BAGIAN III: EKONOMI POLITIK SEKTOR PUBLIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAGIAN III: EKONOMI POLITIK SEKTOR PUBLIK"

Transkripsi

1 BAGIAN III: EKONOMI POLITIK SEKTOR PUBLIK Dosen: Ferry Prasetyia, SE, M.App Ec (Int) Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya i

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN... 1 II. TEORI SEKTOR PUBLIK Pembenaran Teori Sektor Publik Pasar vs Pemerintah Efisiensi dan Ekuitas Pertumbuhan Sektor Publik Model Pengembangan Sektor Publik Hukum Wegner Hukum Baumol Model Politik Dampak Ratchet Pendapatan dan Pengeluaran Sektor Publik III. BARANG EKONOMI DAN BARANG POLITIK Konflik antara Barang Ekonomi dan Politik Ketidaktahuan Rasional Minat Khusus Kecurangan IV. VOTING DAN REPRESENTASI DEMOKRASI Voting Stabilitas Ketidakmungkinan Teorema May Pemenang Condercet Multi-dimensional Voting Representasi Demokrasi Pilihan Pasar Dampak Platform Politik Voting Ekuilibrim vs Efisiensi Intensitas Preferensi Tingkat Efisiensi Pengeluaran Publik Teorema Median Voter Model Tiebout ii

3 V. KESIMPULAN VI. STUDI KASUS VII. PERTANYAAN VIII. KATA KUNCI DAFTAR PUSTAKA... v iii

4 DAFTAR BACAAN Hindriks, Jean dan Gareth D Myles Intermediate Public Economics. Robbins, Donijo The Handbook of Public Sector Economics. Grand Rapids, Michigan : Grand Valley State University. Howard, Michael Public Sector Economics for Developing Countris. Jamaica : University of The West Indies Press. Myles, Gareth D Public Economics. Cambridge : The Press Syndicate of The University of The Cambridge. Public Finance e-book. _and_policies/sales_optimisation_model_under_oligopoly_firm_assignment_help _online_tutoring.htm html iv

5 BAB I PENDAHULUAN Dalam ekonomi politik sektor publik, ada beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di masa sekarang. Intervensi pemerintah sangat dibutuhkan agar pembenaran sektor publik yang mempengaruhi pasar dan pemerintah menjadi efisien dan efektif. Dalam setiap kasus, harus ada menunjukkan bahwa sektor publik sebenarnya memiliki kemampuan untuk memperbaiki apa yang tidak diatur dalam pencapaian ekonomi. Dengan adanya hukum-hukum seperti model pengembangan sektor publik, hukum Wegner, hukum Boumol, model politik, dampak Ratchet diharapkan bisa membantu pemerintah dalam mengambil setiap kebijakan mengenai petumbuhan sektor publik tersebut. Sektor publik memegang peranan penting dalam perekonomian dari negara industri utama. Implikasi utama sektor publik sangat penting dalam perekonomian negara industri dan melibatkan campur tangan pemerintah yang besar. Sehingga bisa meminimalisir terjadinya konflik antara barang ekonomi dan barang politik yang disebabkan oleh ketidaktahuan rasional, minat khusus dan kecurangan. Secara garis besar pemerintah terdiri dari kelompok pemilih (masyarakat), politisi, dan birokrat (pemerintah). Masing-masing menetapkan tujuan dan ambisinya sendiri. Selain itu masyarakat sendiri cukup berbeda sehingga setiap individu dapat menemukan pelayanan publik yang sesuai permintaannya. Dengan hal tersebut dapat memunculkan adanya voting, representasi demokrasi, pilihan pasar, dampak Platform politik, voting ekuilibrim dan efisiensi yang berdampak dalam politik ekonomi. Oleh karena itu pada bab ini kita akan membahas tentang Politik Ekonomi Publik Sektor. Dimana ekonomi politik adalah suatu bidang studi yang khusus mempelajari interaksi politik dan ekonomi. Berbagai perbedaan antara sektor publik (pemerintah) dan sektor pasar atau sektor swasta serta segenap implikasinya terhadap politik dan ekonomi yang menjadi fokus utamanya. Fokus itu kemudian dijabarkan kembali ke dalam pembahasan mengenai keterlibatan pihak pemerintah atau negara dalam perekonomian individu dalam konteks sosial (masyarakat) serta mengenai segenap konsekuensi ekonomis dari ukuran serta struktur tertentu dari sektor publik (pemerintah). 1

6 BAB II TEORI SEKTOR PUBLIK 2.1 PEMBENARAN TEORI SEKTOR PUBLIK Pasar vs Pemerintah Dalam kegiatan perekonomian, intervensi pemerintah sangat dibutuhkan. Intervensi dalam perekonomian berpotensi dapat meningkatkan kesejahteraan. Eksternalitas, hasil kompetitif yang tidak efisien, keberadaan barang publik, dan persaingan yang tidak sempurna adalah penyebab terjadinya kegagalan pasar oleh karena itu diperlukan intervensi pemerintah untuk mengatasinya. Dalam setiap kasus, harus ada menunjukkan bahwa sektor publik sebenarnya memiliki kemampuan untuk memperbaiki apa yang tidak diatur dalam pencapaian ekonomi. Ini tidak akan mungkin jika pilihan perangkat kebijakan terbatas atau informasi pemerintah dibatasi. Harus diakui bahwa tindakan negara dan kebijakan yang layak dipilih, sering dibatasi oleh fitur ekonomi yang sama akan membuat hasil pasar tidak efisien. Oleh karena itu salah satu peran dari ekonomi publik yaitu untuk menentukan tingkat yang diinginkan dari sektor publik atau batas-batas intervensi negara. Pemerintah harus bertindak demi kepentingan publik ketika sistem pasar tidak berfungsi dengan baik. Intervensi pemerintah seperti ini daharapkan dapat membentuk efiesiensi pasar berjalan dengan lebih baik lagi. Gambar 2.1 Alokasi sumber daya di pasar kompetitif Sumber : Public Finance hal.27 2

7 Pada gambar 2.1 tingkat output yang akan memaksimalkan nilai output ekonomi adalah Q*. Jika kurang dari T* diproduksi, nilai output ke permintaan lebih besar dari biaya kesempatan kepada pemasok. Hal ini ditunjukkan pada gambar kurva permintaan terletak di atas kurva penawaran dan nilai output kepada mereka yang mengkonsumsi lebih besar dari biaya kesempatan yang dikenakan pada mereka yang memproduksinya. Oleh karena itu, pertukaran yang saling menguntungkan dapat dibuat antara pemasok dan demander. Sebaliknya, ketika kurva penawaran terletak di atas kurva permintaan, di sebelah kanan dari Q*, pemasok meminta kompensasi lebih untuk memproduksi unit tambahan dari demander bersedia bayar. Karena biaya untuk menghasilkan unit akan melebihi nilai dari unit-unit untuk demander, tidak efisien untuk menghasilkan output luar Q*. Pasar akan gagal menjadi efisien dengan adanya informasi yang tidak sempurna. Dalam pembangunan kebaikan intervensi pemerintah sangat penting untuk mengetahui apakah subjek pemerintah untuk keterbatasan informasi yang sama dapat mencapai hasil yang lebih baik. Potensi kegagalan pemerintah sama pentingnya dengan kegagalan pasar dan keduanya sering berakar pada masalah informasi. Pada tingkat yang sangat dasar, kekuatan paksaan dapat mendasari setiap intervensi pemerintah dalam perekonomian Efisiensi dan Ekuitas Ketika menentukan kebijakan ekonomi, pemerintah dihadapkan dengan dua tujuan yang saling bertentangan. Di satu sisi, itu akan bertujuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut dengan kerugian minimum kepada masyarakat. Penggunaan kebijakan akan menyebabkan kerugian karena sumber daya yang digunakan dalam proses implementasi dan dari distorsi ekonomi. Meminimalkan kerugian ini adalah aspek efisiensi desain dari kebijakan. Sebaliknya, campur tangan pemerintah dalam perekonomian diinginkan untuk mencapai distribusi sumber daya ekonomi yang lebih adil. Hal ini disertai dengan pengurangan yang sesuai dengan tingkat kepedulian terhadap tingkat agregat aktivitas ekonomi. Motivasi ini merupakan sisi ekuitas desain kebijakan. Kesulitan yang dihadapi pemerintah adalah persyaratan keadilan dan efisiensi yang sering terjadi konflik. Hal ini sering terjadi karena kebijakan 3

8 yang efisien sangat tidak adil, sedangkan kebijakan yang adil dapat memperkenalkan distorsi yang signifikan dan disinsentif. Mengingat fakta ini, tantangan untuk desain kebijakan mencapai trade-off yang benar antara keadilan dan efisiensi. Pada trade-off pemerintah harus mencari tergantung pada kepentingan relatif akan menetapkan ke ekuitas lebih efisiensi. Gambar efisiensi dan ketidakadilan Sumber : Intermediate Public Economics 2004 Jean Hindriks. Kurva pada Gambar 13.3 menunjukkan kumpulan alokasi efisiensi Pareto dan umumnya ada jumlah tak terbatas. Pemesanan preferensi Pareto tidak memilih hasil optimal yang unik. Selain itu, keseimbangan kompetitif mungkin sebagaimana digambarkan di sudut kiri bawah kotak ini memiliki sifat sebagai efisiensi Pareto tetapi sangat tidak adil dan tidak mungkin menemukan banyak menggunakan kriteria lain untuk menilai optimalitas. Gagal dari pemesanan preferensi Pareto adalah bahwa hal itu tidak selalu dapat membandingkan dengan negara alternatif. Dari segi formal, tidak menyediakan permintaan lengkap negara. Ini diilustrasikan pada Gambar 13.4 di mana alokasi s1 dan s2 tidak bisa dibandingkan meskipun keduanya dapat dibandingkan dengan s3 (s3 adalah Pareto lebih suka kedua s1 dan s2). Ketika dihadapkan dengan pilihan antara s1 dan s2, Urutan preferensi Pareto adalah yang harus dipilih. Perlu dicatat bahwa Incomparability ini tidak sama dengan ketidakpedulian. Jika urutan preferensi yang acuh tak acuh antara dua negara, maka mereka dinilai sama baik. Incomparability berarti pasangan negara yang tidak bisa digolongkan. 4

9 Gambar ketidaklengkapan tingkat pareto. Sumber : Intermediate Public Economics 2004 Jean Hindriks. Mekanisme dasar di balik contoh ini adalah bahwa Pareto preferensi hanya mendapat peringkat negara alternatif jika ada gainers atau pecundang sebagai langkah yang dibuat antara negara. Jika beberapa keuntungan dan beberapa kerugian, seperti dalam pilihan antara s1 dan s2 dalam Gambar 13.4, maka urutan preferensi adalah tidak di nilai. Keuntungan dan kerugian tersebut adalah sebuah fitur dari pilihan kebijakan dan banyak analisis kebijakan terdiri dari berat-up keuntungan dan kerugian. Dalam hal ini, efisiensi Pareto tidak memadai sebagai dasar untuk pilihan kebijakan. Untuk meringkas argumen ini, efisiensi Pareto tidak mewujudkan konsep setiap keadilan dan sangat alokasi adil dapat efisien di bawah kriteria. Dalam banyak situasi, jumlah alokasi Pareto efisien adalah tak terbatas dalam hal kriteria kemudian memberikan sedikit panduan untuk pilihan kebijakan. akhirnya, efisiensi Pareto mungkin tidak menyediakan permintaan lengkap negara sehingga beberapa menyatakan akan tertandingi di bawah kriteria. Sumber dari semua kegagalan adalah bahwa kriteria Pareto menghindari menimbang keuntungan terhadap kerugian tetapi hanya seperti penilaian yang harus dibuat dalam keputusan alokasi dan kemudian membuat pilihan alokasi evaluasi keuntungan dan kerugian yang harus dihadapi langsung. 5

10 2.2 PERTUMBUHAN SEKTOR PUBLIK Ada beberapa teori yang mengemukakan terjadinya pertumbuhan sektor publik yaitu : Model Perkembangan Sektor Publik Dasar dari model-model pembangunan pertumbuhan sektor publik ialah perubahan struktur perekonomian. Langkah awal perkembangan dilihat dari periode industrialisasi di mana populasi bergerak dari pedesaan ke perkotaan. Langkah selanjutnya, pengeluaran infrastruktur sektor publik menjadi semakin komplementer dari sektor swasta. Perkembangan konstruksi publik dari sektor swasta dan investasi dari sektor publik contohnya adalah pembangunan jalan penghubung. Hasil urbanisasi dan perluasan kota dengan penduduk padat akan menimbulkan eksternalitas seperti polusi dan kejahatan. Dengan meningkatkan proporsi pengeluaran publik, pengeluaran infrastruktur dialihkan untuk mengontrol eksternalitas yang terjadi. Dalam langkah mengembangkan ekonomi, pengeluaran infrastruktur kurang efisien dan menimbulkan kegagalan pasar. Hal ini mengakibatkan transfer pembayaran, seperti sosial, kesehatan keamanan dan pendidikan menjadi pengeluaran utama. Kelemahan teori ini adalah model pengembangan perubahan tersebut hanya didorong oleh eksogen dalam proses kemajuan ekonomi. Perubahan pengeluaran harus berkaitan dengan bagaimana pilihan berubah sebagai preferensi atau kebutuhan yang berkembang Hukum Wegner Hukum Wagner menjelaskan bagian GNP yang diambil sektor publik. Hukum ini terkait dengan pertumbuhan ukuran relatif sektor publik, yaitu jika pendapatan perkapita dalam ekonomi bertambah, ukuran sektor publik juga bertambah. Pernyataan Wagner bersifat empiris. Ia mengamati pertumbuhan sektor publik di sejumlah negara Eropa, AS dan Jepang pada abad 19. Faktor yang mempengaruhi rasio pengeluaran publik terhadap GNP adalah faktor politik dan ekonomi. Menurut Wagner, ketika ekonomi menjadi industri, hubungan antara pasar dan agen dalam pasar semakin kompleks dan memerlukan peraturan perdagangan untuk mengaturnya. 6

11 Pertumbuhan pengeluaran publik untuk pendidikan dan kesehatan dijelaskan Wagner berdasarkan elastisitas pendapatan permintaan. Jika pendapatan riil naik, pengeluaran publik meningkat terhadap layanan tersebut dan meningkatkan rasio pengeluaran pemerintah terhadap GNP. Model Wagner tidak mengandung teori pilihan publik. Negara dianggap individu dan membuat keputusan secara independen dari anggota masyarakat. PkP P Kurve 1 Kurve 2 Z= kurva perkembangan pengeluaran pemerintah Waktu Diagram 8.1 Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner. sumber : Ekonomi Publik 1, Mangkoesubroto jilid 2 hal 172. Hukum Wagner ini ditunjukan dalam Diagram 8.1 dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukan oleh kurva 1, dan bukan seperti ditunjukan oleh kurva 2. Karena pada kurva 1 menunjukan sebagia kenaikan pengeluaran pemerintah dan aktivitas ekonomi masyarakat sehingga bentuk kurvanya eksponensial. Sedangkan kurva 2 menunjukan kurva perkembangan pengeluaran pemerintah dengan bentuk kurva linear Hukum Baumol Hukum Baumol dimulai dari observasi tentang sifat teknologi produksi di sektor publik. Dasar dari teknologi sektor publik yang cenderung padat karya dibanding sektor swasta. Selain itu, jenis produksi yang dilakukan 7

12 menghasilkan ruang lingkup kecil untuk peningkatan produktivitas dan mempersulit peminjaman modal kerja. Persaingan di pasar tenaga kerja memastikan bahwa biaya tenaga kerja di sektor publik berbeda dengan di sektor swasta. Kemajuan teknologi di sektor swasta menyebabkan peningkatan produktivitas. Sektor publik tidak dapat menggantikan modal bagi tenaga kerja dan upah yang di dapat di sektor swasta lebih besar dibanding sektor publik. Jika keluaran output sektor publik dan sektor swasta tetap dalam proporsi yang sama, pengeluaran sektor publik meningkat sebagai proporsi dari pengeluaran total. Ada sejumlah masalah dengan teori ini. Hal ini sepenuhnya menggunakan teknologi dan tidak mempertimbangkan aspek penawaran dan permintaan atau proses politik. Ada juga alasan untuk mempercayai substitusi yang terjadi dalam sektor masyarakat. Model Prof Baumol, industri oligopolistik akan mendapatkan keuntungan SE atau OP. Sumber: ses_and_policies/sales_optimisation_model_under_oligopoly_firm_assignmen t_help_online_tutoring.htm Pada diagram diatas yang menjelaskan industri oligopolistik di dalam sektor publik, kurva TR dan TC adalah pendapatan agregat dan kurva biaya agregat. Perbedaan antara pendapatan agregat dan biaya agregat pada tingkat produktivitas yang beragam adalah keuntungan agregat pada industri oligopolistik. 8

13 Menurut Prof Baumol, industri tidak mencari optimasi keuntungan, disini tingkat yang paling optimal adalah OR, karena kurva OR melebihi garis keuntungan minimal. Industri ini membuat keuntungan agregat paritying untuk kurva TU yang lebih kecil dibandingkan dengan kurva RV, keuntungan optimal dicapai. Dan pendapatan penjualan optimasi OQ lebih besar dari pada produktivitas keuntungan optimasi OR. Pada kurva OP sebagai keuntungan agregat minimum yang didapatkan kemudian kurva PX adalah garis keuntungan minimal. Pada hasil minimum garis PX memotong TP keuntungan kurva agregat di titik E. Pada produktivitas OS, industri akan memiliki pendapatan agregat paritying untuk A1 yang kurang dari pendapatan agregat optimal A2. Namun, pendapatan agregat A1 adalah hasil optimal untuk mendapatkan OP pada garis keuntungan minimal. Industri dapat memperoleh keuntungan minimal OP bahkan oleh OQ produktivitas manufaktur - keuntungan minimal garis PX juga berpotongan dengan kurva keuntungan agregat TO di titik W. Namun pendapatan agregat pada produktivitas di OQ jauh lebih rendah dari itu pada produktivitas IS. Dengan demikian, asalkan tujuan industri mengoptimalkan subjek pendapatan agregat untuk menahan diri keuntungan minimal, industri tidak akan memproduksi produktivitas OQ atau pada titik V. Oleh karena itu, dalam model Prof Baumol, industri oligopolistik akan mendapatkan keuntungan SE atau OP Model Politik Model politik dalam sektor publik diperlukan untuk mengatasi konflik di masyarakat antara pengeluaran lebih tinggi dan pembatasan beban pajak. Hal ini menggabungkan resolusi konflik dan menunjukkan bagaimana ukuran dan komposisi belanja publik yang mencerminkan preferensi mayoritas warga negara. Titik utama yang muncul dalam model politik adalah tingkat keseimbangan pengeluaran publik dikaitkan dengan pendapatan distribusi dan pertumbuhan pemerintah yang berkaitan erat dengan munculnya ketidakseimbangnya pendapatan. Pemerintah menyediakan barang publik yang dibiayai dengan menggunakan pendapatan pajak proporsional. Pemanfaatan konsumen yang memiliki penghasilan yi ialah, ui (t, G) = [1 - t] yi + b (G) 9

14 Dimana t : tarif pajak penghasilan. G : tingkat penyediaan barang publik. b : manfaat yang diperoleh barang publik diasumsikan meningkat. (sehingga marginal benefit adalah positif) jika cekung (marginal benefit turun) sebagai G increases. Yang menunjukkan tingkat pendapatan ratarata dalam populasi konsumen dengan µ, budget constaint pemerintah G = thµ. Menggunakan budget constaint, pendapatan konsumen yi akan menikmati utilitas dari penyediaan G kuantitas barang publik. ui(g) =1 G yi + b(g). Hµ Tingkat ideal penyediaan barang publik bagi konsumen diberikan oleh kondisi order pertama ui(g) yi + b0 (G) = 0 G Hµ Kondisi ini berhubungan dengan marginal benefit. Jumlah barang publik menyebabkan konsumen tergantung pada pendapatan relatif mereka terhadap rata-rata yang menentukan biaya marjinal. Marginal benefit dari barang publik telah sebagai decreasing fungsi G, sehingga tingkat barang publik menurun dan pendapatan naik. Alasan hal tersebut adalah dengan pajak penghasilan proporsional, golongan kaya membayar bagian yang lebih tinggi dari biaya barang publik dari golongan miskin. Dengan demikian barang publik yang tidak proporsional akan menguntungkan golongan miskin. Cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan perselisihan atas tingkat barang publik yang diinginkan adalah dengan memilih suara terbanyak. 10

15 Keseimbangan G* politik ditentukan oleh median voter yaitu : b0(g ) = ym Hµ, Dimana, ym / µ : pendapatan dari pemilih relatif rata-rata. Saat marginal benefit menurun sedangkan barang publik meningkat, politik keseimbangan barang publik naik dengan ketimpangan pendapatan yang diukur dengan rasio median sebagai penghasilan atau upah. Kegiatan pemerintah dianggap sebagai alat redistribusi. Pembagian kembali secara eksplisit, seperti jaminan sosial dan program pengentasan kemiskinan. Karena hal tersebut, interaksi sistem pajak, permintaan redistribusi akan meningkatkan ketimpangan pendapatan seperti pada model politik Dampak Ratchet Model efek Ratchet mengembangkan interaksi politik ke arah sudut pandang masyarakat yang berbeda-beda. Mereka menganggap bahwa keputusan pemerintah yaitu dengan cara menghabiskan uang.untuk saat ini, banyak masyarakat tidak berminat membayar pajak. Hal ini dikarenakan asumsi pengeluaran terbesar datangnya dari pajak, sehingga sebagian masyarakat menolaknya dan hanya ingin mendapatkan manfaat dari pengeluaran tersebut di banding harus membayar pajak.tingkat ekuilibrium pengeluaran sektor publik ditentukan oleh keseimbangan antara kekuatan yang bersaing. Dengan tidak adanya perubahan eksogen atau perubahan dalam preferensi, tingkat pengeluaran akan relatif konstan. Keseimbangan antara pemerintah dan pembayar pajak menjadi tidak jelas. Ratchet berpendapat bahwa hal ini memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran dengan persetujuan dari pembayar pajak dengan pengertian untuk memenuhi kebutuhan yang harus segera dilaksanakan. Aspek terakhirnya adalah tingkat pengeluaran tidak dapat turun kembali ke tingkat semula setelah pergolakan. Beberapa alasan yang mendukung pajak. Pertama, pembayar pajak terbiasa dengan tingkat pengeluaran tinggi. Kedua, utang yang timbul selama periode pergolakan harus dibayar nanti. Ketiga, kebijakan dapat dibuat oleh pemerintah kepada wajib pajak selama periode pergolakan yang harus 11

16 dipenuhi. Hal ini disebut efek ratchet yang mempertahankan tingkat pengeluaran tinggi. Prediksi model ratchet-efek ialah pengeluaran tetap relatif konstan kecuali terganggu oleh peristiwa eksternal yang signifikan. Ketika ini terjadi akan menyebabkan peningkatan substansial dalam pengeluaran. 2.3 PENDAPATAN DAN PENGELUARAN SEKTOR PUBLIK Ada beberapa alasan untuk mempelajari keuangan publik. Pertama, menganalisis dan memahami bagaimana pemerintah bekerja. Namun, pemahaman tentang prinsip prinsip keuangan publik dapat membantu menciptakan pemerintahan yang lebih efektif. Dalam sektor publik, tidak hanya dibutuhkan pemahaman tentang bagaimana pemerintah mengalokasikan sumber daya tetapi bagaimana keputusan politik untuk memilih dan dipilih dalam mengaplikasikan kebijakan sektor publik. Sumber utama pendapatan pemerintah pusat adalah pajak penghasilan pribadi. Sumber besar lainnya adalah pendapatan asuransi sosial dan pajak penghasilan perusahaan. Pendapatan asuransi sosial, yang hampir seluruhnya sama dengan jaminan sosial. Jaminan sosial merupakan program terbesar dalam kategori tersebut, dan peningkatan pendapatan asuransi sosial mencerminkan pertumbuhan pengeluaran sumber daya manusia. Sementara itu, koleksi pajak penghasilan perusahaan telah jatuh secara substansial. Pengeluaran pemerintah memperhitungkan lebih dari setengah uang yang dibelanjakan di sektor publik, dan pengeluaran pemerintah pusat, dikombinasikan dengan peraturan pemerintah dan kegiatan peradilan yang terkait. Kategori utama lainnya dari pengeluaran pemerintah atas bunga, utang pemerintah menunjukan dampak defisit dari anggaran terakhir. Jika pemerintah pusat tidak harus membayar utang bunga, anggaran akan menjadi seimbang. Defisit lanjutan akan membuat lebih sulit di masa depan untuk pengeluaran pemerintah yang langsung ke program lain. Data historis menampilkan tren luas dalam pengeluaran publik. Bagian ini secara lebih rinci pada komposisi pengeluaran. Pengeluaran dianggap dari perspektif divisi ke dalam kategori dan alokasi antara berbagai tingkat pemerintahan. Keragaman barang yang disediakan melalui sektor publik jelas. Jaminan sosial dan belanja kesejahteraan adalah item tunggal terbesar di semua negara, di bawah klasifikasi ini. Fungsi redistributif cenderung terkonsentrasi secara terpusat untuk alasan yang baik bahwa redistribusi antara daerah miskin 12

17 dan kaya hanya mungkin seperti itu dan juga bahwa upaya redistribusi di tingkat bawah sangat rentan terhadap frustrasi melalui migrasi individu yang lebih kaya dari daerah dengan program-program internal redistributif. Sektor publik memegang peranan penting dalam perekonomian dari negara industri utama. Implikasi utama sektor publik sangat penting dalam perekonomian negara industri dan melibatkan campur tangan pemerintah yang besar. Sektor publik jauh dari pasar bebas dengan intervensi pemerintah yang minimal. Tujuan sektor publik dalam pengeluaran pertahanan adalah salah satu syarat minimal, dukungan pendapatan adalah bukti kepedulian terhadap ekuitas, dan pendidikan merupakan penyediaan barang publik untuk mencegah kegagalan pasar. 13

18 BAB III BARANG EKONOMI DAN BARANG POLITIK 3.1 KONFLIK ANTARA BARANG EKONOMI DAN POLITIK Ketidaktahuan Rasional Ketidaktahuan rasional adalah situasi dimana kekurangan informasi. Ini disebabkan oleh insentif yang dihadapi pemilih. Karena sebagian besar warga mengakui bahwa suara mereka tidak mungkin untuk menyelesaikan masalah di tangan sendiri, warga negara memiliki sedikit insentif untuk mencari informasi yang akan membantu mereka memberikan suara yang tepat. Para ekonom menyebut ini efek ketidaktahuan rasional. Pemilih rasional yang bodoh yang hanya menilai baik tentang bagaimana waktu dan usaha yang menghasilkan paling banyak keuntungan. Ada paralel antara kegagalan pemilih untuk memperoleh pengetahuan politik dan kurangnya perhatian petani terhadap faktor yang menentukan cuaca. Cuaca mungkin adalah faktor yang paling penting dalam menentukan pendapatan seseorang petani. Sebuah peningkatan pengetahuan tentang cara kerja sistem cuaca jarang memungkinkan petani untuk menghindari efek yang merugikan mereka. Begitu pula dengan pemilih rata-rata. Pemilih ingin memperoleh informasi lebih lanjut tentang berbagai isu yang memutuskan di arena politik. Percakapan dengan teman dan informasi yang diperoleh di tempat kerja, koran, berita televisi, dan iklan politik penting karena pemilih telah sedikit insentif untuk menghabiskan waktu pribadi dan informasi upaya pengumpulan. Tidaklah mengherankan bahwa para pemilih sedikit yang mampu secara akurat menggambarkan konsekuensi dari kenaikan tarif pada mobil atau penghapusan program harga pertanian dukungan dalam menggunakan waktu dan upaya dengan cara lain daripada mempelajari kebijakan ini, pemilih hanya menanggapi insentif ekonomi Minat Khusus Masalah minat khusus adalah salah satu yang menghasilkan substansial keuntungan pribadi untuk sejumlah kecil konstituen sementara memberlakukan biaya individu yang kecil pada pemilih lainnya. 14

19 Masalah minat khusus yang sangat menarik untuk memilih politisi secara sadar, (yaitu, kepada mereka yang paling bersemangat dan paling mungkin untuk memenangkan pemilu). Pemilih dikenakan biaya kecil oleh kebijakan yang mendukung minat khusus tidak akan cukup peduli memeriksa masalah ini, terutama jika begitu kompleks sehingga biaya sulit untuk di identifikasi. Karena seeking informasi mahal, kebanyakan dari mereka dirugikan bahkan tidak akan menyadari pandangan legislato mengenai masalah tersebut. Kebanyakan pemilih hanya akan mengabaikan masalah bunga khusus. Mereka akan membiarkan calon (Atau legislator) tahu betapa pentingnya masalah ini bagi mereka. Mereka akan memberikan bantuan keuangan dan lainnya kepada para politisi yang menerima ide-ide mereka dan tidak akan menentang mereka Kecurangan Politisi berusaha agar terpilih kembali dalam pemilu yang memiliki insentif yang kuat untuk dukungan kebijakan yang akan menghasilkan manfaat saat ini dalam pertukaran biaya untuk masa depan, terutama jika biaya masa depan akan sulit untuk diidentifikasikan. Tindakan sektor publik dengan demikian akan mendukung legislasi yang menawarkan langsung (dan mudah diidentifikasi) manfaat saat ini dalam pertukaran untuk biaya masa depan yang yang rumit dan sulit untuk mengidentifikasi. Secara bersamaan, sebuah kebalikan terhadap undang-undang yang ada melibatkan dengan mudah mengidentifikasi biaya (seperti pajak lebih tinggi) sementara menghasilkan manfaat masa depan yang kompleks dan sulit dikenali. Ekonom melihat kebalikan ini tidak dapat terpisahkan dalam pengambilan proses keputusan kolektif sebagai efek kepicikan. Untuk pemilih, indikator keberhasilan kebijakan terbaik adalah "Bagaimana hal saat ini. Para pemilih akan memiliki kecenderungan untuk bergantung pada kondisi saat ini dan dampak keputusan jangka pendek saja. Ketika produksi dan pertukaran hanya mempengaruhi pembeli dan penjual, kompetitif pasar diarahkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang efisien. Gambar 3.4 menunjukkan mengapa hal ini benar. Pemasok, pemain yang baik DVD misalnya, akan menghasilkan unit tambahan selama harga pasar melebihi produksi biaya. 15

20 Gambar 3.4 Permintaan dan penawaran untuk DVD players. Sumber : Handbook of Public Sector Economics hal.130 Donijo Robbins. Demikian pula, konsumen akan mendapatkan manfaat dari pembelian unit tambahan, diungkapkan oleh ketinggian kurva permintaan melebihi harga pasar. Pasar kekuatan menghasilkan tingkat output ekuilibrium Q1 apabila semua unit bermanfaat bagi konsumen melebihi biaya kepada pemasok akan diproduksi. Syarat pertama terpenuhi, semua potensi keuntungan dari pertukaran (daerah yang diarsir) antara konsumen dan produsen sepenuhnya direalisasikan. Produksi di luar Q1, namun, akan terbukti tidak efisien. Jika lebih dari Q1 DVD player diproduksi, kondisi dua dilanggar; konsumen menghargai tambahan kurang dari biaya mereka unit. Dengan pasar yang kompetitif, pemasok akan merasa tidak menguntungkan untuk menghasilkan unit luar Q1 karena biaya unit tambahan akan melebihi pendapatan. Gambar 3.4 menggambarkan bagaimana penjual dapat memperoleh dari kolusi tindakan. Jika sekelompok penjual bisa menghilangkan kompetisi dari pendatang baru di pasar, mereka akan dapat meningkatkan harga mereka. Jumlah pendapatan penjual dalam pasar hanya harga dikalikan dengan kuantitas yang terjual. Para penjual pendapatan juga mungkin lebih besar, dan biaya total akan lebih rendah, jika Q2 terbatas, output lebih kecil yang dijual bukan kompetitif keluaran Q1. P2 adalah harga yang terlalu tinggi melebihi biaya kesempatan kompetitif. Oleh karena itu, harga barang tidak mencerminkan tingkat kelangkaan sebenarnya. 16

21 BAB IV VOTING DAN REPRESENTASI DEMOKRASI 4.1 VOTING Voting adalah metode yang umum digunakan untuk menyelesaikan beragam pandangan atau untuk memunculkan ekspresi preferensi. Voting digunakan untuk mencapai tujuan. Voting adalah suatu alat universal yang ditemui di semua bidang kehidupan. Dalam ekonomi pasar terdapat ketidak sempurnaan keputusan pasar dalam koordinasi produksi dan pertukaran antar individu. Dalam demokrasi, voting merupakan dasar dari perilaku pemerintah. Ada dua sifat utama yang harus dicari dalam metode yang baik dalam pengambilan keputusan. Pertama adalah keberhasilan atau kegagalan metode dalam mencapai keputusan yang jelas. Kedua adalah masalah apakah suara selalu menghasilkan hasil yang efisien. Beberapa dari metode pemungutan suara akan diperkenalkan dan dianalisis di samping bentuk standar pemungutan suara mayoritas Stabilitas Pilihan kolektif adalah proses yang dilalui suatu kelompok (atau kolektif) dalam mencapai keputusan. Masalah utama pilihan kolektif adalah stabilitas. Stabilitas yang maksud adalah kecenderungan dari proses pengambilan keputusan untuk akhirnya mencapai kesimpulan yang menetap, dan tidak tetap antara alternatif. Contohnya melibatkan tiga pasangan menikah yang hidup sebagai tetangga di pulau. Awalnya, pasangan terdiri dari masing-masing alil dan Alice, Bob dan Beth, dan Carl dan Carol. Kami asumsikan bahwa suami masing-masing memiliki preferensi sendiri daftar wanita sebagai istri potensial dan istri yang masing-masing memiliki daftar preferensi antara suami dari yang terbaik sampai terburuk. Kami juga membuat asumsi bahwa preferensi utama bagi setiap istri yang diberikan kemungkinan atau tidak, demikian pula dengan pria. Untuk menghindari frustrasi yang tidak bisa dipertahankan, masyarakat pulau memperkenalkan aturan bahwa jika dua orang lebih suka kepada pasangan yang dapat mereformasi sebagai pasangan baru. Misalnya, jika Alil lebih suka Beth daripada istrinya sendiri, 17

Pertemuan 7-8 Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan

Pertemuan 7-8 Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan BAGIAN 1 Prinsip & Konsep Pertemuan 7-8 Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan Berdasarkan pengalaman selama lebih dari setengah abad dengan mencoba mendorong pembangunan modern, kita telah

Lebih terperinci

Teori Pemungutan Suara

Teori Pemungutan Suara Teori Pemungutan Suara Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Pemungutan suara sebagai alternatif penentuan barang publik Penentu hasil pemungutan suara Simple majority Inefisiensi dan keterpaksaan Teori

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 6.1.1. Model Pertumbuhan Ekonomi. a. Ditemukan bukti bahwa pengaruh kompetisi politik lokal di DPRD terhadap pertumbuhan ekonomi berbentuk kurve U terbalik. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat

I. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat kaitannya dengan apa yang disebut pendapatan daerah. Pendapatan daerah dalam struktur APBD masih merupakan

Lebih terperinci

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan pengertian utilitas, menerangkan pengaruh utilitas dan permintaan serta menganalisisnya. TIK:

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

MODUL EKONOMI PUBLIK BAGIAN II: TEORI SEKTOR PUBLIK

MODUL EKONOMI PUBLIK BAGIAN II: TEORI SEKTOR PUBLIK MODUL EKONOMI PUBLIK BAGIAN II: TEORI SEKTOR PUBLIK Dosen Ferry Prasetya, SE., M.App Ec FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii Bab I Pendahuluan... 3

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama Mata Kuliah/Kode Koordinator Deskripsi Singkat : Pengantar

Lebih terperinci

TEORI PEMUNGUTAN SUARA

TEORI PEMUNGUTAN SUARA TEORI PEMUNGUTAN SUARA Sistem harga tidak dapat dipakai sebagai alat untuk menunjukkan kesukaan masyarakat akan barang publik. Oleh karena itu dalam masyarakat demokratis kesukaan-kesukaan masyarakat dan

Lebih terperinci

A. Proses Pengambilan Keputusan

A. Proses Pengambilan Keputusan A. Proses Pengambilan Keputusan a) Definisi Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas disebut juga

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3 Bahan Ajar Ekonomi Teknik PENGANTAR EKONOMI & MANAJEMEN 2 4/2/2015 Universitas Gunadarma Nur RACHMAD Pertemuan 2 dan 3 2.Mekanisme penentuan harga permintaan dan penawaran Sub Pokok Bahasan : Konsep permintaan

Lebih terperinci

Memahami Krisis Yunani. Oleh: Nicholas Cachanosky

Memahami Krisis Yunani. Oleh: Nicholas Cachanosky Memahami Krisis Yunani Oleh: Nicholas Cachanosky Pada saat saya menulis baris ini; sudah hampir pasti bahwa Yunani akan gagal membayar hutangnya hari ini, 30 Juni. Apa yang menuntun kepada situasi malapetaka

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM)

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan Di susun oleh : RATNA INTANNINGRUM 3215076839 Pendidikan Fisika NR 2007 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi dalam pengambilan keputusan (Mulyadi, 1997). Akuntansi dapat

BAB II LANDASAN TEORI. informasi dalam pengambilan keputusan (Mulyadi, 1997). Akuntansi dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi adalah proses pengolahan data keuangan untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan untuk melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

Arah Kebijakan Pengelolaan Belanja Daerah

Arah Kebijakan Pengelolaan Belanja Daerah XXIII Arah Kebijakan Pengelolaan Belanja Daerah Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu faktor pendorong

Lebih terperinci

BAGIAN II: TEORI SEKTOR PUBLIK

BAGIAN II: TEORI SEKTOR PUBLIK BAGIAN II: TEORI SEKTOR PUBLIK Dosen: Ferry Prasetyia, SE, M.App Ec (Int) Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...ii I. PENDAHULUAN... 1 II. PENGERTIAN...

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kemiskinan Kekurangan makanan, malnutrisi, kelaparan, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Materi 8 Ekonomi Mikro

Materi 8 Ekonomi Mikro Materi 8 Ekonomi Mikro Pasar Persaingan Sempurna Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metode dan model pasar persaingan sempurna dalam : Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna,

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Positive vs Normative Economics utilitas

I. Pendahuluan Positive vs Normative Economics utilitas I. Pendahuluan Masyarakat harus memilih bagaimana menggunakan SD nya Eksploitasi SDA untuk swasembada energi mempunyai implikasi terhadap lingkungan, misalnya kualitas udara dan air turun. Jika Anda memberi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

Peran Pemerintah dalam Perekonomian

Peran Pemerintah dalam Perekonomian Peran Pemerintah dalam Perekonomian 1. Sistem ekonomi atau Politik Negara 2. Pasar dan peran Pemerintah 3. Jenis Sistem Ekonomi 4. Peran Pemerintah 5. Sumber Penerimaan Negara week-2 ekmakro08-ittelkom-mna

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR www.kas.de DAFTAR ISI 3 MUKADIMAH 3 KAIDAH- KAIDAH POKOK 1. Kerangka hukum...3 2. Kepemilikan properti dan lapangan kerja...3

Lebih terperinci

FUNGSI PEMERINTAH Peran pemerintah dibutuhkan karena perekonomian tidak dapat secara efisien menghasilkan barang/jasa yang mengoptimalkan kepuasan masyarakat. Kegagalan pasar merupakan muara dari tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah di Indonesia telah membawa perubahan yang sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN STUDI

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN STUDI 77 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN STUDI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat kejahatan suatu daerah di Jawa pada tahun 2007 dapat dijelaskan melalui model ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era reformasi seperti saat ini sangat penting diberlakukannya otonomi daerah untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah agar dapat lebih meningkatkan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Perusahaan ditinjau dari sisi Teori Ekonomi Tidak dibedakan atas kepemilikanya, jenis usahanya maupun skalanya. Terfokus pada bagaimana

Lebih terperinci

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Antonio Pradjasto Tanpa hak asasi berbagai lembaga demokrasi kehilangan substansi. Demokrasi menjadi sekedar prosedural. Jika kita melihat dengan sudut

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Terminologi penting dalam teori produksi 1. Fungsi produksi 2. Biaya produksi minimum 3. Jangka waktu analisis 4. Perusahaan dan

Lebih terperinci

Teori Pengeluaran Pemerintah. Sayifullah, SE., M.Akt. Materi Presentasi. Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro

Teori Pengeluaran Pemerintah. Sayifullah, SE., M.Akt. Materi Presentasi. Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro Teori Pengeluaran Pemerintah Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro 1 Rostow dan Musgrave : Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Lebih terperinci

S2-Ek.Per Unlam BAGIAN 1 PENGANTAR EKONOMI. 1. Lingkup dan Metode dari Ilmu Ekonomi. 2. Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan

S2-Ek.Per Unlam BAGIAN 1 PENGANTAR EKONOMI. 1. Lingkup dan Metode dari Ilmu Ekonomi. 2. Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan BAGIAN 1 PENGANTAR EKONOMI 1. 2. Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan 3. Permintaan, Penawaran, dan Ekuilibrium Pasar 4. Penerapan dari Permintaan dan Penawaran 5. Elastisitas BAGIAN 1 Pengantar Ekonomi

Lebih terperinci

APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU?

APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU? MENETAPKAN AGENDA KEBIJAKAN APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU? Terminologi agenda diartikan sebagai daftar subyek atau masalah yang mana pejabat pemerintah dan masyarakat diluar pemerintah yang berhubungan erat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk dapat mencapai tujuan organisasinya. Salah satunya adalah merancang strategi pemasaran yang efektif. Pemasaran merupakan

Lebih terperinci

Tgs PEMBANGUNAN EKONOMI PERDESAAN DAN PERKOTAAN. Rv Ppr

Tgs PEMBANGUNAN EKONOMI PERDESAAN DAN PERKOTAAN. Rv Ppr Tgs PEMBANGUNAN EKONOMI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Rv Ppr A. Identitas Paper yang direview adalah sebuah Working Paper Riset Kebijakan (Policy Research Working Paper) yang ditulis oleh Stéphane Straub. Paper

Lebih terperinci

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N.

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Gregory Mankiw) Bab 1 1. Jelaskan perbedaan antara makroekonomi dan mikro

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,

Lebih terperinci

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web: Extracted from Democratic Accountability in Service Delivery: A practical guide to identify improvements through assessment (Bahasa Indonesia) International Institute for Democracy and Electoral Assistance

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA

SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA 1. Arti penting dan peran analisis kebijakan belanja publik. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara

Lebih terperinci

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan KMA Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Proses Pembuatan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

STRUKTUR UPAH [OPISSEN YUDISYUS ESDM ILMU EKONOMI]

STRUKTUR UPAH [OPISSEN YUDISYUS ESDM ILMU EKONOMI] STRUKTUR UPAH Ketimpangan upah mencerminkan dua "fundamental" dari pasar tenaga kerja. Pertama, terdapat perbedaan produktivitas di kalangan pekerja. Semakin besar perbedaan produktivitas, semakin merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membahas tentang ukuran kota optimal sangat berkaitan dengan permasalahan penduduk diperkotaan dan masalah efisiensi dari perkotaan itu sendiri. Pembahasan ukuran kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak bulan Juni 2005 pemilihan kepala daerah dan wakilnya dipilih secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

Teori Barang Publik (II)

Teori Barang Publik (II) Teori Barang Publik (II) Sayifullah, SE, M.Akt sayiful1@gmail.com Materi Presentasi Teori Samuelson Teori Anggaran 1 Teori Samuelson Teori yg menyempurnakan teori pengeluaran pemerintah dgn sekaligus menyertakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat memahami tentang konsep pasar persaingan monopoli, mampu menghitung tingkat harga baik dalam jangka pendek dan jangka

Lebih terperinci

Eksternalitas & Barang Publik

Eksternalitas & Barang Publik Eksternalitas & Barang Publik Rus an Nasrudin Kuliah ke-13 May 21, 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah ke-13) Eksternalitas & Barang Publik May 21, 2013 1 / 21 Outline 1 Pendahuluan 2 Definisi Eksternalitas 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PILKADA lewat DPRD?

PILKADA lewat DPRD? http://www.sinarharapan.co/news/read/30485/mengorbankan-rakyat-untuk-menutupi-kelemahan-parpol PILKADA lewat DPRD? Mengorbankan Rakyat untuk Menutupi Kelemahan Parpol 04 January 2014 Vidi Batlolone Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan transaksi. Pasar modal (capital market) merupakan sarana pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan transaksi. Pasar modal (capital market) merupakan sarana pendanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara sebagai sarana bagi perusahaan dan para investor melakukan kegiatan transaksi. Pasar

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) (Yuwono, 2008: 85).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) (Yuwono, 2008: 85). 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Untuk mengidentifikasi keterkaitan biaya dengan manfaat serta keterkaitan antara nilai uang dan hasil di tingkat pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Harga Harga yang terjadi di pasar merupakan nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;. Bab V INFLASI Jika kita perhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang barang dan jasa kebutuhan kita harganya terus menaik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Wilayah Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5 ETIKA BISNIS INTERNASIONAL Week 5 Bisnis Internasional Bisnis internasional yakni bisnis yang kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi ini termasuk perdagangan internasional, pemanufakturan diluar

Lebih terperinci

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Seminar Serial Kelompok TEMPO Media dan Bank Danamon dengan Tema : Peran Pemberdayaan dalam Pengembangan Ekonomi Daerah.

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI 1 / AK-021240 SKS : 2

Lebih terperinci

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis PASAR KONSUMEN DAN TINGKAH LAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI Pasar konsumen: Semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha SA 0 Kelangsungan Usaha SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 KELANGSUNGAN USAHA (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... PRAKATA...

DAFTAR ISI... PRAKATA... DAFTAR ISI PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... v xvii xxii DAFTAR GAMBAR... xxiv BAGIAN I PERKEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN RUMAH SA- KIT DAN REFORMASI PELAYANAN KESEHATAN... 1 Pengantar... 1 Bab I Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program program yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program program yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang memuat program program yang direncanakan pemerintah untuk

Lebih terperinci

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia. Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN (RPJMD) Tahun 20162021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Kabupaten Pandeglang dikelola berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku diantaranya UndangUndang

Lebih terperinci

Tabungan, Investasi, dan Sistem Keuangan. Copyright 2004 South-Western

Tabungan, Investasi, dan Sistem Keuangan. Copyright 2004 South-Western Tabungan, Investasi, dan Sistem Keuangan 26 Sistem Keuangan Sistem keuangan terdiri dari kelompok lembaga dalam perekonomian yang membantu untuk mencocokkan tabungan seseorang dengan investasi orang lain.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan menyediakan lapangan pekerjaan dalam konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci