Teliti Sebelum Beraksi 1 oleh: Arief Rahman
|
|
- Ivan Makmur
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Teliti Sebelum Beraksi 1 oleh: Arief Rahman Participatory Action Research (PRA) dapat diterjemahkan sebagai buah aksi yang didasarkan pada hasil dari riset yang dilakukan secara partisipatif. Riset (kata serapan dari bahasa Inggris re search yang berarti pencarian kembali) dapat dilihat sebagai suatu upaya terus menerus untuk menjelaskan dunia sebagaimana adanya (the real world situations). Dunia sebagaimana adanya adalah dunia yang dipandang tanpa subyektifitas atau bias si pemandang (bias agama, politik, ideologi, suku). Riset, upaya untuk mencari kembali, adalah proses tanpa tanda titik. Pencarian jawaban atas dunia sebagaimana adanya tersebut dilakukan secara terus menerus dan tidak akan ditemui sebuah jawaban final. Upaya untuk terus menerus mencari jawaban ini tidak akan menemui tanda titik karena dunia yang akan kita jelaskan adalah dunia yang dinamis, bukan statis. Seorang penulis menyatakan bahwa dunia yang kita diami saat ini adalah dunia yang semakin sementara. Semakin sementaranya dunia ini dikarenakan cepatnya perubahan yang terjadi di dalamnya. Masih sangat membekas di ingatan kita betapa barubaru saja hubungan kita dengan disket begitu romantisnya, media penyimpanan yang tanpa kita sadari telah tergeser dengan adanya flash disk. Dan flash disk pun natinya akan menuai kesementaraannya dengan media penyimpanan yang entah semacam apa lagi. Dunia menjadi semakin sementara, dan karena itulah proses mencari kembali terus menerus dilakukan. Dan juga, manusia sebagai sebagai subyek pemandang dunia menguasai pengetahuannya secara kumulatif, artinya pengetahuan manusia bukanlah wadah mati yang dapat penuh terisi suatu saat, tetapi terus berkembang seiring dengan bertambahnya aksi dan pengalaman. Terakumulasinya pengetahuan selalu melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru atau kritisi atas pengalaman terdahulu. Dan jawaban-jawaban yang dihasilkan saat ini adalah siklus yang mengawali lahirnya pertanyaan-pertanyaan kritis di kemudian hari. Ketika manusia dengan pengetahuan kumulatifnya dihadapkan pada dunia dengan kesementaraannya, maka upaya untuk terus menerus mencari akan selalu dilakukan. Pada akhirnya, kesemua ini hanyalah digerakkan oleh keinginan manusia untuk membentuk wajah dunia sebagaimana apa yang ia inginkan. Lingkungan membangkitkan Sensasi sensasi indr a Sensasi Menjadi Informasi inf or masi inf or masi inf or masi inf or masi inf or masi inf or masi per sepsi Filter: kriteria lokal sensasi sensasi inf or masi Rumusan masal ah 1 Disampaikan pada Pelatihan Community Development untuk Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL)-IPB,
2 Gambar 1. Ilustrasi mengenai bagaimana manusia menangkap sensasi-sensasi dari dunia di sekitarnya yang lantas diterjemahkan menjadi informasi dan informasi tersebut disaring hingga terumuskannya permasalahan Ilmu pengetahuan, dalam bentuknya sebagai teori yang terdokumentasikan, adalah bahan dasar bagi penyusunan dan pelaksanaan suatu riset. Tanpa bahan dasar ini, maka upaya mencari jawaban akan selalu dimulai dari titik 0 (zero point). Padahal, akumulasi pengetahuan jika dimanfaatkan dapat membuat upaya mencari jawaban ini dilakukan di titik awal yang jauh melebihi zero point tersebut. Riset akan dilakukan secara lebih efektif dan efisien, tidak ada kesia-siaan untuk mencari jawaban yang sebenarnya telah tersedia. Titik awal dari sebuah riset adalah rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang diajukan dan secara umum meminta penjelasan mengenai 5W (What, Where, When, Who, dan Why) dan 1H (How). Rumusan masalah merupakan gelitikan dan panggilan bagi jiwa seorang peneliti untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang terajukan. Dan rumusan masalah inilah yang menjadi benang keterkaitan utama antara PAR dengan Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural Appraisal (PRA). RRA dan PRA adalah satuan yang secara utuh adalah juga merupakan proses riset, karena RRA dan PRA memberikan penjelasan mengenai dunia (dalam hal ini suatu desa) sebagaimana adanya. Desa sebagaimana adanya ini didekati melalui informasi yang dihasilkan mengenai identifikasi potensi dan permasalahan. Jenis informasi yang dihasilkan adalah identifikasi permasalahan, dan permasalahan jelas menuntut solusi. Berlarutnya permasalahan akan menyebabkan permasalahan menjadi bertambah besar dan ruwet sehingga semakin sulit untuk dipecahkan. Identifikasi permasalahan yang dihasilkan oleh RRA dan PRA itulah yang menjadi titik awal dari riset yang dilakukan melalui desain PAR. Permasalahan yang teridentifikasi merupakan core issues yang diangkat untuk dicarikan jawabannya. Melalui proses RRA dan PRA yang ideal, jelas akan banyak permasalahan yang teridentifikasi. Keyakinan akan banyaknya permasalahan yang teridentifikasi ini dikarenakan rakyat selama ini dibiasakan untuk tidak berbicara mengenai kondisinya, dibatasi pilihan yang dapat diambil, dan dilenakan atas segala ketidaknyamanan. Segala inisiatif, bahkan yang menyangkut keseharian hidup, diambil alih oleh para birokrat dan teknokrat. Kekritisan untuk berpikir dan tanggap terhadap kondisi sekitarnya ditumpulkan, dan kesemua itulah yang pada akhirnya meninabobokan rakyat. Proses RRA dan PRA yang ideal merupakan upaya membangunkan rakyat yang tertidur, memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk bercerita mengenai diri dan lingkungannya, membukakan pilihan baru dari terbatasnya pilihan yang selama ini ada, dan memupuk kesadaran bahwa banyak kemelencengan yang butuh untuk diluruskan. Inisiatif serta daya kritis pun pada akhirnya dapat ditumbuhkan. 2
3 Apabila RRA dan PRA yang ideal tersebut dapat dilakukan, artinya kesempatan bagi rakyat untuk meledakkan daya yang selama ini terpendam menjadi terbuka lebar, sebagai euforia reformasi yang pernah terjadi terdahulu. Hal inilah yang mendasari keyakinan bahwa RRA dan PRA yang ideal akan menghasilkan deretan panjang identifikasi permasalahan. Sebagai Pendamping, Apa yang akan Anda lakukan? Di Desa Bojongsari Kabupaten Sukabumi Isu dengan daya provokasi The real world problem yang terkait dengan isu Sawah tadah hujan Pendapatan di desa lebih rendah ketimbang pendapatan di kota Bila musim kemarau tiba, sebagian besar warga desa merantau ke kota, menjadi pembantu rumah tangga dan buruh bangunan Sulitnya untuk mencari tenaga buruh tani Gambar 2. Hasil RRA yang kemudian ditindaklanjuti dengan PRA di salah satu desa di Kabupaten Sukabumi menghasilkan enam isu besar. Perlu dilakukan pemilahan isu yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam PAR Oleh karena itu, dibutuhkan upaya pemilahan permasalahan yang dijumpai sehingga didapatkan core issues. Salah satu kriteria dari core issues adalah permasalahan yang memiliki daya provokasi terbesar, ialah permasalahan yang apabila diangkat (bahkan kalau bisa cukup hanya dengan disentil) maka dapat menggerakkan warga dengan segala antusiasmenya. Biasanya permasalahan-permasalahan semacam ini adalah permasalahan yang memiliki keterkaitan langsung dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dua contoh yang dapat dikemukakan disini adalah: 1. Isu memajukan pertanian dan menumbuhkan ekonomi adalah isu dengan daya provokasi yang besar. Hal ini didasari bahwa sebagian besar warga desa adalah petani, sedangkan mereka menjumpai kesulitan untuk mendapatkan tenaga buruh tani karena para penduduk desa lebih memilih untuk menjadi buruh bangunan atau pembantu rumah tangga di kota dikarenakan alasan penghasilan yang dua kali lebih besar di kota ketimbang di desa. 2. Isu konflik kepemilikan lahan antara masyarakat lokal dengan Departemen Kehutanan di Cagar Alam Watuata Pulau Flores Nusa Tenggara Timur adalah isu yang jelas memiliki daya provokasi karena isu tersebut menentukan tempat hidup 3
4 masyarakat di kemudian hari. Rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana membuktikan bahwa kepemilikan lahan di wilayah Cagar Alam ada di tangan masyarakat. Dengan adanya core issues ini maka masyarakat akan lebih mudah untuk dilibatkan, apalagi kata participatory dalam PAR memang mensyaratkan terlibatnya warga lokal sebagai peneliti, ditemani oleh orang luar sebagai co-researcher yang juga berperan sebagai research designer. Masih dibutuhkannya orang luar sebagai research designer karena riset bukanlah hal yang akrab dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Riset adalah suatu hal di luar rutinitas keseharian mereka, dan PAR adalah sebuah pilihan baru untuk dapat membangkitkan kesadaran kritis bahwa titik (kondisi) yang masyarakat anggap nyaman dan mapan selama ini sebenarnya adalah titik kenyamanan semu yang tidak mapan dan dapat digeser menuju ke titik kenyamanan yang lebih tinggi lagi. Jeda dari Sebuah Rutinitas Melihat apa yang tak terlihat Melakukan apa yang tak terbayangkan Menafsirkan dunia sebagaimana adanya Beraksi berdasarkan informasi jernih Ketika Masyarakat Menjadi Peneliti: Sebuah Pilihan Baru Gambar 3. Memberikan pilihan baru bagi masyarakat karena riset dianggap monopoli kaum elit, membongkar kemapanan yang selama ini diyakini, itulah substansi dari PAR sebagai bagian dari Community Development Apabila pilihan baru ini diambil oleh masyarakat (dengan syarat bahwa kapasitas untuk memilih telah dibangun), dan learning capacities terbangun pada beberapa kali repetisi proses PAR, maka Participatory dapat bergeser menjadi Community-based Action Research. Orang luar tidak lagi menjadi syarat mutlak bagi terlaksananya suatu riset, dan warga menjadi pemegang kendali penuh atas proses maupun hasil. Sebagai research designer, tantangan yang paling menarik bagi fasilitator adalah metodologi. Hal ini menjadi paling menarik karena metodologi riset selama ini dianggap 4
5 hanya ada di wilayah kekuasaan para elit penghuni menara gading. Hasil dari suatu riset boleh menjadi milik semua orang, tetapi metodologi yang digunakan adalah monopoli para peneliti yang telah tersertifikasi. Karena akses yang terbatas tersebut, maka metodologi menjadi ranah yang jauh dari jangkauan untuk dapat diterapkan dalam keseharian hidup masyarakat. Padahal sebagai peneliti, harus disadari bahwa substansi ilmu pengetahuan tiada lain adalah upaya penyederhanakan persoalan. Metodologi menjadi ranah terbatas karena dalih-dalih yang dikembangkan bahwa banyak kaidah yang harus dipenuhi agar metodologi yang digunakan layak mendapat sertifikasi ilmiah (scientific). Apabila dilihat secara lebih mendalam, sebenarnya pengetahuan masyarakat setempat mengenai wilayahnya telah sangat dapat memenuhi kaidah-kaidah seperti: 1. Pengulangan. Masyarakat membuktikan kebenaran pengetahuannya melalui pengulangan dalam bentuk pengalaman hidup selama berpuluh-puluh tahun (abundance time series data) dan dilakukan oleh berpuluh atau beratus orang yang menjadi anggota masyarakat di suatu wilayah tertentu (abundance crosssection data) 2. Sampling. Kebenaran pengetahuan masyarakat bukan lagi dibuktikan oleh sampel-sampel, tetapi dibagi antar anggota masyarakat sehingga menjadi pengetahuan komunal dan pengetahuan komunal tersebut adalah pembuktian oleh populasi, tidak lagi sampling yang hanya mencari perwakilan dari populasi. 3. Obyektifitas. Meminimalkan subyektifitas peneliti tidak lagi melalui penggunaan alat-alat modern yang terkalibrasi dalam standar tertentu, tetapi melalui alat sederhana yaitu rembugan, atau musyawarah (dapat dengan desain Focussed Group Discussion). Melalui verifikasi berbagai pihak tersebut maka subyektifitas dari opini individu menjadi terminimalkan. Ketiga kaidah tersebut telah dapat dipenuhi bahkan oleh masyarakat yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal karena pengalaman hidup beratus-ratus tahun di suatu wilayah memberikan pembelajaran hingga lahirnya traditional wisdom. Dan satu bukti tak terbantahkan dari kebenaran pengetahuan yang masyarakat miliki ialah: mereka dapat tetap bertahan hidup dan berkembang hingga saat ini. Dengan kebenaran pengetahuan yang dikuasai masyarakat dan terpenuhinya kaidahkaidah keilmuan, maka yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat di dalam proses PAR adalah strukturisasi dari pengetahuan tersebut. Melalui strukturisasi pengetahuan, maka berbagai keterkaitan antar variabel (dependence dan independence variables) dapat diuraikan sehingga berbagai kesimpulan dapat ditarik. Dipahaminya keterkaitan antar variabel tersebut juga melahirkan pemahaman mengenai hal yang menjadi akibat, hal yang menjadi masalah, dan hal yang menjadi akar masalahnya. Melalui pemahaman hubungan sebab-akibat, pada akhirnya kriteria lokal (atau filter) yang dikembangkan oleh masyarakat setempat sebagai penentu sesuatu 5
6 sebagai masalah atau bukan dapat menjadi filter yang lebih lebih jeli dalam menangkap sensasi dan menyaring informasi. Kritisi atas kriteria lokal: filter sebagai filter Apa yang Mereka Butuhkan? Simplifying Difficulties: jembatan antara high-level text book dengan methods for everyone Mengapa? Jangan terjebak pada romantika masyarakat malaikat (The Trap of People as Angel) Wisdom may not be wise Menyederhanakan yang rumit, mempermudah yang sulit Sehingga pengetahuan bukan monopoli kelompok elit, dan semua orang dapat melihat dunia sebagaimana adanya Gambar 4. Hal-hal yang dibutuhkan dari seorang fasilitator pada proses PAR. Upaya strukturisasi pengetahuan lokal melalui penyederhanaan metodologi yang digunakan merupakan bentuk kritisi dan penajaman kriteria lokal yang menjadi penentu apa itu masalah, dan mana yang bukan Sebagaimana dikemukakan di atas mengenai dua contoh kasus lapangan, maka seorang fasilitator dituntut untuk dapat menguasai quasi-perfect of knowledge karena untuk dapat menyelami dinamika kehidupan masyarakat membutuhkan pemahaman holistik (ekologi, ekonomi, sosial) dan bukan parsial-sektoral. Melalui pemahaman holistik, maka metodologi yang akan digunakan dalam PAR selalu dapat disediakan oleh fasilitator sebagai jawaban atas tuntutan di lapangan. Ketika metode telah tersedia, maka penyederhanaan metode tersebut menjadi langkah selanjutnya sehingga metode tersebut dapat digunakan oleh setiap orang. Untuk masingmasing contoh kasus lapangan di atas, yang dilakukan fasilitator dalam mempersiapkan PAR adalah: 1. pada contoh kasus di salah satu desa di Kabupaten Sukabumi, fasilitator membangun matriks sederhana yang didasarkan pada konsep opportunity cost. Karena core issues telah ditentukan, yaitu memajukan pertanian dan ekonomi, sedangkan permasalahannya adalah banyaknya penduduk desa yang merantau ke kota untuk menjadi buruh bangunan dan pembantu rumah tangga sehingga desa mengalami kesulitan untuk mencari tenaga kerja sebagai buruh tani, maka masyarakat desa diajak untuk berhitung oportunity cost yang hilang pada saat merantau, mengingat pertimbangan utama yang mendasari aktifitas merantau 6
7 adalah penghasilan di kota yang dua kali lebih besar dari penghasilan di desa. Melalui konsep opportunity cost, dapat ditunjukkan bahwa meskipun komponen penghasilan yang lebih baik bisa didapatkan di kota, tetapi banyak komponen lain yang hilang dan menjadi biaya. Kesimpulan yang dihasilkan adalah skor 7-2 untuk buruh tani dibanding buruh bangunan, dan masyarakat menyatakan selanjutnya bahwa lebih baik hidup di desa dan menjadi buruh tani daripada hidup di kota. Bangunan Teori Pendukung Simplyfying Difficulties Dan Kesimpulannya Sumber: Bahan presentasi pelatihan Community Development oleh SALAM Gambar 5. Teori pendukung sebagai dasar dari metode yang digunakan dan matriks sebagai hasil penyederhanaannya. Begitu mudahnya matriks ini, sehingga setiap komponen cost yang dihitung dan kesimpulan yang dihasilkan murni bersumber dari masyarakat. 2. pada isu konflik kepemilikan lahan antara masyarakat lokal dengan Departemen Kehutanan di Cagar Alam Watuata Pulau Flores Nusa Tenggara Timur, sebagai dukungan bukti kepemilikan maka dilakukan desain PAR untuk menegaskan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan dan konservasi kawasan Cagar Alam. Penegasan mengenai pengetahuan lokal dapat digunakan sebagai bargaining power bagi masyarakat di dalam konflik tersebut karena pengetahuan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah memanfaatkan Cagar Alam tersebut sedari dulu karena mereka memiliki ketergantungan terhadap sumberdaya di Cagar Alam tersebut, dan ketergantungan tersebut mendorong sikap kearifan bagi upaya konservasi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. 7
8 Tujuan Mendorong terjadinya pemahaman masyarakat tentang pengetahuan nilai konservasi kawasan yang dimilikinya sebagai modal dalam pengelolaan kawasan berbasis pengetahuan lokal Rincian Proses Menentukan nilai konservasi keanekaragaman hayati menurut masyarakat, Menentukan lokasi (hutan alam, hutan bambu, hutan ampupu, padang rumput, dan kebun rakyat), Menentukan plot (uji lokasi) dengan metode acak, Menentukan koordinat lokasi, Mencari koordinat lokasi terpilih dengan GPS, Membuat plot 20 x 20 m2, Pencatatan jenis tumbuhan dan binatang dengan cara plot dibagi menjadi empat bagian (10x10m2), Rekapitulasi data, Analisa data, Penyusunan laporan. Gambar 6. Tahapan proses PAR yang dilakukan oleh masyarakat lokal di Cagar Alam Watuata Flores NTT. Metodologi menjadi mudah karena pengetahuan lokal yang memang telah memenuhi kaidah keilmuan (pengulangan, sampling, dan obyektifitas) menjadi bangunan dasarnya. Alat-alat modern yang digunakan, seperti Global Positioning System (GPS) bukanlah halangan selama proses saling belajar antara fasilitator dengan masyarakat lokal dapat dibangun secara harmonis. Research are about facts, and these are undeniable facts that knowledge is not elite-group monopoly Gambar 7. Cuplikan gambar dari tahapan proses PAR yang dilakukan oleh masyarakat lokal di Cagar Alam Watuata Flores NTT. Hal ini, dan contoh lain, menjadi kenyataan yang tidak terbantahkan bahwa kesabaran fasilitator dalam 8
9 menemani proses Commmunity Development akan menuai hasil yang berkelanjutan karena terbangunnya learning capacities dari masyarakat. Sepanjang uraian di atas terlihat bahwa PAR memilki penekanan pada unsur riset, tetapi jangan pula dilupakan bahwa yang lebih penting dari hal tersebut adalah bagaimana hasil dari riset yang dilakukan secara partisipatif tersebut digunakan sebagai basis dalam menentukan sebuah aksi. Untuk melakukan aksi secara benar, memiliki wawasan long term ketimbang short benefit, maka dibutuhkan informasi yang mendekati sempurna (quasi-perfect information). Pengambilan aksi yang tidak didasari oleh basis informasi yang jelas ialah seperti perjudian yang apabila aksi tersebut menghasilkan kebaikan, itu bukanlah kesengajaan, melainkan kecelakaan (not by design, but by accident). Karakter PAR Halo, aku orang sini. Sampeyan mau memakai nama kami? sensasi Informasi yang mendekati sempurna ialah informasi yang mendekati dunia sebagaimana adanya, ialah informasi yang bersifat obyektif. Dan suplai informasi semacam ini telah dihasilkan melalui proses PAR. Di Sukabumi, seorang pemuda desa membatalkan niatnya untuk merantau dan akhrnya ingin untuk berkarya di desanya sendiri. Di Pulau Flores, masyarakat menjadi semakin percaya diri untuk menghadapi institusi semapan Departemen Kehutanan dalam konflik kepemilikan lahan. Maka itulah aksi yang berbasiskan informasi, maka itulah Participatory Action Research! Real world situations sensasi informasi informasi informasi informasi informasi informasi Filter: kriteria lokal Real world problems Identifying problems Exploring and analyzing data Local needs Result-based reflection Research-based actions Rumusan masalah Gambar 8. Empat karakter utama dari PAR: (i) involvement of local people, (ii) dealing with real world situations, (iii) solving the real world problems, dan (iv) cyclic process. Dan sepanjang uraian di atas menegaskan empat karakter PAR yang membedakannya dengan riset konvensional, ialah: 1. Warga lokal terlibat sebagai peneliti. Yang seringkali terjadi ialah bahwa warga desa hanyalah menjadi obyek penelitian, diperas segala informasi yang dimiliki melalui wawancara dengan kuesioner oleh enumerator yang berasal dari negeri antah berantah dan tidak dikenalnya. Padahal, warga lokal adalah pihak yang paling memahami mengenai dunia desanya sebagaimana adanya. 2. Situasi yang dihadapi adalah situasi dunia nyata, menyelami keseharian hidup masyarakat di tempat dimana mereka hidup dan mempertahankan hidup, bukannya riset eksperimen di laboratorium-laboratorium. 3. Masalah yang hendak dipecahkan adalah masalah-masalah riil yang terkait langsung dengan keseharian hidup masyarakat. 9
10 4. Riset berjalan siklis, diawali dengan identifikasi permasalahan, dilanjutkan dengan eksplorasi dan analisis data yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan, dan informasi tersebut digunakan sebagai basis untuk melakukan aksi-aksi, dan hasil dari aksi tersebut ditelaah kembali melalui refleksi, sampai akhirnya hasil dari refleksi tersebut melahirkan identifikasi permasalahan baru. Satu faktor utama yang menjadi daya penggerak sehingga proses PAR berjalan secara siklis adalah local needs, karena kebutuhan untuk mengenali dan memecahkan masalah lokal adalah kebutuhan setempat, dan bukannya kebutuhan peneliti dari luar. Riset konvensional seringkali berhenti pada titik exploring and analyzing data, dan setelah kesimpulan dihasilkan maka sang peneliti akan mencari judul penelitian lain tanpa memiliki insentif apapun terhadap segala bentuk implikasi dari hasil penelitiannya tersebut. Sedangkan di dalam PAR, mengingat permasalahan yang hendak dipecahkan adalah permasalahan yang menyangkut keseharian hidup mereka, mengingat aksi yang dilakukan berbasis riset tersebut adalah aksi yang langsung berimplikasi terhadap hidup mereka, maka insentif untuk melakukan refleksi dan perumusan masalah-masalah baru menjadi nyata adanya. Memberikan pilihan jelas tidak sama dengan menentukan pilihan. Kritikan pedas dan tajam yang seringkali kita lontarkan kepada gaya Orde Baru bahwa pemerintah pusatlah (atau birokrat, atau teknokrat) yang membatasi dan menentukan pilihan yang harus diambil oleh seluruh masyarakat Indonesia dikarenakan pemerintah tersebut tidak cukup berani untuk memberikan pilihan-pilihan baru, dan tidak cukup sabar dalam membangun kapasitas untuk memilih. Semoga kita sebagai praktisi Community Development dapat menjadi cukup berani dan sabar dalam memberikan pilihan, atau kritikan pedas dan tajam tersebut akan menyerang balik kepada para pelontar kritik tersebut sebelumnya. Sekian. 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan
Lebih terperinciTeknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA
8 Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA Teknik fasilitasi dengan menggunakan metode-metode/teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) sama saja dengan teknik fasilitasi dengan menggunakan metodemetode
Lebih terperinciPerbandingan PRA dengan RRA dan PAR
Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR PRA SEBAGAI METAMORFOSIS DARI RRA 1 Participatory Rural Appraisal (PRA) seringkali dilekatkan dengan nama Robert Chambers, sehingga rasanya perlu dimunculkan pertanyaan
Lebih terperinciPENGELOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL
PENGELOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL Lingkungan alam Lingkungan Sosial Lingkungan Binaan/Buatan LINGKUNGAN HIDUP Manusia Sebagai Makhluk Sosial -Membentuk Pengelompokkan Sosial (Social Grouping) mempertahankan
Lebih terperinciOVERVIEW PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN (Management Plan) dan RENCANA AKSI (Action Plan)
OVERVIEW PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN (Management Plan) dan RENCANA AKSI (Action Plan) YUDI WAHYUDIN Divisi Kebijakan Pembangunan dan Ekonomi Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan - IPB Pelatihan
Lebih terperinciBAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN
BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN Dalam melakukan penelitian ini, peneliti ini menggunakan metode riset aksi. Bahwa peneliti ikut terlibat aktif
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.
BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH Dalam proses pendampingan kali ini, peneliti menggunakan metode Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.
Lebih terperinciPokok-Pokok Pikiran Robert Chambers
Pokok-Pokok Pikiran Robert Chambers KRITIK CHAMBERS TERHADAP ORANG LUAR YANG BEKERJA DI MASYARAKAT 1 Pemikiran Robert Chambers selaku promotor dan pengembang metodologi PRA, tentu perlu dipahami Robert
Lebih terperinciMENGGUGAH KEPEDULIAN SISWA TERHADAP SATWA LIAR MELALUI PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR
MENGGUGAH KEPEDULIAN SISWA TERHADAP SATWA LIAR MELALUI PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR H. Dede Margo Irianto*) Abstrak Kepedulian terhadap satwa liar ini harus ditanamkan sejak dini, agar dalam setiap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan
BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan Metode yang dipakai untuk pendampingan ini adalah metodologi Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR) yang berarti memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma
Lebih terperincipengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.
Bab Enam Kesimpulan Masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau daerah tujuan wisata (DTW), seringkali diabaikan dan kurang diberikan peran dan tanggung jawab dalam mendukung aktivitas
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA
IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA Skripsi Oleh : KUNCORO PUTRI NIM : K 4303035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF
BAB II METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Participatory Rural Appraisal Secara Umum PRA adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk, dan bersama masyarakat. Hal ini untuk
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciREFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN
REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat
Lebih terperinciSOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur
SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur Sebuah desa yang teratur dibayangkan sebagai suatu tempat yang sejuk, harmonis, dengan tata aturan (modern-rasional) yang jelas sehingga anggota-anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pemahaman konsep merupakan ide
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman konsep diperlukan bagi peserta didik karena merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pemahaman konsep merupakan ide kunci yang menyajikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR
BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A. Pendekatan Penelitian dan Pemberdayaan Dalam penelitian skripsi menggunakan pendeketan PAR. Dimana definisi PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh :
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN WHAT? SO WHAT? NOW WHAT? DAN LEARNING JOURNALS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-3 SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA PADA POKOK BAHASAN KEANEKARAGAMAN HAYATI TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara megabiodiversitas, karena memiliki kekayaan flora, fauna dan mikroorganisme yang sangat banyak. Ada Sekitar 30.000 spesies tumbuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)
PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,
BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian model pemberdayaan peternak rakyat dalam usaha penggemukan sapi potong ini dilaksanakan pada 13 Desember 2015 hingga 30 Januari 2016 dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Epistemologi Pendekatan penelitian yang dipakai adalah Riset Aksi. Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (Stakeholder)
Lebih terperinciInisiasi 2 PENDEKATAN KONSEP SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN IPS
Inisiasi 2 PENDEKATAN KONSEP SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN IPS Saudara mahasiswa, selamat berjumpa kembali dengan kegiatan Tutorial Online yang kedua untuk mata kuliah Pengembangan
Lebih terperinciperlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan baik.
PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM KAMPANYE KONSERVASI PERAIRAN (Conservation Goes to School BKKPN Kupang) Guntur Wibowo Penyuluh Perikanan Pertama Kupang, 24 Maret 2017 Pendahuluan Sebagai Negara kepulauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinciPERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )
PERENCANAAN PARTISIPATIF Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry (2013280004) Pengertian Perencanaan Adapun definisi perencanaan menurut para ahli antara lain sebagai berikut : Perencanaan adalah suatu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di daerah khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Lebih terperinciKETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH
KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH (Studi Kasus: Kelurahan Tanjungmas, Kec. Semarang Utara Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: INDRI NOVITANINGTYAS L2D
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan
BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Pendekatan Penelitian Pada pemahaman konsep PAR Participatory Action Research secara khusus menjelaskan beberapa aspek yaitu pengertian, sejarah, dasar filosofi,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
35 BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab 1 telah diuraikan sedikit penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan. Dengan demikian, dalam bab ini akan diuraikan secara lebih rinci mengenai metode yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun
BAB II METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian PAR a. Epistemologi Metode penelitian yang akan digunakan sebagai acuan penelitian di lapangan adalah riset aksi. Diantara nama-namanya, riset aksi sering
Lebih terperinciDESKRIPSI DETAIL AKTIVITAS HARIAN
Log Book Kerja Praktek Hari dan Tanggal KP : / 2017 Hari Pelaksanaan KP Ke - * : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 *Arsir kolom angka untuk 13 14 15 16 17 18 menandakan hari ke -... 19 20 21 22 DESKRIPSI DETAIL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode Participatory Action Research (PAR). Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial ekonomi sekarang, menjadikan tuntutan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam juga semakin
Lebih terperinciRANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD
RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD Penulis: Wara Winartiningsih LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN D.I.YOGYAKARTA
Lebih terperinciPERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR
PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : M. Taufik Adraen Sekretariat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 101 Kupang Telp/fax. (0380)
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan global saat ini sedang menghadapi sejumlah isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan akibat interaksi aktivitas manusia dengan ekosistem global (NAAEE, 2011).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEAKTIFAN BERDISKUSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reforma agraria merupakan jawaban yang muncul terhadap masalah ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan pembangunan pedesaan di berbagai belahan
Lebih terperinciBAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN
68 BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DISERTAI OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA SKRIPSI oleh Dema Wahyu Tursina K 4304016
Lebih terperinciPROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL. SP6102 March 2007 itb ac id
PROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL PROSES UMUM PENERAPAN PRA PERSIAPAN LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN SETELAH PENERAPAN TEKNIK- TEKNIK PRA PEMANFAATAN HASIL PENERAPAN TEKNIK- TEKNIK PRA PROSES
Lebih terperinciPENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA
PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: NUR EKA KUSUMA HINDRASTI K4307041 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)
58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil-hasil penelitian pembelajaran beserta pembahasannya tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beribu pulau dengan area pesisir yang indah, sehingga sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata bahari. Pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dan
Lebih terperinciBAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA
BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA A. Proses Awal Pengorganisasian 1. Asessment Dalam tahap awal ini kita harus datang ke tengah-tengah masyarakat dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK
BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran
Lebih terperinciBAB VI IMPLIKASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN DI LAPANGAN
89 BAB VI IMPLIKASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN DI LAPANGAN Rumusan standar minimal pengelolaan pada prinsip kelestarian fungsi sosial budaya disusun sebagai acuan bagi terjaminnya keberlangsungan manfaat
Lebih terperinciBAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu
BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Riset Aksi Partisipatif Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu Sudimoro ini metode yang digunakan adalah PAR (Participatory Action
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki
Lebih terperinciPRINSIP-PRINSIP PRA MENURUT ROBERT CHAMBERS. . Prinsip-Prinsip PRA
5 Prinsip-Prinsip PRA Participatory Rural Appraisal (PRA) mengembangkan sejumlah prinsip yang apabila diperbandingan (overlay) dengan prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) tidak
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan jumlah kepulauan terbesar didunia. Indonesia memiliki dua musim dalam setahunnya, yaitu musim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang berarti berusaha untuk membimbing anak menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi pendidikan berarti menghasilkan, mencipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu modal utama untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional, yaitu pemanfaatan sumber daya yang sebesar-besarnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu bentuk ekosistem yang secara umum terdiri dari wilayah hulu dan hilir. Wilayah hulu DAS didominasi oleh kegiatan pertanian lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak lepas dari Konflik yang terjadi di Maluku Utara. Konflik Maluku utara telah mengakibatkan perpecahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan informasi menjadi sangat penting dan. kebutuhan pokok bagi setiap orang. Bagi masyarakat, banyak aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan informasi menjadi sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi setiap orang. Bagi masyarakat, banyak aspek kehidupan yang sangat bergantung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan konsep pembelajaran yang mempunyai hubungan yang sangat luas dengan lingkungan kehidupan manusia. Pembelajaran sains sangat berperan dalam proses
Lebih terperinciJudul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh)
Judul Pelaksana Fokus Area Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh) Mitigasi Berbasis Lahan Kerangka Presentasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan berikut.
Lebih terperinciSERBA SERBI HUTAN DESA (HD)
SERBA SERBI HUTAN DESA (HD) Oleh Agus Budhi Prasetyo, S.Si.,M.Si. Dalam Renstra 2010-2014, Kemenhut merencanakan hutan kemasyarakatan seluas 2 juta ha dan hutan desa seluas 500.000 ha. Dari areal yang
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan
9 BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Sejak terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 20 Desember 1958
Lebih terperinciREVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi
REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi Pembelajaran Akselerasi Bertindak Melihat Mendengar Merasa Siklus Belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika adalah bagian yang sangat dekat dengan kehidupan seharihari. Berbagai bentuk simbol digunakan manusia sebagai alat bantu dalam perhitungan, penilaian,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. COVER DALAM... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...
DAFTAR ISI COVER DALAM... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii ABSTRAK... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan bangsa yang terbangun dari perbedaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia ( 1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas sekitar
Lebih terperinci2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses manusia memperoleh ilmu pengetahuan sangat penting dalam membentuk kemampuan berfikir. Pemahaman manusia terhadap kehidupan menimbulkan
Lebih terperinciMengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik.
UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? (Unit 7 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? Pendahuluan Guru seringkali mengalami kesulitan
Lebih terperinciMembelajarkan dan Memberdayakan Masyarakat
Membelajarkan dan Memberdayakan Masyarakat APA ITU MEMBELAJARKAN? Apakah artinya membelajarkan? Agar Fasilitator Infomobilisasi (FI) dapat menjalankan peran dan tugasnya secara baik, mari kita mulai dengan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL DALAM KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN KAWASAN RAWA JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR
KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL DALAM KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN KAWASAN RAWA JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: SEPTIYATI GANJARSARI L2D 004 352 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB VI LANGKAH KE DEPAN
BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR
BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. Pengertian PAR Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR adalah istilah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sedang dihadapi. Dalam proses pembelajaran, guru maupun siswa juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut mereka untuk berfikir kreatif dalam menemukan solusi atas masalah yang sedang dihadapi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur
Lebih terperinciTEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY
Supahar/Team Teaching Sebuah TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY Pendahuluan Oleh: Supahar Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY Abstraks Salah satu agenda dalam dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika
Lebih terperinciPenguasaan Ilmu dan Keterampilan
KAITAN KOMPETENSI DENGAN ELEMEN KOMPETENSINYA PROGRAM STUDI : AGROEKOTEKNOLOGI No Rumusan Kompetensi Elemen Kompetensi Kemampuan 1 Kemampuan untuk merencanakan, merancang sistem dan menerapkan ilmu dan
Lebih terperinciMENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL
MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL Sepanjang era Orde Baru praksis pembangunan kehutanan senantiasa bertolak dari pola pikir bahwa penguasaan sumberdaya hutan merupakan state property saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri. Penulis melakukan penelitian studi komparatif sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi tantangan dan peluang tersebut. Kapasitas institusi tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketika tantangan yang dihadapi datang bersamaan dengan kesempatan untuk meningkatkan daya saing dan pencapaian di tengah persaingan global, perguruan tinggi
Lebih terperinci