Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1) 2014 Indonesian Food Technologists

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1) 2014 Indonesian Food Technologists"

Transkripsi

1 21 Artikel Penelitian Produksi dan Aplikasi Senyawa Antimikroba Asal Saccharomycopsis fibuligera Strain R64 sebagai Biopreservasi Ramah Lingkungan Roostita Lobo Balia, Wendry Setyadi Putranto, Eka Wulandari, Gemilang Lara Utama Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Bandung Korespondensi dengan penulis Artikel dikirim tanggal 13 Januari 2014, dinyatakan diterima tanggal 20 Februari Artikel ini juga dipublikasi secara online melalui Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang diperbanyak untuk tujuan komersial. Diproduksi oleh Indonesian Food Technologists 2014 ( Abstrak Saccharomycopsis fibuligera strain R64 diketahui memiliki aktivitas antimikroba terhadap beberapa bakteri patogen seperti Pseudomonas aerugenes, Staphylococcus aureus, Eschericia coli. Optimasi kondisi bioproses dilakukan melalui fermentasi sistem batch dengan mengukur parameter kinetika bioprosesnya. Pemurnian senyawa antimikroba sebagai agen biopreservasi dilakukan dan senyawa antimikroba diaplikasikan sebagai bahan pengawet produk olahan susu, daging, dan telur serta dikaji mutu kimiawi (kadar air, protein kasar dan lemak kasar) serta total penerimaan secara organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi senyawa antimikroba asal isolat yeasts lokal Saccharomycopsis fibuligera strain R64 pada sistem batch (5 Liter) menggunakan kecepatan 65 rpm menghasilkan produk crude extract 20,6 g dengan aktivitas penghambatan 35 mm. Setelah dilakukan pengendapan ammonium sulfat (45%) rendemen menurun hingga 1,25 g dan pada filtrasi gel dihasilkan 0,675 g dengan aktivitas penghambatan yang semakin meningkat. Tahapan pemurnian menunjukkan efisiensi hingga 5 untuk ammonium sulfat dan 37,9% untuk gel filtrasi. Aplikasi pada produk olahan menunjukkan penggunaan secara spesifik pada produk baso dan sosis didapatkan pengaruh terbaik pada penambahan crude extract sebanyak 2% sedangkan pada produk chicken nugget, yoghurt dan mayonaise pengaruh terbaik didapatkan pada penambahan crude extract sebanyak. Hal ini disimpulkan dari mutu kimiawi, total penerimaan secara organoleptik dan daya simpan dalam suhu refrigerasi dengan produk yang memenuhi persyaratan SNI. Senyawa antimikroba ini juga mudah terdenaturasi melalui pemanasan hingga suhu 100 o C sehingga dapat dinyatakan sebagai agen biopreservasi yang dapat terdegradasi dan ramah lingkungan. Kata kunci : Saccharomycopsis fibuligera strain R64, antimikroba, mutu kimia, total penerimaan, daya simpan, biopreservasi, ramah lingkungan Pendahuluan Yeasts sebagai salah satu jenis mikroorganisme memiliki potensi yang besar dalam pengembangan industri pangan berbasis bioteknologi. Kemampuan yeasts asal Indonesia dalam menghasilkan komponen bioaktif (bioactive compound) masih belum banyak bisa digali dan dimanfaatkan potensinya. Sementara itu, yeasts juga diketahui memiliki berbagai kemampuan lain diantaranya dapat menghasilkan enzim dan senyawa antimikroba (antimicrobial agent). Senyawa antimikroba yeasts telah diketahui berupa asam-asam organik (heksanoat, oktanoat, dan dekanoat) dan protein. Beberapa jenis yeast seperti diantaranya Sacharomyces cerevisiae dapat memproduksi beberapa protein dengan sifat antimikrobial (Roostita, 2001). Yeasts seperti Candida juga diketahui memiliki kemampuan proteolitik (Roostita dan Fleet, 1996). Sifat antimikroba yang dimiliki oleh yeasts diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mould (Roostita, 2004). Seperti dinyatakan Bilinski, et al. (1985), beberapa jenis yeasts seperti Kluyveromyces thermotolerans dan Kloeckera apiculata menunjukan aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan Lactobacillus plantarum. Roostita, dkk. (2011) menemukan bahwa isolat Saccharomycopsis fibuligera strain R64 asal tape singkong memiliki aktivitas proteolitik dan daya hambat yang tinggi terhadap Pseudomonas aerugenes, Staphylococcus aureus, Eschericia coli. Isolat tersebut dapat berperan sebagai agen biopreservasi, karena menghasilkan senyawa antimikroba dengan aktivitas spesifik proteolitik 0,023 U/mg dengan berat molekul 97,4 kd pada ph optimum 5 dan suhu optimum 25 C (Roostita, dkk., 2012; Roostita, dkk., 2013). Pemanfaatan senyawa antimikroba isolat yeasts lokal sebagai agen biopreservasi merupakan upaya dalam meningkatkan perlindungan terhadap konsumen atas resiko bahaya penggunaan bahan pengawet kimiawi. Agen biopreservasi asal metabolit isolat yeasts lokal Saccharomycopsis fibuligera strain R64 dapat diproduksi secara masal dan diaplikasikan dalam industri pangan olahan di Indonesia sebagai pengawet pangan alamiah sehingga diharapkan dapat memperkuat sistem penjaminan mutu pangan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemurnian senyawa antimikroba sebagai agen biopreservasi dan mengaplikasikannya sebagai bahan pengawet produk olahan berbahan dasar susu, daging, dan telur. Parameter yang diamati adalah mutu kimiawi (kadar air, protein kasar dan lemak kasar) serta total penerimaan secara organoleptik. Materi dan Metode Produksi Senyawa Antimikroba Isolat Saccharomycopsis fibuligera strain R64 disegarkan pada Malt Extract Broth (Oxoid Ltd.) 50 ml lalu diinkubasi pada suhu 25 C selama 3-4 hari dan diukur absorbansinya pada 650 nm, jumlah sel 10 7 /ml selanjutnya diinokulasikan pada media produksi 5000 ml Malt Extract Broth (Oxoid Ltd.). Fermentasi

2 22 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1) 2014 dilakukan dengan sistem curah (batch) selama 3-4 hari pada suhu 25 C dan dilakukan penggoyangan media kultur dengan shaker (65 rpm), pengambilan sampel dilakukan setiap jam. Pemisahan sel dengan media dilakukan dengan sentrifugasi 4000 rpm selama 15 menit pada suhu 4 C. Supernatan merupakan crude extract dari senyawa antimikroba. Untuk meningkatkan aktivitas antimikroba dilakukan pemurnian dengan pengendapan dengan ammonium sulfat, dialisis dan kromatografi filtrasi gel menurut Walker (2002) dan dilakukan pengujian aktivitas senyawa antimikroba dengan metode Wolf and Gibbons (1996) yang dimodifikasi. Pengamatan dilakukan dengan mengukur zona penghambatan berdasarkan diameter areal bening yang terbentuk disekitar sumur. Tabel 1. Hasil Scale Up Batch (5 Liter) Geometri yang sama Tahapan Pemurnian Crude Amonium Gel Extract Sulfat (45%) Filtrasi Volume (ml) Total Protein (g) 20,600 1,25 0,675 Daya Hambat (mm) Total Aktivitas (Unit) 24,5 12,5 9,3 Aktivitas Spesifik (U/mg) 0,0012 0,01 0,014 Tingkat Kemurnian (fold) 1 8,33 12,7 Yield (%) ,9 Tabel 2. Pengaruh Pemanasan pada daya Hambat Senyawa Antimikroba Asal Saccharomycopsis fibuligera strain R64 Daya Hambat (mm) Perlakuan Crude Extract Amonium Sulfat (45%) Gel Filtrasi Pemanasan C Pemanasan 100 C Aplikasi pada Produk Olahan Hasil Ternak Senyawa antimikroba yeasts dengan proses pemurnian yang berbeda (crude extract, ammonium sulfat, gel filtrasi) diaplikasikan sebagai agen biopreservasi pada produk olahan bakso, sosis, nugget, yoghurt dan mayonaise lalu diuji mutunya secara kimia meliputi kadar air, protein kasar dan lemak kasar serta total penerimaan secara organoleptik. Konsentrasi masing-masing perlakuan dipilih yang memberikan pengaruh terbaik pada masing-masing produk olahan yang diuji. Penelitian dilakukan secara eksperimental dan analisis data secara deskriptif. Hasil dan Pembahasan Isolasi Senyawa Antimikroba Isolat yeasts yang telah teruji menghasilkan senyawa antimikroba adalah Saccharomycopsis fibuligera strain R64 (Gambar 1) yang berhasil diisolasi dari produk fermentasi tradisional yaitu tape singkong (Roostita, 2012). Yeasts memiliki sifat antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mould (Roostita, 2004). Senyawa antimikroba berupa asam-asam organik (heksanoat, oktanoat, dan dekanoat) dan protein dihasilkan oleh yeasts dan dapat digunakan sebagai bahan pengawet pangan. Aktivitas antimikroba diidentifikasi dengan melakukan uji tanding terhadap beberapa bakteri pembusuk dan patogen. Jenis bakteri yang dipilih adalah Pseudomonas cocovenenans sebagai salah satu bakteri pembusuk dan E.coli sebagai salah satu bakteri patogen. Hasil (Gambar 2) menunjukkan penghambatan rata-rata 31 mm. (A) (B) Gambar 1. Penampakan isolat yeasts Saccharomycopsis fibuligera R64 pada petridish (A), di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x (B) Gambar 2. Uji Aktivitas Antimikroba terhadap E. coli (kiri) dan P. cocovenenans (kanan) Produksi Senyawa Antimikroba Senyawa antimikroba yang dihasikan dalam proses pertumbuhan selanjutnya dimurnikan. Purifikasi senyawa antimikroba Saccharomycopsis fibuligera dilakukan karena isolat tersebut memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan penghambatan terhadap mikroorganisme pembusuk (P. cocovenenans) dan patogen (E.coli). Pembentukan senyawa antimikroba memilik hubungan yang erat dengan pertumbuhan Saccharomycopsis fibuligera strain R64 itu sendiri. Hubungan antara kinetika pertumbuhan sel dengan pembentukan senyawa antimikroba tergantung peranan produk dalam metabolisme sel, dalam hal ini laju pembentukan produk berbanding secara proporsional dengan laju pertumbuhan (Mangunwidjaja dan Suryani, 1994). Senyawa antimikroba ditingkatkan produksinya dalam jumlah besar dengan uji coba scale up pada skala produksi yang lebih besar. Scale up didasarkan pada kesamaan bentuk geomoteri dari bioreaktor yang digunakan pada sistem batch. Produksi senyawa antimikroba pada skala laboratorium dilakukan menggunakan media sebanyak 100 ml dan kemudian ditingkatkan menjadi 5 Liter dengan. Berikut ini adalah karakteristik dari isolat tersebut: Laju pertumbuhan spesifik (µ) = 0,2 jam -1 Yield = 0,5 gram/gram glukosa Konsentrasi sel = 10 gram/liter

3 23 Laju spesifik penggunaan glukosa : (qs) = 0,4 g glukosa/g sel/jam Ymaks = 0,556 g sel/g glukosa Start Time = 0 Stop Time = 48 DT = 3.46 Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Biopreservatif Yeasts Terhadap Mutu Kimia dan Total Penerimaan secara Organoleptik Baso 2% Kadar Air (%) 67,1 68,7 67,8 66,5 Protein Kasar (%) 17 16,4 16,7 17,2 Lemak Kasar (%) 9,2 8,9 9,1 9, Tabel 4. Pengaruh Penggunaan Biopreservatif Yeasts Terhadap Mutu Kimia dan Total Penerimaan secara Organoleptik Sosis 2% Kadar Air (%) 64, ,8 64,2 Protein Kasar (%) 16,5 16,4 16,9 17,1 Lemak Kasar (%) 9,2 8,9 9,4 10, Tabel 5. Pengaruh Penggunaan Biopreservatif Yeasts Terhadap Mutu Kimia dan Total Penerimaan secara Organoleptik Chicken Nugget Kadar Air (%) 57, ,4 57,2 Protein Kasar (%) 13,4 13,2 13,8 13,7 Lemak Kasar (%) 8,1 7,8 9,1 8, Hasil produksi pada tahap scale up memberikan hasil yang cukup signifikan dan optimum digunakan sebagai model dalam skala produksi senyawa antimikroba asal yeasts sebagai agen biopreservasi. Ketahanan Senyawa Antimikroba pada Suhu Tinggi Tabel 2 menunjukkan senyawa antimikroba sebagai agen biopreservasi asal yeasts yang telah dimurnikan tidak memiliki ketahanan terhadap pemanasan. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya daya hambat yang lebih rendah pada senyawa antimikroba yang dipanaskan hingga C dan hilangnya aktivitas penghambatan pada pemanasan hingga 100 C. Berbeda dengan crude extract, senyawa antimikroba masih menunjukkan aktivitas penghambatan secara in vitro terhadap bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan pada daging dan susu seperti E. coli dan P. cocovenenans. Hal ini diduga karena masih terdapatnya komponen asamasam organik yang tahan akan pemanasan dan dapat berfungsi sebagai senyawa antimikroba. Mutu Kimia dan Organoleptik Baso Penambahan biopreservatif yeasts pada level 2% (crude extract/), (hasil pengendapan amonium sulfat/) serta (hasil gel filtrasi/) memberikan pengaruh terhadap mutu kimia (kadar air, protein kasar dan lemark kasar) dari baso. Penambahan memberikan hasil yang terbaik ditinjau dari mutu kimia yang dihasilkan. Komposisi gizi baso memenuhi standar SNI, yaitu kadar air maks. 70 %, kadar protein min. 9,0%, namun tidak dapat memenuhi kadar lemak maks. 2,0 % (Standar Nasional Indonesia/SNI, 1995a). Secara organoleptik penggunaan 2% mendapatkan penerimaan terbaik karena terdapat cita rasa yang khas dari asam-asam organik dan asam amino (glutamat) yang memberikan rasa gurih pada produk tersebut. pada suhu refrigerasi menunjukkan bahwa pada penggunaan crude extract 2% memberikan hasil terbaik, hal ini disebabkan aktivitas senyawa antimikroba pada hasil pengendapan amonium sulfat dan gel filtrasi telah mengalami kerusakan karena pemanasan pada proses pembuatan bakso. Penggunaan biopreservatif yeasts pada produk bakso disarankan menggunakan sebanyak 2%. Selain lebih efektif dan ekonomis, asam amino (glutamat) yang terdapat dalam juga dapat memperkaya cita rasa dari produk sehingga dapat lebih diterima oleh konsumen. Hasil Analisis Mutu Kimia dan Organoleptik Sosis Penambahan biopreservatif yeasts dengan level 2% pada adonan sosis menghasilkan mutu kimia yang memenuhi SNI (SNI, 1995b), dengan kadar air maks. 65%, kadar protein min. 13 %, kadar lemak maks. 25 % dan secara organoleptik sangat disukai oleh panelis. Hasil penelitian menunjukkan fenomena yang sama dengan produk bakso, level terbaik adalah penggunaan crude extract biopreservatif yeasts 2%,

4 24 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1) 2014 hal ini disebabkan asam-asam organik dan asam amino yang terdapat dalam crude extract membantu meningkatkan penerimaan konsumen. pada suhu refrigerasi menunjukkan 2% memberikan hasil terbaik (60 hari), hal ini disebabkan proses pemanasan dapat merusak struktur protein komponen bioaktif sehingga yang berperan dalam aktivitas antimikroba adalah asam-asam organik yang terdapat dalam crude extract. Mutu Kimia dan Organoleptik Chicken Nugget Tabel 5 menunjukkan penambahan biopreservatif yeasts crude extract pada level 4 % memberikan hasil terbaik dari mutu kimia dan total penerimaan secara organoleptik. Komposisi sesuai SNI dengan kadar air maks. 60%, kadar protein min. 12%, dan kadar lemak maks. 20% (SNI, 2002). Penambahan biopreservatif yeasts crude extract pada produk chicken nugget juga terbukti menghasilkan daya simpan terbaik pada suhu refrigerasi hingga 48 hari. Tabel 6. Pengaruh Penggunaan Biopreservatif Yeasts Terhadap Mutu Kimia, dan Total Penerimaan secara Organoleptik Yoghurt Kadar Air (%) 11,2 11,4 10,7 11,3 Protein Kasar (%) 2,8 2,9 2,8 2,8 Lemak Kasar (%) 3,2 3,4 3,3 3,6 Asam Laktat (%) 1,2 1,4 1,2 0, Tabel 7. Pengaruh Penggunaan Biopreservatif Agent Terhadap Mutu Kimia dan Total Penerimaan secara Organoleptik Mayonaise Kadar Air (%) 26,5 27,4 26,9 26,3 Protein Kasar (%) 2,3 2,6 2,1 2,2 Lemak Kasar (%) 66,5 63,2 64,6 64, Mutu Kimia dan Organoleptik Yoghurt Penggunaan crude extract biopreservatif yeasts level pada yoghurt secara organoleptik sangat disukai oleh panelis. Penggunaan crude extract pada level sangat disarankan, dengan harapan dapat membantu menjaga stabilitas emulsi (tidak terjadi sineresis). Penggunaan biopreservatif dengan aktivitas tinggi (hasil pengendapan amonium sulfat dan pemurnian dengan gel filtrasi) terbukti menyebabkan penurunan jumlah total bakteri asam laktat (lactic acid bacteria). Hal ini terjadi karena komponen biopreservatif yeasts memiliki spketrum yang luas sehingga dapat menyebabkan kerusakan baik terhadap bakteri gram positif maupun negatif. Penggunaan komponen biopreservatif dengan aktivitas rendah (crude extract) memberikan keuntungan ganda. Pertama, dapat meningkatkan viskositas, hal ini disebabkan pada penambahan komponen bioaktif yang bersifat asam dapat membantu pencapaian titik isoeletrik sehingga mendorong terjadinya koagulasi protein. Kedua, aktivitas antibakteri yang rendah sehingga tidak menyebabkan penurunan jumlah bakteri asam laktat yang diharapkan secara signifikan. Selanjutnya penggunaan biopreservatif yang masih mengandung asam-asam amino (glutamat) meningkatkan cita rasa dan kesukaan panelis. Mutu Kimia dan Organoleptik Mayonaise Penggunaan biopreservatif yeasts pada level menunjukkan mutu organoleptik yang disukai oleh panelis, disamping itu penambahan tersebut dapat meningkatkan konsistensi dari emulsi mayonaise. Peningkatan konsistensi mayonaise pada penambahan crude extract biopreservatif yeasts disebabkan oleh rendahnya ph komponen bioaktif membantu proses denaturasi lesitin pada kuning telur, sehingga terbentuk emulsi yang lebih stabil. Selain mutu kimia yang dihasilkan mendekati kontrol, total penerimaan secara organoleptik dan daya simpan pada suhu refrigerasi hingga mencapai 12 hari menjadi pertimbangan bahwa penambahan 2% memberikan pengaruh terbaik terhadap mayonaise. Kesimpulan Senyawa antimikroba asal Saccharomycopsis fibuligera strain R64 dapat diaplikasikan sebagai bahan pengawet pangan yang ramah lingkungan serta memberikan pengaruh positif terhadap mutu kimia dan total penerimaan secara organoleptik. Pemanfaatan pada berbagai produk akan bervariasi bergantung kepada proses pengolahan produk. Hal ini berkaitan dengan salah satu komponen biopreservatif (protein) yang mudah terdenaturasi oleh panas. Pemanfataan komponen biopreservatif dengan aktivitas tinggi kurang disarankan terutama untuk produk fermentasi probiotik karena dapat menurunkan jumlah total bakteri asam laktat yang diharapkan. Penambahan crude extract 2% pada produk baso dan chicken nugget serta crude extract pada sosis, yoghurt dan mayonaise, selain memperpanjang masa simpan juga menghasilkan mutu kimia yang memenuhi SNI dan total penerimaan secara organoleptik terbaik. Daftar Pustaka Standar Nasional Indonesia/SNI. 1995a. SNI Bakso Daging Badan Standarisasi

5 25 Nasional. Standar Nasional Indonesia/SNI. 1995b. SNI Sosis Daging Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia/SNI SNI Naget Ayam Badan Standarisasi Nasional. Bilinski, C.A.; Innamorato, G.; Stewart, G.G Identification and characterization of antimicrobial activity in two yeast genera. Appl. Environ. Microbiol., 50, Mangunwidjaja D. dan Suryani A Teknologi Bioproses. Penebar Swadaya. Jakarta. Roostita L.B Deteksi Intra dan Ekstraseluler Poliol pada Pertumbuhan Yeast Toleran Debaryomyces hansenii dalam Asam dan Larutan Garam Konsentrasi Tinggi. J. Vet. Sain Vol.XIX No.2, Roostita, L.B., The prospect and potential of yeasts to increased the diversification of food in Indonesia. Faculty of Animal Husbandry, University of Padjadjaran, Bandung, [In Bahasa with English Abstract]. Roostita R. and Fleet G.H Growth of Yeasts Isolated from Cheeses on Organic Acids in the Presence of Sodium Chloride. Food Technol. Biotechnol.32 (2) : Roostita R. and Fleet G.H Growth of Yeasts in Milk and Associated Changes to milk Composition. International Journal of Food Microbiology 31: Roostita, T.B., W.S. Putranto, A.Z. Mustofa, L.U. Gemilang and E. Wulandari, Isolation and characterization the potential yeast isolate for antimicrobial compound production from Indonesian fermented foods. 29th International Specialised Symposium on Yeasts, Abstract, Guadalajara-Mexico Roostita, T., W.S. Putranto, G.H. Fleet, C. Charoechai and L.U. Gemilang, Characterization of extracellular protease from Saccharomycopsis fibuligera strain R64. Abstract. Food Micro 2012 Global issues in food microbiology. Istanbul, Turkey, September 3-7, Roostita, L. B., W.S. Putranto, C. Charoechai, E. Wulandari and L.U. Gemilang, Purification Crude Extracellular Protease of Saccharomycopsis fibuligera strain R64 Isolated from Tape Indonesian Fermented Food. Advances Journal of Food Sciences and Technology 2013 Maxwell Scientific Organization 5(8): , Wolf, C.E. and Gibbons, W.R Improved Method for Quantification of the Bacteriocin Nisin. J. Appl. Bacteriol. 80, Walker, J.M., The Protein Protocols Hand book. 2nd Edn., Springer, Totowa, N.J., pp: 1146, ISBN:

POTENSI YEAST (khamir) DALAM PRODUKSI PROTEASE EKSTRASELULER DAN SENYAWA ANTI MIKROBIAL SERTA PELUANG APLIKASINYA PADA INDUSTRI PANGAN.

POTENSI YEAST (khamir) DALAM PRODUKSI PROTEASE EKSTRASELULER DAN SENYAWA ANTI MIKROBIAL SERTA PELUANG APLIKASINYA PADA INDUSTRI PANGAN. POTENSI YEAST (khamir) DALAM PRODUKSI PROTEASE EKSTRASELULER DAN SENYAWA ANTI MIKROBIAL SERTA PELUANG APLIKASINYA PADA INDUSTRI PANGAN Oleh: Wendry Setiyadi Putranto UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2005

Lebih terperinci

Wendry Setiyadi Putranto, Roostita L Balia, Obin Rachmawan, Eka Wulandari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Wendry Setiyadi Putranto, Roostita L Balia, Obin Rachmawan, Eka Wulandari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2010, VOL. 10 NO. 1, 21-25 Isolasi Yeasts dari Daging dan Potensinya sebagai Agen Biopreservasi dan Pewarna Makanan (Isolation of Yeasts from Meat and Its Potential as Bio Preservation

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.. HALAMAN PENGESAHAN.. RIWAYAT HIDUP.. i ABSTRAK... ii ABSTRACT.. iii UCAPAN TERIMAKASIH. iv DAFTAR ISI....... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan salah satu mikroorganisme yang aman jika ditambahkan dalam bahan pangan karena sifatnya tidak tosik dan tidak menghasilkan toksik. Bahkan, Lactobacillus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen Penelitian diawali dengan tahap persiapan dan pemurnian kembali dari keempat kultur bakteri asam laktat (BAL) yaitu Lactobacillus

Lebih terperinci

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah banyak mengenal produk pangan fermentasi antara lain yang berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diawali dengan pemeriksaan karakteristik morfologi dan kemurnian isolat bakteri yang digunakan. Isolat bakteri yang digunakan adalah BAL indigenous

Lebih terperinci

Y ij = µ + B i + ε ij

Y ij = µ + B i + ε ij METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak Perah dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan bakteri asam laktat di dunia pangan dan kesehatan sudah banyak diaplikasikan. Dalam pengolahan pangan, bakteri ini telah lama dikenal dan digunakan, yaitu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, yakni mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak sejak dipanen. Bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan.

I. PENDAHULUAN. Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan. Pembuatan tempoyak durian hanya dengan menambahkan garam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie basah merupakan produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie (Badan

Lebih terperinci

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V.

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V. 27 PEMBAHASAN Dari tiga isolat sp. penghasil antimikrob yang diseleksi, isolat sp. Lts 40 memiliki aktivitas penghambatan paling besar terhadap E. coli dan V. harveyi dengan indeks penghambatan masing-masing

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Karakteristik morfologi L. plantarum yang telah didapat adalah positif, berbentuk batang tunggal dan koloni berantai pendek. Karakteristik

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup,

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN KARAKTERISASI BAKTERIOSIN ASAL Lactobacillus plantarum 1A5 SERTA AKTIVITAS ANTIMIKROBANYA TERHADAP BAKTERI PATOGEN

PRODUKSI DAN KARAKTERISASI BAKTERIOSIN ASAL Lactobacillus plantarum 1A5 SERTA AKTIVITAS ANTIMIKROBANYA TERHADAP BAKTERI PATOGEN PRODUKSI DAN KARAKTERISASI BAKTERIOSIN ASAL Lactobacillus plantarum 1A5 SERTA AKTIVITAS ANTIMIKROBANYA TERHADAP BAKTERI PATOGEN SKRIPSI THEO MAHISETA SYAHNIAR DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya peningkatan konsumsi masyarakat akan daging dan bergesernya pola konsumsi masyarakat dari mengkonsumsi daging segar menjadi daging olahan siap konsumsi menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ii iv vii viii ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SURYA HADI SAPUTRA H

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SURYA HADI SAPUTRA H IDENTIFIKASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI ASINAN REBUNG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA SUHU 15 o C DENGAN KONSENTRASI GARAM 5% IDENTIFICATION

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan antibakteri perlu dilakukan untuk mengetahui potensi senyawa antibakteri dari bakteri asam laktat dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Daya hambat suatu senyawa antibakteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sosis merupakan salah satu makanan olahan daging yang cukup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sosis merupakan salah satu makanan olahan daging yang cukup PENDAHULUAN Latar Belakang Sosis merupakan salah satu makanan olahan daging yang cukup dikenal dan disukai masyarakat Indonesia dari anak-anak sampai orang dewasa pada umumnya. Sosis adalah jenis makanan

Lebih terperinci

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5 PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5 Teknologi Pengawetan dan Produk Susu Cair (Lanjutan). Pengaruh Pasteurisasi (pemanasan) terhadap sifat fisik dan kimia susu Pemanasan dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Pada penelitian pendahuluan dilakukan kajian pembuatan manisan pala untuk kemudian dikalengkan. Manisan pala dibuat dengan bahan baku yang diperoleh dari

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS Jumiati Catur Ningtyas*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan volume ekspor minyak kelapa sawit mencapai16,436 juta ton pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di dalam industri pangan dalam menghasilkan pangan fungsional. Fungsi ini dikarenakan kemampuan BAL yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim mempunyai tenaga katalitik yang luar biasa dan umumnya jauh lebih besar dibandingkan dengan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium 28 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri yang memiliki beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini dikarenakan asam - asam organik yang dihasilkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih merupakan bahan pangan yang banyak ditemukan di Indonesia dan sudah tidak asing bagi masyarakat. Kubis putih dapat hidup pada dataran tinggi salah satunya

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Kita mengenal tempe, oncom, kecap, tahu, yang dibuat

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Prosedur Analisis Data Analisis statisik yang digunakan adalah rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan 3 kali dengan model linier yang digunakan (Matjik dan Sumertajaya

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA OPTIMASI PEMISAHAN DAN UJI AKTIVITAS PROTEIN ANTIBAKTERI DARI CAIRAN SELOM CACING TANAH Perionyx excavatus. Oleh : Yumaihana MSi Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS BAKSO SAPI YANG DIAWETKAN DENGAN ANTIMIKROBA DARI Lactobacillusplantarum 1A5 SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN

KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS BAKSO SAPI YANG DIAWETKAN DENGAN ANTIMIKROBA DARI Lactobacillusplantarum 1A5 SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS BAKSO SAPI YANG DIAWETKAN DENGAN ANTIMIKROBA DARI Lactobacillusplantarum 1A5 SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN SKRIPSI PUSPITA CAHYA WULANDARI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1

Lebih terperinci

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR TUGAS AKHIR PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR (MANUFACTURE OF COW S MILK YOGHURT WITH THE HELP OF MICROORGANISMS IN PLAIN YOGHURT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh ph terhadap Produksi Antibakteri oleh Bakteri Asam Laktat dari Usus Itik

Pengaruh ph terhadap Produksi Antibakteri oleh Bakteri Asam Laktat dari Usus Itik Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 15 (3): 234-238 http://www.jptonline.or.id ISSN 1410-5020 eissn Online 2047-1781 Pengaruh ph terhadap Produksi Antibakteri oleh Bakteri Asam Laktat dari Usus Itik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu awal hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN III.METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN 1. Kultur Kultur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Enterococcus faecium IS-27526 (Genebank accession no. EF068251) dan Lactobacillus plantarum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

SUTOYO. Penapisan Bakteri Asam Laktat (BAL) Asal Berbagai Sumber Bahan. IDWAN SUDIRMAN sebagai ketua, SRI BUDIARTI POERWANTO dm

SUTOYO. Penapisan Bakteri Asam Laktat (BAL) Asal Berbagai Sumber Bahan. IDWAN SUDIRMAN sebagai ketua, SRI BUDIARTI POERWANTO dm SUTOYO. Penapisan Bakteri Asam Laktat (BAL) Asal Berbagai Sumber Bahan Hewani dan Nabati dalam Menghasilkan Bakteriosin ( Di bawah bimbiigan LISDAR IDWAN SUDIRMAN sebagai ketua, SRI BUDIARTI POERWANTO

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009) TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PEMBENTUK ASAM LAKTAT DALAM DAGING DOMBA

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PEMBENTUK ASAM LAKTAT DALAM DAGING DOMBA ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PEMBENTUK ASAM LAKTAT DALAM DAGING DOMBA Hendronoto Arnoldus W. Lengkey 1, Roostita L. Balia 1, Iulian Togoe 2, Bogdan A. Tasbac 2, Nooremma Sophiandi 3 1 Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis zat antibakteri isolat NS(9) dari bekasam ikan nila (Oreochromis niloticus) terdiri dari tiga tahap penelitian. Tahap pertama adalah karakterisasi isolat NS(9) yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan

BAB I PENDAHULUAN. Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan efisien terhadap ikatan peptida dari suatu molekul polipeptida. Protease dapat diisolasi dari

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium 24 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan pengetahuan tentang pangan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan telah meningkatkan minat masyarakat terhadap pangan fungsional. Pangan fungsional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan unggulan Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009 26 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Hasil foto SEM dengan perbesaran 50 kali memperlihatkan perbedaan bentuk permukaan butiran yang sudah mengandung sel Lactobacillus

Lebih terperinci

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Bovine Serum Albumine (BSA) Absorbansi BSA pada berbagai konsentrasi untuk menentukan kurva standar protein yaitu:

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Bovine Serum Albumine (BSA) Absorbansi BSA pada berbagai konsentrasi untuk menentukan kurva standar protein yaitu: 57 Lampiran 1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Bovine Serum Albumine (BSA) Kurva standar BSA digunakan untuk menentukan kadar protein (metode Lowry). Untuk mendapatkan gambar kurva standar BSA digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan telah banyak dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI 1 UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FITA FINARSIH A 420 100 067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik. Ikan juga mengandung asam lemak, terutama asam lemak omega-3 yang sangat penting

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI Ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk mikroskopik Mikroorganisme atau jasad renik MIKROBIOLOGI Ukuran sangat kecil, hanya dapat diamati dengan bantuan mikroskop Spoilage

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin Isolat bakteri asam laktat (BAL) yang digunakan adalah Lactobacillus fermentum 2B2 yang berasal dari daging sapi. Bakteri L. fermentum 2B2 ini berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih 4. PEMBAHASAN 4.1. Fermentasi Acar Kubis Putih Fermentasi merupakan salah satu metode untuk memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan. Ketika fermentasi berlangsung, kandungan gula sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan

Lebih terperinci

PERAN TAWAS TERHADAP PERURAIAN PROTEIN IKAN TONGKOL. Nurrahman* dan Joko Teguh Isworo* ABSTRAK

PERAN TAWAS TERHADAP PERURAIAN PROTEIN IKAN TONGKOL. Nurrahman* dan Joko Teguh Isworo* ABSTRAK PERAN TAWAS TERHADAP PERURAIAN PROTEIN IKAN TONGKOL Nurrahman* dan Joko Teguh Isworo* ABSTRAK Beberapa produsen ikan asap di daerah Bandarharjo Semarang menggunakan tawas sebagai perendam ikan sebelum

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan selama 4 bulan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Laboratorium Terpadu Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Produksi Enzim β-galaktosidase dari Enterobacter cloacae

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Produksi Enzim β-galaktosidase dari Enterobacter cloacae 6 dilarutkan dalam 1 ml bufer fosfat 0.05 M ph 6.5. Aktivitas yang tinggi menunjukan persentase kejenuhan amonium sulfat yang optimum. Jumlah amonium sulfat (gram) yang digunakan untuk melarutkan 1 liter

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Kegiatan Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Whey Whey adalah hasil dari pembuatan keju secara tradisional ataupun modern dalam jumlah banyak yaitu ± 83% dari volume susu yang digunakan. Pembuatan semihard cheese dan soft

Lebih terperinci

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora KULIAH KE 8: PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PASCA PANEN & NILAI TAMBAH TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan berbagai teknologi pasca panen untuk memberi nilai tambah. Agricultural

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam saluran pencernaan unggas khususnya sekum dan tembolok, terdapat populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri tersebut umumnya bersifat fermentatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk mengkonsumsi makanan yang halal lagi baik dari rizqi yang terdapat di bumi. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman-nya

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN Percobaan yang akan dilakukan adalah fermentasi minyak kelapa dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzim protease dan menganalisis kualitas minyak yang dihasilkan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci