Model pendekatan bio-psiko-sosial pada masa pensiun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model pendekatan bio-psiko-sosial pada masa pensiun"

Transkripsi

1 Universa Medicina Vol.24 No.2 Model pendekatan bio-psiko-sosial pada masa pensiun Nugroho Abikusno InResAge, Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti, Jakarta ABSTRAK Dalam waktu dekat, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan berlipat ganda dalam 20 tahun mendatang dan akan menyamai atau bahkan melebihi jumlah penduduk balita dalam 10 tahun mendatang. Pada saat ini, 8 di antara 23 propinsi di Indonesia mempunyai penduduk berstruktur tua. Kajian ini membahas suatu model bio-psiko-sosial pada masa pensiun dengan menekankan pada konsep kelanjutusiaan, perilaku hidup sehat, dan menu masyarakat segala usia. Kelanjutusiaan merupakan suatu proses alamiah dan diawali dengan konsepsi seorang individu dalam rahim dan diakhiri oleh peristiwa kematian, baik secara alamiah maupun karena proses penyakit. Derajad kelanjutusiaan ditandai penampilan fisik seseorang (biological ageing) dan tidak perlu sesuai dengan usia kronologis orang tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa aspek bio-psiko-sosial pada masa pensiun berhubungan dengan perubahan psikososial, keuntungan dan kerugian, perbedaan gender, depresi, transisi, adaptasi, gejala pasca kekuasaan, dan harga diri lanjut usia di masa mendatang. Kata kunci: Model, bio-psiko-sosial, pensiun Bio-psycho-social approach model in retirement ABSTRACT In the near future, the number of the older population in Indonesia will double in the next twenty years and will be the same or slightly more than the number of under five years children population in the next ten years. Presently, 8 of the 23 provinces in Indonesia have an aged structured population. This article will discuss the bio-psycho-social model of retirement with emphasis on the concept of ageing, healthy lifestyle behavior, concept of towards a society for ages, and bio-psycho-social model of retirement. Ageing is a natural process and it begins since an individual s conception in the womb and ends at death, naturally or due to disease. The degree of ageing is physically shown by one s physical appearance (biological ageing) and it is not necessarily similar to the chronological age. The bio-psycho-social aspects of retirement based on studies have been related to psychosocial changes, advantage and disadvantages, gender differences, depression, transition, adaptation, post power syndrome, and older person self esteem. Keywords: Model, bio-psycho-social, retirement 103

2 Abikusno Bio-psiko-sosial masa pensiun PENDAHULUAN Dalam waktu 15 tahun mendatang, jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) menjadi dua kali jumlah saat ini yakni dari 18 juta jiwa tahun 2005 menjadi hampir 30 juta jiwa tahun Dan dalam waktu 10 tahun mendatang, jumlah penduduk lanjut usia akan menyamai atau bahkan kemungkinan besar melebihi jumlah penduduk balita. Umur harapan hidup manusia Indonesia akan meningkat dari 68 tahun (2004) menjadi 71 tahun (2020), di mana perempuan lanjut usia akan berusia di atas ratarata dibandingkan lanjut usia laki-laki. (1) Pada saat ini terdapat 8 propinsi di Indonesia dengan penduduk berstruktur tua (aged structured) dengan proporsi penduduk berusia 60 tahun keatas lebih dari 7%. Kedelapan propinsi tersebut adalah DI Yogyakarta (12,48%), Jawa Timur (9,36%), Jawa Tengah (9,26%), Bali (8,77%), Sumatera Barat (8,08%), Sulawesi Utara (7,64%), Jawa Barat (7,09%), dan Sulawesi Selatan (6,98%). (2) Seperti permasalahan yang dijumpai pada kelompok lanjut usia sebelumnya yang mempunyai ciri khas sesuai taraf pertumbuhan dan perkembangannya, masalah yang dialami oleh usia menengah adalah berpusat pada segala hal yang berhubungan dengan masa pensiun. Dalam perjalanan karir seseorang, masa pensiun tidak jarang berakibat buruk bukan hanya kepada orang bersangkutan, tetapi dapat juga berdampak terhadap keseimbangan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, tindakan preventif harus dilakukan pada masa tersebut terutama dalam menangani gejala pasca kekuasaan (post power syndrome) yang tidak jarang dialami individu-individu tersebut. Pemahaman terhadap gejala tersebut sebaiknya dilatarbelakangi oleh pemahaman terhadap berbagai aspek bio-psiko-sosial pensiun dalam siklus kehidupan seseorang. Tujuan dari artikel ini adalah untuk membahas mengenai suatu model bio-psikososial pensiun dalam siklus kehidupan yang ditinjau dari aspek-aspek kelanjutusiaan (ageing), pola hidup sehat, konsep menuju masyarakat segala usia, bio-psiko-sosial pensiun, serta pengembangan kebijakan dan strategi pensiun. KELANJUTUSIAAN (AGEING) Kelanjutusiaan adalah proses alamiah yang dimulai sejak terjadi pembuahan pada masa janin. Seseorang dilahirkan dan menjalani siklus kehidupan manusia yakni sebagai bayi, anak, remaja, dewasa muda, usia menengah, masa lanjut usia sampai orang tersebut meninggal secara normal atau pun karena suatu penyakit. Pada usia dewasa seseorang akan menikah dan untuk perempuan akan hamil, menyusui, dan membesarkan anak. Di tingkat genetik, telah menjadi jelas bahwa terdapat empat proses fisiologis yang berperan dalam kelanjutusiaan yakni i) kontrol metabolik, ii) pengendalian stress, disregulasi genetik dan iii) stabilitas genetik. Kedua fase pertama yakni kontrol metabolik dan pengendalian stress telah dibuktikan berhubungan dengan kelanjutusiaan pada jamur, cacing dan lalat buah, pengurangan kalori yang menunda penuaan dan meningkatkan masa hidup tikus. Berbagai homolog pada manusia yang berhubungan dengan gen kelanjutusiaan yang ditemukan dalam model organisme tersebut telah berhasil ditemukan. (3) Derajat kelanjutusiaan seseorang merupakan gambaran keadaan kesehatan, gizi, psikososial individu tersebut (biological age) (4,5) yang bukan hanya ditandai oleh usianya semata-mata (chronological age), tetapi lebih penting lagi penampilan dan kemampuan fisik 104

3 Universa Medicina Vol.24 No.2 dan psikologis orang tersebut yang telah dicapai melalui pola hidup sehat (healthy life style behavior) sejak masa mudanya. POLA HIDUP SEHAT Pola hidup sehat sebaiknya diterapkan sejak usia dini tentunya disesuaikan dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan orang tersebut. Untuk orang dewasa terutama usia menengah, pola hidup sehat harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pandangan hidup yang selalu optimis walaupun menghadapi berbagai cobaan hidup seperti perceraian, ditinggal mati oleh pasangan atau anak yang dicintai (bereavement), pemutusan kerja, bisnis yang gagal, dan lain-lain. Latihan dengan menggunakan pernafasan dalam seperti meditasi, tai chi (6) maupun orhiba dapat membantu menenangkan pikiran (stress) dan mempertahankan sikap positif tersebut. 2. Makan makanan sehat dan seimbang dengan mengurangi sumber karbohidrat, gula pasir, dan lemak hewani, serta lebih memperbanyak asupan zat gizi kaya pembangun dan pengatur seperti tempe, tahu, ikan, daging ayam, di samping sayuran hijau daun dan buah-buahan berkulit serta berdaging kuning kemerahan sebanyak 4-5 kali sehari. Minum cukup cairan terutama air sebanyak 5-7 gelas sehari. (7) 3. Bergerak badan secara teratur setiap hari seperti berjalan kaki dipagi hari selama menit. Di samping itu mengangkat beban ringan (seperti botol kosong) setiap dua hari sekali untuk mengembangkan massa otot. Kedua hal ini bermanfaat meningkatkan kadar lemak yang baik (HDL) dan mengefektifkan metabolisme gula darah. (8-11) 4. Cukup tidur selama 5-7 jam sehari terutama malam hari secara terus-menerus untuk memberikan tubuh waktu untuk istirahat dan secara efektif mengeluarkan zat sisa dari darah yang dikeluarkan melalui tinja dan urin setiap pagi hari. 5. Berhenti merokok, mengurangi minuman beralkohol, kopi, makanan kaleng terutama yang mengandung non-nutrien yang berfungsi sebagai pewarna dan pengawet, (12) dan obat-obatan (polifarmasi). 6. Introspeksi diri dengan meningkatkan kualitas moral, spiritual dan keagamaan. 7. Mengasah otak dengan cara membaca, menulis, menggambar, permainan serta belajar pengetahuan dan ketrampilan baru. 8. Mengembangkan hobi dan kewirausahaan yang menjadi landasan untuk mengembangkan karir kedua (second career building) menjelang dan setelah pensiun. 9. Secara rutin mengikuti pertemuan baik formal atau informal dengan teman sebaya di masa sekolah dan perguruan tinggi dulu, berdialog dengan generasi muda tentang falsafah hidup dan kearifan, dan menurunkan pengetahuan dan ketrampilan pada anak-cucu di lingkungan keluarga. MENUJU MASYARAKAT SEGALA USIA Menuju masyarakat segala usia (towards a society for all ages) merupakan pandangan hidup bahwa kelanjutusiaan merupakan proses yang alamiah, dialami oleh setiap orang, dan tidak perlu ditakuti tetapi harus disambut dengan gembira dan disyukuri bahwa manusia dapat mencapai umur harapan hidup secara maksimal, manusia mempunyai potensi untuk hidup selama 140 tahun. Namun apapun usianya harus hidup dengan berkualitas, sehat, aktif dan mandiri. 105

4 Abikusno Bio-psiko-sosial masa pensiun Konsep tersebut harus disosialisasikan atau disebarluaskan sejak dini baik secara formal maupun informal. Bagi lanjut usia, konsep tersebut memungkinkan kemandirian untuk setiap individu sesuai dengan keiinginan dan kemampuannya. (13) Diharapkan bahwa lanjut usia dapat mengalami sisa kehidupannya di tempat tinggalnya semula (ageing at place) dan sedapat mungkin tidak dalam lingkungan panti, serta dikelilingi oleh lingkungan yang santun dan ramah lanjut usia (enabling environment). (14) Lingkungan tersebut memberikan kemudahan bagi lanjut usia untuk menerima pengasuhan di rumah, melakukan sosialisasi terutama dengan teman sebayanya, menggunakan transportasi umum yang ramah lanjut usia, akses dan kemudahan pada sarana/ prasarana publik, akses ke pelayanan kesehatan melalui klinik maupun rumah sakit geriatrik, di samping rumah lanjut usia bila dibutuhkan pengasuhan yang lebih intensif (palliative care). ASPEK BIO-PSIKO-SOSIAL PENSIUN Penetapan usia pensiun sangat tergantung kepada kebijakan masing-masing negara yang berdasarkan umur harapan hidup. Pada usia menengah ke atas dikenal pembagian kelompok seperti pada Tabel 1. (15) Tabel 1. Kelompok usia menengah ke atas berikut rentang usianya Kelompok Usia (tahun) Menengah Pra lanjut usia Lanjut usia muda Lanjut usia tua 75 ke atas Lanjut usia sangat tua 85 ke atas Seabad (centenarian) 100 ke atas Untuk Indonesia, usia pensiun menurut undang-undang adalah 55 tahun dengan kisaran antara tahun tergantung pekerjaan seseorang. Bila orang tersebut prajurit atau pekerja lapangan lainnya, usia pensiunnya lebih muda dibandingkan seorang dosen atau guru besar yang usia pensiunnya lebih dari 65 tahun. Profesi terakhir ini tergantung kepada kesediaan dan kemampuan orang tersebut untuk bekerja secara aktif tentunya dengan penyesuaian di bidang penggajian maupun fasilitas yang diperoleh sebelum pensiun. Berbagai tinjauan ilmiah tentang aspek bio-psiko-sosial pensiun berdasarkan penelitian telah banyak dilakukan terutama di negara maju yang umur harapan hidup rata-rata di atas 75 tahun. Namun jarang dilakukan di negara berkembang karena masih rendahnya umur harapan hidup yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara-negara tersebut seperti di negara-negara Afrika yang endemik HIV di mana umur harapan hidup adalah di bawah 50 tahun. Namun masa pensiun dialami oleh sebagian masyarakat di negara berkembang dan pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai perbandingan dengan keadaan sistem pensiun yang sudah berkembang. Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan psikososial pada pensiun telah diteliti melalui survei pada 764 karyawan suatu perusahaan di AS. Faktor-faktor tersebut terdiri dari kepuasan selama pensiun, kekuatiran menghadapi pensiun, hubungan dengan pasangan hidup dan bagaimana hasil upaya persiapan pensiun yang dilakukan seseorang. (16) Namun, pada survei tersebut umumnya responden terlihat sehat dan dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi masa pensiun di perusahaan tempat bekerja sebelumnya. Pada studi lain, (17) terdapat keuntungan dan kerugian pada keadaan pensiun yang dikemukakan 329 responden. Keuntungan 106

5 Universa Medicina Vol.24 No.2 pensiun adalah orang mempunyai lebih banyak waktu luang, sedangkan kerugian pensiun adalah menurunnya penghasilan dan status sosial dalam masyarakat. Sedangkan rasa sehat (wellbeing) seseorang secara keseluruhan tidak terpengaruh pada waktu pensiun. Studi lain menunjukkan adanya perbedaan gender pada keadaan pensiun. (18) Laki-laki melaporkan menurunnya partisipasi sosial, sedangkan perempuan gejala psikologis negatif. Baik lakilaki dan perempuan (n=3630) melaporkan kehilangan orientasi pekerjaan, dan memerlukan penyesuaian lebih lama pada waktu pensiun. Studi depresi pada pensiun telah dilakukan pada 952 perempuan usia tahun melalui data longitudinal yang diperoleh dari wawancara hasil Studi Kesehatan dan Pensiun tahun 1992 dan (19) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada perempuan yang pensiun adalah i) status sebagai janda (kehilangan suami), ii) perubahan status sebagai pengasuh untuk orang tua dalam keluarga dan iii) persepsi diri tentang menurunnya status kesehatan yang secara signifikan meningkatkan gejala depresi. Studi longitudinal pada 458 pasangan (usia tahun) menunjukkan bahwa masa transisi pada pensiun dipengaruhi oleh 1) gender, 2) derajat rasa sehat sebelum pensiun, 3) keadaan pasangan hidup sebelum pensiun, 4) perubahan dalam pengendalian diri terhadap berbagai masalah yang dihadapi, 5) kualitas perkawinan sebelum pensiun, 6) rasa sehat pada saat pensiun, dan 7) kecukupan penghasilan terutama tabungan sebelum pensiun. (20) Melalui wawancara pribadi, penyesuaian pensiun pada laki-laki (n=56) dianggap sebagai 1) masa yang penuh ketidaskpastian (krisis), 2) masa penuh harapan untuk suatu perubahan, 3) suatu kelanjutan dari siklus kehidupannya semata-mata, dan 4) suatu masa transisi perkembangan karir seseorang. (15) Atchley (1975) (21) menerangkan suatu model penyesuaian diri dan dapat digunakan untuk menerangkan gejala pasca kekuasaan (post power syndrome) yang dialami seseorang, yakni 1) peluang untuk mencapai pekerjaan atau jabatan tertinggi, namun jabatan tersebut tidak tercapai karena seseorang harus pensiun, 2) substitusi terhadap pekerjaan tersebut harus dicari, namun upaya tersebut tidak berhasil, 3) orang mencari berbagai kesibukan lain sehingga terjadi konsolidasi terhadap dorongan yang tak tercapai tersebut, 4) orang terbatas pada kesibukan tertentu, maka peran alternatif tersebut harus dijalani, 5) apabila peran tersebut berhasil dijalani, pekerjaan baru tersebut dianggap berhasil, tetapi 6) apabila peran tersebut tak berhasil dijalani, orang tersebut mengundurkan diri dari pekerjaan baru tersebut. Faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian pensiun pada laki-laki (n=117) telah dinilai dari aspek waktu yakni jangka pendek dan jangka panjang. Faktor jangka pendek yang mempengaruhi penyesuaian pensiun adalah 1) rasa sehat seseorang, 2) kesehatan fisik seseorang, 3) penghasilan menjelang pensiun, dan 4) kesukarelaan orang tersebut untuk pensiun atas inisiatif sendiri, sedangkan faktor jangka panjang yang mempengaruhi penyesuaian pensiun adalah pengendalian diri selama pensiun, dan kepuasan beraktivitas selama pensiun. (22) Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian pensiun sekelompok pekerja yang diikuti selama 2 tahun pertama pensiun yang telah dibagi menjadi dua masa; pre dan post pensiun. (23) Faktor pre pensiun adalah harga diri, makna pertemanan dengan sesama pekerja, dan pemenuhan persyaratan pensiun. Hal-hal tersebut diperkuat oleh adanya rencana untuk pensiun dan tindakan pensiun 107

6 Abikusno Bio-psiko-sosial masa pensiun dilakukan atas inisiatif sendiri. Faktor post pensiun adalahderajat penurunan kesehatan sejak pensiun, dan efek gender, namun hal tersebut terbatas. Dalam penelitian lain, (24) faktor yang mempengaruhi harga diri seseorang pada masa pensiun adalah 1) harga diri orang tersebut tetap dapat dipertahankan pada waktu menjalani pensiun, 2) peran pekerjaan yang dilakukan sebelum pensiun, dan makna perkerjaan tersebut bagi kehidupannya, 3) komitmen orang tersebut terhadap pasangan hidup pada waktu pensiun, dan 4) harga diri orang tersebut sebelum pensiun. MODEL PENDEKATAN BIO-PSIKO- SOSIAL MASA PENSIUN Model pendekatan bio-psiko-sosial masa pensiun yang diuraikan di atas dapat digunakan untuk mengembangkan kebijakan tentang pensiun dengan memperhatikan halhal sebagai berikut: i) landasan hukum yang memungkinkan seseorang merencanakan masa pensiun sesuai keinginan dan kemampuannya, ii) setiap organisasi baik pemerintah maupun swasta mempunyai kewajiban untuk menyiapkan masa pensiun pegawainya berupa pengembangan karir kedua setelah nanti berhenti bekerja dalam organisasi tersebut, dan iii) masa pensiun seseorang harus didasarkan atas kehendak dan kemampuan orang per orang dalam organisasi bersangkutan karena semakin lama orang tersebut bekerja, semakin lama orang itu menabung untuk masa tuanya, dan ia tidak akan membebani organisasi itu yang kelak harus membiayai pensiun pegawainya sesuai peraturan yang berlaku. Sejak lebih dari 20 tahun yang lalu terutama di negara maju dengan sistem pensiun yang telah berkembang dilakukan berbagai studi tentang efektivitas biaya pensiun. Salah satu studi pada waktu itu telah dilakukan tentang biaya yang menjadi beban populasi pekerja dalam mempertahankan pertumbuhan populasi yang pensiun. (25) Studi tersebut dilakukan pada rumah tangga di Perancis yang menemukan bahwa 34,4% dari sumber pemasukan (income) diperoleh melalui transfer pembayaran tahun 1980, meningkat 25,1% sejak tahun 1970 (kenaikan sebesar 137,05% dalam 10 tahun). Sejak 1979, pertumbuhan income rumah tangga diperoleh melalui transfer pembayaran dan bukan melalui gaji, di antaranya 42% transfer pembayaran tersebut adalah pensiun. Namun hanya 10% peningkatan tersebut disebabkan kelanjutusiaan penduduk; di mana 2 sebab utama adalah penyempurnaan sistem pensiun, dan penurunan jumlah pekerja yang pensiun. Di antara tahun , jumlah pekerja yang pensiun menurun dari 63,9% menjadi 43,7% untuk laki-laki, dan dari 35,3% menjadi 23,9% untuk perempuan. Dengan demikian, strategi tentang pensiun perlu memperhatikan beberapa hal yakni: 1) menyebarluaskan konsep menuju masyarakat segala usia termasuk persiapan pensiun pekerja melalui berbagai instansi dan lembaga terkait; 2) melembagakan konsep tersebut melalui perundangan baik secara nasional maupun lokal terutama bagi propinsi, kabupaten dan kota dengan struktur penduduk tua melalui pendidikan formal maupun informal seperti pengenalan konsep kelanjutusiaan terutama pada usia balita, anak sekolah, dan remaja; 3) menetapkan suatu lembaga misalnya Komisi Nasional atau Komisi Daerah (Komnas/ Komda) Lanjut Usia untuk mengawasi agar program persiapan pensiun dilaksanakan oleh semua organisasi baik pemerintah maupun swasta di semua tingkatan; dan 4) materi untuk persiapan pensiun yang diberikan oleh instansi dan lembaga. Materi tersebut mencakup halhal seperti kelanjutusiaan dan konsep menuju 108

7 Universa Medicina Vol.24 No.2 masyarakat segala usia, aspek bio-psikososial pensiun dalam siklus kehidupan manusia, pengembangan karir kedua, dan kewirausahaan. Sedangkan matriks pre dan pasca faktor yang berpengaruh terhadap masa pensiun berdasarkan pembahasan penelitian terdahulu terlihat dalam Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada masa pre pensiun perhatian harus diberikan kepada i) derajad rasa sehat, ii) keadaan pasangan hidup, dan iii) penyesuaian khusus untuk lakilaki. Pada masa pensiun, perhatian harus ditujukan pada i) gejala pasca kekuasaan, ii) partisipasi sosial di pihak laki-laki, dan iii) faktor yang dapat mempengaruhi depresi pada perempuan. Terakhir, pada masa pasca pensiun keadaan kesehatan kedua gender sangat penting untuk dapat hidup sehat, produktif dan mandiri. KESIMPULAN Telah dibahas mengenai suatu model biopsiko-sosial masa pensiun dalam siklus kehidupan yang ditinjau dari aspek-aspek kelanjutusiaan (ageing), pola hidup sehat, konsep menuju masyarakat segala usia, pengembangan kebijakan dan strategi pensiun. Suatu lembaga seperti Komisi Nasional atau Komisi Daerah (Komnas/Komda) Lanjut Usia dapat mengawasi agar program persiapan pensiun dilaksanakan oleh semua organisasi baik pemerintah maupun swasta di semua tingkatan. Materi untuk persiapan pensiun mencakup hal-hal seperti kelanjutusiaan dan konsep menuju masyarakat segala usia, aspek bio-psiko-sosial pensiun dalam siklus kehidupan manusia, pengembangan karir kedua, dan kewirausahaan. Tabel 2. Faktor bio-psiko-sosial pada masa pensiun 109

8 Abikusno Bio-psiko-sosial masa pensiun Referensi 1. Abikusno N. (Ed. English version). National plan of action for older person welfare. Jakarta: RI State Ministry of Population/ National Family Planning Coordinating Board in cooperation with UNFPA; Pedoman Rencana Aksi Nasional untuk Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta: DEPSOS RI YEL UNFPA HelpAge International; Jazwinski SM. Aging and longevity genes.acta Biochim Pol. 2000; 47: Hayflick L. How and why we age. Exp Gerontol. 1998; 33: Hayflick L. The cell biology of aging. Clin Geriatr Med. 1985; 1: Fontana JA. The energy costs of a modified form of Tai Chi exercise. Nursing Research 2000; 49: Sheehy CM, Perry PA, Cromwell SL. Dehydration: biological considerations, agerelated changes, and risk factors in older adults. Biol Res Nurs 1999; 1: Sunami Y, Motoyama M, Kinoshita F, Mizooka Y, Sueta K, Matsunaga A, et al. Effects of lowintensity aerobic training on the high-density lipoprotein cholesterol concentration in healthy elderly subjects. Metabolism 1999; 48: King AC, Haskell WL, Young DR, Oka RK, Stefanick ML. Long-term effects of varying intensities and formats of physical activity on participation rates, fitness, and lipoprotein in men and women aged 50 to 65 years. Circulation 1995; 91: Ryan AS. Insulin resistance with aging: effects of diet and exercise. Sports Med. 2000; 30: Hunter GR, McCarthy JP, Bamman MM. Effects of resistance training on older adults. Sports Med. 2004; 34: Safety evaluation of certain food additives and contaminants. WHO food additive series: 52. Geneva: World Health Organization; Political declaration and international plan of action on ageing. Second world assembly on ageing. Madrid, Spain, April 8-12 th Shanghai implementation strategy. Asia-Pacific Seminar on Regional Follow-up to the Second World Assembly on Ageing. Shanghai, China, September th Nuttman-Shwartz O. Like a high wave: adjustment to retirement. Gerontologist 2004; 44: Rosenkoetter MM, Garris JM. Psychosocial changes following retirement. J Adv Nurs 1998; 27: Mayring P. Retirement as crisis or good fortune? Results of quantitative- qualitative study. Z Gerontol Geriatr 2000; 33: Atchley RC. Selected social and psychological differences between men and women in late life. J Gerontol 1976; 31: Turner MJ, Killian TS, Cain R. Life course transitions and depressive symptoms among women in mid life. Int J Aging Hum Dev 2004; 58: Kim JE, Moen P. Retirement transitions, gender, and psychological well-being: a life course, ecological model. J Gerontol B Psychol Sci Soc Sci 2002; 57: P Atchley RC. Adjustment to loss of job at retirement. Int J Aging Hum Dev 1975; 6: Gall TL, Evans DR, Howard J. The retirement adjustment process: changes in the well-being of male retirees across time. J Gerontol B Psychol Sci Soc Sci 1997; 52: P Reitzes DC, Mutran EJ. The transition to retirement stages and factors that influence retirement adjustment. Int J Aging Hum Dev 2004; 59: Reitzes DC, Mutran EJ, Fernandes ME. Preretirement influence in post retirement self esteem. J Gerontol B Psychol Sci Soc Sci 1996; 51: S Picot J. Retirement and the obligations of the future. [Article in French] J Soc Stat Paris. 1982; 123:

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia Penyuluh : Mahasiswi Gizi Poltekkes Hari/Tanggal

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkaran kehidupan manusia dilihat dari penggolongan umur terdiri dari empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia. Khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memerlukan gerak dalam kehidupannya sebagai pertanda kehidupan, bergerak dalam hal kegiatan sehari-hari merupakan serangkaian aktivitas jasmani seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

Kata kunci: Berjalan santai selama 30 menit, kewaspadaan, laki-laki dewasa muda

Kata kunci: Berjalan santai selama 30 menit, kewaspadaan, laki-laki dewasa muda ABSTRAK EFEK BERJALAN SANTAI SELAMA 30 MENIT TERHADAP PENINGKATAN KEWASPADAAN PADA LAKI LAKI DEWASA MUDA Ridwan Ramadhan, 2015 Pembimbing I : Harijadi Pramono, dr., M.Kes. Pembimbing II: Budi Widyarto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seorang ibu yang didefinisikan sebagai penyatuan sperma dan ovum kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seorang ibu yang didefinisikan sebagai penyatuan sperma dan ovum kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses atau peristiwa alamiah yang dialami oleh seorang ibu yang didefinisikan sebagai penyatuan sperma dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu negara, keberhasilan pembangunan adalah citacita suatu bangsa yang dilihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beban gizi ganda adalah masalah gizi berupa berat badan kurang dan berat badan lebih yang terjadi dalam satu populasi (World Bank, 2012). Beban gizi ganda ini masih

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan peningkatan usia harapan hidup. Meningkatnya usia harapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan input utama pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bersaing atau berkompetisi di era globalisasi dengan bangsa lain. Upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Empty Nest 1. Definisi Empty Nest Salah satu fase perkembangan yang akan terlewati sejalan dengan proses pertambahan usia adalah middle age atau biasa disebut dewasa madya, terentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Populasi warga lanjut usia (lansia) di Indonesia semakin bertambah setiap tahun, hal tersebut karena keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus menurut Fauci et al.(2008) dan Whitney et al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh kenaikan konsentrasi gula darah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia telah meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDUDUK LANJUT USIA PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY Nugroho Agung S. STKIP PGRI Sumenep Introduction Apa yang orang makan tidak hanya untuk kesehatannya saja akan tetapi juga untuk performa pada atlet olahraga. Tubuh manusia

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga ABSTRAK HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIFITAS OLAHRAGA PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN POLA MAKAN DAN AKTIFITAS OLAHRAGA KEUARGA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN IndraAriadi 1 ; Muhammad Arsyad 2 ;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT DEPRESI POSTPARTUM PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR I

ABSTRAK TINGKAT DEPRESI POSTPARTUM PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR I DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... i SAMPUL DALAM... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasma trigliserida merupakan salah satu bentuk lemak yang bersirkulasi dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan kalori dari makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa penyakit kronis sehingga mengakibatkan umur harapan hidup (UHH) seseorang menurun adalah obesitas. World Health Organization

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses menua (aging process) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah perempuan dalam keluarga utuh (dua orangtua) sebagai tenaga kerja berbayar, meningkat secara drastis dalam 50 terakhir (Frediksen-Goldsen & Scharlach, 2001).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai masalah gizi yang cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah adanya gangguan pada perorangan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN Ir. ERNA MUTIARA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN Ir. ERNA MUTIARA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 1990 Ir. ERNA MUTIARA Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah

Lebih terperinci

..., Yang membuat pernyataan

..., Yang membuat pernyataan 55 SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama : Umur : Alamat : Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita usia produktif memiliki arti yakni suatu keadaan wanita yang telah cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan adalah angka kematian bayi (AKB) karena dapat mencerminkan status kesehatan masyarakat. Sebagian besar penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan depresi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit dan kecacatan pada remaja usia 10-19 tahun, sedangkan bunuh diri menjadi

Lebih terperinci

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI 49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50

Lebih terperinci

Menurut UU No. 13 Th.1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dimaksud Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

Menurut UU No. 13 Th.1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dimaksud Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut UU No. 13 Th.1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dimaksud Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Meningkatnya kondisi sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/osteoporosis-konsumsi-susu-jenis-kelamin-umur-dan-daerah-di-dki-ja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia atau angka harapan hidup penduduk Indonesia telah meningkat secara bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun pada tahun

Lebih terperinci

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Komala Appalanaidu Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (ria_not_alone@yahoo.com) Diterima: 15 Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi kesehatan merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Saya yang bernama Sophie Devita S. adalah mahasiswa program studi S-1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

MORTALITAS (KEMATIAN)

MORTALITAS (KEMATIAN) MORTALITAS (KEMATIAN) Pengantar: Kematian terkait dengan masalah sosial dan ekonomi Komitmen MDGs pada tahun 2015: - Angka Kematian Bayi menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup - Angka Kematian Ibu menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat terkait dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya kesehatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, perkembangan teknologi dan industri. Hal ini juga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN 8 9 10 11 12 Lampiran 5 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa bidang studi ilmu keperawatan (PSIK) Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menikah dan memiliki keturunan adalah suatu fase yang dijalani manusia dalam siklus kehidupannya. Memiliki keturunan sebagai penerus generasi dirasakan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Proyeksi dan data-data

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dewasa Muda. Tabel 1 Pendapat ahli mengenai tahapan masa dewasa dan usianya

TINJAUAN PUSTAKA. Dewasa Muda. Tabel 1 Pendapat ahli mengenai tahapan masa dewasa dan usianya 7 Tahap perkembangan dewasa muda TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Muda Penentuan usia dewasa muda menurut pendapat beberapa ahli disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai usia dewasa muda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup hampir di seluruh negara di dunia menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dan terjadi transisi demografi ke arah

Lebih terperinci

TI T PS K ESEHATA T N 1

TI T PS K ESEHATA T N 1 TIPS KESEHATAN 1 KEAJAIBAN TUBUH MANUSIA Organ-organ penting tubuh a.l. 1. JANTUNG o o 2. GINJAL o Setiap 24 jam berdetak 103.680 kali nonstop Memompa darah sekitar 5-6 liter per menit, atau sekitar 7.200

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi, dewasa, hingga menjadi tua. Lanjut usia (Lansia) merupakan suatu proses fisiologis yang pasti akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri Ni Putu Lisa Eka Pratiwi, Luh Seri Ani (Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan E-JURNAL Ibu MEDIKA, dengan VOL. Sikap 6 dan NO. 10, Perilaku OKTOBER, Ibu...) 2017 : 45-49 ISSN: 2303-1395 Hubungan Antara Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia yang telah berusia >60 tahun, mengalami perubahan tingkat kemandirian (Maryam, 2008). Secara umum saat proses menua terjadi, akan menimbulkan banyak perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai

Lebih terperinci

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM)

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) I. SOSIAL Identitas Diri 1. Nama Inisial : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 5. BB terakhir : kg 6. TB terakhir : cm 7. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini

Lebih terperinci

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012). BAB I 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan suatu proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Saat ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci