PUTUSAN SERTA MERTA DAN PELAKSANAANNYA (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh)
|
|
- Suparman Irawan
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ISSN Pages pp PUTUSAN SERTA MERTA DAN PELAKSANAANNYA (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh) Muhammad Husni 1, Ilyas Ismail 2, Muzakkir Abubakar 2 1) Magister Ilmu Hukum Program Banda Aceh 2) Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Abstract: A sentence form court can be executed if it has legal provision. Articles 180 HIR and 191 R.Bg. warrant that district cour prosecutor may sentence a verdict which can be executed even if it doesn t have any legal provisions. This thesis was written to explain role factors why judges stiil tend to sentence immediately inforceable verdict even though appeals or cassation are on process, execution of district court s sentences which are immediately inforceable (uitvoerbaar bij voorraad), and effort made by judges if Appellate Court or Supreme Court revoke District Court s sentences. The data used in this thesis was abtained through library research and field research was done by studying books or literatures, scientific journals, legislation that have to do with the obiect under study. Field research was conducted by interviewing the renpondents and informans. Result from the sdudy shows that factors that are considered by the judges on sentencing immediately enforceable verdict are freedom of the judges in reaching decisions, strong legal basis, and demands were granted. The executions of immediately enforceable verdict in banda Aceh Court District mus comply with the provision of Articel 191 R.Bg and Indonesian Supreme Court orders in its Circular Namber 3 of 2000 and olso must be approved by The High Court. Efforts are being made if the Court of appeal and Cassation Court overturned the verdict is Chairman of the District Court asking for bail money or good, and the restoration of the executed objects. It s recommended to then District Court in its verdict that can be exesuted in advance should be careful considering the consequences that will arise later when the verdict was overtuned on appeal and cassation level. To the Chairman of Court of Appeal and Charman of Supreme Couis, it is suggested that prioritize examination of the cases which have been decided by the District Court with immediately enforceable verdict. Chaiman of the District Court requires security prior to the implementation of the plaintiffs who appealed the decision immediately. Keyword: Immediately Enforceable Verdict Abstrak: Suatu putusan pengadilan dapat dilaksanakan bila telah berkekuatan hukum tetap. Ketentuan Pasal 180 HIR dan Pasal 191 R.Bg membenarkan hakim Pengadilan Negeri menjatuhkan putusan yang sifatnya dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun putusan itu belum berkekuatan hukum tetap. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan hakim cenderung menjatuhkan putusan serta merta, pelaksanaan putusan Pengadilan Negeri yang Uit Voebaar Bij Voorraad, dan Upaya yang dilakukan oleh hakim jika pengadilan tingkat banding maupun kasasi membatalkan putusan Pengadilan Negeri. Metote penelitian yang dipergunakan adalah melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku atau literatur, jurnal-jurnal ilmiah, peraturan perundang-undangan. Penelitian lapangan dilakukan dengan mewawancarai para responden dan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menjadi pertimbangan hakim menjatuhkan putusan serta merta adalah adanya kebebasan hakim dalam memberikan keputusan, adanya dasar hukum yang kuat, dan adanya tuntutan provisi yang dikabulkan. Disarankan kepada hakim Pengadilan Negeri dalam menjatuhkan putusan yang sifatnya dapat dijalankan lebih dahulu hendaknya harus berhati-hati mengigat akibat-akibat yang akan timbul di kemudiannya manakala putusan itu dibatalkan dalam tingkat pemeriksaan banding dan kasasi. Kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan Ketua Mahkamah Agung, agar memprioritaskan pemeriksaan perkara yang telah diputuskan oleh hakim Pengadilan Negeri dengan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu. Ketua Pengadilan Negeri meminta jaminan lebih dahulu kepada penggugat yang memohon pelaksanaan putusan serta merta. Kata Kunci: Putusan Serta Merta 29 - Volume 2, No. 2, November 2013
2 PENDAHULUAN Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa atau mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Hakim berkewajiban untuk mempertimbangkan tentang benar tidaknya suatu peristiwa atau fakta yang diajukan kepadanya dan kemudian menentukan hukumnya. Apabila hukum sudah jelas dan tegas, maka hakim harus memberi putusan yang selaras bedasarkan atas kenyataan sosial yang hidup dalam masyarakat, hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 5 ayat (1) Undangundang Nomor. 48 Tahun 2009, Hakim sebagai Penegak hukum dan keadilan wajib menggadili, mengikuti dan memahami nilainilai yang hukum yang hidup dalam masyarakat. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 189 ayat (3) Rechtsreglement Voor de Buiten Gewesten (R.Bg) dan Pasal 178 ayat (2) Herziene Inlands Reglement (HIR) bahwa hakim dilarang memutus hal-hal yang tidak diminta atau mengabulkan lebih daripada yang digugat. Dengan demikian terlihatlah kebebasan bagi seorang hakim, kebebasan itu hanya meliputi kewenangan untuk menyelesaikan sengketa yang dikemukakan oleh para pihak kemudian menjatuhkan putusan. Penyelesaian suatu perkara perdata dimulai dari tingkat pertama pada saat diajukannya gugatan ke Pengadilan Negeri kemudian banding pada Pengadilan Tinggi dan Kasasi kepada Mahkamah Agung. Terakhir dengan diajukannya permohonan eksekusi oleh pihak yang menang dalam perkara itu, yang biasanya memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini sangat merugikan bagi para pencari keadilan, ditambah lagi dengan masalah biaya-biaya perkara yang harus dikeluarkan selama proses perkara itu berlangsung, belum lagi beban psikologis yang dialami oleh pihak-pihak yang berperkara. Menurut undang-undang, kekuasaan kehakiman merupakan suatu fundamen sebagai asas bahwa peradilan itu harus dilaksanakan secara sederhana, cepat dan biaya ringan, namun kenyataannya asas ini sering kali dilupakan dan kurang diperhatikan. Dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde) terhadap perkata perdata maka tujuan dari para pencari keadilan telah terpenuhi. Hal ini karena melalui putusan pengadilan itu dapatlah diketahui hak dan kewajiban dari masingmasing pihak yang berperkara, namun hal itu bukan berarti tujuan akhir dari para pihak yang berperkara tersebut telah selesai terutama bagi pihak yang menang, hal ini disebabkan pihak yang menang tidak mengharapkan kemenangannya itu hanya di Volume 2, No. 2, November
3 atas kertas belaka tetapi harus ada pelaksanaan dari putusan tersebut. Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat (1) R.Bg memberikan kewenangan bagi hakim untuk menjatuhkan putusan sertamerta, namun dalam prakteknya untuk melaksanakan kewenangan tersebut masih simpangsiur sehingga sering menyimpang dari patokan undang-undang. Mahkamah Agung sebagai badan yang berwenang untuk mengawasi jalannya penerapan peraturan hukum telah banyak menaruh perhatian terhadap putusan sertamerta (uitvoerbaar bij voorraad) yang sering menimbulkan banyak kesulitan. Oleh karena itu Mahkamah Agung mengeluarkan instruksi dan beberapa surat edaran yang ditujukan kepada hakim Pengadilan Negeri agar jangan secara mudah menjatuhkan putusan sertamerta. Untuk dapat mengabulkan tuntutan permohonan putusan serta-merta, para hakim wajib memperhatikan beberapa Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) tetapi di samping itu juga perlu dipenuhinya syarat-syarat seperti yang tercantum dalam Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat (1) R.Bg. Memang tindakan hakim menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu, tidak dilarang oleh ketentuan hukum acara perdata. Akan tetapi terkesan bahwa putusan Pengadilan Negeri yang demikian, seakanakan telah ada kepastian tentang kebenaran dan keadilan bagi pihak-pihak sulit untuk diukur secara pasti. Di samping itu putusan pengadilan yang demikian bukan tidak mungkin nantinya, di tingkat pengadilan yang lebih tinggi, putusan yang dijatuhkan itu amarnya akan berbeda dengan amar putusan Pengadilan Negeri semula. Kalaulah demikian halnya, maka akan mengalami hambatan-hambatan dalam pelaksanannya disebabkan objek terpekara telah dieksekusikan terlebih dahulu pada tingkat Pengadilan Negeri sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan banyak Kasus perkara perdata yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap, namun hakim dalam putusannya menyatakan bahwa putusan tersebut dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun terjadi verzet, banding, maupun kasasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Penelitian yang bersifat deskriptif analisis adalah penelitian dengan mencari ketentuan hukum yang belum jelas dan tersebut dalam beberapa peraturan yang ada. Dengan demikian penelitian ini bersifat menjelajah untuk mencari sumber yang diperlukan. Hasil dari rangkaian atau perhimpunan terhadap peraturan-peraturan yang berhubungan dengan putusan pengadilan tersebut dipresentasikan sebagaimana adanya (deskriptif). Setelah kedua pendekatan tersebut dilalui maka data akan dianalisis dengan tidak keluar dari permasalahan tentang teori hukum yang bersifat umum kemudian dijelaskan berdasarkan 31 - Volume 2, No. 2, November 2013
4 seperangkat data atau menunjukkan komparasi data yang ada hubungan dengan seperangkat data yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan pelaksanaan putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis analitis. Pendekatan yuridis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terlebih dahulu meneliti bahan-bahan kepustakaan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Jadi melihat pelaksanaan putusan pengadilan dari aspek yuridis. Selanjutnya dengan pendekatan analitis akan dilihat pula pelaksanaan putusan pengadilan dari aspek kenyataan. Data sekunder digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang diolah dan dianalisis secara kualitatif. Kemudian data primer digunakan dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian lapangan tersebut selanjutnya dilakukan pembahasan secara yuridis dengan cara mengkomparasikan data terhadap teoriteori maupun ketentuan-ketentuan yang ada dalam hukum dengan metode berfikir deduktif dan induktif. KAJIAN KEPUSTAKAAN Tinjauan Umum Tentang Putusan Serta Merta Dalam Perkara Perdata Uitvoerbarr bij voorrad atau dalam bahasa indonesianya sering diterjemahkan dengan putusan serta merta, adalah merupakan suatu putusan pengadilan yang bisa dijalankan terlebih dahulu, walaupun terhadap putusan tersebut dilakukan upaya hukum Banding, Kasasi dan Perlawanan oleh pihak yang kalah atau pihak ketiga yang merasa berhak. Pada prinsipnya putusan Pengadilan baru dapat dilaksanakan apabila putusan telah berkekuatan hukum tetap, akan tetapi undangundang yaitu Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 ayat (1) RBg memberikan kewenangan kepada hakim untuk menjatuhkan putusan dengan perintah putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada verzet, banding. Kewenangan hakim tersebut bersifat eksepsional, oleh karena itu hakim dalam memeriksa dan memutus perkara perdata yang didalamnya terdapat petitum gugatan tentang putusan serta merta sebelum memutuskan untuk menolak atau mengabulkan harus memahami sifat penggunaan atau penerapan lembaga putusan serta merta (Uitvoerbaar bij voorraad). Penerapan Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 ayat (1) RBg bersifat fakultatif bukan imperatif, hakim tidak wajib untuk mengabulkannya akan tetapi dapat mengabulkan. Putusan serta merta adalah putusan yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun masih ada upaya hukum banding ataupun kasasi. Istilah hukum yang dipergunakan berkaitan dengan putusan serta merta ini, ada yang menyebut putusan pelaksanaan terlebih dahulu. Subekti mempergunakan istilah ini sebagai terjemahan dari bahasa aslinya uitvoerbaar bij voorraad. Volume 2, No. 2, November
5 Maksudnya hakim berwenang menjatuhkan putusan akhir yang mengandung amar, memerintahkan supaya putusan yang dijatuhkan tersebut, dijalankan atau dilaksanakan lebih dahulu, meskipun : Putusan itu belum berkekuatan hukum tetap (res judicata), terhadap putusan itu diajukan perlawanan atau banding. Berdasarkan ketentuan yang digariskan Pasal 180 HIR, Pasal 191 RBg dan Pasal 54 Rv, pemberian wewenang kepada hakim untuk menjatuhkan putusan yang berisi diktum memerintahkan pelaksanaan lebih dahulu putusan, meskipun belum mempunyai kekuatan hukum tetap adalah bersifat eksepsional. Penerapan Pasal 180 HIR dimaksud, tidak bersifat generalisasi, tetapi bersifat terbatas berdasarkan syarat-syarat yang sangat khusus. Karakter yang memperbolehkan eksekusi atas putusan yang berisi amar dapat dijalankan lebih dahulu sekalipun putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap, merupakan ciri eksepsional yakni sebagai pengecualian yang sangat terbatas berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan undang-undang. Syarat-syarat dimaksud merupakan pembatasan kebolehan menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu. Pelanggaran atas batas-batas yang digariskan syarat-syarat itu, mengakibatkan putusan mengandung pelanggaran hukum atau melampaui batas wewenang yang diberikan undang-undang kepada hakim, sehingga tindakan hakim itu dapat dikategorikan sebagai tindakan yang tidak professional. HASIL PEMBAHASAN Faktor yang menjadi Pertimbangan Hakim Menjatuhkan Putusan Serta Merta Untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang menyebabkan hakim menjatuhkan putusannya yang dapat dijalankan lebih dahulu perlu dikaji dasar hukum dapat tidaknya dijatuhkan putusan itu dalam hukum acara perdata dewasa ini. Dalam ketentuan Pasal 180 HIR dan 191 RBg. tercantum kata-kata dapat yang berarti bahwa kata tersebut dapat atau tidak mengandung suatu keharusan atau bukanlah berarti harus. Akan tetapi mengandung makna bolehlah. Di samping itu kata dapat juga mengandung pengertian bahwa jika salah satu syarat yang ditentukan dalam ketentuan Pasal 180 HIR/191 RBg telah terpenuhi bedasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, maka terserah kepada kebijakan hakim yang mengadili perkara dimaksud untuk menjatuhkan putusan dengan ketentuan dapat dijalankan lebih dahulu atau putusan dalam bentuk yang biasa. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab-bab terdahulu, bahwa tindakan hakim menjatuhkan putusannya dengan ketentuan dapat dijalankan terlebih dahulu, merupakan tindakan yang dibenarkan Undang-undang. Namun pada prinsipnya suatu putusan baru 33 - Volume 2, No. 2, November 2013
6 dapat dijalankan apabila setelah putusan itu memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Pelaksanaan Putusan Serta Merta Dasar Hukum Pemeriksaan perkara memang diakhiri dengan putusan, akan tetapi dengan dijatuhkan putusan saja belumlah selesai persoalannya. Putusan itu harus dapat dilaksanakan atau dijalankan. Suatu putusan pengadilan tidaklah ada artinya apabila tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu putusan hakim harus mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk melaksanakan apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara. Suatu putusan pada asasnya dapat dilaksanakan apabila telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Pelaksanaan putusan ditunda bila terjadi upaya hukum perlawanan, banding dan kasasi yang menyebabkan perkaranya mentah kembali. Pengecualian dari asas ini adalah bila dalam petitum terdapat tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan lebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad), meskipun terhadap putusannya dilakukan upaya hukum serta majelis hakim mengabulkan tuntutan uitvoerbaar bij voorraad tersebut. Namun harus dipahami bahwa hukum acara perdata sifatnya formil, di mana hakim bersifat menunggu maka hakim secara ex officio (tanpa diminta) tidak dapat memutuskan dan memerintahkan, putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) dapat dilaksanakan terlebih dahulu. Sebagaimana halnya dalam bab terdahulu telah dikemukakan bahwa dengan adanya suatu putusan Pengadilan, maka akan melahirkan suatu hubungan hukum yang harus berlaku dan ditaati oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Hubungan hukum yang timbul dalam sebuah putusan pengadilan merupakan tujuan akhir yang didambakan oleh pihak-pihak yang bersengketa dan bila perlu putusan itu segera dapat diwujudkan dalam kenyataan, sehingga mampu memberi nilai. Upaya Yang Dilakukan Jika Pengadilan Tingkat Banding Maupun Kasasi Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 ayat (1) R.Bg diundangkan pada tahun 1848, dimana kondisi dan paradigma masyarakat pada waktu itu jauh berbeda dengan kondisi dan paradigma masyarakat saat ini, khususnya dalam penegakan hukum. Surat Edaran Mahkamah Agung yang mengatur mengenai putusan serta merta timbul karena biasanya terdapat keinginan dari pihak penggugat untuk memohon dan meminta kepada majelis hakim agar ditetapkan putusan serta merta agar obyek sengketa tersebut tidak musnah atau tidak dinikmati oleh pihak tergugat. Hal ini kemudian menjadi masalah tersendiri ketika hakim sudah mengabulkan putusan serta merta tersebut, ternyata dikemudian hari dalam upaya hukum yang dilakukan oleh pihak yang dikalahkan ternyata pada pengadilan tingkat atasnya, yaitu banding dan kasasi dimenangkan. Hal ini Volume 2, No. 2, November
7 menimbulkan ketidakpastian hukum dalam proses pemberian putusan serta merta tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi adanya putusan banding yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh sehingga pihak tereksekusi ternyata menjadi pihak yang dimenangkan, sebagai berikut : Ketua Pengadilan Negeri Meminta Jaminan Uang Atau Barang. Pemulihan Kembali Obyek Eksekusi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis pada laporan sebelumnya, maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan diajukan saran sebagai berikut : Pertama, Pada prinsipnya putusan Pengadilan baru dapat dilaksanakan apabila putusan telah berkekuatan hukum tetap, akan tetapi undang-undang yaitu Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 ayat (1) RBg memberikan kewenangan kepada hakim untuk menjatuhkan putusan dengan perintah putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada verzet ataupun banding. Meskipun tindakan hakim telah dibatasi oleh Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2000, namun dalam praktek di pengadilan masih terdapat putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hakim menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu adalah didasarkan pada empat faktor yaitu: Adanya kebebasan hakim dalam memberikan putusan; Adanya dasar hukum yang kuat, Adanya tuntutan provisi yang dikabulkan. Kedua, Untuk menjatuhkan putusan serta merta, dalam praktek di Pengadilan Negeri Banda Aceh haruslah dilihat secara kasuistis, selain harus memenuhi ketentuan dalam pasal 191 R.Bg dan SEMA Nomor 3 Tahun 2000, harus ada syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh pihak yang dimenangkan sebelum putusan itu dieksekusi sehingga putusan yang dijatuhkan dapat dilaksanakan dengan baik. Menjatukan putusan serta merta dalam suatu putusan harus memenuhi babarapa syarat dan mendapat persetujuan dari Pengadilan Tinggi. Ketiga, Untuk mengantisipasi dibatalkan Putusan Pengadilan Negeri yang dapat dijalankan lebih dahulu oleh Pengandilan Tinggi atau melaksanakan amar putusan yang dapat dijalankan lebih dulu, hakim lebih dulu meminta kesanggupan penggugat untuk menyerahkan jaminan baik berupa benda maupun dalam bentuk uang, hal ini dilakukan untuk tidak mempersulit upaya pemulihan kembali bila putusan verzet, banding dan kasasi saling bertolak. Saran Pertama, Disarankan kepada hakim Pengadilan Negeri dalam menjatuhkan putusan yang sifatnya dapat dijalankan lebih dahulu hendaknya harus berhati-hati mengingat akibat-akibat yang akan timbul di 35 - Volume 2, No. 2, November 2013
8 kemudian hari manakala putusan itu dibatalkan dalam tingkat pemeriksaan banding dan kasasi. Kedua, Disarankan kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan Ketua Mahkamah Agung, untuk memperioritaskan pemeriksaan perkara yang telah diputuskan oleh hakim Pengadilan Negeri dengan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu. Berhubung benda terperkara itu telah di eksekusikan sebelum putusan itu berkekuatan hukum tetap. Ketiga, Kebijaksanaan Ketua Pengadilan Negeri meminta jaminan lebih dahulu kepada penggugat yang memohon pelaksanaan putusan serta merta, disarankan hendaknya sikap itu harus dipertahankan untuk memudahkan upaya pemulihan kepada keadaan semula. DAFTAR KEPUSTAKAAN Abdulkadir, M., Hukum Acara. Perdata Indonesia. Bandung: Alumni. Abdurrahman dan Ridwan Syahrani, Hukum dan Keadilan. Bandung: Alumni. Acmad, I., Hukum Perdata I. B, Jakarta: Pembimbing Masa. Andi, H., Hukum Acara Perdata. Yogyakarta: Liberty. Arief. S (ed), Kamus Hukum Edisi Lengkap, Surabaya: Pustaka Tirta Mas, Ateng, A., Melaksanakan Putusan Hakim Perdata. Bandung: Alumni. Chidir Ali, Seri Hukum Perdata Yurisprudensi Indonesia Tentang Hukum Pembuktian. Bandung: Bina Cipta. Engelbrecht, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI. Jakarta: Internusa. Indriyanto, S. A., Menuju Peradilan yang Independen, Suatu Tela ah Problematik. Kansil, C. S. T, Kitab Undang-undang Kehakiman dan Penjelasan. Jakarta: Bina Angkas. Kansil, C. S. T, Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Mahkamah Agung, Rangkuman Yurisfrudensi tanggal 3 Desember Mahadi, Majalah Hukum. BPHN. Mulya Lubis, T., Hak Asasi Manusia dan Kita, Jakarta: Sinar Harapan. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Pitlo. A., Pembuktian dan Daluarsa. Jakarta: PT. Inter Masa. Rubini. I., Pengantar Hukum Acara Perdata, Bandung: Alumni. Retnowulan Sutantio dan Iskandar Deripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Alumni. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun Subekti. R., Hukum Acara Perdata. Bandung: Bina Cipta. Subekti. R., Hukum Pembuktian. Jakarta: Pradya Paramita. Sudikno, M., Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty. Sunaryati, H., Peranan Peradilan dalam Pembinaan dan Pembaharuan Hukum Nasional. Jakarta: Bina Cipta. Soepomo. R., Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri. Jakarta: Pradya Paramita. Susilo. R., RIB/HIR Dengan Penjelasannya. Bandung: Politia. Sugeng, B., Hukum Acara Perdata dan Dokumen Litigasi Perkara Perdata. Jakarta. Suwardi, Penggunaan Lembaga Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar bij voorraad). Suatu Paparan pada Rakernas Mahkamah Agung RI. Manado. Tresna. R., Komentar HIR. Jakarta: Pradya Paramita. Undang-undang Nomor. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Wantjik, S.,, Hukum Acara Perdata RBg/ HIR. Jakarta: Ghalia Indonesia. Wirjono, P., Hukum Acara Perdata di Indonesia. Bandung: Sumur. Wirjono, P., Asas- asas Ilmu Negara dan Politik. Bandung: Eresco. Wahyu, A., Hakim dan Penegak Hukum. Bandung: Alumni. Yahya, H. M., Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika. Volume 2, No. 2, November
MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)
MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperincihal 0 dari 11 halaman
hal 0 dari 11 halaman I. PENGERTIAN PENGGUNAAN LEMBAGA PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) OLEH Ketua Muda Perdata Mahkamah Agung RI (H. SUWARDI, SH, MH) Subekti menyebut, putusan pelaksanaan
Lebih terperinciOleh : A.A. Nandhi Larasati Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
TINJAUAN YURIDIS PADA SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PUTUSAN SERTA MERTA (UIT VOERBAAR BIJ VOORAAD) DAN PROVISIONIL TERHADAP PUTUSAN PAILIT YANG BERSIFAT SERTA MERTA Oleh : A.A.
Lebih terperinciPERMOHONAN PUTUSAN SERTA-MERTA ATAS GUGATAN SEWA MENYEWA
1 PERMOHONAN PUTUSAN SERTA-MERTA ATAS GUGATAN SEWA MENYEWA Oleh : Khaista Amalia Putu Purwanti Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Putusan serta merta merupakan putusan yang dapat dilaksanakan
Lebih terperinciEKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK
EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK Oleh I Putu Wahyu Pradiptha Wirjana I Gusti Nyoman Agung Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Decisions that legally
Lebih terperinciTujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti
TINJAUAN TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( SENGKETA TANAH ) DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Febrina Indrasari,SH.,MH Politeknik Negeri Madiun Email: febrinaindrasari@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menentukan tingkah laku. Situasi yang demikian membuat kelompok itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bersosialisasi dengan sesamanya merupakan kebutuhan mutlak manusia yang kemudian membentuk kelompok-kelompok tertentu dengan sesamanya tersebut. Tentulah kita
Lebih terperinciEKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA Muhammad Ilyas,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
EKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Abstrack Execution decision necessarily well often cause problems related to the rules that govern which SEMA
Lebih terperinciSEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)
SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa
Lebih terperinciUPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)
UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimenangkan dan pihak yang dikalahkan. Terdapat dua pilihan bagi pihak yang. putusan serta-merta(uitvoerbaar Bij Voorraad).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Putusan dalam persidangan perdata adalah puncak dari suatu proses pencarian kebenaran hukum yang dilakukan hakim berdasarkan prinsip-prinsip dan asas-asas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah negara hukum, demikianlah makna yang tersirat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berarti di negara Indonesia ada tata hukum
Lebih terperinciEKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA
EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA Oleh : M. Luqmanul Hakim Bastary* PENGERTIAN Untuk kesamaan penggunaan istilah, maka kata Executie yang berasal dari bahasa asing, sering diterjemahkan ke dalam Bahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Suatu perkara perdata itu diajukan oleh pihak yang bersangkutan kepada Pengadilan untuk mendapatkan pemecahan atau penyelesaian. 1 Untuk mendapatkan pemecahan atau
Lebih terperinciBAB II PUTUSAN SERTA MERTA DALAM KEPAILITAN. A. Tinjauan Umum Tentang Putusan Serta Merta
BAB II PUTUSAN SERTA MERTA DALAM KEPAILITAN A. Tinjauan Umum Tentang Putusan Serta Merta Tujuan diadakannya suatu proses di muka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim. Putusan hakim atau lazim
Lebih terperinciELIZA FITRIA
EKSEKUSI RIIL TERHADAP PUTUSAN HAKIM YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI BATUSANGKAR KLAS II (STUDI KASUS PERKARA PERDATA NO. 02/Pdt.G/2007/PN.BS) SKRIPSI DIAJUKAN GUNA MEMENUHI
Lebih terperinciBAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF
21 BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Putusan Verstek Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan
Lebih terperinciBERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo*
BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo* Abstrak Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan dimuka Pengadilan dan cara bagaimana
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D
TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D 101 09 643 ABSTRAK Pemeriksaan suatu perkara perdata dimulai pada tingkat Pengadilan
Lebih terperinciEKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu
Lebih terperinciOleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan surat edaran mahkamah agung nomor 3 tahun 2000 tentang putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan provisionil dalam eksekusi putusan serta merta di Pengadilan Negeri Pati Oleh Ariwisdha
Lebih terperinciHUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN
HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN 1. Istilah dan pengertian - Hukum perdata materiil : hukum yang mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak dalam hubungan perdata - Hukum perdata formil : hukum acara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UUD Negara Republik Indonesia 1945 didalam pasal 1 ayat (3) menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena itu Negara tidak boleh melaksanakan
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :
PELAKSANAAN EKSEKUSI PUTUSAN HAKIM PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP DI KOTA SEMARANG Margaretha Rosa Anjani*, Lapon Tukan Leonard, Ayu Putriyanti Program Studi S1 Ilmu Hukum,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Putusan Hakim a. Pengertian Putusan Hakim Putusan hakim merupakan sesuatu yang diinginkan oleh pihakpihak yang berperkara untuk meyelesaikan sengketa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap
Lebih terperinciBAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan
BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI A. Pengertian Eksekusi Eksekusi adalah merupakan pelaksanaan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan secara paksa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik sehari-hari, hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain maupun hubungan antara manusia dengan badan hukum atau badan hukum dengan badan
Lebih terperincioleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN
oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN Eksekusi menurut Subketi(1) dan Retno Wulan(2) disebutkan dengan istilah "pelaksanaan" putusan. Putusan pengadilan
Lebih terperinciPUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN TERLEBIH DAHULU ATAU PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NKLAS I A PADANG
1 PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN TERLEBIH DAHULU ATAU PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NKLAS I A PADANG ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN
AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN Oleh : I Dewa Ayu Maheswari Adiananda Putu Gede Arya Sumerthayasa Bagian Hukum Peradilan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kewenangan Pengadilan Tinggi dalam menjatuhkan sebuah putusan akhir ternyata masih ada yang menimbulkan permasalahan. Untuk itu dalam bab tinjauan pustaka ini, penulis hendak menguraikan
Lebih terperinciABSTRAK Latar belakang
ABSTRAK Perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekutorial diajukan kepada Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut. Adakalanya permohonan eksekusi datang langsung dari pihak tereksekusi sendiri.
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :
ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2
EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pelaksanaan eksekusi menurut
Lebih terperinciBAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang
1 BAB I PENDAHULUAN Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah dalam suatu perkara untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan pengadilan oleh karena
Lebih terperinciBAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang
BAB IV ANALISIS YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KEDIRI NOMOR : 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. OLEH PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR : 375/Pdt. G/2011/PTA. Sby. TENTANG GUGATAN WARIS A. Analisis
Lebih terperinciKAPAN PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAARD DAPAT DIAJUKAN ULANG?
KAPAN PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAARD DAPAT DIAJUKAN ULANG? Oleh: Ahmad Z. Anam (Hakim Pratama Muda Pengadilan Agama Mentok) Pendahuluan Ada dua hak bagi pihak berperkara yang perkaranya dinyatakan
Lebih terperinci[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup berkelompok (bermasyarakat). Kehidupan bermasyarakat menuntut manusia untuk saling berinteraksi atau
Lebih terperinciPELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE
PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE Oleh : Suhartanto I. Latar Belakang Permasalahan : Pada pasal 60 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, ditentukan bahwa
Lebih terperinciSURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG)
SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) MAHKAMAH AGUNG Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1 JAKARTA Jakarta, 1 Desember 1975 No Lampiran : 2 (dua) : MA./Pemb./1021/1/75 Hakim
Lebih terperinciPutusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di
79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derden verzet merupakan salah satu upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan perlawanan pihak ketiga
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Terhadap Penerapan Asas Ratio Decidendi Hakim Tentang Penolakan Eksepsi dalam Perkara Cerai Talak Talak
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA TUBAN TENTANG TENTANG PENOLAKAN EKSEPSI DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NO.1810/Pdt.G/2012/PA.Tbn.) A. Analisis Terhadap Penerapan
Lebih terperinciUPAYA HUKUM DALAM PERKARA PERDATA (Verzet, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali dan Derden Verzet) Syahrul Sitorus
UPAYA HUKUM DALAM PERKARA PERDATA (Verzet, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali dan Derden Verzet) Syahrul Sitorus Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sumatera Medan Jln. Sambu No. 64 Medan e-mail:
Lebih terperinciEVITAWATI KUSUMANINGTYAS C
EKSEPSI TERHADAP PENGAJUAN GUGATAN PERDATA BERKENAAN DENGAN BARANG TETAP TERSEBUT TERLETAK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciKEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN
1 KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN Oleh : I Putu Agus Supendi Pembimbing Akademik Suatra Putrawan,SH.,MH, Program Kekhususan Peradilan Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciKAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM
KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 91/Pdt.G/2009/PN.Ska) Oleh : Dyah Kristiani (12100038)
Lebih terperinciPANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET
PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET TERHADAP PUTUSAN VERSTEK DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JOMBANG (Studi Perkara No. 1455/Pdt.G/2013/PA.Jbg) BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara
BAB III Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara oleh Pejabat Tata Usaha Negara A. Upaya Hukum Ada kalanya dengan keluarnya suatu putusan akhir pengadilan sengketa antara Penggugat
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA
BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA A. Putusan PTUN Tujuan diadakannya suatu proses di pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim. 62 Putusan hakim
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN
BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN A. Mahkamah Agung dalam Sistem Peradilan Agama di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PENGATURAN PUTUSAN SERTA-MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DARI PENDEKATAN KEADILAN DAN KEPASTIAN HUKUM
JURNAL PERKEMBANGAN PENGATURAN PUTUSAN SERTA-MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DARI PENDEKATAN KEADILAN DAN KEPASTIAN HUKUM V. Brammy Pramudya Bhaktitama NPM : 100510351 Program Studi : Ilmu Hukum Program
Lebih terperinciPENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN
PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN Oleh Nyoman Agus Pitmantara Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciE K S E K U S I (P E R D A T A)
E K S E K U S I (P E R D A T A) A. Apa yang dimaksud dengan Eksekusi Eksekusi adalah melaksanakan secara paksa (upaya hukum paksa) putusan Pengadilan dengan bantuan kekuatan umum. B. AZAS-AZAS EKSEKUSI
Lebih terperinciHAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN
HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN Oleh Maya Diah Safitri Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The right to obtain legal
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET
PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET (Oleh H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim PTA NTB) I. Pendahuluan Dalam praktek beracara di muka Pengadilan sering kita dapati perkara gugatan derden
Lebih terperinciPHI 5 ASAS HUKUM ACARA PERDATA
PHI 5 ASAS HUKUM ACARA PERDATA Oleh Herlindah, SH, M.Kn 1 Sub Pokok Bahasan: 1. Istlah dan Pengertan Hukum Acara Perdata 2. Sumber Hukum Acara Perdata 3. Ruang Lingkup Hukum Acara Perdata 4. Asas-Asas
Lebih terperinciPERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: pada dasarnya memiliki kesesuaian pada hal susunan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan seluruh pemaparan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan tolak ukur yang telah dipaparkan, dapat diketahui
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)
TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin kompleksnya permasalahan dalam bidang ekonomi dan semakin hiterogennya pihak yang terlibat dalam lapangan
Lebih terperinciPerlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)
1 Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo) Bambang Kusumo T. E.0001083 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT
BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT A. Dasar Hukum Hakim dalam Penerapan Pencabutan Cerai Gugat Pengadilan
Lebih terperinciKecamatan yang bersangkutan.
1 PENCABUTAN PERKARA CERAI GUGAT PADA TINGKAT BANDING (Makalah Diskusi IKAHI Cabang PTA Pontianak) =========================================================== 1. Pengantar. Pencabutan perkara banding dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu proses dimuka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat
Lebih terperinciEKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP
EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP 1. Putusan yang berkekuatan hukum tetap adalah putusan Pengadilan Agama yang diterima oleh kedua belah pihak yang berperkara, putusan perdamaian, putusan verstek
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul
BAB IV PEMBAHASAN Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul Dalam Pasal 7 ayat (1) UUP disebutkan bahwa perkawinan hanya dapat diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara permohonan dan perkara gugatan. Dalam perkara gugatan sekurangkurangnya ada dua pihak yang
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015
PENYELESAIAN PERKARA MELALUI CARA MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI 1 Oleh : Elty Aurelia Warankiran 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertuan untuk mengetahui bagaimana prosedur dan pelaksanaan mediasi perkara
Lebih terperinciRUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA
RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA OLEH DRS.H.SUHADAK,SH,MH MAKALAH DISAMPAIKAN PADA PELAKSANAAN BIMTEK CALON PANITERA PENGGANTI PENGADILAN TINGGI AGAMA MATARAM TANGGAL
Lebih terperinciGUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN
GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:
EFEKTIFITAS PERJANJIAN DAMAI DALAM PENGADILAN (AKTA VAN DADING) TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN WANPRESTASI DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA (STUDI PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN) SKRIPSI Diajukan Untuk
Lebih terperinciPELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciJAMINAN. Oleh : C
NASKAH PUBLIKASII SKRIPSI PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA (Study Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan
Lebih terperinciPERANAN HAKIM TERHADAP LAHIRNYA PUTUSAN PENGADILAN YANG MENYATAKAN GUGATAN TIDAK DAPAT DITERIMA (Studi Kasus Putusan No. 191/Pdt.G/2010/PN.
PERANAN HAKIM TERHADAP LAHIRNYA PUTUSAN PENGADILAN YANG MENYATAKAN GUGATAN TIDAK DAPAT DITERIMA (Studi Kasus Putusan No. 191/Pdt.G/2010/PN.Mks) Rezki Erawati. S Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciPEMBAYARAN BIAYA PERKARA PERDATA DALAM PRAKTIKNYA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I.A PADANG. ABSTRACT
PEMBAYARAN BIAYA PERKARA PERDATA DALAM PRAKTIKNYA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I.A PADANG Osvita Yeni, 1 As Suhaiti Arif, S.H, M.H, 1 Syafril, S.H, M.H, 1 1 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang sedang dialami negara Indonesia sekarang ini, tidak semua orang mampu memiliki sebuah rumah
Lebih terperinciPROSES PEMBUKTIAN DAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT BUKTI PADA PERKARA PERDATA DI PENGADILAN. Oleh : Deasy Soeikromo 1
PROSES PEMBUKTIAN DAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT BUKTI PADA PERKARA PERDATA DI PENGADILAN 124 Oleh : Deasy Soeikromo 1 A. PENDAHULUAN Hukum acara, khususnya Hukum Acara Perdata, tidak terlalu mendapat perhatian
Lebih terperinciPERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH
SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Magetan ) Disusun dan Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang ilmu hukum adalah hukum perdata yaitu serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan
Lebih terperincimemperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
101 kepemilikannya, bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut. Namun kepastian hukum dan perlindungan
Lebih terperinciIII. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN
III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN A. Pendahuluan Pokok bahasan III ini mengandung sub-sub pokok bahasan tentang putusan, upaya hukum terhadap putusan dan pelaksanaan putusan. Penguasaan materi pada
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA
TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klaten) SKRIPSI Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu diharapkan segala tindakan dan perbuatan harus berdasarkan atas hukum.
Lebih terperinciSEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin
SEKITAR PENYITAAN Oleh A. Agus Bahauddin A. Pengertian Penyitaan : Menurut terminologi Belanda : beslag, dalam istilah Indonesia disebut beslah, dan istilah bakunya sita dan penyitaan. Dari istilah-istilah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi
13 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN A. Pengertian Kumulasi Gugatan Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi adalah pengumpulan; penimbunan; penghimpunan. 1 Kumulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Banyak permasalahan yang berlatar belakang pada sengketa perdata yang disebabkan oleh karena salah satu pihak merasa dirugikan akibat hak-haknya dilanggar oleh
Lebih terperinciCARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA
CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA Oleh: I Wayan Wardiman Dinata I Nyoman Bagiastra Program Kekhususan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Namun dalam membina hubungan bermasyarakat tersebut, sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana dimungkinkan untuk melakukan upaya hukum. Ada upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Upaya hukum
Lebih terperinciKAJIAN NORMATIF PUTUSAN UPAYA PAKSA DALAM PASAL 116 UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
KAJIAN NORMATIF PUTUSAN UPAYA PAKSA DALAM PASAL 116 UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA Oleh : Dewa Krisna Prasada I Ketut Artadi Nyoman A. Martana Program Khusus Hukum
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D.
TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D. 10109 633 ABSTRAK Hakim dalam memeriksa serta memutuskan suatu perkara perdata
Lebih terperinciRESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 061/PUU-II/2004
RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 061/PUU-II/2004 I. PEMOHON Kandidat Doctor Drs. Haji Raden Prabowo Surjono, SH., MH. II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Proses Pemeriksaan Perkara Perdata Hukum acara perdata disebut juga hukum perdata formil, yaitu kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur
Lebih terperinciIndonesia (Jakarta: Kencana, 2007), h Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakim dalam mengambil keputusan, dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih daripada yang dituntut.(asas ultra petitum
Lebih terperinciPERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Mediasi
Lebih terperinci