BAB 2 LANDASAN TEORI. kekayaan. Uang adalah segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai pembayaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. kekayaan. Uang adalah segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai pembayaran"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uang Pengertian Uang Untuk ekonom, kata uang memiliki arti yang berbeda dari pendapatan atau kekayaan. Uang adalah segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai pembayaran atas barang atau jasa atau dalam pembayaran utang. (Mishkin, 2004, p56) Fungsi dari Uang Uang memiliki tiga fungsi utama : 1. Sebagai alat tukar Uang sebagai alat tukar menghindari masalah kebetulan ganda dari keinginan yang muncul dalam perekonomian barter dengan menurunkan biaya transaksi dan mendorong spesialisasi dan pembagian kerja. 2. Sebagai satuan hitung Uang sebagai satuan hitung mengurangi jumlah harga yang dibutuhkan dalam perekonomian, yang juga mengurangi biaya transaksi. 3. Sebagai penyimpanan nilai. Uang juga berfungsi sebagai penyimpanan nilai, tetapi menjalankan peran ini buruk jika cepat kehilangan nilai karena inflasi.

2 7 2.2 Evolusi Sistem Finansial Internasional Standar emas Sebelum perang dunia I, ekonomi dunia yang dioperasikan di bawah standar emas, yang berarti bahwa mata uang sebagian besar negara itu dapat dikonversi secara langsung menjadi emas. Keterikatan mata uang dengan emas menghasilkan sistem keuangan internasional dengan nilai tukar tetap diantara mata uang. Nilai tukar tetap di bawah standar emas memiliki keuntungan dalam mendorong perdagangan dunia dengan menghilangkan ketidakpastian yang terjadi ketika nilai tukar berfluktuasi. Selama negara-negara mematuhi aturan-aturan di bawah standar emas dan terus didukung oleh mata uang mereka dan dikonversi menjadi emas, nilai tukar akan tetap. Namun, kepatuhan terhadap standar emas berarti bahwa suatu negara tidak memiliki kontrol atas kebijakan moneter, karena persediaan uang ditentukan oleh aliran emas diantara negara-negara. Selain itu, kebijakan moneter di seluruh dunia sangat dipengaruhi oleh produksi emas dan penemuan emas. Ketika produksi emas rendah di tahun 1870-an dan 1880-an, jumlah uang beredar di seluruh dunia tumbuh perlahanlahan dan tidak mengikuti pertumbuhan ekonomi dunia. Hasilnya adalah deflasi (penurunan tingkat harga). Penemuan emas di Alaska dan Afrika Selatan pada tahun 1890 kemudian membuat produksi emas menjadi sangat berkembang, menyebabkan uang yang beredar meningkat dengan cepat dan tingkat harga naik (inflasi) hingga perang dunia I. Sistem bretton woods Perang dunia I menyebabkan gangguan besar dalam perdagangan. Negara tidak bisa lagi mengubah mata uang mereka menjadi emas, dan standar emas runtuh.

3 8 Meskipun ada upaya untuk menghidupkan kembali dalam periode antar-perang, depresi di seluruh dunia yang dimulai pada tahun 1929, menyebabkan keruntuhan tetapnya. Sebagai kemenangan sekutu di perang dunia II pada tahun 1944 yang menjadi pasti, sekutu bertemu di Bretton Woods, New Hampshire, untuk mengembangkan suatu sistem moneter internasional baru untuk mempromosikan perdagangan dunia dan kemakmuran setelah perang. Dalam perjanjian yang berhasil diantara Sekutu, bank sentral membeli dan menjual mata uang mereka sendiri untuk menjaga nilai tukar tetap pada tingkat tertentu (yang disebut era nilai tukar tetap). Perjanjian berlangsung dan dikenal sebagai sistem Bretton Woods. Perjanjian Bretton Woods membentuk dana moneter internasional (IMF), yang berkantor pusat di Washington, DC. IMF diberi tugas untuk mempromosikan pertumbuhan perdagangan dunia dengan menetapkan aturan dalam hal pemeliharaan nilai tukar tetap dan memberikan pinjaman untuk negara-negara yang mengalami kesulitan neraca pembayaran. Sebagai bagian dari perannya dalam pemantauan kepatuhan negara anggota dengan aturan, IMF juga melakukan pengumpulan dan standarisasi data ekonomi internasional. Dalam perjanjian Bretton Woods juga disepakati pembentukan bank internasional untuk rekonstruksi dan pembangunan, biasanya disebut sebagai bank dunia juga bermarkas di Washington, DC, yang menyediakan pinjaman jangka panjang untuk membantu negara-negara berkembang membangun bendungan, jalan, dan modal fisik lainnya yang akan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi mereka. Dana pinjaman ini diperoleh oleh Bank Dunia dengan menerbitkan obligasi, yang dijual di pasar modal negara-negara maju.

4 9 Mengambang yang diatur Meskipun nilai tukar saat ini diperbolehkan berubah setiap hari dalam merespon kekuatan pasar, bank sentral belum bersedia menyerah pada pilihan mereka dalam campur tangan dalam pasar valuta asing. Mencegah perubahan besar dalam nilai tukar memudahkan perusahaan dan individu membeli atau menjual barang luar negeri untuk merencanakan ke depan. Selain itu, negara-negara dengan surplus neraca pembayaran sering tidak mau melihat mata uang mereka mengalami apresiasi, karena itu membuat barang-barang mereka lebih mahal di luar negeri dan barang luar negeri lebih murah di negara mereka. Karena sebuah apresiasi bisa mencederai bisnis penjualan domestik dan meningkatkan pengangguran, negara-negara surplus sering menjual mata uang di pasar valuta asing dan memperoleh cadangan internasional. Negara-negara dengan neraca pembayaran defisit tidak ingin melihat kehilangan nilai mata uang mereka, karena menyebabkan barang-barang asing lebih mahal bagi konsumen domestik dan dapat menstimulasi inflasi. Untuk menjaga nilai mata uang domestik tinggi, negara-negara defisit sering membeli mata uang mereka sendiri di pasar valuta asing dan menyerah cadangan internasional. Sistem Moneter Eropa (EMS) Pada bulan Maret 1979, delapan anggota komunitas ekonomi Eropa (Jerman, Perancis, Italia, Belanda, Belgia, Luxemburg, denmark, dan Irlandia) mendirikan sistem moneter Eropa (EMS), dimana mereka sepakat untuk memperbaiki nilai tukar mereka satu sama lain dan mengambangkan secara bersama-sama terhadap US Dollar. Spanyol bergabung dengan EMS pada bulan Juni 1989, kerajaan Inggris pada bulan Oktober 1990, dan Portugal pada April EMS menciptakan sebuah unit moneter baru, unit mata uang Eropa (ECU), yang nilainya diikat kepada sekeranjang dari jumlah yang

5 10 ditentukan dari mata uang Eropa. Setiap anggota EMS diharuskan untuk menyumbang 20% dari kepemilikan emas dan dollar kepada European Monetary Cooperation Fund dan sebagai imbalannya akan diterima ECU dengan jumlah yang setara. Kelemahan serius sistem nilai tukar tetap seperti sistem Bretton Woods atau Sistem Moneter Eropa adalah bahwa mereka dapat mengakibatkan krisis valuta asing yang melibatkan sebuah "serangan spekulatif" pada mata uang. (Mishkin, 2004, p468 - p475). 2.3 Proses Stokastik Sebuah urutan dari variabel-variabel acak yang diindeks berdasarkan waktu disebut sebagai proses stokastik atau sebuah proses deret waktu. Ketika sejumlah data deret waktu dikumpulkan, didapat satu hasil yang mungkin, atau realisasi, dari proses stokastik. Hanya bisa dilihat sebuah realisasi tunggal, karena tidak mungkin untuk kembali ke masa lampau dan memulai proses lagi. Namun, jika kondisi tertentu dalam masa lampau itu berbeda, umumnya akan diperoleh realisasi yang berbeda dari proses stokastik, dan inilah sebabnya banyak yang berpikir bahwa data deret waktu sebagai hasil dari variabel-variabel acak. (Wooldridge, 2002, p312) Proses Stokastik Stasioner Sebuah proses stokastik dikatakan stasioner jika rata-rata dan variansnya konstan terhadap waktu dan nilai dari kovarians antara dua periode waktu bergantung hanya pada jarak antara dua periode waktu dan bukan kepada waktu aktual dimana kovarians tersebut dihitung. Dalam literatur deret waktu, proses stokastik seperti ini dikenal sebagai proses stokastik stasioner lemah.

6 11 Untuk mempermudah dalam penjelasan, akan dimisalkan Y t sebagai deret waktu stokastik yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : Rata-rata : E(Yt) = µ (2.1) Varians : var(y t ) = E(Y t - µ) 2 = (2.2) Kovarians : γ k = E[Y t - µ)(y t+k - µ)] (2.3) Kemudian yang akan dilakukan adalah menggeser Y dari Y t ke Y t+m. Sekarang jika Y t adalah stasioner, maka rata-rata, varians, dan kovarians dari Y t+m harusnya sama dengan rata-rata, varians, dan kovarians dari Y t. Singkatnya, jika deret waktu dikatakan stasioner, rata-rata, varians, dan otokovariansnya (dalam berbagai periode) akan tetap sama, tidak peduli di titik manapun dihitung; karena itu, mereka dikatakan tidak berubah-ubah terhadap waktu. Jika deret waktu tidak stasioner dalam arti yang didefinisikan di atas, maka deret waktu tersebut dikatakan nonstasioner. Dengan kata lain, sebuah deret waktu nonstasioner akan menghasilkan rata-rata yang berubah-ubah terhadap waktu atau varians yang berubah-ubah terhadap waktu atau keduanya. Dan ini berarti, deret stasioner tidak dapat manarik kesimpulan untuk periode waktu yang lainnya. (Gujarati, 2004, p797) Proses Stokastik Nonstasioner Walaupun perhatian tertuju kepada deret waktu stasioner, sesekali sering ditemui deret waktu yang nonstasioner, contoh klasiknya adalah keberadaan model berjalan acak. Sering dikatakan bahwa harga saham atau nilai tukar, mengikuti suatu berjalan acak; karena itu, mereka adalah nonstasioner. Menurut Gujarati (2004, p798) berjalan

7 12 acak dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu : (1) berjalan acak tanpa penyimpangan, (2) berjalan acak dengen penyimpangan. Berjalan acak tanpa penyimpangan Misalkan µ t adalah white noise error dengan rata-rata nol dan varians 2. Maka deret Y t dikatakan berjalan acak jika Y t = Y t-1 + µ t.... (2.4) Di dalam model berjalan acak, seperti pada persamaan (2.4) memperlihatkan bahwa nilai dari Y pada waktu ke t adalah sama dengan nilainya pada waktu ke (t-1) ditambah dengan sebuah random shock; karena itu, ini adalah sebuah model AR(1). Persamaan (2.4) dapat dianggap sebagai suatu regresi dari Y pada waktu ke t dengan nilainya tertinggal satu periode. Sekarang dari persamaan (2.4) dapat ditulis Y 1 = Y 0 + µ 1 Y 2 = Y 0 + µ 2 = Y 0 + µ 1 + µ 2 Y 3 = Y 0 + µ 3 = Y 0 + µ 1 + µ 2 + µ 3 Secara umum, jika proses dimulai pada waktu tertentu nol dengan suatu nilai dari Y 0, maka Y t = Y (2.5) Sehingga, E(Y t ) = E(Y 0 + ) = Y 0... (2.6) Dengan cara serupa, dapat diperlihatkan bahwa var(y t ) = t (2.7)

8 13 Seperti yang telah diperlihatkan pada ekspresi (2.6), rata-rata dari Y adalah sama dengan nilai awal atau nilai mulai, yang mana konstan, tetapi selama t bertambah, variansnya juga bertambah tidak terbatas, dengan demikian melanggar kondisi dari kestasioneran. Singkatnya, model berjalan acak tanpa penyimpangan adalah proses stokastik nonstasioner. Dalam prakteknya Y 0 sering ditetapkan nol, dalam kasus dimana E(Y t ) = 0. Fitur yang menarik dari model berjalan acak adalah persistent random shocks (contohnya random errors), dimana sudah jelas dari persamaan (2.5) : Y t adalah jumlah dari Y 0 ditambah jumlah dari random shocks. Sebagai hasilnya, pengaruh dari shock tertentu tidak akan menghilang secara terus-menerus. Karena itulah berjalan acak dikatakan mempunyai ingatan tidak terbatas. Kerry Patterson mengemukakan, bahwa berjalan acak mengingat shock selamanya; karena itu, berjalan acak memiliki ingatan tak terbatas. Menariknya, jika menulis persamaan (2.4) seperti (Y t Y t-1 ) = Y t = µ t... (2.8) Dimana adalah operator perbedaan pertama. Mudah untuk memperlihatkan bahwa, ketika Y t adalah nonstasioner, perbedaan pertamanya adalah stasioner. Dengan kata lain, perbedaan pertama dari deret waktu berjalan acak adalah stasioner. Berjalan acak dengan penyimpangan Misalkan persamaan (2.4) diubah sebagai berikut : Y t = δ + Y t-1 + µ t... (2.9) Dimana δ dikenal sebagai parameter penyimpangan. Nama penyimpangan datang dari kenyataan bahwa jika persamaan sebelumnya ditulis sebagai

9 14 (Y t Y t-1 ) = Y t = δ + µ t... (2.10) Ini memperlihatkan bahwa Y t menyimpang ke atas atau ke bawah, tergantung pada nilai δ yang menjadi positif atau negatif. Perhatikan bahwa persamaan (2.9) adalah juga sebuah model AR(1). Mengikuti prosedur yang dibicarakan untuk berjalan acak tanpa penyimpangan, dapat diperlihatkan bahwa untuk model berjalan acak dengan penyimpangan (2.9), E(Y t ) = Y 0 + t. δ... (2.11) var(y t ) = t 2... (2.12) Seperti yang bisa dilihat, untuk berjalan acak dengan penyimpangan, baik ratarata maupun variansnya bertambah terhadap waktu, sekali lagi melanggar kondisi dari kestasioneran. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model berjalan acak, dengan atau tanpa penyimpangan, adalah proses stokastik nonstasioner. Model berjalan acak adalah suatu contoh dari apa yang dikenal di dalam literatur sebagai sebuah proses akar unit. (Gujarati, 2004, p798 p800). 2.4 Pengujian Akar Unit Pendekatan yang paling sederhana untuk menguji akar unit dimulai dengan sebuah model AR(1) : y t = α + ρy t-1 + e t... (2.13) dimana y 0 adalah nilai awal yang diamati. Sepanjang bagian ini, dimisalkan e t menunjukkan sebuah proses yang memiliki rata-rata nol, yang telah ditentukan masa lampau y yang diamati :

10 E(e t y t-1, y t-2,, y 0 ) = 0... (2.14) 15 [di bawah (2.14), e t dikatakan sebagai martingale difference sequence sehubungan dengan {y t-1, y t-2,...}. Jika e t diasumsikan i.i.d. dengan rata-rata nol dan tidak bergantung pada y 0, maka e t juga memenuhi (2.14).] Jika y t mengikuti (2.13), y t memiliki sebuah akar unit jika dan hanya jika ρ = 1. Jika α = 0 dan ρ = 1, y t mengikuti sebuah berjalan acak tanpa penyimpangan [dengan perubahan e t memenuhi (2.14)]. Jika α 0 dan ρ = 1, y t adalah sebuah acak berjalan dengan penyimpangan. Sebuah proses akar unit dengan penyimpangan berperilaku sangat berbeda dengan yang tanpa penyimpangan. Meskipun demikian, merupakan hal yang wajar untuk membiarkan α tidak ditentukan di bawah hipotesis nol, dan ini adalah pendekatan yang diambil. Oleh sebab itu, hipotesis nol adalah bahwa y t memiliki sebuah akar unit : H 0 : ρ = 1... (2.15) Dalam hampir semua kasus, ada ketertarikkan pada alternatif searah H 1 : ρ < 1... (2.16) Sebuah persamaan yang mudah dicapai untuk melaksanakan pengujian akar unit adalah dengan mengurangkan kedua sisi dengan y t-1 (2.13) dan mendefinisikan θ = ρ 1 : y t = α + θy t-1 + e t... (2.17) Dalam hal ini statistik t tidak dapat digunakan. Distribusi yang mendekati statistik t di bawah H 0 telah hadir yang kemudian dikenal dengan distribusi Dickey- Fuller.

11 16 Meskipun tidak dapat menggunakan nilai-nilai kritis yang biasa, dapat digunakan statistik t biasa untuk dalam (2.17), setidaknya sekali nilai-nilai kritis yang sesuai telah ditabulasi. Uji yang dihasilkan dikenal sebagai uji Dickey-Fuller (DF) untuk sebuah akar unit. Pengujian untuk akar unit dalam model dengan dinamika yang lebih rumit juga dibutuhkan. Jika y t mengikuti (2.13) dengan ρ = 1, maka y t adalah serially uncorrelated. Dapat dengan mudah memperbolehkan y t mengikuti sebuah model AR yang dimodelkan dengan menambahkan persamaan (2.17) dengan tambahan periode. Contohnya, y t = α + θy t-1 + γ 1 y t-1 + e t... (2.18) dimana γ 1 < 1. Ini memastikan bahwa, di bawah H 0 : θ = 0, y t mengikuti sebuah model AR yang stabil. Lebih luas, dapat menambahkan periode p terhadap y t ke persamaan untuk menghitung dinamika di dalam proses. Cara menguji hipotesis nol dari sebuah akar unit sangat mirip, yaitu dengan melakukan regresi dari y t terhadap y t-1, y t-1,..., y t-p... (2.19) dan menampilkan uji t pada, koefisien dari y t-1, seperti sebelumnya. Ini adalah perluasan dari uji Dickey-Fuller yang biasanya disebut augmented Dickey-Fuller karena regresinya telah ditambahkan dengan perubahan dari masa lampau. Nilai kritis yang digunakan sama seperti sebelumnya. Dimasukkannya nilai masa lampau dalam (2.19) dimaksudkan untuk menghilangkan setiap korelasi serial dalam y t. Semakin banyak periode yang dimasukkan dalam (2.19), semakin banyak observasi awal yang hilang.

12 17 Untuk deret yang sudah jelas tren waktunya, perlu untuk dilakukan perubahan dalam pengujian untuk akar unitnya. Sebuah proses tren stasioner dapat menimbulkan kesalahan pada proses akar unit jika tren waktu tidak dikontrol dalam regresi Dickey- Fullernya. menjadi Untuk memperbolehkan deret dengan tren waktu, persamaan dasar diubah y t = α + δt + θy t-1 + γ 1 y t-1 + ε t... (2.20) Dimana hipotesis nolnya adalah H 0 : θ = 0 dan alternatifnya H 1 : θ = 0. (Wooldridge, 2002, p578 - p582) 2.5 Uji Kausalitas Granger Diasumsikan bahwa sebuah deret waktu merupakan stasioner lemah. Misalkan I t menunjukkan total dari kumpulan informasi yang ada pada waktu ke t. Sekumpulan informasi ini meliputi, terutama, kedua deret waktu x dan y. Misalkan t menunjukkan kumpulan dari semua nilai masa sekarang dan masa lampau dari x, contohnya := {x t, x t-1,..., x t-k,...} dan begitu juga dengan y. Misalkan 2 menunjukkan varians dari kesalahan peramalan. Untuk situasi seperti ini, C.W.J. Granger (1969) mengusulkan definisi dari kausalitas antara x dan y sebagai berikut : 1. Kausalitas Granger x (dengan sederhana) kausal Granger terhadap y jika dan hanya jika penerapan dari fungsi ramalan optimal linier membawa kepada 2 (y t+1 I t ) < 2 (y t+1 I t - x t ),

13 18 contohnya jika nilai masa depan dari y dapat diramalkan lebih baik, misalnya dengan varians kesalahan ramalan yang lebih kecil, jika nilai masa sekarang dan masa lampau dari x digunakan. 2. Kausalitas Granger seketika x kausal Granger dengan seketika terhadap y jika dan hanya jika penerapan dari fungsi ramalan optimal linier membawa kepada 2 (y t+1 {I t, x t+1 }) < 2 (y t+1 I t ), contohnya jika nilai masa depan dari y, y t+1, dapat diramalkan lebih baik, misalnya dengan varians kesalahan ramalan yang lebih kecil, jika nilai masa depan dari x, x t+1, digunakan selain daripada nilai masa sekarang dan masa lampau dari x. 3. Umpan balik Ada umpan balik antara x dan y jika dan hanya jika x kausal terhadap y dan y kausal terhadap x. Umpan balik hanya didefinisikan untuk kasus dari hubungan kausal sederhana. Alasannya adalah bahwa arah dari hubungan kausal dengan seketika tidak bisa diidentifikasi tanpa tambahan informasi atau asumsi-asumsi. Sesuai dengan definisi ini ada delapan perbedaan, kemungkinan eksklusif dari hubungan kausal antara dua deret waktu : 1. x dan y adalah bebas (x, y) 2. Hanya ada kausal dengan seketika (x-y) 3. x kausal terhadap y, tanpa kausal dengan seketika (x y) 4. y kausal terhadap x, tanpa kausal dengan seketika (x y) 5. x kausal terhadap y, dengan kausal dengan seketika (x=>y)

14 19 6. y kausal terhadap x, dengan kausal dengan seketika (x<=y) 7. Ada umpan balik tanpa kausal dengan seketika (x y) 8. Ada umpan balik dengan kausal dengan seketika (x<=>y) Dalam definisi yang diberikan di atas, I t mencakup semua informasi yang ada pada waktu ke t. Biasanya, bagaimanapun, hanya nilai sekarang dan nilai masa lampau dari kedua deret waktu x dan y yang diperhitungkan : I t := {x t, x t-1,, x t-k,, y t, y t-1,, y t-k, } Walaupun namanya kausalitas, kausalitas Granger tidak berarti kausalitas yang sebenarnya. Jika keduanya, x dan y, didorong oleh sebuah proses ketiga bersama dengan periode yang berbeda, ukuran mereka terhadap kausalitas Granger masih dapat signifikan secara statistik. Namun, manipulasi dari suatu proses tidak akan mengubah yang lain. Memang, uji Granger dirancang untuk menangani pasangan variabel, dan dapat menghasilkan hasil yang menyesatkan ketika hubungan yang sebenarnya melibatkan tiga variabel atau lebih. Tes serupa yang melibatkan variabel yang lebih banyak dapat diterapkan dengan Vector Autoregressive. (Gebhard, 2007, p95 p96). Uji kausalitas Granger dapat digunakan dalam tiga situasi yang berbeda : 1. Dalam sebuah uji kausalitas Granger sederhana, dimana ada dua variabel dan periode mereka. 2. Dalam sebuah uji kausalitas Granger multivariat lebih dari dua variabel dimasukan, karena diduga bahwa lebih dari satu variabel yang dapat mempengaruhi hasilnya.. 3. Kausalitas Granger dapat juga diuji dalam sebuah kerangka kerja VAR (Vector Autoregressive); Di dalam kasus ini, model multivariate

15 dikembangkan dalam rangka untuk menguji keseragaman dari semua variabel yang dimasukan. Uji kausalitas Granger bisa diterapkan hanya pada deret waktu yang secara statistik stasioner. Jika deret waktunya nonstasioner, maka model deret waktunya sebaiknya diterapkan pada perbedaan pertama daripada data aslinya. Perhatikan model Vector Autoregressive untuk dua persamaan berikut : = + ( ) ( ) ( ) ( ) (2.20) Dimana, 20 A i0 A ij (L) ε it = parameter yang mewakili intersep = polinomial dalam periode operator L = gangguan white noise Dalam model dua persamaan dengan p periode, y 1t bukan merupakan penyebab Granger y 2t jika dan hanya jika seluruh koefisien A 21 (L) sama dengan nol. Sekali lagi, jika semua variabel dalam VAR adalah stasioner, kausalitas Granger dapat diuji dengan menggunakan uji F standar dengan batasan : a 21 (1) = a 21 (2) = a 21 (3) = = a 21 (p) = 0 Dimana, a 21 (1), a 21 (2), adalah koefisien individual dari A 21 (L). (Saadia Usman, Frederick Asafo-Adjei Sarpong; 2008, p6). 2.6 Vector Autoregressive Cara yang mudah untuk memodelkan hubungan dinamis diantara beberapa variabel deret waktu tanpa membuat banyak asumsi adalah dengan menggunakan apa

16 21 yang disebut Vector Autoregressive, atau VAR. (Russell Davidson dan James G. MacKinnon, 1999, p585). Menurut Sims, jika ada kesimultanan yang benar diantara sepasang variabel, mereka semua seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama; seharusnya tidak ada pembedaan sebelumnya antara variabel-variabel endogen dan eksogen. Dengan semangat inilah, Sims mengembangkan model VAR-nya. (Gujarati, 2004, p848) Untuk sejumlah n variabel deret waktu y t = (y 1t, y 2t,..., y nt )', sebuah VAR dengan orde p (VAR (p)), dapat dituliskan sebagai berikut (Saadia Usman, Frederick Asafo- Adjei Sarpong; 2008, p9) : y t = A 0 + A 1 y t-1 + A 1 y t A p y t-p + ε t... (2.21) Dimana, p n y t = periode yang diperhatikan dalam sistem. = banyaknya variabel yang diperhatikan dalam sistem. = sebuah vektor (n.1) yang berisi masing-masing n variabel yang dimasukan ke dalam VAR. A 0 A i ε t = sebuah vektor intersep (n.1). = sebuah koefisien matriks (n.n). = sebuah vektor kesalahan (n.1) Penentuan Panjang Periode Untuk Model VAR Elemen yang penting dalam spesifikasi model VAR adalah penentuan panjang periode. Berbagai macam cara pemilihan kriteria panjang periode telah didefinisikan oleh berbagai penulis seperti, Akaike s (1969) final prediction error (FPE), Akaike

17 22 Information Criterion (AIC) yang disarankan oleh Akaike (1974), Schwarz Criterion (SC) (1978) dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ) (1979). Kriteria-kriteria ini sesungguhnya mengindikasikan kebaikan suai dari (model) alternatif, jadi mereka akan digunakan sebagai pelengkap untuk uji Likelihood Ratio (LR). Uji LR akan digunakan sebagai faktor penentu utama dalam menentukan panjang periode. Uji Likelihood Ratio LR = (T - m)(ln Σ r - ln Σ u ) ~ χ 2 (q)... (2.22) Dimana, T M = jumlah observasi yang digunakan. = banyaknya parameter yang diestimasi di masing-masing persamaan dari sistem tidak terbatas, termasuk yang konstan. ln Σ r = logaritma natural dari determinan matriks varians covarians residual dari sistem yang dibatasi. ln Σ u = logaritma natural dari determinan matriks varians covarians residual dari sistem yang tidak dibatasi. Jika statistik LR lebih kecil daripada nilai kritis, maka tolak hipotesis nol. Dan begitu juga sebaliknya. Information Criteria AIC = T ln Σ + 2 N... (2.23) SC = T ln Σ + N ln T... (2.24) HQIC = T ln Σ + 2 N ln ln T... (2.25)

18 23 Dimana, Σ N = determinan dari matriks varians kovarians residual. = jumlah total parameter yang diestimasi di seluruh persamaan. T = jumlah observasi yang digunakan Estimasi Model VAR Karena setiap persamaan dalam VAR memiliki jumlah variabel yang sama di sisi kanannya, maka koefisien dari sistem secara keseluruhan dengan mudah dapat diestimasi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (OLS) untuk setiap persamaan secara terpisah. OLS adalah sebuah metode untuk mengestimasi parameter dari model regresi linier berganda. Estimasi OLS diperoleh dengan meminimalkan jumlah kuadrat residual. (Wooldridge, 2002, p799). Untuk mempermudah penjelasan, akan ditulis sebuah persamaan regresi dari sampel dengan k variabel sebagai berikut : = (2.26) Dimana dapat ditulis dalam notasi matriks sebagai y=xβ +u... (2.27) Dan dalam bentuk matriks sebagai 1 1 = +... (2.28) 1

19 dimana β adalah k elemen vektor kolom dari estimator OLS dari koefisien regresi dan adalah vektor kolom n 1 dari n residual. Dalam kasus k variabel, estimator OLS didapat dengan meminimalkan = (... )... (2.29) dimana adalah jumlah kuadrat residual. Dalam notasi matriks, jumlah ini untuk meminimalkan sejak selama 24 = = Sekarang dari persamaan (2.27) dari didapat u =y Xβ Maka = u u =y y 2β X y+β X Xβ... (2.30) Persamaan (2.30) adalah representasi matriks dari (2.29). Dalam notasi skalar, metode OLS mengestimasi β 1, β 2,..., Β k yang sekecil mungkin. Hal ini dilakukan dengan menurunkan (2.29) sebagian terhadap β 1, β 2,..., Β k dan hasilnya dibuat sama dengan nol. Proses ini menghasilkan k persamaan simultan dengan k tidak diketahui, persamaan normal dari teori kuadrat terkecil. Persamaannya adalah sebagai berikut :

20 = = = = Dalam bentuk matriks, persamaan di atas dapat direpresentasikan seperti n n n n i=1 X 2i i=1 X 3i i=1 X ki n i=1 X 2i X 2 n n n i=1 2i i=1 X 2i X 3i i=1 X 2i X ki n n n X i=1 3i i=1 X 3i X 2i i=1 X 2 n 3i i=1 X 3i X ki n n n n i=1 X ki i=1 X ki X 2i i=1 X ki X 3i i=1 X 2 ki = Atau (2.31) (X X)β = X y... (2.32) Pada (2.32) jumlah yang diketahui adalah (X X) dan (X y) dan yang tidak diketahui adalah β. Sekarang menggunakan aljabar matriks, jika invers dari (X X) ada, katakanlah, (X X) -1, maka kedua sisi premultiplying (2.32) dengan invers ini, akan diperoleh didapat atau (X X) -1 (X X)β = (X X) -1 X y Tetapi selama (X X) -1 (X X) = 1, sebuah matriks identitas dengan ordo k k, 1β = (X X) -1 X y β = (X X) -1 X y... (2.33) (Gujarati, 2004, p931 - p933)

21 Rekayasa Perangkat Lunak Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak Kerangka kerja yang meliputi sebuah proses, seperangkat metode, dan sebuah array dari alat itu yang disebut rekayasa perangkat lunak. Saat ini, perangkat lunak mengambil peran ganda. Sebagai produk dan sebagai kendaraan dalam menyampaikan sebuah produk. Sebagai produk, perangkat lunak memberikan potensi komputasi yang diwujudkan oleh perangkat keras komputer atau, lebih luas, dengan jaringan komputer yang dapat diakses oleh perangkat keras lokal. Sebagai kendaraan untuk mengantarkan produk, perangkat lunak bertindak sebagai dasar untuk kontrol komputer (sistem operasi), komunikasi informasi (jaringan), dan penciptaan dan pengendalian programprogram lain (perangkat lunak dan lingkungan). (Roger S. Pressman, 2005, p34) Model Proses Perangkat Lunak Model-model lain untuk SDLC mungkin berisi lebih banyak atau lebih sedikit dari delapan tahap kami di sini. Namun, sebagian besar masih sama, terlepas dari beberapa tahap. Di masa lalu, pengembang menggunakan pendekatan waterfall ke SDLC, di mana tugas-tugas dalam satu tahap telah selesai sebelum melanjutkan pekerjaan ke tahap berikutnya (Potter, 2003). 1. Systems Investigation Pengembangan sistem profesional setuju bahwa semakin banyak waktu yang diinvestasikan dalam usaha memahami program yang harus dipecahkan, dalam memahami pilihan teknis untuk sistem dan pemahaman masalah yang mungkin terjadi selama perkembangan, semakin besar kesempatan untuk

22 27 benar-benar berhasil memecahkan (benar) masalah. Untuk alasan ini, system investigation dimulai dengan masalah bisnis. 2. Systems Analysis Systems analysis adalah pemeriksaan bisnis organisasi terencana untuk memecahkan masalah dengan sistem informasi. Tahap ini mendefinisikan masalah bisnis, mengidentifikasi penyebabnya, menentukan solusi dan mengidentifikasi persyaratan informasi bahwa solusi harus terpenuhi. Gambar 2.1 Model waterfall 3. Systems Design Systems analysis menggambarkan apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah bisnis, dan systems design yang menggambarkan bagaimana sistem akan menyelesaikan tugas ini.

23 28 4. Programming Programming melibatkan terjemahan spesifikasi desain ke dalam kode komputer. Proses ini dapat menjadi panjang dan memakan waktu. 5. Testing Testing akan memeriksa untuk melihat apakah kode komputer akan menghasilkan hasil yang diharapkan dan mengalami kondisi tertentu. Testing membutuhkan sejumlah besar waktu, tenaga dan biaya untuk melakukan dengan benar. 6. Implementation Implementation adalah proses konversi dari sistem lama ke sistem baru. 7. Operation and Maintenance Setelah konversi, sistem baru akan beroperasi selama jangka waktu tertentu, sampai (seperti yang lama digantikan oleh sistem baru) itu tidak lagi memenuhi tujuannya. Sistem memerlukan beberapa jenis maintenance. Tipe pertama adalah debugging, sebuah proses yang berlanjut sepanjang hidup dari sistem. Tipe kedua adalah memperbarui sistem untuk mengakomodasi perubahan dalam kondisi bisnis. 2.8 Unified modeling language (UML) Pengertian UML Selama satu dekade terakhir, Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson telah bekerja sama untuk menggabungkan fitur terbaik dari masing-masing metode analisis berorientasi objek dan desain ke metode terpadu. Hasilnya, yang disebut Unified Modeling Language (UML), yang telah digunakan secara luas di seluruh industri.

24 29 UML memungkinkan engineer perangkat lunak untuk mengekspresikan model analisis menggunakan notasi pemodelan yang diatur oleh seperangkat aturan sintaksis, semantik, dan pragmatis. Eriksson dan Penker menjelaskan aturan-aturan ini dengan cara sebagai berikut : Sintaks memberitahu bagaimana simbol-simbol akan terlihat dan bagaimana simbol-simbol dikombinasikan. Sintaks ini dibandingkan dengan kata-kata dalam bahasa natural, penting untuk mengetahui bagaimana mengejanya dengan benar dan bagaimana memasukkan kata-kata yang berbeda secara bersamaan untuk membentuk sebuah kalimat. Aturan semantik memberitahukan apa arti dari masing-masing simbol dan bagaimana harus diartikan dengan sendirinya dan dalam konteks simbol lain; mereka dibandingkan dengan makna kata-kata dalam bahasa natural. Aturan yang pragmatis menentukan maksud dari simbol-simbol melalui yang mana tujuan dari model dicapai dan menjadi dimengerti bagi orang lain. Hal ini terkait dalam bahasa natural dengan aturan-aturan untuk membuat kalimat-kalimat yang jelas dan dapat dimengerti Dalam UML, sistem direpresentasikan dengan menggunakan lima "pandangan" berbeda yang menggambarkan sistem dari perspektif yang sangat berbeda. Setiap pandangan didefinisikan oleh sejumlah diagram. Tinjauan berikut [ALH98] yang hadir dalam UML : 1. User model view. Pandangan ini mewakili sistem (produk) dari perspektif pengguna (disebut aktor dalam UML). Use-case adalah pendekatan model yang dipilih untuk user model view. Representasi analisis yang penting ini menggambarkan penggunaan skenario dari pengguna akhir perspektif dari pengguna akhir.

BAB 2 LANDASAN TEORI. kekayaan. Uang adalah segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai pembayaran

BAB 2 LANDASAN TEORI. kekayaan. Uang adalah segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai pembayaran BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uang 2.1.1 Pengertian Uang Untuk ekonom, kata uang memiliki arti yang berbeda dari pendapatan atau kekayaan. Uang adalah segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai pembayaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian, dan hal-hal yang penting dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian, dan hal-hal yang penting dalam BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Database 2.1.1.1 Pengertian Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p23), pengertian dari data adalah fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Basis Data 2.1.1 Pengertian Data Menurut Turban (2003, p2), data ialah fakta yang belum diolah atau gambaran dari transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan dan diklasifikasikan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : 2.1.1 Sistem Pengertian sistem menurut Williams dan Sawyer (2005, p457) adalah sekumpulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Produksi adalah setiap usaha atau kegiatan untuk menambah kegunaan suatu barang atau menciptakan barang yang baru baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat memenuhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia 2.1.1 Pengertian Multimedia Menurut Vaughan(2011,p1), Multimedia adalah kombinasi teks, gambar, suara, animasi dan video yang disampaikan kepada user melalui komputer.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 1. Processor: Intel (R) Pentium (R) 4 CPU 1.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 1. Processor: Intel (R) Pentium (R) 4 CPU 1. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Spesifikasi sistem komputer yang digunakan untuk menjalankan program simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 4.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori. Kualitas telah menjadi salah satu yang paling penting dari faktor-faktor

BAB 2. Landasan Teori. Kualitas telah menjadi salah satu yang paling penting dari faktor-faktor BAB 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas telah menjadi salah satu yang paling penting dari faktor-faktor keputusan konsumen dalam memilih antara produk dan layanan bersaing. Fenomena ini

Lebih terperinci

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

19 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. Analisis Mengendarai kendaraan tidak sembarangan, ada aturan-aturan yang harus ditaati dan juga syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sebelum berkendara di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi-fungsi Aplikasi 4.1.1 Splashscreen Splashscreen merupakan Activity yang pertama kali muncul saat aplikasi dibuka. Gambar 4.1 merupakan tampilan spalshscreen pada

Lebih terperinci

Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM

Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM UML UML (Unified Modeling Language) merupakan pengganti dari metode analisis berorientasi object dan design berorientasi object (OOA&D) yang dimunculkan sekitar akhir

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia Multimedia adalah kombinasi dari text, gambar, suara, animasi, dan video yang disalurkan lewat komputer atau alat elektronik lain atau lewat sarana-sarana manipulasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kebutuhan Perangkat Keras Perangkat keras yang diperlukan untuk merancang interface pada aplikasi monitoring pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagai berikut : Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 E-Commerce 2.1.1 Pengertian E-Commerce Menurut David Baum, pengertian e-commerce adalah: E- Commerce is a dynamic set of technologies, applications, and business process that link

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari- hari sering dijumpai data time series yang terdiri dari beberapa variabel yang saling terkait yang dinamakan dengan data time series

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data bulanan periode 1998-2010. Variabel, data, satuan dan sumber data yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Dahlan Siamat ( Manajemen Lembaga Keuangan,1995, p343), Dana

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Dahlan Siamat ( Manajemen Lembaga Keuangan,1995, p343), Dana 5 BAB 2 LANDASAN TEOR 2.1 Dana Pensiun Pemberi Kerja Menurut Dahlan Siamat ( Manajemen Lembaga Keuangan,1995, p343), Dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 PERANCANGAN SISTEM Untuk memudahkan pembuatan aplikasi sistem pakar berbasis website, maka akan dibuat model menggunakan UML (Unified Modeling Language). Perlu diketahui metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam penelitian ini, alat yang di gunakan adalah sebagai berikut: 1. Perangkat Keras (Hardware) a) Personal Computer (PC)/Laptop 32/64 bit architecture

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, alat yang di gunakan adalah sebagai berikut: 1. Perangkat Keras (Hardware)

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, alat yang di gunakan adalah sebagai berikut: 1. Perangkat Keras (Hardware) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa alat dan bahan sebagai penunjang keberhasilan penelitian. Alat dan bahan tersebut adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI Struktur Aljabar Struktur aljabar adalah ilmu yang mempelajari suatu sistem aljabar dengan satu atau lebih operasi biner yang diberlakukan pada sistem aljabar tersebut. Struktur

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,

Lebih terperinci

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode interview atau wawancara. Hasil dari tahap ini adalah

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode interview atau wawancara. Hasil dari tahap ini adalah 4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Pada tahap awal, penulis mengumpulkan data-data yang dibutuhkan sistem menggunakan metode interview atau wawancara. Hasil dari tahap ini adalah

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menerapkan metode UCD (User Centered Design) adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menerapkan metode UCD (User Centered Design) adalah untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Situs pada Aplikasi Katalog Wisata Kuliner Berbasis Web dibuat dengan menerapkan metode UCD (User Centered Design) adalah untuk mempermudah penggunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji ACF, uji PACF, uji ARCH-LM,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan Internet merupakan sekumpulan jaringan yang berskala global. Tidak ada satu pun orang, kelompok atau organisasi yang bertanggung jawab untuk menjalankan internet.

Lebih terperinci

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML)

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) 3.1 Model Persamaan Simultan Model persamaan simultan adalah suatu model yang memiliki lebih dari satu persamaan yang saling terkait. Dalam model

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. menjelaskan beberapa prinsip umum sistem antara lain: menghadapi keadaan-keadaan yang berbeda.

BAB 2 LANDASAN TEORI. menjelaskan beberapa prinsip umum sistem antara lain: menghadapi keadaan-keadaan yang berbeda. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Hariyanto (2004, p59), sistem adalah kumpulan objek atau elemen yang saling beinteraksi untuk mencapai satu tujuan tertentu. Ia menjelaskan beberapa prinsip umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Prihati, Mustafid, Suhartono (2011) membuat sebuah jurnal yang berjudul Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Matching Profile adalah perlunya memasang atau meng-install aplikasi kedalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Matching Profile adalah perlunya memasang atau meng-install aplikasi kedalam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panduan Pemasangan Aplikasi Hal pertama yang perlu dilakukan untuk dapat menggunakan aplikasi Job Matching Profile adalah perlunya memasang atau meng-install aplikasi kedalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. implementasi serta pasca implementasi.(rizky, 2011:21). performasi dan fungsi yang diinginkan.

BAB II LANDASAN TEORI. implementasi serta pasca implementasi.(rizky, 2011:21). performasi dan fungsi yang diinginkan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak atau software engineering adalah sebuah disiplin ilmu yang mencakup segala hal yang berhubungan dengan proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jasa akan selalu melekat pada sumbernya atau pada penjualnya. Dengan

BAB III LANDASAN TEORI. Jasa akan selalu melekat pada sumbernya atau pada penjualnya. Dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Jasa Menurut Kotler (1997:83), jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk pembangunan sistem, penelitian menggunakan model SDLC (Software Development Life Cycle). Model SDLC yang dipakai dalam penelitian adalah model Waterfal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu (Jogiyanto, 2005:1).

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu (Jogiyanto, 2005:1). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

Interraksi Manusia dan Komputer

Interraksi Manusia dan Komputer Yayasan Perguruan Tinggi Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Fakultas Ilmu Komputer Interraksi Manusia dan Komputer oleh Tery Ade Putra, S. Kom e-mail : teriadeputra_upi@ymail.com FB : Tery

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pemodelan Objek Pemodelan objek merupakan suatu metode untuk menggambarkan struktur sistem yang memperlihatkan semua objek yang ada pada sistem. (Nugroho, 2005, hal:37).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Era perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membuat. dan penjualan produk lewat media elektronik seperti internet.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Era perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membuat. dan penjualan produk lewat media elektronik seperti internet. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjualan Online Era perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membuat persaingan bisnis dalam bidang apapun menjadi lebih variatif. Banyak metode bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Kebutuhan akan teori dalam dunia pendidikan sangat besar. Teori banyak di tulis ke dalam sebuah buku maupun jurnal. Pada universitas potensi utama,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Cutting Stock Problem 2.1.1 Integer Knapsack Cutting-stock problem merupakan salah satu satu contoh persoalan dalam Integer Knapsack. Dalam persoalan integer knapsack,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dibahas mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang akan dilakukan. Data yang telah didapatkan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem dapat beroperasi dalam suatu lingkungan, jika terdapat unsur unsur yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Fuzzy Relation Dalam dunia ini, banyak hal bersifat tidak pasti dimana derajat kepastian (degree of preciseness) hal-hal tersebut secara intuisi berbeda-beda. Di sini, fuzzy set

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Menurut Fahmi dan Hadi (2009) investasi merupakan suatu bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimalisasi Optimalisasi adalah sarana untuk mengekspresikan, dalam model matematika, hasil dari penyelesaian suatu masalah dengan cara terbaik (Sergio et. al., 2008, p403). Hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Ada beberapa masalah dalam pengenalan tulisan tangan matematika yang dapat

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Ada beberapa masalah dalam pengenalan tulisan tangan matematika yang dapat BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Ada beberapa masalah dalam pengenalan tulisan tangan matematika yang dapat didefinisikan sejauh ini, antara lain: Pengenalan karakter matematika

Lebih terperinci

APLIKASI PENCITRAAN KARAKTER HANZI MANDARIN MELALUI KAMERA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID

APLIKASI PENCITRAAN KARAKTER HANZI MANDARIN MELALUI KAMERA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID APLIKASI PENCITRAAN KARAKTER HANZI MANDARIN MELALUI KAMERA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID Gideon Hutomo Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Poedi Udi Maurif Binus University, Jakarta, DKI Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber kas negara yang digunakan untuk pembangunan. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai matriks berukuran N baris dan M kolom di mana elemen dari matriks merupakan suatu nilai yang menyatakan

Lebih terperinci

RAGAM DIALOG. Oleh: Muhamad Alif, S.Kom

RAGAM DIALOG. Oleh: Muhamad Alif, S.Kom RAGAM DIALOG Oleh: Muhamad Alif, S.Kom DIALOG MANUSIA- KOMPUTER Pengertian dialog: Umum, dialog adalah proses komunikasi antara 2 atau lebih agen, dalam dialog makna harus dipertimbangkan agar memenuhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 23 BAB 3 DATA DAN METODOLOGI Model-model ekonometrika yang digunakan di dalam penelitian biasanya merupakan persamaan struktural, yaitu model yang dibangun berdasarkan hubungan antara variabel berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Rancang Bangun Menurut Jogiyanto (2005), Rancang Bangun (desain) adalah tahap dari setelah analisis dari siklus pengembangan sistem yang merupakan pendefinisian dari kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Distribusi dari barang mengacu pada hubungan yang ada diantara titik produksi dan pelanggan akhir, yang sering terdiri dari beberapa jenis inventory yang harus dikelola.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pelaksanaan implementasi sistem bank soal pada Binus School Serpong. melibatkan beberapa elemen utama, yaitu:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pelaksanaan implementasi sistem bank soal pada Binus School Serpong. melibatkan beberapa elemen utama, yaitu: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Pelaksanaan implementasi sistem bank soal pada Binus School Serpong melibatkan beberapa elemen utama, yaitu: 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Seni dan Budaya Bali Di Bali sampai saat ini seni dan kebudayaannya masih tetap bertahan dan lestari. Hal ini terjadi karena salah satunya adalah pendukungnya tidak berani

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem Tahapan analisis dan perancangan ini bertujuan menganalisa kebutuhan pengembangan aplikasi media pembelajaran enkripsi dengan algoritma Triple DES.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai sistem pakar kerusakan dinamo listrik dengan metode forward chaining yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain sistem.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula

Lebih terperinci

RANCANGAN APLIKASI AKADEMIK MENGGUNAKAN METODE BERORIENTASI OBYEK: STUDI KASUS SMP NEGERI 9 PANGKALPINANG

RANCANGAN APLIKASI AKADEMIK MENGGUNAKAN METODE BERORIENTASI OBYEK: STUDI KASUS SMP NEGERI 9 PANGKALPINANG RANCANGAN APLIKASI AKADEMIK MENGGUNAKAN METODE BERORIENTASI OBYEK: STUDI KASUS SMP NEGERI 9 PANGKALPINANG Sujono 1), Melati Suci Mayasari 2) 1) Teknik Informatika STMIK Atma Luhur Pangkalpinang 2) Manajemen

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 2. Memori RAM 512 MB 3. VGA card 256 MB 4. CD-ROM Drive 5. Speaker 6. Keyboard 7. Mouse

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 2. Memori RAM 512 MB 3. VGA card 256 MB 4. CD-ROM Drive 5. Speaker 6. Keyboard 7. Mouse BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Aplikasi Pada tahap ini, aplikasi yang sebelumnya telah direncanakan dan kemudian dibuat akan segera dipublikasikan. Namun sebelum dipublikasikan, ada beberapa

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Langkah awal dalam pembuatan sistem adalah mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang disajikan dalam

Lebih terperinci

Unified Modelling Language UML

Unified Modelling Language UML Unified Modelling Language UML Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yang telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup ekspor mebel di Kota Surakarta, dengan mengambil studi kasus di Surakarta dalam periode tahun 1990-2014. Penelitian

Lebih terperinci

Guidelines & Principles. Desain Antarmuka Pengguna MI1392 Pekan ke-4

Guidelines & Principles. Desain Antarmuka Pengguna MI1392 Pekan ke-4 Guidelines & Principles Desain Antarmuka Pengguna MI1392 Pekan ke-4 Kompetensi Kajian-1 Komp. Dasar Komp. Menengah Komp. Mahir Kajian 1: Pengantar Teori Guideline dan Principle Mampu menyebutkan 4 guideline

Lebih terperinci

Prosedur Penggunaan Program Gambar 4.7 Halaman Home

Prosedur Penggunaan Program Gambar 4.7 Halaman Home Prosedur Penggunaan Program Gambar 4.7 Halaman Home Tampilan di atas merupakan halaman home atau halaman awal pada website Hotel Peony. Pada tampilan ini, di bagian kiri atas terdapat logo Hotel Peony,

Lebih terperinci

ANALISIS KOINTEGRASI JUMLAH WISATAWAN, INFLASI, DAN NILAI TUKAR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI BALI

ANALISIS KOINTEGRASI JUMLAH WISATAWAN, INFLASI, DAN NILAI TUKAR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI BALI ANALISIS KOINTEGRASI JUMLAH WISATAWAN, INFLASI, DAN NILAI TUKAR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI BALI Made Aristiawan Jiwa Atmaja 1, I Putu Eka N. Kencana 2, G.K. Gandhiadi 3 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Sistem menurut Gordon B. Davis dalam bukunya menyatakan sistem bisa berupa abstrak atau fisis. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan gagasan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui bentuk hubungan digunakan analisis regresi. Untuk keeratan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui bentuk hubungan digunakan analisis regresi. Untuk keeratan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Persamaan matematik yang memungkinkan untuk melakukan peramalan nilai-nilai suatu variabel tak bebas dari nilai satu atau lebih variabel bebas disebut persamaan regresi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Dalam membangun sebuah system informasi diperlukan suatu pemahaman mengenai system itu sendiri sehingga tujuan dari pembangunan system informasi dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Rupiah Rupiah (Rp) adalah mata uang Indonesia (kodenya adalah IDR). Nama ini diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut Indonesia menggunakan

Lebih terperinci