) sampai strategi-strategi yang melibatkan persuasi (kampanye) 32. Intervensi-intervensi ini tidak bisa langsung mempengaruhi tata kelola guna lahan, tetapi bisa menciptakan tanda yang membentuk produksi dan perdagangan komoditi yang membahayakan hutan. Semakin banyak perundang-undangan yang tersedia dalam sektor kayu: UU Lacey di A.S., RUU Larangan Penebangan Liar di Australia dan Peraturan Kayu Uni Eropa, semuanya melarang impor kayu yang dipanen dengan cara yang ilegal. Sektor publik juga bisa mengambil langkah-langkah yang tidak terkait dengan perundang-undangan untuk mengubah permintaan, seperti kebijakan pengadaan produk kayu yang sesuai hukum atau berkelanjutan, yang digunakan oleh beberapa pemerintah di Eropa. Segmen-segmen sektor swasta juga bisa berperan dalam langkah-langkah sisi permintaan. Peran ini bisa mencakup konsumen yang meminta penggunaan standar sertifikasi komoditi (misalnya, Forest Stewardship Council untuk kayu, Roundtable on Responsible Soy Association untuk kedelai, Roundtable on Sustainable Palm Oil untuk kelapa sawit), janji-janji sukarela baik di tingkat internasional, seperti Consumer Goods Forum yang berjanji untuk mencapai tingkat deforestasi netto nol sebelum tahun , atau di tingkat nasional, seperti anggota Association of Supermarkets Brazil yang melarang penjualan daging sapi dari hutan hujan yang dibuka dengan cara yang tidak sesuai hukum 34, dan inisiatif pengungkapan sukarela seperti Forest Footprint Disclosure Project

8 Intervensi sisi penawaran: Langkah-langkah ini dilaksanakan di negara-negara hutan dan biasanya berlaku pada awal rantai pasokan. Langkah-langkahnya bisa berupa langkah-langkah hukum, seperti mengklarifikasi konflik dan isu yang terkait dengan penguasaan lahan, mengatasi hambatan-hambatan birokrasi untuk mengubah dan mengklarifikasi peraturanperaturan yang bertentangan atau yang membingungkan; langkah-langkah teknis, seperti memberikan penyuluhan dan bantuan kepada petani dan produsen untuk beralih ke metode produksi yang lebih berkelanjutan; langkah-langkah tata ruang, seperti pemetaan dan perencanaan lanskap; langkah-langkah keuangan, seperti memberikan dan meningkatkan kemudahan akses ke hibah, pinjaman dan investasi atau menghilangkan insentif-insentif yang menyimpang untuk kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan hilangnya hutan; langkah-langkah informasi, seperti memberikan informasi tentang kecenderungan pasar dan kecenderungan lingkungan untuk membantu pengambilan keputusan yang baik; langkah-langkah teknologi, seperti mendistribusikan sistem pembayaran bergerak (mobile) atau menggunakan alat pemetaan; atau yang terkait dengan mereformasi pemerintahan dan lembaga dan meningkatkan penegakan hukum yang bisa mengurangi kegiatan ilegal. Intervensi-intervensi ini tidak perlu, dan seringkali sebaiknya tidak, dilakukan secara terpisah. Misalnya, langkah-langkah yang diperkenalkan di bawah Rencana Aksi Pencegahan dan Pengendalian Deforestasi di Legal Amazon (negara-negara bagian Amazon) Brazil mencakup inisiatif-inisiatif seperti koordinasi antar kementerian yang lebih besar, pengawasan hutan waktu nyata (real-time), perluasan wilayah yang terlindungi, penetapan kota-kota tertentu yang berisiko tinggi sebagai prioritas untuk pelaksanaan langkah-langkah yang lebih ketat, revisi perundang-undangan lingkungan dan kebijakan kredit pedesaan yang terkait dengan kepatuhan lingkungan. Platformplatform seperti Green Commodities Facility UNDP merupakan cara lain untuk menggabungkan banyak unsur ini di tingkat nasional 36. Keterlibatan UNDP dengan skema Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan contoh praktis tentang keterlibatan pemangku kepentingan seputar komoditi yang membahayakan hutan di tingkat negara Potensi peran perantara keuangan dalam mengatasi pendorong deforestasi dan degradasi Perantara keuangan (FI) memenuhi banyak fungsi yang dibutuhkan agar sekelompok besar sektor swasta bisa beroperasi (termasuk kedua kategori yang digambarkan di atas) 38. FI merupakan faktor kritis dalam pengaktifan sebagian besar rantai pasokan komoditi global yang mendorong deforestasi dan degradasi hutan. Banyak kegiatan fisik yang terkait dengan tata guna lahan, seperti menanam, memanen atau berdagang, biasanya membutuhkan satu atau lebih transaksi keuangan pendukung. Dengan demikian, perubahan cara FI beroperasi, serta perubahan kebijakan pinjaman, keputusan investasi dan keputusan penilaian kesesuaian nasabah untuk menerima pinjaman, bisa memberikan pengaruh besar pada perilaku pelaku swasta sepanjang berbagai rantai pasokan komoditi global. 08

9 Contoh-contoh berikut menggambarkan berbagai cara yang bisa digunakan oleh FI untuk berkontribusi dalam memperlambat, menghentikan dan membalikkan hilangnya hutan dengan mempengaruhi perilaku sektor swasta. Bank Peran utama yang dimainkan oleh bank adalah meminjamkan uang kepada nasabah, atau memberikan kredit. Ada beragam jasa lain yang bank berikan, yang mungkin akan mempengaruhi perilaku, seperti melaksanakan penelitian terhadap perusahaan, membantu perusahaan mendapatkan uang di pasar modal dan jasa pemberian nasihat. Dua studi kasus berikut merupakan contoh tentang berbagai cara bank bisa mempengaruhi perilaku secara langsung maupun tidak langsung: Kebijakan pinjaman di daerah-daerah pedesaan di Amazon Brazil (standar minimal perilaku) 39 : Laju deforestasi Brazil turun drastis di Amazon di paruh kedua tahun 2000-an, dari puncaknya seluas km 2 pada tahun 2004 menjadi km 2 pada tahun Dua kemungkinan penjelasan untuk hal ini adalah bahwa turunnya harga komoditi pertanian mungkin telah mencegah pembukaan wilayah hutan untuk perluasan lahan pertanian atau kebijakan konservasi yang diperkenalkan setelah tahun 2004 mungkin telah berhasil dilakukan. Analisa oleh Climate Policy Initiative (CPI) menunjukkan bahwa kebijakan yang diperkenalkan guna mencapai hasil konservasi menghasilkan sekitar setengah penurunan deforestasi. Salah satu kebijakan yang diperkenalkan pada tahun 2008 adalah Central Bank Resolution 3545 Brazil. Kebijakan ini mewajibkan mereka yang mengajukan pinjaman di daerahdaerah pedesaan di bioma Amazon untuk menghasilkan bukti kepatuhan terhadap peraturan lingkungan. Pinjaman atau kredit pedesaan merupakan mekanisme utama guna mendukung pertanian di Brazil, dan Kementerian Pertanian memperkirakan bahwa sekitar 30 persen sumber daya petani selama tahun panen biasa, berasal dari pinjaman pedesaan. Analisa yang dilakukan oleh CPI terhadap kebijakan tersebut menghasilkan temuan bahwa kebijakan tersebut paling efektif di daerahdaerah yang didominasi oleh peternakan, bukan oleh produksi hasil tanaman. Diperkirakan sejumlah BRL2,9 miliar (US$1,4 miliar) dalam kredit pedesaan tidak terkonsentrasi pada periode tahun 2008 hingga tahun 2011 dikarenakan larangan yang dikenakan oleh Resolution Hal ini mencegah terdeforestasinya sekitar km 2 yang setara dengan penurunan 15 persen deforestasi selama periode yang diamati. Program jaminan pinjaman United States Agency for International Development (USAID) (perangkat mitigasi risiko) 41 : Development Credit Authority (DCA) USAID memberikan jaminan pinjaman guna mendorong lembagalembaga keuangan penghindar risiko, untuk memberikan pinjaman kepada mereka yang sebenarnya memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman tetapi belum terlayani di negara-negara berkembang. Skema ini telah berjalan sejak tahun 1999 dan telah memfasilitasi lebih dari US$2,3 miliar pendanaan swasta melalui 200 lembaga keuangan lokal di 64 negara. Jaminan pinjaman ini bisa menutupi 50 persen potensi kerugian yang mengancam bank atau investor lokal, yang tunduk pada kriteria sosial dan lingkungan yang ketat. 09

10 Jaminan ini bisa menutupi pinjaman individu atau portofolio pinjaman dan memiliki dampak yang cukup memberikan manfaat, yang membantu membuka investasi sektor swasta guna mendorong sasaran-sasaran pembangunan. Sejak program DCA dimulai pada tahun 1999, telah ada rata-rata US$28 dana sektor swasta yang digalang untuk setiap dolar yang dikeluarkan oleh pemerintah AS. Walaupun telah berfokus, antara lain, pada pertanian, DCA tidak digunakan untuk REDD+. Kesesuaian DCA untuk dana REDD+ perlu diteliti lebih lanjut. Programprogram jaminan pinjaman bisa membantu meningkatkan pasokan kredit ke sektor ekonomi utama dimana akses ke dana merupakan salah satu hambatan yang mencegah transisi menuju produksi yang lebih berkelanjutan 42. Investor kelembagaan Investor kelembagaan merupakan pemilik akhir sebagian besar ekuitas perseroan terbuka. Dengan demikian, praktikpraktik keputusan dan kepemilikan investasi mereka bisa sangat mempengaruhi perilaku perusahaan yang mereka miliki dan perusahaan tempat mereka berinvestasi. Studi kasus di bawah ini memperlihatkan bagaimana investor kelembagaan bisa mendorong perubahan perusahaan. Investasi kelapa sawit dari Government Pension Fund Global (GPFG) Norwegia 43 : Sovereign Wealth Fund di Norwegia, yang disebut GPFG, adalah salah satu yang terbesar di dunia. Dua organisasi non pemerintah di Norwegia, Rainforest Foundation Norway dan Friends of the Earth Norway, belakangan ini baru melobi GPFG untuk mengurangi investasinya di perusahaan-perusahaan dalam sektor-sektor sensitif yang bisa berkontribusi kepada hilangnya hutan, seperti kelapa sawit di Kalimantan dan produksi daging sapi di Amazon. Laporan tahunan GPFG 2012 menyatakan bahwa deforestasi sekarang merupakan komponen eksplisit strategi dana ini untuk pengelolaan sosial dan lingkungan. Sebagai hasil dari kebijakan baru ini, GPFG mencabut sekitar US$300 juta investasi ekuitas di 23 perusahaan yang dianggapnya memproduksi kelapa sawit dengan cara yang tidak berkelanjutan. Langkah ini mengirimkan pesan yang kuat baik kepada sektor kelapa sawit maupun investorinvestor lainnya bahwa ada sangat banyak pengelola pendanaan kelembagaan yang mengharapkan standar yang semakin tinggi dalam hal kerangka pengaman (safeguard) sosial dan lingkungan, dan bahwa model-model usaha yang dikaitkan dengan hilangnya hutan tidak bisa diterima oleh investor-investor yang bertanggung jawab. Kesimpulan Pergeseran menuju ekonomi hijau merupakan satu-satunya lintasan pembangunan berkelanjutan yang berjangka panjang; businessas-usual bukan opsi yang bisa dijalankan. REDD+ merupakan bagian kritis dari ekonomi hijau, dan keterlibatan serta partisipasi aktif sektor swasta merupakan prasyarat bagi keberhasilan REDD+. Jika keterlibatan menyeluruh tidak diprioritaskan, ada kemungkinan besar mekanisme-mekanisme sosial, keuangan, ekonomi dan politik yang dirancang untuk mengurangi hilangnya hutan akan menjadi tidak efektif, membuang waktu berharga dan modal manusia, politik dan keuangan yang langka. UN-REDD Programme berkomitmen untuk membantu negara-negara REDD+ terlibat dengan para pemangku kepentingan utama, termasuk sektor swasta. Program ini bisa memainkan peran mengadakan pertemuan dan katalisasi guna memastikan bahwa kepercayaan dan konsensus dibangun, bersama dengan peningkatan kapasitas dan pengetahuan. UN-REDD Programme melibatkan sektor swasta melalui dialog-dialog pemangku kepentingan nasional di sejumlah negara percontohan (pilot) dan melalui kegiatankegiatan regional dan global; dan akan terus membantu negara-negara mitra UN-REDD dalam menjembatani perbedaan sudut pandang yang ada antara sektor swasta dengan para pelaku lain dalam REDD+. 10

11 Ucapan Terima Kasih Para penulis sangat berterima kasih atas komentar dan masukan yang diberikan oleh: Emily Brickell (Overseas Development Institute), Tim Clairs (UNDP), Anna Creed (yang bekerja untuk Duta Besar Keliling Bidang Three Basins Initiative), Thomas Enters (UNEP), Julie Greenwalt (UNEP), Kimberly Todd (UNDP), Okwen TenjohOkwen (FAO) dan Tiina Vahanen (FAO). Catatan Akhir 1 Istilah hilangnya hutan selanjutnya akan digunakan untuk merujuk baik pada deforestasi maupun degradasi hutan. 2 UNEP Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication. 3 Walaupun nilai jasa ekosistem hutan memiliki tingkat yang tidak pasti, estimasi konservatif cenderung diukur dalam triliun dolar AS (UNEP 2011). Di bawah kerangka akuntansi yang ada saat ini, nilai dan jasa ini tidak tertangkap dalam sistem akuntansi nasional. Namun, FAO menunjukkan bahwa nilai dan jasa yang bisa diukur dalam pengertian moneter memiliki arti penting. Industri hutan di tahun 2006 memberikan kontribusi sekitar US$468 miliar atau satu persen dari nilai tambah bruto global terhadap produk domestik bruto global. FAO State of the world s forests FAO Global Resources Assessment. 5 Rockström, J dkk Planetary boundaries: exploring the safe operating space for humanity. Ecology and Society 14 (2): Eliasch, J The Eliasch Review- climate change: Financing global forests. 7 Misalnya, studi oleh TEEB untuk Business Coalition menunjukkan bahwa peternakan dan pertanian di Amerika Selatan menghasilkan pendapatan sejumlah US$16,6 miliar, tetapi memakan modal alam sejumlah US$312,1 miliar. Trucost Natural Capital at Risk: The Top 100 Externalities of Business. 8 UNEP mendefinisikan ekonomi hijau sebagai ekonomi yang menghasilkan meningkatnya kesejahteraan manusia dan keadilan sosial, sementara sangat mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi. Ekonomi ini rendah karbon, efisien sumber daya dan secara sosial inklusif. UNEP Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication. 9 International Sustainability Unit Interim REDD+ Finance, Current Status and Ways Forward for United Nations Guidelines on Cooperation between the United Nations and the Private Sector. 11 Untuk definisi sektor informal, lihat ICLS Pedoman tentang definisi statistik pekerjaan informal. 12 Dua kelompok umum ini tidak terpisah dari satu sama lain - misalnya seorang petani bisa mengatasi pendorong deforestasi sementara juga melaksanakan kegiatan-kegiatan yang yang menghasilkan penurunan emisi terverifikasi. 13 Ecosystem Marketplace State of the Forest Carbon Markets 2012: Leveraging the Landscape. 14 Pendorong-pendorong ini merupakan kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan hilangnya hutan. 15 Pertanian diperkirakan akan segera menjadi pendorong sekitar 80 persen deforestasi di dunia (Kissinger dkk. 2012). Kedelai, kelapa sawit dan ternak merupakan komoditi utama yang mendorong hilangnya hutan dalam sektor pertanian, tetapi sektor-sektor lain di luar pertanian seperti pertambangan dan konstruksi merupakan pendorong penting deforestasi juga. Kissinger dkk Drivers of Deforestation and Forest Degradation: A Synthesis Report for REDD+ Policy Makers. 16 Barang yang dihasilkan oleh banyak produsen skala kecil bisa memiliki nilai yang cukup tinggi. Misalnya, sektor manufaktur arang di Republik Demokratik Kongo diperkirakan menghasilkan pendapatan tahunan lebih dari US$1 miliar. Debroux, L. dkk Forests in post-conflict Democratic Republic of Congo: Analysis of a priority agenda. 17 Global Canopy Programme The Little Forest Finance Book. 18 FAO State of the World s Forests UNEP Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication. 20 Bates dkk Climate Change and Water. Technical Paper of the Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC Secretariat. 21 UNEP Fifth Global Environment Outlook (GEO-5): Summary for Policy Makers. 22 Antara 300 sampai 500 perusahaan mengendalikan sekitar 70 persen rantai pasokan 15 komoditi besar di tingkat global dan oleh karena itu bisa memiliki beragam tingkat pengaruh pada bagaimana rantai pasokan ini beroperasi. WWF Better Production for a Living Planet. 23 UNEP Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication. 11

12 24 TEEB The Economics of Ecosystems and Biodiversity: Mainstreaming the Economics of Nature: A synthesis of the approach, conclusions and recommendations of TEEB. 25 CIF Learning Incentivizing the Involvement of the Private Sector in REDD+. Untuk diskusi lengkap tentang kemungkinan rentang intervensi dan lingkupnya, lihat Whitley, S At cross-purposes: subsidies and climate compatible investment. 26 Kissinger dkk Drivers of Deforestation and Forest Degradation: A Synthesis Report for REDD+ Policy Makers. Untuk diskusi lengkap tentang perlunya intervensi publik, lihat Creed, A Halting and Reversing Forest Loss at Jurisdictional Scale: How Interim Climate Finance can Incentivise the Private Sector Pemberian hak atas lahan juga bisa dipandang sebagai kondisi pendukung. 29 Untuk informasi lebih lanjut tentang berbagai produk mitigasi risiko, lihat Bab 4 The Forest Investment Report by Gaines dan Grayson Forum for the Future. Kissinger dkk Drivers of Deforestation and Forest Degradation: A Synthesis Report for REDD+ Policy Makers Untuk informasi lebih lanjut, lihat: 35 Forest Footprint Disclosure Project digabungkan dengan Carbon Disclosure Project pada Februari Untuk informasi lebih lanjut tentang Green Commodities Facility UNDP, lihat: www. greencommodities.org/ 37 Untuk informasi lebih lanjut tentang Skema Indonesia Sustainable Palm Oil, lihat: or.id/press/view.asp?fileid= &lang=en 38 Walaupun FI memilih paparan kegiatan pada skala dimana risiko bisa dinilai dengan jelas, hal ini sejalan dengan program-program REDD+ nasional berskala besar. Untuk diskusi lengkap, lihat International Sustainability Unit REDD+ and the Agricultural Drivers of Deforestation. 39 Materi untuk studi kasus ini diambil dari karya tulis Climate Policy Initiative Does Credit Affect Deforestation? Evidence from a Rural Credit Policy in the Brazilian Amazon. Untuk data resmi, lihat: Untuk informasi lebih lanjut tentang Development Credit Authority USAID, lihat: gov/dca/dca-impact-brief 40 Harus diingat, ada tantangan-tantangan yang terkait dengan mengukur efektivitas intervensi. Hal ini bisa dikarenakan kurangnya bukti empiris dan potensi kebocoran (atau perpindahan) ke daerah lain IIED Demand-side interventions to reduce deforestation and forest degradation. 33 Consumer Goods Forum merupakan jaringan industri global tingkat tinggi yang beranggotakan lebih dari 400 pedagang eceran, manufaktur, penyedia jasa dan pemangku kepentingan lainnya dengan penjualan gabungan sebesar EUR2,5 triliun Untuk studi-studi kasus tentang akses ke pendanaan yang merupakan bagian dari hambatan dalam mencapai metode produksi yang lebih berkelanjutan, lihat International Sustainability Unit REDD+ and the Agricultural Drivers of Deforestation. 43 Materi untuk studi kasus ini diambil dari Rainforest Foundation Norway Beauty and the Beast. Norway s investments in rainforest protection and rainforest destruction. Penerjemahan Ikhtisar Kebijakan ini dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dilakukan oleh United Nations Office for REDD+ Coordination in Indonesia (UNORCID). Walaupun segala upaya telah dilakukan untuk memastikan bahwa versi bahasa Indonesia ini mewakili isi dari Ikhtisar Kebijakan versi bahasa Inggris, harap diingat bahwa versi bahasa Inggris yang dikeluarkan oleh UN-REDD Programme adalah versi yang resmi. Silahkan merujuk pada Ikhtisar Kebijakan No. 4 versi Bahasa Inggris sebagai pedoman ketika dibutuhkan. Photo credits Inside spread: UN Photo/Wolff; UN Photo/R Kollar; UN Photo/Lamphay Inthakoun FAO/Roberto Faidutti; FAO/Mette Loyche Wilkie Images sourced from: UN-REDD Programme Secretariat International Environment House, Chemin des Anémones, CH-1219 Châtelaine, Geneva, Switzerland. UN-REDD P R O G R A M M E un-redd@un-redd.org U NE P Empowered lives. Resilient nations. The United Nations Collaborative Programme on Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Kemajuan Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Ringkasan Eksekutif November 2015 www.forestdeclaration.org An electronic copy of the full report is available

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Juli 2014 Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi risiko perubahan iklim tercermin melalui serangkaian

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN 11. Penanggulangan perubahan iklim merupakan tema inti agenda pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Lebih terperinci

Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah

Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah Februari 2017 Tentang CPI Climate Policy Initiative (CPI) merupakan lembaga independen dan nirlaba yang mendukung

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki peran penting bagi keberlangsungan hidup umat manusia di muka bumi. Peran penting sumberdaya hutan

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA SOLUSI Masa depan perdagangan internasional Indonesia tidak harus bergantung pada deforestasi. Sinar Mas Group adalah pemain terbesar dalam sektor-sektor pulp dan kelapa sawit, dan dapat memotori pembangunan

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+ MENTERI KEHUTANAN LETTER OF INTENT (LOI) ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH NORWEGIA TENTANG KERJASAMA PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI KEHUTANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Tiga Perangkat Analisis untuk Pembiayaan Mitigasi dan Adaptasi di Sektor Tata Guna Lahan

Tiga Perangkat Analisis untuk Pembiayaan Mitigasi dan Adaptasi di Sektor Tata Guna Lahan Tiga Perangkat Analisis untuk Pembiayaan Mitigasi dan Adaptasi di Sektor Tata Guna Lahan Ringkasan eksekutif Angela Falconer, Charlie Parker, Paul Keenlyside, Adeline Dontenville, Jane Wilkinson Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI KONTRIBUSI NON-PARTY STAKEHOLDERS (NPS) DI KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI Niken Sakuntaladewi (niken_sakuntaladewi@yahoo.co.uk) Pusat Litbang Sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya hutan pada masa lalu banyak menimbulkan kerugian baik secara sosial, ekonomi, dan ekologi. Laju angka kerusakan hutan tropis Indonesia pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Risalah Konsep. 31 Juli 2013

Risalah Konsep. 31 Juli 2013 Nama proyek Kawasan Sektor Subsektor Risalah Konsep Investasi Berfokus Masyarakat untuk Menangani Deforestasi dan Degradasi Hutan (Community-Focused Investments to Address Deforestation and Forest Degradation

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM

KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM Peningkatan Kapasitas Akar Rumput untuk REDD+ di kawasan Asia Pasifik Maret 2012 RECOFTC - The Center for People and Forests adalah satusatunya organisasi nirlaba internasional

Lebih terperinci

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan 6th UNEP TUNZA Southeast Asia Youth Environment Network (SEAYEN) Meeting Youth Statement pertemuan Panel Tingkat Tinggi di Bali pada kemitraan / kerjasama global (25-27 Maret, 2013) 26 Maret 2013 Pemuda

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu Strategi 2020 Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu (Mid-Term Review/MTR) atas Strategi 2020 merupakan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

Belajar dari redd Studi komparatif global

Belajar dari redd Studi komparatif global Belajar dari redd Studi komparatif global Studi komparatif global REDD dalam kurun waktu beberapa tahun yang diupayakan CIFOR bertujuan menyediakan informasi bagi para pembuat kebijakan, praktisi dan penyandang

Lebih terperinci

Ketidakpastian Pasar Karbon

Ketidakpastian Pasar Karbon Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor; Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924; Email:

Lebih terperinci

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015 Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.

Lebih terperinci

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) I. Pernyataan Tujuan A. Perubahan iklim menimbulkan tantangan dan resiko global terhadap lingkungan dan ekonomi, membawa dampak bagi kesehatan manusia,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

Deklarasi Rio Branco. Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian

Deklarasi Rio Branco. Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Deklarasi Rio Branco Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian Rio Branco, Brasil 11 Agustus 2014 Kami, anggota Satuan

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

Rangkuman Hasil. Peran Pendanaan Iklim dalam Mendorong Investasi Hijau di Indonesia

Rangkuman Hasil. Peran Pendanaan Iklim dalam Mendorong Investasi Hijau di Indonesia Rangkuman Hasil Peran Pendanaan Iklim dalam Mendorong Investasi Hijau di Indonesia United Nations Office for REDD+ Coordination in Indonesia (UNORCID) 23 Juni 2015, Ruang Papua, Gedung Menara Thamrin,

Lebih terperinci

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013 Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat Kota, Negara Tanggal, 2013 Regulasi Kayu Uni Eropa (European Union Timber Regulation/EUTR) Regulasi Kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun keberadaan tanaman ini telah masuk hampir ke semua sektor kehidupan. Kondisi ini telah mendorong semakin meluasnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1

Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1 Leading the British government s fight against world poverty Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1 Mengapa Hutan penting bagi Pembangunan Indonesia (Enam alasan utama) 1. Hutan merupakan sumber mata

Lebih terperinci

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan ISSN : 2085-787X Volume 5 No. 2 Tahun 2011 Transfer Fiskal antara Pemerintah

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI OKTOBER 204 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Oktober 204

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan Center for International Forestry Research Siapakah kami Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Nelayan (Koleksi Bank Dunia ) Foto: Curt Carnemark 4 Berinvestasi untuk Indonesia yang Lebih Berkelanjutan 1.1 Karakteristik Utama Tantangan Lingkungan

Lebih terperinci

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak terkendali. Dilakukan dengan cara menebang, membakar, atau mengalihkan fungsi hutan menjadi pertambangan. Degradasi hutan merupakan

Lebih terperinci

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Instrumen Ekonomi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan

Lebih terperinci

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Prof. Dr. Singgih Riphat Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan PENYUMBANG EMISI CO 2 TERBESAR DI DUNIA Indonesia menempati urutan ke 16 dari 25 negara penyumbang

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS BY : SHINTA WIDJAJA KAMDANI JAKARTA, FEBRUARY 24 TH 2015 APAKAH ITU EKONOMI HIJAU? Ekonomi Hijau : - Peningkatan kualitas hidup & kesetaraan

Lebih terperinci

Membangun pasar kopi inklusif

Membangun pasar kopi inklusif Membangun pasar kopi inklusif Manfaat dari kekuatan kopi Potensi kopi Indonesia sangat besar, karenanya Indonesia dikenal sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia dan sektor kopi mempekerjakan ratusan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Perlindungan terhadap hutan tentunya menjadi sebuah perioritas di era pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca di beberapa

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012 For more information, contact: Leony Aurora l.aurora@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)8111082309 Budhy Kristanty b.kristanty@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)816637353 Sambutan Frances Seymour, Direktur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

Harga Sebuah Kebijakan Bahan Bakar Fosil: Subsidi Pemerintah Indonesia di Sektor Hulu Minyak & Gas Bumi

Harga Sebuah Kebijakan Bahan Bakar Fosil: Subsidi Pemerintah Indonesia di Sektor Hulu Minyak & Gas Bumi Harga Sebuah Kebijakan Bahan Bakar Fosil: Subsidi Pemerintah Indonesia di Sektor Hulu Minyak & Gas Bumi OKTOBER 2010 OLEH: PT. Q ENERGY SOUTH EAST ASIA David Braithwaite PT. CAKRAMUSTIKA SWADAYA Soepraptono

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktik-Praktik REDD+ yang Menginspirasi MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT MELALUI PENGUKURAN KARBON PARTISIPATIF DI INDONESIA Apa» Pengukuran karbon

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat. Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau Daddy Ruhiyat news Dokumen terkait persoalan Emisi Gas Rumah Kaca di Kalimantan Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai isu lingkungan global. Salah satu dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembanguanan nasional merupakan salah satu usaha peningkatan kwalitas sumber daya manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan didasari oleh kemampuan dan memenfaatkan

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia

Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia 2016-2020 SIAPA KAMI Dibentuk tahun 1944. Kantor pusat di Washington D.C. Kelompok Bank Dunia terdiri dari lima institusi yang dikelola oleh 188 negara anggota

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Balikpapan, 28 Februari 2012 Assalaamu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia dalam pengurangan emisi gas karbon di Indonesia melalui kerjasama IAFCP terkait mekanisme

Lebih terperinci

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC PRESS RELEASE Jakarta, 11 Desember 2014 Pada 1 Oktober 2014, Skema Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari IFCC* secara resmi telah mendapatkan endorsement dari sistem sertifikasi terdepan dan terpercaya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 6.1 Kesimpulan Perubahan iklim diperkirakan memberikan dampak pada perekonomian dan sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan iklim

Lebih terperinci

Intisari Laporan Penelitian Keadilan Sosial di Pesisir

Intisari Laporan Penelitian Keadilan Sosial di Pesisir Intisari Laporan Penelitian Keadilan Sosial di Pesisir Peran Belanda dalam Proyek Pertahanan Pesisir dan Reklamasi April 2017 Laporan lengkap dapat dilihat di: www.bothends.org/ncicd www.somo.nl/ncicd

Lebih terperinci

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA The Business and Investment Forum for Downstream Palm Oil Industry Rotterdam, Belanda, 4 September 2015 Bismillahirrohmanirrahim 1. Yang Terhormat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2015 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PTT (51) Bidang Kehutanan I. Pendahuluan Asisten

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan

Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan Selamat Datang di Kuesioner Gaya Hidup yang Berkelanjutan Cara kita menjalani hidup kita sehari-hari pilihan-pilihan

Lebih terperinci

Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017

Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017 1 Prioritas dan Agenda Finance Track Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017 Tema, Prioritas dan Program Kerja Finance Track Presidensi G20 Jerman 2017 2 Tema utama Presidensi G20 Jerman

Lebih terperinci

ASIAN DEVELOPMENT BANK OPERASI SEKTOR SWASTA

ASIAN DEVELOPMENT BANK OPERASI SEKTOR SWASTA ASIAN DEVELOPMENT BANK OPERASI SEKTOR SWASTA Siapa Kami Private Sector Operations Department (PSOD) dari Asian Development Bank (ADB) mendorong, menjembatani, dan memberi pembiayaan pada perusahaan swasta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar

Lebih terperinci

Manusia, Hutan, dan. Perubahan Iklim

Manusia, Hutan, dan. Perubahan Iklim Manusia, Hutan, dan MEDIA Perubahan Iklim BRIEF Apa dampak yang akan terjadi terhadap hutan di wilayah Asia Pasifik termasuk manusia yang hidup didalamnya dengan munculnya berbagai upaya dalam menanggulangi

Lebih terperinci

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM OUTLINE ISU PENDANAAN REDD+ PROGRESS PENDANAAN REDD+ di INDONESIA

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci