ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI"

Transkripsi

1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI BAB I PENDAHULUAN Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Persepsimerupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan. Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. BAB II LANDASAN TEORITIS A. KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI 1. PENGERTIAN a. Persepsi Adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadi gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya.

2 Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalap menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realitas dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal. Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian akan perasaan seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat, sementara atau lama. (Harber, Judith, 1987, hal 725) b. Halusinasi Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. 2. E T I O L O G I Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis, sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis, pemicu masalah sumbersumber koping dan mekanisme koping. 3. PSIKOPATOLOGI Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguana persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu, akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara

3 dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicara sendiri atau bibirnya bergerak-gerak. Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain.ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh.input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscius bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna. 4. MANIFESTASI KLINIK Tahap I Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkansuara Gerakanmatayangcepat Responverbalyanglambat Diam dandipenuhisesuatuyangmengasyikkan Tahap II Peningkatansistem sarafotonom yangmenunjukkanansietasmisalnyapeningkatan nadi,pernafasandantekanandarah Penyempitankemampuankonsenstrasi Dipenuhidenganpengalamansensoridanmungkinkehilangankemampuanuntuk membedakanantarahalusinasidenganrealitas. Tahap III Lebihcenderungmengikutipetunjukyangdiberikanolehhalusinasinyadaripada menolaknya Kesulitandalam berhubungandenganoranglain Rentangperhatianhanyabeberapamenitataudetik Gejalafisikdariansietasberatsepertiberkeringat,tremor,ketidakmampuanuntuk mengikutipetunjuk Tahap IV

4 Prilakumenyerangterorsepertipanik Sangatpotensialmelakukanbunuhdiriataumembunuhoranglain Kegiatanfisikyangmerefleksikanisihalusinasisepertiamuk,agitasi,menarikdiri ataukatatonik Tidakmampuberesponterhadappetunjukyangkompleks Tidakmampuberesponterhadaplebihdarisatuorang B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI Klien yang mengalamihalusinasisukaruntukmengontroldiridan sukaruntuk berhubungandenganoranglain.untukituperawatharusmempunyaikesadaran yangtinggiagardapatmengenal,menerimadanmengevaluasiperasaansendiri sehinggadapatmenggunakandirinyasecaraterapeutikdalam memberikanasuhan keperawatanterhadapklienhalusinasiperawatharusbersikapjujur,empati,terbuka danselalumemberipenghargaannamuntidakbolehtenggelam jugamenyangkal halusinasiyang klien alami.asuhan keperawatan tersebutdimulaidaritahap pengkajiansampaidenganevaluasi. 1. Pengkajian Padatahapiniperawatmenggalifaktor-faktoryangadadibawahiniyaitu: a.faktorpredisposisi. Adalah faktorresiko yang mempengaruhijenisdan jumlah sumberyang dapat dibangkitkanolehindividuuntukmengatasistress.diperolehbaikdariklienmaupun keluarganya,mengenaifaktorperkembangansosialkultural,biokimia,psikologisdan genetikyaitufaktorresikoyangmempengaruhijenisdanjumlahsumberyangdapat dibangkitkanolehindividuuntukmengatasistress. Faktor Perkembangan Jika tugas perkembangan mengalamihambatan dan hubungan interpersonal terganggumakaindividuakanmengalamistressdankecemasan Faktor Sosiokultural Berbagaifaktordimasyarakatdapatmenyebabkanseorangmerasadisingkirkanoleh kesepianterhadaplingkungantempatkliendibesarkan. Faktor Biokimia Mempunyaipengaruhterhadapterjadinyagangguanjiwa.Denganadanyastress yangberlebihandialamiseseorangmakadidalam tubuhakandihasilkansuatuzat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Bufofenon dan Dimetytranferase(DMP)

5 Faktor Psikologis Hubungan interpersonalyang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasanyangtinggidanberakhirdengangangguanorientasirealitas. Faktor genetik Genapayangberpengaruhdalam skizopreniabelum diketahui,tetapihasilstudi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruhpadapenyakitini. b. Faktor Presipitasi Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutanyangmemerlukanenergiekstrauntukkoping.adanyarangsang lingkunganyangseringyaitusepertipartisipasikliendalam kelompok,terlalulama diajakkomunikasi,objekyangadadilingkunganjugasuasanasepi/isolasiadalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkanstressdankecemasanyangmerangsangtubuhmengeluarkanzat halusinogenik. c. Prilaku Responklienterhadaphalusinasidapatberupacuriga,ketakutan,perasaantidak aman,gelisahdanbingung,prilakumerusakdiri,kurangperhatian,tidakmampu mengambilkeputusan serta tidakdapatmembedakankeadaannyatadantidak nyata.menurutrawlins dan Heacock,1993 mencoba memecahkan masalah halusinasiberlandaskanatashakekatkeberadaanseorangindividusebagaimahkluk yangdibangunatasdasarunsur-unsurbio-psiko-sosio-spiritualsehinggahalusinasi dapatdilihatdarilimadimensiyaitu: 1. Dimensi Fisik Manusiadibangunolehsistem inderauntukmenanggapirangsangeksternalyang diberikanolehlingkungannya.halusinasidapatditimbulkanolehbeberapakondisi fisiksepertikelelahanyangluarbiasa,penggunaanobat-obatan,demam hingga delirium,intoksikasialkoholdankesulitanuntuktidurdalam waktuyanglama. 2. Dimensi Emosional Perasaan cemasyang berlebihan atasdasarproblem yang tidakdapatdiatasi merupakanpenyebabhalusinasiituterjadi.isidarihalusinasidapatberupaperintah memaksadanmenakutkan.klientidaksangguplagimenentangperintahtersebut hinggadengankondisitersebutklienberbuatsesuatuterhadapketakutantersebut. 3. Dimensi Intelektual Dalam dimensiintelektualinimenerangkanbahwaindividudenganhalusinasiakan memperlihatkanadanyapenurunanfungsiego.padaawalnyahalusinasimerupakan usahadariegosendiriuntukmelawanimpulsyangmenekan,namunmerupakan suatuhalyangmenimbulkankewaspadaanyangdapatmengambilseluruhperhatian kliendantakjarangakanmengontrolsemuaprilakuklien.

6 4. Dimensi Sosial Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderunganuntukmenyendiri.individuasyikdenganhalusinasinya,seolah-olah iamerupakantempatuntukmemenuhikebutuhanakaninteraksisosial,kontroldiri danhargadiriyangtidakdidapatkandalam dunianyata.isihalusinasidijadikan sistem kontrol olehindividutersebut,sehinggajikaperintahhalusinasiberupaancaman,dirinya atauoranglainindividucenderunguntukitu.olehkarenaitu,aspekpentingdalam melaksanakanintervensikeperawatankliendenganmengupayakansuatuproses interaksiyang menimbulkan pengalaman interpersonalyang memuaskan,serta mengusakan klien tidak menyendirisehingga klien selalu berinteraksidengan lingkungannyadanhalusinasitidakberlangsung. 5. Dimensi Spiritual Manusia diciptakan Tuhan sebagaimakhluk sosial,sehingga interaksidengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar.pada individu tersebut cenderungmenyendirihinggaprosesdiatastidakterjadi,individutidaksadardengan keberadaannyadanhalusinasimenjadisistem kontroldalam individutersebut.saat halusinasimenguasaidirinyaindividukehilangankontrolkehidupandirinya. d. Sumber Koping Suatu evaluasiterhadap pilihan koping dan strategiseseorang.individu dapat mengatasistressdananxietasdenganmenggunakansumberkopingdilingkungan. Sumberkopingtersebutsebagaimodaluntukmenyelesaikanmasalah,dukungan sosialdan keyakinan budaya,dapatmembantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsistrategikoping yang berhasil. e. Mekanisme Koping Tiapupayayangdiarahkanpadapelaksanaanstress,termasukupayapenyelesaian masalahlangsungdanmekanismepertahananyangdigunakanuntukmelindungidiri 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Masalahyangdapatdirumuskanpadaumumnyabersumberdariapayangklien perlihatkansampaidenganadanyahalusinasidanperubahanyangpentingdari respon klien terhadap halusinasi.adapun diagnosa keperawatanyangmungkin terjadipadakliendenganhalusinasiadalahsebagaiberikut: a.resikoperilakukekerasanpadadirisendiridanoranglainberhubungandengan halusinasi b.perubahanpersepsisensorik:halusinasiberhubungandenganmenarikdiri c.isolasisosial:menarikdiriberhubungandenganhargadirirendah d.defisitperawatandiri:mandi/kebersihanberhubungandenganketidakmampuan dalam merawatdiri

7 e.perubahanprosespikir:waham berhubungandenganhargadirirendahkronis f.penatalaksanaan regimen terapeutik inefektifberhubungan dengan koping keluargatakefektif g.kerusakankomunikasiverbal h.gangguanpolatidurberhubungandenganhalusinasi i.kopingindividutidakefektif 3. PERENCANAAN TINDAKAN a.resikoperilakukekerasanpadadirisendiridanoranglainberhubungan denganhalusinasitujuanumum :Tidakterjadiperilakukekerasanpadadirisendiri danoranglain. Tujuankhusus: 1.Kliendapatmembinahubungansalingpercaya 2.Kliendapatmengenalhalusinasinya 3.Kliendapatmengontrolhalusinasinya 4.Klienmendapatdukungankeluargadalam mengontrolhalusinasinya 5.Kliendapatmenggunakanobatuntukmengontrolhalusinasinya Kriteria Evaluasi : Klien dapat : 1.Mengungkapkanperasaannyadalam keadaansaatinisecaraverbal 2.Menyebutkantindakanyangbiasadilakukansaathalusinasi,caramemutuskan halusinasidanmelaksanakancarayangefektifbagiklienuntukdigunakan 3. Menggunakan keluarga untuk mengontrolhalusinasidengan cara sering berinteraksidengankeluarga 4.Menggunakanobatdenganbenar Intervensi : 1.1.BinaHubungansalingpercaya Salam terapeutik Perkenalkandiri

8 1.1.3.Jelaskantujuaninteraksi Ciptakanlingkunganyangtenang Buatkontrakyangjelas 1.2.Berikesempatanklienuntukmengungkapkanperasaannya 1.3.Dengarkanungkapankliendenganempati 1.4.Adakankontaksecarasingkattetapiseringsecarabertahap(waktudisesuaikan dengankondisiklien) 1.5.Observasitingkahlaku:verbaldannonverbalyangberhubungandengan halusinasi 1.6.Jelaskanpadaklientanda-tandahalusinasidenganmenggambarkantingkah lakuhalusinasi 1.7.Identifikasibersamakliensituasiyangmenimbulkandantidakmenimbulkan halusinasi,isi,waktu,frekuensi 1.8. Berikesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saatalami halusinasi. 2.1.Identifikasibersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami halusinasi. 3.1.Diskusikancara-caramemutuskanhalusinasi 3.2.Berikesempatanpadaklienuntukmengungkapkancaramemutuskanhalusinasi yangsesuaidenganklien 3.3.Anjurkanklienuntukmengikutiterapiaktivitaskelompok 4.1.Anjurkanklienuntukmemberitahukeluargaketikamengalamihalusinasi 4.2.Lakukankunjunganrumah:Diskusikandengankeluargatentang: 4.2.1Halusinasiklien 4.2.2Caramemutuskankelompok 4.2.3Caramerawatanggotakeluargahalusinasi 4.2.4Caramemodifikasilingkunganuntukmenurunkankejadianhalusinasi Cara memanfaatkan fasilitaspelayanan kesehatan pada saatmengalami halusinasi 5.1.Diskusikandengankliententangmanfaatobatuntukmengontrolhalusinasi

9 5.2.Bantuklienmenggunakanobatsecarabenar b.perubahanpersepsisensorik:halusinasiberhubungandenganmenarikdiri Tujuan Umum : Klienmampumengontrolhalusinasinya Tujuan Khusus : 1.Klienmampumembinahubungansalingpercaya 2.Klienmampumengenalprilakumenarikdirinya,misalnyamenyebutkanperilaku menarikdiri 3.Klienmampumengadakanhubungan/sosialisasidenganoranglain:perawatatau klienlainsecarabertahap 4. Klien dapatmenggunakan keluarga dalam mengembangkan kemampuan berhubungandenganoranglain Kriteria Evaluasi : 1.Kliendapatdanmauberjabattangan.Denganperawatmaumenyebutkannama, maumemanggilnamaperawatdanmaududukbersama 2.Kliendapatmenyebutkanpenyebabklienmenarikdiri 3.Klienmauberhubungandenganoranglain 4.Setelahdilakukankunjunganrumahkliendapatberhubungansecarabertahap dengankeluarga Intervensi : 1.1.Binahubungansalingpercaya 1.1.1Buatkontrakdenganklien 1.1.2Lakukanperkenalan 1.1.3Panggilnamakesukaan 1.1.4Ajakklienbercakap-cakapdenganramah 2.1.Kajipengetahuankliententangperilakumenarikdiridantandatandanyaserta berikesempatanpadaklienmengungkapkanperasaanpenyebabklientidakmau bergaul/menarikdiri 2.2.Jelaskan pada klien tentang perilaku menarikdiri,tanda-tanda serta yang mungkinjadipenyebab 2.3.Beripujianterhadapkemampuanklienmengungkapkanperasaan

10 3.1.Diskusikantentangkeuntungandariberhubungan 3.2.Perlahan-lahansertakliendalam kegiatanruangandenganmelaluitahap-tahap yangditentukan 3.3.Beripujianataskeberhasilanyangtelahdicapai 3.4.Anjurkanklienmengevaluasisecaramandirimanfaatdariberhubungan 3.5.Diskusikanjadwalharianyangdapatdilakukanklienmengisiwaktunya 3.6.Motivasikliendalam mengikutiaktivitasruangan 3.7.Beripujianataskeikutsertaandalam kegiatanruangan 4.1Lakukankungjunganrumah,binahubungansalingpercayadengankeluarga 4.2Diskusikandengankeluargatentangperilakumenarikdiri,penyebabdancara keluargamenghadapi 4.3Doronganggotakeluargauntukberkomunikasi 4.4Anjurkananggotakeluargasecararutinmenengokklienminimalsekaliseminggu c.isolasisosial:menarikdiriberhubungandenganhargadirirendah Tujuan Umum : Kliendapatberhubungandenganoranglainsecarabertahap Tujuan Khusus : Klien dapat : 1.Mengidentifikasikemampuanyangdimiliki 2.Menilaikemampuandiriyangdapatdipergunakan 3.Klienmampumengevaluasidiri 4.Klienmampumembuatperencanaanyangrealistikuntukdirinya 5.Klienmampubertanggungjawabdalam tindakan Kriteria Evaluasi : 1.Kliendapatmenyebutminimal2aspekpositipdarisegifisik 2.Kliendapatmenyebutkankopingyangdapatdigunakan 3.Kliendapatmenyebutkanefektifitaskopingyangdipergunakan 4.Klienmampumemulaimengevaluasidiri

11 5.Klienmampumembuatperencanaanyangrealistiksesuaidengankemampuan yangadapadadirinya 6.Klienbertanggungjawabdalam setiaptindakanyangdilakukansesuaidengan rencanan Intervensi : 1.1.Dorongklienuntukmenyebutkanaspekpositipyangadapadadirinyadarisegi fisik 1.2.Diskusikandengankliententangharapan-harapannya 1.3.Diskusikandenganklienketerampilannyayangmenonjolselamadirumahdan dirumahsakit 1.4.Berikanpujian 2.1.Identifikasimasalah-masalahyangsedangdihadapiolehklien 2.2.Diskusikankopingyangbiasadigunakanolehklien 2.3.Diskusikanstrategikopingyangefektifbagiklien 3.1.Bersama klienidentifikasistressordanbagaimanapenialianklienterhadap stressor 3.2.Jelaskanbahwakeyakinanklienterhadapstressormempengaruhipikirandan perilakunya 3.3.Bersamaklienidentifikasikeyakinanilustrasikantujuanyangtidakrealistik 3.4.Bersamaklienidentifikasikekuatandansumberkopingyangdimiliki 3.5.Tunjukkankonsepsuksesdangagaldenganpersepsiyangcocok 3.6.Diskusikankopingadaptifdanmaladaptif 3.7.Diskusikankerugiandanakibatresponkopingyangmaladaptif 4.1.Bantuklienuntukmengertibahwahanyaklienyangdapatmerubahdirinya bukanoranglain 4.2. Dorong klien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri(bukan perawat) 4.3.Diskusikankonsekuensidanrealitasdariperencanaan/tujuannya 4.4.Bantuklienuntukmenetpkansecarajelasperubahanyangdiharapkan 4.5.Dorongklienuntukmemulaipengalamanbaruuntukberkembangsesuaipotensi yangadapadadirinya

12 5.1.Berikesempatankepadaklienuntuksukses 5.2.Bantuklienmendapatkanbantuanyangdiperlukan 5.3.Libatkankliendalam kegiatankelompok 5.4.Tingkatkanperbedaandiripadakliendidalam keluargasebagaiindividuyang unik 5.5.Beriwaktuyangcukupuntukprosesberubah 5.6.Beridukungandanreinforcementpositipuntukmembantumempertahankan kemajuanyangsudahdimilikiklien d.defisitperawatan diri:mandi/kebersihandiriberhubungandenganketidak mampuandalam merawatdiri Tujuan Umum : Klienmampumelaksanakanperawatandiridenganbaik sehinggapenampilandiriadekuat Tujuan Khusus : Klien mampu : 1.Menjelaskanarti,tujuan,tanda-tandakebersihandiri 2.Mengidentifikasikebersihandirinya 3.Menjelasakancara-caramembersihkandirinya 4.Melakukanperawatandiridenganbantuanperawat 5.Melakukanperawatandirisecaramandiri 6.Memberdayakansistem pendukunguntukmeningkatkanperawatandiri Kriteria Evaluasi : Klien mampu : 1.Menyebutkanartikebersihandiri 2.Menyebutkan tujuankebersihandiri(untukmemeliharakesehatantubuhdan badanterasasegar/nyaman) 3.Menyebutkantanda-tandakebersihandiri:kulittidakadadakidantidakberbau, rambuttidakadaketombe,kutu,tidakadabaudantersisirrapi,kukupendekdan bersih,mulut/gigitidakbau,genitaliatidakgataldanmatatidakadakotoran 4.Menilaikeadaankebersihandirinya

13 5.Menyebutkancara-caramembersihkandiridarirambutsampaikaki 6.Mendemonstrasikan cara membersihkan dirisecara benardengan bantuan perawat 7.Melakukanperawatandirisecaramandiridenganbenardantersusunjadwal kegiatanuntukkebersihandiri 8.Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan kebersihan diriklien dan keluargadapatmembantu/terlibataktifdalam memeliharakebersihandiri Intervensi : 1.1.Dorongklienuntukmenyebutkanarti,tujuandantanda-tandakebersihandiri 1.2.Diskusikantentangarti,tujuan,tanda-tandakebersihandiri 1.3.Dengarkankeluahankliendenganpenuhperhatiandanempati 1.4.Berikanpujianapabilaklienmenyebutkansecarabenar 2.1.Bantuklienmenilaikebersihandirinya 2.2.Berikanpujianataskemampuanklienmenilaidirinya 3.1.Dorongklienmenyebutkanalat-alatdancaramembersihkandiri 3.2.Diskusikantentangalat-alatdancaramembersihkandiri 3.3.Menjelasakancara-caramembersihkandiri 3.4.Melakukanperawatandiridenganbantuanperawat 4.1.Demonstrasikanpadakliencara-caramembersihkandiri 4.2.Bimbingklienmendemonstrasikankembalicara-caramembersihkan diri 4.3.Dorongklienmembersihkandirisendiridenganbantuan 4.4.Melakukanperawatandirisecaramandiri 5.1.Berikankesempatanklienuntukmembersihkandirisendirisecarabertahap sesuaidengankemampuan 5.2.Dorongklienmengungkapkanmanfaatyangdirasakansetelahmembersihkan diri 5.3.Beripenguatanpositifatasperawatanklien 5.4.Bimbingklienmembuatjadwalkegiatanuntukmembersihkandiri

14 5.5.Bimbingklienmembersihkandirisesuaijadwalsecaramandiri 5.6.Monitorkemampuanklienmembersihkandirisesuaijadwal 6.1.Diskusikandengankeluargatentangketidakmampuankliendalam merawatdiri 6.2.Diskusikancaramembantuklienmembersihkandiri 6.3.Libatkankeluargadalam perawatankebersihandiriklien 6.3.1Menyediakanalat-alat 6.3.2Membantuklienmembersihkandiri 6.3.3Memonitorpelaksanaanjadwal 6.4. Beri pujian e.perubahanprosespikir:waham somatisberhubungandenganhargadirirendah kronis Tujuan Umum : Klienmampuberhubungandenganoranglaintanpa merasarendahdiri Tujuan Khusus : 1.Kliendapatmemperluaskesadarandiri 2.Kliendapatmenyelidikidirinya 3.Kliendapatmengevaluasidirinya 4.Kliendapatmembuatrencanayangrealistis 5.Klienmendapatdukungankeluargayangmeningkatkanhargadirinya Kriteria Evaluasi : 1.Kliendapatmenyebutkankemampuanyangadapadadirinyasetelah1 kalipertemuan 2.Kliendapatmenyebutkankelemahanyangdimilikidantidakmenjadi halanganuntukmencapaikeberhasilan 3.Kliendapatmenyebutkancita-citadanharapanyangsesuaidengan kemampuannyasetelah1kalipertemuan 4.Kliendapatmenyebutkankeberhasilanyangpernahdialamisetelah1

15 kalipertemuan 2003 Digitized by USU digital library 12 5.Kliendapatmenyebutkankegagalanyangpernahdialamisetelah4kali pertemuan 6.Kliendapatmenyebutkantujuanyangingindicapaisetelah1kali pertemuan 7.Kliendapatmembuatkeputusandanmencapaitujuansetelah1kali pertemuan 8.Keluargadapatmenyebutkantanda-tandahargadirirendah: Mengatakandiritidakberharga Tidakbergunadantidakmampu Pesimis Menarikdiridarirealita 9.Keluargadapatberespondanmemperlakukankliendenganhargadiri rendahsecaratepatsetelah2kalipertemuan Intervensi : Diskusikaidenganklienkelebihanyangdimiliknya Diskusikankelemahanyangdimilikklien Beritahuklienbahwamanusiatidakadayangsempurna, semuamemilikikelebihandankekurangan Beritahuklienbahwakekuranganbisaditutupdengan kelebihanyangdimiliki Anjurkanklienuntuklebihmeningkatkankelebihanyang dimiliki Beritahukanklienbahwaadahikmahdibalikkekurangan yangdimiliki

16 2.1.1.Diskusikandenganklienidealdirinya:Apaharapan selamadirs,rencanakliensetelahpulangdanapacitacita yangingindicapai Berikesempatanklienuntukberhasil Berireinforcementpositipterhadapkeberhasilanyang telahdicapai Bantuklienmengidentifikasikankegiatanataukeinginan yangberhasildicapai Kajibagaimanaperasaankliendengankeberhasilan tersebut Bicarakankegagalanyangpernahdialamikliendan sebab-sebabakegagalan Kajibagaimanaresponklienterhadapkegagalantersebut dancaramengatasi Jelaskanpadaklienbahwakegagalanyangdialamidapat menjadipelajaranuntukmengatasikesulitanyang mungkinterjadidimasayangakandatang Bantuklienmerumuskantujuanyangingindicapai Diskusikandenganklientujuanyangingindicapaidengan kemampuanklien Bantuklienmemilihprioritastujuanyangmungkindapat dicapainya Berikesempatankepadaklienuntukmelakukankegiatan yangtelahdipilih Tunjukkanketerampilanataukeberhasilanyangtelah dicapaiklien

17 4.2.3.Ikutsertakankliendalam kegiatanaktivitaskelompok Berireinforcementpostifbilaklienmaumengikuti kegiatankelompok 2003 Digitized by USU digital library Diskusikandengankeluargatanda-tandahargadiri rendah Anjurkansetiapanggotakeluargauntukmengenaldan menghargaikemampuantiapanggotakeluarga 5.2.1Diskusikandengankeluargacaraberesponsterhadap kliendenganhargadirirendahsepertimenghargaiklien, tidakmengejek,tidakmenjauhi 5.2.2Anjurkanpadakeluargauntukmemberikankesempatan berhasilpadaklien 5.2.3Anjurkankeluargauntukmenerimaklienapaadanya 5.2.4Anjurkankeluargauntukmelibatkankliendalam setiap pertemuankeluarga f.penatalaksanaanregimenteraupetikinefektifberhubungandenganketidak mampuankeluargamerawatklien Tujuan Umum : Penatalaksanaanregimenteraupetikefektif Tujuan Khusus : 1.Keluargadapatmengetahuimasalahyangditemukandalam merawat kliendirumahdengancaramengungkapkanperasaannya 2.Keluargadapatmengambilkeputusanuntukmelakukantindakan kesehatandalam merawatkliendenganmengidentifikasikansumbersumber kopingyangdimiliki 3.Keluargadapatmenggunakankopingyangtelahdipilihdalam merawat

18 anggotakeluargayangsakit 4.Keluargadapatmemodifikasilingkungankeluargayangsehatdalam merawatkliendirumah 5.Keluargadapatmemanfaatkanfasilitaspelayanankesehatanyangada dimasyarakat Kriteria Evaluasi : 1.Keluargamengungkapkanperasaannyasecaraverbal 2.Keluargamengidentifikasisumber-sumberkopingyangada 3.Keluargamengungkapkansecaraverbalkopingapayangakandipilih 4.Keluargamengidentifikasilingkunganyangsehatdalam merawatklien 5.Keluargamemanfaatkanfasilitaspelayanankesehatanyangada dimasyarakat. Intervensi : 1.1.Binahubungansalingpercayadengankeluargadananggota keluargayanglain: Terimaanggotakeluargapaadanya Dengarkankeluhankeluargadenganempati Hindariresponmengkritik/menyalahkansaatkeluarga mengekspresikanperasaannya 1.2.Buatkontrakdengankeluargauntukbertemu(homevisite)yaitu: Jelaskantujuankunjungan Jelaskanidentitasperawat 1.3.Dorongkeluargauntukmengespresikanperasaannyadalam merawatklien 2.1.Diskusikandengankeluargatentangtindakan/kopingyangselama initelahdigunakanolehkeluarga

19 2.2.Berireinforcementpositipbilakeluargamengemukakantindakan positipdanberhasil 2003 Digitized by USU digital library Diskusikandengankeluargatentangalternatifkoping adaptif/sumberpendukungdalam menanganimasalahperawatan klien 3.1.Diskusikandengananggotakeluargacarayangselamainiyang dilakukandalam merawatklien 3.2.Berikanreinforcementpositipsetiapanggotakeluarga mengemukakantindakanyangbenardanberhasil 3.3.Jelaskanpadakeluargatentangberbagaicarayangadaptifdalam merawatklienseperti: Bersikapasertif Komunikasiterbuka Tidakbermusuhan/mengkritik Memenuhikebutuhanklienyangmasihdapatditoleransiseperti: pakaian,alat-alatkebersihandiri Libatkankliendalam kegiatankeluarga 4.1.Motivasikeluargauntukmenerimaklienapaadanyadengancara: Tidakmengeluarkankata-katayangmengejekdanmerendahkan Membantukliendalam diskusikeluarga Menghargaikliendanmemujisetiapusahayangadaptif 4.2.Diskusikandengankeluargauntukmenyediakanperlengkapanyang diperlukankliensehari-hariseperti: Peralatankebersihandiri Alat-alatmakan

20 Usahakantidakmembedakanbarangmilikkliendengananggota keluargayanglain 4.3.Diskusikandengankeluargauntukmelatihkemampuankliendalam menyelesaikanmasalahmulaidariyangsederhanasampaimasalah kompleks 5.1.Diskusikandengankeluargatentangfasilitaspelayanankesehatan yangadadansejauhmanakeluargatelahmemanfaatkannya 5.2.Jelaskanpadakeluargatentangkegunaandanefeksampingobat sertapentingnyaketeraturanminum obat g.kerusakankomunikasiverbalberhubungandenganmenarikdiri Tujuan Umum : Pasiendapatmenunjukkankemampuandalam melakukan komunikasiverbaldenganperawatdansesamapasien dalam suatulingkungansosialdengancarayangtepat Tujuan Khusus : 1.Pasiendapatmenunjukkankemampuanuntukbertahanpadasatutopik 2.Pasiendapatmenggunakanketepatankata 3.Pasiendapatmelakukankontakmataintermitenselama5menit denganperawatdalam waktu1minggu Kriteria Evaluasi : 1.Pasiendapatberkomunikasidengancaramendapatdimengertiorang lain 2.Pesannonverbalpasiensesuaidenganverbalnya 3.Pasiendapatmengetahuibahwadisorganisasipikirandankelainan komunikasiverbalterjadipadasaatadanyapeningkatanansietas melakukankontakkepadapasienuntukmemutuskanproses Digitized by USU digital library 15

21 Intervensi : 1.Gunakantehnikvalidasidanklarifikasiuntukmengertipolakomunikasi pasien 2.Pertahankankonsistensiperawatyangbertugas 3.Jelaskankepadapasiendengancarayangdapatmengancam bagaimanaprilakudanpembicaraannyaditerimiadanmungkinjuga dihindariolehoranglain 4.Antisipasidanpenuhikebutuhanpasiensampaipolakomunikasiyang memuaskankembali h.gangguanpolatidurberhubungandenganpanik Tujuan Umum : Pasienmamputidurdalam 30menitistirahatdantidur6-8jam tanpaalatbantutidursaatpulang Tujuan Khusus : 1.Klienmampumembinahubungansalingpercaya 2.Klienmampumengenalprilakupanik 3.Kliendapattidurdalam 30menitistirahatdantidur5jam tanpa terbangun Kriteria Evaluasi : 1.Kliendapattidurdalam 30menitsetelahistirahat 2.Kliendapattidurpalingsedikit6jam berturut-turut 3.Pasiendapatmenggunakansedatifuntukmembantutidur Intervensi : 1.Buatcatatansecararincitentangpolatidurpasien 2.Berikanobat-obatanantipsikotiksebelum tidur 3.Bantudengantindakan-tindakanyangdapatmenambahwaktutidur, kehangatandanminumanyangtidakmerangsang

22 4.Lakukanlatihanrelaksasimenggunakanmusikyanglembutsebelum tidurmungkinmembantu 5.Batasimasukanminumanyangmengandungkafein i.kopingindividutakefektifberhubungandenganrendahdiri Tujuan Umum : Kliendapatmendemonstrasikanlebihbanyakpenggunaan keterampilankopingadaptifyangdibuktikanolehadanya kesesuaianantarainteraksidankeinginanuntuk berpartisipasidalam masyarakat Tujuan Khusus : 1.Pasienakanmengembangkanrasapercayakepada1orangperawat dalam 1minggu Kriteria Evaluasi : 1.Kliendapatmenilaisituasirealistisdantidakmelakukantindakan proyeksiperasaannyadalam lingkungantersebut 2.Kliendapatmengakuidanmengklarifikasikemungkinansalah interpretasiterhadapprilakudanperkataanoranglain 3.Kliendapatberinteraksisecarakooperatif Intervensi : 1.Binahubungansalingpercaya 2.Hindarikontakfisik 2003 Digitized by USU digital library 16 3.Motivasiklienuntukmengatakanperasaanyangsebenarnyadan perawatmenghindarisikappenolakanterhadapperasaanmarahpasien 4.Janganberikankegiatanyangbersifatkompetitif. BAB.III P E N U T U P

23 Berdasarkanuraiandiatasmengenaihalusinasidanpelaksanaanasuhan keperawatanterhadappasien,makadapatdiambilbeberapakesimpulansebagai berikut: 1.Saatmemberikanasuhankeperawatanpadapasiendenganhalusinasi ditemukanadanyaperilakumenarikdirisehinggaperludilakukanpendekatan secaraterusmenerus,membinahubungansalingpercayayangdapat menciptakansuasanaterapeutikdalam pelaksanaanasuhankeperawatanyang diberikan. 2.Dalam melaksanakanasuhankeperawatanpadaklienkhususnyadengan halusinasi,pasiensangatmembutuhkankehadirankeluargasebagaisistem pendukungyangmengertikeadaaandanpermasalahandirinya.disampingitu perawat/petugaskesehatanjugamembutuhkankehadirankeluargadalam memberikandatayangdiperlukandanmembinakerjasamadalam memberi perawatanpadapasien.dalam halinipenulisdapatmenyimpulkanbahwa peransertakeluargamerupakanfaktorpentingdalam prosespenyembuhan klien. Saran-saran 1.Dalam memberikanasuhankeperawatanhendaknyaperawatmengikuti langkah-langkahproseskeperawatandanmelaksanakannyasecarasistematis dantertulisagartindakanberhasildenganoptimal 2.Dalam menanganikasushalusinasihendaknyaperawatmelakukan pendekatansecarabertahapdanterusmenerusuntukmembinahubungan salingpercayaantaraperawatkliensehinggaterciptasuasanaterapeutik dalam pelaksanaanasuhankeperawatanyangdiberikan 3.Bagikeluargaklienhendaknyaseringmengunjungikliendirumahsakit, sehinggakeluargadapatmengetahuiperkembangankondisikliendandapat

24 membantuperawatbekerjasamadalam pemberianasuhankeperawatanbagi klien. DAFTAR PUSTAKA DirectoratKesehatanJiwa,Dit.JenYan.Kes.Dep.KesR.I.Keperawatan Jiwa. Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa, Jakarta,2000 KeliatBudi,Anna,Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, Jakarta,1995 KeliatBudiAnna,dkk,Proses Keperawatan Jiwa, EGC,Jakarta,1987 Maramis,W.F,Ilmu Kedokteran Jiwa, ErlanggaUniversitasPress,Surabaya,1990 Rasmun,Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, CV. SagungSeto,Jakarta,2001. ResidenBagianPsikiatriUCLA,Buku Saku Psikiatri, EGC,1997 Stuart&Sunden,Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC,Jakarta,1998

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI. OLEH : SITI SAIDAH NASUTION, SKp

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI. OLEH : SITI SAIDAH NASUTION, SKp ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI OLEH : SITI SAIDAH NASUTION, SKp Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan penserapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat

Lebih terperinci

2004 Digitized by USU digital library 1 D. Metode Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah : 1. Studi kasus

2004 Digitized by USU digital library 1 D. Metode Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah : 1. Studi kasus GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN MAHNUM LAILAN NASUTION Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Klien dengan Skizofrenia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih Pengertian Hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ra ngsangan internal(pikiran) dan rangsangan eksternal(dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai karakteristik positif yang menggabarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, banyak mengalami keprihatinan dengan kesehatan, salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari perhatian. Orang sengaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan masalah yang serius, penting dan berbahaya. Karena dapat menyangkut keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain, bahkan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang mengalami kondisi stress dalam dirinya yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. Temuan WHO menunjukkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2001). Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA Tn.S DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG Oleh: RESHA OCTAVIALIN 0131758

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan pengendalian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Skizofrenia Menurut Hawari (2001) skizofrenia dapat dipicu dari faktor genetik. Namun jika lingkungan sosial mendukung seseorang menjadi pribadi yang terbuka maka sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR II ASKEP HALUSINASI

MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR II ASKEP HALUSINASI 1 MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR II ASKEP HALUSINASI DISUSUN OLEH : CAHYO SANG WAHYU 1211016 FLORI JULIANT PELLO RISKI ANGGER BIANSAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, kesehatan jiwa merupakan berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih derajat Sarjana S- 1 keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007). 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah individu unik yang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang dapat menimbulkan perilaku aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengelola, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.9 tahun 1960 kesehatan merupakan keadaan yang meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari sakit, cacat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka

BAB I PENDAHULUAN. didunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia ini sudah menjadi maslah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR Purniaty Kamahi 1, Sudirman 2, H. Muhammad Nur 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah 1 BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kehidupan bangsa setelah merdeka. Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dikembangkan sejalan

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI

Lebih terperinci

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI Oleh : ERFANDI A. Definisi Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan sensasi yang tidak ada berupa suara, penglihatan, pengecapan,dan perabaan (Damaiyanti, 2012). Menurut Valcarolis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu) CONTOH KASUS Setiap lansia pada akhirnya akan mengalami penurunan fungsi organ, Hal ini timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. MASALAH UTAMA Gangguan persepsi sensori : halusinasi B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi adalah Proses penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang

Lebih terperinci

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab WAHAM 1. Pengertian Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak perkembangan zaman dan pembangunan dewasa ini, menjadi faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan mental spiritual sehingga penderita

Lebih terperinci