MANAJEMEN LABA RIIL DAN BERBASIS AKRUAL: DAPATKAH AUDITOR YANG BERKUALITAS MENDETEKSINYA?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN LABA RIIL DAN BERBASIS AKRUAL: DAPATKAH AUDITOR YANG BERKUALITAS MENDETEKSINYA?"

Transkripsi

1 MANAJEMEN LABA RIIL DAN BERBASIS AKRUAL: DAPATKAH AUDITOR YANG BERKUALITAS MENDETEKSINYA? Dwi Ramono Universias Diponegoro Absrac This sudy examines wheher managemen of public companies in Indonesia engage real earnings managemen o mee earnings benchmarks. This paper documens evidence consisen wih real aciviies manipulaion around earnings hreshold for poor performance firms. Manager opporunisically uilize price discouns o emporarily increase sales, overproducion o repor lower cos of goods sold, and reducion of discreionary expendiures o improve repored margins. Consisen wih he conjecure of Roychowdhury (2006, p. 338) and Cohen & Zarowin (2010, p.3), audiors are more difficul o deec real earnings managemen han accrual-based earnings managemen. The resuls of his sudy indicae ha drawing inferences abou earnings managemen by analyzing only accrual manipulaion is inappropriae. This sudy conribues o lieraure by presening evidence on he real earnings managemen, which has received lile aenion o dae. Keywords: real earnings managemen, accrual-based earnings managemen, abnormal CFO, abnormal discreionary expenses, abnormal producion cos, audi qualiy Pendahuluan Manajemen laba merupakan opik yang elah banyak mendapa perhaian dalam peneliian akunansi. Namun, kebanyakan peneliian manajemen laba erdahulu hanya memfokuskan pada eknik manajemen laba berbasis akrual (accrual-based earnings managemen) (Cohen dan Zarowin, 2010; Mc Vay, 2006; Roychowdhury, 2006). Zang (2006) menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan berbagai eknik manajemen laba, idak hanya sau eknik saja unuk mencapai arge laba. Selain iu, hasil survei Graham e al. (2005) menunjukkan bahwa manajer puncak cenderung lebih memilih manajemen laba riil 1 (real earnings managemen) daripada manajemen laba berbasis akrual unuk mencapai arge 1 Manajemen laba riil ini disebu juga sebagai manipulasi akivias riil (real aciviies manipulaion) ((Roychowdhury, 2006; Cohen dan Zarowin, 2010). Kedua isilah ersebu akan digunakan secara berganian dalam peneliian ini. 1

2 laba. Oleh karena iu, peneliian akunansi yang mengambil kesimpulan enang manajemen laba dengan hanya mendasarkan pada pengauran akrual saja mungkin menjadi idak valid (Roychowdhury, 2006). Beberapa peneliian manajemen laba erkini menyaakan peningnya memahami bagaimana perusahaan melakukan manajemen laba melalui manipulasi akivias riil selain manajemen laba berbasis akrual (Roychowdhury, 2006; Gunny, 2005; Zhang, 2006; Cohen e al., 2008; Cohen dan Zarowin, 2010). 2 Hal ini pening karena hasil peneliian Cohen e al. (2008) menunjukkan bahwa manajer elah beralih dari manajemen laba berbasis akrual ke manajemen laba riil seelah periode Sarbanes-Oxley Ac (SOX) unuk menghindari deeksi yang dilakukan audior dan regulaor. Dalam koneks Indonesia, hasil rise Leuz e al. (2003) menunjukkan bahwa karena lingkungan perlindungan invesor yang lemah maka prakek manajemen laba di Indonesia cenderung lebih inensif dilakukan dibanding negara-negara lain dengan perlindungan invesor yang kua. Namun Leuz e al. (2003) mendasarkan pada proksi-proksi manajemen laba berbasis akrual. Oleh karena iu, masih menjadi peranyaan peneliian yang pening adalah apakah manajemen laba riil juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia unuk mencapai arge laba. Tujuan perama dalam peneliian ini adalah memberikan buki empiris enang prakek manajemen laba riil yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Peneliian ini mengikui saran dari Cohen dan Zarowin (2010, hal. 18) agar peneliian manajemen laba mendaang seharusnya memfokuskan pada pengujian manajemen laba riil, idak hanya manajemen laba berbasis akrual saja. Hasil peneliian erdahulu elah mendokumenasikan bahwa kualias audi yang inggi mampu meningkakan kualias laba klien (Balsam e al. 2003; Francis e al. 2002, 2006; 2 Cohen dan Zarowin (2010) menyaakan manajer lebih memilih melakukan manajemen laba riil daripada manajemen laba berbasis akrual karena kurang menarik perhaian audior dan regulaor. 2

3 Khrisnan 2003a). Hasil peneliian ersebu menyimpulkan bahwa audior mampu mendeeksi manajemen laba berbasis akrual yang dilakukan klien sehingga audior melakukan pembaasan erhadap akunansi akrual yang agresif (Balsam e al. 2003; Francis e al. 2006). Meskipun demikian, sudi ersebu hanya menggunakan sau proksi kualias laba yang mendasarkan pada pengauran akrual yaiu akrual diskresionari (discreionary accrual). Cohen dan Zarowin (2010, hal. 3) sera Roychowdhury (2006, hal. 338) berargumen bahwa manajemen laba riil kurang menarik perhaian audior dibandingkan pengauran akrual karena manajemen laba riil merupakan kepuusan riil enang penenuan harga produk dan jumlah produksi perusahaan yang belum enu menjadi lingkup pemeriksaan audior. Namun baik Cohen dan Zarowin (2010) maupun Roychowdhury (2006) belum menguji secara empiris dugaan bahwa manajemen laba riil ersebu akan lebih suli dideeksi oleh audior daripada manajemen laba berbasis akrual. Oleh karena iu, masih menjadi peranyaan peneliian yang pening apakah manajemen laba riil secara empiris erbuki lebih suli dideeksi oleh audior dibandingkan manajemen laba berbasis akrual. Tujuan kedua dari peneliian ini adalah memberikan buki empiris enang apakah manajemen laba riil lebih suli dideeksi oleh audior daripada manajemen laba berbasis akrual. Konribusi Peneliian Peneliian ini, yang berujuan menguji lebih lanju emuan peneliian manajemen laba riil erdahulu (Roychowdhury, 2006; Zhang, 2006; Cohen e al., 2008; Cohen dan Zarowin, 2010) ke koneks yang berbeda, pening karena dapa memberikan buki empiris bahwa manajemen laba berbasis akrual belum enu merupakan sau-saunya eknik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Dengan buki empiris 3

4 ersebu diharapkan akan dapa diunjukkan bahwa peneliian-peneliian manajemen laba di Indonesia yang mengambil kesimpulan enang manajemen laba dengan hanya menganalisis akrual saja mungkin belum enu epa. Pengujian ke koneks Indonesia, pening karena hasil peneliian Leuz e al. (2003) menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam kluser negaranegara dengan perlindungan invesor yang lemah sehingga mempunyai prakek manajemen laba yang lebih inensif. Oleh karena iu, pening unuk menguji lebih lanju emuan peneliian manajemen laba riil erdahulu (Roychowdhury, 2006; Zhang, 2006; Cohen e al., 2008; Cohen dan Zarowin, 2010) ke koneks negara dengan lingkungan perlindungan invesor yang kurang kua seperi Indonesia. Peneliian ini juga pening karena memperluas peneliian Cohen dan Zarowin (2010) sera Roychowdhury (2006) yaiu dengan menguji dugaan mereka, yang belum diuji secara empiris, bahwa audior akan lebih suli mendeeksi manajemen laba riil daripada manajemen laba berbasis akrual. Dari sisi meodologi, peneliian ini juga pening karena jika buki empiris peneliian ini menunjukkan bahwa manajemen laba riil juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan publik di Indonesia, maka peneliian mendaang perlu memperimbangkan penggunaan proksi-proksi selain akrual diskresionari yang selama ini banyak digunakan dalam peneliian manajemen laba di Indonesia. Tinjauan Pusaka dan Pengembangan Hipoesis Manajemen Laba Riil Manajemen laba riil dapa didefinisikan sebagai indakan-indakan manajemen yang menyimpang dari prakek bisnis yang normal yang dilakukan dengan ujuan uama unuk 4

5 mencapai arge laba (Cohen dan Zarowin, 2010; Roychowdhury, 2006). Manajemen laba riil dapa dilakukan dengan 3 (iga) cara yaiu: a. Manipulasi penjualan Manipulasi penjualan merupakan usaha unuk meningkakan penjualan secara emporer dalam periode erenu dengan menawarkan diskon harga produk secara berlebihan aau memberikan persyaraan kredi yang lebih lunak. Sraegi ini dapa meningkakan volume penjualan dan laba periode saa ini, dengan mengasumsikan marginnya posiif. Namun pemberian diskon harga dan syara kredi yang lebih lunak akan menurunkan aliran kas periode saa ini. b. Penurunan beban-beban diskresionari (dicreionary expendiures) Perusahaan dapa menurunkan discreionary expendiures seperi beban peneliian dan pengembangan, iklan, dan penjualan, adminsrasi, dan umum eruama dalam periode di mana pengeluaran ersebu idak langsung menyebabkan pendapaan dan laba. Sraegi ini dapa meningkakan laba dan arus kas periode saa ini namun dengan resiko menurunkan arus kas periode mendaang. c. Produksi yang berlebihan (overproducion) Unuk meningkakan laba, manajer perusahaan dapa memproduksi lebih banyak daripada yang diperlukan dengan asumsi bahwa ingka produksi yang lebih inggi akan menyebabkan biaya eap per uni produk lebih rendah. Sraegi ini dapa menurunkan kos barang erjual (cos of goods sold) dan meningkakan laba operasi. Manajemen laba riil merupakan penyimpangan dari prakek operasional perusahaan yang normal. Keiga cara manipulasi akivias riil di aas mungkin merupakan kepuusan yang opimal dalam kondisi ekonomi erenu. Namun, jika manajer melakukan akivias- 5

6 akivias ersebu secara lebih inensif daripada yang opimal dengan ujuan mencapai arge laba, maka indakan ersebu dapa didefinisikan sebagai eknik manajemen laba (Roychowdhury, 2006; Cohen e al., 2008; Cohen dan Zarowin, 2010). Keiga cara manipulasi akivias riil di aas biasanya dilakukan oleh perusahaanperusahan dengan kinerja yang buruk sehingga idak banyak memiliki akrual unuk dimanipulasi. Sau-saunya cara adalah dengan manipulasi akivias riil ersebu eruama unuk mencapai laba sediki di aas nol. Dengan keiga cara di aas perusahaan-perusahaan yang diduga (suspec) melakukan manipulasi akivias riil akan mempunyai abnormal cash flow operaions (CFO) dan abnormal discreionary expenses yang lebih kecil sera abnormal producion cos yang lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. Beberapa peneliian manajemen laba erkini elah mendokumenasikan indakan manajemen laba riil unuk mencapai arge laba. Roychowdhury (2006) memberikan buki empiris bahwa perusahaan melakukan manajemen laba riil unuk menghindari melaporkan kerugian. Zang (2006) menunjukkan buki empiris bahwa indakan manajemen laba riil dilakukan sebelum manajemen laba berbasis akrual. Selain iu, Zang (2006) menunjukkan bahwa manajer menggunakan kedua eknik manajemen laba ersebu sebagai sraegi subiusi. Gunny (2005) memberikan buki empiris bahwa manajemen laba riil yang dilakukan perusahaan pada periode ini mempunyai dampak negaif signifikan pada kinerja operasi periode berikunya. Sedangkan Cohen e al. (2008) menunjukkan bahwa manajemen laba berbasis akrual yang dilakukan perusahaan meningka sebelum periode SOX (2002) dan menurun seelahnya. Sebaliknya, manajemen laba riil menurun sebelum SOX dan meningka secara signifikan seelahnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang ingin mencapai arge laba elah beralih dari sraegi manajemen laba berbasis akrual ke manajemen laba riil 6

7 seelah periode SOX. Cohen dan Zarowin (2010) memberikan buki empiris bahwa perusahaan melakukan manajemen laba riil dan berbasis akrual di sekiar periode seasoned equiy offerings (SEO) dan penurunan kinerja seelah SEO karena manajemen laba riil lebih buruk daripada manajemen laba berbasis akrual. Prakek Manajemen Laba Riil Perusahaan-perusahaan Publik Indonesia Leuz e al. (2003) menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam kluser negara-negara dengan perlindungan invesor yang lemah sehingga mempunyai prakek manajemen laba yang lebih inensif. Dengan demikian, dapa diajukan argumenasi, karena lingkungan perlindungan invesor yang lemah ersebu maka perusahaan-perusahaan publik di Indonesia juga melakukan manajemen laba riil. Selain iu, hasil peneliian Graham e al. (2005) menunjukkan buki empiris bahwa manajer lebih memilih melakukan manajemen laba riil daripada manajemen laba berbasis akrual. Cohen dan Zarowin (2010) berargumen bahwa hal ersebu disebabkan karena: (i) manajemen laba berbasis akrual cenderung lebih menarik perhaian audior dan regulaor, dan (ii) menggunakan sraegi manajemen laba berbasis akrual saja mungkin idak cukup unuk mencapai arge laba sehingga harus dilengkapi dengan sraegi manajemen laba riil. Cohen e al. (2008) menunjukkan bahwa manajer elah beralih dari menggunakan manajemen laba berbasis akrual ke manajemen laba riil seelah periode SOX. Hal ini disebabkan manajer ingin menghindari erdeeksi melakukan manajemen laba berbasis akrual oleh regulaor seelah erjadinya berbagai skandal akunansi yang menarik perhaian publik. Berdasar argumenasi ersebu maka diajukan hipoesis beriku: 7

8 H 1 : Perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dengan kinerja keuangan yang buruk melakukan manajemen laba riil Deeksi Audior erhadap Manajemen Laba berbasis Akrual Balsam e al. (2003) menunjukkan bahwa kualias audior merupakan salah sau fakor yang dapa membaasi ingka diskresi yang dilakukan klien. Reynold dan Francis (2001) berargumen bahwa audior yang berkualias inggi (diproksi dengan brand name yaiu audior Big 6 dalam peneliian mereka) mampu mendeeksi manajemen laba dan membaasi perilaku opporunis manajer karena audior ersebu mempunyai pengeahuan yang superior dibandingkan audior yang kurang berkualias. Francis dan Wang (2006) juga berargumen bahwa audior Big 4 akan menekankan ingka kualias laba klien yang inggi unuk menjaga repuasi nama mereka dari unuan liigasi. Hasil-hasil peneliian erdahulu elah menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi klien audior yang mempunyai brand name yang inggi (misal Big 4) mempunyai akrual diskresionari yang lebih rendah (Francis dan Wang, 2006). Hal ini konsisen dengan dugaan bahwa audior Big 4 membaasi prakek manajemen laba yang agresif sehingga menghasilkan laba yang berkualias. Selain dengan brand name audior, kualias audi juga dapa diukur dengan spesialiasi indusri audior (misal Balsam e al. 2003). Dengan menggunakan berbagai proksi unuk mengukur spesialisasi indusri audior, Balsam e al. (2003) menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudi oleh audior spesialis indusri mempunyai akrual diskresionari yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang diaudi oleh audior yang bukan spesialis dalam indusri ersebu. Temuan-emuan di aas menunjukkan bahwa audior yang berkualias (baik diukur dengan brand name audior maupun spesialiasi indusri) yang inggi mampu 8

9 membaasi indakan opporunis manajemen laba berbasis akrual yang dilakukan klien perusahaan. Hipoesis kedua yang diajukan: H 2 : Audior yang berkualias mampu mendeeksi indakan manajemen laba berbasis akrual yang dilakukan klien. Semakin inggi kualias audior, semakin rendah akrual diskresionari klien. Deeksi Audior erhadap Manajemen Laba Riil Roychowdhury (2006) sera Cohen dan Zarowin (2010) berargumen bahwa manajemen laba riil kurang menarik perhaian audior dibandingkan manajemen laba berbasis akrual karena manipulasi akivias riil merupakan kepuusan operasional yang dilakukan perusahaan enang penenuan harga produk, pembaasan pengeluaran, dan jumlah produksi yang bukan menjadi anggung jawab audior. Namun, baik Roychowdhury (2006) maupun Cohen dan Zarowin (2010) belum menguji secara empiris dugaan ersebu. Hasil rise Dechow e al. (1996) menunjukkan bahwa dalam menginvesigasi perusahaan-perusahaan yang diduga melakukan manipulasi laba, oorias pasar modal-pun (dalam hal ini SEC) idak menyelidiki kepuusan-kepuusan yang erkai dengan penenuan harga dan produksi. Selain iu, indakan manipulasi akivias riil biasanya juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan kinerja keuangan yang kurang baik dengan ujuan semaa-maa mencapai arge laba sediki di aas nol. Audior karenanya idak akan erlalu memperhaikan indakan manipulasi akivias riil ersebu karena laba perusahaan idak akan erlalu mencolok besarannya. Oleh karena iu, dapa diajukan dugaan bahwa meskipun audior mempunyai kualias yang inggi, ia belum enu mampu mendeeksi manajemen laba riil yang dilakukan klien. Hasil peneliian Cohen 9

10 dan Zarowin (2010) menunjukkan bahwa audior yang mempunyai ingka kewaspadaan yang inggi-pun 3 idak mampu mendeeksi manajemen laba riil yang dilakukan klien. H 3 : Audior yang berkualias idak mampu mendeeksi manajemen laba riil yang dilakukan klien. Kualias audior idak berhubungan dengan besarnya manajemen laba riil yang dilakukan klien. 4 Meode Peneliian Sampel Targe populasi dalam peneliian ini adalah seluruh perusahaan publik yang erdafar di Bursa Efek Indonesia pada ahun Pemilihan sampel akhir perusahaan menggunakan krieria-krieria sebagai beriku: a. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam indusri keuangan dan perbankan dikeluarkan dari sampel karena mempunyai karakerisik ase yang sanga berbeda dengan indusri lain. Ase yang sanga berbeda ersebu menyebabkan analisis akrual diskresionari menjadi suli dilakukan unuk indusri keuangan dan perbankan; b. Sampel perusahaan memenuhi krieria kecukupan daa unuk pengukuan masing-masing variabel; c. Seiap sampel perusahaan harus mempunyai daa arus kas operasi unuk perhiungan akrual secara langsung. Perhiungan akrual secara langsung dengan mengurangkan laba dari arus kas operasi seperi saran Hribar dan Collins (2002) unuk mengurangi kesalahan pengukuran (measuremen error) dalam perhiungan akrual; dan 3 Audior yang mempunyai ingka kewaspadaan yang inggi diproksi oleh Cohen dan Zarowin (2010) dengan: (i) audior Big 8 dan (ii) lamanya audior elah mengaudi klien (audi enure). 4 Perusahaan yang melakukan manajemen laba riil mempunyai paling idak salah sau dari 3 indikaor beriku: (i) unusually low Cash Flow from Operaion (CFO), (ii) unusually low discreionary expenses, dan (iii) unusually high producion cos. Keiga proksi ersebu digunakan unuk mengukur ingka manajemen laba riil yang dilakukan perusahaan. 10

11 d. Minimal harus ersedia 15 amaan (observasi) per indusri per ahun unuk menjamin pooling daa yang memadai dalam esimasi proksi-proksi manajemen laba. Peneliian ini akan menggunakan sample es yang berbeda unuk masing-masing eknik manajemen laba, yaiu: a. Unuk manajemen laba berbasis akrual (H 2 ), es sample yang akan digunakan adalah seluruh perusahaan yang memenuhi krieria-krieria sampel di aas. b. Unuk manajemen laba riil (H 1 dan H 3 ), es sample yang akan digunakan adalah seluruh perusahaan yang memenuhi krieria-krieria di aas dan mempunyai kinerja keuangan idak erlalu baik (diukur dengan nilai laba bersih/oal ase 0-0,005) 5, sedangkan yang menjadi conrol sample adalah seluruh perusahaan yang menjadi sisa sampel (res of he sample). Pemilihan suspec firms ini mengikui prosedur yang dilakukan Roychowdhury (2006). Sumber Daa Daa yang digunakan diperoleh dari laporan ahunan seiap perusahaan, Indonesian Capial Marke Direcory (ICMD), dan IDX Fac Book ahun Pengukuran Variabel-variabel Peneliian Proksi Manajemen Laba Berbasis Akrual Seperi peneliian erdahulu yang menginvesigasi manajemen laba berbasis akrual dengan mendasarkan pada proksi akrual diskresionari (discreionary accruals), peneliian ini juga akan menggunakan model Jones (1991) dalam mengesimasi akrual diskresionari, yaiu: ( TA )/( A 1 ) 0(1/ A 1( REV )/( A 2( PPE )/( A (1) dengan: 5 Tes sample ini merupakan sampel perusahaan-perusahaan yang diduga (suspec firms) melakukan manajemen laba riil. 11

12 REV = pendapaan ahun dikurangi -1 unuk perusahaan i PPE = nilai bersih ase eap perusahaan i pada ahun A 1 = ase oal perusahaan i pada ahun -1 TA = akrual oal perusahaan i pada ahun yang dihiung dengan mengurangkan laba bersih dengan arus kas operasi Model (1) akan diesimasi dengan pooling seluruh perusahaan pada seiap indusri pada seiap ahun. Residual dari hasil esimasi ersebu merupakan akrual diskresionari unuk seiap amaan. Proksi-Proksi Manajemen Laba Riil Proksi-proksi manajemen laba riil adalah abnormal CFO, abnormal discreionary expenses, dan abnormal producion coss yang masing-masing dihiung dengan pendekaan yang digunakan Roychowdhury (2006) sebagai beriku: a. Abnormal CFO CFO / A 1 0 1(1/ A 2( S / A 3( S / A (2) CFO = arus kas operasi perusahaan i pada ahun A 1 = ase oal perusahaan i pada ahun -1 S = penjualan oal perusahaan i pada ahun -1 Model (2) akan akan diesimasi seiap indusri seiap ahun. Residual dari hasil esimasi (2) merupakan abnormal CFO perusahaan i pada ahun. b. Abnormal Discreionary Expenses DISEXP / A 1 0 1(1/ A 2( S 1 / A (3) DISEXP = discreionary expenses yaiu beban peneliian dan pengembangan+beban iklan+beban penjualan, adminisrasi, dan umum. Model (3) akan akan diesimasi seiap indusri seiap ahun. Residual dari hasil esimasi (3) merupakan abnormal discreionary expenses perusahaan i pada ahun. 12

13 c. Abnormal Producion Coss PROD / A 1 0 1(1/ A 2( S / A 3( S / A 3( S 1 / A (4) PROD = producion coss yaiu harga pokok penjualan + perubahan persediaan Model (4) akan akan diesimasi seiap indusri seiap ahun. Residual dari hasil esimasi (4) merupakan abnormal producion coss perusahaan i pada ahun. Proksi Kualias Audior Kualias audior diukur dengan proksi spesialiasi keahlian indusri audior. Ukuran indusry experise menggunakan proksi marke shares yang digunakan oleh Khrisnan (2003a) yaiu: IMS ik Jik ik j Ik Jk ik SALESijk 1 (5) I 1 j 1 SALES ijk IMS ik = Pangsa Pasar Indusri (Indusry Marke Share) KAP i pada indusri k Jik ik j 1 Ik I 1 j 1 SALES ijk Jk ik SALES indusri k. = jumlah penjualan perusahaan klien J ik dari KAP i dalam indusri k ijk = penjualan J ik perusahaan klien dalam indusri k unuk seluruh I k KAP dalam Pengujian Hipoesis Pengujian H 1 Pengujian H 1 dilakukan mengikui Roychowdhury (2006) yaiu dengan menggunakan analisis regresi unuk membandingkan abnormal CFO, abnormal discreionary expenses, dan 13

14 abnormal producion cos (sebagai proksi-proksi manajemen laba riil) anara perusahaan suspec dengan non suspec dengan persamaan: Y 0 1Suspec _ NI 2NI 3CL (6) Y = proksi-proksi manajemen laba riil (yaiu masing-masing abnormal CFO, abnormal discreionary expenses, dan abnormal producion cos) Suspec _ NI = variabel indikaor yaiu dengan nilai 1 unuk perusahaan suspec (perusahaan dengan laba/ase oal bernilai 0-0,005, diasumsikan mempunyai moivasi melakukan manajemen laba riil karena kinerjanya yang buruk) dan diberi nilai 0 unuk yang lain (non suspec firms/ res of he sample) NI (Ne Income) = laba sebelum exraordinary iems dibagi dengan ase oal CL (Curren Liabiliies) = kewajiban lancar dibagi dengan ase oal NI dan CL merupakan variabel-variabel konrol. Pengambilan kesimpulan pengujian H 1 : - Unuk Y = abnormal CFO, jika 1 bernilai negaif dan signifikan maka H 1 didukung aau dengan kaa lain perusahaan-perusahaan suspec melakukan manipulasi penjualan sehingga mempunyai abnormal CFO yang lebih rendah dibandingkan perusahaanperusahaan lain. - Unuk Y = abnormal discreionary expenses, jika 1 bernilai negaif dan signifikan maka H 1 didukung aau dengan kaa lain perusahaan-perusahaan suspec melakukan manipulasi discreionary expenses sehingga mempunyai abnormal discreionary expenses yang lebih rendah dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. - Unuk Y = abnormal producion cos, jika 1 bernilai posiif dan signifikan maka H 1 didukung aau dengan kaa lain perusahaan-perusahaan suspec melakukan manipulasi dengan memproduksi secara berlebihan sehingga mempunyai abnormal producion cos yang lebih inggi dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. Pengujian H 2 Pengujian H 2 mengikui prosedur yang dilakukan Balsam e al. (2003) yaiu dengan persamaan: 14

15 Abs( DAC) 0 1dum _ man 2 A 3CFO 4Lev 5 dum_ rugi 6 Abs( TA) (7) Abs( TA) KA 6 7 Abs ( DAC ) =nilai absolu discreionary accruals yang diperoleh dari hasil esimasi (1) Dum_man = variabel dummy, diberi nilai 1 jika ermasuk dalam indusri manufakur, 0 jika lainnya A = ase oal CFO = arus kas operasi Lev = rasio uang jangka panjang erhadap ase oal Abs(TA)=nilai absolu dari akrual oal Dum_rugi = diberi nilai 1 jika melaporkan kerugian, 0 jika lainnya KA = kualias audior yang diproksi dengan spesialiasi indusri audior (marke share) Dummy manufakur, ase oal, arus kas operasi, rasio uang jangka panjang erhadap ase oal, dummy rugi, dan nilai absolu dari akrual oal merupakan variabel konrol yang dipilih unuk meningkakan validias inernal. Jika 7 bernilai negaif dan signifikan maka H 2 didukung aau dengan kaa lain perusahaan-perusahaan yang diaudi oleh audior yang berkualias mempunyai akrual diskresionari yang lebih rendah. Dengan kaa lain, audior yang berkualias mampu mendeeksi manajemen laba dengan pengauran akrual yang dilakukan kliennya. Pengujian H 3 Mengikui Roychowdhury (2006), pengujian H 3 menggunakan persamaan beriku: Y 0 1Laba Bersih 2Suspec _ NI 3 Kualias Audi 4 Suspec _ NI * Kualias Audi (8) - Unuk Y = abnormal CFO, jika 4 idak bernilai posiif dan signifikan maka H 3 didukung aau dengan kaa lain audior yang berkualias idak dapa mendeeksi indakan manipulasi penjualan yang dilakukan perusahaan-perusahaan suspec sehingga perusahaan-perusahaan ersebu mempunyai abnormal CFO yang lebih rendah dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. 15

16 - Unuk Y = abnormal discreionary expenses, jika 4 idak bernilai posiif dan signifikan maka H 3 didukung aau dengan kaa lain audior yang berkualias idak dapa mendeeksi indakan manipulasi pengurangan pengeluaran yang dilakukan perusahaan-perusahaan suspec sehingga perusahaan-perusahaan ersebu mempunyai abnormal discreionary expenses yang lebih rendah dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. - Unuk Y = abnormal producion cos, jika 4 idak bernilai negaif dan signifikan maka H 3 didukung aau dengan kaa lain audior yang berkualias idak dapa mendeeksi indakan manipulasi produksi yang berlebihan yang dilakukan perusahaan-perusahaan suspec sehingga perusahaan-perusahaan ersebu mempunyai abnormal producion cos yang lebih inggi dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. Hasil dan Pembahasan Prakek Manajemen Laba Riil Perusahaan-perusahaan Publik di Indonesia Dengan mendasarkan pada krieria-krieria penyampelan seperi disebukan pada bagian sebelumnya, sampel akhir unuk pengujian ada idaknya prakek laba manajemen riil yang dilakukan perusahaan-perusahan publik di Indonesia, erdiri dari amaan (observasi) perusahaan-ahun (Tabel 1 pada Lampiran). Dari sampel akhir ersebu, erdapa 420 perusahaan yang diduga (suspec) melakukan manipulasi riil dan 594 sisanya (res of he sample) bukan ergolong perusahaan suspec. Perusahaan suspec adalah perusahaaan yang mempunyai kinerja keuangan idak erlalu baik (diukur dengan nilai laba bersih/oal ase 0-0,005), sisa sampel adalah perusahaan-perusahan di luar krieria ersebu. Pemilihan suspec firms ini mengikui krieria Roychowdhury (2006). Tabel 2 membandingkan karakerisik perusahaan-perusahaan suspec dan perusahaan-perusahaan non suspec Tabel

17 Dari Tabel 2 nampak bahwa raa-raa kinerja perusahaan suspec idak berbeda jauh dengan perusahaan non suspec. Konsisen dengan hipoesis Roychowdhury (2006), perusahaan-perusahaan yang diduga melakukan manajemen laba riil mempunyai raa-raa arus kas operasi yang diskala dengan ase oal dan raa-raa beban diskresionari (discreionary expenses) yang diskala dengan ase oal yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan sampel keseluruhan. Perusahaan-perusahaan suspec juga mempunyai raa-raa producion cos yang diskala dengan ase oal yang lebih inggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan non suspec (meskipun perbedaan ersebu idak signifikan secara saisis). Sama seperi halnya peneliian manajemen laba berbasis akrual yang mendasarkan pada keepaan spesifikasi model Jones (1991), peneliian manajemen laba riil juga mendasarkan pada keepaan spesifikasi model yang digunakan unuk mengukur proksiproksi manipulasi riil. Tabel 3 melaporkan hasil esimasi koefisien regresi yang digunakan unuk mengesimasi normal levels (persamaan 2, 3, dan 4) dan membandingkannya dengan hasil esimasi Roychowdhury (2006) Tabel Dari Tabel 3 nampak bahwa hasil esimasi parameer model peneliian ini cukup baik. Arah dan ingka signifikansi parameer-parameer model normal discreionary expenses dan normal producion cos hampir seara dengan hasil esimasi Roychowdhury (2006). Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil esimasi parameer-parameer model cukup baik sehingga proksi-proksi manajemen laba riil yang dihasilkan dapa diyakini validias konsruknya. Tabel 4 melaporkan korelasi anar variabel. Konsisen dengan prediksi, perusahaanperusahaan suspec (diproksi dengan variabel dummy Suspec_NI) berkorelasi negaif dengan 17

18 abnormal arus kas operasi (abnormal CFO) dan abnormal discreionary expenses (abnormal DISEXP) dan berkorelasi posiif dengan abnormal producion cos (abnormal PROD). Konsisen dengan argumenasi Roychowdhury (2006), produksi yang berlebihan akan berhubungan negaif dengan arus kas operasi dan pemoongan beban-beban diskresionari akan berhubungan posiif dengan arus kas operasi. Koefisien korelasi anara abnormal producion cos dan abnormal discreionary expenses menunjukkan hubungan negaif yang cukup kua (-0,718). Hal ini erjadi karena mungkin manajer, secara bersamaan, melakukan akivias-akivias yang menyebabkan kos produksi menjadi lebih inggi secara idak normal dan melakukan akivias-akivias yang menyebabkan beban-beban diskresionari menjadi lebih rendah secara idak normal. Keduanya dilakukan secara bersama-sama unuk ujuan akhir mencapai laba yang lebih inggi Tabel Tabel 5 melaporkan hasil pengujian H 1. Konsisen dengan hipoesis, perusahaanperusaahan suspec melakukan manajemen laba riil diunjukkan dengan abnormal CFO dan abnormal discreionary expenses yang lebih rendah secara signifikan dan abnormal producion cos yang lebih inggi secara signifikan dibandingkan perusahaan-perusahaan non suspec. Unuk Y berupa abnormal CFO, koefisien Suspec_NI adalah negaif (-0,027) dan signifikan pada ingka 1%. Unuk Y berupa abnormal discreionary expenses, koefisien Suspec_NI adalah negaif (-0,036) dan signifikan pada ingka 1%. Unuk Y berupa abnormal producion cos, koefisien Suspec_NI adalah posiif (0,049) dan signifikan pada ingka 10%. Hasil ini mendukung hipoesis perama yaiu bahwa perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dengan kinerja keuangan yang buruk melakukan manajemen laba riil. 18

19 Tabel Deeksi Audior erhadap Manajemen Laba Berbasis Akrual Saisik deskripif variabel-variabel unuk pengujian H 2 disajikan pada Tabel 6. Dari Tabel 6 nampak bahwa nilai raa-raa akrual diskresionari adalah posiif sebesar 0, Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan adanya pengauran akrual dengan pola income maximizaion Tabel Tabel 7 melaporkan hasil pengujian H 2. Pengujian mendasarkan pada prosedur Balsam e al. (2003) dengan variabel independen kualias audior dan variabel konrol berupa dummy indusri manufakur, ase oal, arus kas operasi, leverage, dummy rugi, dan absolu oal akrual. Syara agar H 2 didukung adalah koefisien kualias audior harus bernilai negaif signifikan dalam mempengaruhi akrual diskresionari Tabel Hasil esimasi menunjukkan bahwa spesifikasi model cukup baik diunjukkan nilai F yang signifikan dan kekuaan penjelas (Adjused R 2 ) yang cukup inggi. Koefisien regresi variabel kualias audior berpengaruh negaif (-0,048) dan signifikan pada ingka 5%. Buki empiris pada Tabel 7 mendukung Hipoesis 2. Hal ini menunjukkan bahwa audior yang berkualias mampu mendeeksi indakan manajemen laba berbasis akrual yang dilakukan klien sehingga melakukan pembaasan erhadap besarnya akrual diskresionari. 19

20 Deeksi Audior erhadap Manajemen Laba Riil Tabel 8 melaporkan hasil pengujian H 3. Pengujian mendasarkan pada prosedur yang digunakan Roychowdhury (2006) dengan memfokuskan pada koefisien ineraksi anara variabel Suspec_NI dan kualias audior. Hasil pengujian Hipoesis 3 disajikan pada Tabel Tabel Tabel 8 menunjukkan bahwa koefisien ineraksi anara variabel Suspec_NI dan variabel kualias audior idak signifikan mempengaruhi proksi-proksi manajemen laba riil. Buki empiris pada Tabel 8 ersebu menunjukkan adanya dukungan erhadap Hipoesis 3 aau dengan kaa lain mendukung dugaan Roychowdhury (2006) sera Cohen dan Zarowin (2010) bahwa audior yang berkualias-pun (spesialis indusri) idak mampu mendeeksi manajemen laba riil yang dilakukan klien. Analisis Sensiivias Unuk memperoleh hasil peneliian yang kokoh (robus), peneliian ini melakukan analisis sensiivias dengan menggunakan ukuran kualias audior berupa brand name audior. Balsam e al. (2003) berargumen bahwa brand name, sama seperi halnya spesialisasi indusri, merupakan proksi kualias audior. Peneliian ini menggunakan variabel indikaor yang diberi nilai 1 unuk audior-audior yang ermasuk dalam KAP Big 4 dan 0 unuk audior-audior yang ermasuk dalam Big 4 6. Hasil analisis sensiivias (idak diampilkan) menunjukkan hasil yang konsisen dengan emuan pada Tabel 7 dan Tabel 8. 6 KAP yang dikaegorikan sebagai Big 4 dalam peneliian ini adalah KAP yang berafiliasi dengan PriceWaerhouseCoopers, Erns & Young, KPMG, aau Deloie & Touche. 20

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh: Arikel Skripsi TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Unuk Memenuhi Sebagian Syara Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON Oleh: Nurul Hidayai Mahasiswa S1 Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan dan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

Accounting Analysis Journal

Accounting Analysis Journal AAJ 2 (1) (2013) Accouning Analysis Journal hp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN Dwi Mea Karuniasih Jurusan Akunansi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN Oong Karyono Teknik Indusri, Fakulas Teknik Universias Majalengka Email : oong_karyono@rockemail.com ABSTRAK Rumah saki umum daerah (RSUD) Kabupaen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA JPPM Vol. 9 No. 2 (2016) PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA Rika Mulyai Musika Sari Program Sudi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIN Meode adalah suau prosedur aau cara unuk mengeahui sesuau yang mempunyai langkah-langkah sisemais. 1 Meode peneliian adalah semua asas, perauran, dan eknik-eknik yang perlu diperhaikan

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA Erlangga Andalas Saki, Maskun, Suparman Arif. FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Soemanri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK

ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK Oleh : Bambang Sarjono Saf Pengajar Jurusan Teknik Elekro Polieknik Negeri Semarang Jl. Prof. Sudaro SH. Tembalang. Semarang 50275 Absrak Analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci